• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERDAYAAN BAITUL MAAL DIERA UMAR BIN ABDUL AZIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMBERDAYAAN BAITUL MAAL DIERA UMAR BIN ABDUL AZIS"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBERDAYAAN BAITUL MAAL DIERA UMAR BIN ABDUL AZIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Islam Pada Fakultas Ekonomi

dan Bisnis IslamUIN Alauddin Makassar

Oleh:

RAHMAT NIM: 90100117034

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2021

(2)

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Rahmat

NIM : 90100117034

Tempat/Tanggal Lahir : Sinjai, 10 November 1999 Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S-1)

Jurusan : Ekonomi Islam

Alamat : Perumahan Villa Samata, Gowa

Judul Skripsi : Pemberdayaan Baitul Maal diera Umar Bin Abdul Azis

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa Skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebahagian atau seluruhnya, maka penelitian dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Demikian surat penyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Gowa, Agustus 2021 Yang Menyatakan,

Rahmat

NIM : 90100117034

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Allahumma Shalli „Ala Muhammad Wa „Ala Ali Muhammad

Syukur al-hamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan taufik-nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Salam dan shalawat tak lupa penulis curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad ﷺ. beserta para keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa selama penulisan skripsi ini terdapat berbagai kendala yang dihadapi penulis, namun berkat izin dan pertolongan Allah swt.

Kemudian bantuan dari berbagai pihak, maka semua kendala tersebut dapat dilalui dengan semangat, ketulusan dan kesabaran. Oleh karena itu, pada kesempatan berharga ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. H. Hamdan, M.A., Ph.D. Rektor UIN Alauddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

3. Bapak Akramunnas, S.E., M.M. dan Ibu Ayu Rukayyah, S.EI., M.EK. Masing-masing ketua jurusan dan sekretaris jurusan Ekonomi Islam, atas segala bantuan dan bimbingannya.

(5)

v

4. Bapak P r o f . Dr. H. Muslimin Kara, M.Ag., selaku pembimbing I dan ibu Dr. Nurfiah Anwar., M.E.I selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Kepada ibu Dr. Rahmawati Muin., M.Ag. selaku Munaqis I dan bapak Akramunnas, S.E., M.M. selaku Munaqis II yang telah memberikan arahan, kritik dan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Bapak dan Ibu dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar yang telah mencurahkan ilmunya tanpa pamri terhadap penulis.

7. Teristimewa kepada Ayahanda Muh. Arif, A. Ma. Pd dan Ibunda Dawiah tercinta yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya, perhatian, motivasi, dukungan serta doa yang tulus dalam keberhasilan penulis sampai sekarang ini.

8. Seluruh rekan-rekan penulis ( Pengurus Mushola Ld Al Iqtishodiyah FEBI yang menemani dalam suka duka di fakultas),rekan rekan di Masjid Darul Khaer Villa Samata yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu, serta teman teman Ekis A. Bantuan mereka berupa materi dan non materi sangat mendukung kesuksesan penulis dalam mengikuti studi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

Hanyalah doa keselamatan dan permohonan rahmat Allah swt., penulis

(6)

vi

peruntukkan kepada mereka yang telah turut membantu penulis selama ini.

Akhirnya penulis berharap kiranya skripsi ini bermanfaat bagi segenap pihak khususnya kepada penulis sendiri.

Samata, Agustus 2021 Penulis

Rahmat 90100117034

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus dan Deskripsi Fokus ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Kerangka Teori ... 15

G. Metode Penelitian ... 17

H. Sitematika Penulisan ... 20

BAB II BIOGRAFI UMAR BIN ABDUL AZIS ... 21

A. Biografi Umar Bin Abdul Azis ... 21

B. Sifat- Sifat Umar Bin Abdul Azis ... 24

C. Kehidupan Sosial, Ilmiah, Dakwah Masa Umar Bin Abdul Azis ... 29

D. Pola Kepemimpinan Umar Bin Abdul Azis Dalam Pemerintahan ... 40

(8)

viii

E. Karya- Karya Dalam Kepemimpinan Umar Bin Abdul Azis

... 44

BAB III BAITUL MAAL DIERA UMAR BIN ABDUL AZIS... 47

A. Kebijakan Baitul Mal Di era Umar Bin Abdul Azis ... 47

B. Pemasukan dan Pengelolaan Sumber-Sumber Baitul Mal ... 54

C. Pengelolaan Pengeluaran Baitul Mal ... 58

BAB IV KEBIJAKAN BAITUL MAAL UMAR BIN ABDUL AZIS DAN DAN RELEVANSINYA DALAM KONTEKS DI INDONESIA ... 61

A. Kebijakan Baitul Maal Umar Bin Abdul Azis Dan Dampaknya Dalam Pengentasan Kemiskinan ... 61

B. Relevansi Baitul Maal Umar Bin Abdul Azis Dengan Konteks Praktik BMT di Indonesia ... 70

BAB V PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 93

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 100

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan Praktik Baitul Maal Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Azis dalam Konteks di Indonesia ... 78

(10)

x ABSTRAK

Nama :Rahmat

Nim : 90100117034

Judul : Pemberdayaan Baitul Maal diera Umar Bin Abdul Azis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak kebijakan Baitul Maal diera Umar bin Abdul Azis dalam pengentasan kemiskinanan dan untuk mengetahui bagaimana reievansi pengelolaan Baitul Maal diera Umar bin Abdul Azis dalam konteks BMT di Indonesia.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach) dengan pendekatan historis, sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Adapun metode analisis data yang digunakan ialah metode analisis dekriptif kualitatif yang dimana setelah data semua dikumpulkan , maka akan dijelaskan secara rinci dan sistematis sehingga dapat tergambar secara utuh dan dapat dipahami secara jelas kesimpulannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan Bahwa Umar bin Abdul Azis berhasil menerapkan kebiajakan Baitul Maal dan mengatasi kemiskinan rakyatnya serta Relevansi Baitul Maal Umar bin Abdul azis dengan konteks BMT di Indonesia didapati bahwa dari segi konsep kelembagaan berbeda namun dari segi pelaksanaaan maka ditemukan ada beberapa unsur kesamaan dari fungsi Maal dan Tamwil, dan oleh karena itu dalam pelaksanaannya bisa menjadi Aspek pembelajaran untuk perekembangan Baitul Maal dalam koteks BMT di Indonesia.

Kata Kunci : Pemberdayaan, Baitul Maal, Umar Bin Abdul Azis

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang masih mengahadapi sistem ekonomi yang timpang. Dan hal ini yang menjadi faktor penyebabnya adalah struktur ekonomi strategis yang cenderung dikuasai oleh segelintir masyarakat. Sebagaian kelompok masyarakat memiliki kekayaan yang melimpah, sementara sebagaian yang lain terperosok dalam jurang kemiskinan.

Dan masalah kemiskinan ini menjadi tampaknya mejanjadi perhatian khususnya dinegara berkembang seperti Indonesia. Dengan melirik kondisi negara Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, kenyataan pahit didapatkan bahwa kemiskinan masih menjadi permasalahan besar bangsa ini. Kemiskinan dan pengangguran masih tinggi dan meluas. Data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pada September 2020 jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 27, 55 juta orang atau setara dengan 9,78 persen .1

Pada dasarnya perekonomian merupakan tulang punggung kehidupan masyarakat dan dalam hal ini juga Islam melarang umatnya menumpuk uang atau kekayaan karena Islam tidak membenarkan penganutnya memperkaya dan mementingkan diri sendiri demi keuntungan pribadi, memperbudak, dan memeras golongan miskin. Dalam hal ini upaya pemerataan pendapatan dan pengelolaan

1 Badan Pusat Statistik, ‘Presentase Penduduk Miskin September 2020 Naik’, 2020

<https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentase-penduduk-miskin-maret- 2020-naik-menjadi-9-78-persen.html>.

(12)

ekonomi umat sangat diperlukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Dan diantara solusi islam dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan pengelolaan ekonomi umat dengan mekanisme pengelolaan Baitul mal.

