• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI MTsS LABUH KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI MTsS LABUH KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR SKRIPSI"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI MTsS LABUH

KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) dalam Bidang

Pendidikan Agama Islam

Oleh

HELMA YUNITA NIM 14 101 050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR

2019

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v ABSTRAK

HELMA YUNITA, NIM. 14 101 150, SKRIPSI:“UPAYA GURU AKIDAH AKHLAK DALAM PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI MTSS LABUH KECAMATAN LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR”. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar tahun 2018.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwasanya banyak terjadi permasalahan dalam nilai-nilai karakter yang telah ada seperti nilai karakter yang berhubungan dengan ketuhanan, peserta didik masih malas mengerjakan shalat dan masih ada yang bercanda dalam shalat. Karakter yang berhubungan dengan diri sendiri peserta didik masih banyak yang berbohong dan mereka tidak percaya pada diri sendiri. Karakter yang berhubungan dengan orang lain, peserta didik masih kurang sopan dan kurang menghargai orang lain serta Karakter yang berhubugan dengan Lingkungan, dalam Karakter lingkungan ini, peserta didik masih sering membuang sampah sembarangan tempat padahal telah ada aturannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeskrpsikan dan menganalisis tentang upaya guru akidah Akhlak dalam pembentukan karakter siswa berdasarkan kurikulum 2013 serta mengungkap faktor penghambat dan faktor pendorong pembentukan karakter siswa di MTsS Labuh. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan membantu menyempurnakan upaya -upaya yang telah dilakukan oleh guru dalam menangani permasalahan tentang pembentukan karakter.

Jenis penelitian yang ini penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan mengunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan memakai teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model Miles dan Huberman dan keabsahan data yaitu dengan cara Trigulasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Upaya Guru Akidah Akhlak Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di Mtss Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar, 1)Upaya guru akidah akhlak dalam pembentukan karakter siswa yang berhubungan dengan ketuhanan (religius) Guru akidah akhlak memberikan nasehat kepada peserta didik,guru juga telah melakukan pembiasan. Bentuk karakter yang berhubungan dengan diri sendiri guru menyuruh pesertadidik untuk tidak berbonong lagi dan mau percaya pada kemampuan sendiri, Bentuk karakter yang berhubungan dengan orang lain guru memberikan contoh. Bentuk karakter yang berhubungan dengan lingkungan guru memberikan hukuman kepada siswa 2) Faktor Penghambat dan Pendukung, Faktor penghambat yaitu kurangnya kesadaran siswa dan kurangnya sarana dan prasarana serta dukungan dari keluarga, Faktor pendukung yang didapatkan oleh guru akidah akhlak dalam pembentukan karakter siswa adalah adanya kerja sama antara guru-guru yang ada di MTsS Labuh.

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ....i

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ..iii

PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... ..iv

KATA PENGANTAR ... ...v

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ..ix

DAFTAR LAMPIRAN ... .xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ..1

B. Fokus Penelitian ... ...7

C. Rumusan Masalah ... ...7

D. Tujuan Penelitian ... ...8

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... ...8

F. Definisi Operasional ... ...9

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Upaya Guru Akidah Akhlak ... .11

a. Pengertian Upaya Guru Akidah Akhlak ... .11

b. Persyaratan Menjadi Guru Akidah Akhlak ... .16

c. Dasar Hukum Pendidikan Akhlak ... .18

d. Tujuan Pendidikan Akhlak ... .19

e. Proses Pembentukan Akhlak ... .21

(7)

vii

2. Pendidikan Karakter ……. ... .23

a. Pengertian Pendidikan Karakter ... .23

b. Tujuan Pendidikan Karakter ... .26

c. Pendekatan dalam pendidikan Karakter ... .27

d. Bentuk dan Nilai Pendidikan Karakter ... .29

3. Kurikulum 2013 ... .41

a. Pengertian Kurikulum 2013 ... .41

b. Tujuan Kurikulum 2013 ... .42

c. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013 ... .42

d. Penilaian dalam kurikulum 2013 ... .45

B. Penelitian yang Relevan ... .45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... .50

B. Latar dan Waktu Penelitian ... .50

C. Instrument Penelitian ... .50

D. Sumber Data ... .51

E. Teknik Pengumpulan Data ... .52

F. Teknik Analisis Data ... .53

G. Teknik Penjaminan keabsahan Data ... .54

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian ... .55

1. Temuan Umum Penelitian ... .55

2. Temuan Khusus Penelitian ... .62

a. Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar ... .62 b. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013 di

(8)

viii

MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar ... .69 B. Pembahasan ... .70 1. Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar ... .70 2. Faktor Penghambat dan Pendukung Guru Akidah Akhlak dalam

Pembentukan Karakter Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar .... .76 BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

A. Kesimpulan ... .78 B. Saran ... .80 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN ... .82

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN A. Lampiran Penelitian

Lampiran 1 : Kisi- kisi pedoman wawancara …………. ………. ...82

Lampiran 2 : Pedoman Wawancara ………...84

Lampiran 3 : lembaran Hasil Observasi ………..……….……. ..87

Lampiran 4 : Hasil wawancara dengan Informan ………... …….. ..96

Lampiran 5 : Foto Dokumentasi Penelitian …… ……….……..111

B. Lampiran Surat Menyurat Surat Tugas untuk pembimbing Proposal ………..………...114

Surat tugas pembimbing dan peguji seminar Proposal ………...………...115

Surat Izin Penelitian dari LP2M……….. ……….………..118

Surat Telah Melaksanakan Penelitian dari MTsS Labuh……….….….119

Daftar Hadir Bimbingan Proposal Dan Skripsi ………... ……...120

Surat Tugas dan Berita Acara Sidang Munaqasah……….………....123

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan akhlak adalah upaya untuk dapat mewujudkan sikap batin yang mendorong lahirnya perbuatan yang bernilai baik dari diri seseorang . Dalam pendidikan akhlak ini, kriteria benar dan salah untuk menilai perbuatan yang muncul merujuk kepada Al-quran dan sunnah sebagai sumber tertinggi ajaran Islam. Dengan demikian maka pendidikan akhlak bisa dikatakan sebagai pendidikan moral dalam diskursus pendidikan Islam. Akhlak dalam diri seseorang akan melahirkan sebuah sikap, perbuatan dan tingkah laku manusia.

