• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME TENAGA

PENDIDIK DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

STEPHANI WULANDARI

Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu modal kemajuan suatu Negara. Salah satu faktor penting dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas adalah tenaga pendidik, karena itu pemerintah membentuk Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) yang bertugas untuk melakukan penjaminan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik.

Berdasarkan data hasil UN tahun 2012/2013, masih terdapat sekolah dengan peringkat rendah bahkan lebih rendah dari peringkat sekolah-sekolah yang ada di daerah. Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja LPMP dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik di kota Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

(2)

ABSTRACT

PERFORMANCE GUARANTEE QUALITY EDUCATION INSTITUTIONS (LPMP) INCREASE IN EDUCATION PERSONNEL COMPETENCE AND

PROFESSIONALISM IN BANDAR LAMPUNG

BY

STEPHANI WULANDARI

Quality education is one of the capital of the country’s progress. The one of important factors in creating quality education are educators, Therefore the government formed the Education Quality Assurance Agency (LPMP) whose job is to guarantee the quality of education by improving the competence and professionalism of educators.

Based on data from the National Exam in 2012/2013, there are still schools with low ratings even lower than the rank the schools in the area. Based on it, the

problem’s formulation of this research is to analyze the performance LPMP improve the competence and professionalism of educators in the city of Bandar Lampung. This research is a descriptive study with qualitative approach. Data were collected through interviews, observation and documentation. Data analysis was performed with data reduction, data presentation and conclusion or verification.

In analyzing the performance of LPMP, used three indicators comprise responsiveness, responsibility and accountability. In the responsiveness indicator, performance LPMP less responsive. In responsibility indicator, performance LPMP already responsibel. On accountability indicator, performance LPMP still less accountable.

(3)

KINERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME

TENAGA PENDIDIK DI BANDAR LAMPUNG

Oleh:

STEPHANI WULANDARI 1216041101

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SD Fransiskus 1 Tanjung Karang pada tahun 1999-2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Fransiskus 1 Tanjung Karang. padatahun 2006-2009. Setelah itu, pada tahun 2009-2012 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Xaverius Bandar Lampung.

Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Ilmu Administrasi Negara melalui jalur SNMPTN undangan.

Pada tahun 2012, penulis aktif di organisasi Paduan Suara Mahasiswa (PSM) UNILA sebagai anggota. Lalu penulis juga aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara (HIMAGARA) pada periode 2014/2015. Pada tahun 2014/2015, penulis aktif di Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNILA sebagai anggota Kesejahteraan Masyarakat (KESMA).

Penulis bernama lengkap Stephani Wulandari, lahir tanggal 13 November 1994. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agustinus Juwandi Nugroho dan Ibu Uliana Sintauli.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan segala Puji dan Syukurku kepada Allah Bapa di Sorga, Tuhan YesusKristus atas segala berkat dan karuniaNya yang melimpah selama ini

Skripsi ini Kupersembahkan Kepada:

Mama dan Bapak tercinta

Manusia yang menjadi sumber inspirasiku untuk terus berjuang.

Terimakasih telah merawat dan mendidikku selama ini dengan penuh cinta, kasih sayang, kesabaran dan doa yang tak henti diberikan untuk keberhasilanku.

Kakakku tercinta

Saudara sekaligus bapak kedua, pacar dan sahabat terbaikku yang takkan tergantikan Terimakasih selalu setia menjagaku dan mengajariku banyak hal, yang selalu

memberiku semangat dan motifasi untuk terus berjuang dan sukses.

Keluarga Besar yang kukasihi

Terimakasih atas segala dukungan yang telah diberikan

Sahabatdan Teman-teman yang selalu kusayangi

Terimakasih atas segala bantuan, semangat dan dukungan yang telah diberikan

(9)

MOTO

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan ucapan syukur.

Filipi 4: 6

Ketergesaan dalam setiap usaha membawa kegagalan Herodotus

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah Lessing

Rahmat sering datang kepada kita dalam bentuk kesakitan, kehilangan, dan kekecewaan. Tetapi kalau sabar, kita segera melihat bentuk aslinya.

Joseph Addison

Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menentramkan amarah obak dan gelombang itu.

Marcus Aurelius

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.

Andrew Jackson

Hidup tidak akan terasa sempurna jika kita mengandalkan diri sendiri. Hidup tidak juga terasa sempurna jika kita mengandalkan orang lain. Tapi hidup akan terasa jauh lebih

(10)

SANWACANA

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat, rahmat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Tenaga Pendidik di Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Administrasi Negara (SAN) pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain: 1. Ibu Dian Kagungan MH., selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membimbing dan memberikan motivasi dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

(11)

pengarahan, semangat, motivasi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini maupun selama proses pendidikan hingga akhir; 3. Bapak Nana Mulyana S.IP, M.Si., selaku dosen pembahas yang telah

memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini;

4. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung;

5. Seluruh dosen Ilmu Administrasi Negara, terimakasih atas segala ilmu yang telah peneliti peroleh selama proses perkuliahan semoga dapat menjadi bekal yang berharga dalam kehidupan peneliti kedepannya;

6. Seluruh staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Ibu Nur selaku staff Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah memberikan pelayanan bagi penulis yang berkaitan dengan administrasi dalam penyusunan skripsi ini;

7. Pihak LPMP Lampung khususnya Bapak Sabli selaku Kepala Subbag dan Bapak Wibi selaku staff di bidang sistem informasi yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi bagi peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

8. Kepada beberapa tenaga pendidik di Bandar Lampung yang telah bersedia untuk menjadi informan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(12)

motivasi terbesar dalam hidupku untuk terus bangkit, berusaha dan berjuang untuk sukses, menggapai seluruh mimpi dan cita-citaku;

10. Kedua opung dan nenekku di surga, Opung Topi dan Opung Kuncit serta Mbah Wedok. Terimakasih untuk semua kasih sayang, ajaran, nasehat dan doa yang pernah kalian berikan kepadaku;

11. Keluarga besarku baik Keluarga besar MbahSunoto maupun keluarga besar Nainggolan (Op.M.H Nainggolan/br Aritonang) yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan motivasi dan doa untuk kesuksesanku; 12. Saudara-saudari yang kusayangi: Didi (Diana andani), Aloysius, Andro, Pius

Juan, Stefanus Nico, Sim Kartika Putri, Mommy ririn, Ria Novilda Siregar dan teman-teman lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk semua semangat dan motivasi yang kalian berikan. Semoga kita semua bisa mencapai semua mimpi kita!!;

13. Sahabat sekaligus saudari yang tak tergantikan: Anisa Rachmawati, Dian Kharisma Putri, Novaria Indah Setiarini. Terima kasih untuk semua warna yang kalian kasih selama persahabatan ini terjalin, buat dukungan dan hiburan yang kalian kasih tiap kali saya down, semoga kita bisa tetep langgeng sampe nenek-nenek dan sukses buat kita semua!!;

14. Teman-teman ABI: Hendry Joshua Rolos, Bona, Daru dkk Terimakasih sudah menjadi bagian dan memberikan pengalaman, semangat dan doa selama ini; 15. Sahabat dan teman-teman AMPERA yang kukasihi: Ikhwan Arifan, Merita

(13)

Pratama, Yuli, Mba Ana, Anggi, Azizah, Dara Virzinia, Frisca Dilijana, Pewe, Pure, Silpi, Dila, Umay semok, Infantri, Maya, Oliva, Chairani, Yeen, Merie Larasati, Ajeng Dyah, Taufik, Intan, Olip, Ayu Tsanita, Emi, Masitoh, Shela, Tiara (enteng), Aliza dan teman-teman sekalian yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih untuk persahabatan yang telah terjalin dan untuk semua pengalaman, pelajaran, ilmu, motivasi, dan dukungan yang kalian berikan;

16. Saudari Nindya Pratiwi yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama proses skripsi ini hingga skripsi ini dapat diselesaikan;

17. Kakak-kakak ANTIMAPIA: Vike, Mba Okta, Bang Faisal, Bang Freddy, Bang Menceng, Bang David, Mba Silpi, Bang Sigit, Ahmed dan lainnya yang tidak tersebutkan terimakasih untuk pengalaman pelajaran dan ilmu yang telah diberikan.

