• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nomor : B-309 DJ.I/Dt.I.I/PP.00/02/ Februari 2021 Lamp. : 1 (satu) set. Hal : Pengantar SE dan SK Dirjen Pendis Tahun 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Nomor : B-309 DJ.I/Dt.I.I/PP.00/02/ Februari 2021 Lamp. : 1 (satu) set. Hal : Pengantar SE dan SK Dirjen Pendis Tahun 2021"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3 – 4, Lantai 6-7 Telp. (021) 3811523, 34833236 Fax. (021) 3859117, 3520951

J A K A R T A

Nomor : B-309 DJ.I/Dt.I.I/PP.00/02/2021 09 Februari 2021 Lamp. : 1 (satu) set.

Hal : Pengantar SE dan SK Dirjen Pendis Tahun 2021

Kepada Yth.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi di – seluruh Indonesia

Assalamu’alaikum Wr.Wb.,

Dalam rangka meningkatkan layanan dan mutu pendidikan di Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran dan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam sebagai berikut:

1. Surat Edaran Nomor B-298/DJ.I/PP.00/02/2021 tentang Penyelenggaraan Kelulusan dan Kenaikan Kelas di Madrasah Tahun Pelajaran 2020/2021

2. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 752 Tahun 2021 tentang POS Penyelenggaraan Ujian Madrasah TP. 2020/2021

3. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 781 Tahun 2021 tentang Juknis Penyusunan Soal HOTS Pada Madrasah

4. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 751 Tahun 2021 tentang Juknis Penyelenggaraan Bimtek Penyusunan Soal HOTS Pada Madrasah.

Mohon kiranya Surat Edaran dan Surat Keputusan tersebut dapat dipedomani, disosialisasikan sampai pada tingkat madrasah.

Demikian, agar menjadi perhatian dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

a.n. Direktur Jenderal

Direktur KSKK Madrasah,

^

A. Umar

Tembusan Yth:

Direktur Jenderal Pendidikan Islam.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan BSrE. Untuk memastikan keasliannya,

(3)
(4)
(5)
(6)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 752 TAHUN 2021

TENTANG

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2020/2021

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM, Menimbang : a.

b.

c.

d.

bahwa dalam rangka menjamin kualitas dan pencapaian standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan madrasah, perlu diselenggarakan ujian pada akhir jenjang pendidikan dalam bentuk Ujian Madrasah (UM);

bahwa Ujian Madrasah merupakan penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan madrasah yang bertujuan untuk mengukur pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran;

bahwa untuk menjamin standarisasi, efektifitas dan kelancaran penyelenggaraan Ujian Madrasah perlu disusun Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Madrasah;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Madrasah Tahun Pelajaran 2020/2021.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 SALINAN

(7)

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);

4. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama;

5. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 66 tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah;

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 37 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ujian Yang Diselenggarakan oleh Satuan Pendidikan dan Ujian Nasional;

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah;

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Pada Madrasah.

(8)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2020/2021.

KESATU

KEDUA

KETIGA

:

:

:

Menetapkan Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Madrasah Tahun Pelajaran 2020/2021 sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Prosedur operasional standar sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU sebagai pedoman bagi pengelola madrasah dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyelenggaraan Ujian Madrasah.

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 8 Februari 2021 DIREKTUR JENDERAL

PENDIDIKAN ISLAM,

TTD

MUHAMMAD ALI RAMDHANI

(9)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2020/2021

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian hasil belajar merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data/informasi untuk mengukur capaian hasil belajar peserta didik terhadap Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan. Kegiatan penilaian hasil belajar di madrasah meliputi; 1) penilaian harian (PH) yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengukur capaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih; 2) Penilaian Akhir Semester (PAS) yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengukur capaian kompetensi peserta didik pada akhir semester ganjil; 3) Penilaian Akhir Tahun (PAT) yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengukur capaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap; dan 4) Ujian Madrasah (UM) yaitu penilaian yang dilakukan untuk mengukur capaian kompetensi peserta didik pada akhir jenjang pendidikan.

Ujian Madrasah (UM) meliputi seluruh mata pelajaran yang diajarkan di kelas akhir pada satuan pendidikan, baik kelompok mata pelajaran wajib maupun muatan lokal. UM diikuti oleh peserta didik pada akhir jenjang pendidikan pada Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) sebagai salah satu persyaratan untuk penentuan kelulusan. Hal tersebut menegaskan bahwa pemerintah memberi wewenang penuh kepada satuan pendidikan dalam hal ini adalah madrasah untuk menyelenggarakan ujian pada akhir jenjang pendidikan untuk mengukur pencapaian standar kompetensi lulusan bagi peserta didiknya.

Dalam rangka standarisasi penyelenggaraan Ujian Madrasah (UM), maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menyusun dan menetapkan Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Madrasah sebagai panduan bagi pengelola madrasah dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyelenggaraan Ujian Madrasah.

B. Tujuan dan Fungsi UM

Ujian Madrasah bertujuan untuk mengukur capaian kompetensi peserta didik sesuai Standar Kompetensi Lulusan pada akhir jenjang pendidikan.

Ujian Madrasah berfungsi sebagai :

1) Indikator pencapaian kompetensi peserta didik

2) Umpan balik bagi madrasah untuk kepentingan perbaikan proses

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 752 TAHUN 2021

TENTANG

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN MADRASAH TAHUN PELAJARAN 2020/2021

(10)

C. Pengertian

Dalam Prosedur Operasional Standar ini yang dimaksud dengan:

1. Madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dengan kekhasan agama Islam yang mencakup Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).

2. Ujian Madrasah yang selanjutnya disingkat UM adalah ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan dalam hal ini adalah madrasah, yang berupa pengukuran capaian kompetensi siswa dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.

3. Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Madrasah yang selanjutnya disingkat POS UM adalah ketentuan yang mengatur penyelenggaraan atau teknis pelaksanaan UM dan wajib dipedomani oleh seluruh madrasah.

4. Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disingkat SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Kisi-kisi UM adalah acuan untuk mengembangkan dan merakit naskah soal UM yang disusun berdasarkan kriteria pencapaian Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, dan kurikulum yang berlaku.

6. Paket naskah soal UM adalah variasi perangkat tes, terdiri atas sejumlah butir soal atau penugasan yang dirakit sesuai dengan kisi-kisi UM.

7. Lembar Jawaban Ujian Madrasah yang selanjutnya disingkat LJUM adalah salah satu bentuk lembaran kertas yang digunakan peserta untuk menjawab soal tes tulis UM.