Dan ruang lingkup akhlak meliputi semua aktivitas manusia dalam segala bidang kehidupan. (Abuddin Nata; 2012:9)

Bahwa akhlak adalah pondasi utama dalam mewujudkan pribadi seseorang yang memiliki kepribadian yang lebih baik lagi. Sehingga pendidikan akhlak berupaya untuk membentuk pribadi yang berakhlak yang lebih baik lagi.

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia sesuai dengan Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebuimana yang termuat pada Bab II Pasal 3, bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan hukum tersebut, pendidikan nasional mengemban misi untuk membangun manusia sempurna (Insan Kamil). Untuk membagun bangsa dengan jati diri yang

(11)

utuh, dibutuhkan sistem pendidikan yang memiliki materiholistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan pelaksanan yang baik. Dengan demikian , pendidikan nasional harus bermutu dan berkarakter. (Suyadi, 2013:4)

Bahwa pendidikan hingga saat ini, masih dipercaya sebagai media yang sangat ampuh dalam membagun kecerdasan sekaligus kepribadian anak menjadi lebih baik. Oleh sebab itu pendidikan harus terus menerus dikembangkan agar proses pelaksanaanya dapat menghasilkan generasi yang berkarakter baik. Kita sebagai umat Islam haruslah mencontoh akhlak yang di miliki Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana kita ketahui Allah berfirman dalam Q.S Al-Ahzab/33:21





































Artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.Departemen Agama RI, 2010:336).

Berdasarkan ayat di atas jelas bagi kita bahwa pendidikan penting karena kita bisa mendidik anak supaya memiliki karakter yang baik dan mencontoh karakter yang dimiliki Rasullullah. Membentuk akhlak peserta didik diperlukan kerja sama dari seluruh warga sekolah, dengan adanya kerja sama pembentukan akhlak peserta didik dapat berjalan dengan baik dan dapat meminimalisir kenakalan dari para peserta didik. Karena para pendidik mengharapkan anak didiknya memiliki akhlak yang baik.

Secara etimologi kata akhlaq Berasal dari bahasa arab yang merupakan jamak dari kata Khuluq, yang berarti adat kebiasaan, perangkai, tabiat dan muru’ah, dengan demikian secara etimologi akhlak dapat diartikan sebagai budi pekerti, watak dan tabiat. (Samsul,2016:1)

(12)

Kita juga mengetahui bahwa tujuan lain dari akhlak yaitu supaya kita memiliki sifat-sifat yang baik,sebagaimana Allah SWT berfirmna dalam Q.S Al- Mu‟minun ayat 1-11









































































































































Artinya:

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang- orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya (Departemen Agama RI, 2010:273)

Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skill). Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat (Syamsul Kurniawan, 2013:28)

(13)

Bahwa pendidikan karakter adalah usaha untuk menanamkan kebiasaan yang baik (habituation). Sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya, harus melibatkan pengetahuan yang baik (moral knowing), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action), sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku dan sikap hidup peserta didik. Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik

Kita mengetahui bahwasanya dalam pembentukan karakter itu kita di suruh berbuat baik, dan kita di suruh untuk bersabar, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Luqman ayat 17.





































Artinya.

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Pada tahun 2013, pemerintah telah membuat sebuah kurikulum yang berbasis karakter yang kita kenal dengan kurikulum 2013. Kirikulum 2013 yang berbasis karakter dan berkompetensi, memerankan guru sebagai pembentuk karakter dan kompetensi peserta didik, yang harus keratif dalam memilih dan memilih, serta mengembangkan metode dan materi pembelajaran.

(Mulyasa,2014:7). Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan, penulis melihat bahwa telah persoalan yang berhubungan dengan nilai-nilai karakter seperti:

(14)

a. Bentuk Karakter yang Berhubungan dengan Ketuhanan (Religius)

Penulis melihat bahwasanya masih ada dari sebagian siswa yang tidak melaksanakan shalat dhuha dan masih ada siswa yang lalai dalam mengerjakan shlalat dhuhur berjama‟ah pada hal guru telah menyuruh untuk mengerjakannya, maka upaya yang dilakukan guru akidah akhlak adalah memanggil mereka yang tidak shalat dan menyuruh mereka shalat dan diberi saksi.

b. Bentuk Karakter yang Berhubungan dengan Diri Sendiri 1. Kejujuran

Masih ada siswa yang tidak berkata jujur kepada jujur kepada guru ketika guru bertanya tentang keterlambatannya, masih ada siswa yang tidak mau mengakui kesalahan dan kekurangan yang dimilikinya dan masih ada siswa yang menyontek dalam pembuatan tugas.

2. Kedesiplinan

Masih ada siswa yang datang terlambat ke sekolah, masih ada siswa yang berpakaian tidak sesuai dengan aturan sperti baju keluar, dan masih ada siswa yang izin keluar yang berlama-lama. Masih ada siswa yang merokok di kantin di dekat sekolah.

3. Percaya diri

Masih ada siswa yang tidak mau bertanya, dan tidak mau tampil di depan umum

4. Semangat Belajar

Masih ada siswa yang tidak melengkapi catatan, masih ada siswa yang kurang aktif bertanya atau menjawab pertanyaan dan guru memperhatikan guru ketika belajar.

c. Bentuk karakter yang berhubungan dengan orang lain

Masih ada siswa yang kurang sopan kepada guru seperti menjawab perkataan guru dengan tidak sopan, masih ada siswa yang bertutur kata dengan teman dengan tidak sopan dan tidak peduli kepada teman yang sakit.

(15)

d. Bentuk Karakter yang Berhubungan dengan Lingkungan

Masih ada siswa yang membuang sampah sembarangan tempat, masih ada siswa yang tidak peduli dan simpati dan empati kepada teman yang sakit.

(Observasi di MTsS Labuh pada tanggal 8 Agustus 2018).

Berdasarkan wawancara dengan guru akidah akhlak dapat kita simpulkan bahwa guru akidah akhlak telah melakukan cara dalam pembentukan karakter siswa seperti:karakter yang berhubungan dengan ketuhanan guru akidah akhlak telah menyuruh siswa untuk mengerjakannya dan guru juga melaksanakan shalat dhuha bersama peserta didik. Karakter yang berhubungan dengan diri sendiri seperti: dalam kejujuran guru akidah akhlak melarang siswa untuk menyontek dan menyuruh siswa untuk berbicara sesuai dengan fakta yang sebenarnya, dalam kedisiplinan guru akidah akhlak telah menyuruh siswa untuk datang tepat waktu dan mencontohkan berpakaian yang sesuai dengan aturan, dalam percaya diri guru telah menyuruh siswa untuk bertanya dan guru telah membuat jadwal untuk siswa melaksanakan kultum sebelum shalat zdhuhr berjama‟ah, sementara itu dalam semangat belajar guru akan mengambil nilai catatan siswa dan akan bertanya tentang materi yang tidak dipahaminya.