Dalam hal ini, Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk muslim yang terbesar di dunia mulai ditahun 1990an berkembang Baitul Mal wa Tamwil berperan sebagai lembaga yang turut membantu pemodalan Usaha Mikro. Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memang memiliki peranan yang penting utamanya bila dikaitkan dengan jumlah sektor tenaga kerja yang mampu diserap oleh usaha kecil. Namun dalam kenyataannya dalam perkembangan Baitul Mal wa Tamwil di Indonesia, didapati begitu banyak BMT yang ditengah jalan akhirnya harus gulung tikar. Hal ini karena dalam praktiknya dilapangan masih banyak kendala kendala yang dihadapi para pengelola BMT.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ( UMKM), sampai dengan akhir tahun 2011 unit operasi secara umum jumlah totalnya mencapai 187.598 unit koperasi, dimana 71.362 unit merupakan koperasi simpan pinjam dan kurang lebih 5.500 unit (7,7 persen) diantaranya adalah BMT. Prof. Siebel menilai bahwa industri BMT menghadapi masalah yang sangat besar mengingat kelemahannya pada aspek pengaturan dan pengawasannya. Disamping itu, kinerja yang buruk pada mayoritas lembaga BMT

(13)

3

dinilai akan mengarahkan industri pada kecenderungan yang negatif, bahkan mengarah pada kebangkrutan.2

Survey BMT yang dilakukan di tiga provinsi besar di Jawa dan sebagai representasi BMT di Indonesia yang dimana meliputi 150 BMT yang tersebar di 23 kabupaten dan kotamadya di wilayah Jawa Barat, 118 BMT di 35 kabupaten dan kotamadya diwilayah Jawa Tengah dan 128 BMT di 22 kabupaten dan kotamadya di wilayah Jawa Timur. Meskipun pada awalnya survey penelitian menjangkau lebih banyak BMT, namun ternyata fakta dilapangan ditemukan banyak sekali BMT yang sudah tidak beroperasi atau bahkan tutup.3 Dan kondisi faktual dilapangan ditemukan masalah internal dari BMT baik dari segi kualitas sumber daya manusia (SDM), Inovasi produk dan hingga masalah regulasi dengan kebijakan pemerintah. Oleh karena itu menarik untuk bagaimana bisa mengkaji dan mengambil pelajaran dari penerapan kebijakan Baitul Mal Umar bin Abdul Azis agar bisa diterapakan dalam penerapan pengelolaan Baitul Mal wa Tamwil agar bisa lebih mendorong keamajuan sektor perekonomian Mikro di Indonesia.

Dalam sejarah kejayaan Islam, Penerapan konsep Baitul Mal telah terbukti bereperan besar dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Mulai dizaman Rasulullah , hingga dimasa ke emasan Umar bin Abdul Azis. Umar bin Abdul Azis telah mencatatkan namanya sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah

2Ali Sakti, Pemetaan Kondisi Dan Potensi BMT: Kemitraan Dalam Rangka Memperluas Pasar & Jangkauan Pelayanan Bank Syariah Kepada Usaha Mikro, (Jurnal al Muzara’ah, Vol. I, No.

1, 2013) h. 3

3Ali Sakti, Pemetaan Kondisi Dan Potensi BMT: Kemitraan Dalam Rangka Memperluas Pasar & Jangkauan Pelayanan Bank Syariah Kepada Usaha Mikro, h. 7

(14)

kejayaan peradban Islam. Ia merupakan seorang khalifah pada masa Bani Umayyah. Diantara sekian banyak banyak kebijakan-kebijakannya, Revolusi dalam ekonomi khususnya dalam penerapan konsep Baitul Mal salah satu yang paling penting dan layak diteladani, yang mana prestasi dan kesuksesannya telah dicatat dengan baik menggunakan tinta emas dalam lemabaran sejarah4

Umar Bin Abdul Azis adalah sosok khalifah yang terkenal keshalihannya serta cerdas dengan segala keilmuannya. Umar Bin Abdul Azis Juga merupakan lembaran emas Dinasti Ummayah dari sekian banyak khalifah yang pernah memimpin. Tentunya konsep dan kebijakan yang beliu terapkan dalam mewujudkan kesejahteraan dan kedamain ditengah ummat tak bisa dipisahkan dalam pembahasan Umar Bin Abdul Azis.

Khalifah Umar II adalah sosok khalifah yang menjadi pusat perhatian karena kegemilangannya memegang dinasti Bani Umayyah. Khalifah Umar II merupakan khalifah ke-8(delapan) Dinasti Umayyah, yang dimana setelah era kekuasaan khalifah Sulaiman Bin Abdul Malik dan sekaligus menyerahkan jabatan kekuasaan khalifah setelahnya. Priode kepemimpinan Umar II begitu singkat yaitu 29 bulan atau 2,5 (setengah) tahun.

Sejarah pemerintahan Dinasti Umayyah banyak diwarnai dengan berbagai kebijakan yang bertolak belakang dengan kepentingan rakyat serta dipenuhi dengan intrik intrik dari segelintir penguasa yang lalim. Meskipun tidak secara

4 Nurani Puspa Ningrum, “ Terobosan Kebijakan Ekonomi Pada Masa Pemerintahan Umar Bin Abdul Azis Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial’, At-Tahdzib: Jurnal Studi Islam Dan Mu’amalah 8, no. 1 (2020): h.3.

(15)

5

keseluruhan. Seperti halnya yang terjadi pada masa kepemimpinan Umar Bin Abdul Azis yang dimana dalam kepemimpinanya beliau menghapus segala kebijakan yang merugikan rakyat dan menggantinya dengan kebijakan yang menguntungkan rakyat dengan mengadopsi kebijakan kebijakan yang pernah diterapkan pada masa al-Khulafa ar-Rasyidun, khususnya kebijakan dimasa Umar Bin Khattab atau Umar I seperti pembagian kharaj dan ghanimah.

Khalifah Umar II nama lengkapnya adalah Umar Bin Abdul Azis bin Marwan bin Hakim bin Abil As bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf.

Laqabnya adalah al-Imam al-Hafiz al-Allamah al-Mujtahid az-Zahid al-Abid as- Sayyid Amirul Mukminin Haqqah, Abu Hafs al-Qurasyi al-Umawi al-Madani.

Kemudian al- Misri , al-Khalifah az-Zahid ar-Rasyid Asyajj Bani Umayyah.5 Ia adalah keturunan Umar bin Khattab melalui ibunya yang bernama, Laila Ummu Asim binti Asim bin Umar bin Khattab. Ia dilahirkan di Hulwan, Mesir. Ayahnya, Marwan pernah menjadi gubernur di wilayah tersebut. Ia dilahirkan pada tahun 61 H ada juga yang menyatakan 63 Hijriyah.6

Ciri ciri Umar bin Abdul Azis adalah kulitnya berkulit coklat sawo matang, berparas lembut, berbadan kurus, berjenggot rapih, bermata cekung dan di wajahnya ada bekas luka karena tertanduk kuda. Hamzah bin Sa’id, menceritakan peristiwa ini bahwa “Suatu hari Umar bin Abdul Azis ingin menemui bapaknya yang dimana pada saat itu dia masih bocah, lalu seekor kuda

5 Syamsuddi Muhammad bin Ahmad, Siyar A’lam an-Nubala’ (Beirut: Mu’assasa arRisalah, 1981).

6 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umayyah I Di Damaskus, I (Jakarta: Bulan Bintang, 1977).

(16)

menanduknya sehingga melukainya, maka bapaknya sambil mengusap darah yang mengalir seraya mengatakan, Kalau engkau bisa menjadi orang Bani Umayyah yang paling kuat sungguh itu adalah keberuntungan.7

Sebelum menjadi khalifah, Umar bin Abdul Azis menjabat sebagai khalifah Al-Amir (gubernur) wilayah Hijaz Pada masa khalifah Al- Walid I (86-89 H/705-715 M), yang mana beliau berjasa membangun dan memperluas Masjid Nabawi di Madinah serta Masjid Al- Haram di Mekkah. Sedangkan pada masa khalifah Sulaiman bin Abdul Malik menjabat sebagai Al- Khatib (wazir) yaitu bermakna penulis atau sekertaris. Sedangkan pengangkatannya sebagai khalifah berdasarkan amanat khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/714-717 H).

