• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KINERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI JAWA BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KINERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) DI JAWA BARAT."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KINERJA GURU

SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

Dl JAWA BARAT

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

^f?%.

4>

Oleh: EMED TARMEDI NIM. XXX-22.989679

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

UNTUK MENGIKUTl UJIAN TAHAP II (DUA)

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Tb sudin Makmun, MA

Pembimbing II

(3)

MENGETAHUI:

Pengelola Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung

(4)

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala

juga malaikat, serta para penghuni langit dan bumi, sampai-sampai semut yang di dalam lubangnya dan ikan hiu yang ada di lautan, semuanya memohonkan

rahmat bagi orang yang mengajarkan kebaikan pada orang banyak. (diriwayatkan oleh Tirmidzi- Bimbingan untuk mencapai tingkat mukmin/ihya

ulumuddin - Imam Alghazali, Diponegoro Bandung, 1975, hal.21).

Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (Q.S. Al-Mujadalah, [58]; 11

Karya ini dipersembahkan untuk: Istriku tercinta Lilih Sayakti, S.Pd dan

anak-anak kami tersayang 1. Rahadian Tarmedi

(5)

ABSTRAKSI

Penelitian

ini berjudul Efektivitas

Pelaksanaan

Supervisi

Oleh

Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Kineria Guru Sekolah Luar Biasa di

Jawa Barat. Studi deskriptif analitis tentang

supervisi pengawas sekolah

terhadap pelaksanaan administrasi pengajaran bagi guru SLB di Jawa Barat,

Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan salah satu aspek

penting dalam administrasi pendidikan, yaitu pengawasan pendidikan.

Masalah

efektivitas

supervisi pengawas

sekolah

dalam

pengelolaan

pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, dan pengawasan pendidikan

sebagai suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan manajemen

pendidikan menjadi salah satu aspek yang menentukan. Dengan demikian

npnnflw/flssn pendidikan perlu diupayakan secara terus menerus untuk

ditingkatkan kualitas pelaksanaanya, salah satunya melalui pelaksanaan

supervisi oleh pengawas sekolah sebagai aparat pelaksana pengawasan

pendidikan.

Fokus penelitian ini diarahkan pada permasalahan pokok: "Bagaimana

efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan

kineria guru SLB diJawa Barat"?

Landasan teoritik sebagai upaya memahami masalah berdasarkan

konsep keilmuan, dikelompokkan sesuai dengan masalah yang diteliti,

meliputi: (1) Supervisi dalam konteks administrasi pendidikan, (2) Peranan

supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan, (3) Hakekat, fungsi dan tujuan

supervisi pengajaran, (4) Efektivitas supervisi pengajaran, dan (5) Rangkuman

hasil studi kepustakaan dan Penelitian sebelumnya yang relevan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif

analitis kualitatif. Untuk memamahi masalah yang diteliti dilakukan eksplorasi

naturalistik. Instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri dengan

menggunakan teknik dan alat pengumpul data yang diperlukan sesuai dengan

sifat data yang dikumpulkan, Tahap penelitian terdiri atas: tahap orientasi,

tahap eksplorasi, dan tahap member check. Sumber data menggunakan

sampel purposif, kemudian data yang diperoleh dihimpun dalam catatan

lapangan. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara

content analysis melalui unitisasi, katagorisasi, dan deskripsi data dengan

memperhatikan hubungan diantara unit dan katagori data.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa supervisi pengawas sekolah

terhadap pelaksanaan administrasi pengajaran bagi guru SLB di Jawa Barat

telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Secara rinci hasil

penelitian berdasarkan katagorisasi permasalahan diungkapkan sebagai

berikut:

1. Karakteristik khusus supervisi pendidikan untuk SLB dapat dilaksanakan

dengan baik jika ada koordinasi dengan tim akhli atau tenaga rehabilitasi.

Berkaitan dengan kebijakan pengembangan pendidikan luar hiasa di Jawa

Barat direalisasikan dengan adanya sekolah terpadu; dan guru kunjung.

(6)

Pembinaan pengawas sekolah terhadap pelaksanaan tugas pokok guru

SLB di Jawa Barat diarahkan kepada pelayanan profesional untuk

memberikan kesempatan

dalam mengembangkan diri agar mampu

melaksanakan tugas pokoknya dengan baik, model pembinaan yang telah

dilaksanakan saat ini diantaranya adalah kunjungan kelas, rapat rutin,

pertemuan KKG/gugus sekolah, dan penataran.

Dampak supervisi pengawas sekolah terhadap kinerja guru sangat besar

artinya dalam pelaksanaan tugas pokok terutama dari segi kedisiplinan,

tanggungjawab, sikap, dan pengetahuan serta prestasi kerja.

Pelaksanaan tugas pokok pengawas sekolah pendidikan luar biasa di

Jawa Barat, baik secara kuantitatif

maupun kualitatif belum dapat

dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan rasio pengawas

dengan jumlah sekolah binaan tidak sesuai, sedangkan secara kualitatif

karena jenis dan jenjang peserta didik luar biasa bermacam-macam,

sehingga prestasi peserta didik anak luar biasa tidak ditentukan oleh hasil

yang bersifat akademis saja.

Masalah yang dihadapi pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas

pokoknya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik intern maupun ekstern.

Faktor intern diantaranya latar belakang pendidikan pengawas tidak

memenuhi standar yang disyaratkan, belum semua pengawas sekolah

mengikuti diklat. Sedangkan faktor ekstern

di samping latar belakang

pendidikan yang belum memenuhi standar kualifikasi juga sistem

pelayanan dan bimbingan belum melibatkan tim akhli/rehabilitasi.

Upaya upaya yang telah dilakukan pengawas sekolah saat ini dalam

pemecahkan masalah di atas adalah mengikuti pendidikan formal,

diklat/penataran, seminar dan lokakarya, berkenaan dengan masalah

pembinaan guru adalah merancang suatu pola/model wadah pembinaan

profesional melalui kegiatan KKG, KKKS, dan KKPS.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR

TERIMAKASIH DAN PENGHARGAAN. DAFTAR ISI

D A F T A R TABEL D A F T A R G A M B A R

ABSTRAKSI i iii vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang i

B. Tujuan Penelitian 9

C. Manfaat dan Pentingnya Penelitian 10

D. Rumusan Masalah 11

E. Pertanyaan Penelitian 13

F. Paradigma Penelitian 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Supervisi dalam Konteks Administrasi Pendidikan. 16 B. Peranan Supervisi Daiam Meningkatkan Mutu

Pendidikan 18

C. Hakekat, Fungsi dan Tujuan Supervisi Pengajaran

1. Hakekat Supervisi Pengajaran 21

2. Fungsi Supervisi Pengajaran 21

3. Tujuan Supervisi Pengajaran 39

D. Efektivitas Supervisi Pengajaran 43 E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan 55

BAB III PROSEDUR DAN PROSES PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode, dan Teknik Penelitian

1. Pendekatan Penelitian 58

2. Metode dan Teknik Penelitian 61

(8)

3. Teknik Pengumpulan Data 61 B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian 62

2. Subyek Penelitian 62

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data

1. Tahap Orientasi dan Overview 64

2. Tahap Focused Exploration 64

3. Tahap Member Check 65

D. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil

Penelitian 66

E. Cara Analisis Data 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Karakteristik Khusus Supervisi Pendidikan

Luar Biasa Berakaitan dengan Kebijakan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa

1. Karakteristik Pendidikan Luar Biasa 71 2. Karakteristik Supervisi Pendidikan Luar Biasa.... 73

3. Kebijakan Pengembangan PLB di Jawa Barat... 75

B. Pembinaan Pengawas Sekolah terhadap

Pelaksanaan Tugas Pokok Guru SLB di Jawa Barat

1. Ruang Lingkup Tugas Pokok Guru 78 2. Model Pembinaan Pengawas Sekolah

Terhadap Pelaksanaan Tugas Pokok Guru 79

C. Dampak Supervisi Pengawas Sekolah terhadap Kinerja Guru SLB di Jawa Barat

1. Indikator Kinerja Guru SLB 83

2. Gambaran Kinerja Guru SLB Pada Umumnya 86 3. Pengaruh Supervisi Pengawas terhadap

Kinerja Guru SLB..., 87

D. Pelaksanaan Tugas Pokok Pengawas Sekolah PLB di Jawa Barat

1. Teknik Penilaian Hasil Belajar Siswa 92 2. Teknik Penilaian Kemampuan Guru 94 3. Strategi Pembinaan terhadap Guru SLB 95