18. Senior-senior tua: Bang ucok, Bang Joko, Bang Cindang, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan terimakasih untuk pengalaman dan ilmu yang telah diberikan.

19. Teman-teman KKN: Kak Thoriq, Kak Suhardi, Della Viska, Azzahra Rizki, Firda Fitria.N, Ardiyanus Ivan Pratama dan Andhika. Terimakasih atas kebersamaan, pengalaman dan pelajaran selama 40 hari, serta dukungan dalam penulisan skripsi ini;

(14)

21. Keluarga BEM Kesma: Mba Sun, Kak Ali, Desmita, Ella, Eli, Dewi, Robby, Eka, Galih, Venti, Fiqoh, Bastian dan Boy (bukan Kesma). Terimakasih buat pengalaman berharganya;

22. Setiap rekan di luar sana yang penulis tidak ketahui persis dalam hal identitas, namun pernah bertemu, berbincang, berdiskusi dan membagikan informasi-informasi yang telah membantu penulis dalam menambah ilmu pengetahuan, terimakasih;

23. Almamater Tercinta Universitas Lampung.

Semoga Tuhan senantiasa menyertai kita semua dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuannya.

Bandar Lampung, 15 Febuari 2016 Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Tabel ... ii

Daftar Gambar ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Manfaat Penelitian ... 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Tentang Kinerja Organisasi ... 15

2.1.1. Definisi Kinerja ... 15

2.1.2. Definisi Kinerja Organisasi Publik ... 17

2.1.3. Pengukuran Kinerja Organisasi Publik... 18

2.1.4. Indikator Kinerja Organisasi Publik... 21

2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja... 31

2.2.Tinjauan Tentang Kualitas Tenaga Pendidik ... 35

2.2.1. Definisi Kualitas atau Mutu ... 35

2.2.2. Definisi Tenaga Pendidik ... 37

2.2.3. Kualitas Tenaga Pendidik ... 38

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 40

3.2. Fokus Penelitian ... 40

3.3. Lokasi Penelitian ... 42

3.4. Instrumen Penelitian... 42

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.6. Analisis Data………….. ... 45

3.7. Teknik Keabsahan Data ... 47

BAB 4 GAMBARAN UMUM 4.1. Pendidikan di Kota Bandar Lampung ... 49

4.2. Gambaran Umum LPMP Lampung ... 50

(16)

4.2.2 Letak Geografis LPMP Lampung ... 52

4.2.3 Visi dan Misi Organisasi ... 53

4.2.4Tugas Pokok dan Fungsi LPMP ... 53

4.2.5 Struktur Organisasi ... 55

4.2.6 Sumberdaya Manusia LPMP Lampung ... 56

4.2.7 Tanggungjawab Setiap Unit ... 58

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 62

5.1.1 Responsivitas ... 69

5.1.2 Responsibilitas ... 81

5.1.3 Akuntabilitas ... 89

5.1.4 Faktor-Faktor yang Menghambat LPMP ... 97

5.2 Pembahasan ... 99

5.2.1 Responsivitas ... 99

5.2.2 Responsibilitas ... 103

5.2.3 Akuntabilitas ... 105

5.2.4 Faktor-Faktor yang Menghambat LPMP ... 110

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 111

6.2 Saran ... 112

(17)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Peringkat SMA Negeri di Bandar Lampung 2012/2013 ... 5

3. Rekap Data Kualifikasi Guru di Bandar Lampung Tahun 2014 ... 7

4. Rekap Data Guru yang Sudah Bersertifikasi atau Belum Bersertifikasi Tahun 2014 ... 9

5. Daftar Informan yang diwawancarai... 44

6. Data PTK Bandar Lampung Berdasarkan Jenjang dan Status Sekolah ... 50

7. Sumberdaya Manusia LPMP Lampung ... 56

(18)

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Organisasi ... 55

2. PLPG Guru di Bandar Lampung Tahun 2015 ... 65

3. Pelatihan Kurikulum 13 ... 66

4. Sertifikasi Guru Tahun 2015 ... 66

5. Pelaksanaan MGMP Tahun 2015 ... 67

6. Pelatihan Kepala Sekolah Tahun 2012 ... 68

(19)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu negara. Dikatakan demikian karena pendidikan memberikan kita pengetahuan dalam bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang pada akhirnya dapat dimanfaatkan dikhalayak banyak. Pendidikan juga dapat mengembangkan potensi fisik, emosi, sikap, moral, penetahuan dan keterampilan sehingga dapat tercipta individu-individu yang dewasa, terdidik yang mengerti dan memahami nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan guna melangsungkan hidup. Negara yang maju dilihat dari pendidikan yang berkualitas yang mampu menghasilkan generasi-generasi penerus yang berkualitas dan berguna untuk memajukan negaranya. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam UUD RI Tahun 1945, pendidikan merupakan salah satu cara negara Indonesia untuk mencapai tujuan negara yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

(20)

2

Nasional, Pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, maka warga Indonesia berhak memperoleh pendidikan bermutu sesuai minat dan bakat yang dimiliki tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama dan gender.Sesuai dengan yang tertuang pada UU Nomor 20 Tahun 2003, sudah sewajibnya pemerintah Indonesia menetapkan sekolah-sekolah dengan pendidikan yang berkualitas.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menetapkan delapan standar yang menjadi acuan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mana delapan standar nasional pendidikan tersebut meliputi a) Standar Isi b) Standar Kompetensi Kelulusan c) Standar Proses d) Strandar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan e) Standar Pengelolaan f) Standar Biaya Pendidikan dan g) Standar Penilaian Pendidikan. Sekolah diwajibkan untuk memenuhi ke tujuh standar tersebut agar terciptanya sekolah yang berkualitas. Dengan demikian, sekolah dengan kualitas pendidikan yang baik dapat dilihat dari standar mutu sekolah yang sudah memenuhi standar nasional pendidikan.