Umar bin Abdul Azis (99 H/717 M) didalam usia 37 tahun terpilih menjadi khalifah yang kedelapan di dalam sejarah Daulah Umayyah.8 Ia diangkat menjadi khalifah berdasarkan wasiat tertulis dari khalifah Sulaiman.9 Khalifah Umar bin Abdul Azis dipandang sebagai khalifah adil dan sederhana kehidupannya. Ia berambisi mengembalikan corak kehidupan pada masa Al- Khulafa Ar-Rasyidun (632-661 M) dengan menghapus berbagai formalitas-formalitas protokoler serta menyatakan dirinya memiliki kedudukan yang sama dengan rakyat biasa yang membedakannya adalah dia diberi tanggung jawab menjadi pemimpin.10

7 Saifudin Zuhri Qudsy, ‘Umar Bin Abdul Aziz Dan Semangat Penulisan Hadist’, Jurnal ESENSIA, XIV (2013), 261–62.

8 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umayyah I Di Damaskus, h. 29.

9 Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’ Sejarah Para Penguasa Islam (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2012).

10 Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulah Umayyah I Di Damaskus, h. 47.

(17)

7

Diera kepemimpinan khalifah Umar II, tampak begitu banyak perubahan kehidupan sosial yang terjadi, namun hal ini terjadi bukan karena semata mata kepribadian yang saleh dari Umar bin Abdul Azis, melainkan juga karena kebijakannya yang memihak pada kepentingan rakyatnya serta kepedulian pada peningkatan taraf hidup masyarakatnya tanpa pandang bulu. Berikut ini adalah kebijakan-kebijakan Umar bin Abdul Azis dalam masa pemerintahannya antara lain:

1. Hal yang pertama dilakukan oleh khalifah Umar II dalam menjalankan kebijakannya yaitu ketika Umar diangkat menjdai khalifah dia mengumpulkan Bani Marwan dan dia mengumumkan pengembalian hartanya ke Baitul Mal. Umar II memulai perbaikan dari kalangan keluarga dan familinya yaitu mengembalikan harta kekayaan dirinya dan keluarganya kepada kaum muslimin melalui Baitul Mal. Salah satunya adalah tanah Fadak yaitu sebuah tanah yang digunakan Rasulullah untuk memberi nafkah keluarga Bani Hasyim, yang tidak beliau gunakan untuk keluarganya sendiri. Begitupun Umar II memandang bahwa satu perkara yang Rasulullah tidak lakukan maka hal tersebutpun tidak dilakukannya.11 Khalifah juga menguasai tanah- tanah perkebunan di Hijaz, Syam, Yaman dan Bahrain yang mengasilkan kekayaan 40.000 dinar per tahun, setelah menduduki jabatan barunya ia mengembalikan tanah-tanah yang dihibahkan

11 Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa’ Sejarah Para Penguasa Islam, h. 67.

(18)

kepadanya dan meninggalkna kebiasaan-kebiasaan lamanya serta menjual barang-barang mewahnya untuk diserahkan ke Baitul Mal.12 2. Memberantas Kezhaliman yang dilakukan oleh para pejabat Negara

sebelumnya, kemudian menggantinya dengan para pejabat yang faham dengan Islam, bersih, bijaksana, dan berakhlak mulia dari kalangan gubernurnya. Kemudian dari kalangan qadhi atau hakim yang berada tepat dibawah gubernur maka ia pilih dari kalangan ulama seperti, Hasan Al-Bashri. Ia juga memilih pegawai pajak dari kalangan yang bersih dan shalih. Jika tampak tidak baik maka ia akan langsung mencopot dan menggantikan pejabat tersebut dengan yang lain.13 Dan untuk mengantisipasi kerusakan birokrasi, Umar II berusaha menaikkan gaji para pegawai negara, melarang mereka menerima hadiah dan hibah, melarang boros serta berfoya-foya, melarang mereka untuk berbisnis, serta menganjurkan para pejabat Negara untuk membangun jembatan penghubung diantara rakyat dan pemimpin.

3. Menetapkan kebijakan pertanian baru yang bertujuan untuk meningktakna hasil pertanian bagi ummat dengan cara, yaitu:

a) melarang penjualan tanah kharaj

b) memperhatikan para petani dan meringankan pajak mereka c) perbaikan-perbaiakan, penggalakan pertanian dan upaya

mengidupkan lahan tanah mati

12 Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997).

13 Yusuf Al-Isy, Sejarah Dinasti Umawiah, Terj. Imam Nurhidayat Dan Muhammad Khalil (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2007).

(19)

9

d) menghapus tatanan tanah terlindung utuk orag orang tertentu dan membukanya untuk seluruh kaum Muslimin e) dan pemenuhan proyek-proyek dasar (infrastruktur)

penunjang seperti, mempermudah jalan di perbukitan, menggali sumur di Madinah al-Hafir yang airnya jernih , meneruskan penggalian (terusan selat) antar sungai Nil dan alaut merah untuk memudahkan distribusi makanan dari mesir ke Mekkah.14

Siasat Umar bin Abdul Azis adalah adalah bukan untuk mengumpulkan harta tetapi pembangunan kemajuan. Siasatnya adalah memperkaya orang-orang fakir dan memangkas sifat foya-foya dari pada orang kaya dan menegakkan keadilan dalam segala hal.15 Berdasarkan history dan berbagai kegemilangan kebijakan Umar bin Abdul Azis dalam kepemimpinannya lebih terkuhus lagi pada kebijakan ekonomi dalam hal Baitul Mal, maka dari itu penulis bermaksud mengkaji kebijakan ekonomi yang dalam hal ini Kebijakan Baitul Mal Umar bin Abdul Azis yang diharapkan mampu memberikan gambaran dalam memberikan solusi untuk penerapan konsep Baitul Mal Umar bin Abdul Azis terhadap pelaksanaan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

14 Ali Muhammad Ash-Shallabi, Perjalanan Hidup Khlifah Yang Agung Umar Bin Abdul Aziz Ulama Dan Pimpinan Yang Adil, IV (Jakarta: Darul Haq, 2017).

15 Yusuf Al-Isy, Sejarah Dinasti Umawiah, Terj. Imam Nurhidayat Dan Muhammad Khalil, h.98.

(20)

B. Fokus dan Deskripsi Fokus

Untuk mendapatkan kejelasan dan menghindari terjadinya kesalahpahaman dan kekeliruan, serta perbedaan interpretasi yang mungkin saja terjadi terhadap penelitian ini maka penelitian ini akan difokuskan pada

“Pemberdayaan Baitul Maal diera Umar Bin Abdul Azis”. Adapun deskripsi fokus sebagai berikut:

a. Pemberdayaan. Menurut Ginandjar Kartasasmitha bahwa pemberdayaan adalah suatau Upaya untuk membangun daya itu, dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.16

b. Baitul Maal. Baitul Mal sendiri dapat diartikan sebagai lembaga atau pihak (al-jihat) yang mempunyai tugas khusus menangani harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara.

Baitul mal dapat juga diartikakn secara fisik sebabagai tempat (al- makan) untuk menyimpan dan mengelola segala macam harta yang menjadi pendapatan negara.17

c. Umar Bin Abdul Azis. Umar Bin Abdul Azis merupakan khalifah ke-8 (delapan) Dinasti Bani Umayyah dan beliau dikenal sebagai sosok khalifah shalilh dan cerdas dengan segala keilmuannya.

16 Ginandjar Kartasasmitha, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan danPemerataan, (Jakarta: PT Pusaka Cisendo,1996), hlm 145.

17 ‘Baitulmal’, Wikipedia, 2020 <http://en.wikipedia.org/wiki/Baiitulmal> [accessed 12 August 2020].

(21)

11

Umar Bin Abdul Azis juga merupakan lembaran emas Dinasti Ummayah dari sekian banyak khalifah yang pernah memimpin.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1) Bagaimana dampak kebijakan ekonomi (Pengelolaan Baitul Mal) Umar bin Abdul Azis dan dampaknya dalam mengentaskan kemiskinan pada masa pemerintahannya?

2) Bagaimana Relevansi praktik Pengelolaan Baitul Maal diera Umar bin Abdul Azis dalam konteks BMT di Indonesia ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui kesuksesan penerapan konsep kebijakan ekonomi (Pengelolaan Baitul Mal) Umar bin Abdul Azis pada masa pemerintahannya.