8. Bahan UM adalah bahan yang digunakan dalam penyelenggaraan UM yang mencakup naskah soal atau naskah tugas, LJUM atau lembar pengamatan/lembar penilaian, berita acara, daftar hadir, amplop, tata tertib, dan pakta integritas.

9. Kelompok Kerja Madrasah yang selanjutnya disingkat KKM adalah Forum Kepala Madrasah di tingkat kecamatan, kabupaten/kota atau provinsi dan menjadi Pembina KKG/MGMP/MGBK.

10. Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang selanjutnya disingkat MGMP dan sejenisnya adalah wadah kolektif guru dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru MTs dan MA/MAK di tingkat satuan pendidikan madrasah, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi..

11. Kelompok Kerja Guru yang selanjutnya disingkat KKG adalah wadah kolektif guru dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru RA dan MI di tingkat satuan pendidikan madrasah, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi.

12. Nomor Induk Siswa Nasional selanjutnya disingkat NISN adalah kode pengenal siswa yang bersifat unik dan membedakan satu siswa dengan siswa lain yang diterbitkan oleh kementerian yang menangani urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

(11)

BAB II

PESERTA DAN SATUAN PENDIDIKAN PELAKSANA UJIAN MADRASAH

A. Persyaratan Peserta UM 1. Jenjang MI:

a. Terdaftar pada tahun terakhir pada MI.

b. Memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)

c. Memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar mulai kelas IV semester I sampai dengan kelas VI semester I.

2. Jenjang MTs:

a. Terdaftar pada tahun terakhir pada MTs.

b. Memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)

c. Memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar mulai kelas VII semester I sampai dengan kelas IX semester I.

d. Memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar mulai semester I sampai dengan semester V untuk penyelenggara Sistem Kredit Semester (SKS).

3. Jenjang MA/MAK:

a. Terdaftar pada tahun terakhir pada MA/MAK.

b. Memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)

c. Memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar mulai kelas X semester I sampai dengan kelas XII semester I (satu).

d. Memiliki laporan lengkap penilaian hasil belajar mulai semester I sampai dengan semester V untuk penyelenggara Sistem Kredit Semester (SKS).

B. Hak dan Kewajiban Peserta UM 1. Hak Peserta UM

a. Setiap peserta didik yang telah memenuhi persyaratan.

b. Peserta UM yang karena alasan tertentu dan disertai bukti yang sah tidak dapat mengikuti UM utama dapat mengikuti UM susulan.

2. Kewajiban Peserta UM

a. Peserta UM wajib mengikuti semua mata pelajaran yang diujikan.

b. Peserta UM wajib mematuhi tata tertib peserta UM.

C. Pendataan Peserta UM

1. Pendataan peserta UM dilakukan oleh satuan pendidikan.

2. Kepala Madrasah penyelenggara UM menetapkan daftar peserta ujian dalam bentuk surat keputusan.

3. Kepala madrasah mengatur dan menetapkan nomor peserta UM dengan ketentuan urutan sebagai berikut:

(12)

kode provinsi-kode kab/kota-kode madrasah-nomor urut peserta contoh:

13 : Kode provinsi Jawa Timur 31 : Kode kab. Blitar

501 : MTsN 1 Blitar

0001 : Nomor urut peserta

Dimulai dari peminatan MIPA, IPS, Bahasa, Keagamaan dan Madrasah yang menggabung.

4. Kepala Madrasah penyelenggara UM menerbitkan kartu peserta UM.

D. Satuan Pendidikan Penyelenggara UM

1. UM diselenggarakan oleh satuan pendidikan jenjang MI, MTs dan MA/MAK.

2. Satuan pendidikan yang dapat menyelenggarakan UM adalah madrasah yang terakreditasi berdasarkan keputusan dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M).

3. Madrasah yang belum terakreditasi, dapat melaksanakan UM dengan cara bergabung kepada madrasah yang terakreditasi. Sedangkan tempat pelaksanaan ujian dapat berlangsung di masing-masing madrasah dan/atau pada madrasah induk penyelenggara UM.

4. Madrasah yang masa akreditasinya telah habis dan sedang proses perpanjangan akreditasi, tetap dapat menyelenggarakan UM, dibuktikan dengan surat usulan perpanjangan akreditasi.

13-31-501-0001

(13)

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG PENYELENGGARAAN UJIAN MADRASAH

A. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Tugas dan kewenangan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dalam pelaksanaan UM sebagai berikut:

1. Menyusun dan menerbitkan POS UM;

2. Melakukan sosialisasi pelaksanaan UM kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dan/atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota;

3. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait; dan 4. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan UM.

B. Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi

Tugas dan kewenangan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi dalam UM sebagai berikut:

1. Melakukan sosialisasi kebijakan pelaksanaan UM yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan/atau madrasah di wilayah kerjanya;

2. Melakukan koordinasi dalam mendukung kelancaran pelaksanaan UM sesuai dengan ketentuan POS yang berlaku; dan

3. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan UM.

C. Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota

Tugas dan kewenangan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan UM sebagai berikut.

1. Melakukan koordinasi dan sosialisasi dalam mendukung kelancaran pelaksanaan UM di madrasah sesuai ketentuan POS UM yang berlaku;

2. Menetapkan satuan pendidikan penyelenggara UM dan satuan Pendidikan yang bergabung;

3. Menugaskan JFT Pengawas Madrasah melakukan verifikasi terhadap kisi-kisi soal, kartu soal dan naskah soal UM di madrasah binaannya, untuk menjamin kualitas soal UM;

4. Melakukan pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan UM; dan

5. Membuat laporan pelaksanaan UM jenjang MI, MTs, dan MA/MAK di wilayahnya serta menyampaikannya kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.

D. Satuan Pendidikan

Tugas dan kewenangan satuan pendidikan dalam pelaksanaan UM sebagai berikut.

1. Membentuk panitia pelaksana UM.

2. Melakukan pendataan peserta UM dan mencetak kartu peserta UM.

3. Melakukan sosialisasi UM.

4. Mengatur ruang atau lokasi UM.

5. Menetapkan proktor dan teknisi (jika ujian dilaksanakan secara online).

6. Menetapkan pengawas ruang atau lokasi UM.

(14)

9. Mengamankan master soal beserta kelengkapannya.

10. Menggandakan naskah soal UM berikut kelengkapannya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan (bila ujian dalam bentuk Ujian Kertas Pensil (UKP) atau penugasan).

