EFEKTIVITAS PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KINERJA GURU
SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)
Dl JAWA BARATTESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
^f?%.
4>
Oleh: EMED TARMEDI NIM. XXX-22.989679
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
UNTUK MENGIKUTl UJIAN TAHAP II (DUA)
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Tb sudin Makmun, MA
Pembimbing II
MENGETAHUI:
Pengelola Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala
juga malaikat, serta para penghuni langit dan bumi, sampai-sampai semut yang di dalam lubangnya dan ikan hiu yang ada di lautan, semuanya memohonkan
rahmat bagi orang yang mengajarkan kebaikan pada orang banyak. (diriwayatkan oleh Tirmidzi- Bimbingan untuk mencapai tingkat mukmin/ihya
ulumuddin - Imam Alghazali, Diponegoro Bandung, 1975, hal.21).
Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan (Q.S. Al-Mujadalah, [58]; 11
Karya ini dipersembahkan untuk: Istriku tercinta Lilih Sayakti, S.Pd dan
anak-anak kami tersayang 1. Rahadian Tarmedi
ABSTRAKSI
Penelitian
ini berjudul Efektivitas
Pelaksanaan
Supervisi
Oleh
Pengawas Sekolah dalam Pembinaan Kineria Guru Sekolah Luar Biasa di
Jawa Barat. Studi deskriptif analitis tentang
supervisi pengawas sekolah
terhadap pelaksanaan administrasi pengajaran bagi guru SLB di Jawa Barat,
Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan salah satu aspek
penting dalam administrasi pendidikan, yaitu pengawasan pendidikan.
Masalah
efektivitas
supervisi pengawas
sekolah
dalam
pengelolaan
pendidikan ditentukan oleh banyak faktor, dan pengawasan pendidikan
sebagai suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan manajemen
pendidikan menjadi salah satu aspek yang menentukan. Dengan demikian
npnnflw/flssn pendidikan perlu diupayakan secara terus menerus untuk
ditingkatkan kualitas pelaksanaanya, salah satunya melalui pelaksanaan
supervisi oleh pengawas sekolah sebagai aparat pelaksana pengawasan
pendidikan.
Fokus penelitian ini diarahkan pada permasalahan pokok: "Bagaimana
efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan
kineria guru SLB diJawa Barat"?
Landasan teoritik sebagai upaya memahami masalah berdasarkan
konsep keilmuan, dikelompokkan sesuai dengan masalah yang diteliti,
meliputi: (1) Supervisi dalam konteks administrasi pendidikan, (2) Peranan
supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan, (3) Hakekat, fungsi dan tujuan
supervisi pengajaran, (4) Efektivitas supervisi pengajaran, dan (5) Rangkuman
hasil studi kepustakaan dan Penelitian sebelumnya yang relevan.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif
analitis kualitatif. Untuk memamahi masalah yang diteliti dilakukan eksplorasi
naturalistik. Instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri dengan
menggunakan teknik dan alat pengumpul data yang diperlukan sesuai dengan
sifat data yang dikumpulkan, Tahap penelitian terdiri atas: tahap orientasi,
tahap eksplorasi, dan tahap member check. Sumber data menggunakan
sampel purposif, kemudian data yang diperoleh dihimpun dalam catatan
lapangan. Sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara
content analysis melalui unitisasi, katagorisasi, dan deskripsi data dengan
memperhatikan hubungan diantara unit dan katagori data.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa supervisi pengawas sekolah
terhadap pelaksanaan administrasi pengajaran bagi guru SLB di Jawa Barat
telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Secara rinci hasil
penelitian berdasarkan katagorisasi permasalahan diungkapkan sebagai
berikut:
1. Karakteristik khusus supervisi pendidikan untuk SLB dapat dilaksanakan
dengan baik jika ada koordinasi dengan tim akhli atau tenaga rehabilitasi.
Berkaitan dengan kebijakan pengembangan pendidikan luar hiasa di Jawa
Barat direalisasikan dengan adanya sekolah terpadu; dan guru kunjung.
Pembinaan pengawas sekolah terhadap pelaksanaan tugas pokok guru
SLB di Jawa Barat diarahkan kepada pelayanan profesional untuk
memberikan kesempatan
dalam mengembangkan diri agar mampu
melaksanakan tugas pokoknya dengan baik, model pembinaan yang telah
dilaksanakan saat ini diantaranya adalah kunjungan kelas, rapat rutin,
pertemuan KKG/gugus sekolah, dan penataran.
Dampak supervisi pengawas sekolah terhadap kinerja guru sangat besar
artinya dalam pelaksanaan tugas pokok terutama dari segi kedisiplinan,
tanggungjawab, sikap, dan pengetahuan serta prestasi kerja.
Pelaksanaan tugas pokok pengawas sekolah pendidikan luar biasa di
Jawa Barat, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif belum dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan rasio pengawas
dengan jumlah sekolah binaan tidak sesuai, sedangkan secara kualitatif
karena jenis dan jenjang peserta didik luar biasa bermacam-macam,
sehingga prestasi peserta didik anak luar biasa tidak ditentukan oleh hasil
yang bersifat akademis saja.
Masalah yang dihadapi pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas
pokoknya dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik intern maupun ekstern.
Faktor intern diantaranya latar belakang pendidikan pengawas tidak
memenuhi standar yang disyaratkan, belum semua pengawas sekolah
mengikuti diklat. Sedangkan faktor ekstern
di samping latar belakang
pendidikan yang belum memenuhi standar kualifikasi juga sistem
pelayanan dan bimbingan belum melibatkan tim akhli/rehabilitasi.
Upaya upaya yang telah dilakukan pengawas sekolah saat ini dalam
pemecahkan masalah di atas adalah mengikuti pendidikan formal,
diklat/penataran, seminar dan lokakarya, berkenaan dengan masalah
pembinaan guru adalah merancang suatu pola/model wadah pembinaan
profesional melalui kegiatan KKG, KKKS, dan KKPS.