2) Untuk mengeatahui bagaimana Relevansi terkait pengelolaan Baitul Maal diera Umar bin Abdul Azis dalam konteks perkembangan pengelolaan BMT di Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka terkait dengan judul yang akan diteliti. Penelitian atau tulisan

(22)

yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk diungkapkan,karena dapat dipakai sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna:

Penelitian yang dimaksud adalah penelitian “Peran Baitul Mal Dalam Kebijakan Keuangan Publik” yang dimuat dalam Adilla Jurnal, Vol. 1 No. 1 Januari 2018 karya penelitian Ahmad Munir Hamid, dimana Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa Baitul mal merupakan institusi khusus yang menangani harta yang diterima negara dan mengalokasikannya bagi kaum muslim yang berhak menerimanya, dengan arti lain, baitul maal adalah tempat penampungan dan pengeluaran harta, yang merupakan bagian dari pendapatan negara. Baitul maal sebagai tempat penyimpanan harta yang masuk dan pengelolaan harta yang keluar. Dan beberapa instrumen yang bisa digunakan sebagai pembiayaan publik dan merupakan peran baitul maal adalah zakat, asset dan perusahaan negara, kharaj, jizyah, dan wakaf. Nah dalam hal ini baitul mal sangat memiliki peran yang sangat penting dalam hal kebijakan keuangan publik, dan terlebih jika melihat dari pengelolaan dari Masa Rasulullah hingga Umar bin Abdul Azis.

Penelitian yang kedua yakni, “Dampak Kebijakan Ekonomi Khalifah Umar Ibn Abdul Azis terhadap Kesejahteraan Masyarkat Daulah Umawiyah, yang dimuat dalam Millah : Jurnal Studi Agama Vol. 19 No. 1 Agustus 2019, karya penelitian Siti Hayati. Dimana dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa Dalam penerapan kebijakan Umar bin Abdul, sumber penerimaan terbesar dalam Baitul Mal diperoleh dari sektor Zakat dan Kharaj, ditambah dengan penerimaan negara lain, seperti Fay, jizyah, usyur, ghanimah. Pengeluaran negara dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dengan prinsip keadilan dan

(23)

13

pengeluaran untuk kepentingan negara dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian.

Implikasi dari kebijakan ekonomi Umar ibn Abdul Aziz adalah meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatnya kesejahteraan rakyat, tidak ada rakyat fakir miskin, beban pajak menurun, banyak masyarakat yang mualaf, serta adanya rasa aman dan nyaman. Dan dampak konkrit nyata dari kebijakan Umar bin Abdul Azis terhadap kesejahteraan masyarakatnya yaitu : Kesejahteraan rakyat meningkat, Day beli Masyarakat meningkat, Orang Miskin Berkurang, Pajak berkurang karena banyak yang masuk Islam, Terciptanya kenyamananan dan keamanan sosial.

Penelitian selanjutnya adalah “Kebijakan Pengelolaan Keuangan Publik Pada Masa Kekhalifaan Umar Bin Abdul Azis” yang dimuat dalam Jurnal Iptek Terapan Vol. 8 Tahun 2016 karya penelitian Kuliman. Dimana dari Dari hasil penelitian didapatakan bahwa Kebijakan pengelolaan keuangan publik Umar bin Abdul Azis yang berkaitan dengan penerimaan negara yang diambil pada masa itu adalah menjadikan zakat sebagai sumber utama pendapatan negara, mengoptimalkan sumber-sumber penerimaan negara lainnya, seperti jizyah, kharaj, usyur, ghanimah/fai dan pajak. Sedangkan kebijakan berkaitan dengan pengeluaran negara/alokasi Baitul Mal pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran untuk kepentingan masyarakat umum dan pengeluaran untuk kepentingan negara. Kebijakan pengeluaran yang diambil oleh Umar bin Abdul Aziz adalah fokus untuk kesejahteraan rakyat dengan prinsip keadilan. Dampak dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz selama menjadi khaliafah lebih kurang dua setengah tahun adalah kesejahteraan rakyat

(24)

meningkat, daya beli masyarakat meningkat, orang miskin berkurang, pajak berkurang karena banyak yang masuk Islam, munculnya keamanan dan kenyamanan sosial,datangnya pertolongan dari Allah/ kemenangan, dan lain sebagainya.

Penelitian selanjutnya adalah “Pengelolaan Keuangan Publik Islam (Umar Bin Abdul Azis)” yang dimuat dalam Amal Journal of Islamic Economic And Bussines (JIEB) Vol. 02 No. 1 Tahun 2021 karya penelitian M. Zia Ulhaq.

Dari penelitian ini didapatkan bahwa pengelolaan keuangan publik pada periode Umar bin Abdul Aziz, adalah dengan pengelolaan keuangan publik dengan baik hingga sulit ditemukan orang miskin penerima zakat. Salah satu kunci kesuksesan Umar bin Abdul Aziz dalam menjalankan roda pemerintahannya adalah sinerginya dengan para ulama. Kesuksesan kebijakan yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah mengembalikan hak-hak rakyat yang pernah diambil oleh pejabat secara dzalim, mencetuskan ekonomi bebas terikat, perhatian Umar dalam bidang pertanian, menghapuskan pajak yang memberatkan, membangun fasilitas umum.

Penelitian selanjutnya adalah “Terobosan dan Perubahan Kebijakan Ekonomi pada Masa Pemerintahan Umar bin Abdul Azis dalam Mewujudkan Kesejahteraan Sosial” yang dimuat dalam At- Tahzib Jurnal Studi Islam dan Mu’amalah Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 karya penelitian Nurani Puspa Ningrum.

Penelitian-penelitian diatas sama dengan penelitian yang penulis laksanakan, yaitu untuk menegtahui kebijakan ekonomi Umar bin Abdul Aziz.

Dan yang menjadi letak persamaan penelitian yang saya lakukan dengan

(25)

15

penelitian-penlitian diatas adalah terletak pada aspek keingin tahuan penulis terkait dengan bagaimana kebijakan ekonomi yang diterapkan Umar bin Abdul Azis. Namun dari segi yang lain letak yang menjadi pembeda utama penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian terdauhulu yang dimuat diatas adalah dalam hal ini penulis dalam penelitian skripsi ini lebih memfokuskan lagi pada kebijakan baitul mal diera Umar bin Abdul Azis dan tak hanya sampai disitu kamudian penulis ingin mengetahui bagaimana relevansi pengimplementasian kebijakan baitul mal diera Umar bin Abdul Azis dengan perkembangan Baitul Mal wa Tamwil di Indonesia.

F. Kerangka Teori

Dalam sejarahnya Rasulullah memperkenalkan konsep baru dalam bidang keuangan negara pada abad ketujuh, yakni semua hasil pengumpulan negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan negara. Adapun status harta hasil pengumpulan merupakan milik negara dab bukan milik perseorangan. Meskipun demikian dalam hal batas tertentu, pemimpin negara dan pejabat lainnya dapat menggunankan harta tersebuut untuk mencukupi kebutuhan pribadinya. Dan tempat pengumpulan itu disebut sebagai Baitul Mal (rumah harta) atau bendahara negara.18

Menurut Suhrawardi K. Lubis, baitul maal dilihat dari segi istilah fikih adalah “suatu lembaga atau badan yang bertugas mengurusi kekayaan negara

18 Agus Marimin, “Baitul Maal Sebagai Lembaga Keuangan Islam Dalam Memperlancar Aktivitas Perekonomian”. Jurnal Akuntansi dan Pajak. Vol. 14 No. 02, Tahun 2014, 40.

(26)

terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain.19

Adapun menurut Ensiklopedia hukum Islam, baitul mal adalah lembaga keuangan negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang sesuai dengan aturan syariat.20 Sementara secara harfiah, baitul mal berarti rumah dana. Dan baitul mal ini sudah ada sejak zaman Rasulullah serta berkembang pesat pada abad pertengahan. Sementara itu baitul mal berfungsi sebagai pengumpulan dan men-tasyaruf-kan untuk kepentingan sosial.

