• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat-Sifat Umar bin Abdul Aziz

Bab V Penutup yang mencangkup kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini jawaban dari permasalahan yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini

BIOGRAFI UMAR BIN ABDUL AZIZ A. Biografi Umar Bin Abdul Aziz

B. Sifat-Sifat Umar bin Abdul Aziz

Pada hakekatnya setiap pemimpin mempunyai sifat-sifat yang melekat pada pribadinya masing-masing. Begitupun dengan kepribadian Umar bin Abdul Azis. Dan diantara sifat-sifat yang melekat pada dirinya yaitu : Imannya yang mendalam kepada Allah dan keagunganNya, imannya kepada tempat kembali dan hari akhir, ketakutannya kepada Allah, keteladanan, kejujuran, keberanian, mu’ruah, zuhud, keadilan, dan lainnya.

Diantara sifat-sifat yang menyatu dalam kepribadian beliau, diantaranya : 1. Ketakutannya Yang Besar Kepada Allah

Keistimewaan yang paling besar dan ciri khas yang paling menyatu dalam kepribadiannya sehingga menjadi pendorong utama dalam setiap kebijakannya adalah imannya yang kuat kepada akhirat, rasa takutnya kepada Allah dan kerinduannya kepada surga. Umar bin Abdul Azis memahami benar dengan fitrahnya yang lurus dengan akidahnya yanh shahih , bahwa akhhirat seseorang Muslim lebih patut diperhatikan daripada dunianya.

30 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 20

31 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 21

25

Umar bin Abdul Azis begitu takut kepada Allah , sebagaimana yang disampaikan istri beliau yaitu Fatimah binti Abdul Malik , “ Demi Allah Umar bukan termasuk orang banyak shalat, bukan termasuk orang yang banyak puasa, akan tetapi demi Allah, aku tidak melihat seseorang yang lebih takut kepada Allah darinya. Diatas tempat tidur dia teringat Allah, maka dia menggigil seperti burung yang kehujanan karena ketakutannya yang mendalam.32

2. Sifat Zuhud Umar

Umar bin Abdul Aziz dengan interaksinya yang begitu melekat dengan Al-Qur’an al-Karim, pemahamannya terhadap petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dan pereneungannya terhadap kehidupan dunia ini yang hakekatnya hanya ujian dan cobaan menjadikannya beliau membebaskan dirinya dari kekangan kehidupan dunia dan menjadikan dirinya Zuhud dalam kehidupannya.

Sifat zuhud Umar bin Abdul Azis dibangun diatas pondasi al-Qur’an dan Sunnah. Maka dari itu beliau meninggalkan semua urusan yang tidak berfaedah dan memberikan manfaat bagi kehidupan akhirat. Ibnu Abdil Hakam berkata, “ Ketika Umar bin Abdul Azis memegang jabatan khilafah, beliau memilih zuhud terhadap dunia, beliau menolak semua yang ada padanya, bahkan meninggalkan berbagai macam bentuk makanan. Jika makanan dibuat untuk beliau, ia disiapkan dan ditutup. Ketika masuk, beliau menariknya dan memakannya33. Nampak jelas

32 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 116

33 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 120

Umar bin Abdul Azis tidak memperhatikan makanan kecuali sebatas apa yang menghilangkan rasa laparnya dan menegakkan tulang sulbinya.

Dan diantara zuhud Umar bin Abdul Azis yang paling menonjol adalah zuhud dalam harta. Dalam hal ini jika kalau kita cermati sangat berlawanan dengan para pemangku kekuasaan pada zaman kita ini. Umar bin Abdul Azis memiliki harta sekitar empat puluh ribu dinar ketika mengawali tugasnya sebagai khalifah dan ketika beliau wafat sisa harta peninggalannya hanya empat ratus dinar saja. Umar bin Abdul Azis berkata, “Dunia tidak membahagiakan seperti ia menyedihkan, membahagiakan sesaat namun menyedihkan dalam jangka waktu yang panjang”.34

3. Kesabaran Umar Bin Abdul Azis

Diantara sifat-sifat Umar bin Abdul Azis adalah sabar dan bersyukur.

