PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGENAI PERUBAHAN SIFAT BENDA
(Penelitian TindakanKelas di SDN 2 Cikancas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2012/2013Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S1 Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
NANIT SETIANI
0806404
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
========================================================
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MENGENAI PERUBAHAN SIFAT BENDA
(Penelitian TindakanKelas di SDN 2 Cikancas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2012/2013Kecamatan Beber Kabupaten Cirebon)
Oleh
NANIT SETIANI
0806404
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© NANIT SETIANI 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENEGESAHAN
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI KONSEP
PERUBAHAN SIFAT BENDA
Oleh
NANIT SETIANI
0806404
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
Dra. Tatat Hartati, M.Ed. Ph. D.
NIP. 19530312 197903 2 002
Pembimbing II
Drs. Nana Djumhana, M.PD.
NIP. 19590508 198403 1 002
Diketahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI KONSEP
PERUBAHAN SIFAT BENDA
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 2 Cikancas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kec. Beber Kab. Cirebon)
Oleh NANIT SETIANI
ABSTRAK : Penerapan Contextual Teaching Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mengenai Konsep Perubahan Sifat Benda. Latar belakang penelitian ini berdasarkan pengalaman peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas V SDN 2 Cikancas kabupaten Cirebon ditemukan beberapa kelemahan, diantaranya yaitu: pembelajaran IPA sangat didominasi oleh kegiatan mengeksplorasi pencapaian hasil kognitif atau hafalan saja walaupun terkadang para siswa lebih sukar untuk mengingat atau memahami suatu konsep dalam pembelajaran IPA, metode pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu hanya menggunakan metode ceramah. Penelitian ini ditujukan pada penggunaan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dalam pembelajaran perubahan sifat benda. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah: (1) Untuk mengetahui gambaran perencanaan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) dalam memahami konsep perubahan sifat benda di kelas V SDN 2 Cikancas, (2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGENAI KONSEP
PERUBAHAN SIFAT BENDA
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 2 Cikancas Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2012/2013 Kec. Beber Kab. Cirebon)
Oleh NANIT SETIANI
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ...i
ABSTRAK ………...ii
KATA PENGANTAR ………...iii
DAFTAR ISI ………...v
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR GAMBAR ...ix
DAFTAR GRAFIK ………...x
DAFTAR LAMPIRAN ………...viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ...1
B. Rumusan Masalah ... ...4
C. Hipotesis Tindakan ………...5
D. Tujuan Penelitian ... ...5
E. Manfaat Penelitian ... ...6
F. Definisi Operasional ... ...7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPA ... ...9
B. Pengertian ContextualTeachingLearning(CTL) ...12
D. Konsep Proses BelajarMengajar ………18
E. Penerapan CTL dalamPembelajaran IPA di SD ………27
F. PerubahanSifat Benda ………28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... ...32
B. Model Penelitian ... ……...34
C. Subjek Penelitian . ... ... ...37
D. Prosedur Penelitian ... ... ...38
E. Instrumen Penelitian ... ... ...41
F. Pengolahan dan Analisis Data ... ... ...42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Siklus I 1. Perencanaan pembelajaran ………...……...…46
2. Pelaksanaan Pembelajaran ………...…47
3. Observasi ………...…..51
4. Refleksi ………...…53
5. Deskripsi Hasil Penelitian ………...…55
Siklus I 1. Perencanaan pembelajaran ………...…...……57
3. Observasi ………...………..60
4. Refleksi ………...……63
B. Pembahasan
1. Perencanaan Pembelajaran ………...………...……64 2. Proses Pembelajaran ………...………...……..65 3. Hasil Belajar Siswa ………...………...66 BAB V Simpulan Dan Rekomendasi
A. Simpulan ………..…...…69 B. Rekomendasi…….………...…………71 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu saja berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting yang menjadi bagian dari IPA, yaitu muatan IPA (content of science), keterampilan proses (science process skills) dan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah.