(21)

3

Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Penjaminan Mutu Pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan/program pendidikan, penyelenggaraan satuan program pendidikan pemerintah daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk menaikan tingkat kecerdasan bangsa melalui pendidikan. Upaya pemerintah untuk melaksanakan penjaminan mutu pendidikan tersebut adalah dengan menetapkan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan merupakan lembaga pemerintah yang berada di tingkat provinsi di bawah Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan dikembangkan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 087/O/2003. Sesuai dengan UU No. 37 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan pasal 2, LPMP memiliki tugas pokok dan fungsinya selaku unit kerja di lingkungan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Adapun tugas pokok Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ialah melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah di provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Fungsi dari Lembaga PenjaminanMutu Pendidikan antara lain: a. Pengukuran evaluasi pelaksanaan pendidikan dasar, menengah pertama dan

menengah atas.

b. Perancangan model-model pembelajaran di sekolah sesuai dengan kebutuhan provinsi dan standar mutu nasional.

(22)

4

d. Fasilitasi pelaksanaan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.

e. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan.

f. Pelaksanaan urusan perencanaan keuangan kepegawaian, ketatalaksanaan, dan kerumahtanggaan lembaga.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan memiliki tanggung jawab di dalam pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) pada tingkat satuan pendidikan. Konsep Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang dikembangkan menekankan pada evaluasi diri untuk peningkatan kinerja secara terus menerus dan berkelanjutan.

(23)

5

Tabel 1. Data Peringkat SMA Negeri di Bandar Lampung 2012/2013

No KD.SEK

Nama

Sekolah Rerata

Total

Rerata Rerata IPA Rerata IPS

1. 12-01-012 SMAN 2 8,28 305 8,31 271 8,01 34

2. 12-01-023 SMAN 9 8,13 279 8,13 192 8,12 87

3. 12-01-001 SMAN 1 7,96 228 8,09 120 7,82 108

4. 12-01-018 SMAN 3 7,81 281 7,90 179 7,66 102

5. 12-01-040 SMAN 5 7,68 298 7,82 158 7,53 140

6. 12-01-006 SMAN10 7,65 281 7,95 124 7,42 157

7. 12-01-024 SMAN 7 7,50 307 7,62 156 7,38 151

8. 12-01-089 SMAN15 7,37 144 7,41 70 7,34 74

9. 12-01-082 SMAN14 7,31 172 7,47 119 6,96 53

10. 12-01-031 SMAN 4 7,29 226 7,73 78 7,06 148

11. 12-01-042 SMAN12 7,27 311 7,48 165 7,03 146

12. 12-01-077 SMAN13 7,27 211 7,58 107 6,95 104

13. 12-01-033 SMAN 8 7,18 235 7,33 86 7,09 149

14. 12-01-086 SMAN16 7,01 151 7,12 91 6,84 60

15. 12-01-007 SMAN 6 6,87 226 6,93 121 6,81 105

16. 12-01-036 SMAN11 6,59 113 6,81 37 6,48 76

17. 12-01-091 SMAN17 6,35 83 6,29 31 6,39 52

Sumber : Sistem Informasi LPMP Provinsi Lampung 2012/2013

(24)

6

dimiliki oleh SMA Al-Husna dengan rata 6,37, SMA Islamiyah dengan rata-rata 6,36, dan SMA Muhammadiyah 1 dengan rata-rata-rata-rata 6,26.

Sekolah-sekolah yang berada di peringkat menengah ke atas dapat diindikasikan sebagai sekolah-sekolah yang telah memenuhi standar nasional pendidikan, namun yang berada di peringkat menengah kebawah belum dapat diindikasikan telah mencapai standar nasional pendidikan. Hal tersebut dikarenakan nilai akhir yang diperoleh siswa-siswi masih rendah. Nilai akhir yang rendah menandakan bahwa belum terpenuhinya beberapa aspek standar nasional pendidikan seperti standar kompetensi kelulusan. Hal tersebut dikarenakan nilai akhir yang diperoleh siswa-siswi masih rendah. Standar kompetensi kelulusan merupakan target yang harus dicapai nilai akhir siswa sebagai bahan evaluasi proses belajar-mengajar di sekolah yang juga merupakan salah satu aspek standar nasional pendidikan. Pencapaian standar kompetensi kelulusan di sekolah tidak terlepas dari proses belajar-mengajar yang dilakukan tenaga pendidik di sekolah. Sehingga standar pendidik dan tenaga kependidikan yang dimiliki oleh suatu sekolah memegang peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Jika dilihat dari PP No. 19 Tahun 2005, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah, namun dari ketujuh faktor tersebut tenaga pendidik lah yang menjadi faktor penting dalam menentukan mutu pendidikan.

(25)

7

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian bagi masyarakat mampu meningkatkan kualitas belajar siswa-siswi. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen menekankan bahwa aspek penting dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dilihat dari tenaga pendidik dan kependidikannya yakni kualisifikasi, sertifikasi dan kesejahteraan. Berdasarkan UU tersebut, guru diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien. Guru harus mampu memberikan pelajaran dengan cukup menarik agar siswa-siswi dapat dengan mudah memahami pelajaran-pelajaran yang diberikan. Oleh sebab itu, kualitas yang dimiliki tenaga pendidik sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang kemudian mempengaruhi kualitas siswa-siswi. Untuk melihat kualitas tenaga pendidik, hal pertama yang dilihat ialah kualisifikasi akademik yang dimiliki oleh tenaga pendidik tersebut.

Pasal 28 ayat 1 PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 8 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru SMA harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran.

Tabel 3. Rekap Data Kualifikasi Guru di Bandar Lampung Tahun 2014

Count of ptk_id

Kualifikasi

Jenjang D1 D2 D3 D4 S1 S2 SMA

SD 66 514 117 2 3220 132 612

SMA 2 4 41 1 1522 163 13

SMP 140 4218 0 3 3 5 73

(26)

8

SLB 9 2 34 5 1

Grand Total

279 757 355 14 8583 619 1176

Sumber: Sistem Informasi LPMP Provinsi Lampung 2014

Berdasarkan data tabel tersebut, dapat dilihat bahwa tenaga pendidik dengan riwayat jenjang pendidikan akhirnya D3 hingga SMA masih tergolong banyak. Hal tersebut jelas tidak sesuai dengan isi Pasal 8 UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang mengamanatkan bahwa guru SMA harus memiliki kualifikasi akademik minimal D4/S1 dan kompetensi sebagai agen pembelajaran.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas profesionalisme para tenaga pendidik dan memotivasi kerja para tenaga pendidik khususnya tenaga pendidik jenjang D1 dan SMA dengan mengeluarkan kebijakan yakni sertifikasi guru. Sertifikasi merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menjamin mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik. Sertifikasi merupakan tahap atau standar yang harus dilalui guru sebagai agen pengajar, karena guru yang telah lolos tahap sertifikasi dan telah memiliki sertifikat merupakan guru yang memiliki kompetensi yang sesuai dan telah memenuhi standar mutu pendidikan. Melalui proses sertifikasi akan dihasilkan tenaga pendidik yang berkompeten yang mampu meningkatkan produktivitas belajar mengajar sehingga dapat menghasilkan mutu pendidikan yang bermutu sesuai standar nasional pendidikan.

(27)

9

2010. Namun hingga tahun 2014 yang lalu masih terdapat guru-guru yang belum bersertifikasi.

Tabel 4. Rekap Data Guru Sudah Bersertifikasi dan Belum Bersertifikasi Tahun 2014

Count of

ptk_id

Kualifikasi

Sertifikasi SMA SMK D1 D2 D3 D4 S1 S2

Belum 692 209 158 428 264 6 3665 105

Sudah 484 94 121 329 91 8 4918 514

Grand

Total

1176 303 279 757 235 14 8583 619

Sumber: Sistem Informasi LPMP Provinsi Lampung 2014

Berdasarkan data tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah guru D3 hingga SMA yang belum bersertifikasi jauh lebih banyak dibandingkan yang sudah bersertifikasi.