Sementara itu dalam karakter yang berhubungan dengan orang lain, guru akidah akhlak dalam nilai sopan santun telah menyuruh siswa untuk dapat berkata dan bertutur kata yang sopan kepada guru dan teman. Dalam bentuk karakter yang berhubungan dengan lingkungan guru telah membuat aturan yaitu di larang membuang sampah sembarangan tempat dan menyuruh siswauntuk peduli kepada teman yang sakit seperti mengantarkan teman yang sakit di sekolah untuk pergi berobat dan melihat teman yang sakit.(Sardianis S.Pd.I, Wawancara pribadi pada tanggal 11 Agustus 2018)

Suatu hal yang penting diketahui oleh seorang pendidik atau calon pendidik adalah sikap dan karakter anak didik. Anak didik di sekolah yang dihadapi guru sudah membawa karakter yang terbentuk dari lingkungan

(16)

rumah tangga atau lingkungan masyarakat yang berbeda. Ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang patuh da nada juga yang tidak patuh, dan seterusnya. Mengetahui latar belakang dan karakter anak didik menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan alat pembelajaran, pendekatan dan metodenya yang akan dilakukan oleh seorang guru sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dengan mudah. Sikap dan karakter anak didik ini dapat diubah dan dibentuk sesuai dengan keinginan dan tujuan pendidikan.Di sinilah peran guru, orang tua dan masyarakat yang amat penting dalam membentuk lingkungan anak didik yang baik dan saling mendukung.

Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai “ Upaya Guru Akidah Akhlak dalam Pembentukan Karakter Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar”

B. Fokus Penelitian

Untuk memfokuskan kajian pada permasalahan yang akan penulis teliti, maka yang menjadi fokus penelitian adalah upaya guru Akidah Akhlak dalam pembentukan Karakter siswa berdasarkan kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar.

C. Rumusan Masalah

Agar lebih tearahnya penulisan skripsi ini, adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya guru Akidah Akhlak dalam pembentukan Karakter siswa berdasarkan kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar?

2. Faktor penghambat dan pendukung guru akidah akhlak dalam pembentukan Karakter siswa berdasarkan kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar?

(17)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang upaya guru Akidah Akhlak dalam pembentukan Karakter siswa berdasarkan kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat guru akidah akhlak dalam pembentukan Karakter siswa berdasarkan kurikulum 2013 di MTsS Labuh Kecamatan Lima Kaum Kabupaten Tanah Datar.

E. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian

a. Memberikan informasi kepada pendidik supaya dapat pembentuk karakter peserta didik sesuai dengan nilai-nilai yang telah berlaku.

b. Sebagai evaluasi bagi seorang Pendidik dalam menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang dapat diwujudkan dalam pembelajaran akidah Akhlak dan berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi peneliti bermanfaat sebagai tambahan pengalaman dan pengetahuan selama penelitian.

d. Bagi Perpustakaan, sebagai sunbangsih pemikiran penulis tentang upaya guru akidah akhlak dalam pembentukan karakter siswa berdasarkan kurikulum 2013

2. Luaran Penelitian

Sebagai sumbangan pemikiran dari penulis terhadap Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar dalam hal pembentukan karakter siswa dan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar

(18)

F. Defenisi Operasional

Untuk memudahkan dan menghindar timbulnya pemahaman yang salah terhadap pengertian dari judul diatas maka penulis mencoba istilah menjelaskan beberapa pada judul ini.

1. Upaya Guru Akidah Akhlak

Upaya Guru adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga peserta didik akan mudah memahami dan menerima materi pembelajaran. Upaya guruakidah akhlak adalah seseorang yang berusaha dalam kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk memberikan ilmu secara profesional yang memperoleh Surat Keputusan (SK) yang mengajarkan dan menyiapkan siswa dalam meyakinkan, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melaui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antara umat beragama dalam masyarakat.

2. Pembentukan Karakter Siswa

Pembentukan Karakter Siswa adalah proses membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pendidikan karater dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan tujuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu adalah kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati, untuk membentuk karakter siswa yang baik, di sekolah telah diajarkan kepribadian yang tujuannya untuk mewujudkan perilaku yang mengedepankan keimanan dan kepercayaan terhadap Allah Swt.

Pendidikan kepribadian dapat diartikan sebagai pendidikan karakter yang akan membentuk karakter yang buruk menjadi lebih baik lagi. Serta dalam penelitian ini bagaimana rencana atau cara-cara yang dilakukan guru akidah akhak dalam membentuk karakter peserta didik serta

(19)

mengomtimalkan potensi-potensi peserta didik dalam memahami nilai- nilai prilaku dalam pikiran, sikap, perkataan dan perbuatan peserta didik dalam proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran.

membentuk karakter siswa adalah mengarahkan siswa menjadi pribadi yang lebih baik dengan menerapkan nilai-nilai yang membuat siswa menghargai dirinya sendiri dan orang lain.

3. Berdasarkan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik kurikulum berbasis kompetensis yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum tingkat satuan pendidikan pada tahun 2006. Hanya saja yang menjadi titik tekan pada kurikulum 2013 ini adalah peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dapat di pahami bahwa kurikulum 2013 sebuah kurikulum yang dikembangkan untuk meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills dan hard skills yang berupa sikap, keterampilan dan pengetahuan.

4. MTsS Labuh

MTsS Labuh adalah salah satu madrasah swasta yang ada di Nagari Labuh, alasan penulis melakukan penelitian disana karena menurut penulis karena tempatnya strategis dan disana juga terjadi fenomena tentang pemasalahan karakter. Madrasah Tsanawiyah Labuh sebagai satu-satunya madrasah yang ada di Nagari Labuh yang bertujuan untuk mendidik anak kemenakan dari masyarakat nagari Labuh menjadi manusia yang beriman, berilmu dan berakhlak mulia, maka perlu dipertahankan keberadaannya dan perlu dibantu baik secara moril maupun materil demi terlaksananya proses belajar mengajar yang kondusif.