Muhammad Rawwas dalam Ensiklopedi Fiqh Umar bin al- Khattab, menjelaskan Baitul Mal berasal dari bahasa arab bait yang artinya rumah, dan al- Mal yang berarti harta. Jadi Secara etimologis (ma’na lughawi) Baittu Mal berarti rumah untuk mengumpulkan dan menyimoan harta. Seacara terminologis (istilah), Baitul Mal adalah sebeuah departement tempat penampungan keuangan negara dan dari sanalah semua kebutuhan negara akan dibelanjakan. Baitu Mal dengan makna seperti ini mempunyai pengertian sebagai sebuah lembaga atau pihak yang menangani harta negara baik pendapatan maupun pengeluaran.

Dengan demikian , kebijakan ekonomi dalam penelitian ini yang dimaksud adalah Kebijakan/ Peran Baitul Mal pada pemeritahan Umar bin Abdul Aziz untuk memperbaiki perekonomian atau kesejahteraan rakyatnya kemudian bagaimana selanjutnya akan di relevansikan atau dihubungkan dengan kebijakan Baitul Mal di Indonesia.

19 Maman, Abdul, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 41

20 Dahlan, Abdul Azis. et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1999) cetak. II, h. 41

(27)

17

G. Metode Penelitian

Untuk untuk memudahkan penulis dalam menyusun penelitian ini, maka penulis membutuhkna sebuah metode agar tujuan pembahasan yang dikaji menjadi terarah dan mencapai tujuan sesuai yang diharapkan.

Adapun metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penulisan dalam penelitian ini adalah termasuk dalam penelitian kepustakaan (library reseach), yaitu jenis penelitian yang objek utamanya adalah buku buku yang berkaitan dengan pokok pembahasan dan juga sumber literatur lainnya. Adapun buku-buku yang menjadi rujukan yakni buku biografi Umar bin Abdul Azis dan yang terkait dengan kebijakan ekonomi Umar bin Abdul Azis terutama yang membahas tentang kebijakan Baitul Mal, serta buku-buku dan tulisan lainnya yang berkaitan dengan khalifah Umar bin Abdul Azis.

2. Pendekatan Penelitian

Adapun dalam penelitian ini, penulis mennggunakan pendekatan historis dalam menyelesaikan penelitian ini, yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat rekontruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, yakni dengan cara menegumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensistensiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

Kemudian setelah itu penulis akan memaparkan terkait Khalifah Umar bin Abdul Azis baik dari masa kecilnya, sebelum menjadi khalifah maupun setelah

(28)

menjadi khalifah. Selain itu dipaparkan juga sosio historis, kultural maupun sosio ekonomi utamanya dalalm hal kebijakan Baitul Mal Kekhalifaan Umar bin Abdul Azis serta bagaimana mengambil pembelajaran dari kebijakan Baitul Mal Umar bin Abdul Azis untuk kemudian direlevansikan dengan kebijakan dan perkembangan Baitul Mal dalam hal ini Baitul Mal wa Tamwil di Indonesia.

3. Sumber Data

Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini meliputi : a. Sumber data primer merupakan literatur yang membahas objek secara langsung.

Dalam hal ini data primer yang digunakan bersumber dari buku terjemahan Umar bin Abdul Azis Ulama dan Pemimpin yang Adil karangan Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi

b. Data sekunder, merupakan sumber penunjang sebagai data pendukung sumber data primer. Untuk sumber sekuder penulis menggunakan buku-buku yang didapat dari perpustakaan UIN Alauddin Makassar, e-book yang diakses dari Libgen dan Bookzz, jurnal yang diakses melalui J-stor dan ressource (Perpustakaan Nasional),serta jurnal yang lain yang diakses melalui Google Cendekia.

4. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, dalam menganalisis data menggunakan metode anlisis deskriptif kualitatif, yaitu setelah semua data dikumpulkan,maka penulis menjelaskan secara rinci dan sistematis sehingga dapat tergambar secara utuh dan dapat dipahami secara jelas kesimpulan akhirnya. Miles dan Hubermen, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

(29)

19

interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.21

5. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya Instrumen penelitian merupakan fasilitas atau alat yang dipakai para peneliti dalam mengumpulkan data agar memudahkan dalam pengumpulan data serta agar hasilnya lebih lengkap, cermat dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam hal ini, instrumen penelitian yang digunakan penulis yaitu dilakukan dengan metode dokumentasi , merupakan cara pencarian data kualitatif dengan melihat atau menganalisis buku, jurnal, dokumen, catatan, agenda, majalah, notulen harian terkait dengan hal-hal variable dalam skripsi ini.22

21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010) cet. I, h. 246

22 Suharsimi Arinkunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.202

(30)

H. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, adapun susunan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Berisi Pendahuluan yang terdiri atas penjabaran singkat permasalahan yang menjadi fokus kajian, identifikasi masalah, tinjauan pustaka, kerangka teori, sistematika penulisan.

Bab II Membahas tentang biografi Umar bin Abdul Aziz dari beliu lahir sampai menjadi khalifah, sifat-sifat Umar II, kondisi masyarakat pada masa Umar II sebelum menjadi khalifah, Pola kepemimpinan serta karya-karyanya.

Bab III Membahas tentang Baitul Maal di era Umar bin Abdul Azis Bab IV Membahas tentang konsep kebijakan ekonomi (Kebijakan/

Pengelolaan Baitul Mal) dan dampaknya dalam pengentasan kemiskinan serta menelisik konsep Baitul Maal dimasa Umar bin Abdul Aziz dan relevansinya dalam konteks perekembangan BMT di Indonesia.

Bab V Penutup yang mencangkup kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini dan saran-saran yang menjadi masukan-masukan untuk penelitian berikutnya.

(31)

19 BAB II

BIOGRAFI UMAR BIN ABDUL AZIZ A. Biografi Umar Bin Abdul Aziz

Sosok Umar bin Abdul Aziz merupkan pemimpin yang dekat dengan rakyatnya serta terkenal saleh, karismatik dan bijaksana. Sosoknya yang begitu fenomenal membuat banyak yang penasaran mengenalnya.

Ia adalah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al- Hakam bin Abi Al- Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Abd Manaf bin Qushay bin Killab.23

Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, salah seorang gubernur dari Klan Umayyah. Ia seorang yang pemeberani lagi suka berderma. Ia menikah dengan sosok wanita salehah dari kalangan Quraisy lainnya, wanita ini merupakan keturunan Umar bin Khattab, tepatnya adalah cucu Umar, dialah Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khattab, dialah ibu Umar bin Abdul Aziz. Abdul Aziz merupakan laki-laki yang saleh dan baik pemahamannya terhadap agama. Ia merupakan murid senior dari sahabat Abu Hurairah.24

Ibunya Ummu Ashim, Laila binti Ashim bin Umar bin Khattab. Bapaknya Laila merupakan anak Umar bin Khattab, ia sering menyampaikan hadis nabi dari Umar. Ia adalah laki-laki dengan perawakan tegap dan jangkung , satu dari sekian laki-laki mulia di zaman tabi’in.25

2. Kelahiran Umar bin Abdul Azis

23 Syaikh Ahmad Farid. 60 Biogrfai Ulama Salaf. (Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2012) Cet.VII, h. 61.

24 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 14-15.

25 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 15.

(32)

Pada dasarnya para ahli sejarah berbeda pendapat mengenai tahun kelahiran Umar bin Abdul Aziz, namun pendapat yang paling kuat adalah dia lahir 61 H. Umar bin Abdul Aziz dialhirkan dikota madinah dimasa pemerintahan Yazid bin Muawiyah. Namun Umar bin Abdul Aziz tidak memiliki usia yang panjang, beliau wafat tahun 101 H di usia 40 tahun dan masih tergolong usia produktif dan relatif muda. Tetapi di masa kepemimpinan dan usianya yang singkat, ia telah berbuat banyak dan memberikan perubahan yang banyak bagi peradaban Islam dan ia pun memiliki nama julukan Asyaj Bani Umayyah yang berarti yang terluka diwajahnya.26

3. Saudara-Saudara Umar bin Abdul Aziz

Abdul Aziz bin Marwan (bapak Umar, mempunyai sepuluh orang anak.