(28)

10

Akan tetapi berdasarkan data yang telah dipaparkan, dapat dilihat bahwa masih terdapat beberapa sekolah di Bandar Lampung yang berada diperingkat bawah yang mana hal tersebut diindikasikan dipengaruhi oleh faktor kualitas tenaga pendidik yang terdapat di sekolah-sekolah tersebut. Selain itu juga, masih terdapat guru-guru yang belum bersertifikasi. Padahal seharusnya guru-guru khususnya di Bandar Lampung sudah melalui melakukan program sertifikasi, namun kenyataannya hingga tahun 2014 masih terdapat banyak guru atau tenaga pendidik yang belum bersertifikasi.

(29)

11

Selain itu, berdasarkan penelitian terdahulu oleh Amanda (2015:127) tentang implementasi kebijakan K13 pada sekolah menengah kejuruan di Bandar Lampung mengindikasikan adanya kekurang efektifan kinerja LPMP dalam memberikan pelatihan, diklat terkait K13 karena belum meratanya pemberian pelatihan terhadap beberapa guru di kota Bandar Lampung. Selain itu pula, berdasarkan observasi terdahulu yang dilakukan oleh Chusnul (2015) menyatakan bahwa program pelatihan dan diklat yang dikelola LPMP cenderung tebang pilih. Hal ini mengingat masih terdapat sekolah yang belum merasakan manfaat diklat, maupun pelatihan yang dilakukan LPMP.

Sumber:www.kupastuntas.co/?page=berita&&no=25620#.VeqaPIXZHqC.

Diakses pada tanggal 3/09/2015.

(30)

12

bahkan jika dibandingkan dengan peringkat sekolah yang berada di daerah seperti Pringsewu, peringkat sekolah tersebut masih dibawah peringkat sekolah di Pringsewu. Hal ini diindikasikan karena pengaruh kurang kompeten dan profesionalnya guru dalam proses belajar-mengajar. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk membahas kinerja LPMP provinsi Lampung dalam menjalankan tugasnya dalam penjaminan mutu pendidikan melalui peningkatan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik terutama di pusat kota Bandar Lampung, dengan memilih judul “Kinerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dalam Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Tenaga Pendidik di Bandar Lampung”. Hal ini dikarenakan pemerintah telah membentuk LPMP selaku unit pelaksana pemerintah dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kualitas tenaga pendidik dengan sertifikasi maupun pemberian pelatihan-pelatihan, namun kenyataannya masih juga terdapat sekolah-sekolah yang mutunya dibawah yang mana hal tersebut diindikasikan karena mutu tenaga pendidik yang dimiliki sekolah-sekolah tersebut masih belum kompeten dan profesional.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

(31)

13

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi kendala bagi LPMP provinsi Lampung dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat disusun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kinerja LPMP dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik.

2. Teridentifikasinya faktor-faktor yang menjadi kendala bagi LPMP Lampung dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk melatih dan mengembangkan ilmu yang didapat dalam perkuliahan jurusan Ilmu Administrasi Negara, khususnya mata kuliah Kinerja Organisasi Publik.

2. Manfaat Praktis

(32)

14

(33)

15

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Kinerja

2.1.1. Definisi Kinerja

Menurut Wibowo (2008:7), kinerja berasal dari pengertian performance yakni sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Kinerja adalah tentang melakukan suatu pekerjaan dan hasil dari pekerjaan tersebut.

Menurut Mahsun (2006:25), kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu mempunyai kriteria keberhasilan yang telah disiapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai.

Menurut Sulistiyani (2009:276), kinerja merupakan kombinasi dan kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dilihat dari hasil kerjanya.

(34)

16

periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Tika (2006:212-222), kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu.

Menurut Pasolong (2011:175), pada dasarnya kinerja dibagi dalam dua segi yakni kinerja pegawai dan kinerja organisasi. Kinerja pegawai adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi. Kinerja organisasi adalah hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Kinerja pegawai dan kinerja organisasi saling berkaitan, hal tersebut karena hasil kerja yang telah dicapai oleh suatu organisasi tidak terlepas dari kinerja pegawai yang ada dalam organisasi tersebut. Menurut Robbins dalam Sinambela (2012:5) kinerja diartikan sebagai hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan individu dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama. Selain itu, menurut Prawirosentono (1992:2) kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawab masing-masing, dalam rangka upaya pencapaian tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.

(35)

17

hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu yang telah disepakati bersama.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seorang pegawai atau kelompok yang merupakan bagian dari suatu organisasi terhadap pelaksanaan tugas dalam periode tertentu yang dinilai berdasarkan pada kriteria atau standar penelitian tertentudalam rangka pencapaian tujuan suatu organisasi.

2.1.2. Definisi Kinerja Organisasi Publik

Menurut Pasolong (2011:175), kinerja organisasi merupakan suatu bentuk totalitas dari hasil kerja yang dicapai suatu organisasi.

Menurut Wibawa dalam Pasolong (2011:176), kinerja organisasi sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus-menerus untuk mencapai kebutuhan secara efektif.

Menurut Nasucha (2004:107), kinerja organisasi didefinisikan sebagai efektivitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang telah ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan melalui usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus-menerus untuk mencapai kebutuhannya secara efektif.

(36)

18

dimilikinya. Kinerja organisasi publik merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan organisasi publik tersebut sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi organisasi publik yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan berdasarkan program atau kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, kinerja organisasi publik adalah kinerja birokrat atau pemerintah maupun BUMN/BUMD organisasi bidang pendidikan, organisasi bidang kesehatan, organisasi masa dan lain sebagainya dalam menyediakan berbagai kepentingan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kepada umum atau masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja organisasi publik merupakan bentuk totalitas yang dicapai suatu organisasi publik sesuai tujuan yang mana tingkat keberhasilan dan kegagalan organisasi tersebut diindikasikan dalam penjabaran dari visi, misi dan strategi.

2.1.3.Pengukuran Kinerja Organisasi

(37)

19

merupakan alat untuk menilai kesuksesan suatu organisasi. Dalam bukunya juga, Mahmudi menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan bagian penting dari proses pengendalian manajemen, baik organisasi maupun swasta. Adapun tujuan dilakukannya penilaian kinerja sektor publik antara lain:

a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi. b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai. c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya.

d. Memberikan pertimbangan yang sistemik dalam pembuatan keputusan pemberian reward and punishment.

e. Memotivasi pegawai.

f. Menciptakan akuntabilitas publik.

Menurut Mardiasmo dalam Sinambela (2012:187), pengukuran kinerja organisasi publik memiliki tiga tujuan yaitu:

a. Membantu memperbaiki kinerja pemerintahan (organisasi publik) agar kegiatan pemerintah terfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. b. Pengalokasian sumberdaya dan pembuatan keputusan.

c. Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

(38)

20

Terdapat empat elemen pengukuran kinerja organisasi yaitu: 1. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi.