Umar bin Abdul Azis pernah berkhutbah, dan beliau berkata, “Tidaklah seseorang ditimpa musibah, lalu dia mengucapkan, Inna lillahi wa inna ilaihi ra’jiun, melainkan pahala yang Allah berikan kepadanya lebih utama daripada apa yang diambil darinya.” Dan perkara terbesar dimana Umar bin Abdul Azis bersabar diatasnya, adalah memegang kekhalifaan. Beliau berkata, “ Demi Allah, aku tidak duduk di tempatku ini, kecuali karena aku takut ia akan diduduki oleh orang yang tidak pantas medudukinya. Seandainya aku ditaati dalam apa yang aku lakukan , niscaya aku memberikannya kepada yang berhak atasnya, akan tetapi aku bersabar

34 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 122

27

sampai Allah medatangkan keputusan-Nya dari sisi-Nya atau menurunkan kemenangan.”35

4. Keadilan Umar Bin Abdul Azis

Termasuk sifat-sifat kepemimpinan Umar bin Abdul Azis yang menonjol adalah sifat adilnya. Saya telah berbicara mengenai keadilan Umar Bin Abdul Azis dalam pemerintahannya dan kebijakannya dalam mengembalikan hak kepada yang berhak, seperti yang sudah berlalu. Dan ijma para ulama bahwa Umar Bin Abdul Azis termasuk pemimpin yang adil salah seorang Khulafa Rasyidin dan imam yang diberi petunjuk.

Keadilan termasuk sifat-sifat orang-orang beriman yang mencintai kaidah-kaidah kebenaran. Diantara keadilan Umar bin Abdul Azis , adalah apa yang disampailkan oleh al-Hakam bin Umar ar-Ra’ini, dia berkata, “ Aku menyaksikan Maslamah bin Abdul Malik berperkara dengan penghuni rumah ibadah Ishaq di Na’urah dihadapan Umar bin Abdul Azis. Umar berkata kepada Maslamah,

“Jangan duduk diatas permadani sementara para seterumu itu ada didepanku, kamu bisa mewakilkan perkaramu ini kepada siapa yang bisa kamu kehendaki, jika tidak maka duduklah seperti mereka duduk.”36 Maka maslamah menyerahkan perkara ini kepada seorang mantan hamba sahaya-nya, lalu Umar memutuskan Maslamah sebagai pihak yang salah.

5. Ketegasan Umar Bin Abdul Azis

35 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 134

36 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 136

Dalam kepribadian Umar bin Abdul Azis tertanam sifat ini. Karena urusan ummat dan perkara khilafah sangat memerlukan ketegasan. Dalam hal ini ketegasan Umar bin Abdul Azis terlihat dalam berbagai bidang dan momen yang berbeda-beda yang bermacam macam, seperti ketegasannya terhadap para gubernur dan para pembesar Bani Umayyah , ketegasannya terhadap orang-orang yang ingin memecah belah persatuan kaum muslimin dan menyimpang dari jalan lurus mereka, menyulut fitnah dan menumpahkan dara dan perkara-perkara selainnya.

Indikasi pertama ketegasan Umar adalah sikapnya terhadap Bani Marwan, ketika beliu berkata kepada meraka, “Serahkan apa yang ada ditangan kalian , jangan memaksaku berbuat yang tidak aku sukai sehingga aku akan membawa kalian kepada apa yanng kalian tidak sukai.”37 Begitulah Umar dalam perihal ketegasannya, beliau mengambil langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang tegas yang sangat penting dan urgen. Dan dampak dari ketegasan ini adalah membawa pengaruh positif yang sangat besar dalam menstabilkan segala urusan dan mewujudkan segala apa yang dicanangkan untuk diwujudkan, berupa keadilan, dan ketenagan , serta segala rambu sebuah khilafah yang lurus.