11. Melaksanakan UM sesuai POS UM.

12. Melakukan pemeriksaan lembar jawaban peserta UM.

13. Menerbitkan, menandatangani, dan membagikan hasil UM kepada peserta UM.

14. Melaporkan hasil UM kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota dan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi.

(15)

BAB IV

BENTUK DAN MATERI UJIAN MADRASAH

A. Bentuk Ujian

1. Bentuk Ujian Madrasah pada jenjang MI, MTs, dan MA/MAK dapat berupa:

a. ujian tulis b. ujian praktek

c. penugasan, dan/atau d. portofolio

2. Madrasah dapat memilih satu atau beberapa bentuk ujian untuk setiap mata pelajaran sesuai dengan karakteristik dan aspek yang akan diukur.

3. Madrasah memilih bentuk ujian sebagaimana dimaksud pada poin 2 di atas dengan memperhatikan kondisi siswa dan kemampuan madrasah untuk menyelenggarakannya, terutama dalam kaitannya dengan dampak pandemi Covid-19.

4. Mata pelajaran Penjas Orkes, Seni Budaya, Prakarya, Kewirausahaan, Informatika, serta mata pelajaran tertentu atas pertimbangan mutu pengukuran, diujikan dalam bentuk praktek atau penugasan.

B. Materi Ujian

1. Materi ujian untuk mata pelajaran umum mengacu pada kurikulum 2013 yang ditetapkan Kemendikbud.

2. Materi ujian untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab mengacu pada KMA 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

3. Materi ujian MI meliputi materi kelas IV, V dan VI 4. Materi ujian MTs meliputi materi kelas VII, VIII dan IX 5. Materi ujian MA meliputi materi kelas X, XI dan XII

6. Materi ujian MTs dan MA penyelenggara SKS meliputi materi semester I sampai dengan materi semester VI

C. Kisi-Kisi UM

1. Kisi-kisi UM disusun oleh guru mata pelajaran dan ditetapkan oleh madrasah penyelenggara UM.

2. Kisi-kisi UM mata pelajaran Al Quran-Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab disusun oleh Kementerian Agama RI.

3. Kisi-kisi UM disusun berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum yang berlaku.

D. Naskah Soal UM

1. Naskah soal UM disusun oleh Guru/kelompok guru mata pelajaran pada setiap madrasah

2. Naskah soal UM disusun dengan mengacu pada kisi-kisi UM.

3. Dalam hal di madrasah terdapat keterbatasan sumber daya, maka guru madrasah yang bersangkutan dapat melakukan sharing bimbingan teknis penyusunan soal/tugas yang bermutu dengan madrasah lain pada forum KKG/MGMP dalam koordinasi Kantor Kementerian Agama

(16)

4. Naskah soal atau tugas tidak boleh mengandung unsur SARA, paham ektrim, radikal, politik praktis, bertentangan dengan Pancasila, UUD 45, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

5. Jumlah butir soal untuk ujian tulis ditentukan oleh madrasah.

E. Prosedur Penyusunan Kisi-kisi dan Soal

1. Kepala madrasah menetapkan guru penyusun kisi-kisi dan soal UM.

2. Guru menyusun kisi-kisi soal UM.

3. Guru menyusun naskah soal UM utama dan susulan yang mengacu pada kisi-kisi soal.

4. Validasi naskah soal UM oleh guru yang ditetapkan oleh kepala madrasah.

5. Finalisasi naskah soal oleh guru mata pelajaran.

6. Penyusun naskah soal menyerahkan kepada panitia UM di madrasah untuk digandakan dan/atau diinput pada aplikasi ujian yang digunakan pada setiap madrasah.

F. Penggandaan Naskah Soal

Penggandaan naskah soal dan kelengkapannya dilakukan oleh masing- masing madrasah penyelenggara UM.

(17)

BAB V

PELAKSANAAN UJIAN MADRASAH

A. Mata Pelajaran UM

Mata pelajaran yang diujikan dalam UM meliputi seluruh mata pelajaran pada kelas akhir masing-masing jenjang pendidikan.

B. Jadwal UM

1. Jadwal UM ditentukan oleh masing-masing madrasah penyelenggara ujian, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Ketuntasan kurikulum di madrasah.

b. Kalender pendidikan di masing-masing madrasah.

c. Hari libur nasional/keagamaan.

d. Jadwal pengumuman kelulusan.

2. Jadwal penyelenggaraan UM jenjang MI, MTs dan MA/MAK dengan rentangan waktu tanggal 15 Maret s.d 10 April 2021.

C. Moda Pelaksanaan UM

1. Pada masa pandemi covid-19, madrasah dapat menyelenggarakan UM secara daring dan/atau tatap muka, sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

2. Madrasah sesuai kemampuan infrastruktur yang dimiliki dapat menyelenggarakan ujian dengan moda Ujian Berbasis Komputer (UBK), Ujian Kertas Pensil (UKP) dan/atau bentuk lain yang memungkinkan dapat dilakukan dan ditetapkan oleh madrasah.

D. Pemeriksaan dan Pengolahan Hasil UM

Proses pemeriksaan dan pengolahan hasil UM diatur sebagai berikut.

1. Ujian Madrasah Berbasis Komputer (UMBK)

Bila ujian dilaksanakan berbasis komputer, pemeriksaan dan pengolahan hasil ujian dilakukan secara komputerisasi. Dalam kaitan dengan hal tersebut, madrasah dapat memanfaatkan aplikasi “e- Learning Madrasah”.

2. Ujian Madrasah Berbasis Kertas Pensil (UMKP) a. Soal Bentuk Pilihan Ganda

Soal UM bentuk pilihan ganda dapat diperiksa secara manual atau menggunakan alat pemindai.

b. Soal Bentuk Uraian

Soal bentuk uraian diperiksa secara manual oleh guru sesuai mata pelajarannya, mengacu pada pedoman penskoran.

3. Ujian bentuk lainnya

Ujian yang dilaksanakan dalam bentuk praktik, penugasan, portofolio, dan/atau lainya, pemeriksaan dan pengolahan hasil ujian mengacu pada

(18)

4. Pengolahan Hasil UM

a. Nilai UM dalam bentuk angka dengan rentang nilai 0 (nol) s.d 100 (seratus).

b. Bila ujian dilaksanakan lebih dari satu bentuk tes, maka madrasah dapat membuat pembobotan.