Tujuan merupakan penjabaran dari visi dan misi yang telah ditentukan oleh organisasi. Sasaran yaitu tujuan organisasi yang dinyatakan secara eksplisit dengan dibatasi waktu yang jelas kapan sasaran itu akan dicapai. Lalu ditentukan strategi pencapaiannya yang menggambarkan bagaimana mencapainya.

2. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja.

Indikator dan ukuran kinerja sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi.

3. Mengukur tingkat kepercayaan tujuan dan sasaran organisasi.

Mengukur tingkat ketercapaian tujuan, sasaran dan strategi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan.

4. Evaluasi kinerja.

Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi.

(39)

21

2.1.4 Indikator Kinerja Oganisasi

Kinerja organisasi dapat dinilai baik atau buruk melalui pengukuran kinerja. Dalam pengukuran kinerja diperlukan indikator-indikator kinerja sebagai alat dalam pengukuran kinerja. Menurut Mahmudi (2010:155-156), indikator kinerja merupakan sarana atau alat untuk mengukur suatu aktivitas, kegiatan atau proses dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri. Peran indikator kinerja bagi organisasi publik adalah memberikan tanda atau rambu-rambu bagi manajer atau pihak luar untuk menilai kinerja organisasi. Secara umum, indikator kinerja memiliki peran antara lain:

1. Membantu memperbaiki praktik manajemen.

2. Meningkatkan akuntabilitas manajemen dengan memberikan tanggungjawab secara eksplisit dan pemberian bukti atas suatu keberhasilan atau kegagalan. 3. Memberikan dasar melakukan perencanaan kebijakan dan pengendalian.

4. Memberikan informasi yang esensial kepada manajemen sehingga memungkinkan bagi manajemen untuk melakukan pengendalian kinerja di semua level organisasi.

5. Memberikan dasar untuk pemberian kompensasi kepada staff.

Dalam Moeheriono (2012:163), terdapat tiga konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik, yaitu:

(40)

22

2. Responsibilitas, pelaksanaan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai prinsip-prinsip administrasi yang benar sesuai dengan kebijakan secara implisit maupun eksplisit.

3. Akuntabilitas, menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi yang diharapkan dari masyarakat bisa berupa penilaian dari wakil rakyat dan masyarakat.

Indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa hari demi hari kinerja organisasi yang bersangkutan menunjukan kemampuan dalam rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif/kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran. Dalam penilaian kinerja pelayanan publik pemerintah telah menyusun alat ukur untuk kinerja pelayanan publik yakni Keputusan Menpan No. 25/ KEP/ M.PAN/ 2/ 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah dalam Moeheriono (2012:163), terdapat 14 indikator kinerja organisasi publik, yaitu:

1. Prosedur pelayanan. 2. Persyaratan pelayanan. 3. Kejelasan petugas pelayanan. 4. Kedisiplinan petugas pelayanan. 5. Tanggungjawab petugas pelayanan. 6. Kemampuan petugas pelayanan. 7. Kecepatan pelayanan.

(41)

23

10. Kewajaran biaya pelayanan. 11. Kepastian biaya pelayanan. 12. Kepastian jadwal pelayanan. 13. Kenyamanan lingkungan. 14. Keamanan pelayanan.

Sedangkan menurut Wibowo (2007:102-105), indikator kinerja digunakan untuk aktivitas yang hanya ditetapkan secara kualitatif atas dasar perilaku yang dapat diamati. Adapun indikator-indikator tersebut antara lain:

1. Tujuan

Tujuan merupakan suatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai. Dengan adanya tujuan dapat ditunjukan arah ke mana kinerja harus dilakukan.

2. Standar

Standar merupakan suatu ukuran untuk melihat apakah suatu tujuan telah dicapai.

3. Umpan Balik

Umpan balik merupakan masukan yang digunakan untuk mengukur kemajuan kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan.

4. Alat atau Sarana

Alat atau sarana merupakan faktor penunjang untuk pencapaian tujuan yang dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses.

5. Kompetensi

(42)

24

6. Motif

Motif merupakan alasan seseorang untuk melakukan sesuatu. 7. Peluang

Peluang merupakan kesempatan yang diberikan kepada pekerja untuk menunjukan prestasi kerjanya.

Menurut Selim dan Woodward dalam Sinambela (2012:190), indikator kinerja sektor publik yaitu:

1. Tuntutan pelayanan yang menunjukan seberapa besar pelayanan disediakan. 2. Ekonomi yang menunjukan apakah biaya yang digunakan lebih murah

daripada yang direncanakan.

3. Efisiensi yang menunjukan perbandingan biaya dengan hasil yang dicapai. 4. Efektifitas yang menunjukan perbandingan hasil yang seharusnya dengan hasil

yang dicapai.

5. Keadilan yang menunjukan tingkat keadilan potensial dari kebijakan yang dihasilkan.

Berikut beberapa indikator kinerja untuk mengukur kinerja birokrasi menurut Dwiyanto dalam Pasolong (2011:178-180), antara lain:

1. Produktivitas

(43)

25

seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan salah satu indikator kinerja yang penting. Sedangkan menurut dewan produktivitas nasional, produktivitas adalah suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa suatu kehidupan hari ini (harus) lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

2. Kualitas Layanan

Dalam pelayanan publik, kualitas layanan merupakan faktor penting.Tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan suatu organisasi dilihat dari kualitas layanan yang diberikan organisasi tersebut. Oleh sebab itu, kepuasan masyarakat menjadi indikator kinerja birokrasi publik. Kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja birokrasi publik yang mudah dan murah di pergunakan. Kepuasan masyarakat dapat menjadi indikator untuk menilai kinerja birokrasi publik.

3. Reponsivitas

(44)

26

4. Responsibilitas

Responsibilitas menggambarkan apakah pelaksanaan birokrasi dilakukan dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat dimana birokrasi publik memprioritaskan kepentingan publik. Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi publik itu konsisten dengan kehendak publik. Kinerja birokrasi publik tidak hanya diukur dari ukuran internal, tapi juga dari ukuran eksternal seperti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu birokrasi publik mempunyai akuntabilitas yang tinggi apabila kegiatan itu dianggap benar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berkembang di masyarakat.

Menurut Kumorotomo dalam Pasolong (2011:180), beberapa indikator kerja yang dijadikan pedoman untuk menilai kinerja publik antara lain:

1. Efisiensi

Menyangkut pertimbangan keberhasilan organisasi dalam pelayanan publik mendapat laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomi.

2. Efektivitas

(45)

27

3. Keadilan

Indikator ini mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik.

4. Daya tanggap

Organisasi publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau pemerintah akan kebutuhan masyarakat.

Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan melihat indikator-indikator kinerja dari beberapa pendapat di atas terkait indikator-indikator kinerja, dapat dilihat bahwa untuk mengukur kinerja suatu organisasi publik dapat dilihat dari beberapa pendekatan baik pendekatan ekonomi, sosial, keorganisasian maupun manajemen. Efisiensi dan efektivitas merupakan indikator yang paling dominan seperti yang disebutkan di atas. Namun, Dwiyanto dalam Pasolong (2011:178) menyatakan bahwa satu ukuran lebih luas yaitu produktivitas yang mana tidak hanya mengukur efisiensi, tetapi juga efektivitas. Indikator produktivitas berkaitan dengan output dari suatu organisasi sehingga produktivitas menjadi tolak ukur dalam penelitian kinerja organisasi sehingga menjadi sangat penting untuk di teliti.