6. Sikap Wara Umar Bin Abdul Azis

Salah satu sifat yang nampak melekata jelas dengan kepribadian Amirul Mukminin Umar bin Abdul Azis adalah Wara. Jika didefinisikan, Wara berarti menhan dari apa-apa yang mungkin merugikan, ia mencangkup hal-hal yang

37 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 135

29

haram dan perkara-perkara syubhat, karena semua itu bisa merugikan. Siapa yang menjaga dirinya dari perkara-perkara syubhat berarti telah menjaga kehormatan dana agamanya, dan siapa yang terjatuh dalam perkara syubhat maka dia terjatuh dalam keharaman , layaknya seorang pengembala yang membawa ternaknya disekitar daerah larangan, yang suatu saat akan masuk kedalamnya.

Umar memiliki sifat wara ini dan dia berusah keras agar selamat dari syubhat.Dan diantara contoh sifat wara Umar bin Abdul Azis adalah bahwa beliau tidak menerima hadiah apapun dari pegawainya atau dari ahli dzimmah karena beliau takut bahwa hadiah tersebut termasuk suap.

C. Kehidupan Sosial, Ilmiah, Dakwah Masa Umar Bin Abdul Azis a. Kehidupan Sosial Pada Masa Umar Bin Abdul Azis

1. Mengingatkan Masyarakat Tentang Kampung Akhirat

Umar dalam hal ini tidak menyia-nyiakan jabatannya sebagai khalifah untuk berbuat lebih banyak dan berani dalam mensyiarkan dakwah kepada masyarakatnya. Dengan posisi tertinggi yang dia emban, maka dia sangat leluasa untuk melakukan pembenahan-pembenahan mayarakat. Termasuk mengingatkan masyarakat akan kampung akhirat.

2. Umar Mengingkari Fanatisme Kesukuan

“Setiap anak itu mengagumi orang tuanya.” Begitulah kira-kira bunyi salah satu pribahasa di Arab. Jika dijabarakan dalam konteks yang lebih luas, maka pribasa ini juga bisa mengandung makna, bahwa setiap orang bisa mengagumi daerah (suku) dimana dirinya berasal. Semua orang membanggakan tanah airnya dan semua orang membanggakan kabilahnya.

Sah-sah saja jika begitu. Yang tidak sah itu jika perasaan itu berlebihan, sehingga mengganggu yang lebih penting darinya, yaitu persatuan dan ini yang dinamakan fanatik, maka dalam hal ini Umar Bin Abdul Azis tidak ingin terjadi ditegah masyarakatnya yang majemuk.

Karena itulah ia menulis sepucuk surat kepada Dhahak bin Abdurrrahman, karena diwilayahnya terjadi perselisihan yang disulut rasa fanatisme. Diantara isinya;

“Sesungguhnya yang mendorongku untuk menulis surat ini, karena aku mendengar berita tentang orang-oarang pedesaan dan orang-orang yang baru saja memerintah. Kesia-sian mereka nampak. Pengetahuan mereka tentang Perintah Allah. Mereka sangat tertipu daya. Mereka benar-benar lupa ujian-Nya. Mereka mengingkari nikmat Allah.

Dan aku mendengar ada juga orang-orang dari mereka yang memerangi kedaerah Mudhor dan Yaman. Mereka menyangka bahwa mereka adalah penguasa orang-orang selain mereka. Maha suci Allah dan segala pujian hanya untuk-Nya. Alangkah jauhnya dari mereka mensyukuri nikmat. Dan alangkah dekatnya mereka pada kehancuran, kehinaan dan kekerdilan.

Allah memerangi dimanapun mereka berada, dariamanapun mereka keluar, dan atas perkara apapun mereka bersatu. Namun aku telah mengetahui bahwasanya orang yang sengsara itu bangunan hidup lemahnya dan api neraka tidak diciptakan sia-sia. Apakah mereka tidak mendengarkan firman Allah dalam kitab-Nya;

31

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. “ (Qs. Al-Hujrat:10)

Kita memohon kepada Allah agar memberikan kita pemimpin yang baik dalam agama, persatuan dan interaksi antara kita, wassalam....”38

3. Menolak Penghormatan Yang Berlebihan

Sudah lazim jika pemimpin itu dihormati oleh rakyatnya. Namun penghormatan rakyat itu perlu ditafsirkan lebih dalam. Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin pertama. Pemimpin yang baik dan terhormat yang dicintai dan mencintai rakyatnya. Namun Umar tidak suka penghormatan yang berlebihan kepadanya. Ia adalah pemimpin, bukan penguasa.