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR
TERIMAKASIH DAN PENGHARGAAN. DAFTAR ISI
D A F T A R TABEL D A F T A R G A M B A R
ABSTRAKSI i iii vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang i
B. Tujuan Penelitian 9
C. Manfaat dan Pentingnya Penelitian 10
D. Rumusan Masalah 11
E. Pertanyaan Penelitian 13
F. Paradigma Penelitian 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Supervisi dalam Konteks Administrasi Pendidikan. 16 B. Peranan Supervisi Daiam Meningkatkan Mutu
Pendidikan 18
C. Hakekat, Fungsi dan Tujuan Supervisi Pengajaran
1. Hakekat Supervisi Pengajaran 21
2. Fungsi Supervisi Pengajaran 21
3. Tujuan Supervisi Pengajaran 39
D. Efektivitas Supervisi Pengajaran 43 E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan 55
BAB III PROSEDUR DAN PROSES PENELITIAN
A. Pendekatan, Metode, dan Teknik Penelitian
1. Pendekatan Penelitian 58
2. Metode dan Teknik Penelitian 61
3. Teknik Pengumpulan Data 61 B. Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian 62
2. Subyek Penelitian 62
C. Pelaksanaan Pengumpulan Data
1. Tahap Orientasi dan Overview 64
2. Tahap Focused Exploration 64
3. Tahap Member Check 65
D. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan Hasil
Penelitian 66
E. Cara Analisis Data 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Karakteristik Khusus Supervisi Pendidikan
Luar Biasa Berakaitan dengan Kebijakan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa
1. Karakteristik Pendidikan Luar Biasa 71 2. Karakteristik Supervisi Pendidikan Luar Biasa.... 73
3. Kebijakan Pengembangan PLB di Jawa Barat... 75
B. Pembinaan Pengawas Sekolah terhadap
Pelaksanaan Tugas Pokok Guru SLB di Jawa Barat
1. Ruang Lingkup Tugas Pokok Guru 78 2. Model Pembinaan Pengawas Sekolah
Terhadap Pelaksanaan Tugas Pokok Guru 79
C. Dampak Supervisi Pengawas Sekolah terhadap Kinerja Guru SLB di Jawa Barat
1. Indikator Kinerja Guru SLB 83
2. Gambaran Kinerja Guru SLB Pada Umumnya 86 3. Pengaruh Supervisi Pengawas terhadap
Kinerja Guru SLB..., 87
D. Pelaksanaan Tugas Pokok Pengawas Sekolah PLB di Jawa Barat
1. Teknik Penilaian Hasil Belajar Siswa 92 2. Teknik Penilaian Kemampuan Guru 94 3. Strategi Pembinaan terhadap Guru SLB 95
E. Masalah Masalah yang Dihadapi Pengawas
Sekolah dalam Melaksanakan Tugas Pokoknya
1. Masalah yang Dihadapi Pengawas Sendiri
96
2. Masalah yang Dihadapi Guru dalam
Melaksanakan Tugas Pokoknya 102
3. MasalahMasalah dalam Pembinaan Guru
SLB 106
F. Upaya Upaya yang Telah Dilakukan Pengawas Sekolah Saat Ini dalam Menemukan Alternatif Solusi Pemecahannya
1. Upaya yang Telah Dilakukan Pengawas
Berke-naan dengan Masalah Pengawas Itu Sendiri... 107
2. Upaya yang Dilakukan Berkenaan dengan
Masalah yang Dihadapi Guru SLB 107
3. Solusi yang Dilaksanakan Berkenaan dengan
Masalah Pembinaan Guru SLB 111
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASi DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 117
B. Impiikasi 123
C. Rekomendasi 125
DAFTAR PUSTAKA 128
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1
Teknik Teknik Supervisi Pengajaran
54
4.1 Rincian SLB dan SDLB di Jawa Barat 76
4.2
Rincian Tugas Pokok Setiap Jenis dan Jenjang Jabatan
Guru 78
4.3 Teknik Pembinaan Profesional Guru 81
4.4 Matrik Gambaran Kinerja Guru 84
4.5 Data Jumlah Guru SLB, SDLB di Jawa Barat
Berdasarkan Jenjang Pendidikan 87
4.6. Data Keadaan SLB di Jawa Barat 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan 5
1.2 Paradigma Penelitian 15
2.1 Orientasi Supervisi dalam Kontinum Traktif dan
Dinamis 33
2.2
Sumber, Arah dan Tujuan Supervisi Pengajaran
41
2.3
Keterkaitan Komponen Komponen dalam Supervisi
Pengajaran 46
2.4 Alur Pembinaan Profesional 52
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional (Pasal 3 UUSPN
Nomor 2 Tahun 1989). Selanjutnya dikatakan bahwa pembangunan
nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam perwujudan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur, serta memungkinkan para
warganya mengembangkan diri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah
maupun rokhaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pendidikan
memegang peran yang sangat penting dan strategis, karena melalui
pendidikanlah
kualitas sumber daya
manusia dapat dibina dan
ditingkatkan, yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang
bermakna bagi dirinya dan kesejahteraan manusia pada umumnya. Oleh
sebab itu pula pendidikan telah dipandang sebagai salah satu hak azasi
dan konstitusional sebagaimana ditegaskan
dalam Undang Undang
Dasar 1945 Bab XII pasal 31 menyatakan bahwa :
(1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran;
(2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
dinyatakan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)
Nomor 2 Tahun 1989 Bab III Pasal 5 yang berbunyi: "Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan". Dalam pasal
8 dinyatakan pula bahwa: "Warganegara yang memiliki kelainan fisik dan/atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa".
Implementasi dari UUSPN Nomor 2 Tahun 1989 adalah dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 72/1991 Tentang Pendidikan Luar Biasa, yang salah satu pasalnya menyatakan: "Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan yang khusus diselenggarakan
bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental". Ditegaskan pula dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997, Tentang
Penyandang Cacat, bahwa: " Semua penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan". Hal tersebut diimplementasikan dalam Peraturan Peme
rintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 43 Tahun 1998 Tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. Pasal 23 berbunyi: "Setiap penyandang cacat memiliki kesempatan dan perlakuan
yang sama untuk memperoleh pendidikan pada satuan, jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya".
Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/atau mental dan/atau kelainan perilaku. Kelainan fisik meliputi: tunanetra, tunarungu, dan tunadaksa. Kelainan mental meliputi: tunagrahita ringan, tunagrahita
dapat juga berwujud sebagai kelainan ganda. (PPRI Nomor 72 Tahun
1991 Tentang Pendidikan Luar Biasa).
Titik berat pembangunan dalam bidang pendidikan diletakkan pada
peningkatan mutu di setiap jenis dan jenjang pendidikan termasuk di
dalamnya bagi peserta didik penyandang cacat.Tujuan pendidikan dalam jangka panjang, yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat yang makin sejahtera lahir dan bathin secara adil dan merata, makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatnya
peradaban, harkat dan martabat manusia Indonesia, dan memperkuat jati
diri serta kepribadian bangsa.
Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus
diselenggarakan bagi peserta didik yang menyandang kelainan fisik
dan/atau mental, dengan tujuan:
"Membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan".
(PPRI Nomor 72/1991).
Penyelenggaraan pendidikan luar biasa oleh pemerintah belum optimal baik ditinjau dari penyelenggaraan, peningkatan, maupun pembinaannya. Dalam upaya mengoptimalkan penyelenggaraan pendi
dikan pemerintah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
menyelenggarakan pendidikan di setiap jenis dan jenjang.
Hal tersebut sesuai dengan UUSPN Nomor 2 tahun 1989 pasal 47 yang
seluas-luasnya untuk berperanserta dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional".
Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan di sekolah pada dasarnya mencakup kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau pembinaan. (Engkoswara, 1987; Dachnel Kamars, 1985). Ketiga kegiatan ini merupakan fungsi pokok Administrasi Pendidikan, yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan dalam
pengelolaan pendidikan di sekolah.
Administrasi pendidikan mencakup penataan sumber daya yang mendukung penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan, yaitu: manusia (personil), sumber belajar (kurikulum), dan fasilitas.
Hadari Nawawi (1985: 12) menyatakan bahwa:
"Administrasi Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan atau
keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara berencana dan
sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu, terutama berupa lembaga pendidikan formal".
Sedangkan Suharsimi Arikunto (1989 ) menyatakan:
"Administrasi Pendidikan adalah suatu usaha bersama sekelompok
manusia untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
Engkoswara (1999:25) menjelaskan konsep dan definisi administrasi pendidikan ialah:
"llmu yang mempelajari bagaimana menata sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara produktif dan
bagaimana menciptakan suasana yang baik bagi manusia yang turut serta di dalam mencapai tujuan yang disepakati bersama itu".
Dari rumusan administrasi pendidikan di atas, terdapat kata yang
hams dijelaskan lebih lanjut, yaitu menata; sumberdaya; dan tujuan
pendidikan yang produktif. Lebih jauh Engkoswara menjelaskan bahwa
menata atau penataan berkaitan dengan fungsi administrasi pendidikan
yaitu: perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Sumber daya adalah bidang garapan administrasi pendidikan yang meliputi sumber daya manusia, sumber belajar, dan sumber fasilitas beserta dana. Sedangkan tujuan pendidikan berkenaan dengan kesepakatan tentang keiuaran yang
hendak dicapai atau diharapkan, baik untuk perorangan maupun untuk kelembagaan yang produktif. Secara skematik digambarkan:
Perorangan
Garapan
Fungsi SDM SB SFD
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengawasan
Kelembagaan
Skema di atas menjelaskan bahwa dalam menata atau mengelola
suatu lembaga pendidikan dilihat dari sudut administrasi pendidikan,
memiliki tiga fungsi utama perilaku manusia dalam menjalankan organisasi (perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan) yang
mencakup ketiga bidang garapan utama, yaitu sumber daya manusia (SDM), sumber belajar (SB) sebagai media pendidikan, serta sumber
fasilitas dan dana (SFD) sebagai faktor pendukung yang memungkinkan pendidikan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Sedangkan tujuan produktivitas pendidikan (TPP) mengandung arti bahwa kriteria keberhasilan dari penataan pendidikan adalah produktivitas pendidikan (Engkoswara, 1999:26-27).