(46)

28

juga terkadang seperti responsibilitas yang fungsinya sama penting dalam penilaian kinerja.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa dari beberapa indikator yang dipaparkan oleh beberapa ahli, peneliti memilih untuk menggunakan indikator kinerja yang dikemukakan oleh Moeheriono (2012:163) yakni:

1. Responsivitas

Responsivitas merupakan kemampuan suatu organisasi dalam menjalankan misi dan tujuannya yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Dwiyanto dalam Pasolong (2011:178-180), kemampuan birokrasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda prioritas pelayanan dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan aspirasi masyarakat. Menurut Levine dalam Makalah Atmoko, responsivitas menggambarkan kemampuan organisasi dalam menjalankan misi dan tujuan terutama untuk memenuhi kebutuhan msyarakat yang mana penilaiannya bersumber pada data organisasi dan masyarakat. Menurut Pasolong (2011:203), responsivitas berkaitan dengan tanggungjawab birokrat dalam merespon kebutuhan publik yang mendesak. Birokrat dapat dikatakan baik apabila birokrat tersebut responsible dan profesional.

Dalam hal ini, kinerja LPMP dapat dikatakan responsivitas apabila program-program yang dijalankan benar-benar sesuai dengan misi dan tujuan dari organisasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta aspirasi masyarakat.

Sumber: http://edokumen.kemenang.go.id/files/BX32jRZz1284857253.pdfstandar

(47)

29

2. Responsibilitas

(48)

30

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan bentuk pertanggungjawaban kepada siapa dan untuk apa organisasi bertanggungjawab. Menurut Moeheriono (2012:163), akuntabilitas menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi yang diharapkan dari masyarakat bisa berupa penilaian dari wakil rakyat dan masyarakat. Menurut Simamora (1997:207), akuntabilitas mengacu pada tiga jenis intervensi yakni:

a. Berkaitan dengan verifikasi penggunaan sumber-sumber organisasi. Akuntabilitas ini menunjukan bahwa dana yang tersedia telah dipergunakan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.

b. Mengacu pada program, target, implementasi dan evaluasi output tertentu yang sangat diharapkan.

c. Mengacu pada evaluasi eksternal terhadap output organisasi. Akuntabilitas merupakan intervensi eksternal yang dirancang untuk mengetahui apakah organisasi sedang beroperasi sesuai apa yang diharapkan. Intervensi eksternal didasarkan pada hasil riset evaluasi.

(49)

31

masyarakat juga wakil rakyat. Hal ini dilihat dari penilaian masyarakat itu sendiri. Selain itu, akuntabilitas LPMP baik apabila dilihat dari verifikasi sumber-sumber daya baik manusia maupun finansial (dana) yang digunakan LPMP, program, target, implementasi serta output juga evaluasi serta intervensi dari pihak eksternal.

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mahmudi (2010:20), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain:

1. Faktor personal

Yakni meliputi pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki semua individu.

2. Faktor kepemimpinan

Yakni meliputi kualitas pemimpin dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan.

3. Faktor tim

Yakni meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap semua anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem

Meliputi sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kerja dalam organisasi.

5. Faktor konsektual

(50)

32

Selain itu, dalam Pasolong (2011:186-189), dikemukakan pula faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Kemampuan

Menurut Robbins dalam Pasolong (2011:186-189), kemampuan merupakan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagi tugas dalam suatu pekerjaan.

Kemampuan dapat dilihat dari dua segi:

a. Kemampuan intelektual, yakni kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental.

b. Kemampuan fisik, yakni kemampuan untuk diperlukan tugas-tugas yang menuntut stamina kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.

2. Kemauan

Menurut Robbins dalam Pasolong (2011:186-189), kemauan adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi. Kemauan kerja seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:

a. Pengaruh lingkungan fisik

Lingkungan fisik yang baik seperti: lampu yang terang, ventilasi udara yang nyaman dan sejuk, bebas dari suara yang berisik, dan lain-lain. Setiap pegawai pastilah menghendaki lingkungan fisik yang baik untuk meningkatkan kemauan kerja.

b. Pengaruh lingkungan sosial

(51)

33

mengejar penghasilan, namun juga menharapkan penghargaan dari pegawai lain.

3. Energi

Menurut Ayan dalam Pasolong (2011:186-189), energi adalah pemercik api yang menyalakan jiwa. Jadi tanpa adanya psikis dan fisik yang mencukupi, maka perbuatan kreatif karyawan terhambat.

4. Kompensasi

Kompensasi merupakan sesuatu yang diberikan oleh atasan kepada pegawai sebagai balas jasa kinerja dan bermanfaat baginya.

5. Kejelasan Tujuan

Jika pegawai tidak mengetahui dengan jelas tujuan pekerjaan yang hendak dicapai, maka tujuan yang tercapai tidak efektif/efisien.

6. Teknologi

Menurut Rousseau dalam Pasolong (2011:188), teknologi merupakan penerapan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan.

7. Keamanan

Menurut Strauss dan Sayles dalam Pasolong (2011:189), keamanan pekerjaan yaitu sebuah kebutuhan manusia yang fundamental, karena pada umumnya orang lebih mementingkan keamanan pekerjaan daripada gaji atau kenaikan pangkat.

Menurut Simamora dalam Mangkunegara (2005:14), kinerja dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

(52)

34

2. Faktor psikologis yang meliputi persepsi, attitude, personality, pembelajaran, motivasi.

3. Faktor organisasi yang meliputi sumberdaya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan job design.

Menurut Soesilo dalam Tangkilisan (2007:180-181), kinerja organisasi dimasa depan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti:

1. Struktur organisasi, sebagai hubungan internal yang berkaitan dengan fungsi yang menjalankan aktivitas.

2. Kebijakan pengelolaan, berupa visi dan misi organisasi.

3. Sumber daya manusia, berkaitan dengan kualitas karyawan dalam menjalankan tugasnya dengan optimal.

4. Sistem informasi manajemen, berhubungan dengan pengelolaan database yang digunakan untuk mempertinggi kinerja organisasi.

5. Sarana dan prasarana yang dimiliki, berhubungan dengan penggunaan teknologi bagi penyelenggaraan kegiatan organisasi.

Sedangkan menurut Atmoesoeprapto dalam Tangkilisan (2007:181-182), kinerja suatu organisasi dipengaruhi oleh dua faktor yakni:

1. Faktor internal yang terdiri dari:

a Tujuan organisasi, yakni apa yang ingin dicapai dan apa yang ingin diproduksi oleh suatu organisasi.

(53)

35

c Sumber daya manusia, yakni kualitas dan pengelola anggota organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.

d Budaya organisasi, yakni gaya dan identitas suatu organisasi dalam pola kerja yang baku dan menjadi citra organisasi yang bersangkutan.

