• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Baitul Maal Pada Masa Umar bin Abdul Aziz

Bab V Penutup yang mencangkup kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini jawaban dari permasalahan yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini

BAITUL MAAL DIERA UMAR BIN ABDUL AZIS

A. Kebijakan Baitul Maal Pada Masa Umar bin Abdul Aziz

Pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis, beliau kembali menerapkan ajaran Islam secara keseluruhan. Dalam hal ini begitu banyak pembenahan yang dilakukan dalam berbagai elemen kehiidupan masyarakatnya tanpa pandang bulu. Termasuk dalam hal urusan yang berkenaan dengan harta rakyat , maka dalam hal ini Umar bin Abdul Azis membenahi kembali berbagai aturan yang berkenaan dengan itu.58

Dalam pemerintahan Umar bin Abdul Azis (99-110 H/ 717-720 M) sangat berbanding terbalik dengan kebijkan-kebijakan yang sebelumnya ditempuh oleh para khalifah sebelum Umar bin Abdul Azis, yang dimana corak kepemimpinan khalifah Umar bin Abdul Azis adalah lebih diprioritaskan pada kesejahteraan masyarakatanya, sedangkan untuk khalifah sebelum kepemimpinan Umar bin Abdul Azis lebih mementingkan dan mempertahankan kekuasaannya.

Umar bin Abdul Azis dalam kepemimpinannya menghidupkan kembali fungsi Baitul Mal sebagaimana mestinya yaitu diberikan kepadaa yang berhak menerimanya serta diperuntukkan terhadap kepentingan masyarakata umum, karena pada kepemimpinan sebelumnya banyak didapati para pejabat yang berlepas diri dari tanggung jawab dan amanah yang diberikan, yaitu mereka

58 Firdaus, Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul Azis, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988) cet. 3, h. 169

cenderung berlepas diri dari kebenaran dan keadilan , serta selain itu sebagain juga meyalahgunakan harta baitul mal untuk memperkaya diri.

Dalam menjalankan amanah kepemimpinannya, Umar bin Abdul Azis sangat bersungguh-sungguh dalam menjalaninya, hal itu dapat dilihat dengnan nilai prinsip keadilan yang diterapkannya. Peristiwa ini tercermin ketika Umar bi Abdul Azis membelanjakan seluruh kekayaan baitul Mal di Irak untuk memberikan ganti rugi pada msyarakat setempat sebab mereka medapatkan perlakuan semena mena.

Umar biin Abdul Azis selama berkuasa , begitu banyak kebijakan yang ditegakkan dan imbas dari hal tersebut adalah terciptanya kesejahteraan rakyatnya pada masa itu, khususnya membawa angin segar pada Baitul Maal sebagai wadah pengelola harta umat. Dan hal ini jika suatu negara tidak menerapkan kebijakan dengan penuh keadilan dan keteraturan, maka negara negara tersebut tidak mencapai suatu kemakmuran.59

Dalam melakasanakan kebijakannya khususnya dalam Baitul Mal, maka dalam hal ini Umar bin Abdul Azis sangat memperhatikan sumber pemasukan Baitul Mal dan pengeluarannya , yang dimana betul betul harus sesuai dengan prinsip syariah .

Umar Bin Abdul Azis merupakan sosok yang betul betul menjunjung tinggi ajaran Islam, hal ini terbukti dalam kehidupan sehari-harinya menerapkan prinsip keadilan dan kebenaran yang dilandasi Al Qur’an dan Sunnah, dan hal ini kemudian di instruksikan pada bawahannya yang bermula pada lingkup

59 Firdaus, Kepemimpinan Khalifah Umar Bin Abdul Azis, h. 170

49

keluarganya,Istana dan para pejabatnya yang kemudian berimbas pada perubahan disetiap lini kehidupannya.

Maka langkah yang pertama ditempuh oleh Umar Bin Abdul Azis ketika diangkat menjadi khalifah yaitu mengumpulkan rakyatnya kemudian mengumumkan penegmbalian terhadap seluruh harta kekayaan diri maupun keluarga kerajaan yang tidak wajar pada kaum muslimin lewat Baitul Mal. Selama menjalankan pemeritahannya ia tidak menyentuh sepeser pun dari Baitul Mal yang sebenarnya bisa digunakan sebagaian untuk keperluan dinasnya dan hal itu juga disampaikan oleh Umar Bin Abdul Azis ke bawahannya untuk mengembalikan harta yang sumbernya dari sesuatu yang tidak sah.

Dalam menjalankan kebijkannya, Umar Bin Abdul Azis memberikan gaji pada para pejabat sebesar 300 dinar dan dilarang melakukan pekerjaan sampingan serta betul betul harus fokus pada amanah yang dijalankannya. Sementara itu pajak yang dikenakan kepada non muslim hanya untuk beberapa profesi, yaitu pedagang, petani dan tuan tanah.60

Lebih jauh lagi, dalam pemerintahannya Umar bin Abdul Azis menerapkan kebijakan ekonomi daerah. Yang mana dalam hal ini setiap wilayah Islam diberikan wewenang untuk mengelola Zakat dan Pajak secara mandiri dan bahkan pemrintah pusat akan memberikan subsidi kepada wilayah yang minim pendapatan zakat dan pajaknya.

60Khalil, Imaduddin, Umar Bin Abdul Azis; Perombak Wajah Pemerintahan, (Solo:

Pustaka Mantiq, 1992) cet. 1,h. 134

Maka dalam hal ini, wilayah yang dibawah kekuasaan Umar Bin Abdul Azis diberi wewenang untuk mengelola kekayaannya. Dalam pelaksanaannya, jika terdapat wilayah yang surplus, maka dalam hal ini Umar Bin Abdul Azis memerintahkan wilayah tersebut agar memberikan bantuan pada daerah yang minim pendapatannya. Pada masa Umar Bin Abdul Azis Baitul Mal bersumber dari pendapatan negara dengan mekanime keuangannya bersumber dari Al- Qur’an dan Hadits.

Adapun sumber-sumber pemasukan dalam menopang Baitul Mal pada masa Umar Bin Abdul Azis berasal dari :

1. Zakat. Pada dasarnya Zakat secara bahasa memiliki arti berkembang yang mengacu pada akar kata al-nama dan al-ziyadah yang bermakna pertumbuhan dan pertambahan61. Sedangkan menurut istilah syara, zakatmemiliki dua makna tersebut. Oleh karenanya dengan mengeluarkan zakat menjadi sebab timbulnya keberkahan dan pertumbuhan pada hartanya.

Zakat merupakan ibadah wajib yang dilaksanakan oleh para muzakki. Oleh karena itu zakat menjadi penopang dalam perekonomian dan memiliki banyak fungsi atau peran yang diantaranya sebagai instrumen distribusi kekayaan diantara manusia , selain itu zakat berperan juga sebagai asuransi sosial dan sebagai jaminan sosial62.

2. Ghanimah (harta rampasan perang) merupakan harta hasil rampasan orang-orang Islam dari tentara lawan (kafir) dengan cara peperangan.

61 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam Sejarah Konsep Instrumen Negara dan Pasar, h.

67.

62 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam Sejarah Konsep Instrumen Negara dan Pasar, h.

73.

51

Adapun yang termasuk dalam harta rampasan ini adalah tanah, tawanan perang, dan harta yang bisa dipindahkan seperti dirham, pedang, kuda, dan sebagainya, termasuk juga makanan dan minuman.

3. Harta-harta lain yang diwajibkan kepada manusia (dharibah). Dharibah merupakan sesuatu yang pemerintah wajibkan atas harta dari orang-orang atas harta pokoknya/modalnya. Dalam pemrintahan Umar Bin Abdul Azis Dharibah yang diwajibkan adalah pajak kafir zimmi (jizyah), pajak (kharaj)dan sepersepuluh (ushr), namun diawal pemerinthan Umar Bin Abdul Azis , beliau meniadakan pajak tanah karena kondisi ekonomi belum kodusif diawal pemerintahan dan barulah diadakan pajak ini setelah kondisi perekonomian Umar Bin Abdul Azis Membaik.

Harta-harta Baitul Mal ini tidak hanya disalurkan secara adil namun dikembangkan juga dalam penyaluran dan pembiayaan demi keperluan pembangunan sarana dan prasarana umum. Bahkan Baitul mal juga dipakai untuk membiayai penerjemahan buku-buku kekayaan intelektual Yunani kuno. Disinilah tahap inteltual Islam bermula dan berada pada tahap kesejahteraan rakyatnya, serta memberikan dampak kesejahteraan terhadap masyarakat yang bukan hanya pada aspek meteri saja, namun juga bagi aspek spiritual. Hal ini terjadi karena kebijkan fiskal yang digunakan dalam Bitul Mal mengarah pada pencapain tujuan syari’at , yaitu kesejahteraan dengan tetap pada orientasi keimananan dalam kehidupan intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan.

Dalam mencapai bangsa yang adil dan meluaskan peran Baitul Mal , maka Khalifah Umar Bin Abdul Azis menetapkan jaminan sosial sebagai landasan

pokoknya. Baginya hak seorang yang telah meninggal dunia tidak akan hilang karena akan diberikan kepada ahli warisnya. Begitupula hak para tahananan, hal itu berlaku secara menyeluruh, tanpa membeda-bedakan apakah ia seorang muslim atau bukan.

Umar dalam kebijakannya menggunakan cara tersendiri dalam memberikan jaminan kemasyarakatan, jaminan-jaminan ini ditujukan pada semuanya tanpa pilih kasih, pria,wanita, anak-anak,fakir,jompo,sakit dan juga kaum musafir.

Dalam hal ini juga ia medirikan rumah makan khusus untuk para fakir miskin sementara itu, jika ada kelbihan harta setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan kaum muslimin, pendapatan Baitul Mal di distribusikan pada orang-orang dzimmi, dan tidak hanya itu , kaum dzimmi juga diberikan pinjaman tanah-tanah pertanian sebagai lahan pencaharian mereka.

Pada masa kepemimpinan Umar Bin Abdul Azis memprioritaskan pembangunan dalam negeri, menurutnya memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan negeri-negeri Islam adalah lebih baik daripada menambah perluasan wilayah. Dalam hal ini pula , Umar menjaga relasi yang baik pada pihak oposisi dan memberikan hak kebebasan beribadah kepada penganut agama lain.

Untuk mencapai semua itu, maka Umar bin Abdul Azis memberlakukan satu cara dan tata tertib terbuka, yaitu berasal dari penrimaan zakat dn pengelolaannya. Dalam kepemimpinannya , menjadikan setiap wilayah memiliki wewenang mengelola pajak dan zakat, Umar selaku pemerintah pusat bertugas mengontrol kebijakan didaerah agar berjalan dengan baik. Selain itu Umar

53

memberikan ruang kepada rakyatanya untuk memberikan masukan terkait kebijakan yang dilaksanakan ini.

Masing-masing wilayah diberikan wewenang penuh untuk mengelola kekayaan masing-masing dan adapun untuk yang daerah yang berlebih, maka Umar memerintahkan untuk mendistribusikan pada wilayah atau yang memerlukan. Umar Bin Abdul Azis dalam melaksanakan kebijakannya sangat begitu sigap dan beliau tak pernah henti dalam memantau kebijakan yang berlaku dibawah semua wilayahnya dan dimana daerah yang kekurangan akan diberikan bantuan dan penyelesaian terhadap masalah didaerah itu.

Dalam melaksanakan berbagai kebijakan, maka dalam hal ini Umar Bin Abdul Azis mengendepankan untuk melindungi dan meningkatkan kemakmuran taraf hidup masyarakat secara menyeluruh. Pelaksanaan kebijakannya betul-betul memberikan dampak nyata bagi rakyatanya, diantaranya ia mengurangi pungutan beban pajak dari golongan Nasrani, menghapus pajak bagi kaum Muslimin, membuat atuaran takaran dan timbangan, membasmi bea cukai dan kerja paksa, memperbaiki tanah pertanian, melakukan penggalian sumur-sumur, pembuatan jalan-jalan, pembangunan tempat meninap para musafir dan fakir miskin.

Maka dari itu melihat pengelolaan ekonomi diera Umar Bin Abdul Azis melalui Baitul Mal, dalam hal ini kita dapati bahwa Umat Islam mencapai kesejahteraan (falah) yang sesungguhnya. Pencapaian ini tentunya merupakan hasil dari kebijakan dan kesepakatan Islam yang demikian dalam terhadap persaudaraan dan keadilan. Kesejahteraan dan kemakmuran yang diraihnya hanya bersifat materi atau kepuasan fisik, namun dalam hal ini juga akan terpenuhinya

kebutuhan yang bersifat spiritual sebagai modal utama dalam membangun kehidupan masyarakat.

Pencapaian kesejahteraan dan kemajuan Umat Islam pada masa kekuasaan Umar Bin Abdul Azis tidak luput dari kebijkan fiskal yang ditempuh Umar Bin Abdul Azis yang beriorentasi untuk mengurusi dan melayani Umat. Dari berbagai kebijakan yang diterapkan di Baitul Mal , seperti jizyah,kharaj, dan usyr merupakan kebijakan ekonomi yag tidak terlalu berat bagi rakyatnya. Sebab dalam pemerintahan sebelumnya kita melihat saat negara dalam kondisi kritis, namun diera Umar Bin Abdul Azis maka rakyatanya tidak dikenakan pajak bagi kaum Muslimin dan sebalikya juga negara akan menyantuni mereka dari harta di Baitul Mal. Disamping itu Baitul Mal juga telah mennjadi solusi dalam menyelsaikan problematika ekonomi dimasa Umar Bin Abduk Azis melalui Mekanisme pendistribusian harta dan jasa ditengah msyarakatnya secara adail.

Karena dimasa-masa kepemimpinn sebelumnya banyak problematika terkait pendistribusian harta Baitul Mal yang tidak adil dan merata serta ini yang mengakibatkan kemerosotan ekonomi masyarakatnya pada saat itu yang diidentikkan dengan adanya kesenjangan anatara yang kaya dan miskin.

Dokumen terkait