Supervisi (pengawasan) merupakan bagian dari fungsi administrasi
pendidikan, yang dibahas dalam konteks ini adalah pengawasan
pendidikan pada jalur sekolah yang dilakukan oleh pengawas sekolah
sebagai aparat fungsional. Pelaksanaan supervisi ditekankan pada
pengawasan proses pembelajaran yang lebih dikenal dengan istilah
supervisi pendidikan (instructional supervision).
Istilah ini disebut juga educational supervision merupakan istilah yang
mengacu pada misi utama organisasi pendidikan dalam sistem sekolah,
yaitu kegiatan pengawasan pendidikan yang ditujukan untuk memperbaiki
dan meningkatkan mutu pendidikan (Djam'an Satori, 1997).
Mutu pendidikan dalam sistem sekolah menekankan pada proses
artinya mutu proses belajar mengajar merupakan acuan bagi pengembangan sekolah yang bermutu.
Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2/1989, tercantum secara eksplisit mengenai pengawasan pendidikan pada Bab. XVI Pasal 52 dan 53 dalam penjelasannya dinyatakan bahwa:
(a) Pemerintah berkewajiban membina perkembangan pendidikan nasional dan oleh sebab itu, wajib mengetahui keadaan satuan dan kegiatan pendidikan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah sendiri maupun oleh masyarakat. Pengawasan
lebih merupakan upaya untuk memberi bimbingan, binaan,
dorongan dan pengayoman bagi satuan pendidikan yang
bersangkutan yang diharapkan terus menerus dapat
meningkatkan mutu pendidikan maupun pelayanannya;
(b) Tindakan administratif berwujud pemberian peringatan sebagai tindakan yang paling ringan dan perintah penutupan satuan pendidikan yang bersangkutan sebagai tindakan yang paling
berat.
Pemyataan di atas sesuai dengan kebijakan Depdikbud, (1989) yang menyatakan bahwa:
"Pengawasan dan pembinaan merupakan salah satu fungsi administrasi pendidikan, bertujuan untuk menjaga dan mendorong agar pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM) di sekolah dapat berjalan lancar, berhasil guna dan tepat guna sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku".
Dengan demikian semakin jelas bahwa: pengawasan pendidikan sebagai suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manajemen pendidikan, perlu diupayakan secara terus menerus untuk
ditingkatkan kualitas pelaksanaan nya agar manajemen pendidikan yang mengutamakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan menjadi
Bukti yang mendukung pengawasan menjadi bagian dari siklus
dan dinamika manajemen pendidikan nasional adalah terdapatnya bab khusus mengenai pengawasan dalam Undang Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) Nomor 2 Tahun 1989 pasal 32, menyatakan bahwa:
"Pemerintah melakukan pengawasam atas penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah ataupun oleh masyarakat dalam rangka pembinaan perkembangan satuan pendidikan yang bersangkutan".
Ruang lingkup pengawasan pendidikan meliputi segala kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, memantau, menilai, dan
melakukan diagnosis terhadap apa yang terjadi dalam proses pendidikan, mulai dari lingkup sekolah (mikro) sampai lingkup nasional (makro),
(Supriadi, 1997).
Tujuan supervisi adalah menilai kemampuan guru sebagai pendidik
dibidangnya masing-masing, dalam rangka membantu mereka melakukan
perbaikan-perbaikan, serta peningkatan diri dan tugasnya bilamana
diperlukan dengan menunjukkan kekurangan dan kelemahan mereka agar dapat diatasi dengan usaha sendiri.
merupakan salah satu usaha dalam mengantisipasi penyimpangan yang mungkin terjadi sebagai akibat penurunan disiplin dan etos kerja.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul: "Efektivitas Pelaksanaan Supervisi Oleh Pengawas Sekolah Dalam Pembinaan Kinerja Guru Sekolah Luar Biasa di
Jawa Barat".
B. Tujuan Penelitian
1. Secara Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja
guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat.
2. Secara Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini berupaya mengungkapkan, mendeskripsikan, mencari makna dari efektivitas pelaksanaan supervisi
oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jawa Barat. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:
(1) Karakteristik/ciri khusus supervisi pendidikan luar biasa yang berkaitan
dengan kebijakan pengembangan Pendidikan Luar Biasa di Jawa
Barat;
(2) Pembinaan Pengawas Sekolah terhadap pelaksanaan tugas pokok
(3) Teknik-teknik supervisi yang digunakan oleh Pengawas Sekolah terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat;
(4) Pengaruh/dampak supervisi Pengawas Sekolah terhadap kinerja guru
sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat;
(5) Masalah/kendala yang dihadapi Pengawas Sekolah dalam melak sanakan supervisi terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa
Barat;
(6) Upaya-upaya yang telah dilakukan Pengawas Sekolah dalam melak
sanakan supervisi terhadap guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa
Barat.
C. Manfaat dan Pentingnya Penelitian
Penelitian ini bersifat analisis deskriptif dengan sasaran efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah terhadap pelaksanaan tugas teknis dan administrasi pengajaran dalam upaya meningkatkan kinerja guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat. Secara konseptuai
tuntutan terhadap profesi pengawas sekolah semakin berat, oleh karena itu dipandang perlu dilakukan penelitian dengan menekankan pentingnya penelitian ditinjau dari aspek teoritis dan aspek operasional.
Aspek teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi upaya pengembangan ilmu administrasi pendidikan, khususnya pengelolaan sumber daya pendidikan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penelitian lebih lanjut, terutama
pengembangan sumber daya pendidikan pada jenis dan jenjang
pendidikan di sekolah luar biasa (SLB) khususnya di Jawa Barat.
Aspek operasional, dipandang dari aspek praktis operasional, penelitian ini dapat memberikan informasi dan pemecahan masalah tentang
pengem-bangan efektivitas fungsi supervisi terhadap administrasi penga jaran dalam upaya meningkatkan kinerja guru sekolah luar biasa (SLB) di Jawa Barat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan sumber daya pengawas sekolah di masa yang akan datang. Alasan pentingnya penelitian ini, karena belum ada penelitian yang dilakukan sebelumnya berkenaan dengan pengembangan
sumber daya pendidikan/tenaga kependidikan dalam hal ini pengawas sekolah dan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat.
Penelitian ini diharapkan dapat mendeteksi kondisi lapangan yang
sebenarnya, sehingga mengungkapkan berbagai masalah secara obyektif
dan sesuai dengan fokus penelitian, serta diharapkan pula dapat
melahirkan masalah-masalah baru sebagai kelanjutan penelitian ini.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di muka, masalah
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: "Sejauhmana efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru sekolah luar biasa di Jawa Barat sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya".
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, perlu dikemukakan
definisi operasional istilah efektivitas dan supervisi pengawas sekolah, serta pembinaan kinerja guru yang tercantum pada rumusan masalah
tersebut.
Efektivitas dapat dilihat dari aspek proses dan hasil, yaitu pencapaian
hasil secara optimum dari suatu kegiatan, dan dapat pula dari aspek
proses, yaitu ketepatan atau kesesuaian prosedur dan langkah-langkah
atau kegiatan
untuk mencapai tujuan. Supervisi
pengawas adalah
pembinaan dan bimbingan dari pengawas sekolah terhadap guru-guru untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan mengelola prosesbelajar mengajar dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa sekolah
luar biasa. Sedangkan pembinaan kinerja guru, adalah pembinaan dan bimbingan yang dilakukan pengawas atas hasil kerja dan kemampuan yang telah dicapai seorang guru dalam bidang tugasnya.Dalam
penelitian
ini
efektivitas
pelaksanaan
supervisi
oleh
pengawas sekolah akan dikaji dari aspek proses, dengan demikian
efektivitas supervisi pengawas sekolah yang dimaksud adalah kesesuaian atau ketepatan langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan pembinaan danbimbingan
yang
dilakukan
oleh
pengawas
sekolah
dalam
upaya
meningkatkan kinerja guru sekolah luar biasa dalam kegiatan prosesbelajar mengajar.