2. Faktor eksternal yang terdiri dari:

a. Faktor politik, hal yang berhubungan dengan keseimbangan kekuatan negara yang berpengaruh pada keamanan dan ketertiban yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi dalam berkarya secara maksimal. b. Faktor ekonomi, yaitu tingkat perkembangan ekonomi yang berpengaruh

pada tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakan sektor-sektor lainnya sebagai suatu sistem ekonomi yang besar.

c. Faktor sosial, yaitu orientasi nilai yang berkembang di masyarakat yang mempengaruhi pandangan mereka terhadap etos kerja yang dibutuhkan bagi peningkatan kinerja organisasi.

Berdasarkan faktor yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi tergantung pada jenis, karakteristik dan tujuan pembentukan organisasi itu sendiri.

2.2.Tinjauan Tentang Kualitas Tenaga Pendidik 2.2.1.Definisi Kualitas / Mutu

(54)

36

sekolah, staf tata usaha dan siswa, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja, dan struktur organisasi, serta mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.

Menurut Edward Sallis dalam Umaedi (2004:161) mengemukakan konsep mutu dalam 3 pengertian, yaitu:

1. Mutu dalam pengertian absolut

Mutu dianggap sebagai sesuatu yang ideal seolah esensi dari kebaikan , kebenaran , tiada duanya , segalanya lebih dari yang lain.

2. Mutu dalam pengertian relatif

Mutu diukur dari dua aspek. Pertama mutu diukur berdasarkan persyaratan kriteria dan spesifikasi (standar-standar) yang telah ditetapkan lebih dulu. Kedua, mutu diukur berdasarkan akomodasi keinginan konsumen atau pelanggan, sebab didalam penetapan standar (persyaratan, kriteria dan spesifikasi) produk atau jasa yang dihasilkan memperhatikan persyaratan-persyaratan yang dikehendaki pelanggan, dan perubahan-perubahan standar juga didasarkan atas kehendak pelanggan pelanggan, bukan semata-mata atas kehendak produsen.

3. Mutu menurut definisi konsumen

(55)

37

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mutu adalah suatu keadaan kebenaran atau kebaikan yang mana kebaikan tersebut sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan ataupun sesuai dengan keinginan pelanggan. Selain itu, jika dihubungkan dengan kinerja sektor publik, mutu merupakan kemampuan kinerja yang dimiliki setiap aparatur publik dalam melaksanakan tugasnya melayani publik sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan sesuai dengan yang diinginkan masyarakat.

2.2.2.Definisi Tenaga Pendidik (Guru)

Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, guru merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar disebut “Guru” dan pada jenjang

pendidikan tinggi disebut “Dosen”. Tugas guru adalah mengajar dan mendidik.

Dalam mengajar dan mendidik, guru memiliki peran yang sangat dominan bagi para murid karena guru adalah seorang yang ditiru, karena apa yang disampaikan guru, dipercaya dan diyakini oleh para murid. Oleh sebab itu, guru haruslah mampu mengajar mereka menjadi sesuatu yang lebih baik. Pada format pengelolaan pendidikan yang sentralistik, sekali menjadi unit birokrasi yang mana tenaga pendidik (guru) diposisikan sebagai karyawan birokrasi pemerintah. Sedangkan pada format pengelolaan desentralisasikan, sekolah dikonsepkan sebagai tenaga pendidik yang merupakan tenaga professional.

(56)

38

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah”.

Pada pasal 32 ayat 2 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Pada pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan kependidikan. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pada satuan pendidikan. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tenaga pendidik merupakan anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya sebagai unit birokrasi pemerintah yang bertugas untuk mengajar, mendidik para peserta didik.

2.2.3 Kualitas Tenaga Pendidik

(57)

39

empat. Kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi pedadogdig, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

(58)

40

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih tipe penelitian ini karena peneliti bermaksud menggambarkan, menjelaskan dan mendekripsikan gejala-gejala yang terdapat dalam masalah penelitian secara kompleks yaitu mengenai kejadian-kejadian empiris dalam kinerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dengan menganalisis kata-kata dan melaporkan pandangan-pandangan informan secara rinci. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nazir (2005:55) yang mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan tipe penelitian yang menggambarkan situasi atau kejadian dengan menghasilkan data-data berupa kata-kata yang melatarbelakangi informan berperilaku.

3.2. Fokus Penelitian

(59)

41

bersifat kualitatif. Fokus penelitian diperlukan karena memberikan batasan dalam studi dan batasan dalam pengumpulan data guna memilih data yang relevan dan data yang tidak relevan, sehingga dengan batasan ini peneliti akan lebih terfokus dalam memahami masalah yang menjadi tujuan penelitian. Adapun hal-hal yang menjadi fokus penelitian:

1. Kinerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan dalam upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik di Bandar Lampung. Dalam hal ini, pengukuran kinerja menggunakan indikator kinerja yang dikemukakan oleh Moeheriono (2012:163), yang meliputi:

a. Responsivitas

Responsivitas LPMP dapat dilihat dari kemampuan LPMP sebagai lembaga yang telah dibentuk pemerintah untuk menjamin mutu pendidikan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yakni meningkatkan kompetensi dan profesionalitas tenaga pendidik di Bandar Lampung. Responsivitas juga dilihat dari kemampuan LPMP dalam menanggapi aspirasi masyarakat (tenaga pendidik) .

b. Responsibilitas

Responsibilitas LPMP dapat dilihat dari keselarasan tindakan kerja LPMP dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan dan prinsip-prinsip administrasi yang didasari dari UU yang berlaku.

c. Akuntabilitas

(60)

42

dan wakil rakyat terkait kegiatan yang dilakukan sudah sesuai yang diharapkan atau belum.

2. Faktor-faktor yang menghambat kinerja LPMP dalam meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tenaga pendidik di Bandar Lampung.

3.3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang diambil adalah kantor Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Lampung. Adapun alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi penelitian tersebut ialah karena Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Lampung merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah untuk menjamin mutu pendidikan dengan tugasnya yakni meningkatkan kualitas tenaga pendidik guna menjamin mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan di kota Bandar Lampung namun masih terdapat sekolah-sekolah khususnya sekolah-sekolah menengah atas di Bandar Lampung yang mutu pendidikannya masih terbilang rendah.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang digunakan dalam upaya pengumpulan data meliputi: 1. Peneliti sendiri, yaitu peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap

fenomena yang terjadi ditempat dan menggunakan panca indra.

(61)

43

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam metode ilmiah karena digunakan dalam rangka analisis penelitian, kecuali untuk penelitian eksplosif, pengujian hipotesis. Metode penelitian kualitatif sangat mengandalkan informasi atau data kualitatif primer langsung dari para informan yang terlibat. Maka dari itu, teknik pengumpulan data yang dipakai antara lain: a. Observasi

Observasi merupakan suatu kegiatan pengumpulan data dimana peneliti berinteraksi langsung terhadap situasi sosial dengan subjek penelitian yang kemudian memberikan suatu kesimpulan. Observasi merupakan suatu pengamatan secara langsung dengan sistematis terhadap gejala-gejala yang hendak diteliti. Oleh karena observasi merupakan teknik pengumpulan data, maka harus sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis dan dikontrol realibilitasnya dan validitasnya. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan para staff Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan terutama dalam upaya peningkatan mutu tenaga pendidik di Bandar Lampung.

b. Wawancara

Menurut Moleong (2013:186), wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua belah pihak antara pewawancara dan yang terwawancara dengan maksud tetentu.