(9)

E. Masalah Masalah yang Dihadapi Pengawas

Sekolah dalam Melaksanakan Tugas Pokoknya

1. Masalah yang Dihadapi Pengawas Sendiri

96

2. Masalah yang Dihadapi Guru dalam

Melaksanakan Tugas Pokoknya 102

3. MasalahMasalah dalam Pembinaan Guru

SLB 106

F. Upaya Upaya yang Telah Dilakukan Pengawas Sekolah Saat Ini dalam Menemukan Alternatif Solusi Pemecahannya

1. Upaya yang Telah Dilakukan Pengawas

Berke-naan dengan Masalah Pengawas Itu Sendiri... 107

2. Upaya yang Dilakukan Berkenaan dengan

Masalah yang Dihadapi Guru SLB 107

3. Solusi yang Dilaksanakan Berkenaan dengan

Masalah Pembinaan Guru SLB 111

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASi DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 117

B. Impiikasi 123

C. Rekomendasi 125

DAFTAR PUSTAKA 128

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1

Teknik Teknik Supervisi Pengajaran

54

4.1 Rincian SLB dan SDLB di Jawa Barat 76

4.2

Rincian Tugas Pokok Setiap Jenis dan Jenjang Jabatan

Guru 78

4.3 Teknik Pembinaan Profesional Guru 81

4.4 Matrik Gambaran Kinerja Guru 84

4.5 Data Jumlah Guru SLB, SDLB di Jawa Barat

Berdasarkan Jenjang Pendidikan 87

4.6. Data Keadaan SLB di Jawa Barat 98

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 5

1.2 Paradigma Penelitian 15

2.1 Orientasi Supervisi dalam Kontinum Traktif dan

Dinamis 33

2.2

Sumber, Arah dan Tujuan Supervisi Pengajaran

41

2.3

Keterkaitan Komponen Komponen dalam Supervisi

Pengajaran 46

2.4 Alur Pembinaan Profesional 52

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional (Pasal 3 UUSPN

Nomor 2 Tahun 1989). Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan

nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan

bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam perwujudan

masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para

warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah

maupun rokhaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pendidikan

memegang peran yang sangat penting dan strategis, karena melalui

pendidikanlah

kualitas sumber daya

manusia dapat dibina dan

ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang

bermakna bagi dirinya dan kesejahteraan manusia pada umumnya. Oleh

sebab itu pula pendidikan telah dipandang sebagai salah satu hak azasi

dan konstitusional sebagaimana ditegaskan

dalam Undang Undang

Dasar 1945 Bab XII pasal 31 menyatakan bahwa :

(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran;

(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem

(13)

dinyatakan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)

Nomor 2 Tahun 1989 Bab III Pasal 5 yang berbunyi: "Setiap warga negara

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan". Dalam pasal

8 dinyatakan pula bahwa: "Warganegara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa".

Implementasi dari UUSPN Nomor 2 Tahun 1989 adalah dikeluarkannya

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 72/1991 Tentang Pendidikan Luar Biasa, yang salah satu pasalnya menyatakan: "Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan

bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental". Ditegaskan pula dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997, Tentang

Penyandang Cacat, bahwa: " Semua penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan

penghidupan". Hal tersebut diimplementasikan dalam Peraturan Peme

rintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 43 Tahun 1998 Tentang Upaya

Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. Pasal 23 berbunyi: "Setiap penyandang cacat memiliki kesempatan dan perlakuan

yang sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan, jalur, jenis,

dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya".

Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental dan/atau kelainan perilaku. Kelainan fisik meliputi: tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa. Kelainan mental meliputi: tunagrahita ringan, tunagrahita

(14)

dapat juga berwujud sebagai kelainan ganda. (PPRI Nomor 72 Tahun

1991 Tentang Pendidikan Luar Biasa).

Titik berat pembangunan dalam bidang pendidikan diletakkan pada

peningkatan mutu di setiap jenis dan jenjang pendidikan termasuk di

dalamnya bagi peserta didik penyandang cacat.

Tujuan pendidikan dalam jangka panjang, yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat yang makin sejahtera lahir dan bathin secara adil dan merata, makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya

peradaban, harkat dan martabat manusia Indonesia, dan memperkuat jati

diri serta kepribadian bangsa.

Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus

diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik

dan/atau mental, dengan tujuan:

"Membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan".

(PPRI Nomor 72/1991).

Penyelenggaraan pendidikan luar biasa oleh pemerintah belum optimal baik ditinjau dari penyelenggaraan, peningkatan, maupun pembinaannya. Dalam upaya mengoptimalkan penyelenggaraan pendi

dikan pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

menyelenggarakan pendidikan di setiap jenis dan jenjang.

Hal tersebut sesuai dengan UUSPN Nomor 2 tahun 1989 pasal 47 yang

(15)

seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan

nasional".

Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada dasarnya mencakup kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau pembinaan. (Engkoswara, 1987; Dachnel Kamars, 1985). Ketiga kegiatan ini merupakan fungsi pokok Administrasi Pendidikan, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam

pengelolaan pendidikan di sekolah.

Administrasi pendidikan mencakup penataan sumber daya yang mendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, yaitu: manusia (personil), sumber belajar (kurikulum), dan fasilitas.

Hadari Nawawi (1985: 12) menyatakan bahwa:

"Administrasi Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan atau

keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan

sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal".

Sedangkan Suharsimi Arikunto (1989 ) menyatakan:

"Administrasi Pendidikan adalah suatu usaha bersama sekelompok

manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan

(16)

Engkoswara (1999:25) menjelaskan konsep dan definisi administrasi pendidikan ialah:

"llmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan

bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama itu".

Dari rumusan administrasi pendidikan di atas, terdapat kata yang

hams dijelaskan lebih lanjut, yaitu menata; sumberdaya; dan tujuan

pendidikan yang produktif. Lebih jauh Engkoswara menjelaskan bahwa

menata atau penataan berkaitan dengan fungsi administrasi pendidikan

yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sumber daya adalah bidang garapan administrasi pendidikan yang meliputi sumber daya manusia, sumber belajar, dan sumber fasilitas beserta dana. Sedangkan tujuan pendidikan berkenaan dengan kesepakatan tentang keiuaran yang

hendak dicapai atau diharapkan, baik untuk perorangan maupun untuk kelembagaan yang produktif. Secara skematik digambarkan:

Perorangan

Garapan

Fungsi SDM SB SFD

Perencanaan

Pelaksanaan

Pengawasan

Kelembagaan

(17)

Skema di atas menjelaskan bahwa dalam menata atau mengelola

suatu lembaga pendidikan dilihat dari sudut administrasi pendidikan,

memiliki tiga fungsi utama perilaku manusia dalam menjalankan organisasi (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) yang

mencakup ketiga bidang garapan utama, yaitu sumber daya manusia (SDM), sumber belajar (SB) sebagai media pendidikan, serta sumber

fasilitas dan dana (SFD) sebagai faktor pendukung yang memungkinkan pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Sedangkan tujuan produktivitas pendidikan (TPP) mengandung arti bahwa kriteria keberhasilan dari penataan pendidikan adalah produktivitas pendidikan (Engkoswara, 1999:26-27).

Supervisi (pengawasan) merupakan bagian dari fungsi administrasi

pendidikan, yang dibahas dalam konteks ini adalah pengawasan

pendidikan pada jalur sekolah yang dilakukan oleh pengawas sekolah

sebagai aparat fungsional. Pelaksanaan supervisi ditekankan pada

pengawasan proses pembelajaran yang lebih dikenal dengan istilah

supervisi pendidikan (instructional supervision).