(19)

BAB VI

PENGATURAN RUANG, PENGAWAS, DAN TATA TERTIB

Apabila ujian dilaksanakan secara tatap muka di madrasah, berlaku ketentuan sebagai berikut:

A. Pengaturan Ruang UM

1. Ruang yang digunakan aman dan layak untuk pelaksanaan ujian, serta memenuhi syarat protokol kesehatan;

2. Jumlah peserta tiap ruang ujian maksimal 50% dari kapasitas ruangan, dengan jarak tiap meja minimal 1,5 meter.

3. Setiap meja dalam ruang ujian diberi nomor peserta;

4. Setiap ruang ujian ditempel pengumuman yang bertuliskan:

”DILARANG MASUK SELAIN PESERTA UJIAN DAN PENGAWAS, SERTA TIDAK DIPERKENANKAN MEMBAWA ALAT KOMUNIKASI dan/atau KAMERA”

5. Setiap ruang ujian disediakan denah tempat duduk peserta UM disertai foto peserta yang ditempel di pintu masuk ruang ujian;

6. Gambar atau alat peraga yang berkaitan dengan materi UM dikeluarkan dari ruang ujian;

7. Setiap ruang ujian diawasi oleh satu orang pengawas.

B. Pengawas UM

1. Kepala madrasah bertanggung jawab mutlak atas pelaksanaan UM di madrasah yang menjadi kewenangannya.

2. Pengawas UM ditetapkan oleh kepala madrasah.

3. Pengawas UM adalah guru yang mata pelajarannya tidak sedang diujikan.

4. Pengawas UM harus mematuhi protokol kesehatan.

C. Tata Tertib Pengawas UM 1. Ruang pengawas UM

a. Dua puluh menit sebelum ujian dimulai pengawas ruang telah hadir di ruang pengawas UM.

b. Pengawas ruangan wajib menggunakan masker dan mematuhi protokol Kesehatan.

c. Pengawas ruang menerima penjelasan dan pengarahan dari ketua penyelenggara UM.

d. Pengawas ruang menerima bahan UM untuk ruang yang akan diawasi, berupa naskah soal atau tugas UM, LJUM atau lembar pengerjaan, amplop LJUM, daftar hadir, dan berita acara pelaksanaan UM, serta lem.

e. Pengawas ruang mendatangani pakta integritas.

(20)

2. Ruang UM

a. Pengawas ruangan wajib menggunakan masker dan mematuhi protokol kesehatan.

b. Pengawas ruang dilarang membawa alat

komunikasi/elektronik/kamera ke dalam ruang UM.

c. Pengawas masuk ke dalam ruang UM lima belas (15) menit sebelum waktu pelaksanaan ujian untuk:

1) memeriksa kesiapan ruang ujian, meminta peserta untuk memasuki ruang ujian dengan menunjukkan kartu peserta, dan menempati tempat duduk sesuai nomor yang telah ditentukan;

2) memastikan setiap peserta tidak membawa tas, buku atau catatan lain, alat komunikasi elektronik dan atau kamera, kalkulator dan sebagainya ke dalam ruang kecuali alat tulis yang akan digunakan;

3) membacakan tata tertib;

4) meminta peserta UM menandatangani daftar hadir;

5) membagikan LJUM kepada peserta dan memandu serta memeriksa pengisian identitas peserta (nomor ujian, nama, tanggal lahir, dan tanda tangan);

6) memastikan peserta telah mengisi identitas dengan benar;

7) setelah seluruh peserta selesai mengisi identitas, pengawas ruang membuka amplop soal, memeriksa kelengkapan bahan ujian, dan meyakinkan bahwa amplop tersebut dalam keadaan baik dan tertutup rapat (disegel), disaksikan oleh peserta ujian; dan

8) membagikan naskah soal dengan cara meletakkan di atas meja peserta dalam posisi tertutup (terbalik). Peserta ujian tidak diperkenankan menyentuhnya sampai tanda waktu dimulai.

d. Setelah tanda waktu mengerjakan dimulai, pengawas ruang:

1) mempersilakan peserta untuk mengecek kelengkapan soal;

2) mempersilakan peserta untuk mulai mengerjakan soal; dan

3) mengingatkan peserta agar terlebih dahulu membaca petunjuk cara menjawab soal.

e. Kelebihan naskah soal selama UM berlangsung tetap disimpan di ruang ujian.

f. Selama UM berlangsung, pengawas ruang wajib:

1) menjaga ketertiban dan ketenangan suasana sekitar ruang UM;

2) memberi peringatan dan sanksi kepada peserta yang melakukan kecurangan; dan

3) melarang orang lain memasuki ruang UM.

g. Pengawas ruang dilarang memberi isyarat, petunjuk, dan bantuan apapun kepada peserta berkaitan dengan jawaban dari soal yang diujikan.

h. Lima menit sebelum waktu ujian selesai, pengawas ruang memberi peringatan kepada peserta UM bahwa waktu tinggal lima menit.

i. Setelah waktu UM selesai, pengawas ruang:

1) mempersilakan peserta untuk berhenti mengerjakan soal;

(21)

2) mempersilakan peserta meletakkan naskah soal dan LJUM di atas meja dengan rapi;

3) mengumpulkan LJUM atau lembar pengerjaan dan naskah soal atau tugas;

4) menghitung jumlah LJUM atau lembar pengerjaan sama dengan jumlah peserta; dan

5) mempersilakan peserta meninggalkan ruang ujian;

j. Pengawas Ruang UM menyerahkan LJUM atau lembar pengerjaan tugas dan naskah soal atau penugasan UM kepada Panitia UM disertai dengan satu lembar daftar hadir peserta dan satu lembar berita acara pelaksanaan UM; dan

k. Pengawas yang melanggar tata tertib diberi teguran, peringatan oleh kepala madrasah dan/atau sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

E. Tata Tertib Peserta UM

1. Peserta ujian wajib menggunakan masker dan mematuhi protokol kesehatan.

2. Peserta memasuki ruangan setelah tanda masuk dibunyikan, yakni lima belas (15) menit sebelum UM dimulai.

3. Peserta yang terlambat hadir hanya diperkenankan mengikuti UM setelah mendapat izin dari ketua panitia UM tanpa diberi perpanjangan waktu.