Akan tetapi pada kenyataannnya, pendidikan kita tidaklah demikian. Hal ini dikemukakan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Blazelly (Sudrajat, 2004) bahwa pembelajaran di Indonesia cenderung teoritik dan tidak terkait dengan lingkungan di mana siswa berada. Akibatnya peserta didik tidak mampu menerapkan apa yang dipelajarinya di sekolah guna memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
2
lebih sukar untuk mengingat atau memahami suatu konsep dalam pembelajaran IPA, metode pembelajaran yang konvensional seperti ceramah masih ditemukan pada proses pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Cikansas Kabupaten Cirebon sehingga materi-materi yang disampaikan terkesan abstrak dan sulit dipahami oleh peserta didik, teacher center sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan yang menggali kemampuan berfikir kritis, logis dan bersikap ilmiah. Panca indera para siswa banyak digunakan untuk menyimak penjelasan searah dari guru sehingga kemampuan psikomotornya tidak terkembang secara optimal. Di samping itu, pembelajaran IPA di dalam kelas tedak memenuhi kebutuhan anak dan tidak kontekstual, padahal pembelajaran IPA yang cocok untuk anak-anak sekolah dasar adalah pembelajaran yang memiliki kesesuaian antara situasi dan belajar anak dengan situasi nyata di masyarakat.
3
hasil belajar siswa kurang memuaskan, seperti yang terlihat pada table dibawah ini.
Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa Pratindakan Penelitian.
Kategori Jumlah Siswa Nilai Persen ( % )
1. Baik 4 orang 75-100 4/25 x 100 = 16%
2. Sedang 7 orang 60-74 7/25 x 100 = 28%
3. Kurang 14 orang 59-50 14/25 x 100 = 56%
Permasalahan di atas mengindentikasikan bahwa proses pembelajaran IPA di SD Negeri 2 Cikansas Kabupaten Cirebon masih memerlukan inovasi dan pengembangan model atau metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan ilmiah dan memudahkan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Sebagaimana yang tertuang dalam KTSP bahwa pembelajaran IPA di SD, demikian pada SD Negeri 2 Cikansas Kabupaten Cirebon sebaiknya dilakukan secara inkuri ilmiah, artinya dalam hal ini siswa dilatih untuk berinkuri seperti yang telah dilakukan oleh para ilmuwan. Kemampuan inkuri yang dilakukan di Sekolah Dasar secara sederhana dapat diartikan sebagai “kegiatan
menemukan” namun dilandasi oleh beberapa langkah yang disusun secara
4
menyimpulkan hasil eksperimen serta membuat atau menyusun laporan sederhana yang dipadukan dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) karena pembelajaran ini merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.Dengan demikian pembelajaran IPA tidak sekedar mentransfer pengetahuan saja tetapi menemukan dan membuktikan sendiri kebenaran pengetahuan yang telah ada sebelumnya, maka pengetahuan yang mereka dapatkan dengan proses yang sistematis ini cenderung akan tersimpan lebih lama dan dapat membekali siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
B.Rumusan Masalah
Berangkat dari permasalahan yang ada, rumus masalah umum dalam
penelitian ini yaitu ”Bagaimana penerapan model pembelajaran Contextual Teaching Learning untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA kelas V pada
pokok materi perubahan sifat benda di Sekolah Dasar Negeri 2 Cikancas”.
Masalah tersebut lebih khusus dijabarkan sebagai berikut :
5
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran
IPA melalui
Contextual Teaching Learning mengenai konsep perubahan sifat benda di kelas V SDN 2 Cikancas?3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami konsep perubahan sifat benda setelah pembelajaran Contextual Teaching Learning
dilaksanan di kelas V SDN 2 Cikancas ?
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kajian teori di atas, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:“Dengan menerapkan pembelajaran CTL
dalam pembelajaran IPA, hasil belajar siswa kelas V SDN 2 Cikancas akan
meningkat”.
D. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan penelitian yang di harapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan belajar di rumah.
b. Tujuan Khusus
6
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Contextual Teaching Learning mengenai konsep perubahan sifat benda di kelas V SDN 2 Cikancas.