Istilah ini disebut juga educational supervision merupakan istilah yang

mengacu pada misi utama organisasi pendidikan dalam sistem sekolah,

yaitu kegiatan pengawasan pendidikan yang ditujukan untuk memperbaiki

dan meningkatkan mutu pendidikan (Djam'an Satori, 1997).

Mutu pendidikan dalam sistem sekolah menekankan pada proses

(18)

artinya mutu proses belajar mengajar merupakan acuan bagi pengembangan sekolah yang bermutu.

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2/1989, tercantum secara eksplisit mengenai pengawasan pendidikan pada Bab. XVI Pasal 52 dan 53 dalam penjelasannya dinyatakan bahwa:

(a) Pemerintah berkewajiban membina perkembangan pendidikan nasional dan oleh sebab itu, wajib mengetahui keadaan satuan dan kegiatan pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah sendiri maupun oleh masyarakat. Pengawasan

lebih merupakan upaya untuk memberi bimbingan, binaan,

dorongan dan pengayoman bagi satuan pendidikan yang

bersangkutan yang diharapkan terus menerus dapat

meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya;

(b) Tindakan administratif berwujud pemberian peringatan sebagai tindakan yang paling ringan dan perintah penutupan satuan pendidikan yang bersangkutan sebagai tindakan yang paling

berat.

Pemyataan di atas sesuai dengan kebijakan Depdikbud, (1989) yang menyatakan bahwa:

"Pengawasan dan pembinaan merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan, bertujuan untuk menjaga dan mendorong agar pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dapat berjalan lancar, berhasil guna dan tepat guna sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku".

Dengan demikian semakin jelas bahwa: pengawasan pendidikan sebagai suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen pendidikan, perlu diupayakan secara terus menerus untuk

ditingkatkan kualitas pelaksanaan nya agar manajemen pendidikan yang mengutamakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan menjadi

(19)

Bukti yang mendukung pengawasan menjadi bagian dari siklus

dan dinamika manajemen pendidikan nasional adalah terdapatnya bab khusus mengenai pengawasan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) Nomor 2 Tahun 1989 pasal 32, menyatakan bahwa:

"Pemerintah melakukan pengawasam atas penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah ataupun oleh masyarakat dalam rangka pembinaan perkembangan satuan pendidikan yang bersangkutan".

Ruang lingkup pengawasan pendidikan meliputi segala kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, memantau, menilai, dan

melakukan diagnosis terhadap apa yang terjadi dalam proses pendidikan, mulai dari lingkup sekolah (mikro) sampai lingkup nasional (makro),

(Supriadi, 1997).

Tujuan supervisi adalah menilai kemampuan guru sebagai pendidik

dibidangnya masing-masing, dalam rangka membantu mereka melakukan

perbaikan-perbaikan, serta peningkatan diri dan tugasnya bilamana

diperlukan dengan menunjukkan kekurangan dan kelemahan mereka agar dapat diatasi dengan usaha sendiri.

(20)

merupakan salah satu usaha dalam mengantisipasi penyimpangan yang mungkin terjadi sebagai akibat penurunan disiplin dan etos kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul: "Efektivitas Pelaksanaan Supervisi Oleh Pengawas Sekolah Dalam Pembinaan Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa di

Jawa Barat".

B. Tujuan Penelitian

1. Secara Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja

guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat.

2. Secara Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini berupaya mengungkapkan, mendeskripsikan, mencari makna dari efektivitas pelaksanaan supervisi

oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Karakteristik/ciri khusus supervisi pendidikan luar biasa yang berkaitan

dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Luar Biasa di Jawa

Barat;

(2) Pembinaan Pengawas Sekolah terhadap pelaksanaan tugas pokok

(21)

(3) Teknik-teknik supervisi yang digunakan oleh Pengawas Sekolah terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat;

(4) Pengaruh/dampak supervisi Pengawas Sekolah terhadap kinerja guru

sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat;

(5) Masalah/kendala yang dihadapi Pengawas Sekolah dalam melak sanakan supervisi terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa

Barat;

(6) Upaya-upaya yang telah dilakukan Pengawas Sekolah dalam melak

sanakan supervisi terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa

Barat.

C. Manfaat dan Pentingnya Penelitian

Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dengan sasaran efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah terhadap pelaksanaan tugas teknis dan administrasi pengajaran dalam upaya meningkatkan kinerja guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat. Secara konseptuai

tuntutan terhadap profesi pengawas sekolah semakin berat, oleh karena itu dipandang perlu dilakukan penelitian dengan menekankan pentingnya penelitian ditinjau dari aspek teoritis dan aspek operasional.

Aspek teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi upaya pengembangan ilmu administrasi pendidikan, khususnya pengelolaan sumber daya pendidikan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penelitian lebih lanjut, terutama

(22)

pengembangan sumber daya pendidikan pada jenis dan jenjang

pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) khususnya di Jawa Barat.

Aspek operasional, dipandang dari aspek praktis operasional, penelitian ini dapat memberikan informasi dan pemecahan masalah tentang

pengem-bangan efektivitas fungsi supervisi terhadap administrasi penga jaran dalam upaya meningkatkan kinerja guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan sumber daya pengawas sekolah di masa yang akan datang. Alasan pentingnya penelitian ini, karena belum ada penelitian yang dilakukan sebelumnya berkenaan dengan pengembangan

sumber daya pendidikan/tenaga kependidikan dalam hal ini pengawas sekolah dan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat.

Penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi kondisi lapangan yang

sebenarnya, sehingga mengungkapkan berbagai masalah secara obyektif

dan sesuai dengan fokus penelitian, serta diharapkan pula dapat

melahirkan masalah-masalah baru sebagai kelanjutan penelitian ini.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di muka, masalah

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: "Sejauhmana efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru sekolah luar biasa di Jawa Barat sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya".

(23)

Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, perlu dikemukakan

definisi operasional istilah efektivitas dan supervisi pengawas sekolah, serta pembinaan kinerja guru yang tercantum pada rumusan masalah

tersebut.

Efektivitas dapat dilihat dari aspek proses dan hasil, yaitu pencapaian

hasil secara optimum dari suatu kegiatan, dan dapat pula dari aspek

proses, yaitu ketepatan atau kesesuaian prosedur dan langkah-langkah

atau kegiatan

untuk mencapai tujuan. Supervisi

pengawas adalah

pembinaan dan bimbingan dari pengawas sekolah terhadap guru-guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengelola proses

belajar mengajar dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa sekolah

luar biasa. Sedangkan pembinaan kinerja guru, adalah pembinaan dan bimbingan yang dilakukan pengawas atas hasil kerja dan kemampuan yang telah dicapai seorang guru dalam bidang tugasnya.

Dalam

penelitian

ini

efektivitas

pelaksanaan

supervisi

oleh

pengawas sekolah akan dikaji dari aspek proses, dengan demikian

efektivitas supervisi pengawas sekolah yang dimaksud adalah kesesuaian atau ketepatan langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan pembinaan dan

bimbingan

yang

dilakukan

oleh

pengawas

sekolah

dalam

upaya

meningkatkan kinerja guru sekolah luar biasa dalam kegiatan proses

belajar mengajar.

Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka

dalam penelitian ini, aspek-aspek yang akan diteliti

mencakup hal- hal

berikut ini:

(24)

1. Karakteristik/ciri khusus

supervisi pendidikan berkaitan

dengan

kebijakan pengembangan pendidikan luar biasa,

2.

Pembinaan Pengawas sekolah terhadap sistem informasi pekerjaan

guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,

3. Teknik-teknik supervisi yang digunakan pengawas sekolah dalam

pembinaan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,

4. Dampak/pengaruh dari supervisi pengawas sekolah terhadap pembinaan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,

5. Masalah-masalah yang dihadapi pengawas sekolah dalam

pelaksanaan supervisi/pembinaan terhadap guru sekolah luar biasa di

Jawa Barat,

6. Upaya-upaya yang telah dilakukan pengawas sekolah saat ini dalam

rangka pembinaan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat.