(62)

44

wawancara bebas (tidak terstruktur) bersamaan dengan observasi. Instrumen yang dilakukan dalam wawancara ini adalah recorder dan catatan peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini ialah informan yang terkait dalam kinerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan yang terdiri dari Kepala LPMP, anggota tim LPMP dan guru-guru SMA negeri maupun swasta yang berada diperingkat atas maupun bawah.

[image:62.595.130.511.331.726.2]

Adapun informan yang diwawancarai adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Daftar informan yang diwawancarai

No. Nama Informan Waktu

1. Sabri Kepala Subbag Umum LPMP Lampung

5 Nov 2015 2. Syahrul Staff bidang Sistem Informasi

LPMP Lampung

1 Des 2015 3. Warsita Staff bidang Fasilitas Peningkatan

Kompetensi dan Prosfesionalisme Tenaga Pendidik LPMP Lampung

14 Des 2015

4. Etty Guru mata pelajaran Biology di SMA Alkautsar

7 Nov 2015 5. Ato Suharto Wakil Kepala Sekolah bidang

Humas di SMAN 2 Bandar Lampung

7 Nov 2015

6. Raya Guru mata pelajaran Kimia di SMAN 9 Bandar Lampung

7 Nov 2015 7. Eli Guru Mata Pelajaran Kimia di

SMAN 9 Bandar Lampung

7 Nov 2015 8. Ekka Guru mata pelajaran Matematika

di SMA YP UNILA

12 Nov 2015 9. Eva Guru mata pelajaran Bahasa

Inggris di SMA YPPL

14 Nov 2015 10. Anggraini

Rahayu

Guru mata pelajaran PKN di SMAN 6 Bandar Lampung

17 Nov 2015 11. Syahwaludin Kepala Sekolah SMAN 17

Bandar Lampung

3 Sept 2015

12. Mukhlis Kepala Sekolah SMAN 11 Bandar Lampung

3 Sept 2015

(63)

45

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.

Teknik pengumpulan data ini digunakan untuk menghimpun data sekunder yang memuat informasi tertentu yang bersumber dari dokumen-dokumen seperti surat-menyurat, peraturan pemerintah, penelitian sebelumnya atau yang diperoleh dari sumber tertulis yang terdapat dalam berbagai refrensi buku, surat kabar dan lain sebagainya. Adapun dokumen-dokumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional. 3. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu

Pendidikan.

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 5. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2009 Tentang Tugas Pokok LPMP.

3.6. Analisis Data

(64)

46

perspektif ilmiah yang sama. Menurut Milles dan Huberman (1992:148), metode analisis data kualitatif meliputi.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dinalisis. Hasil dari observasi, wawancara dan dokumentasi diubah kedalam bentuk tulisan.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan pembagian pemahaman peneliti tentang hasil penelitian. Penyajian data mempermudah peneliti dalam melihat gambaran secara keseluruhan dari penelitian. Pada penelitian ini, penyajian data yang digunakan pada data yang telah direduksi yaitu disajikan dalam bentuk naratif yang didukung oleh dokumen-dokumen, tabel data, foto maupun gambar yang berkaitan dengan penelitian.

3. Penarikan Kesimpulan /Verifikasi

Pengambilan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis data kualitatif. Peneliti menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan. Pada penelitian ini, pengambilan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari serangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan wawancara, observasi, dan dokumentasi hasil penelitian.

(65)

47

3.7. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dikatakan valid atau sah apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Uji keabsahan data dalam penelitia kualitatif ini meliputi :

1.Credibility (Derajat Kepercayaan)

Derajat kepercayaan mempertunjukan bahwa hasil-hasil penemuan dapat dibuktikan dengan cara peneliti melakukan pengecekan dalam berbagai sumber yaitu dengan mewawancarai lebih dari satu informan yang berasal dari elemen yang berbeda. Untuk menguji credibility, peneliti melakukan:

a. Triangulasi

(66)

48

b. Pengecekan Sejawat

Pengecekan sejawat dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat agar hasil penelitian dapat lebih baik.

c. Kecukupan Refrensial

Kecukupan refrensial dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan, catatan-catatan, rekaman-rekaman yang berhubungan dengan penelitian untuk menguji kembali penelitian yang ada.

2. Transferability (Keteralihan)

Pengujian ini berkaitan dengan sampai mana hasil penelitian ini dapat diterapkan atau dingunakan dalam situasi lain. Transferbility akan tercapai bila pembaca memperoleh gambaran yang sedemikian jelas. Oleh sebab itu, penelitian akan menyajikan laporan yang sedemikian rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.

3. Dependability (Kebergantungan)

Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian. Pengujian dependanbility dalam penelitian ini dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

4. Conformability (Kepastian)

(67)

49

BAB IV.GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1Pendidikan di Kota Bandar Lampung

Pendidikan menjadi sebuah tolak ukur suatu daerah dalam menciptakan sumber daya manusia yang mampu bersaing secara global. Sebagai ibu kota provinsi Lampung, pendidikan di kota Bandar Lampung sudah dapat terbilang cukup baik dalam menuntaskan program-program berbasis pendidikan.

(68)

50

[image:68.612.114.536.147.295.2]

Adapun jumlah tenaga pendidik di kota Bandar Lampung meliputi:

Tabel 6. Data PTK Bandar Lampung berdasarkan jenjang dan status sekolah

Negeri Swasta Grand Total

Sekolah Dasar 3609 1134 4743

Sekolah Luar Biasa 56 56

Sekolah Menengah Pertama

1613 1089 2702

Sekolah Menengah Atas

974 769 1743

Sekolah Menengah Kejuruan

542 653 1195

Taman Kanak 35 1522 1557

Total 6773 5223 11996

Sumber: Sistem Informasi LPMP Lampung.

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui

Gambar

Tabel 1. Data Peringkat SMA Negeri di Bandar Lampung 2012/2013
Tabel 3. Rekap Data Kualifikasi Guru di Bandar Lampung Tahun 2014
Tabel 4. Rekap Data Guru Sudah Bersertifikasi dan Belum Bersertifikasi Tahun 2014
Tabel 5. Daftar informan yang diwawancarai
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam implementasi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah terdapat 5 peranan penting yang dilaksanakan oleh LPMP, yaitu: (1) Pengumpulan Data Mutu Pendidikan,

Permasalahan yang terjadi pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Tengah saat ini adalah pada saat para pegawai melaksanakan tugas dinas luar, mereka tidak

Kepengawasan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru. Penelitian ini bertujuan

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, kuasa pribadi pemimpin, sikap pemimpin terhadap prestasi kerja pegawai pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

penyusunan SKP, dilakukannya penilaian perilaku kinerja pegawai LPMP Jambi oleh pejabat penilai atau atasan langsung LPMP Jambi, dan akumulasi data Prestasi kinerja pegawai

Sebelum pelaksanaaan kegiatan PPL, terlebih dahulu diadakan observasi ke lokasi PPL, yaitu di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DIY dan hasil dari observasi

fungsionalisasi jabatan tenaga kependidikan. Terfasilitasinya operasionalisasi lembaga penjaminan mutu pendidikan dan lembaga pelayanan masyarakat tani melalui penguatan dan

Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal dalam Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan di SMA Unggulan BPPT Darus Sholah Jember berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan meliputi;