(20)

11 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Upaya Guru Akidah Akhlak

a. Pengertian Upaya Guru Akidah Akhlak

Upaya adalah usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengatasi setiap permasalahannya, seorang guru hendaknya harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai dan sikap utama yang harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai dan sikap utama yang diharapkan dalam kebiasaan hidup sehari-hari dan kita mengetahui bahwa upaya adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mencari suatu jalan untuk memecahkan sebuah permasalahan supaya dapat menyelesaikannya.

Dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif yaitu suasana belajar yang menyenangka, menarik, memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif. Guru yang profesional adalah faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas, untuk dapat menjadi guru professional mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri dengan kemampuan dan kaidah-kaidah guru yang profesional. Guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki interest yang kuat untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan kaidah- kaidah profesionalisme guru yang dipersyaratkan (Rusman, 2011:19).

Jelas bahwa seorang guru adalah orang yang telah berjasa dalam mendidik dan memberi ilmu pengetahuan kepada kita. Guru adalah suatu jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi professional.

Jadi guru yang professional merupakan orang yang telah menempuh

(21)

program pendidikan guru dan telah memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah dan telah berpengalaman dalam mengajar dan guru adalah pahlawan tanpa jasa.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Interaksi atau hubungan timbal balik tersebut merupakan syarat utama berlangsungnya sebuah pembelajaran. Proses interaksi yang terjadi tidak hanya sekedar hubungan timbal balik antara guru dan siswa, tetapi interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya sekedar penyampaian materi pembelajaran melainkan penanaman nilai sikap dan keaktifan peserta didik yang sedang belajar.

Dalam proses pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungan. Seorang guru perlu membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Corey dalam Wina Sanjaya pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang terjadi didalam pembelajaran dimana lingkungan secara sengaja dikelola memngkinkan ia ikut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu (Syaiful Bahri, 2008: 61)

Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakinkan, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melaui kegiatan bimbingan, pengarahan atau latihan dengan memerhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan kesatuan nasional (Akmal, 2013:19)

Jadi dari pengertian guru dan Pendidikan agama Islam di atas, guru agama Islam adalah orang yang mengajarkan bidang studi agama Islam.

(22)

guru agama juga diartikan sebagai orang dewasa yang memiliki kemampuan agama Islam secara baik dan diberi wewenang untuk mengajarkan bidang studi agama Islam untuk dapat mengarahkan, membimbing dan mendidik peserta didik berdasarkan hukum-hukum Islam untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat

Akidah adalah sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh, atau sesuatu yang sukar sekali untuk di robah, yang mana ia mengimani sesuatu dengan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan seperti beriman kepada Allah, hari kiamat, kitab-kitab Allah Swt dan Rasul. Pengajaran Akhlak adalah pembelajaran dan penanaman nilai-nilai akhlak tentang bentuk batin seseorang yang kelihatan pada tindak tanduk (tingkah laku) (Fadirati, 2014:177).

Istilah Akidah berasal dari kata‟Aqada (ikatan atau simpul, jamaknya

„Aqa-id (mahkota, simpul atau ikatan-ikatan iman). Dari segi bahasa Aqidah berarti sesuatu yang tersimpul dalam hati dan dihormati seperti mahkota, dapat kita pahami bahwa Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan fitrah, akal dan wahyu, kemudian dipatrikan dalam hati, dan diyakini keshahihanya dan ditolak kebenaran selainnya (Syafe‟I, 2015:97)

Akhlak ialah sifat yang tertanam didalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang/mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Berdasarkan defenisi diatas maka cakupan Akhlak cukup luas dan tidak hanya perbuatan yang baik saja tetapi juga termasuk perbuatan yang buruk. Oleh karena itu, dalam Islam Akhlak terbagi dua yaitu Akhlak yang baik dan Akhlak yang buruk. Didalam Islam untuk menguji Akhlak itu baik dan buruk rujukannya adalah Al- Qur‟an dan Ash-Sunah (Syafe‟I, 2015:139).

Dapat dipahami bahwa akhak telah ada rujukannya didalam Al- Qur‟an dan as-Sunah dan Berbeda dengan Etika, etika berasal dari

(23)

pemikiran bukan wahyu, orang yang memiliki Akhlak yang baik maka dia akan dihargai dan disayangi oleh orang lain, jika seseorang memiliki akhlak yang buruk maka dia akan dijauhi oleh orang lain.

Guru akidah Akhlak memiliki peran besar untuk menanamkan nilai- nilai Islami kepada peserta didik, supaya peserta didik memiliki prilaku dan karakter yang bisa dipedoman dalam menghadapi berbagai persoalan yang ada, sehingga pembelajaran yang dilakukan guru akidah akhlak sangat mempengaruhi perubahan prilaku peserta didik.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa upaya guru akidah akhlak adalah usaha yang dilakukan oleh guru akidah akhlak dalam menjadi teladan bagi pesrta didik dan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik dalam rangka membentuk karakter dan kepribadian peserta didik yang sesuai dengan ajaran agaam Islam

Serta guru akidah akhlak adalah orang yang mengajar, memberi pengetahuan, mendidik, mendemonstrasikan serta mengevaluasi tingkah laku baik dan buruk agar seseorang atau peserta didik dapat mengetahui dan merealisasikan tingkah lakunya yang baik dan bertanggung jawab terhadap hidupnya.

Masih ada orang yang berfikir bahwa peranan guru adalah pendidik dan mengajar saja. Mereka tidak mengerti bahwa mengajar itu adalah mendidik juga, ada beberapa peranan guru yaitu:

a. Guru Sebagai Pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah, untuk dapat mencapai tujuan itu guru harus memahami sedalam-dalamnya pengetahuan dan menguasai materi yang akan diajarkan.

b. Guru Sebagai Pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri.