E. Pertanyaan Penelitian

Perumusan di atas penulis jabarkan ke dalam

pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini.

1. Adakah karakteristik khusus (kekhasan) supervisi pendidikan berkaitan

dengan kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat?

2. Bagaimana pembinaan Pengawas Sekolah terhadap pelaksanaan

tugas pokok guru SLB di Jawa Barat?

(25)

4. Bagaimanakah pelaksanaan tugas pokok Pengawas Sekolah PLB di

Jawa Barat?

5. Masalah-masalah/kendala apa yang dihadapi Pengawas Sekolah dalam pelaksanaan pembinaan terhadap guru SLB di Jawa Barat? 6. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan Pengawas Sekolah

dalam rangka pembinaan terhadap guru SLB di Jawa Barat?

F. Paradigma Penelitian

Yang dimaksud dengan paradigma adalah suatu perangkat

kepercayaan nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar. Menurut

Moh. Surya, dalam pergeseran paradigma pendidikan menyongsong abad

ke 21 (Mimbar Pendidikan No. 4, tahun XVI, 1997), University Press IKIP Bandung "Paradigma" diartikan sebagai suatu kesatuan persepsi,

gagasan, konsep-konsep dan nilai-nilai yang menentukan pola berfikir dan

berperilaku manusia dalam waktu dan tempat tertentu.

Sejalan dengan pendapat Ziauddin Sardar (1986:339), menyatakan bahwa paradigma digunakan untuk menunjukkan konsepsi dasar

seseorang mengenai satu aspek realitas tertentu.

Paradigma diperlukan dalam suatu penelitian, menurut Stuart, A. Schlegel, (1986:6) dalam suatu "grounded research" diperlukan paradigma, karena semua analisis hams berdasarkan berbagai ide yang

ditetapkan sebelumnya.

(26)

Pengawas Dalam Pembinaan Kinerja Guru SLB di Jawa Barat" seperti tertera pada gambar berikut:

- Pengetahuan - Keterampilan interpersonal - Keterampilan

teknis

UUSPN No.2/1989

SK. MENPAN No.118/1996

Tugas pokok dan fungsi

pengawas

sekolah

Analisis Posisi

Lingkungan Internal dan Ekstemai

- Kekuatan - Kelemahan

- Peluang - Ancaman

Gambar 1.2

Paradigma Penelitian

Teknis /

Pendekatan F

e

e

d b

a

c

k

(27)
(28)

BAB III

PROSEDUR DAN PROSES PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode, dan Teknik Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif,

menurut Lexy L. Moleong, (1996) dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan

manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, dan

mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran

penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriftif,

lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan

fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,

rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya

disepakati oleh kedua belah pihak : peneliti dan subyek penelitian. S.

Nasution, (1988), mengemukakan bahwa:

"Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang

dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha

memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya".

Dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian

kualitatif, peneliti akan berfungsi sebagai instmmen penelitian yang harus

tumn ke lapangan dalam kumn waktu tertentu untuk mengumpulkan data

dan informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.

Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa : Penelitian kualitatif sering

disebut metode naturalistik, metode penelitian semacam ini mempunyai

karakteristik: (a) data langsung diambil dari setting alami; (b) penentuan

sampel dilakukan secara purposive; (c) peneliti sebagai instrumen pokok;

(29)

(d) lebih menekankan proses daripada hasil, sehingga bersifat deskriptif

analitik; (e) analisis data secara induktif; dan (f) mengutamakan makna

dibalikdata. (1982:9).

Karakteristik yang pertama, mengandung arti bahwa seorang peneliti

mencari informasi atau menggali data langsung dari sumber data yang

representatif tanpa memberikan suatu treatment seperti yang biasa

dilakukan dalam penelitian eksperimen, hal ini dilakukan dengan tujuan

agar memperoleh suatu gambaran tentang fenomena efektivitas

pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja

guru SLB di Jawa Barat.

Karakteristik yang kedua, mengandung arti bahwa dalam

menentukan sampel harus disesuaikan dengan tujuan penelitian, oleh

karena itu

banyaknya

sampel tergantung

pada pertimbangan

kelengkapan informasi yang dibutuhkan. Penjelasan Nasution

(1988:32-33) tentang hal itu, bahwa untuk memperoleh informasi, sampling dapat

diteruskan sampai dicapai taraf redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, ini

berarti bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya tidak akan

diperoleh lagi tambahan informasi bam yang bermakna. Artinya bahwa

sampel telah dianggap memadai bila telah ditemukan pola tertentu dari

data yang dikumpulkan.

Karakteristik ketiga, yaitu menempatkan peneliti sebagai instmmen

pertama. Rasional dari karakteristik ini adalah karena peneliti mempunyai

adaptabilitas yang tinggi. Dengan begitu senantiasa dapat terus menerus

menyesuaikan diri terhadap situasi yang bembah-ubah, serta bisa

(30)

memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data secara rinci

dan mendalam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, menurut

(Nasution, 1988:54-55).

Karakteristik keempat, mengandung makna terhadap penekanan

proses daripada produk, sehingga bersifat deskriptif analitik, berimplikasi

bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam

bentuk kata-kata daripada angka-angka, dan hasil analisis berupa uraian,

menurut, (Miles dan Huberman, 1984:15).

Laporan kualitatif kaya dengan deskripsi dan penjelasan tentang

aspek-aspek masalah yang menjadi fokus penelitian, walaupun demikian

bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif bebas dari laporan yang

berbentuk angka-angka.

Ciri dari dua karakteristik terakhir ialah, bahwa sampel penelitian

kualitatif tidak didasarkan

atas

pertimbangan statistik,

melainkan

didasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan. Oleh karena itu analisis

tidak bertujuan untuk memperoleh generalisasi, akan tetapi data dianalisis

secara induktif untuk dicari polanya, selanjutnya dicari makna dari pola

tersebut.

Dengan begitu hasil penelitian bersifat idiografik,

lebih

mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu.

Untuk mencapai tujuan di atas peneliti akan mengkonsentrasikan

perhatian dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan

sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti. Oleh karena itu

pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak langsung

dengan subyek yang diteliti.

(31)

2. Metode dan Teknik Penelitian.

Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan dan menganalisis

efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pem

binaan kinerja guru SLB di Jawa Barat, bertujuan untuk memperoleh

pemahaman dan pengertian tentang suatu peristiwa, atau perilaku

manusia yang sedang melaksanakan suatu kegiatan. Untuk itu diperlukan

adanya suatu pengungkapan informasi empiris melalui pengumpulan data

lapangan yang diperoleh dari sumber-sumber yang terkait dan relevan.

Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif

analitik.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik

pengumpulan data

yang

digunakan

dalam

penelitian ini, adalah studi dokumentasi, observasi, wawancara, dan

angket.

Studi dokumentasi, dilakukan secara mendalam dan kritis terhadap

semua dokumen yang relevan dengan kegiatan supervisi pengawas

sekolah. Studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi

tentang pedoman dan aturan yang dijadikan dasar kegiatan supervisi

pengawas sekolah.

Observasi, teknik observasi

dilakukan

peneliti

untuk

memperoleh

sejumlah informasi dalam kaitannya dengan konteks masalah yang

berhubungan dengan pelaksanaan supervisi pengawas dalam rangka

pembinaan kinerja guru sekolah luar biasa (SLB).

(32)

Wawancara, dilakukan secara mendalam dan sistematik kepada

pengawas sekolah dan guru-guru SLB untuk mengungkapkan informasi

berbagai aspek kegiatan supervisi pengajaran. Sedangkan angket,

dilaksanakan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran proses

supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Angket

diberikan kepada guru-guru SLB untuk mengungkapkan persepsi mereka

tentang kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas

sekolah. Angket ini dikonstruksi berdasarkan konsep pendekatan

supervisi yang dikembangkan oleh Carl D. Glickman, (1981 dan 1990)

dalam bentuk pertanyaan pilihan paksa (force choice).