Sehubungan dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka
dalam penelitian ini, aspek-aspek yang akan diteliti
mencakup hal- hal
berikut ini:
1. Karakteristik/ciri khusus
supervisi pendidikan berkaitan
dengan
kebijakan pengembangan pendidikan luar biasa,2.
Pembinaan Pengawas sekolah terhadap sistem informasi pekerjaan
guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,
3. Teknik-teknik supervisi yang digunakan pengawas sekolah dalam
pembinaan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,
4. Dampak/pengaruh dari supervisi pengawas sekolah terhadap pembinaan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat,
5. Masalah-masalah yang dihadapi pengawas sekolah dalam
pelaksanaan supervisi/pembinaan terhadap guru sekolah luar biasa di
Jawa Barat,
6. Upaya-upaya yang telah dilakukan pengawas sekolah saat ini dalam
rangka pembinaan guru sekolah luar biasa di Jawa Barat.
E. Pertanyaan Penelitian
Perumusan di atas penulis jabarkan ke dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini.
1. Adakah karakteristik khusus (kekhasan) supervisi pendidikan berkaitan
dengan kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat?
2. Bagaimana pembinaan Pengawas Sekolah terhadap pelaksanaan
tugas pokok guru SLB di Jawa Barat?
4. Bagaimanakah pelaksanaan tugas pokok Pengawas Sekolah PLB di
Jawa Barat?
5. Masalah-masalah/kendala apa yang dihadapi Pengawas Sekolah dalam pelaksanaan pembinaan terhadap guru SLB di Jawa Barat? 6. Bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan Pengawas Sekolah
dalam rangka pembinaan terhadap guru SLB di Jawa Barat?
F. Paradigma Penelitian
Yang dimaksud dengan paradigma adalah suatu perangkat
kepercayaan nilai-nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar. Menurut
Moh. Surya, dalam pergeseran paradigma pendidikan menyongsong abad
ke 21 (Mimbar Pendidikan No. 4, tahun XVI, 1997), University Press IKIP Bandung "Paradigma" diartikan sebagai suatu kesatuan persepsi,
gagasan, konsep-konsep dan nilai-nilai yang menentukan pola berfikir dan
berperilaku manusia dalam waktu dan tempat tertentu.
Sejalan dengan pendapat Ziauddin Sardar (1986:339), menyatakan bahwa paradigma digunakan untuk menunjukkan konsepsi dasar
seseorang mengenai satu aspek realitas tertentu.
Paradigma diperlukan dalam suatu penelitian, menurut Stuart, A. Schlegel, (1986:6) dalam suatu "grounded research" diperlukan paradigma, karena semua analisis hams berdasarkan berbagai ide yang
ditetapkan sebelumnya.
Pengawas Dalam Pembinaan Kinerja Guru SLB di Jawa Barat" seperti tertera pada gambar berikut:
- Pengetahuan - Keterampilan interpersonal - Keterampilan
teknis
UUSPN No.2/1989
SK. MENPAN No.118/1996
Tugas pokok dan fungsi
pengawas
sekolah
Analisis Posisi
Lingkungan Internal dan Ekstemai
- Kekuatan - Kelemahan
- Peluang - Ancaman
Gambar 1.2
Paradigma Penelitian
Teknis /
Pendekatan F
e
e
d b
a
c
k
BAB III
PROSEDUR DAN PROSES PENELITIAN
A. Pendekatan, Metode, dan Teknik Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif,
menurut Lexy L. Moleong, (1996) dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan
manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, dan
mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran
penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriftif,
lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan
fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,
rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya
disepakati oleh kedua belah pihak : peneliti dan subyek penelitian. S.
Nasution, (1988), mengemukakan bahwa:
"Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang
dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya".
Dari ungkapan di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian
kualitatif, peneliti akan berfungsi sebagai instmmen penelitian yang harus
tumn ke lapangan dalam kumn waktu tertentu untuk mengumpulkan data
dan informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa : Penelitian kualitatif sering
disebut metode naturalistik, metode penelitian semacam ini mempunyai
karakteristik: (a) data langsung diambil dari setting alami; (b) penentuan
sampel dilakukan secara purposive; (c) peneliti sebagai instrumen pokok;
(d) lebih menekankan proses daripada hasil, sehingga bersifat deskriptif
analitik; (e) analisis data secara induktif; dan (f) mengutamakan makna
dibalikdata. (1982:9).
Karakteristik yang pertama, mengandung arti bahwa seorang peneliti
mencari informasi atau menggali data langsung dari sumber data yang
representatif tanpa memberikan suatu treatment seperti yang biasa
dilakukan dalam penelitian eksperimen, hal ini dilakukan dengan tujuan
agar memperoleh suatu gambaran tentang fenomena efektivitas
pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja
guru SLB di Jawa Barat.
Karakteristik yang kedua, mengandung arti bahwa dalam
menentukan sampel harus disesuaikan dengan tujuan penelitian, oleh
karena itu
banyaknya
sampel tergantung
pada pertimbangan
kelengkapan informasi yang dibutuhkan. Penjelasan Nasution
(1988:32-33) tentang hal itu, bahwa untuk memperoleh informasi, sampling dapat
diteruskan sampai dicapai taraf redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, ini
berarti bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya tidak akan
diperoleh lagi tambahan informasi bam yang bermakna. Artinya bahwa
sampel telah dianggap memadai bila telah ditemukan pola tertentu dari
data yang dikumpulkan.
Karakteristik ketiga, yaitu menempatkan peneliti sebagai instmmen
pertama. Rasional dari karakteristik ini adalah karena peneliti mempunyai
adaptabilitas yang tinggi. Dengan begitu senantiasa dapat terus menerus
menyesuaikan diri terhadap situasi yang bembah-ubah, serta bisa
memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data secara rinci
dan mendalam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, menurut
(Nasution, 1988:54-55).
Karakteristik keempat, mengandung makna terhadap penekanan
proses daripada produk, sehingga bersifat deskriptif analitik, berimplikasi
bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dalam
bentuk kata-kata daripada angka-angka, dan hasil analisis berupa uraian,
menurut, (Miles dan Huberman, 1984:15).
Laporan kualitatif kaya dengan deskripsi dan penjelasan tentang
aspek-aspek masalah yang menjadi fokus penelitian, walaupun demikian
bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif bebas dari laporan yang
berbentuk angka-angka.
Ciri dari dua karakteristik terakhir ialah, bahwa sampel penelitian
kualitatif tidak didasarkan
atas
pertimbangan statistik,
melainkan
didasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan. Oleh karena itu analisis
tidak bertujuan untuk memperoleh generalisasi, akan tetapi data dianalisis
secara induktif untuk dicari polanya, selanjutnya dicari makna dari pola
tersebut.
Dengan begitu hasil penelitian bersifat idiografik,
lebih
mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu.
Untuk mencapai tujuan di atas peneliti akan mengkonsentrasikan
perhatian dalam memahami perilaku, sikap, pendapat, persepsi dan
sebagainya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti. Oleh karena itu
pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak langsung
dengan subyek yang diteliti.
2. Metode dan Teknik Penelitian.
Penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan dan menganalisis
efektivitas pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pem
binaan kinerja guru SLB di Jawa Barat, bertujuan untuk memperoleh
pemahaman dan pengertian tentang suatu peristiwa, atau perilaku
manusia yang sedang melaksanakan suatu kegiatan. Untuk itu diperlukan
adanya suatu pengungkapan informasi empiris melalui pengumpulan data
lapangan yang diperoleh dari sumber-sumber yang terkait dan relevan.
Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analitik.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik
pengumpulan data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini, adalah studi dokumentasi, observasi, wawancara, dan
angket.
Studi dokumentasi, dilakukan secara mendalam dan kritis terhadap
semua dokumen yang relevan dengan kegiatan supervisi pengawas
sekolah. Studi dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasitentang pedoman dan aturan yang dijadikan dasar kegiatan supervisi
pengawas sekolah.
Observasi, teknik observasi
dilakukan
peneliti
untuk
memperoleh
sejumlah informasi dalam kaitannya dengan konteks masalah yang
berhubungan dengan pelaksanaan supervisi pengawas dalam rangka
pembinaan kinerja guru sekolah luar biasa (SLB).