Diantara bentuk penghormatan itu adalah, berdiri disaat khalifah datang. Orang-orang sebelumnya telah terbiasa melakukan itu. Tapi Umar melihat itu terlalu berlebihan. Ia merasa dirinya juga manusia biasa seperti yang lainnya. Bedanya ia hanyalah mendapatkan amanah memimpin rakyat.

Hal tersebut pun sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.39

4. Mencukupkan kebutuhan kaum fakir miskin agar terhindar dari meminta-minta

Sebelumnya Umar juga pernah melihat beberpa fakir miskin yang

38 Herfi Ghulam Faizi, Umar Bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia,h. 123-124.

39 Herfi Ghulam Faizi, Umar Bin Abdul Aziz 29 Bulan Mengubah Dunia,h. 124.

berjualan khabat40 kepada para musafir. Lalu ia mencari dan bertanya keadaan mereka, lalu mereka menjawab, “Allah telah memberikan kami kehidupan yang layak melalui Umar bin Abdul Aziz, hingga kami tidak perlu berjualan khabat lagi.

Kesejahteraan itu adalah hasil dari keadilan yang diterapkan Umar bin Abdul Aziz dalam membagikan dana di Baitul Mal. Sehingga kesejahteraan pun dapat tersalurkan secara merata.41

Sesungguhnya jasa Umar bin Abdul Aziz dalam melakukan perubahan sosial terhadap masyarakat, lebih banyak daripada yang tertulis.

b. Kehidupan Ilmiah Pada Masa Umar Bin Abdul Azis

Di samping kehidupan sosial, madrasah Ilmiah atau lembaga pendidikan menjadi salah satu penopang penting dalam meraih kesuksesan suatu masyarakat yang cemerlang. Madrasah- madrasah ilmiah dan fiqhiyah di wilayah-wilayah penaklukan Islam telah memberikan dampak yang baik dan membentuk generasi tabi‟in yang mengemban ilmu para sahabat, karena yang menjadi cikal-bakal hadirnya sebuah lembaga pendidikan Islam adalah para sahabat-sahabat yang shalih. Mereka menyampaikan pengajaran tersebut kepada umat, mereka menjadi untaian sanad yang membawa Kitab Allah dan Sunnah RasulNya kepada umat. Madrasah-madrasah tersebut bertebaran di Mekah, Madinah, Bashrah, Kufah dan kota-kota lainnya. Begitupun pada masa

40 Sejenis rumput yang digunakkan sebagai makanan unta

41 Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Abdul Aziz, (Jakarta: Beirut Publishing, 2014), h.189-190

33

kepemimpinan khalifah Umayyah Umar bin Abdul Aziz, para alumni madrasah-madrasah terdahulu menjadi pengajar di madrasah-madrasah pada masa Umar tersebut.

Diantara madrasah-madrasah para sahabat yang turut berpengaruh dalam menghadirkan para guru-guru yang turut mengajar di madrasah Umar yaitu:

1. Madrasah Syam

Berdiri pada masa Umar bin Khattab, pendirinya adalah Muadz bin Jabal, Abu ad-Darda, dan Ubadah bin ash-Shamit. Setelah mereka, estafet dakwah dan pendidikan dilanjutkan oleh para tabi‟in yaitu, Imam ahli Fikih, Abu Idris, A‟idz bin Abdullah al-Khaulani, Al-Faqih Qabishah bin Dzu‟aib ad-Dimasyqi, Raja bin Haiwah al-Filisthin, Makhul asy-Syami ad-Dimasyqi, Umar bin Abdul Aziz, dan Bilal bin Sa‟ad as-Sukuni.42

2. Madrasah Madinah

Banyak ulama yang muncul di Madinah. Di zaman Umar bin Khattab sendiri jumlah para ulama ahli fatwa mencapai 300 orang.