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Fokus penelitian ini adalah deskripsi kegiatan supervisi pengajaran

yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru SLB dalam

kegiatan proses belajar mengajar di kelas.

Lokasi penelitiannya dilaksanakan di Bidang Dikdas Kantor Wilayah

Depdiknas, Propinsi Jawa Barat, Jalan dr. Gunawan Nomor 2 Bandung.

Sedangkan pengumpulan data dari guru dilaksanakan di sekolah.

2. Subyek Penelitian

Adapun yang dijadikan subyek penelitian adalah beberapa orang

pengawas sekolah PLB, guru dan kepala sekolah luar biasa.

(33)

Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya, tetapi yang pokok dimulai dengan asumsi bahwa konteks lebih penting

daripada jumlah. Subino Hadisubroto, (1988:12) mengemukakan bahwa:

"peneliti kualitatif tidak akan memulai dengan menghitung atau memperkirakan banyaknya populasi dan kemudian menghidung proporsi sampelnya sehingga dipandang sebagai yang telah representatif.

Sedangkan S. Nasution, (1988:32-33) menjelaskan bahwa:

"Untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang berarti". Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa besar sampel tergantung informasi yang diberikan responden, apabila sudah dianggap cukup

memadai, respondennya tidak perlu lagi diperbesar.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini para pengawas sekolah, guru dan kepala sekolah yang dipilih sebagai subyek penelitian, yaitu mereka yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini.

C. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dengan tidak adanya satu pola yang pasti dalam prosedur

pengumpulan data pada penelitian kualitatif, maka efektivitasnya akan

ditentukan oleh peranan peneliti sebagai "human instrument". Berkaitan dengan hal tersebut Nasution (1996) menyatakan sebagai berikut:

"Masing-masing peneliti dapat memberi sejumiah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing-masing, namun rasanya penelitian kualitatif hanya dapat dikuasai dengan melakukan sendiri

(34)

sambil mempelajari cara-cara yang diikuti oleh para peneliti yang

mendahuluinya. Dan akhirnya ia harus menemukan caranya sendiri

dalam masalah-masalah khusus yang dihadapmya".

Memperhatikan pernyataan tersebut di atas, maka pengumpulan data

dalam penelitian ini mengikuti prosedur yang dikemukakan oleh Lincoln

dan Guba (1985) yang terdiri dari tiga tahap yaitu: Tahap orientasi dan

overview, tahap eksplorasi (focused exploration); dan tahap member

check.

1. Tahap Orientasi dan Overview,

Pada tahap ini peneliti telah memiliki gambaran umum tentang

masalah yang akan diteliti sambil memikirkan fokus penelitian. Pada tahap

ini peneliti melakukan kegiatan yang dimaksudkan untuk memperoleh

informasi yang diperlukan dalam menetapkan fokus penelitian. Kegiatan

tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen termasuk

kajian teoritis, melakukan wawancara dan obsevasi yang masih bersifat

umum serta melakukan pengkajian informasi yang diperoleh untuk

menemukan hal-hal yang menarik dan berguna untuk diteliti selanjutnya

secara mendalam melalui penetapan fokus penelitian. Kegiatan ini

dilakukan peneliti dalam kumn waktu dari bulan April sampai dengan

bulan Oktober 2000.

Selanjutnya dalam rangka mengumpulkan informasi yang relevan dan

dalam upaya memahami fokus penelitian, peneliti mengembangkan

paradigma penelitian yang akan menjadi pedoman dalam kegiatan tahap

dua yaitu, eksplorasi fokus penelitian.

2. Tahap Focused Exploration,

(35)

Pada tahap ini penelitian dimulai dengan mengumpulkan data

sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Fokus

penelitian yang dikembangkan dalam paradigma penelitian menuntun

peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang lebih terarah dan

spesifik (Djam'an Satori, 1989). Wawancara dilakukan secara lebih

terstruktur untuk memperoleh informasi mendalam mengenai aspek-aspek

dalam fokus penelitian. Sedangkan observasi ditujukan kepada hal-hal

yang dianggap ada hubungannya dengan fokus penelitian. Sementara itu

dokumen yang dipelajari adalah yang memiliki makna terhadap fokus

penelitian.

Peneliti juga memerlukan informan yang berkemampuan dan memiliki

pengetahuan yang memadai mengenai aspek-spek tertentu dari fokus

penelitian, untuk memperoleh data dan informasi yang lebih mendalam.

Oleh karena itu, dasar tersebut menjadi salah satu alasan mengenai

penggunaan sampel purposif dalam penelitian ini. Kegiatan tahap dua ini

dilakukan peneliti dalam kumn waktu kurang lebih tiga bulan.

3. Tahap Member Check,

Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari data atau

informasi yang dikumpulkan dan diperoleh peneliti. Tahap ini merupakan

tahap untuk memperoleh kredibilitas hasil penelitian seperti yang

diungkapkan oleh S. Nasution (1988) bahwa:

"Data itu harus diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber

informasi dan selain itu juga harus dibenarkan oleh sumber atau

informan lainnya. Maka ukuran kebenaran dalam penelitian

naturalistik adalah kredibilitas".
(36)

D. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif berhubungan erat

dengan pemenuhan kriteria kredibilitas (validitas internal), transferabilitas

(validitas ekstemai), dependabilitas (reliabilitas), dan konfirmabilitas

(objectivitas), (S. Nasution, 1988:114).

1. Kriteria kredibilitas

Kredibilitas mempersoalkan seberapa jauh kebenaran hasil

penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kriteria ini dilakukan hal-hal

sebagai berikut:

a. Mengadakan pengamatan secara kontinyu

Dengan pengamatan yang kontinu atau terus menerus, peneliti

dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam

(S. Nasution, 1988:115). Dalam penelitian ini penulis melakukan

pengamatan secara kontinu dalam kumn waktu kurang lebih 4 bulan,

sehingga penulis dapat memberikan deskripsi secara terinci terhadap

aspek-aspek yang diamati.

b. Mengadakan triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencocokkan kebenaran data dengan cara

membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain,

(S. Nasution, 1988:115). Daiam penelitian ini, penulis melakukan tri

angulasi dengan cara: (1) membandingkan informasi (data) yang sama

yang diperoleh melalui teknik observasi dan teknik wawancara, (2)

membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh (bersumber)

(37)

dari pengawas sekolahdan guru, (3) membandingkan informasi (data)

yang sama yang bersumber dari kepala sekolah/guru.

c. Mengadakan member check

Tujuan member check ialah agar informasi yang diperoleh dalam penelitian sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan (S. Nasution: 118). Kegiatan member check ini dilakukan oleh peneliti untuk

memperoleh keyakinan terhadap kebenaran informasi (data) yang bersumber dari responden.

Dalam penelitian ini penulis mengadakan member check terhadap

informasi (data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pengawas

sekolah, kepala sekolah/guru.

Kriteria transferabilitas; nilai transfer dalam penelitian berkenaan dengan pertanyaan:

"Sejauh manakah hasil penelitian tersebut dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain. "Bagi peneliti naturalistik, transferability tergantung pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu". S. Nasution, (1988:119).

Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaplikasian

hasil penelitian ini tergantung kepada pengawas sekolah sebagai

pelaksana supervisi pengajaran di sekolah. Dalam ha! ini penulis hanya

melihat transferabilitas sebagai suatu kemungkinan, transfer aplikasinya

tergantung kepada yang berkompeten dalam pelaksanaan supervisi

pengajaran.

(38)

Dependabilitas dan konfirmabilitas, berkaitan dengan masalah kebenaran

penelitian naturalistik yang ditunjukkan dengan dilakukannya proses audit

trail, (Lincoln dan Guba, 1985:319).