Wawancara, dilakukan secara mendalam dan sistematik kepada
pengawas sekolah dan guru-guru SLB untuk mengungkapkan informasi
berbagai aspek kegiatan supervisi pengajaran. Sedangkan angket,
dilaksanakan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran proses
supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Angket
diberikan kepada guru-guru SLB untuk mengungkapkan persepsi mereka
tentang kegiatan supervisi pengajaran yang dilakukan oleh pengawas
sekolah. Angket ini dikonstruksi berdasarkan konsep pendekatan
supervisi yang dikembangkan oleh Carl D. Glickman, (1981 dan 1990)
dalam bentuk pertanyaan pilihan paksa (force choice).
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Fokus penelitian ini adalah deskripsi kegiatan supervisi pengajaran
yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru SLB dalam
kegiatan proses belajar mengajar di kelas.
Lokasi penelitiannya dilaksanakan di Bidang Dikdas Kantor Wilayah
Depdiknas, Propinsi Jawa Barat, Jalan dr. Gunawan Nomor 2 Bandung.
Sedangkan pengumpulan data dari guru dilaksanakan di sekolah.
2. Subyek Penelitian
Adapun yang dijadikan subyek penelitian adalah beberapa orang
pengawas sekolah PLB, guru dan kepala sekolah luar biasa.
Dalam penelitian kualitatif jumlah responden tidak ditentukan sebelumnya, tetapi yang pokok dimulai dengan asumsi bahwa konteks lebih penting
daripada jumlah. Subino Hadisubroto, (1988:12) mengemukakan bahwa:
"peneliti kualitatif tidak akan memulai dengan menghitung atau memperkirakan banyaknya populasi dan kemudian menghidung proporsi sampelnya sehingga dipandang sebagai yang telah representatif.
Sedangkan S. Nasution, (1988:32-33) menjelaskan bahwa:
"Untuk memperoleh informasi tertentu, sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf redudancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi yang berarti". Kedua kutipan di atas menunjukkan bahwa besar sampel tergantung informasi yang diberikan responden, apabila sudah dianggap cukup
memadai, respondennya tidak perlu lagi diperbesar.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini para pengawas sekolah, guru dan kepala sekolah yang dipilih sebagai subyek penelitian, yaitu mereka yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini.
C. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Dengan tidak adanya satu pola yang pasti dalam prosedur
pengumpulan data pada penelitian kualitatif, maka efektivitasnya akan
ditentukan oleh peranan peneliti sebagai "human instrument". Berkaitan dengan hal tersebut Nasution (1996) menyatakan sebagai berikut:
"Masing-masing peneliti dapat memberi sejumiah petunjuk dan saran berdasarkan pengalaman masing-masing, namun rasanya penelitian kualitatif hanya dapat dikuasai dengan melakukan sendiri
sambil mempelajari cara-cara yang diikuti oleh para peneliti yang
mendahuluinya. Dan akhirnya ia harus menemukan caranya sendiri
dalam masalah-masalah khusus yang dihadapmya".
Memperhatikan pernyataan tersebut di atas, maka pengumpulan data
dalam penelitian ini mengikuti prosedur yang dikemukakan oleh Lincoln
dan Guba (1985) yang terdiri dari tiga tahap yaitu: Tahap orientasi dan
overview, tahap eksplorasi (focused exploration); dan tahap member
check.
1. Tahap Orientasi dan Overview,
Pada tahap ini peneliti telah memiliki gambaran umum tentang
masalah yang akan diteliti sambil memikirkan fokus penelitian. Pada tahap
ini peneliti melakukan kegiatan yang dimaksudkan untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam menetapkan fokus penelitian. Kegiatan
tersebut dilakukan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen termasuk
kajian teoritis, melakukan wawancara dan obsevasi yang masih bersifat
umum serta melakukan pengkajian informasi yang diperoleh untuk
menemukan hal-hal yang menarik dan berguna untuk diteliti selanjutnya
secara mendalam melalui penetapan fokus penelitian. Kegiatan ini
dilakukan peneliti dalam kumn waktu dari bulan April sampai dengan
bulan Oktober 2000.
Selanjutnya dalam rangka mengumpulkan informasi yang relevan dan
dalam upaya memahami fokus penelitian, peneliti mengembangkan
paradigma penelitian yang akan menjadi pedoman dalam kegiatan tahap
dua yaitu, eksplorasi fokus penelitian.
2. Tahap Focused Exploration,
Pada tahap ini penelitian dimulai dengan mengumpulkan data
sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Fokus
penelitian yang dikembangkan dalam paradigma penelitian menuntun
peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang lebih terarah dan
spesifik (Djam'an Satori, 1989). Wawancara dilakukan secara lebih
terstruktur untuk memperoleh informasi mendalam mengenai aspek-aspek
dalam fokus penelitian. Sedangkan observasi ditujukan kepada hal-hal
yang dianggap ada hubungannya dengan fokus penelitian. Sementara itu
dokumen yang dipelajari adalah yang memiliki makna terhadap fokus
penelitian.
Peneliti juga memerlukan informan yang berkemampuan dan memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai aspek-spek tertentu dari fokus
penelitian, untuk memperoleh data dan informasi yang lebih mendalam.
Oleh karena itu, dasar tersebut menjadi salah satu alasan mengenai
penggunaan sampel purposif dalam penelitian ini. Kegiatan tahap dua ini
dilakukan peneliti dalam kumn waktu kurang lebih tiga bulan.
3. Tahap Member Check,
Tahap ini dimaksudkan untuk mengecek kebenaran dari data atau
informasi yang dikumpulkan dan diperoleh peneliti. Tahap ini merupakan
tahap untuk memperoleh kredibilitas hasil penelitian seperti yang
diungkapkan oleh S. Nasution (1988) bahwa:
"Data itu harus diakui dan diterima kebenarannya oleh sumber
informasi dan selain itu juga harus dibenarkan oleh sumber atau
informan lainnya. Maka ukuran kebenaran dalam penelitian
naturalistik adalah kredibilitas".D. Cara Memperoleh Tingkat Kepercayaan
Tingkat kepercayaan hasil penelitian kualitatif berhubungan erat
dengan pemenuhan kriteria kredibilitas (validitas internal), transferabilitas
(validitas ekstemai), dependabilitas (reliabilitas), dan konfirmabilitas
(objectivitas), (S. Nasution, 1988:114).
1. Kriteria kredibilitas
Kredibilitas mempersoalkan seberapa jauh kebenaran hasil
penelitian dapat dipercaya. Untuk memenuhi kriteria ini dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Mengadakan pengamatan secara kontinyu
Dengan pengamatan yang kontinu atau terus menerus, peneliti
dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam
(S. Nasution, 1988:115). Dalam penelitian ini penulis melakukan
pengamatan secara kontinu dalam kumn waktu kurang lebih 4 bulan,
sehingga penulis dapat memberikan deskripsi secara terinci terhadap
aspek-aspek yang diamati.
b. Mengadakan triangulasi
Tujuan triangulasi ialah mencocokkan kebenaran data dengan cara
membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain,
(S. Nasution, 1988:115). Daiam penelitian ini, penulis melakukan tri
angulasi dengan cara: (1) membandingkan informasi (data) yang sama
yang diperoleh melalui teknik observasi dan teknik wawancara, (2)
membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh (bersumber)
dari pengawas sekolahdan guru, (3) membandingkan informasi (data)
yang sama yang bersumber dari kepala sekolah/guru.
c. Mengadakan member check
Tujuan member check ialah agar informasi yang diperoleh dalam penelitian sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh informan (S. Nasution: 118). Kegiatan member check ini dilakukan oleh peneliti untuk
memperoleh keyakinan terhadap kebenaran informasi (data) yang bersumber dari responden.
Dalam penelitian ini penulis mengadakan member check terhadap
informasi (data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pengawas
sekolah, kepala sekolah/guru.