(24)

c. Guru Sebagai Pemimpin

Guru harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik seperti, hubungan sosial. Komunikasi, ketabahan, tegas dan bijaksana.

d. Guru Sebagai Ilmuan

Guru dipadang sebagai orang yang paling berpengetahuan, bukan saja untuk muridnya tetapi ia harus juga berkewajiban mengembangkan pengetahuannya itu dan terus-menerus memupuk pengetahuan yang dimilikinya, guru harus mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut.

e. Guru Sebagai Pribadi

Guru harus memiliki sikap yang dapat dicontoh oleh muridnya dan guru juga harus memiliki sikap yang disenangi oleh peserta didik, orang tua dan masyarakat.

f. Guru sebagai penghubung

Sekolah berdiri diantara dua lapangan, yaitu di satu pihak mengembang tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi dan kebudayaan yang terus menerus berkembang dengan lajunya dan dilain pihak guru bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat dan tuntunan masyarakat.

g. Guru Sebagai Pembaharu

Guru memegang peranan sebagai pembaharuan, oleh karena itu melalui kegiatan guru menyampaikan ilmu dan lain-lain maka akan menanamkan jiwa pembaharuan dikalangan murid

h. Guru Sebagai Pembagunan

Sekolah turut serta memperbaiki masyarakat dengan jalan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan dengan turut melakukan kegiatan-kegiatan pembagunan yang sedang dilaksanakan oleh masyarakat itu.

(25)

b. Persyaratan Menjadi Guru Akidah Akhlak

Menurut Prof. Dr. Zakiah Darajat, menjadi guru harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: a) Takwa kepada Allah Swt., b) Berilmu, c) Sehat Jasmani, dan d) Berkelakuan baik. Adapun persyaratan yang lain adalah:

1) Harus memiliki sikap sifat rabbani.

2) Menyempurnakan sifat rabbani dengan keikhlasan.

3) Memiliki rasa sabar.

4) Memiliki kejujuran dengan menerangkan apa yang diajarkan dalam kehidupan pribadi.

5) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan dan kajian.

6) Menguasai variasi serta metode mengajar.

7) Mampu bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai dengan tempatnya (porsinya) sehingga ia akan mampu mengontrol diri dan siswanya.

8) Memahami dan menguasai psikologis anak dan memperlakukan mereka sesuai dengan kemampuan intelektual dan kesiapan psikologisnya.

9) Mampu menguasai fenomena kehidupan sehingga memahami berbagai kecendrungan dunia beserta dampak yang akan ditimbulkan bagi peserta didik.

10) Dituntut memiliki sikap adil (objektif) terhadap peserta didik. (Akma, , 2013:11).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa persyaratan menjadi seorang guru yaitu seorang guru tidak hanya mengajarkan ilmu untuk kepentingan dunia semata. Memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulan dengan orang lain dalam kehidupan sehari- hari. Selalu berbuat baik serta belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari orang yang lebuh rendah daripadanya baik

(26)

kedudukan, jabatan, keturunan serta usia.serta kita juga mengetahui bahwa guru hendaknya berpegang pada prinsip Nabi seperti dalam Q.S Huud ayat 29.



















 



























Artinya

dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak Mengetahui".

Ayat di atas menjelaskan bahwa apabila kita memberikan atau menularkan ilmu kepada orang lain hendaknya itu dengan ikhlas tanpa pamrih dan mengharapkan imbalan apapun, sesungguhnya Nabi Muhammad hanya memberikan sedikit ilmu untuk dipelajari kaumnya dan tidak untuk mengharapkan imbalan. Dengan demikian seorang guru harus ikhlas dalam menggajari anak didiknya.

Al-Abrasyi menyebutkan bahwa guru dalam Islam Sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Zuhud, tidak mengutamakan materi, tetapi mencari ridha Allah 2. Bersih tubuhnya

3. Bersih jiwanya 4. Tidak ria

5. Tidak memendam rasa iri hati dan dengki 6. Tidak menyenangi permusuhan

7. Ikhlas dalam melaksanakn tugas 8. Sesuai perkataan dengan perbuatan 9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan

(27)

10. Bijaksana 11. Pemaaf

12. Lemah lembut 13. Sabar

14. Mengetahui karakter murid, mencakup pembawaan, kebiasaan, perasaan.

Sementara itu Mahmud Junus (1966: 114) menghendaki sifat guru muslim sebagai berikut:

a. Kasih sayang pada murid

b. Senang memberi nasehat kepada muridnya c. Senang memberi peringatan

d. Jujur dalam ilmu

e. Adil (Ahmad, 2012:131)

c. Dasar Hukum Pendidikan Akhlak

Sumber Pendidikan Akhlak adalah Al-Qur‟an dan Hadits, dan keduanya juga merupakan pedoman hidup umat Islam. Selama umat Islam berpegah teguh kepada pada keduanya, mereka tidak akan sesat.di antara ayat yang menjadi dasar pendidikan Akhlak adalah Q.S Al-Qalam/68:4











Artinya

dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung

Ayat tersebut menjelaskan tentang pujian Allah SWT terhadap seseorang hamnbanya yang sangat Mulia dan dinilai berbudi pekerti yang agung dan luhur yaitu nabi Muhammad Saw. Beliau adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah SWT dan umatnya disuruh untuk mencontohnya. (Yatimin,2007:5)

(28)

Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk mencontoh budi pekerti nabi Muhammad Saw, karena beliau memiliki budi pekerti yang sangat baik.

d. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akidah akhlak pada dasarnya adalah agar manusia menjadi lebih baik dan terbiasa melaksanakan kebaikan, sopan, jujur, ikhlas, bijaksana sopan dalam perkataan. Pengajaran Aqidah Akhlak adalah program pengajaran yang membimbing murid-murid agar mereka mengetahui, memahami dan menyakini Aqidah Islamiyah. Ada beberapa tujuan mempelajari Aqidah Akhlak yaitu:

1) Agar peserta didik dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dan menggunakannya sebagai pedoman hidup

2) Membentuk manusia berakhlak mulia sesuai dengan ajaran Islam 3) Membentuk individu peserta didik yang memiliki keyakinan dan

kepribadian yang teguh.

Adapun fugsi mempelajari Aqidah Akhlak adalah:

a. Mendorong peserta didik dan mencintai Aqidah Islam

b. Mendorong peserta didik pandai mensyukuri nikmat-nikmat Allah c. Menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik dalam hubungan dengan

Allah, sesama manusia dan Alam (Nasrun, 2000:2).

Jelas bahwa Aqidah akhlak merupakan dua pembahasan yang berbeda tetapi keduanya satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan. Aqidah membahas tentang melakukan sesuatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan bentuk jama dari kata khuluk, berasal dari kata bahasa arab yang berarti perangkai, tingkah laku atau tabiat. Akidah Islam harus menjadi pedoman bagi setiap Muslim, artinya setiap umat Islam harus menyakini dan menjalankan pokok-pokok kandungan akidah Islam tersebut dengan tujuan mendapat kebahagian di dunia dan di akhirat serta mendapatkan ridho Allah SWT, dengan demikian berarti

(29)

mempelajari pokok-pokok kandungan akidah Islam adalah kewajiban bagi umat Islam dengan tujuan sebagai berikut:

1. mengetahui petunjuk hidup yang benar serta dapat memedakan yang benar dan yang salah.

2. memumpuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang ada sejak lahir dan memelihara manusia dari kesyirihkan.

3. menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan.(Kementerian Agama, 2014:8).

Tujuan lain dari mempelajari akhlak adalah mendorong kita menjadi orang-orang yang mengimenlementasikan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari. Sebab akhlak tidak cukup hanya dipelajari, namun perlu diimplimentasikan dalam kehidupan sehingga bisa bermanfaat.

Menurut Ahmad Amin, dalam bukunya Ilmu akhlakbahwa manfaat mempelajari ilmu akhlak adalah agar kita dapat menetapkan suatu perbuatan yang baik dan buruk. Dengan akhlak, seseorang dapat memedakan perbuatan yang baik yang terpuji dan perpuatan yang tercela.

Seseorang yang mengedepankan akal sehatnya akan memilih untuk berprilaku dengan akhlak mulia, sebaliknya yang tidak menggunakan akal sehatnya,akan berprilaku dengan akhlak yang tercela dan merugikan dirinya sendiri.(Samsul, 2016:23)

Jelas bbahwa akhlak adalah sikap lahir dan batin yang manuasia yang dapat dibuktikan dan lihat, sehingga kita memiliki akhlak yang baik dan buruk. Menurut Prof,Dr. Rosihon Anwar.M.Ag. Tujuan umum akhlak adalah membentuk kepribadian seorang muslim agar memiliki akhlak yang mulia, baik secara lahir maupun batin, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Araf ayat 33.

(30)





























































Artinya :

Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."(Samsul, 2016:20)

e. Proses Pembentukan Akhlak

Akhlak tidak cukup hanya dipelajari tanpa ada upaya untuk membentuk pribadi yang berakhlak, untuk membentuk akhlak diperlukan proses sebagai berikut:

1) Qudwah atau Uswah (keteladanan)

Keteladanan orang tua sanat penting bagi peserta didik dalam pendidikan moral.

2) Ta’lim ( Pengajaran)

Anak sebaiknya tidak boleh takut kepada guru, melainkan ditanamkan sikap hormat dan segan.

3) Ta’wid( Pembiasaan)

Pembiasan perlu ditanamkan dalam membentuk pribadi yang berakhlak.

4) Targhib( Pemberian Hadiah)

Memberikan motivasi, baik berupa pujian atau hadiah tertentu akan menjadi salah satu latihan positif dalam proses pembentukan akhlak. Cara ini akan sangat ampuh, terutama ketika anak masih kecil.

5) Tarhib/Punishmen (Hukuman atau Ancaman)

Dalam proses pembentukan Akhlak terkadang diperlukan ancaman agar anak tidak bersikap sembrono. (Samsul,2016:27)

(31)

Dalam pembentukan sikap tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilalui seperti yang diuraikan Sarlito Wirawan Sarwono sebagai berikut:

a. Adaptasi

Kejadian dan peristiwa yang akan terjadi secara berulang –ulang dan terus-menerus, lama kelamaan akan diserap kedalam diri seeorang dan akan mempengarui suatu sikap. Misalnya anak yang baru lahir telah menetap dilingkungan yang religius, maka ia akan mempunyai sikap negatif terhadap semua yang diharamkan oleh ajaran dan agamanya.

b. Diferensasi

Seiring dengan berkembangnya penalaran, inelengensi dan pengalaman serta bertambahnya usia, maka pada awalnya ia hanya menganggap hal trsebut sama dan sejenis,sekaang dipandang berbeda dan tersendiri dan tidak sama lagi dengan yang sebelumnya.

c. Integrasi

Pembentukan sikap terjadi secara bertahap yang dimulai dngan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu sehingga pada akhirnya akan terbenuk sikap mengenai hal tersebut (Sarlito, 203).

Dari uraian di atas dapat di pahami bahwa sikap dapat terbentuk dengan empat cara yaitu melaui adopsi, maksudnya sikap seseorang akan terbentuk melaluikejadian atau peristiwa yang telah dilaluinya.

Cara yang kedua yaitu diferensiasi artinya sikap individu bisa terbentuk setelah kemampuan penalarannya berkembang, dimana disaat itu individu mulai bisa memandang suatu hal secara berbeda.Cara yang ketiga yaitu integrasi artinya, sikap seseorang itu terbentuk secara bertahap tekait dengan pengalamannya terhadap suatu hal. Cara pembentukan sikap yang terakhir adalah trauma, dimana

(32)

pengalaman yang sifatnya traumatis atau sulit dilupakan dapat menjadi salah satu cara terbentuknya suatu sikap pada diri seseorang.

2. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), Perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skill). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip- prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keaadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dalam komunitas dan masyarakatnya.

Manusia berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang berkaitan dengan aktivitas hidupnya sarat dengan nilai- nilai. Manusia semacam ini bukan berarti tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi selalu berusaha memperbaiki diri dari waktu ke waktu (Ngainun Naim, 2012:60)

Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang mandiri, bertanggung Jawab, kreatif, berilmu, sehat dan berakhlak mulia baik dilihat dari aspek jasmani maupun rohani. (Maksudin, 2013:45)

Karakter adalah nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebagsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma dan adat istiadat. Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang diambil dalam menanggapi keadaan dan kata-kata

(33)

yang diucapkan kepada orang lain, karakter ini pada akhirnya menjadi sesuatu yang menempel pada seseorang dan sering orang yang bersangkutan tidak menyadari karakternya. Orang lain biasanya mudah menilai krakter seseorang (Syamsul, 2013: 29).

Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi adalah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan memprakraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Dalam konteks kajian P3, mendefinisikan pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai “pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah” definisi itu mengandung makna

1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran.

2) diarahkan pada penguatan dan pengembangkan perilaku anak secara utuh.

3) penguatan dan pengembangkan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah. (Dharma, 2011:5)

Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada seorang siswa.

Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerak pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosial dan pengembangan etik para siswa. Jadi pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai , pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didikuntuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apayang baik dan mewujudkan

(34)

kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan kejujuran dan hidup bersih adalah pagar yang harus dibangun untuk mengelilingi dirinya, di mana pun ia hidup dan bekerja. (Muchlas,2013:45).

Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan individu dengan individu lain.

Dengan demikian seorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam kehidupannya.

Pembentukan karakter merupakan proses membangun karakter, dari yang kurang baik menjadi yang lebih baik, sehingga terbentuknya watak atau kepribadian (personality) yang mulia. Pembangunan karakter manusia adalah upaya yang keras dan sengaja untuk membangun karakter anak didik, yaitu: pertama, anak-anak dalam kehidupan kita memiliki latar belakang yang berbeda-beda, memiliki potensi yang berbeda-beda pula yang dibentuk oleh pengalaman dari keluarga maupun kecenderungan kecerdasan yang didapatkan dari mana saja sehingga kita harus menerima fakta bahwa pembentukan karakter itu adalah proses membangun dari bahan mentah menjadi cetakan yang sesuai dengan bakat masing-masing;

kedua, kita harus menerima fakta bahwa pembangunan karakter itu adalah sebuah proses sehingga tak masalah kemampuan anak itu berbeda-beda, tak masalah anak itu bodoh (Mu‟in, 2011: 296).

Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat bagi kepentingan mereka dan masyarakat. Maka, setiap institusi pendidikan (informal, formal, nonformal) niscaya mendambakan dan ikut serta berupaya melahirkan generasi penerus (out put) yang selain memiliki

(35)

keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk menjadi subjek dalam percaturan di dunia kerja, juga memiliki karakter yang baik sehimgga dapat memakmurkan dan memuliakan kehidupan material dan spiritual diri, keluarga, dan masyarakat.

Menurut zakiyah Darajat sikap keagamaan dapat diartikan sebagai kesadaran beragama (religious courciousness), yang berarti bagian atau segi agama yang hadir (terasa ) dalam pikiran dan dapat diuji oleh insrtopeksi dan dapat merupakan aspek mental dalam sikap aktifitas agama. Maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan sikap keagamaan ini adalah agama yang dapat dirasakan oleh hati dan pikiran sehingga terwujud dalam tindakan dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.

(Zakariyah Drajat, 1995: 41).

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan sikap kegamaan adalah kecendrungan atau kondisi yang dalam diri seseorang yang mendorongnya untu bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama sehingga mendorong pelakunya untuk mampu bertindak atau bertigkah laku sesuai dengan tuntunan dari ajaran-ajaran agama islam. Sikap keagamaan seseorang akan terlihat dari sikap senang atau tidak senangnya seseorang akan terwujud dalam kehidupannya sehari-hari dalam menjalankan ajaran agamanya.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak yang mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan

(36)

akhlak mulia sehingga terwujud dalam prilaku sehari-hari.

(Mulyasa,2014:9).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan karakter adalah supaya pendidikan dapat membentuk karakte peserta didik, karakter yang buruk menjadi karakter yang lebih baik lagi, sehingga dia memiliki karakter yang baik dan berguna dalam kehidupan.

Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah) penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan bukanlah sekander suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik tetapi suatu proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefeleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam prilaku keseharian manusia,termasuk bagi anak.

Tujuan yang kedua pendidikan karakter adalah mengokrekksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuai dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai prilaku anak yang negatif menjadi lebih positif.

Tujuan yang ketiga yaitu membangun koneksi yang hormani dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. (Dharma, 2011:9)

c. Pendekatan dalam Pendidikan Karakter

Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan alat untuk memajukan peradaban, mengembangkan masyarakat, dan membuat generasi mampu berbuat bagi kepentingan mereka dan masyarakat. Maka, setiap institusi pendidikan (informal, formal, nonformal) niscaya mendambakan dan ikut serta berupaya melahirkan generasi penerus (out put) yang selain memiliki

(37)

keunggulan bersaing (competitive advantage) untuk menjadi subjek dalam percaturan di dunia kerja, juga memiliki karakter yang baik sehimgga dapat memakmurkan dan memuliakan kehidupan material dan spiritual diri, keluarga, dan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut,dalam proses pendidikan karakter dan pengajaran nilai-nilai karakter diperlukan pendekatan yang bersifat multiaproach, yang pelaksanaannya meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Pendekatan religius, yang menitikberatkan kepada pandangan bahwa peserta didik adalah makhluk yang berjiwa religius dalam bakat-bakat keagamaan.

b. Pendekatan filosofis, yang memandang bahwa peserta didik adalah makhluk rasional atau homo sapiens sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.

c. Pendekatan sosio kultural, yang bertumpu pada pandangan bahwa peserta didik adalah makhluk bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai homo sosialis dan homo legatus dalam kehidupan bermasyarakat yang berkebudayaan. Dengan demikian, pengaruh lingkungan masyarakat dan perkembangan kebudayaan sangat besar artinya bagi proses pendidikan dan individunya.

d. Pendekatan scientific, di mana titik beratnya terletak pada pandangan bahwa peserta didik memiliki kemampuan menciptakan (kognitif), berkemauan dan merasa (emosional atau afektif). Pendidikan harus dapat mengembangkan kemampuan analisis dan reflektif dalam berfikir (Syamsul Kurniawan, 2013:56).

(38)

d. Bentuk dan Nilai Pendidikan Karakter

Dasar pembentukan karakter itu adalah nilai baik dan buruk, nilai baik kita kenal dengan nilai malaikat sementara nilai buruk kita kenal dengan nilai setan. Karakter manusia merupakan hasil tarik-menarik antara nilai baik dengan nilai yang buruk. Ada beberapa bentuk dan nilai karakter yang harus kita ketahui diantaranya:

1) Bentuk karakter yang berhubungan dengan karakter religius

Nilai ini bersifat religius, dengan kata lain, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang di upayakan selalu berdasarkan pada nilai- nilai ketuhanan dan/atau ajaran agama. disekolah ada strategi dan upaya yang dilakukan oleh guru untuk membentuk nilai religius seperti kegiatan ritin yang dilkukan sperti melaksanakan shalat dan melakukan kebiasaan yang baik.