4. Peserta UM dilarang membawa alat komunikasi elektronik atau kamera dan kalkulator.

5. Tas, buku, dan catatan dalam bentuk apapun dikumpulkan di depan kelas atau di luar ruang ujian.

6. Peserta UM membawa alat tulis dan kartu peserta ujian.

7. Peserta UM mengisi daftar hadir menggunakan pulpen yang disediakan oleh pengawas ruang.

8. Peserta UM mengisi identitas secara lengkap dan benar sesuai kartu peserta pada LJUM.

9. Bila ujian dilaksanakan berbasis komputer, peserta UM mengisi identitas pada aplikasi ujian berbasis komputer.

10. Peserta UM yang memerlukan penjelasan cara pengisian identitas dapat bertanya kepada pengawas ruang dengan cara mengangkat tangan terlebih dahulu.

11. Peserta UM mulai mengerjakan soal setelah ada tanda waktu mulai ujian.

12. Selama UM berlangsung, peserta UM dapat meninggalkan ruangan dengan izin dan pengawasan dari pengawas ruang.

13. Peserta UM yang meninggalkan ruangan setelah membaca soal dan tidak kembali lagi sampai tanda selesai dibunyikan, dinyatakan telah selesai menempuh/mengikuti UM mata pelajaran yang terkait.

(22)

14. Peserta UM yang telah selesai mengerjakan soal sebelum waktu UM berakhir tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan sebelum berakhirnya waktu ujian.

15. Peserta UM berhenti mengerjakan soal setelah waktu ujian berakhir dan meletakkan lembar jawaban serta naskah soal di atas meja masing- masing.

16. Selama UM berlangsung peserta dilarang:

a. menanyakan jawaban soal kepada siapa pun;

b. bekerja sama dengan peserta lain;

c. memberi atau menerima bantuan dalam menjawab soal;

d. memperlihatkan pekerjaan kepada peserta lain atau melihat pekerjaan peserta lain; dan

e. menggantikan atau digantikan oleh orang lain.

17. Meninggalkan ruang UM dengan tertib dan tenang setelah pengawas ruang ujian mengumpulkan dan menghitung lembar jawaban dan naskah soal sesuai dengan jumlah peserta UM.

18. Peserta UM yang melanggar tata tertib ujian, diberi peringatan/teguran oleh pengawas ruang UM dan dicatat dalam berita acara UM sebagai salah satu bahan pertimbangan kelulusan.

(23)

BAB VII

KRITERIA PENCAPAIAN KOMPETENSI LULUSAN A. Kriteria Kelulusan

Kriteria kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan minimal mempertimbangkan hal-hal berikut.

1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

2. Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik; dan

3. Mengikuti Ujian Madrasah yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan.

B. Penetapan Kelulusan

1. Kelulusan peserta didik dari madrasah ditetapkan melalui rapat dewan guru pada madrasah yang bersangkutan.

2. Rumus perhitungan nilai kelulusan peserta didik pada jenjang MI, MTs, dan MA/MAK ditentukan oleh madrasah.

3. Keputusan rapat kelulusan peserta didik dituangkan dalam sebuah berita acara.

4. Kepala madrasah menetapkan kelulusan peserta didik dalam bentuk Surat Keputusan.

5. Kepala madrasah melaporkan kelulusan peserta didik kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.

C. Pengumuman Kelulusan Satuan Pendidikan

Pengumuman kelulusan peserta didik dari madrasah diatur sebagai berikut;

1. Pengumuman kelulusan MA diperkirakan selambat-lambatnya tanggal 21 Mei 2021

2. Pengumuman kelulusan MTs diperkirakan selambat-lambatnya tanggal 4 juni 2021

3. Pengumuman kelulusan MI diperkirakan selambat-lambatnya tanggal 11 Juni 2021

(24)

BAB VIII

PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

1. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan UM dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai tugas dan kewenangannya.

2. Laporan hasil pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan UM untuk pembinaan dan perbaikan mutu pendidikan.

3. Laporan penyelenggaraan UM dilakukan secara berjenjang dari kepala Madrasah kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, Kabupaten/Kota kepada Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, dan selanjutnya Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam u.p Direktur KSKK Madrasah.

(25)

BAB IX

BIAYA PELAKSANAAN UJIAN MADRASAH

1. Biaya penyelenggaraan UM bersumber dari anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Komite Madrasah, Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan/atau sumber lain yang sah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Biaya pelaksanaan UM di satuan pendidikan antara lain mencakup komponen-komponen sebagai berikut:

a. Honor kepanitiaan;

b. Honor pengawas ruang ujian;

c. Honor proktor dan teknisi;

d. Honor penguji praktik e. Konsumsi;

f. Biaya pembuatan soal;

g. Biaya penggandaan naskah soal/input soal pada aplikasi ujian; dan/atau

h. Kebutuhan lain yang terkait dengan ujian.

(26)

BAB X PENUTUP

Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Madrasah (POS UM) ini disusun untuk digunakan sebagai panduan bagi Guru, Kepala Madrasah, Pengawas, pengelola pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya dalam penyelenggaraan ujian madrasah. Dengan diterbitkannya POS UM diharapkan penyelenggaraan ujian madrasah dapat dilaksanakan dengan baik, efektif dan efisien.

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

TTD

MUHAMMAD ALI RAMDHANI

(27)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR 781 TAHUN 2021

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DI MADRASAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengukur keberhasilan proses pembelajaran dan tingkat pencapaian standar kompetensi lulusan peserta didik madrasah perlu dilakukan penilaian hasil belajar oleh setiap satuan pendidikan madrasah;

b.

c.

bahwa dalam rangka menjamin standard kualitas soal tes hasil belajar pada madrasah perlu disusun petunjuk teknis penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) bagi guru madrasah;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) di Madrasah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301;)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);

SALINAN

(28)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);

5. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama;

6. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Madrasah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 66 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Madrasah;

7.

8.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;

13. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;

14. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum di Madrasah;

(29)

15.

16.

17.

Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 183 Tahun 2014 tentang Kurikulum Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah;

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5161 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar pada Madrasah Ibtidaiyah;

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5162 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar pada Madrasah Tsanawiyah;

Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3751 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar pada Madrasah Aliyah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SOAL HIGHER ORDER TINKING SKILLS (HOTS) PADA MADRASAH

KESATU : Menetapkan Petunjuk Teknis Penyusunan Soal Higher Order Tinking Skills (HOTS) pada Madrasah sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU sebagai pedoman dalam pengelolaan penilaian pembelajaran madrasah oleh pemangku kepentingan madrasah, khususnyan dalam penyusunan soal ujian di madrasah;

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 8 Februari 2021 DIREKTUR JENDERAL

PENDIDIKAN ISLAM,

TTD

MUHAMMAD ALI RAMDHANI A.n. DIREKTUdiknmbzjgR JENDERAL

(30)

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL GURUAN ISLAM NOMOR 781 TAHUN 2021

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA MADRASAH

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) PADA MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 telah mengalami penyempurnaan beberapa kali. Salah satu dasar penyempurnaan kurikulum tersebut adalah adanya tantangan internal dan eksternal. Tantangan internal banyak terkait dengan harapan makin praktis dan efektifnya kurikulum menunjang proses pembelajaran yang berkualitas. Sedangkan tantangan eksternal banyak terkait dengan kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat dunia.

Isu perkembangan pendidikan di tingkat dunia mengharuskan peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasionaltuntutan kehidupan masa depan. Oleh karena itu, standar penilaian perlu mengalami perubahan yaitu dengan mengadaptasi secara bertahap model-model penilaian yang mengedepankan kompetensi berfikir dan kreativitas. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk mengaitkan materi pelajaran dengan kebutuhan kehidupan nyata.

Hasil studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015 dan 2018 menunjukkan bahwa prestasi literasi membaca

(31)

(reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai peserta didik Indonesia sangat rendah.

Pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia sangat rendah dalam:

(1) memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi.

Berdasarkan fakta di atas, maka penilaian yang dikembangkan oleh guru madrasah diharapkan dapat mendorong peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian peserta didik untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menyusun Petunjuk Teknis Penulisan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).

B. Tujuan Penyusunan Petunjuk Teknis Petunjuk teknis ini disusun untuk:

1. Memberikan pemahaman kepada guru madrasah tentang konsep penyusunan soal HOTS;

2. Mengembangkan keterampilan guru madrasah untuk menyusun butir soal HOTS;

3. Menjadi rujukan dalam penyusunan soal di madrasah.

C. Ruang Lingkup

Petunjuk teknis penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) terdiri atas konsep penilaian, penyusunan kisi-kisi, penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS), dan teknik penulisan soal.

D. Sasaran

Petunjuk Teknis Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ini ditujukan kepada:

1. Guru madrasah;

2. Kepala Madrasah;

3. Pengawas Madrasah;

4. Pengambil Kebijakan dalam penilaian pembelajaran madrasah .

(32)

BAB II

KONSEP PENILAIAN A. Pengertian

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan data atau informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Pengumpulan informasi tersebut ditempuh melalui berbagai teknik penilaian, menggunakan berbagai instrumen, dan berasal dari berbagai sumber. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.

Penilaian harus dilakukan secara efektif. Oleh karena itu, meskipun informasi dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan berbagai upaya, tapi kumpulan informasi tersebut tidak hanya lengkap dalam memberikan gambaran, tetapi juga harus akurat untuk menghasilkan keputusan.

Pengumpulan informasi pencapaian hasil belajar peserta didik memerlukan metode dan instrumen penilaian, serta prosedur analisis sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan Kompetensi Dasar (KD) sebagai kompetensi minimal yang harus dicapai oleh peserta didik.

Untuk mengetahui ketercapaian KD, guru harus merumuskan sejumlah indikator sebagai acuan penilaian.

Penilaian tidak hanya difokuskan pada hasil belajar tetapi juga pada proses belajar. Peserta didik juga mulai dilibatkan dalam proses penilaian terhadap dirinya sendiri sebagai sarana untuk berlatih melakukan penilaian diri.

B. Pendekatan Penilaian

Penilaian konvensional cenderung dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Dalam konteks ini, penilaian diposisikan seolah- olah sebagai kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran.

Pemanfaatan penilaian bukan sekadar mengetahui pencapaian hasil belajar, justru yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu

(33)

meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses belajar. Penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu assessment of learning (penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran), dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).

Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta didik menyelesaikan guruan pada jenjang tertentu. Setiap guru melakukan penilaian yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, berarti guru tersebut melakukan assessment of learning. Ujian Madrasah dan berbagai bentuk penilaian sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar).

Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Dengan assessment for learning guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.

Assessment for learning juga dapat dimanfaatkan oleh guru untuk meningkatkan performa dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian formatif, misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contoh-contoh assessment for learning (penilaian untuk proses belajar).

Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat

(34)

apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal.

Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan oleh guru dibandingkan assessment for learning dan assessment as learning.

Penilaian pencapaian hasil belajar seharusnya lebih mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning dibandingkan assessment of learning, sebagaimana ditunjukkan gambar di bawah ini.

Gambar 1. Proporsi assessment as, for, dan of learning C. Prinsip Penilaian

Penilaian harus memberikan hasil yang dapat diterima oleh semua pihak, baik yang dinilai, yang menilai, maupun pihak lain yang akan menggunakan hasil penilaian tersebut. Hasil penilaian akan akurat bila instrumen yang digunakan untuk menilai, proses penilaian, analisis hasil penilaian, dan objektivitas penilai dapat dipertanggungjawabkan.

Untuk itu perlu dirumuskan prinsip-prinsip penilaian yang dapat menjaga agar orientasi penilaian tetap pada framework atau rel yang telah ditetapkan. Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1. Sahih

Agar penilaian sahih (valid) harus dilakukan berdasar pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Untuk memperoleh data yang dapat mencerminkan kemampuan yang diukur harus digunakan instrumen yang sahih juga, yaitu instrumen yang mengukur apa yang seharusnya diukur.

2. Objektif

Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu dirumuskan pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat menyamakan persepsi penilai dan mengurangi subjektivitas. Penilaian kinerja yang

(35)

Untuk penilai lebih dari satu perlu dilihat reliabilitas atau konsistensi antar penilai (inter-rater reliability) untuk menjamin objektivitas setiap penilai.

3. Adil

Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, gender, dan hal-hal lain. Perbedaan hasil penilaian semata-mata harus disebabkan oleh berbedanya capaian belajar peserta didik pada kompetensi yang dinilai.

4. Terpadu

Penilaian oleh guru merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Penilaian merupakan proses untuk mengetahui apakah suatu kompetensi telah tercapai.

Kompetensi tersebut dicapai melalui serangkaian aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu penilaian tidak boleh menyimpang dari pembelajaran.