Kriteria transferabilitas; nilai transfer dalam penelitian berkenaan dengan pertanyaan:
"Sejauh manakah hasil penelitian tersebut dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain. "Bagi peneliti naturalistik, transferability tergantung pada sipemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu". S. Nasution, (1988:119).
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa pengaplikasian
hasil penelitian ini tergantung kepada pengawas sekolah sebagai
pelaksana supervisi pengajaran di sekolah. Dalam ha! ini penulis hanya
melihat transferabilitas sebagai suatu kemungkinan, transfer aplikasinya
tergantung kepada yang berkompeten dalam pelaksanaan supervisi
pengajaran.
Dependabilitas dan konfirmabilitas, berkaitan dengan masalah kebenaran
penelitian naturalistik yang ditunjukkan dengan dilakukannya proses audit
trail, (Lincoln dan Guba, 1985:319).
Trail, artinya jejak yang dapat diikuti atau dilacak, sedangkan audit
artinya pemeriksaan terhadap ketelitian yang melahirkan keyakinan. Agar
dapat dilakukan proses audit trail dalam penelitian ini, maka penulis
berusaha menyusun dan menyimpan:
(1)data mentah yang diperoleh sebagai hasil observasi, wawancara,
angket dan studi dokumenter, (2) hasil analisis data berupa rangkuman,
konsep-konsep, dan sebagainya, (3) hasil sintesis data, seperti: tafsiran,
konsep-konsep dan sebagainya, dan (4) catatan mengenai proses yang
digunakan, yaitu tentang metodologi, desain, strategi, prosedur dan
sebagainya.
Sedangkan konfirmabilitas dilakukan dengan cara sebagai berikut:
(a) mencatat selengkap mungkin hasil wawancara, observasi, studi
dokumenter maupun hasil angket, sebagai data mentah untuk
kepentingan analisa selanjutnya, (b) menyusun hasil analisa dengan
cara menyeleksi data mentah di atas, kemudian dirangkum dan disusun
kembali dalam bentuk dekripsi yang lebih sistematis, (c) membuat
penafsiran atau kesimpulan sebagai sintesa data, (d) menyusun laporan
yang menggambarkan seluruh proses penelitian, sejak pra survey,
penyusunan desain penelitian sampai pengolahan dan penafsiran data
sebagaimana mestinya.
E. Cara Analisis Data
Analisis data dalam penelitian naturalistik kualitatif, menurut
Moleong (1989:112) yang mengutip pendapat Patton, adalah "proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
katagori, dan situasi uraian dasar".
Masalah yang dihadapi oleh peneliti kualitatif dalam menganalisis data
ialah belum adanya prosedur yang baku yang dapat dijadikan pedoman
dalam menganalisis data. Oleh karena itu peneliti diharuskan mencari
sendiri metode atau cara yang dianggap sesuai dengan sifat penelitian
yang dilakukannya.
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses menyusun data
agar dapat ditafsirkan dan dapat diketahui maknanya.
Dalam penelitian ini, analilis data penulis lakukan sebagai berikut:
(1) Setiap informasi atau data yang diperoleh, baik melalui observasi,
wawancara, studi dokumenter, dan angket, langsung dianalisis;
(2) Penganalisisan yang dilakukan setiap seiesai pengumpulan data,
diikuti dengan interpretasi dan elaborasi untuk menemukan makna
yang terkandung di dalamnya;
(3) Membuat katagorisasi dan unitisasi data dengan mengkodingkan data,
sehingga data mentah yang terkumpul dapat ditransformasikan
dengan sistematis menjadi unit-unit yang dapat dicandrakan menurut
karakteristiknya.
Di sini dibuat batas-batas setiap unit untuk keperluan analisis
berikutnya. Proses unitisasi ini dilakukan bukan saja setelah data
terkumpul semua, akan tetapi dilakukan pula selama proses pengumpulan data;
(4) Mengadakan triangulasi, yaitu membandingkan informasi (data) yang
sama yang diperoleh melalui berbagai teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumenter, dan angket), di samping membandingkan informasi (data) yang sama yang diperoleh dari berbagai sumber (responden);
(5) Mengadakan member check, dengan pengawas sekolah, kepala sekolah/guru sebagai sumber utama informasi (data) dalam penelitian ini. Kegiatan member check ini penulis lakukan setiap seiesai
mengadakan observasi, dan wawancara dengan responden.
Sedangkan member check terakhir dilakukan setelah seiesai
pengumpulan data secara keseluruhan;
(6) Mengadakan diskusi dengan teman-teman sejawat dalam usaha
menguji validitas data yang terkumpul;
(7) Memberikan tafsiran sebagai usaha menemukan makna yang
terkandung dan diperoleh dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini analisis data dilakukan secara terus menerus
sejak saat kegiatan pengumpulan data di lapangan sampai seiesai
pengumpulan data secara keseluruhan.
%
«**OIWHvr
BAB V
KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan berikut ini didasarkan atas hasil penelitian, dan
pembahasan, serta kajian kepustakaan yang relevan dan temuan selama
penelitian berlangsung.
Berdasarkan hasil temuan penelitian temngkap bahwa pelaksanaan
supervisi pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru sekolah luar
biasa telah berjalan dan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan yang ada,
meskipun dampak dari pembinaan tersebut masih belum memperlihatkan
hasil yang diharapkan, apabila dilihat dari fungsi dan tujuan supervisi itu
sendiri.
Berdasarkan hasil temuan empiris di lapangan berkenaan
dengan
pelaksanaan
supervisi oleh
pengawas
sekolah
terhadap
pembinaaan kinerja guru SLB di Jawa Barat, sedikitnya ditemukan lima
hal, yaitu:Pertama, karakteristik khusus supervisi pendidikan berkaitan
dengan kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat, karakteristiknya
dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: kelainan fisik, ke lainan men-tal, kelainan perilaku dan kelainan ganda.Masing-masing kelainan tersebut mempunyai ciri khusus yang ditampilkan dalam pemberian mata pelajaran kekhususan disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing peserta didik.
Pelaksanaan supervisi PLB mempunyai karakteristik tertentu, di mana
secara operasional dalam pelayanan pendidikan dan bimbingannya tidak
dapat terlepas dari peran para akhli termasuk tenaga rehabilitasi, seperti
dokter umum, dokter spesialis, akhli psikologi, akhli therapy fisik, therapy
bicara, perawat dan pekerja sosial.
Mengenai kebijakan pengembangan PLB di Jawa Barat sudah
dapat direalisasikan dengan
munculnya sekolah terpadu/integrasi
khususnya bagi siswa tunanetra yang telah dirintis
sejak tahun 1986
sesuai dengan
Kep.
Mendikbud
Nomor 002/U/1986,
dan Juknis
penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Secara kuantitatif perkembangan PLB di Jawa Barat cukup pesat dan
partisipasi masyarakat pun cukup baik.
Kedua,
dari karakteristik khusus supervisi pendidikan yang
berkaitan dengan pengembangan kebijakan Pendidikan Luar Biasa Biasa
(PLB) maka temngkap bagaimana pembinaan pengawas sekolah
terhadap pelaksanaan tugas pokok guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di
Jawa Barat.
Paparan mengenai pembinanan tersebut meliputi ruang lingkup
tugas pokok guru berdasarkan jabatan fungsional dan poia/model
pembinaan dari pengawas sekolah. Pembinaan pengawas terhadap tugas
pokok guru diarahkan kepada pelayanan profesional, sehingga setiap
Pola/model pembinaan pelayanan profesional merupakan wahana yang strategis dalam pelaksanaan teknik supervisi misalnya
mengadakan kunjungan kelas, rapat rutin secara berkala, pertemuan KKG atau gugus sekolah, mengadakan penataran, studi banding pada SLB
yang dianggap sudah lebih maju.
Ketiga, apabila dikaitkan dengan pembinaan pengawas terhadap
pelaksanaan tugas pokok guru dan model pembinaan yang dilakukannya, maka akan tampak beberapa perubahan, baik yang bersifat positif maupun negatif yang berpengaruh terhadap kinerja gum itu sendiri.
Secara teknis, indikator kinerja guru yang dapat ditunjukkan melalui
kemampuan profesional guru, akan menjadi tolok ukur alat penilaian
kemampuan guru.