Trail, artinya jejak yang dapat diikuti atau dilacak, sedangkan audit

artinya pemeriksaan terhadap ketelitian yang melahirkan keyakinan. Agar

dapat dilakukan proses audit trail dalam penelitian ini, maka penulis

berusaha menyusun dan menyimpan:

(1)data mentah yang diperoleh sebagai hasil observasi, wawancara,

angket dan studi dokumenter, (2) hasil analisis data berupa rangkuman,

konsep-konsep, dan sebagainya, (3) hasil sintesis data, seperti: tafsiran,

konsep-konsep dan sebagainya, dan (4) catatan mengenai proses yang

digunakan, yaitu tentang metodologi, desain, strategi, prosedur dan

sebagainya.

Sedangkan konfirmabilitas dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(a) mencatat selengkap mungkin hasil wawancara, observasi, studi

dokumenter maupun hasil angket, sebagai data mentah untuk

kepentingan analisa selanjutnya, (b) menyusun hasil analisa dengan

cara menyeleksi data mentah di atas, kemudian dirangkum dan disusun

kembali dalam bentuk dekripsi yang lebih sistematis, (c) membuat

penafsiran atau kesimpulan sebagai sintesa data, (d) menyusun laporan

yang menggambarkan seluruh proses penelitian, sejak pra survey,

penyusunan desain penelitian sampai pengolahan dan penafsiran data

sebagaimana mestinya.

(39)

E. Cara Analisis Data

Analisis data dalam penelitian naturalistik kualitatif, menurut

Moleong (1989:112) yang mengutip pendapat Patton, adalah "proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

katagori, dan situasi uraian dasar".

Masalah yang dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data

ialah belum adanya prosedur yang baku yang dapat dijadikan pedoman

dalam menganalisis data. Oleh karena itu peneliti diharuskan mencari

sendiri metode atau cara yang dianggap sesuai dengan sifat penelitian

yang dilakukannya.

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses menyusun data

agar dapat ditafsirkan dan dapat diketahui maknanya.

Dalam penelitian ini, analilis data penulis lakukan sebagai berikut:

(1) Setiap informasi atau data yang diperoleh, baik melalui observasi,

wawancara, studi dokumenter, dan angket, langsung dianalisis;

(2) Penganalisisan yang dilakukan setiap seiesai pengumpulan data,

diikuti dengan interpretasi dan elaborasi untuk menemukan makna

yang terkandung di dalamnya;

(3) Membuat katagorisasi dan unitisasi data dengan mengkodingkan data,

sehingga data mentah yang terkumpul dapat ditransformasikan

dengan sistematis menjadi unit-unit yang dapat dicandrakan menurut

karakteristiknya.

Di sini dibuat batas-batas setiap unit untuk keperluan analisis

berikutnya. Proses unitisasi ini dilakukan bukan saja setelah data

(40)

terkumpul semua, akan tetapi dilakukan pula selama proses pengumpulan data;

(4) Mengadakan triangulasi, yaitu membandingkan informasi (data) yang

sama yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumenter, dan angket), di samping membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh dari berbagai sumber (responden);

(5) Mengadakan member check, dengan pengawas sekolah, kepala sekolah/guru sebagai sumber utama informasi (data) dalam penelitian ini. Kegiatan member check ini penulis lakukan setiap seiesai

mengadakan observasi, dan wawancara dengan responden.

Sedangkan member check terakhir dilakukan setelah seiesai

pengumpulan data secara keseluruhan;

(6) Mengadakan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam usaha

menguji validitas data yang terkumpul;

(7) Memberikan tafsiran sebagai usaha menemukan makna yang

terkandung dan diperoleh dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara terus menerus

sejak saat kegiatan pengumpulan data di lapangan sampai seiesai

pengumpulan data secara keseluruhan.

(41)

%

«**OIWHvr

(42)

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan berikut ini didasarkan atas hasil penelitian, dan

pembahasan, serta kajian kepustakaan yang relevan dan temuan selama

penelitian berlangsung.

Berdasarkan hasil temuan penelitian temngkap bahwa pelaksanaan

supervisi pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru sekolah luar

biasa telah berjalan dan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang ada,

meskipun dampak dari pembinaan tersebut masih belum memperlihatkan

hasil yang diharapkan, apabila dilihat dari fungsi dan tujuan supervisi itu

sendiri.

Berdasarkan hasil temuan empiris di lapangan berkenaan

dengan

pelaksanaan

supervisi oleh

pengawas

sekolah

terhadap

pembinaaan kinerja guru SLB di Jawa Barat, sedikitnya ditemukan lima

hal, yaitu:

Pertama, karakteristik khusus supervisi pendidikan berkaitan

dengan kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat, karakteristiknya

dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: kelainan fisik, ke lainan men-tal, kelainan perilaku dan kelainan ganda.

Masing-masing kelainan tersebut mempunyai ciri khusus yang ditampilkan dalam pemberian mata pelajaran kekhususan disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing peserta didik.

(43)

Pelaksanaan supervisi PLB mempunyai karakteristik tertentu, di mana

secara operasional dalam pelayanan pendidikan dan bimbingannya tidak

dapat terlepas dari peran para akhli termasuk tenaga rehabilitasi, seperti

dokter umum, dokter spesialis, akhli psikologi, akhli therapy fisik, therapy

bicara, perawat dan pekerja sosial.

Mengenai kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat sudah

dapat direalisasikan dengan

munculnya sekolah terpadu/integrasi

khususnya bagi siswa tunanetra yang telah dirintis

sejak tahun 1986

sesuai dengan

Kep.

Mendikbud

Nomor 002/U/1986,

dan Juknis

penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.

Secara kuantitatif perkembangan PLB di Jawa Barat cukup pesat dan

partisipasi masyarakat pun cukup baik.

Kedua,

dari karakteristik khusus supervisi pendidikan yang

berkaitan dengan pengembangan kebijakan Pendidikan Luar Biasa Biasa

(PLB) maka temngkap bagaimana pembinaan pengawas sekolah

terhadap pelaksanaan tugas pokok guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di

Jawa Barat.

Paparan mengenai pembinanan tersebut meliputi ruang lingkup

tugas pokok guru berdasarkan jabatan fungsional dan poia/model

pembinaan dari pengawas sekolah. Pembinaan pengawas terhadap tugas

pokok guru diarahkan kepada pelayanan profesional, sehingga setiap

(44)

Pola/model pembinaan pelayanan profesional merupakan wahana yang strategis dalam pelaksanaan teknik supervisi misalnya

mengadakan kunjungan kelas, rapat rutin secara berkala, pertemuan KKG atau gugus sekolah, mengadakan penataran, studi banding pada SLB

yang dianggap sudah lebih maju.

Ketiga, apabila dikaitkan dengan pembinaan pengawas terhadap

pelaksanaan tugas pokok guru dan model pembinaan yang dilakukannya, maka akan tampak beberapa perubahan, baik yang bersifat positif maupun negatif yang berpengaruh terhadap kinerja gum itu sendiri.

Secara teknis, indikator kinerja guru yang dapat ditunjukkan melalui

kemampuan profesional guru, akan menjadi tolok ukur alat penilaian

kemampuan guru.

Kemampuan profesional guru SLB di Jawa Barat pada umumnya

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman kerja,

kegiatan-kegiatan penunjang profesional, yaitu: penataran/in-service training, dan keterampilan teknis lainnya, seperti: wawasan/pengetahuan, dan hubungan interpersonal.

Latar belakang pendidikan guru SLB di Jawa Barat saat ini 77,80% masih belum memenuhi standar yang disyaratkan, dan baru 22,20% saja guru yang telah memenuhi kelayakan.

Keempat, dari dampak supervisi pengawas terhadap kinerja

guru, terungkap bagaimana pelaksanaan tugas pokok pengawas

mengenai teknik penilaian hasil belajar, teknik penilaian kemampuan guru dan strategi pembinaan terhadap kinerja guru SLB di Jawa Barat.

(45)

Berbicara mengenai teknik penilaian hasil belajar siswa dan kemampuan guru yang merupakan salah satu tugas pengawas sekolah untuk mengetahui sejauhmana proses belajar dan pembelajaran berjalan

secara efektif.