Mereka adalah Umar, Abu Bakar, Muhammad dan Ashim. Ibu mereka adalah Laila binti Ashim bin Umar bin al-Khaththab. Abdul Aziz mempunyai enam anak dari selaian Laila, yaitu al-Ashbagh, Sahal, Suhail, Ummu al-Hakam, Zabban dan Ummul Banin. Ashim (saudara Umar) inilah yang kemudian menjadi kunyah ibunya Ummu Ashim27

4. Anak-Anak Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-laki, diantara mereka adalah Abdul Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya’qub,

26 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 17

27 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 18

(33)

23

Bakar, al-Walid, Musa, Ashim, Yazid, Zaban, dan Abdullah, dan tiga anak perempuan , Aminah, Ummu Ammar dan Ummu Abdullah.28

Pada saat Umar bin Abdul Aziz wafat, dia tidak meninggalkan harta untuk anak-anaknya kecuali sedikit. Setiap anak laki-laki hanya mendapatkan warisan sebesar 19 dirham saja, sementara satu anak laki-laki dari Hisyam bin Abdul Malik mendapatkan warisan dari bapaknya sebesar satu juta dirham.29

5. Istri- Istri Umar Bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz tumbuh di Madinah dan dalam kehidupannya begitu banyak terpengaruh dengan pola kehidupan masyarakat Madinah, utamanya dari segi akhlaknya serta beliau banyak belajar dari para Ulama di Madinah. Umar bin Abdul Aziz selama tinggal di Madinah terus menghabiskan waktu mudanya dengan duduk bersama Syaikh Syaikh Quraisy dan menjauhi tongkrongan anak muda diantara mereka dan hal ini terus berlangsung darinya sehingga ia terkenal.

Dalam melewati masa masa mudanya dengan menuntut ilmu dan dekat dengan para Ulama, Umar bin Abdul Aziz menikah dengan Fathimah binti Abdul Malik (Putri dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan). Dari Pernikahannya ini dengan Fatimah, Umar bin Abdul Aziz dikarunia anak ; Ishaq, Ya’qub dan Musa.

Dan dari Istrinya yang lain Lamis binti Ali bin al-Harits, Umar bin Abdul Aziz dikarunia anak ; Abdullah, Bakar dan Ummu Ammar, dari istrinya yang lain Ummu Utsman binti Syu’aib bin Zayyan, Umar mempunyai anak bernama Ibrahim adapun dari Istrinya yang lain Ummu Walad, Umar mempunyai anak;

28 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 19

29 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 20

(34)

Abdul Malik, Al- Walid, Ashim, Abdullah, Abdul Aziz, Zayyan, Aminah dan Ummu Abdullah.30

6. Ciri-Ciri Fisik Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz berkulit coklat, berwajah lembut namun tampan, berperawakan ramping, berjanggut rapi, bermata cekung, dikeningnya terdapat bekas luka akibat sepakan kaki kuda dan uban telah tumbuh dikepalanya. 31

B. Sifat-Sifat Umar bin Abdul Aziz

Pada hakekatnya setiap pemimpin mempunyai sifat-sifat yang melekat pada pribadinya masing-masing. Begitupun dengan kepribadian Umar bin Abdul Azis. Dan diantara sifat-sifat yang melekat pada dirinya yaitu : Imannya yang mendalam kepada Allah dan keagunganNya, imannya kepada tempat kembali dan hari akhir, ketakutannya kepada Allah, keteladanan, kejujuran, keberanian, mu’ruah, zuhud, keadilan, dan lainnya.

Diantara sifat-sifat yang menyatu dalam kepribadian beliau, diantaranya : 1. Ketakutannya Yang Besar Kepada Allah

Keistimewaan yang paling besar dan ciri khas yang paling menyatu dalam kepribadiannya sehingga menjadi pendorong utama dalam setiap kebijakannya adalah imannya yang kuat kepada akhirat, rasa takutnya kepada Allah dan kerinduannya kepada surga. Umar bin Abdul Azis memahami benar dengan fitrahnya yang lurus dengan akidahnya yanh shahih , bahwa akhhirat seseorang Muslim lebih patut diperhatikan daripada dunianya.

30 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 20

31 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 21

(35)

25

Umar bin Abdul Azis begitu takut kepada Allah , sebagaimana yang disampaikan istri beliau yaitu Fatimah binti Abdul Malik , “ Demi Allah Umar bukan termasuk orang banyak shalat, bukan termasuk orang yang banyak puasa, akan tetapi demi Allah, aku tidak melihat seseorang yang lebih takut kepada Allah darinya. Diatas tempat tidur dia teringat Allah, maka dia menggigil seperti burung yang kehujanan karena ketakutannya yang mendalam.32

2. Sifat Zuhud Umar

Umar bin Abdul Aziz dengan interaksinya yang begitu melekat dengan Al- Qur’an al-Karim, pemahamannya terhadap petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan pereneungannya terhadap kehidupan dunia ini yang hakekatnya hanya ujian dan cobaan menjadikannya beliau membebaskan dirinya dari kekangan kehidupan dunia dan menjadikan dirinya Zuhud dalam kehidupannya.

Sifat zuhud Umar bin Abdul Azis dibangun diatas pondasi al-Qur’an dan Sunnah. Maka dari itu beliau meninggalkan semua urusan yang tidak berfaedah dan memberikan manfaat bagi kehidupan akhirat. Ibnu Abdil Hakam berkata, “ Ketika Umar bin Abdul Azis memegang jabatan khilafah, beliau memilih zuhud terhadap dunia, beliau menolak semua yang ada padanya, bahkan meninggalkan berbagai macam bentuk makanan. Jika makanan dibuat untuk beliau, ia disiapkan dan ditutup. Ketika masuk, beliau menariknya dan memakannya33. Nampak jelas

32 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 116

33 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 120

(36)

Umar bin Abdul Azis tidak memperhatikan makanan kecuali sebatas apa yang menghilangkan rasa laparnya dan menegakkan tulang sulbinya.

Dan diantara zuhud Umar bin Abdul Azis yang paling menonjol adalah zuhud dalam harta. Dalam hal ini jika kalau kita cermati sangat berlawanan dengan para pemangku kekuasaan pada zaman kita ini. Umar bin Abdul Azis memiliki harta sekitar empat puluh ribu dinar ketika mengawali tugasnya sebagai khalifah dan ketika beliau wafat sisa harta peninggalannya hanya empat ratus dinar saja. Umar bin Abdul Azis berkata, “Dunia tidak membahagiakan seperti ia menyedihkan, membahagiakan sesaat namun menyedihkan dalam jangka waktu yang panjang”.34

3. Kesabaran Umar Bin Abdul Azis

Diantara sifat-sifat Umar bin Abdul Azis adalah sabar dan bersyukur.

Umar bin Abdul Azis pernah berkhutbah, dan beliau berkata, “Tidaklah seseorang ditimpa musibah, lalu dia mengucapkan, Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiun, melainkan pahala yang Allah berikan kepadanya lebih utama daripada apa yang diambil darinya.” Dan perkara terbesar dimana Umar bin Abdul Azis bersabar diatasnya, adalah memegang kekhalifaan. Beliau berkata, “ Demi Allah, aku tidak duduk di tempatku ini, kecuali karena aku takut ia akan diduduki oleh orang yang tidak pantas medudukinya. Seandainya aku ditaati dalam apa yang aku lakukan , niscaya aku memberikannya kepada yang berhak atasnya, akan tetapi aku bersabar

34 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 122

(37)

27

sampai Allah medatangkan keputusan-Nya dari sisi-Nya atau menurunkan kemenangan.”35

4. Keadilan Umar Bin Abdul Azis

Termasuk sifat-sifat kepemimpinan Umar bin Abdul Azis yang menonjol adalah sifat adilnya. Saya telah berbicara mengenai keadilan Umar Bin Abdul Azis dalam pemerintahannya dan kebijakannya dalam mengembalikan hak kepada yang berhak, seperti yang sudah berlalu. Dan ijma para ulama bahwa Umar Bin Abdul Azis termasuk pemimpin yang adil salah seorang Khulafa Rasyidin dan imam yang diberi petunjuk.

