• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik BMT Di Indonesia

Bab V Penutup yang mencangkup kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini jawaban dari permasalahan yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini

BAITUL MAAL DIERA UMAR BIN ABDUL AZIS

B. RELEVANSI BAITUL MAL DI ERA UMAR BIN ABDUL AZIS DENGAN KONTEKS PRAKTIK BMT DI INDONESIA

2. Praktik BMT Di Indonesia

Baitul Maal wat Tamwil merupakan konsep lembaga keuangan dengan prinsip syariah dalam menggabungkan fungsional Maal dan Tamwil dalam satu lembaga. Dalam hal ini konsep Maal lahir dari keinginan masyarakat muslim menghimpun dan menyalurkan dana zakat, infak dan sedekah (ZIS), sementara itu

88 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 114.

Tamwil lahir dari untuk kegiatan bisnis produktif dan membantu sektor ekonomi menengah kebawah.89

Dalam temuan hasil konsep Baitul Maal yang dilihat dari perspektif sejarah pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Azis dapat dilihat bahwa Baitul Maal adalah institusi lembaga negara sebagai pengelolaan harta kekayaan negara yang bersumber dari Ummat yang tujuan akhirnya agar tercapai kesejahteraan masyarakat. Dari sudut pandang yang lain Baitul Maal saat ini dalam ruang lingkup kehidupan negara Indonesia dengan konteks diera khalifah Umar Bin Abdul Azis tentu memiliki perbedaan. Dalam UUD 1945 Pasal 1, Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang mana pemimpinnya adaalah seorang presiden sebagai kepala pemerintahan yang diangkat dengan sistem demokrasi. Dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oaleh para menterinya, hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 perihal pembentukan dan organisasi kementerian Negara untuk menjamin terselenggaranya tugas pemerintahan yang terdapat dalam Pasal 17. Jika melihat dari hal ini, pengaturan keuangan negara sektor publik memiliki perbedaan dengan masa Khalifah Umar Bin Abdul Azis yang walaupun saat ini Indonesia mempunyai populasi penduduk muslim terbesar didunia yaitu 87 persen terhadap total penduduk Indonesia.

Baitul Maal dalam konteks negara Indonesia yang merupakan mayoritas muslim dan mengacu pada sistem pemrintahan demokrasi, oleh karena itu peran

89 Novita Dewi Masyithoh,” Analisis Normatif Undang-Undang No 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Atas Status Badan Hukum dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)”, Jurnal Economica V, no. 2 (2014): h.18.

77

dan fungsinya terdapat perubahan dan regulasi pengelolaannya konsep Baitul Maal dimasa khalifah Umar Bin Abdul Azis. Dan untuk saat ini Baitul Maal (rumah harta) di Indonesia termasuk kedalam industri Keuangan Non-Bank (IKNB) atau Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang berfungsi hanya menerima dan mengelola titipan dana zakat, infak dan sedekah saja serta mengoptimalkan pendistribusiannya sesuai ketentuan syariah dan peraturan yang berlaku. Selain itu biasanya terdapat fungsi pengembangan harta dengan orientasi profit melalui Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta) yang didalamnya ada skema kerjasama kegiatan usaha bisnis berdasarkan akad syariah.

Dan jika kita menengok dalam sejarah kebelakang tonggak pendirian Baitul Mal Wa Tamwiil (BMT) di Indonesia berawal ketika didirikannya Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) pada tahun 1995 oleh ketua MUI, Ketua Umum ICMI dan Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia yang merupakan lembaga aktif yang mendorong pendirian BMT yang digagas oleh Lemabaga Keuangan Mikro Syariah. Maka dalam hal ini kegiatan BMT fokus pada masyarakat kelas bawah melalui pemeberian akses pembiayaan syariah. Disi lain, pengembangan BMT sebagai model pendukung branchless banking di Indonesia. Dan untuk fungsi BMT dalam pelaksanaannya terbagi 2, yaitu pengelolaan dan pendidribusian dana sosial filantropi seperti zakat, infaq, sedekah dan waqaf, semnatara itu dalam kegiatan yang beriorientasi profit dilakukan melalui sistem bagi hasil seperti mudhrabah, musyarakah, margin dalam jual beli (mudharabah, bai assalam, bai ishtisna) dan sistem sewa (ijarah).

Pada kelembagaan BMT di Indonesia,kita lihat berada dalam pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dalam hal ini hampir keseluruhan BMT berbadan hukum koperasi. Maka dari itu BMT dibawah naungan kementrian Koperasi dan UKM. Nah adanya dua aktivitas dalam BMT yaitu sosial dan komersial , maka dalam hal ini diperlukan pemisahan administrasi , pencatatan, dan pelaporan guna meningkatkan kepercayaan publik. Sealin itu peranan BMT di Indonesia memiliki peluang dalam hal pemberdayaan pada masyarakat kelas bawah yang dalam hal ini sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah.

Maka dari itu berdasarkan hasil analisa konsep dan prktik Baitul Maal Pada masa khalifah Umar Bin Abdul Azis kemudian dianalisis dalam konteks perkembangan eksistensi Baitul Maal atau dalam hal ini BMT di Indonesia maka didapati sebagai berikut :

Tabel 1.1

Perbedaan Praktik Baitul Maal Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Azis dalam Konteks di Indonesia

Perbedaan dari Segi Praktik Baitul Maal Umar Bin Abdul Azis

Kelembagaan Institusi Baitul Maal sebagai pihak (aljihat),

79

kesejahteraan sosial melalui penyaluran atau pendayahgunaan zakat serta tidak bertanggung

jawab terhadap

peneydiaan publik seperti pertahanan, infrastruktur, pembayaran gaji pegawai negeri dan lainnya.

Berdasarkan Tabel 1. Menunjukkan bahwa ada beberapa poin dalam praktik Baitul Maal pada masa Umar Bin Abdul Azis dan eksistensinya di Indonesia saat ini. Perbedaan pertama ditinjau dari sisi konsep Baitul Maal pada masa Umar Bin Abdul Azis merupakan lembaga keuangan negara yang berkaitan dengan pengelolaan pendapatan dan belanja negara, sedangkan untuk dalam konteks di Indonesia saat ini dibawah Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Dalam pengelolaan negara saat ini tentu saja memiliki perbedaan dalam pengelolaan keuangan negara yang lebih kompleks, artinya tidak sesederhana pengelolaan ketika zaman dahulu. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perumusan APBN Indonesia yang dimana harus memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah (DPR) RI. Selain itu poengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara tersebut harus menggunakan asumsi dasar ekonomi makro seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar,suku bunga,harga minyak dll.

Sejarah pengelolaan keuangan negara di Indonesia sudah ada sejak masa lampau. Setiap pemerintahan,mulai zaman kerajaan sampai sekarang memiliki pengelolaan keuangan untuk memastikan terlaksananya pembangunan dalam pemerintahannya. Taqiyuddin an-Nabani mengemukakan pendapatnya bahwa

81

fungsi Baitul Maal pada dasarnya sebagai tempat pengumpulan dan penyaluran anggaran negara lintas nasional akan tetapi pada konteks saat ini bahwa Baitul Maal berfungsi sebagai penyalur dan penggerak dana sosial lintas mikro. Selain itu konsep diatas memang menjadi pertimbangan untuk ditetapkan , mengingat dalam hal ini Indonesia bukan negara Islam, sehingga tidak bisa diterapkan sistem Islam secara sempurna seperti halnya Baitul Maal dapat menjadi pengelolaan keuangan negara secara nasional.

Dari segi yang lain konsep Baitul Maal di Indonesia saat ini sebagai lembaga penghimpun dana sosial keagamaan (Rumah Harta), seperti zakat, infaq dan sedekah serta menyalurkan sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist. Kedua perbedaan konsep Baitul Maal ini tentu akan memiliki perbedaan, dimana Baitul Maal pada masa Umar Bin Abdul Azis sebagai pihak (aljihat), badan atau lembaga yang menangani harta negara. Adapaun Baitul Maal dalam kontek di Indonesia saat ini berbentuk institusi Baitul Maal sebagai bagaian dari Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) yang merupakan lemabaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang dimana dengan payung hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) dan masuk dalam industri keuangan Non-Bank (IKNB) dibawah UU No.

1 tahun 2013.

Ketiga, berdasarkan peran dan fungsi Baitul Maal pada masa Umar Bin Abdul Azis memiliki peran penting dalam bidang keuangan, administrasi negara serta penyediaan kebutuhan publik. Selain itu Baitul Maal berfungsi dalam hal pengumpulan dan pendistribusian harta negara kepada masyarakat dan secara tidak langsung memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal negar Islam

dan Khalifah. Adapun peran dan fungsi Baitul Maal di Indonesia saat ini memiliki peran dalam membantu fungsi lembaga filantropi dalam pengumpulan dan pemanfaatan dana sosial seperti zakat,infaq dan sedekah bagi kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu Baitul Maal yang berfungsi sebagai bendahara negara pada konteks saat ini dalam perekonomian modern disebut Departemen Keuangan.

Keempat, disamping itu apabila dari sumber-sumber penerimaan negara pada Baitul Maal pada masa Khalifah Umar Bin Abdul Azis dengan pendapatan negara Indonesia saat ini berbeda antara lain adanya peranan instrumen filantropi atau dana sosial seperti zakat tidak menjadi sumber utama pendapatan negara, namun dikelola melalui Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sebagai lembaga zakat pemerintah independen non-struktural yang bertugas dalam meghimpun, pendistribusian,pendayahgunaan zakat serta dibantu Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebagai lembaga zakat swasta yang dikelola oleh masyarakat sipil yang melayani kepentingan publik dalam menghimpun dan menyalurkan dana umat berdasrkan UU No.23 Tahun 2011. Adapun sumber utama negara Indonesia adalah pajak yang berkontribusi besar terhadap pendapatan negara yakni pada tahun 2019 sebesar 82,5% dan sisanya dari penerimaan negara bukan pajak dan hibah.

Kelima, berdasarkan dari sisi jenis pengeluaran Baitul Maal pada masa Umar Bin Abdul Azis bertugas untuk mendistribusikan harta negara dalam rangka menyediakan kebutuhan publik atau kebutuhan dasar bagi masyarakat antara lain penyebaran Islam, gerakan pendidikan dan kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan,pembangunan infrastruktur,pembangunan armada perang dan

83

keamanan, serta penyediaan layanan kesejahteraan sosial. Sedangkan jenis pengeluaran Baitul Maal di Indonesia saat ini anatara lain sesuai dengan amanat peraturan UU No. 23 mengenai peneglolaan zakat artinya jenis pengeluaran Baitul Maal di Indonesia hanya fokus pada penyediaan layanan kesejahteraan sosial melalui penyaluran atau pendayahgunaan zakat serta tidak bertanggung jawab terhadap penyediaan kebutuhan publik seperti pertahanan,infrastruktur pembayaran gaji pegawai negeri lainnya, namun tetap berperan dalam membantu pemenuhan kebutuhan negara dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dokumen terkait