Diantaranya yang banyak memberi fatwa ada tujuh orang yaitu, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas‟ud, Aisyah, Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Umar. Para ulama

42 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 340-343

tabi‟in kemudian mewarisi ilmu, fikih, pendidikan dan dakwah.43

Ulama tabi‟in yang paling terkenal adalah Sa‟is bin al- Musayyib, Urwah bin az-Zubair, Amrah binti Abdurrahman bin Sa‟ad al-Anshariyah, al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq, Sulaiman bin Yasar, dan Nafi mantan sahaya Abdullah bin Umar.44

3.Madrasah Makkah

Madrasah di Makkah memiliki tempat khusus di hati para penimba ilmu di hati orang-orang Mukmin baik yang bermukim ataupun sebagai pendatang untuk berziarah ke Makkah. Sebelumnya para ulama di zaman para sahabat hanya terdiri dari golongan kecil, namun pada masa tabi‟in dan tabi‟u tabi‟in terdapat peningkatan seiring dengan banyaknya orang yang tertarik untuk belajar di sana.

Pada zaman tabi‟in Makkah memiliki keistimewaan dengan hadirnya ulama umat (Habrul Ummah) dan Turjuman al-Qur‟an, Ibnu Abbas sangat besar perannya dalam melahirkan para generasi cemerlang dari kalangan muridnya di bidang ilmu tafsir. Yang menjadikan madrasah di Makkah unggul di bidang Ilmu tafsir, sebabnya adalah imam dan guru besar mereka adalah Ibnu Abbas.

Diantara para ulama yang lahir di madrasah Makkah adalah:

43 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 344.

44 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 343.

35

Mujahid bin Jabr al-Makki, Ikrimah mantan sahaya Ibnu Abbas, dan Atha bin Abu Rabbah.45

4. Madrasah Bashrah

Kota Bashrah bersaing dengan Kufah dalam segi keilmuan. Para sahabat yang menetap di sana diantaranya adalah Abu Musa al-Asy‟ari, Imran bin Hushain, Anas bin Malik, dll. Pemuka tabi‟in yaitu, al-Hasan al-Bashri, Sulaiman at-Taimi, Tsabit al-Bunani, Rabi‟ah bin Abu Abdurrahman, Ibrahim bin Abu Maisarah, Muhammad bin Sirin al-Bashri, dan Qatadah bin Di‟amah as-Sadusi.46

5. Madrasah Kufah

Salah satu Khalifah yang memperhatikan Kufah adalah Umar bin al-Khathab, beliau mengirimkan Abdullah bin Mas‟ud ke sana, Ibnu Mas‟ud berusaha keras membentuk generasi yang memikul tanggung jawab dakwah kepada Allah dari sisi fikih dan ilmu. Ada beberapa murid Ibnu Mas‟ud yang terkenal dengan fikih, ilmu, zuhud, dan takwa, diantaranya adalah Alqalamah bin Qais, Masruq bin al-Ajda, Ubaidah as-Salmani, al-Aswad bin Yazid, Murrah al-Jufi, dll.

Sedangkan dari tabi‟in yaitu, Amir bin Syurahbil asy-Sya‟bi dan Hammad bin Abu Salamah.47

45 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 345-348.

46 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 348-350.

47 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 351-352.

6. Madrasah Yaman

Sahabat dan ulama Yaman yang sangat berjasa dalam menyebarkan Islam di sana adalah Mu‟adz bin Jabal, Ali bin Abi Thalib dan Abu Musa al-Asy‟ari. Dari kalangan tabi‟in yaitu, Thawus bin Kaisan dan Wahab bin Munabih.48

7. Madrasah Mesir

Madrasah di Mesir hadir dengan adanya para Syaikh dan sahabat yang berhijrah ke sana di masa-masa penaklukan dan singgah di al-Fusthath san Iskandariyah. Diantara mereka yaitu, Amr bin Ash, putranya, dan Abdullah, dan azh-Zubair bin Awwam. Sahabat yang paling berpengaruh di sana adalah Uqbah bin Amir. Sedangkan ulama tabi‟innya yaitu, Yazid bin Abu Habib seorang hamba sahaya berkulit hitam, namun memiliki kedudukan tinggi dengan ketakwaannya.49

8. Madrasah Afrika Utara

Para pelopor panglima penakluk yang masuk ke Afrika Utara adalah Amr bin al-Ash, kemudian Abdullah bin Sa‟ad bin Abu as-Sarah, kemudian Muawiyah bin Khudaij meneruskan pembukaan Afrika, sehingga Muawiyah mengangkatnya menjadi gubernur Mesir dan Afrika. Lalu Uqbah bin Nafi‟ al-Fihri, yang membuka kota Qairawan.

48 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 352-354

49 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 356-357

37

Pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, Umar mengirim Ismail bin Abu al-Muhajir sebagai gubernur Afrika th. 100 H, dia ini adalah seorang da‟I kepada Islam dengan lisannya, akhlaknya, dan perbuatannya. Bersamanya diutus pula sepuluh orang tabi‟in dari kalangan ahli ilmu yang mulia. Mereka yang tidak tahu- menahu halal haram pun dengan segera melaksanakannya dengan mejauhi segala perbuatan yang haram. 50

c. Kehidupan Dakwah Pada Masa Umar bin Abdul Aziz.

Umar bin Abdul Aziz menjadikan jiwa, hati, dan akal pikiran selurh rakyatnya, sebagai target sasaran agar mereka dapat lebih mudah mengenal agama Islam, serta lebih tepat pada sasarannya, menjadikan mereka Muslim yang taat dengan seluruh jiwa dan raganya.

Umar lebih memperhatikan kepada pembangunan dan peningkatan taraf hidup dalam negeri, dengan maksud menyatukan seluruh wilayah, memberikan keamanan, menyebarkan pengetahuan, dan sebisa mungkin menjangkau setiap individu masyarakat. Sebagaimana Umar memperhatikan keadilan tiap individu masyarakatnya.

Beberapa program keberhasilan Umar bin Abdul Aziz dalam membantu keberhadilan tegaknya dakwah Islam adalah:

1. Menugaskan para dai secara proposional.

Umar bin Abdul Aziz mewajibkan negara untuk memberikan

50 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 357-358

honor kepada para ulama dan cendikiawan agar berkonsentrasi penuh waktu dalam menjalankan program dakwah dan pendidikan yang dicanangkannya. Umar menetapkan gaji yang memadai untuk kebutuhan mereka. Serta memberikan beasiswa yang layak bagi para pelajarnya.

Umar bin Abdul Aziz memerintahkan petugas Baitul Mal untuk mengatur dana sekitar seratus dinar bagi mereka yang menghabiskan waktunya untuk belajar atau mengajarkan ilmu agama di masjid, ataupun yang hanya belajar Al-Qur‟an dari mana pun mereka berasal.

Beliau pun pernah menulis surat kepada gubernur Hams, untuk memperhatikan nasib orang-orang yang melakukan kebaikan dan mendedikasikan waktunya untuk mengajarkan ilmu agama. Agar mereka tidak perlu repot-repot untuk memikirkan kehidupan mereka.

Dan lebih berkonsentrasi dalam mengamalkan ilmunya.51

2. Mendorong para ulama untuk menyebarkan ilmu pengetahuan.

Umar juga memerintahkan mereka menjadikan masjid- masjid sebagai pusat untuk mengajarkan masyarakat tentang ilmu agama, melancarkan bacaan Qur’annya, serta menyampaikan hadist nabi dan menghidupkan sunnahNya. Ikrimah bin Ammar (dari Yaman) berkata

51 Ali Muhammad As-Shallabi, Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz Ulama dan Pemimpin yang Adil, h. 278-279

Dokumen terkait