Keadilan termasuk sifat-sifat orang-orang beriman yang mencintai kaidah- kaidah kebenaran. Diantara keadilan Umar bin Abdul Azis , adalah apa yang disampailkan oleh al-Hakam bin Umar ar-Ra’ini, dia berkata, “ Aku menyaksikan Maslamah bin Abdul Malik berperkara dengan penghuni rumah ibadah Ishaq di Na’urah dihadapan Umar bin Abdul Azis. Umar berkata kepada Maslamah,

“Jangan duduk diatas permadani sementara para seterumu itu ada didepanku, kamu bisa mewakilkan perkaramu ini kepada siapa yang bisa kamu kehendaki, jika tidak maka duduklah seperti mereka duduk.”36 Maka maslamah menyerahkan perkara ini kepada seorang mantan hamba sahaya-nya, lalu Umar memutuskan Maslamah sebagai pihak yang salah.

5. Ketegasan Umar Bin Abdul Azis

35 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 134

36 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 136

(38)

Dalam kepribadian Umar bin Abdul Azis tertanam sifat ini. Karena urusan ummat dan perkara khilafah sangat memerlukan ketegasan. Dalam hal ini ketegasan Umar bin Abdul Azis terlihat dalam berbagai bidang dan momen yang berbeda-beda yang bermacam macam, seperti ketegasannya terhadap para gubernur dan para pembesar Bani Umayyah , ketegasannya terhadap orang-orang yang ingin memecah belah persatuan kaum muslimin dan menyimpang dari jalan lurus mereka, menyulut fitnah dan menumpahkan dara dan perkara-perkara selainnya.

Indikasi pertama ketegasan Umar adalah sikapnya terhadap Bani Marwan, ketika beliu berkata kepada meraka, “Serahkan apa yang ada ditangan kalian , jangan memaksaku berbuat yang tidak aku sukai sehingga aku akan membawa kalian kepada apa yanng kalian tidak sukai.”37 Begitulah Umar dalam perihal ketegasannya, beliau mengambil langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang tegas yang sangat penting dan urgen. Dan dampak dari ketegasan ini adalah membawa pengaruh positif yang sangat besar dalam menstabilkan segala urusan dan mewujudkan segala apa yang dicanangkan untuk diwujudkan, berupa keadilan, dan ketenagan , serta segala rambu sebuah khilafah yang lurus.

6. Sikap Wara Umar Bin Abdul Azis

Salah satu sifat yang nampak melekata jelas dengan kepribadian Amirul Mukminin Umar bin Abdul Azis adalah Wara. Jika didefinisikan, Wara berarti menhan dari apa-apa yang mungkin merugikan, ia mencangkup hal-hal yang

37 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 135

(39)

29

haram dan perkara-perkara syubhat, karena semua itu bisa merugikan. Siapa yang menjaga dirinya dari perkara-perkara syubhat berarti telah menjaga kehormatan dana agamanya, dan siapa yang terjatuh dalam perkara syubhat maka dia terjatuh dalam keharaman , layaknya seorang pengembala yang membawa ternaknya disekitar daerah larangan, yang suatu saat akan masuk kedalamnya.

Umar memiliki sifat wara ini dan dia berusah keras agar selamat dari syubhat.Dan diantara contoh sifat wara Umar bin Abdul Azis adalah bahwa beliau tidak menerima hadiah apapun dari pegawainya atau dari ahli dzimmah karena beliau takut bahwa hadiah tersebut termasuk suap.

C. Kehidupan Sosial, Ilmiah, Dakwah Masa Umar Bin Abdul Azis a. Kehidupan Sosial Pada Masa Umar Bin Abdul Azis

1. Mengingatkan Masyarakat Tentang Kampung Akhirat

Umar dalam hal ini tidak menyia-nyiakan jabatannya sebagai khalifah untuk berbuat lebih banyak dan berani dalam mensyiarkan dakwah kepada masyarakatnya. Dengan posisi tertinggi yang dia emban, maka dia sangat leluasa untuk melakukan pembenahan-pembenahan mayarakat. Termasuk mengingatkan masyarakat akan kampung akhirat.

2. Umar Mengingkari Fanatisme Kesukuan

“Setiap anak itu mengagumi orang tuanya.” Begitulah kira-kira bunyi salah satu pribahasa di Arab. Jika dijabarakan dalam konteks yang lebih luas, maka pribasa ini juga bisa mengandung makna, bahwa setiap orang bisa mengagumi daerah (suku) dimana dirinya berasal. Semua orang membanggakan tanah airnya dan semua orang membanggakan kabilahnya.

(40)

Sah-sah saja jika begitu. Yang tidak sah itu jika perasaan itu berlebihan, sehingga mengganggu yang lebih penting darinya, yaitu persatuan dan ini yang dinamakan fanatik, maka dalam hal ini Umar Bin Abdul Azis tidak ingin terjadi ditegah masyarakatnya yang majemuk.

Karena itulah ia menulis sepucuk surat kepada Dhahak bin Abdurrrahman, karena diwilayahnya terjadi perselisihan yang disulut rasa fanatisme. Diantara isinya;

“Sesungguhnya yang mendorongku untuk menulis surat ini, karena aku mendengar berita tentang orang-oarang pedesaan dan orang-orang yang baru saja memerintah. Kesia-sian mereka nampak. Pengetahuan mereka tentang Perintah Allah. Mereka sangat tertipu daya. Mereka benar-benar lupa ujian-Nya. Mereka mengingkari nikmat Allah.

Dan aku mendengar ada juga orang-orang dari mereka yang memerangi kedaerah Mudhor dan Yaman. Mereka menyangka bahwa mereka adalah penguasa orang-orang selain mereka. Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya. Alangkah jauhnya dari mereka mensyukuri nikmat. Dan alangkah dekatnya mereka pada kehancuran, kehinaan dan kekerdilan.

Allah memerangi dimanapun mereka berada, dariamanapun mereka keluar, dan atas perkara apapun mereka bersatu. Namun aku telah mengetahui bahwasanya orang yang sengsara itu bangunan hidup lemahnya dan api neraka tidak diciptakan sia-sia. Apakah mereka tidak mendengarkan firman Allah dalam kitab-Nya;

(41)

31

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. “ (Qs. Al-Hujrat:10)

Kita memohon kepada Allah agar memberikan kita pemimpin yang baik dalam agama, persatuan dan interaksi antara kita, wassalam....”38

3. Menolak Penghormatan Yang Berlebihan

Sudah lazim jika pemimpin itu dihormati oleh rakyatnya. Namun penghormatan rakyat itu perlu ditafsirkan lebih dalam. Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin pertama. Pemimpin yang baik dan terhormat yang dicintai dan mencintai rakyatnya. Namun Umar tidak suka penghormatan yang berlebihan kepadanya. Ia adalah pemimpin, bukan penguasa.

Diantara bentuk penghormatan itu adalah, berdiri disaat khalifah datang. Orang-orang sebelumnya telah terbiasa melakukan itu. Tapi Umar melihat itu terlalu berlebihan. Ia merasa dirinya juga manusia biasa seperti yang lainnya. Bedanya ia hanyalah mendapatkan amanah memimpin rakyat.

Hal tersebut pun sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.39

4. Mencukupkan kebutuhan kaum fakir miskin agar terhindar dari meminta-minta

Sebelumnya Umar juga pernah melihat beberpa fakir miskin yang

38 Herfi Ghulam Faizi, Umar Bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia,h. 123-124.

39 Herfi Ghulam Faizi, Umar Bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia,h. 124.

(42)

berjualan khabat40 kepada para musafir. Lalu ia mencari dan bertanya keadaan mereka, lalu mereka menjawab, “Allah telah memberikan kami kehidupan yang layak melalui Umar bin Abdul Aziz, hingga kami tidak perlu berjualan khabat lagi.