3. Untuk mengetahui bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami konsep perubahan sifat benda di kelas V SDN 2 Cikancas.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
a. Dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas.
b. Untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman guru tentang pendekatan pembelajaran Contextual Teaching Learning dalam materi perubahan sifat benda.
2. Bagi Siswa
a. Dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam belajar sains khususnya materi faktor-faktor penyebab perubahan sifat benda.
b. Mampu menyebutkan faktor-faktor penyebab perubahan sifat benda. c. Dapat memberikan contoh dari masing-masing penyebab perubahan sifat
benda dalam kehidupan sehari-hari. d. Meningkatkan motivasi belajar siswa. 3. Bagi Sekolah
7
b. Untuk meningkatkan kualitas dan fungsi sekolah dasar sebagai sarana dan prasarana pendidikan.
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini perlu didefinisikan beberapa istilah agar tidak terjadi kesalah pahaman dan kekeliruan dalam mendefinisikan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian. Istilah-istilah tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajara IPA
Pembelajara IPA adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Pembelajarannya guru menjadi fasilitator dan menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didiknya. Dalam pembelajarannya guru melibatkan pesrta didik secara aktif agar pesrta didik mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi.
2. Pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning)
Merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
8
kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah Kontructivisme (Contructivision), Menemukan (Inkuiry), Bertanya (Questioning), Masyarakat Belajarn (Learning Community), Pemodelan (Modeling), Refleksi (Reflection) dan Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment) 3. Hasil Belajar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang di fokuskan kepada proses belajar mengajar di dalam kelas. Sedangkan metode pendekatannya adalah menggunakan metode contextual learning teaching. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif dan sistematik oleh pelaku tindakan dan ditujukan untuk memaknai tindakan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran. Pengertian PTK yang dikemukakan oleh Tim Pelatih Proyek PGSM yaitu sebagai berikut :
”Pengertian PTK adalah sebagai bentuk kajian yang reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran dilakukan. Metode PTK merupakan studi tindakan (action)dalam sejumlah siklus”.
(TimPelatih Proyek PGSM, 1999).
Pengetian PTK ini telah mulai berkembang sejak perang dunia kedua. Akibatnya terdapat banyak sekali definisi-definisi yang satu dengan yang lainnya sangat mirip. Definisi penelitian tindakan kelas di atas meletakkan dasar bagi definisi pendahuluan penelitian kelas, definisi yang lebih ketat dan formal sebenarnya masih terlalu sulit karena konsep mengenai penelitian kelas itu sendiri berkembang mengikuti pemahaman yang semakin mendalam. Di antaranya menyangkut masih belum memadainya deskripsi metodologi karena masih perlu mempertimbangkan inti permasalahan proses belajar mengajar.
33
untuk menjelaskan berbagai aspek dari hubungan antar-ketergantungan materi-subyek, pembelajar, dan pengajar sehubungan dengan isu totalitas dan
logika-internal dari tugas sosial mengkonstruksi pengetahuan dari PBM”.
Selain dari dua pendapat yang telah dikemukakan di atas, pendapat lain
ada yang mengatakan bahwa ”Metode penelitian tindakan adalah suatu
penelitian yang dikembangkan bersama-sama antara peneliti dan decision maker tentang variabel-variabel yang dapat dimanipulasikan dan segera
digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan”. Pendapat tersebut
dikemukakan oleh Nazir (dalam Hatimah, 2007). Dalam metode penilitian kelas ini, peneliti dan decision maker bersama-sama menentukan masalah, membuat desain serta melaksanakan program-program tersebut.
Jenis penelitian tindakan kelas mampu menawarkan terhadap cara dan prosedur yang baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas dengan melihat berbagai indikator terhadap keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi
pada diri siswa. Bahkan Mc Niff (dalam Hermawan, 2007) ” memandang PTK
sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan kurikulum,
pengembangan sekolah, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya”.