5. Terbuka

Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat diketahui oleh siapapun. Dalam era keterbukaan seperti sekarang, pihak yang dinilai dan pengguna hasil penilaian berhak tahu proses dan acuan yang digunakan dalam penilaian, sehingga hasil penilaian dapat diterima oleh siapa pun.

6. Menyeluruh dan Berkesinambungan

Penilaian oleh guru mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Instrumen penilaian yang digunakan, secara konstruk harus merepresentasikan aspek yang dinilai secara utuh. Penilaian dilakukan dengan berbagai teknik dan instrumen, diselenggarakan sepanjang proses pembelajaran, dan menggunakan pendekatan assessment as learning, assessment for learning, dan assessment of learning secara proporsional.

(36)

7. Sistematis

Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Penilaian diawali dengan pemetaan, identifikasi, analisis KD, dan indikator ketercapaian KD. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis tersebut dipetakan teknik penilaian, bentuk instrumen, dan waktu penilaian.

8. Beracuan Kriteria

Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi menggunakan acuan kriteria. Peserta didik yang sudah mencapai kriteria minimal disebut tuntas, dapat melanjutkan pembelajaran untuk mencapai kompetensi berikutnya, sedangkan peserta didik yang belum mencapai kriteria minimal wajib menempuh pembelajaran remedial.

9. Akuntabel

Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. Akuntabilitas penilaian dapat dipenuhi bila penilaian dilakukan secara sahih, objektif, adil, dan terbuka, sebagaimana telah diuraikan di atas. Bahkan perlu dipikirkan konsep meaningfull assessment. Selain dipertanggungjawabkan teknik, prosedur, dan hasilnya, penilaian juga harus dipertanggungjawabkan kebermakna annya bagi peserta didik dan proses belajarnya.

(37)

BAB III

PENYUSUNAN KISI-KISI A. Pengertian kisi-kisi

Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks berisi informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis atau merakit soal. Kisi- kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Penyusunan kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Jika beberapa penulis soal menggunakan satu kisi-kisi akan dihasilkan soal-soal yang relatif sama (paralel) dari tingkat kedalaman dan cakupan materi yang ditanyakan.

B. Fungsi Kisi-kisi

Kisi-kisi dalam sebuah penyusunan soal memiliki peran yang amat penting agar soal yang dihasilkan mampu mengukur kompetensi peserta didik. Adapun fungsi kisi-kisi antara lain:

1. Sebagai panduan dalam penyusunan soal agar diperoleh soal yang valid ditinjau dari aspek isi materi (content validity) melalui kesesuaian antara cakupan materi, indikator, sub indikator sampai dengan butir soal.

2. Sebagai acuan bagi penyusun soal agar soal yang dibuat sesuai dengan tujuan tes terkait apakah tes prediktif atau tes ketuntasan belajar.

3. Membantu penyusun soal dalam menentukan proporsi jumlah soal sesuai dengan tingkat kesulitan materi sekaligus penentuan pembobotan penilaian.

C. Syarat kisi-kisi

Kisi-kisi tes yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.

2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.

3. Indikator soal harus jelas supaya dapat dikembangkan menjadi butir soal.

(38)

D. Komponen Kisi-kisi

Komponen-komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi disesuaikan dengan tujuan tes. Komponen kisi-kisi terdiri atas komponen identitas dan komponen matriks. Komponen identitas diletakkan di atas komponen matriks. Komponen identitas meliputi jenis/jenjang madrasah, peminatan, mata pelajaran, tahun pelajaran, kurikulum yang diacu, alokasi waktu, jumlah soal, dan bentuk soal.

Komponen-komponen matriks berisi kompetensi dasar yang diambil dari kurikulum, kelas dan semester, materi, indikator, level kognitif, dan nomor soal.

Berikut adalah contoh format penulisan kisi-kisi soal FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Satuan Guruan : ………. Kurikulum : ………..

Mata pelajaran : ………. Peminatan : …………

Kelas/Smt : ……….

No Kompetensi Dasar IPK Materi Indikator

Soal Level

Kognitif Bentuk

Soal Nomor Soal

Tabel 1. Format Kisi-kisi Penulisan Soal

Adapun diagram yang menunjukkan proses penjabaran kompetensi dasar (KD) menjadi indikator digambarkan sebagai berikut:

Diagram 1. Proses Penjabaran KD menjadi Indikator

(39)

Langkah-langkah menyusun kisi-kisi:

1. menentukan KD yang akan diukur;

2. memilih materi yang esensial;

3. merumuskan indikator yang mengacu pada KD dengan memperhatikan materi dan level kognitif.

Kriteria pemilihan materi yang esensial:

1. lanjutan/pendalaman dari satu materi yang sudah dipelajari sebelumnya.

2. penting harus dikuasai peserta didik.

3. sering diperlukan untuk mempelajari mata pelajaran lain.

4. berkesinambungan pada semua jenjang kelas.

5. memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

E. Indikator

Indikator dijadikan acuan dalam membuat soal. Di dalam indikator tergambar level kognitif yang harus dicapai dalam KD.

Kriteria perumusan indikator:

1. Memuat ciri-ciri KD yang akan diukur.

2. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur (satu kata kerja operasional untuk soal pilihan ganda, satu atau lebih dari satu kata kerjaoperasional untuk soal uraian).

3. Berkaitan dengan materi/konsep yang dipilih.

4. Dapat dibuat soalnya sesuai dengan bentuk soal yang telah ditetapkan.

Komponen-komponen indikator soal yang perlu diperhatikan adalah subjek, perilaku yang akan diukur, dan kondisi/konteks/stimulus.

Contoh indikator sebagai berikut:

(40)

F. Level Kognitif

Level kognitif merupakan tingkat kemampuan peserta didik secara individual maupun kelompok yang dapat dijabarkan dalam tiga level kognitif berikut

1. Level 1: menunjukkan tingkat kemampuan yang rendah yang meliputi pengetahuan dan pemahaman (knowing dan understanding),

2. Level 2: menunjukkan tingkat kemampuan yang lebih tinggi yang meliputi penerapan (applying).

3. Level 3: menunjukkan tingkat kemampuan tinggi yang meliputi penalaran (reasoning).

Level 3 meliputi tingkat kognitif analisis, evaluasi, dan mencipta.

Gambaran kemampuan peserta didik yang dituntut pada setiap level kognitif terdapat pada penjelasan berikut:

1. Memperlihatkan ingatan dan pemahaman dasar terhadap materi pelajaran dan dapat membuat generalisasi yang sederhana.

2. Memperlihatkan tingkatan dasar dalam pemecahan masalah dalampembelajaran, paling tidak dengan satu cara.

3. Memperlihatkan pemahaman dasar terhadap grafik-grafik, label-label, dan materi visual lainnya.

4. Mengkomunikasikan fakta-fakta dasar dengan menggunakan terminologi yangsederhana.

1. Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran dan dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan dan konsep- konsep dalam konteks tertentu.

2. Menginterpretasi dan menganalisis informasi dan data.

3. Memecahkan masalah-masalah rutin dalam pelajaran.

4. Menginterpretasi grafik-grafik, tabel-tabel, dan materi visual lainnya.

5. Mengkomunikasikan dengan jelas dan terorganisir penggunaan

(41)

1. Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman yang luas terhadap materi pelajaran dan dapat menerapkan gagasan-gagasan dan konsep-konsep dalam situasi yang familiar, maupun dengan cara yang berbeda.

2. Menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi gagasan-gagasan dan informasiyang faktual.

3. Menjelaskan hubungan konseptual dan informasi yang faktual.

4. Menginterpretasi dan menjelaskan gagasan-gagasan yang kompleks dalam pelajaran.

5. Mengekspresikan gagasan-gagasan nyata dan akurat dengan menggunakanterminologi yang benar.

6. Memecahkan masalah dengan berbagai cara dan melibatkan banyak variabel.

7. Mendemonstrasikan pemikiran-pemikiran yang original.

Pada tabel berikut disajikan dimensi proses kognitif dan kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi. Dimensi proses kognitif ini dikelompokkan ke dalam tiga level kognitif, yaitu:

1. Level 1: mengingat (C1) dan memahami (C2), 2. Level 2: mengaplikasikan (C3),

3. Level 3: menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6)

No

Dimensi Proses Kognitif dan

Kategori

Kata Kerja Operasinaluntuk PerumusanIndikator/Tujuan 1 Mengingat (C1) Pengertian: Mengambil pengetahuan dari

memori jangka panjang

1.1. Mengenali menyebutkan, menunjukkan, memilih, mengidentifikasi

1.2. Mengingat mengungkapkan kembali, menuliskan

(42)

No

Dimensi Proses Kognitif dan

Kategori

Kata Kerja Operasinaluntuk PerumusanIndikator/Tujuan 2 Memahami (C2) Pengertian: Mengkonstruk makna dari

materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru

2.1. Menafsirkan menafsirkan, memparafrasekan,

mengungkapkan dengan kata-kata sendiri, mencontohkan, memberi contoh,

mengklassifikasikan, mengkelompok- kelompokkan, mengidentifikasi

berdasarkan kategori tertentu, merangkum, meringkas, membuat ikhtisar, menyimpulkan, mengambil kesimpulan, membandingkan,

membedakan, menjelaskan, menguraikan, mendeskripsikan, menuliskan

2.2. Mencontohkan mencontohkan, memberi contoh 2.3. Mengklassifikasi

kan

mengklassifikasikan, mengkelompok- kelompokkan,

mengidentifikasi berdasarkan kategori tertentu

2.4. Merangkum merangkum, meringkas, membuat ikhtisar 2.5. Menyimpulan menyimpulkan, mengambil kesimpulan 2.6. Membandingkan membandingkan, membedakan

2.7. Menjelaskan menjelaskan, menguraikan, mendeskripsikan,

menuliskan 3 Mengaplikasikan

(C3)

Pengertian: Menerapkan atau

menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu

3.1. Mengeksekusi menghitung, melakukan gerakan, menggerakkan, memperagakan sesuai prosedur/teknik, mengimplementasikan, menerapkan, menggunakan,

memodifikasi, menstransfer 3.2. Mengimplementa

sikan

mengimplementasikan, menerapkan,

menggunakan, memodifikasi, menstransfer

(43)

No

Dimensi Proses Kognitif dan

Kategori

Kata Kerja Operasinaluntuk PerumusanIndikator/Tujuan 4 Menganalisis (C4) Pengertian: Memecah-mecah materi

jadi bagian- bagian penyusunnya dan menentukan hubungan- hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan

keseluruhan struktur atau tujuan 4.1. Membedakan membedakan, menganalisis perbedaan,

mengorganisasikan, membuat diagram, menunjukkan bukti, menghubungkan, menganalisis kesalahan, menganalisis kelebihan, menunjukkan sudut pandang 4.2. Mengorganisasi mengorganisasikan, membuat diagram,

menunjukkan bukti, menghubungkan 4.3. Mengatribusikan menganalisis kesalahan, menganalisis

kelebihan, menunjukkan sudut pandang 5 Mengevaluasi (C5) Pengertian: Mengambil keputusan

berdasarkan kriteria dan atau standar 5.1. Memeriksa memeriksa, menunjukkan kelebihan,

menunjukkan kekurangan,

membandingkan, menilai, mengkritik 5.2. Mengkritik menilai, mengkritik

6 Mencipta (C6) Pengertian: Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal

6.1. Merumusakan Merumuskan, merencanakan, merancang, mendisain, memproduksi, membuat

6.2. Merencanakan merencanakan, merancang, mendisain 6.3. Memproduksi memproduksi, membuat

(44)

BAB IV

PENYUSUNAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) A. Pengertian

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan Kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan:1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memroses dan menerapkan informasi,3) mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda- beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit dari pada soal recall.

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing- C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).

Padapemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tida kterjebak pada pengelompokan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir

(45)

diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja

‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru.

Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus.

Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam konteks HOTS. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.

Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal HOTS.

Dalam mengembangkan stimulus, penulis soal HOTS harus memperhatikan empat kriteria berikut ini.

1. Edukatif yaitu mendidik dan menghindari hal-hal yang negatif;

2. Menarik yaitu variatif berupa antara lain narasi, infografis, gambar, tabel, teks bacaan, foto, kasus, foto, rumus, teks drama, penggalan cerita, peta, daftar kata, simbol, contoh, dan suara yang direkam;

3. Inspiratif yaitu mampu mengembangkan imajinasi dan keingintahuan;

4. Kekinian yaitu sesuai dengan kondisi terbaru (kontekstual).

B. Karakteristik

Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian kelas. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.

1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan

Gambar

Gambar 1. Proporsi assessment as, for, dan of learning  C.  Prinsip Penilaian
Tabel 1. Format Kisi-kisi Penulisan Soal
Tabel 2 Dimensi Proses Berpikir

Referensi

Dokumen terkait