Kesejahteraan itu adalah hasil dari keadilan yang diterapkan Umar bin Abdul Aziz dalam membagikan dana di Baitul Mal. Sehingga kesejahteraan pun dapat tersalurkan secara merata.41

Sesungguhnya jasa Umar bin Abdul Aziz dalam melakukan perubahan sosial terhadap masyarakat, lebih banyak daripada yang tertulis.

b. Kehidupan Ilmiah Pada Masa Umar Bin Abdul Azis

Di samping kehidupan sosial, madrasah Ilmiah atau lembaga pendidikan menjadi salah satu penopang penting dalam meraih kesuksesan suatu masyarakat yang cemerlang. Madrasah- madrasah ilmiah dan fiqhiyah di wilayah-wilayah penaklukan Islam telah memberikan dampak yang baik dan membentuk generasi tabi‟in yang mengemban ilmu para sahabat, karena yang menjadi cikal-bakal hadirnya sebuah lembaga pendidikan Islam adalah para sahabat-sahabat yang shalih. Mereka menyampaikan pengajaran tersebut kepada umat, mereka menjadi untaian sanad yang membawa Kitab Allah dan Sunnah RasulNya kepada umat. Madrasah-madrasah tersebut bertebaran di Mekah, Madinah, Bashrah, Kufah dan kota-kota lainnya. Begitupun pada masa

40 Sejenis rumput yang digunakkan sebagai makanan unta

41 Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, (Jakarta: Beirut Publishing, 2014), h.189-190

(43)

33

kepemimpinan khalifah Umayyah Umar bin Abdul Aziz, para alumni madrasah-madrasah terdahulu menjadi pengajar di madrasah-madrasah pada masa Umar tersebut.

Diantara madrasah-madrasah para sahabat yang turut berpengaruh dalam menghadirkan para guru-guru yang turut mengajar di madrasah Umar yaitu:

1. Madrasah Syam

Berdiri pada masa Umar bin Khattab, pendirinya adalah Muadz bin Jabal, Abu ad-Darda, dan Ubadah bin ash-Shamit. Setelah mereka, estafet dakwah dan pendidikan dilanjutkan oleh para tabi‟in yaitu, Imam ahli Fikih, Abu Idris, A‟idz bin Abdullah al-Khaulani, Al-Faqih Qabishah bin Dzu‟aib ad-Dimasyqi, Raja bin Haiwah al-Filisthin, Makhul asy-Syami ad-Dimasyqi, Umar bin Abdul Aziz, dan Bilal bin Sa‟ad as-Sukuni.42

2. Madrasah Madinah

Banyak ulama yang muncul di Madinah. Di zaman Umar bin Khattab sendiri jumlah para ulama ahli fatwa mencapai 300 orang.

Diantaranya yang banyak memberi fatwa ada tujuh orang yaitu, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas‟ud, Aisyah, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Umar. Para ulama

42 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 340-343

(44)

tabi‟in kemudian mewarisi ilmu, fikih, pendidikan dan dakwah.43

Ulama tabi‟in yang paling terkenal adalah Sa‟is bin al- Musayyib, Urwah bin az-Zubair, Amrah binti Abdurrahman bin Sa‟ad al-Anshariyah, al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq, Sulaiman bin Yasar, dan Nafi mantan sahaya Abdullah bin Umar.44

3.Madrasah Makkah

Madrasah di Makkah memiliki tempat khusus di hati para penimba ilmu di hati orang-orang Mukmin baik yang bermukim ataupun sebagai pendatang untuk berziarah ke Makkah. Sebelumnya para ulama di zaman para sahabat hanya terdiri dari golongan kecil, namun pada masa tabi‟in dan tabi‟u tabi‟in terdapat peningkatan seiring dengan banyaknya orang yang tertarik untuk belajar di sana.

Pada zaman tabi‟in Makkah memiliki keistimewaan dengan hadirnya ulama umat (Habrul Ummah) dan Turjuman al-Qur‟an, Ibnu Abbas sangat besar perannya dalam melahirkan para generasi cemerlang dari kalangan muridnya di bidang ilmu tafsir. Yang menjadikan madrasah di Makkah unggul di bidang Ilmu tafsir, sebabnya adalah imam dan guru besar mereka adalah Ibnu Abbas.

Diantara para ulama yang lahir di madrasah Makkah adalah:

43 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 344.

44 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 343.

(45)

35

Mujahid bin Jabr al-Makki, Ikrimah mantan sahaya Ibnu Abbas, dan Atha bin Abu Rabbah.45

4. Madrasah Bashrah

Kota Bashrah bersaing dengan Kufah dalam segi keilmuan. Para sahabat yang menetap di sana diantaranya adalah Abu Musa al-Asy‟ari, Imran bin Hushain, Anas bin Malik, dll. Pemuka tabi‟in yaitu, al-Hasan al-Bashri, Sulaiman at-Taimi, Tsabit al-Bunani, Rabi‟ah bin Abu Abdurrahman, Ibrahim bin Abu Maisarah, Muhammad bin Sirin al- Bashri, dan Qatadah bin Di‟amah as-Sadusi.46

5. Madrasah Kufah

Salah satu Khalifah yang memperhatikan Kufah adalah Umar bin al-Khathab, beliau mengirimkan Abdullah bin Mas‟ud ke sana, Ibnu Mas‟ud berusaha keras membentuk generasi yang memikul tanggung jawab dakwah kepada Allah dari sisi fikih dan ilmu. Ada beberapa murid Ibnu Mas‟ud yang terkenal dengan fikih, ilmu, zuhud, dan takwa, diantaranya adalah Alqalamah bin Qais, Masruq bin al- Ajda, Ubaidah as-Salmani, al-Aswad bin Yazid, Murrah al-Jufi, dll.

Sedangkan dari tabi‟in yaitu, Amir bin Syurahbil asy-Sya‟bi dan Hammad bin Abu Salamah.47

45 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 345-348.

46 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 348-350.

47 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 351-352.

(46)

6. Madrasah Yaman

Sahabat dan ulama Yaman yang sangat berjasa dalam menyebarkan Islam di sana adalah Mu‟adz bin Jabal, Ali bin Abi Thalib dan Abu Musa al-Asy‟ari. Dari kalangan tabi‟in yaitu, Thawus bin Kaisan dan Wahab bin Munabih.48

7. Madrasah Mesir

Madrasah di Mesir hadir dengan adanya para Syaikh dan sahabat yang berhijrah ke sana di masa-masa penaklukan dan singgah di al-Fusthath san Iskandariyah. Diantara mereka yaitu, Amr bin Ash, putranya, dan Abdullah, dan azh-Zubair bin Awwam. Sahabat yang paling berpengaruh di sana adalah Uqbah bin Amir. Sedangkan ulama tabi‟innya yaitu, Yazid bin Abu Habib seorang hamba sahaya berkulit hitam, namun memiliki kedudukan tinggi dengan ketakwaannya.49

8. Madrasah Afrika Utara

Para pelopor panglima penakluk yang masuk ke Afrika Utara adalah Amr bin al-Ash, kemudian Abdullah bin Sa‟ad bin Abu as- Sarah, kemudian Muawiyah bin Khudaij meneruskan pembukaan Afrika, sehingga Muawiyah mengangkatnya menjadi gubernur Mesir dan Afrika. Lalu Uqbah bin Nafi‟ al-Fihri, yang membuka kota Qairawan.

48 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 352-354

49 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 356-357

Gambar

Tabel 1.1 Perbedaan Praktik Baitul Maal Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul  Azis dalam Konteks di Indonesia ....................................................................

Referensi

Dokumen terkait

Pada level kognitif, siswa yang memiliki self-efficacy akademis tinggi percaya akan kemampuannya dalam mengerjakan tugas dan yakin akan mendapat hasil positif,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi khususnya bagi pihak- pihak lain yang meneliti dengan kajian yang sama yaitu Voluntary Disclosure, Asimetri

Selanjutnya, Katz, Gurevitch dan Hass dalam mendefinisikan penggunaan media dalam kaitannya dengan aktifitas khalayak tadi mencakup: (1) isi media : berita, opera sabun, drama tv,

Om bhatari durga, &#34;atari #ana, &#34;atara &#34;rahma, Sang yama raja, Sang $dug &#34;asur, Sang pulu, Om bhatari durga, &#34;atari #ana, &#34;atara &#34;rahma, Sang yama raja,

SIP merupakan material berupa panel sandwich yang terdiri dari foam insulasi (umumnya dari EPS) yang diapit oleh panel OSB, terbuat dari kayu yang mudah

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui berapa besar pendapatan usaha pembesaran ikan nila pada kolam air tenang, dan mengetahui pengaruh harga benih,

(nilai yang ditanamkan: Religius, Jujur, Toleransi, Mandiri, Demokratis, Komunikatif, Tanggung Jawab.);.