Kemampuan profesional guru SLB di Jawa Barat pada umumnya
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pengalaman kerja,
kegiatan-kegiatan penunjang profesional, yaitu: penataran/in-service training, dan keterampilan teknis lainnya, seperti: wawasan/pengetahuan, dan hubungan interpersonal.
Latar belakang pendidikan guru SLB di Jawa Barat saat ini 77,80% masih belum memenuhi standar yang disyaratkan, dan baru 22,20% saja guru yang telah memenuhi kelayakan.
Keempat, dari dampak supervisi pengawas terhadap kinerja
guru, terungkap bagaimana pelaksanaan tugas pokok pengawas
mengenai teknik penilaian hasil belajar, teknik penilaian kemampuan guru dan strategi pembinaan terhadap kinerja guru SLB di Jawa Barat.
Berbicara mengenai teknik penilaian hasil belajar siswa dan kemampuan guru yang merupakan salah satu tugas pengawas sekolah untuk mengetahui sejauhmana proses belajar dan pembelajaran berjalan
secara efektif.
Strategi pembinaan pengawas sekolah telah dilaksanakan mengikuti langkah-langkah yang telah ditetapkan,. Langkah perencanaan dilakukan sebelum mengadakan supervisi berisi tujuan, serta materi dan
teknik yang akan dipakai. Langkah persiapan yang dilakukan, antara lain
surat tugas, format supervisi yang akan digunakan, materi pembinaan dan data supervisi yang didapat sebelumnya. Sedangkan pelaksanaannya,supervisi diarahkan pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan
pendukung lainnya.
Kelima, dari pelaksanaan tugas pokok pengawas sekolah,
muncul berbagai masalah atau kendala. Inti permasalahan itu terungkap
dari supervisor itu sendiri (intern) antara lain latar belakang pendidikan
yang tidak sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan, kondisi lapangan,
rasio antara pengawas dengan jumlah sekolah binaan, pelaksanaan
penataran/diklat yang belum merata, letak geografis yang harus lintas
Kabupaten/Kotamadya,
dan
biaya
perjalanan
untuk
melaksanakan
supervisi yang tidak memadai.
Masalah dari guru (ekstern) terungkap bahwa, bukan saja latar
belakang pendidikan yang belum memenuhi kelayakan, penempatan
kurang proporsional, dan penyebaran guru yang belum merata, tetapi juga
sarana dan prasarana, bentuk penyelenggaraan, pelayanan bimbingan
dan rehabilitasi pada umumnya belum terlaksana sesuai dengan yang
diharapkan.
Dari analisis posisi terhadap pelaksanaan supervisi pengawas sekolah
yang telah dilaksanakan saat ini, terungkap bahwa terdapat faktor
dominan baik yang menjadi kekuatan dan peluangnya, maupun yang
menjadi kelemahan dan tantangannya.
Adapun faktor yang menjadi kekuatan atau pendorong dalam
pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah, adalah: (1) jabatan
pengawas sekolah sudah
diakui
sebagai jabatan fungsional,
(2)
keberadaan wadah pembinaan profesional bagi pengawas sekolah, (3)
lahirnya Undang Undang Nomor 22/1999 dan Undang Undang Nomor
25/1999 serta adanya Direktorat Pendidikan Luar Biasa (PLB) di tingkat
pusat.
Melalui faktor dominan tersebut di atas, terdapat peluang untuk
meningkatkan kualitas kemampuan profesional pengawas dan tenaga
kependidikan lainnya. Sedangkan mengenai faktor dominan yang menjadi
kelemahan dan tantangan untuk pelaksanaan supervisi oleh pengawas
sekolah, adalah: (1) jenis dan jenjang serta karakteristik peserta didik, (2)
rasio pengawas dengan sekolah binaan, (3) letak geografis, (4) latar
belakang pendidikan guru dan pengawas sekolah, (5) status sosial
ekonomi orang tua, dan (6) koordinasi dengan tim akhli/rehabilitasi.Beberapa masalah yang dihadapi pengawas sekolah dalam
melaksanakan
tugas
pokoknya,
terungkap
masalah-masalah
yang
dihadapi dan perlu diupayakan jalan pemecahannya. Upaya pemecahan
yang telah dilakukan pengawas sekolah saat ini berkenaan dengan
masalah yang berasal dari pengawas itu sendiri adalah: bagi pengawas
yang berlatar belakang pendidikan bukan dari PLB, diupayakan mengikuti
pendidikan formal dan diklat/penataran, seminar, dan lokakarya.
Upaya yang dilakukan oleh pengawas sekolah untuk mengatasi
masalah jumlah sekolah binaan antara lain dengan mengatur frekwensi
supervisi disesuaikan dengan jumlah sekolah, teknik pembinaannya
digabungkan di salah satu sekolah pada setiap Kabupaten/Kotamadya
dan atau digabungkan untuk satu wilayah binaan secara bergiliran.
Adapun materi pembinaan disesuaikan dengan prioritas kebutuhan
dengan memberdayakan nara sumber baik dari teman sejawat, tutor
sebaya atau tenaga akhli.
Berkaitan dengan dana untuk melaksanakan supervisi
yang kurang
memadai, upaya yang dilakukan pengawas adalah memanfaatkan dana
yang tersedia seefektif mungkin, dengan mengatur frekuensi dan lama
kunjungan.
Masalah yang berasal dari guru, berkaitan dengan latar belakang
pendidikan yang belum memenuhi kualifikasi/kelayakan, upaya yang telah
dilakukan adalah
memanfaatkan wadah profesional melalui kegiatan
KKG, di PKG/gugus, serta memberi motivasi untuk ikut penyetaraan ke
S1/A.IV, penataran, seminar dan lokakarya.
Berkaitan dengan masalah pelayanan pendidikan dan bimbingan,
diupayakan dengan ditindaklanjuti di rumah oleh orang tua /keluarga atau
oleh petugas pembimbing di asrama bagi sekolah yang berasrama.
Sedangkan upaya untuk menanggulangi keterbatasan sarana dan
prasarana adalah dengan mengatur sirkulasi pendayagunaan alat/fasilitas
di setiap Kabupaten/Kotamadya melalui gugus, dan mengupayakan
pembuatan alat peraga dalam wadah profesional di PKG.
Berkenaan dengan biaya pendidikan untuk siswa SLB memang relatif
lebih mahal, upaya yang dilakukan pengawas untuk menanggulangi
kebutuhan tersebut adalah terbatas pada memberikan himbauan kepada
para orang tua melalui rapat BP3/POMG untuk lebih meningkatkan
partisipasinya, memanfaatkan sebaik mungkin bantuan dari pemerintah,
orang tua asuh, dan menciptakan suatu produk atau jasa yang dapat
dijual.
Solusi yang dilaksanakan pengawas berkenaan dengan masalah
pembinaan guru SLB, adalah dengan cara merancang suatu pola/model
pembinaan profesional yang dilandasi dengan adanya struktur organisasi
pembinaan baik secara vertikal maupun secara horizontal.
B. Impiikasi
Bertolak dari hasil temuan empiris di lapangan berkenaan dengan
pelaksanaan supervisi oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja
guru SLB, maka implikasinya adalah:
Bagaimana pihak berwenang berupaya untuk menentukan langkah yang
tepat dan mencari faktor penyebab serta alternatif pemecahannya.
Adapun impiikasi yang penulis uraikan berdasarkan temuan empiris di
lapangan adalah sebagai berikut:
Pertama, berkenaan dengan karakteristik khusus supervisi
pendidikan luar biasa, implikasinya adalah pihak yang berwenang harus
melakukan koordinasi dan menjalin kemitraan yang baik dengan tim akhli/tenaga rehabilitasi agar pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah dalam pembinaan kinerja guru SLB di Jawa Barat dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.Kedua, berkenaan dengan pembinaan pengawas sekolah
terhadap pelaksanaan tugas pokok guru, impiikasi yang harus dilakukan adalah mencari dan menemukan berbagai pola atau model pelayanan profesional yang merupakan wahana strategis dalam pelaksanaan teknik
supervisi, selain teknik-teknik yang biasa dilaksanakan selama ini.
Ketiga, berkenaan dengan dampak supervisi pengawas sekolah
terhadap kinerja guru SLB di Jawa Barat, di samping mempertahankan
beberapa perubahan yang bersifat positif juga harus meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional guru yang telah dimiliki dengan melakukan berbagai kegiatan seperti in-service training, penataran,
seminar dan lokakarya serta bempaya menciptakan teknik baru.
Keempat, berkenaan dengan pelaksanaan tugas pokok
pengawas sekolah PLB, diupayakan adanya penyempurnaan strategi dan program pengembangan melalui berbagai kegiatan baik di KKG, KKKS, dan kegiatan gugus sekolah lainnya.
Kelima, berkenaan dengan berbagai masalah yang dihadapi
baik oleh pengawas sekolah, maupun masalah yang dihadapi guru SLB,
serta masalah dalam pelaksanaan pembinaannya, pihak yang berwenang
harus lebih tanggap melakukan perbaikan dan peningkatan dari berbagai
segi melalui kegiatan pre-service education, in service education, maupun
on service education.
C. Rekomendasi
Bertolak dari beberapa kesimpulan dan impiikasi yang telah
dikemukakan di atas, berikuit ini penulis sampaikan rekomendasi yang
patut menjadi bahan masukkan untuk dipertimbangkan oleh pihak-pihak
terkait guna peningkatan pelayanan pendidikan luar biasa pada
umumnya, dan penyempurnaan pelaksanaan supervisi oleh pengawas
sekolah agar lebih efektif dan profesional.
Pertama, perlu adanya redefinisi konsepsi tentang PLB, untuk
lebih terakomodasinya jenis-jenis anak berkelainan, reorganisasi terhadap
peraturan, perundangan yang berlaku, reorientasi dan rekonsiliasi yakni
dengan menjalin kemitraan antar berbagai stake holder, dan perlunya
revitalisasi berkenaan dengan penelitian dan pengembangan.
Kedua, perlu adanya suatu kebijakan pengembangan pengawas
sekolah untuk menanggulangi rasio pengawas dengan jumlah sekolah
binaan yang tidak sesuai, dan pengangkatan guru untuk memenuhi
kekurangan secara proporsional, serta melaksanakan rotasi bagi guru
dalam upaya pemerataan kebutuhan guru di masing-masing sekolah.
Ketiga, keberadaan Kelompok Kerja Pengawas PLB (KKPPLB)
merupakan wadah organisasi profesional yang harus lebih ditingkatkan
fungsinya, dan kepada pihak terkait supaya lebih mendukung jalannya
organisasi ini untuk melakukan kegiatan saling membina antar sesama
pengawas PLB, di samping berfungsi untuk meningkatkan kemampuan
profesional pengawas PLB, juga dapat meningkatkan koordinasi atau
kesatuan gerak dan langkah antar pengawas serta berperan sebagai
katalisator (penghubung) antara para kepala Sekolah PLB dan gum-guru
dengan Kasi Dikdas, Ka Kandep dan pembina lainnya
Keempat, untuk menambah khazanah keilmuan administrasi
pendidikan, khususnya mengenai pengawasan pendidikan di sekolah luar
biasa, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas supervisi
pengawas sekolah PLB dengan fokus masalah yang berbeda, perlu
penelitian dan kajian lebih lanjut tentang pola/model supervisi PLB sesuai
dengan jenis dan jenjang serta karakteristik masing-masing peserta didik.
Keempat, perlu dilakukannya penyusunan program pengem
bangan
yang
aktual
dengan
memperhatikan
langkah-langkah
pendahuluan, meliputi analisis kebutuhan, penetapan tujuan, materi
program, dan prinsip pembelajaran yang akan dikembangkan untuk
mencapai sasaran berupa kemampuan profesional pengawas sekolah.
Penetapan sasaran program hendaknya mengacu pada ketentuan jabatan
fungsional pengawas sekolah yang disesuaikan dengan konsep dan
dimensi perilaku supervisi akademik.
Kombinasi kedua hal tersebut diungkapkan oleh Djam'an Satori,
(1999) merupakan persyaratan jabatan pengawas secara profesional.
Persyaratan tersebut dirinci sebagai berikut:
(1) memiliki/menguasai pengetahuan di bidang mata pelajaran yang
diawasi pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang dimiliki oleh guru
yang hendak dibimbing dan dinilai;
(2) memiliki pengetahuan yang cukup tentang berbagai metoda dan
strategi pengajaran, serta pengalaman dalam mengajarnya;
(3) memiliki pengetahuan yang cukup mengenai indikator keberhasilan
maupun kegagalan dalam mengajar;
(4) memiliki kemampuan yang cukup dalam berkomunikasi baik lisan
maupun tulisan;
(5) memiliki pengetahuan yang cukup dalam manajemen mutu pendidikan
di sekolah, khususnya program pengendalian mutu;
(6) memiliki kemampuan mempengaruhi , meyakinkan serta memotivasi
orang lain;
(7) memiliki tingkat kemampuan intelektual yang memadai;
(8) memiliki pengetahuan yang memadai dalam pengumpulan data dan
analisis data secara sistematis,
(9) memiliki tingkat kematangan pribadi yang memadai khususnya di
bidang kematangan emosi.
Kelima,
dalam upaya menghadapi
tantangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi menjelang Indonesia modern tahun 2020,
kualifikasi pendidikan pengawas sekolah ditingkatkan minimal Pasca
sarjana (S2).
S^DI0'«^
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin, (1986), Efektifitas Belajar Mengajar dengan Mengguna
kan Tiga Model Strategi Pendekatan Management Sistem
Instruksional dan Mengendalikan Tiga Katagori Kemampuan Belajar
Siswa, (Desertasi), Bandung, Fakultas Pasca Sarjana, IKIP,
Bandung.
Achmad Sanusi, (1990, Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan, Bandung,
FPS-IKIP Bandung._(1998), Pendidikan Alternatif, Menyentuh Aras Dasar Persoalan
Pendidikan danKemasyarakatan, Grafindo Media Pratama.
Allyn and Bacon, (1982), Qualitative Research for Education an
Introduction to Theory and
Methods,
Boston, London-Sydney
Toronto.
Amatembun, (1981), Supervisi Pendidikan, Penuntun Bagi Para Penilik,
Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru-guru, Suri, Bandung.
Asrori, (1998), Efektivitas Pengelolaan Program Penyetaraan S1 Daiam
Jabatan di FKIP-Universitas Bengkulu, (Tesis), PPS-IKIP Bandung.
A.Tabrani
Rusyan, (1990),
Profesionalisme
Tenaga
Kependidikan,
Yayasan Karya Sarjana Mandiri, Bandung.
Bogdan, Robert C. & Sari Knop Biklen, (1982), Qualitative Research for
Education: An Introduction to Theory and Methods, Boston : Allyn
and Bacon Inc.
( (1997),
Membangun Bangsa Melalui
Pendidikan,
Beberapa
Tantangan Agenda Pendidikan Nasional, PPS-IKIP Bandung.
Diklat Sepala, (1994) Teknik Pengawasan dan Pengendalian, Jakarta,
Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996),
Keputusan Menpan
Nomor 118/1996, Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya, Jakarta.,
(1996). KeDutusan Bersama Mendikbud Rl dan Kepala BAKN
Nomor 03222/O/1996 dan Nomor 38 tahun 1996 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya, Jakarta.,
(1998), Keputusan Mendikbud Rl Nomor 020/U/1988, Tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya, Jakarta.,
(1994) Surat Keputusan Menpan Nomor
84/1993, Tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, Jakarta.
, (1993), Keputusan Bersama Mendikbud Rl dan Kepala BAKN
Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 tahun 1993, Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;
Jakarta.
, Keputusan Mendikbud Rl Nomor 025/O/1995, Tentang Petunjuk
Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, Jakarta.
Dirjen Dikdasmen, (1994), Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah
Dasar, Depdikbud, Jakarta.
, (1994/1995), Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi, Depdikbud,
Jakarta.
, (1995