Strategi pembinaan pengawas sekolah telah dilaksanakan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan,. Langkah perencanaan dilakukan sebelum mengadakan supervisi berisi tujuan, serta materi dan

teknik yang akan dipakai. Langkah persiapan yang dilakukan, antara lain

surat tugas, format supervisi yang akan digunakan, materi pembinaan dan data supervisi yang didapat sebelumnya. Sedangkan pelaksanaannya,

supervisi diarahkan pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan

pendukung lainnya.

Kelima, dari pelaksanaan tugas pokok pengawas sekolah,

muncul berbagai masalah atau kendala. Inti permasalahan itu terungkap

dari supervisor itu sendiri (intern) antara lain latar belakang pendidikan

yang tidak sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan, kondisi lapangan,

rasio antara pengawas dengan jumlah sekolah binaan, pelaksanaan

penataran/diklat yang belum merata, letak geografis yang harus lintas

Kabupaten/Kotamadya,

dan

biaya

perjalanan

untuk

melaksanakan

supervisi yang tidak memadai.

Masalah dari guru (ekstern) terungkap bahwa, bukan saja latar

belakang pendidikan yang belum memenuhi kelayakan, penempatan

kurang proporsional, dan penyebaran guru yang belum merata, tetapi juga

sarana dan prasarana, bentuk penyelenggaraan, pelayanan bimbingan

(46)

dan rehabilitasi pada umumnya belum terlaksana sesuai dengan yang

diharapkan.

Dari analisis posisi terhadap pelaksanaan supervisi pengawas sekolah

yang telah dilaksanakan saat ini, terungkap bahwa terdapat faktor

dominan baik yang menjadi kekuatan dan peluangnya, maupun yang

menjadi kelemahan dan tantangannya.

Adapun faktor yang menjadi kekuatan atau pendorong dalam

pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah, adalah: (1) jabatan

pengawas sekolah sudah

diakui

sebagai jabatan fungsional,

(2)

keberadaan wadah pembinaan profesional bagi pengawas sekolah, (3)

lahirnya Undang Undang Nomor 22/1999 dan Undang Undang Nomor

25/1999 serta adanya Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PLB) di tingkat

pusat.

Melalui faktor dominan tersebut di atas, terdapat peluang untuk

meningkatkan kualitas kemampuan profesional pengawas dan tenaga

kependidikan lainnya. Sedangkan mengenai faktor dominan yang menjadi

kelemahan dan tantangan untuk pelaksanaan supervisi oleh pengawas

sekolah, adalah: (1) jenis dan jenjang serta karakteristik peserta didik, (2)

rasio pengawas dengan sekolah binaan, (3) letak geografis, (4) latar

belakang pendidikan guru dan pengawas sekolah, (5) status sosial

ekonomi orang tua, dan (6) koordinasi dengan tim akhli/rehabilitasi.

Beberapa masalah yang dihadapi pengawas sekolah dalam

melaksanakan

tugas

pokoknya,

terungkap

masalah-masalah

yang

dihadapi dan perlu diupayakan jalan pemecahannya. Upaya pemecahan

(47)

yang telah dilakukan pengawas sekolah saat ini berkenaan dengan

masalah yang berasal dari pengawas itu sendiri adalah: bagi pengawas

yang berlatar belakang pendidikan bukan dari PLB, diupayakan mengikuti

pendidikan formal dan diklat/penataran, seminar, dan lokakarya.

Upaya yang dilakukan oleh pengawas sekolah untuk mengatasi

masalah jumlah sekolah binaan antara lain dengan mengatur frekwensi

supervisi disesuaikan dengan jumlah sekolah, teknik pembinaannya

digabungkan di salah satu sekolah pada setiap Kabupaten/Kotamadya

dan atau digabungkan untuk satu wilayah binaan secara bergiliran.

Adapun materi pembinaan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan

dengan memberdayakan nara sumber baik dari teman sejawat, tutor

sebaya atau tenaga akhli.

Berkaitan dengan dana untuk melaksanakan supervisi

yang kurang

memadai, upaya yang dilakukan pengawas adalah memanfaatkan dana

yang tersedia seefektif mungkin, dengan mengatur frekuensi dan lama

kunjungan.

Masalah yang berasal dari guru, berkaitan dengan latar belakang

pendidikan yang belum memenuhi kualifikasi/kelayakan, upaya yang telah

dilakukan adalah

memanfaatkan wadah profesional melalui kegiatan

KKG, di PKG/gugus, serta memberi motivasi untuk ikut penyetaraan ke

S1/A.IV, penataran, seminar dan lokakarya.

Berkaitan dengan masalah pelayanan pendidikan dan bimbingan,

diupayakan dengan ditindaklanjuti di rumah oleh orang tua /keluarga atau

oleh petugas pembimbing di asrama bagi sekolah yang berasrama.

(48)

Sedangkan upaya untuk menanggulangi keterbatasan sarana dan

prasarana adalah dengan mengatur sirkulasi pendayagunaan alat/fasilitas

di setiap Kabupaten/Kotamadya melalui gugus, dan mengupayakan

pembuatan alat peraga dalam wadah profesional di PKG.

Berkenaan dengan biaya pendidikan untuk siswa SLB memang relatif

lebih mahal, upaya yang dilakukan pengawas untuk menanggulangi

kebutuhan tersebut adalah terbatas pada memberikan himbauan kepada

para orang tua melalui rapat BP3/POMG untuk lebih meningkatkan

partisipasinya, memanfaatkan sebaik mungkin bantuan dari pemerintah,

orang tua asuh, dan menciptakan suatu produk atau jasa yang dapat

dijual.

Solusi yang dilaksanakan pengawas berkenaan dengan masalah

pembinaan guru SLB, adalah dengan cara merancang suatu pola/model

pembinaan profesional yang dilandasi dengan adanya struktur organisasi

pembinaan baik secara vertikal maupun secara horizontal.

B. Impiikasi

Bertolak dari hasil temuan empiris di lapangan berkenaan dengan

pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja

guru SLB, maka implikasinya adalah:

Bagaimana pihak berwenang berupaya untuk menentukan langkah yang

tepat dan mencari faktor penyebab serta alternatif pemecahannya.

Adapun impiikasi yang penulis uraikan berdasarkan temuan empiris di

lapangan adalah sebagai berikut:

(49)

Pertama, berkenaan dengan karakteristik khusus supervisi

pendidikan luar biasa, implikasinya adalah pihak yang berwenang harus

melakukan koordinasi dan menjalin kemitraan yang baik dengan tim akhli/tenaga rehabilitasi agar pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru SLB di Jawa Barat dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Kedua, berkenaan dengan pembinaan pengawas sekolah

terhadap pelaksanaan tugas pokok guru, impiikasi yang harus dilakukan adalah mencari dan menemukan berbagai pola atau model pelayanan profesional yang merupakan wahana strategis dalam pelaksanaan teknik

supervisi, selain teknik-teknik yang biasa dilaksanakan selama ini.

Ketiga, berkenaan dengan dampak supervisi pengawas sekolah

terhadap kinerja guru SLB di Jawa Barat, di samping mempertahankan

beberapa perubahan yang bersifat positif juga harus meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru yang telah dimiliki dengan melakukan berbagai kegiatan seperti in-service training, penataran,

seminar dan lokakarya serta bempaya menciptakan teknik baru.

Keempat, berkenaan dengan pelaksanaan tugas pokok

pengawas sekolah PLB, diupayakan adanya penyempurnaan strategi dan program pengembangan melalui berbagai kegiatan baik di KKG, KKKS, dan kegiatan gugus sekolah lainnya.

Kelima, berkenaan dengan berbagai masalah yang dihadapi

baik oleh pengawas sekolah, maupun masalah yang dihadapi guru SLB,

serta masalah dalam pelaksanaan pembinaannya, pihak yang berwenang

(50)

harus lebih tanggap melakukan perbaikan dan peningkatan dari berbagai

segi melalui kegiatan pre-service education, in service education, maupun

on service education.