Untuk dapat menumbuhkan nilai-nilai religius ini tentu tidaklah mudah. Hal ini memerlukan kerja sama yang baik antara guru sebagai tim pengajaran dengan pihak-pihak luar yang terkait. Nilai-nilai religius ini dapat diajarkan kepada peserta didik di sekolah melalui beberapa kegiatan yang sifatnya religius. Kegiatan religius akan membawa peserta didik di sekolah pada pembiasaan berperilaku religius. (Syamsul Kurniawan, 2013:128)

Berdasarkah hal di atas peneliti dapat dikembangkan usaha yang bisa dilakukan oleh guru Akidah Akhlak dalam rangka membentuk karakter siswa adalah sebagai berikut:

a. Berdoa

Berdo‟a adalah meminta sesuatu kepada sang pecipta (Tuhan),agar apa yang diupayakan atau sesuatu yang diinginkan tercapai. Syarat-syarat doa dikabulkan oleh Allah adalah dengan cara: bersunguh-sungguh dalam memanjatkan do‟a, berdo‟a khusyuk, ikhlas, menjauhi larangan Allah.(Kasmuri, 2012:69)

(39)

Berdasarkan hal tersebut,bahwa berdoa adalah sesuatu yang dilakukan oleh hamba Allah SWT untuk memohon pertolongan kepadanya, yang dilakukan semata-mata karena Allah SWT.

b. Membaca Al-Qur‟an

1. Pengertian Al-Qur‟an „an

Al-Qur‟an adalah kalamullah, firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad selama 23 tahun. Al- Qur‟an adalah kitab suci umat Islam yang merupakan sumber petunjuk dalam beragama dan pembimbing dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu, kewajiban seorang muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan Al-Qur‟an, menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir dan bertindak. Membaca Al-Qur‟an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, kemudian diteruskan dengan tadabbur, yaitu merenungkan dan memahami maknanya sesuai petunjuk salafus shahih, lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kemudia dilanjutkan dengan mengajarkannya kepada orang lain ( Abu Hasan Dzakiya, 2012:222)

Berdasarkan hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa Al-Qur‟an adalah kitab suci Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui pelantara malaikat jibril, yang diturunkan secara secara sembunyi-sembunyi, dalam berbahasa arab,yang di awali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas dan membacanya merupakan ibadah.

(40)

2. Adab ketika membaca Al-Qur‟an

a. Membacanya dalam keadaan yang paling sempurna, bersih setelah berwudhu, menghadap kiblat ,duduk dengan sopan dan tenang serta berada ditempat bersih

b. Membacaanya dengan tartil, tidak terburu-buru c. Senantiasa khusyu‟ membacanya.

d. Memperbagus suaranya

e. Membaca dengan penuh perhatian 3. Keutamaan membaca al-Qur‟an

Banyak sekali anjuran dan keutaman membaca Al- Qur‟an,baik dari Al-Qur‟an maupun As-sunnah, diantara perintah membaca Al-Qur‟an adalah firman Allah SWT dalam surat Al-Kahfi ayat 27

































Artinya

dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padanya. (Q.S Al-Kahfi : 27)

Adapun diantara keutaman membaca Al-Qur‟an yaitu:

1. Menjadikan manusia yang terbaik 2. Kenikmatan yang tiada bandingnya

3. Al-Qur‟an memberikan syafaat di hari kiamat 4. Pahala berlipat ganda

5. Dikumpulkan bersama para malaikat 6. Memberikan syafa‟at

(41)

7. Menjadi nur di dunia sekaligus menjadi simpanan di akhirat.

8. Sebagai obat penawar bagi jiwa yang gelisah, pikiran kacau, nurani yang tidak tenang.sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Israa ayat 82





























Artinya:

dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.(Q.S Al-Israa :82)

4. Fungsi dan peranan Al-Qur‟anan

Banyak sekali fungsi dan peranan Al-Qur‟an diantaranay:

a. Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia, di jelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 2

















Artinaya:

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (Q.S Al Baqarah :2)

b. Al-Qur‟an adalah ruh bagi orang-orang yang beriman c. Al-Qur‟an sebagai peringatan, dijelaskan dalam surat Al-

Anbiyaa‟ ayat 50

















Artinya

dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka Mengapakah kamu mengingkarinya.

(42)

c. Shalat Berjama‟ah

1) Pengertian Shalat Berjama‟ah

Shalat menurut bahasa adalah do‟a, sedangan menurut istilah adalah ibadah yang terdiri dari perbuatan dan ucapan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat merupakan ibadah yang pertama yang diwajibkan oleh Allah SWT, yaitu melalui dialong dengan Rasul-Nya pada malam mi‟raj.(Hasbiyallah, 2013:175)

Jama‟ah adalah persatuan individu-individu yang disatukan oleh aspirasi yang sama, memusatkan diri mereka pada satu tujuan dan membuka murani mereka pada hati yang berbicara (Sudirman, 2008:107)

Shalat berjama‟ah adalah shalat yang dilakukan secara bersama-sama minimal dua, dan di depannya berdiri seorang imam dan dan di belakangnya diikuti oleh makmum Shalat berjama‟ah.

2) Hukum Shalat Berjama‟ah

Hukum shalat berjama‟ah adalah sunah, dan cara mengerjakannya ialah iman berdiri di depan dan makmum dibelakangnya. Makmum harus mengikuti perbuatan iman dan tidak boleh mendahuluinya. Shalat yang disunahkan berjama‟ah adalah shalat fardhu lima waktu, shalat dua hari raya, shalat tarwih dan witir dalam bulan Ramadhan, shalat minta hujan, shalat gerhana matahari dan bulan, serta shalat jenazah.

Dalil pelaksanaan shalat berjama‟ah telah disebutkan dalam Al-Qur‟an yaitu surat An-Nisaa‟ ayat 102

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Efisiensi Metode Konvensional dan Half SLAB Pada Pekerjaan Struktur Pelat Lantai Bangunan Gedung Tinggi Ditinjau Dari Segi Biaya dan Waktu (Studi Kasus : The

Buku Panduan Konseling untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja bagi Siswa merupakan buku yang berisi panduan untuk melakukan kegiatan konseling yang bermanfaat untuk

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif melalui pendekatan

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian lapangan (field research) yang menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan percakapan yang diarahkan pada masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan. 70 Metode ini penulis

Triangulasi metode dalam hal ini peneliti menguji data-data dan informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan responden dengan hasil observasi yang peneliti

Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang tertuju kepada orang-orang yang dipilih tanpa melalui seleksi terlebih dahulu secara diteliti, tetapi dijumpai secara

1) Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan 0,05, maka hipotesis diterima. 2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka hipotesis ditolak.. 2) Jika nilai t