34
meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang ia lakukan di kelas, penelitian terhadap siswa dari segi interaksinya dalam proses pembelajaran, penelitian terhadap proses dan atau produk pembelajaran secara reflektif di kelas. Secara singkatnya dengan melakukan penelitian tindakan kelas, guru dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran menjadi lebih efektif. Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses dan atau produk pembelajaran yang lebih efektif, optimal, dan fungsional.
Dengan demikian, PTK memiliki ciri-ciri khusus yaitu dilaksanakan oleh guru-guru sendiri, bertujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan pelayanan profesional guru dalam proses pembelajaran, bersifat kolaboratif dan permasalahan yang diteliti timbul dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehari-hari yang dihadapi oleh peneliti. Dalam penelitian tindakan kelas ini penulis memiliki metode deskriptif kualitatif. Konsep dasar penelitian ini adalah penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dari data-data yang dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis.
B.Model Penelitian
35
model dari Kemmis dan Mc. Taggart (1998). Dalam satu silkus terdiri dari empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi
(observing), dan refleksi (reflecting) Siklus model Kemmis dan Mc.Taggart
Gambar 3.1
Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Adaptasi Kemmis dan Mc Tagart (1982)
36
Menunjuk pada model siklus Kemmis dan Mc Tagart di atas, maka langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan, seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran yang didalamnya termasuk menyiapkan metode, alat dan sumber pembelajaran. Serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan yang mengacu pada perencanaan yang telah dibuat dilaksanakan sesuai jadwal penelitian yang ada. Serta melakukan pengamatan terhadap proses tindakan yang sedang berlangsung, mulai dari awal perencanaan sampai seluruh tindakan dilaksanakan.
c. Observasi
Pada tahap observasi ini dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan observasi atau pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
37
tindakan yang telah dilakukan untuk menyusun rencana dan tindakan selanjutnya, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan metode kooperatif.
d. Refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan analisis data mengenai proses, masalah, hambatan, yang dijumpai, dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Tahapan refleksi ini merupakan tahapan memproses kembali data yang didapat pada saat pengamatan itu dilakukan.Melalui refleksi diharapkan dapat menilai sejauh mana kita dapat mengusai kelas dan mengetahui letak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki.
Kegiatan refleksi ini merupakan penyusunan rencana tindakan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian berikutnya.Dari hasil kegiatan tersebut akan muncul permasalahan baru atau pemikiran baru, sehingga penelitian perlu kembali melakukan perencanaan dan pengulangan tindakan, sehingga akan membentuk siklus dua dan seterusnya sampai dianggap berhasil apa yang menjadi tujuan penelitian.
C.Subjek Penelitian
38
di lokasi tersebut, peneliti lebih memahami karakteristik dan keinginan siswa, peneliti lebih mengenal situasi dan kondisi lingkungan sekolah, serta adanya dukungan dari semua pihak sekolah. Oleh karena itu, subjek yang menjadi bahan penelitian adalah penerapan CTL mengenai konsep perubahan sifat benda melalui inkuiri.
D.Prosedur Penelitian
1. Tahap Perencanaan Pembelajaran
Dalam PTK tahap kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah membuat perencanaan. Tahap perencanaan yang dilakukan peneliti adalah:
a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah SD Negeri 2 Cikancas kecamatan Beber kabupaten Cirebon.
b. Observasi dan wawancara, untuk memperoleh gambaran keadaan proses belajarr mengajar, mengenal kemampuan siswa, cara guru mengajar, aktivitas siswa dan hasil yang diperoleh.
c. Identifikasi permasalahan. Identifikasi masalah dilakukan dengan menelaah terlebih dahulu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, khususnya mata pelajaran IPA mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, dam materi pokok.
39
e. Menyusun alat yang digunakan untuk memantau selama proses penelitian berlangsung berupa format observasi, lembar pengamatan dan catatan lapangan.
2. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan proses penelitian disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya, pelaksanaan penelitian terdiri dari proses pembelajaran, evaluasi, dan refleksi pada setiap siklus. Penelitian terdiri dari dua silkus. Adapun penjabaran rencana setiap siklus yaitu:
Siklus I
a. Perencanaan
1) Mempersiapkan skenario pembelajaran. Materi yang diajarkan pada siklus I adalah Mengidentifikasi berbagai jenis perubahan sifat benda 2) Mempersiapkan lembar observasi, lembar wawancara dan LKS. b. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya tentang perubahan sifat benda, sedangkan observer melakukan pengamatan.
c. Observasi
Pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap guru serta siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
40
Menganalisis data yang diperoleh dalam tindakan siklus I telah mencapai tujuan atau belum, hasil tersebut akan menentukan langkah-langkah di siklus I.
Siklus II
a. Perencanaan
1) Mempersiapkan skenario pembelajaran. Materi yang diajarkan pada siklus I adalah Mengidentifikasi berbagai jenis perubahan sifat benda 2) Mempersiapkan lembar observasi, lembar wawancara dan LKS. b. Pelaksanaan
Peneliti melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya tentang perubahan sifat benda, sedangkan observer melakukan pengamatan.
c. Observasi
Pengamatan yang dilakukan oleh observer terhadap guru serta siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
41
E.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memantau pelaksanaan kegiatan dalam penelitian ini adalah :
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan untuk membantu proses pembelajaran siswa serta dapat digunakan sebagai alat penilaian proses belajar siswa.
3. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan di lapangan terhadap aktivitas siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sasaran pengamatan dalam lembar observasi adalah penerapan pendekatan yang digunakan serta kegiatan guru dan siswa dalam setiap tahap pembelajaran dengan mengguanakan pendekatan inkuiri.
4. Kamera foto, digunakan untuk mengabadikan kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran. Foto dapat digunakan sebagai dokumentasi bukti fisik mengenai penelitian yang telah dilaksanakan.
42
F. Tahap Pengumpulan dan Analisis Data
a. Tahap Pengumpulan
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini yaitu dari sumber primer yaitu siswa dan guru. Data primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas antara lain :
a) Data hasil belajar diambil setelah melaksanakan tindakan berupa nilai post tes setiap akhir siklus
b) Data penilaian proses kerja ilmiah siswa atau LKS
c) Data pelaksanaan pembelajaran diambil melalui observasi guru peneliti oleh observer
2. Jenis Data
Data yang diperoleh berjenis data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari hasil belajar yang mengungkap pemahaman siswa melalui tes, data hasil observasi aspek contextual teaching learning (CTL) IPA, dan data hasil wawancara mengenai respon siswa terhadap pembelajaran IPA menggunakan pendekatan CTL.
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas sesuai petunjuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas (suyanto, 1996). Pada penelitian ini tahapan pengumpulan data dilakukan pada saat :
a. Observasi awal dan identifikasi awal permasalahan
43
d. Evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus 1 dan 2 e. Wawancara dengan siswa
f. Menganalisis pemahaman siswa b. Analisis Data
Analisis data merupakan tahap pengolahan data hasil penelitian pada setiap siklus yang merupakan bagian terpenting ddalam proses penelitian untuk mendeskripsikan dan menyimpulkan hasil penelitian. Tekhnik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua data yang diperoleh melalui tes, observasi dan wawancara.
1. Pengolahan hasil tes
Data mentah yang diperoleh dari hasil tes, kenudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap siswa, menghitung niali rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui gambaran jelas mengenai hasil prestasi belajar siswa dalam memahami pelajaran IPA khususnya pada konsep perubahan sifat benda. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
N = Skor perolehan siswa X 100 Skor ideal
Keterangan : N = Nilai X =
Keterangan = X = Rata-rata hitung X = Nilai
44
2. Pengolahan data hasil observasi
Dalam observasi menggunakan skala penilaian dengan rentang nilai dalam bentuk angka (5,4,3,2 dan1) untuk aktivitas siswa yang berarti angka 1 = sangat kurang; 2 = kurang baik; 3 = cukup baik; 4 = baik; 5 = sangat baik (Usman, U 1993 :82-85) dengan cara memberi tanda contreng (√) pada kolom skala nilai. Setelah itu semua nilai tersebut dihitung dengan rumus :
N = skor perolehan siswa X 100 Skor maksimum
Keterangan : N = Nilai
Dikonversikan pada skala nilai dengan rentang 100 mengenai unjuk kerja siswa yang mengungkap aspek contextual teaching learning apa saja yang dipahami siswa. Konversi nilai dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Konversi nilai pemahaman setiap aspek contextual teaching
learning
Nilai Keterangan
10-29 Sangat kurang dipahami
30-49 Kurang dipahami
50-69 Cukup dipahami
70-89 Dipahami
45
3. Pengolahan Data Hasil wawancara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas mengenai “Penerapan Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai konsep perubahan sifat benda, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistematika penyusunan RPP dengan mnerapkan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) pada pembelajaran IPA yang membahas konsep perubahan sifat benda pada dasarnya sama dengan sistematika RPP yang di buat oleh para guru di sekolah, namun untuk penerapan pendekatan
Contextual Teaching Learning (CTL) RPP yang disusun memiliki cirri khusus yaitu menerapkan 7 komponen CTL yaitu diantaranya konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat-belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Melalui langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dengan mengidentifikasi masalah, mengajukan hipotesis, menganalisis data, menguji hasil hipotesis dan menyimpulkan pembelajaran.
75
fasilitator atau pembimbing dalam proses pembelajaran.. Dengan terlibatnya siswa melakukan berbagai percobaaan serta dapat menyampaikan pendapatnya, akhirnya siswa dapat memahami materi pelajaran dengan baik. Terbukti bahwa pendekatan Contextual Teaching Learning siswa menjadi aktif, kreatif, efektif, juga belajar dengan menyenangkan. Seperti yang dikemukakan oleh Gagne (1985) bahwa belajar menciptakan perubahan tingkah laku, dan yang kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau pengalaman.
3. Penerapan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditandai dengan hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa yaitu 72,4 dan siswa yang telah mencapai KKM sebanyak 20 orang atau 80% sedangkan sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching Learning (CTL)
76
B.Saran
Dari hasil temuan-temuan dalam penelitian ini maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Guru/Pendidik
Hasil penelitian pembelajaran CTL sangat cocok digunakan dan di terapkan pada mata pelajaran IPA pokok bahasan perubahan sifat benda. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang disarankan untuk digunakan, maka dengan demikian diharapkan pada para guru supaya mempelajari tentang pembelajaran CTL dan diharapkan bisa menerapkan pembelajaran kontekstual bukan hanya pada mata pelajaran IPA saja. Dalam pelalaksanaan penerapannmya guru harus mengarah dan selalu memberikan motivasi pada siswa untuk mengembangkan kreatifitas dan kepercayaan pada dirinya dan dalam proses pembelajaran guru merupakan sebagai fasilitator dan motivator siswa, dengan begitu milikilah dan teruslah belajar demi memberikan yang menjadi kebermanfaatan bagi siswa dan seluruh orang
2. Peserta Didik
77
3. Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional (2007), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI, Jakarta: BNSP.
Departemen Pendidikan Nasional (2008), Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Hermawan, Ruswandi, dkk (2007) Metode Penelitian Pendidikan sekolah dasar. Bandung: UPI PRESS
Johson B. Elaine, 2010, Contextual Teaching and Learning, Bandung: Kaifa learning.
Karli, Hilda dan Yuliartiningsih, Sri 2004, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetesi Model-model Pembelajaran, Bandung: Bina Media Informasi. Poerwadarminta, W.J.S 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:PN Balai
Pustaka
Rohman. H (2011) Metode Pembelajaran. From http://hipni.blog.spot.com. 09 Spetember 2011
Saefudin, u dan Suherman, A (2007). Inovasi Pendidikan. Bandung UPI PRESS Sadirman (1986). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Sudrajat, (2009). Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Bandung. PT Rosdakarya Sumantri M. dan Purnama J. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Depdikbud. Suryana, A (2011). Penerapan pendekatan CTL untuk meningkatkan Hasil
79
Wahyono, B Nurachman, S (2008) Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas V Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.