C. Rekomendasi

Bertolak dari beberapa kesimpulan dan impiikasi yang telah

dikemukakan di atas, berikuit ini penulis sampaikan rekomendasi yang

patut menjadi bahan masukkan untuk dipertimbangkan oleh pihak-pihak

terkait guna peningkatan pelayanan pendidikan luar biasa pada

umumnya, dan penyempurnaan pelaksanaan supervisi oleh pengawas

sekolah agar lebih efektif dan profesional.

Pertama, perlu adanya redefinisi konsepsi tentang PLB, untuk

lebih terakomodasinya jenis-jenis anak berkelainan, reorganisasi terhadap

peraturan, perundangan yang berlaku, reorientasi dan rekonsiliasi yakni

dengan menjalin kemitraan antar berbagai stake holder, dan perlunya

revitalisasi berkenaan dengan penelitian dan pengembangan.

Kedua, perlu adanya suatu kebijakan pengembangan pengawas

sekolah untuk menanggulangi rasio pengawas dengan jumlah sekolah

binaan yang tidak sesuai, dan pengangkatan guru untuk memenuhi

kekurangan secara proporsional, serta melaksanakan rotasi bagi guru

dalam upaya pemerataan kebutuhan guru di masing-masing sekolah.

Ketiga, keberadaan Kelompok Kerja Pengawas PLB (KKPPLB)

merupakan wadah organisasi profesional yang harus lebih ditingkatkan

fungsinya, dan kepada pihak terkait supaya lebih mendukung jalannya

(51)

organisasi ini untuk melakukan kegiatan saling membina antar sesama

pengawas PLB, di samping berfungsi untuk meningkatkan kemampuan

profesional pengawas PLB, juga dapat meningkatkan koordinasi atau

kesatuan gerak dan langkah antar pengawas serta berperan sebagai

katalisator (penghubung) antara para kepala Sekolah PLB dan gum-guru

dengan Kasi Dikdas, Ka Kandep dan pembina lainnya

Keempat, untuk menambah khazanah keilmuan administrasi

pendidikan, khususnya mengenai pengawasan pendidikan di sekolah luar

biasa, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas supervisi

pengawas sekolah PLB dengan fokus masalah yang berbeda, perlu

penelitian dan kajian lebih lanjut tentang pola/model supervisi PLB sesuai

dengan jenis dan jenjang serta karakteristik masing-masing peserta didik.

Keempat, perlu dilakukannya penyusunan program pengem

bangan

yang

aktual

dengan

memperhatikan

langkah-langkah

pendahuluan, meliputi analisis kebutuhan, penetapan tujuan, materi

program, dan prinsip pembelajaran yang akan dikembangkan untuk

mencapai sasaran berupa kemampuan profesional pengawas sekolah.

Penetapan sasaran program hendaknya mengacu pada ketentuan jabatan

fungsional pengawas sekolah yang disesuaikan dengan konsep dan

dimensi perilaku supervisi akademik.

Kombinasi kedua hal tersebut diungkapkan oleh Djam'an Satori,

(1999) merupakan persyaratan jabatan pengawas secara profesional.

Persyaratan tersebut dirinci sebagai berikut:

(52)

(1) memiliki/menguasai pengetahuan di bidang mata pelajaran yang

diawasi pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dimiliki oleh guru

yang hendak dibimbing dan dinilai;

(2) memiliki pengetahuan yang cukup tentang berbagai metoda dan

strategi pengajaran, serta pengalaman dalam mengajarnya;

(3) memiliki pengetahuan yang cukup mengenai indikator keberhasilan

maupun kegagalan dalam mengajar;

(4) memiliki kemampuan yang cukup dalam berkomunikasi baik lisan

maupun tulisan;

(5) memiliki pengetahuan yang cukup dalam manajemen mutu pendidikan

di sekolah, khususnya program pengendalian mutu;

(6) memiliki kemampuan mempengaruhi , meyakinkan serta memotivasi

orang lain;

(7) memiliki tingkat kemampuan intelektual yang memadai;

(8) memiliki pengetahuan yang memadai dalam pengumpulan data dan

analisis data secara sistematis,

(9) memiliki tingkat kematangan pribadi yang memadai khususnya di

bidang kematangan emosi.

Kelima,

dalam upaya menghadapi

tantangan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi menjelang Indonesia modern tahun 2020,

kualifikasi pendidikan pengawas sekolah ditingkatkan minimal Pasca

sarjana (S2).

(53)

S^DI0'«^

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin, (1986), Efektifitas Belajar Mengajar dengan Mengguna

kan Tiga Model Strategi Pendekatan Management Sistem

Instruksional dan Mengendalikan Tiga Katagori Kemampuan Belajar

Siswa, (Desertasi), Bandung, Fakultas Pasca Sarjana, IKIP,

Bandung.

Achmad Sanusi, (1990, Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan, Bandung,

FPS-IKIP Bandung.

_(1998), Pendidikan Alternatif, Menyentuh Aras Dasar Persoalan

Pendidikan danKemasyarakatan, Grafindo Media Pratama.

Allyn and Bacon, (1982), Qualitative Research for Education an

Introduction to Theory and

Methods,

Boston, London-Sydney

Toronto.

Amatembun, (1981), Supervisi Pendidikan, Penuntun Bagi Para Penilik,

Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru-guru, Suri, Bandung.

Asrori, (1998), Efektivitas Pengelolaan Program Penyetaraan S1 Daiam

Jabatan di FKIP-Universitas Bengkulu, (Tesis), PPS-IKIP Bandung.

A.Tabrani

Rusyan, (1990),

Profesionalisme

Tenaga

Kependidikan,

Yayasan Karya Sarjana Mandiri, Bandung.

Bogdan, Robert C. & Sari Knop Biklen, (1982), Qualitative Research for

Education: An Introduction to Theory and Methods, Boston : Allyn

and Bacon Inc.

( (1997),

Membangun Bangsa Melalui

Pendidikan,

Beberapa

Tantangan Agenda Pendidikan Nasional, PPS-IKIP Bandung.

Diklat Sepala, (1994) Teknik Pengawasan dan Pengendalian, Jakarta,

Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996),

Keputusan Menpan

Nomor 118/1996, Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah

dan Angka Kreditnya, Jakarta.

,

(1996). KeDutusan Bersama Mendikbud Rl dan Kepala BAKN

Nomor 03222/O/1996 dan Nomor 38 tahun 1996 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka

Kreditnya, Jakarta.
(55)

,

(1998), Keputusan Mendikbud Rl Nomor 020/U/1988, Tentang

Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka

Kreditnya, Jakarta.

,

(1994) Surat Keputusan Menpan Nomor

84/1993, Tentang

Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Jakarta.

, (1993), Keputusan Bersama Mendikbud Rl dan Kepala BAKN

Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 tahun 1993, Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

Jakarta.

, Keputusan Mendikbud Rl Nomor 025/O/1995, Tentang Petunjuk

Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka

Kreditnya, Jakarta.

Dirjen Dikdasmen, (1994), Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah

Dasar, Depdikbud, Jakarta.

, (1994/1995), Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Depdikbud,

Jakarta.

, (1995

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan taufik hidayahnya, sehingga penulis diberikan kelancaran dan

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan argumennya yang berkaitan dengan penyelesaian dan penyajian himpuanan dari  sistem  pertidaksamaan nilai mutlak

Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ambarawa Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu sekolah yang berkeingian untuk menjadi sekolah

Pada Gambar 4.18 memperlihatkan transfer rate upload servis Manager, karena proses yang sedang terjadi adalah upload maka proses yang terjadi adalah mengirim file

Dalam penelitian ini akan dilakukan metodologi baru untuk mengimplementasikan algoritma klasifikasi supervised dari gambar satelit yang mengklasifikasi pixel-pixel gambar

Sedangkan data yang tidak dapat diukur langsung pada foto udara dilakukan dengan teknik statistik yang menggunakan karakt e ristik pohon atau teg aka n yang dapat

Perintah pada baris pertama adalah untuk mendapatkan standard deviasi dari nilai estimasi, perintah pada baris kedua adalah untuk mendapatkan nilai.. Penggambaran plot residu

Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang tidak dibagikan kepad anggoya; tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang