• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAHAMAN PASAR KERAJINAN TANGAN DI KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMAHAMAN PASAR KERAJINAN TANGAN DI KLATEN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

19 BAB II

PEMAHAMAN PASAR KERAJINAN TANGAN DI KLATEN DENGAN METODE DESAIN ARSITEKTUR METAFORA

A. PEMAHAMAN PASAR 1. Definisi

Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan jasa. Di pasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Menurut William J. Stanton (1993:92) pasar dapat didefinisikan sebagai berikut : Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk

Menurut Kotler & Amstrong (2008, p7), pasar adalah seperangkat aktual dan potensial pembeli dari sebuah produk.

Pasar merupakan sebuah perwujudan kegiatan ekonomi yang telah melembaga serta tempat bertemunya antara produsen (pedagang) dan konsumen (pembeli) untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk yang menurut kelas mutu pelayanan menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dan menurut pendistribusiannya dapat digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakan/

grosir (Yogi, 2000).

Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang- orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat. Kegiatan ini merupakan bagian dari perekonomian. Ini adalah pengaturan yang memungkinkan pembeli dan penjual untuk item pertukaran.(Wikipedia.com)

(2)

commit to user

20 2. Jenis-jenis Pasar

Pasar dapat diklasifikasikan berdasarkan kegiatan dan pelayanan yaitu sifat kegiatan dan jenis dagangan, ruang lingkup pelayanan, dan waktu kegiatan. Adapun klasifikasi pasar sebagai berikut (Perda No.3 Tahun 2009).

a. Penggolongan Pasar secara Umum 1) Pasar Homogen

Pasar yang menual hanya satu jenis barang dagangan saja, misalnya pasar buah dan pasar ikan

2) Pasar Heterogen

Pasar yang menjual lebih dari satu jenis barang dangangan, seperti hasil pertanian dan kebutuhan sehari-hari

b. Pasar menurut Bentuk Kegiatannya

Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 adalah sebagai berikut.

1) Pasar Nyata

Pasar nyata adalah pasar dimana barang-barang yang akan diperjual belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.

2) Pasar Abstrak

Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.

c. Pasar menurut Cara Transaksinya

Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan 2 adalah sebagai berikut.

1) Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secar langsung.

Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok. Contoh pasar terapung.

(3)

commit to user

21 2) Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan denganm layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya

d. Pasar menurut Waktu Kegiatannya 1) Pasar siang hari

2) Pasar malam hari 3) Pasar siang malam

e. Pasar menurut Jenis Barang Dagangannya

1) Pasar umum, mencakup berbagai jenis barang dagangan.

2) Pasar khusus, mencakup satu jenis barang dagangan tertentu.

f. Pasar menurut Keleluasaan Distribusi

Menurut keluasaan distribusinya barang yang dijual pasar dapat dibedakan menjadi :

1) Pasar Lokal 2) Pasar Daerah 3) Pasar Nasional dan 4) Pasar Internasional g. Pasar menurut Organisasinya

1) Pasar Sempurna

Pasar yang penjual dan pembelinya benar-benar mengetahui keadaan pasar dengan sempurna tentang jenis barang, kualitas dan harganya. Barang yang diprjualbelikan dalam pasar persaingan sempurna homogen (sejenis).

Selain itu, baik penjual ataupun pembeli tidak bebas menentukan harga, karena harga ditentukan oleh kekuatan pasar.

2) Pasar Tidak Sempurna

Pasar yang penjual dan pembelinya tidak benar-benar mengetahui keadaan pasar dengan sempurna tentang jenis barang, kualitas dan harganya, contoh: pasar buku bekas, pasar sepeda motor bekas, dll

(4)

commit to user

22 Dalam pasar persaingan tidak sempurna, para penjual maupun pembeli mempunyai kebebasan dalam menentukan harga dan jumlah barang yang akan diperjualbelikan. Dalam hal ini berarti pembeli dan penjual dapat memengaruhi harga. Jenis dan kualitas barang yang diperdagangkan pada pasar ini bersifat heterogen. Pasar persaingan tidak sempurna dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a) Pasar monopoli dan monopsoni

Pasar monopoli adalah pasar yang hanya terdapat satu penjual untuk suatu jenis barang tertentu. Pasar monopsoni adalah pasar yang dikuasai oleh seorang pembeli untuk suatu jenis barang dan jasa,dan juga bersifat mendunia.

b) Pasar persaingan monopolistis

Dalam pasar ini terdapat banyak penjual dan pembeli. Penjual bisa melakukan monopoli karena keistimewaan produk masing-masing.

Pembeli bebas menentukan pilihannya dalam berbelanja. Jadi, pasar ini ada unsur persaingan dan monopoli.

c) Pasar oligoponi dan oligopsoni

Pasar oligopoli adalah pasar yang hanya ada beberapa penjual.

Istilah beberapa penjual iniumlah penjual tidak terlalu banyak sehingga pengaruh penjual sangat kecil, dan tidak ada penjual yang berkuasa segala-galanya. Adapun Oligopsoni merupakan jenis pasar yang hanya ada beberapa pembeli

B. PEMAHAMAN KERAJINAN TANGAN 1. Definisi Kerajinan Tangan

Kerajinan Tangan merupakan ungkapan yang diambil dari kata kerajinan.

Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang.

(5)

commit to user

23 Kerajinan telah ada sejak dulu dan merupakan usaha produktif dan kreatif yang tumbuh dan berkembang atas dorongan naluri manusia untuk memiliki alat dan barang yang diperlukan bagi perlindungan diri dalam melangsungkan dan memperjuangkan hidupnya, maupun atas dorongan aktualisasi diri untuk menciptakan karsa dan karya didalam hidupnya. Akibat perkembangan jaman, dengan dipengaruhi oleh peningkatan ilmu pengetahuan, teknologi serta perpaduan budaya, perkembangan transportasi dan komunikasi, menjadikan produk kerajinan bukan hanya sbagai alat kebutuhan sehari-hari tetapi menjadi produk yang bernilai seni tinggi dengan kualitas yang lebi baik.

Kerajinan tangan juga disebut sebagai sebagai Kria, memiliki beragam definisi sebagai berikut:

- Kerajinan tangan atau Kria dapat didefinisikan sebagai proses pembuatan, yang objeknya dihasilkan dengan tangan, dengan menggunakan alat alat tertentu dan memerlukan keahlian tertentu (Pye, 1968, the Nature and Art of Workmanship dalam ICCROM, 2001).

- Karakter kria dapat dikenali melalui tipe produk kerajinan tertentu, yang umumnya merupakan objek objek penting dan fungsional.

- Kria tidak dapat dipisahkan dari media, sehingga karakternya selalu dikaitkan dengan bahan dan teknologi pembuatan/manufaktur.

Dalam konteks produk kria

diartikan sebagai seni yang berbasis komunitas, dari rakyat dan untuk rakyat dengan karakteristik berikut ini (ICCROM, 2001):

- umumnya dikerjakan oleh pengrajin yang anonim, - merupakan pekerjaan tangan,

- diproduksi dengan jumlah besar, - relatif tidak mahal,

- digunakan secara massal,

- fungsional, untuk kehidupan sehari hari,

- representasi daerah, tempat kria tersebut diproduksi.

(6)

commit to user

24 Merujuk pada definisi definisi tersebut, kerajinan tangan bukan hanya sekedar kerajinan maupun proses pembuatannya tetapi lebih dari itu, kria berakar pada latar belakang suatu komunitas, misalnya struktur masyarakat, nilai nilai sosial budaya, dan sejarah. Lebih lanjut, kria dapat dirinci sebagai suatu proses (keahlian dan pengetahuan, proses pembelajaran, proses ekonomi, dan proses kreatif), memiliki dimensi yang signifikan (dimensi sosial, religius, dan budaya) serta memiliki keterkaitan dengan ruang dan lingkungan secara dinamis.

2. Peran Kerajinan Tangan

a. Kerajinan Tangan sebagai Keahlian dan Pengetahuan

Kria membutuhkan kemampuan tingkat tinggi dalam mengkoordinasikan gerakan tangan (karena sebagian besar pembuatannya dilakukan secara manual), yang terkait dengan pengendalian motorik seseorang. Seorang pengrajin umumnya memiliki intelejensi kinetik tinggi yang dimanifestasikan dalam keahlian (skill) mengolah kria. Kria juga merupakan suatu pengetahuan (tacit knowledge) yang tidak saja bersifat personal, tetapi juga yang diturunkan atau diwarisi melalui institusi dan komunitas. Karakter ini menunjukkan kompleksitas kria, terkait pada lingkungan yang lebih luas, yaitu komunitas.

b. Kerajinan Tangan sebagai Proses Pembelajaran

Menguasai proses pembuatan kria membutuhkan waktu yang panjang, mungkin bertahun tahun. Keahlian umumnya diwarisi secara tradisional dan pembelajarannya dimulai sejak masa kanak kanak atau remaja. Hal ini menunjukkan bahwa menguasai pembuatan kria lebih bermakna pada keberlangsungan suatu tradisi, yang kemudian dapat mendorong kreativitas individu.

dengan

penjelasan verbal atau kata kata. Pewarisan keahlian kria terkait dengan hubungan dekat secara personal, misalnya dari orang tua ke anak, atau dari seseorang yang sudah ahli kepada seseorang yang belum ahli.

Aspek lain dari proses pembelajaran, di beberapa tempat, pembuatan kria terkait dengan jender. Pada kasus tertentu, ibu ibu yang memproduksi kria untuk konsumsi rumah tangga, melakukan pembuatan kria secara informal di

(7)

commit to user

25 rumah mereka. Proses pembuatan tersebut diamati dan kemudian diikuti atau diimitasi oleh anggota keluarga (perempuan) lainnya. Kasus lain, proses pembelajaran kria juga dapat dilakukan secara formal, di luar rumah, misalnya bapak bapak yang memproduksi kria sebagai benda komersial.

c. Kerajinan Tangan sebagai Proses Ekonomi

Kria yang dapat memberikan manfaat ekonomi secara signifikan sangat bervariasi, tergantung pada budaya dan tipe kria yang dihasilkan. Walau demikian, menurut Persatuan Bangsa Bangsa, lebih dari 90% perempuan di negara berkembang menggantungkan hidupnya pada kegiatan [profesi]

kerajinan sepanjang tahun (www.craftscenter.org). Di tahun 1980an, negara negara Dunia Ketiga mengekspor kria ke pusat pusat industri dengan nilai lebih dari 1 milyar USD (ICCROM, 2001).

Terkait dengan proses ekonomi, kegiatan kria di beberapa tempat, khususnya komunitas perdesaan, dilakukan secara musiman sebagai bagian dari ritual budaya. Objek yang dihasilkan seringkali dikonsumsi secara perorangan, keluarga atau dalam lingkup komunitas dan etnik tertentu. Bahan diperoleh dengan membeli atau membuat sendiri. Dalam kasus lainnya, pembuatan kria adalah kegiatan atau profesi purnawaktu (full time) dengan tujuan komersial.

Benda yang dihasilkan dapat berkontribusi untuk kebutuhan komunitas lokal atau diperjualbelikan di area yang lebih luas.

d. Kerajinan Tangan sebagai Proses Kreatif

Kria adalah kegiatan kreasi, membuat sesuatu, suatu aspek yang berkontribusi pada signifikansi religius dalam beragam budaya. Produk kria merupakan tangible heritage, yang terkait dengan nilai intangible. Konsep kreativitas seringkali diasosiasikan dengan orisinalitas dan kontribusi individu yang beragam bergantung pada tempat dan waktu. Kria sebagai proses kreatif menghadapi dua hal yang dianggap bertentantangan, yaitu orisinalitas individu yang dimulai dari pembuatan konsep, desain, dan pelaksanaan serta karya kria yang anonim dan dikerjakan secara berkelompok.

(8)

commit to user

26 e. Dimensi Sosial Kerajinan Tangan

Pembuatan kerajinan tangan dapat memiliki peran signifikan secara sosial.

Bila kegiatan tersebut bersifat musiman, seluruh komunitas [desa] umumnya terlibat. Mereka bekerja sama dengan pembagian tugas menurut umur, jender, dan keahlian. Etnik, klan, atau keluarga tertentu, dapat diasosiasikan dengan keahlian kria yang spesifik. Meski keahlian ini diturunkan dari generasi ke generasi, namun perubahan dapat terjadi seiring dengan kemampuan pekerja/pengrajin dan perubahan cara pikir. Di lingkungan perkotaan, organisasi untuk menjamin standar produk, mengendalikan proses dan melindungi hak hak pengrajin.

f. Dimensi Religius Kerajinan Tangan

Pembuatan kria, dari sisi pembuat maupun masyarakat luas, dapat berdimensi religius. Sebagai kegiatan kreasi atau menghasilkan sesuatu, kria dapat dipersepsikan sebagai pekerjaan sakral. Membuat pedang (keris, kujang, dsb.) bagi komunitas tertentu adalah kegiatan suci. Kesakralan umumnya ditunjukkan melalui ritual pensucian alat alat dan aktor pembuat kria. Pekerjaan atau kegiatan ini umumnya terintegrasi dengan tugas sosial/religius yang mengikutsertakan seluruh komunitas dalam upacara atau ritual keagamaan.

g. Dimensi Budaya Kerajinan Tangan

Merujuk pada penjelasan penjelasan sebelumnya, kria memiliki peran penting dalam membentuk identitas dan budaya beragam kelompok, baik secara etnik/suku, nasional, dan regional (antar negara). Dimensi budaya dalam pembuatan kria antara lain:

- Kerajinan tangan terkait dengan cara manusia hidup, yang berasosiasi pada produk yang dibutuhkan dengan bahan yang tersedia. Misalnya, komunitas pegunungan, petani, dan nelayan memiliki kria yang secara spesifik berbeda.

- Produk Kerajinan tangan umumnya sangat spesifik, bersifat lokal, terkait dengan tempat diproduksi. Sebagian hal ini mungkin terjadi karena ketersediaan bahan dan kebutuhan khusus, tetapi juga karena produk tersebut ditujukan untuk mengekspresikan identitas tertentu. Hal ini

(9)

commit to user

27 umumnya ditunjukkan melalui produk fashion, seperti ragam hias bordir Tasikmalaya.

h. Keterkaitan Kerajinan Tangan dengan Ruang dan Lingkungan

Kerajinan tangan melibatkan para pengrajin dan proses pembuatannya dalam hubungan yang erat dengan ruang yang berupa lingkungan alam maupun binaan. Kria yang berbasis perdesaan, umumnya menggunakan bahan lokal, seperti tumbuhan, tanah liat, kayu, dan bahan alam lainnya, serta produk hewani seperti wool, tulang, dan kulit. Hal ini menunjukkan bahwa pengrajin sangat familiar dengan bahan sehingga produk kria yang dihasilkan dapat diperbaiki dengan mudah oleh dan dengan sumber daya lokal. Produksi kria dalam hal ini, bergantung pada musim panen (bahan yang digunakan) dan mungkin terkait dengan manajemen lahan secara tradisional, yang menciptakan . Produk kria umumnya digunakan dalam lingkungan khusus dengan keunikan lokal. Pembuatan kria di di beberapa tempat, umumnya di perkotaan dicerminkan dalam struktur lingkungan binaan dan organisasi ruang, baik dalam bangunan (misalnya galeri) dan permukiman sebagai keseluruhan. Organisasi ruang ini berasosiasi dengan hubungan sosial penduduk. Struktur kota yang membagi ruang tempat bekerja dan hunian terkait dengan kelompok kerja (gilda) kria. Umumnya, pusat kota mewadahi tempat pertukaran uang dan penyimpanan barang, sedangkan para pengrajin tinggal berkelompok di daerah sekitarnya. Struktur seperti ini memungkinkan terjadinya aktivitas yang overlapping dan integrasi berbagai fungsi.

3. Jenis-jenis Seni Kerajinan di Nusantara

a. Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain.

b. Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.

(10)

commit to user

28 c. Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain.

Contohnya mebel, relief dan lain-lain.

d. Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.

e. Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.

f. Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.

4. Teknik dan Bahan Karya Seni Kerajinan

Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kerajinan tangan yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.

a. Teknik cor (cetak tuang)

Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.

Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:

1) Teknik Tuang Berulang (Bivalve)

Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.

(11)

commit to user

29 2) Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)

Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya.

Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.

Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.

b. Teknik Ukir

Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.

Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga.

Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.

Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:

1) Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.

(12)

commit to user

30 2) Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan

berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.

3) Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.

4) Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.

5) Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.

c. Teknik Anyam

Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.

d. Teknik Tenun

Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain

e. Teknik membentuk

Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.

(Sumber : Bastomi, Suwadji. 2000. Seni Kriya Seni. Semarang: UNNES Press.)

(13)

commit to user

31 C. PEMAHAMAN PASAR KERAJINAN

1. Definisi Pasar Kerajinan Tangan

Pasar kerajinan tangan adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana menjual produk/barang kerajinan yang dibuat dengan tangan dan alat-alat tertentu yang membutuhkan keahlian untuk orang-orang dengan imbalan uang

2. Esensi Aspek Rancang Bangun Pasar Kerajinan

Pasar kerajinan tangan merupakan sebuah wadah yang mampu mengenalkan, mengakrabkan, melestarikan dan melindungi warisan budaya agar tidak punah dan dilupakan oleh masyarakat. Selain itu pasar kerajinan tangan juga dapat dijadikan sebagai ajang untuk mematenkan hak cipta potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut agar tidak diklaim atau dicuri oleh daerah atau negara lain.

3. Preseden Pasar Kerajinan Tangan a. Pasar Sukawati

Pasar Seni Sukawati terletak di desa Sukawati, kecamatan Sukawati kabupaten Gianyar, 18 km dari ibukota Denpasar Bali dan dapat ditempuh dalam waktu kira kira 30 menit menggunakan kendaraan bermotor, 30 km dari kawasan Kuta dan kurang lebih 90 menit perjalanan dari bandara Ngurah Rai Bali.

Pasar Sukawati sudah ada sejak lama namun baru di era tahun 80 an pasar ini menjual dan memasarkan produk kerajinan tangan yang menjadi ciri

Gambar II.1. Suasana Pasar Sukowati Sumber : Bali Wisata Murah

(14)

commit to user

32 khas Bali, sampai saat ini Pasar Seni Sukawati masih menjadi salah satu pilihan yang menarik sebagai objek wisata belanja yang ada di Bali.

Di Pasar Seni Sukawati terdapat berbagai bentuk karya seni, kerajinan tangan unik dan menarik yang dijual dan dipasarkan seperti : lukisan, baju Barong, sarung/kain pantai, patung patung, tas, dompet, payung, sandal, bed cover, kalung dan berbagai bentuk kerajinan tangan lainnya.

Pasar Seni Sukawati buka dari jam 8 pagi sampai jam 6 sore, sebelum mereka memulai beraktifitas terlebih dulu bersembahyang. Setiap hari pasar ini selalu ramai dikunjungi oleh berbagai lapisan masyarakat, juga para wisatawan yang bertujuan berbelanja dan membeli kerajinan khas Bali untuk di jadikan sebagai koleksi, souvenir dan cindra mata baik buat diri sendiri, saudara, keluarga, teman dan kolega. Pasar Seni Sukawati tutup saat Hari Raya Nyepi dan Galungan.

Di Pasar Seni Sukawati ini juga berlaku tawar menawar dalam transaksi jual beli seperti halnya pasar seni atau pasar tradisional lainnya.

Dalam hal ini kita tidak pernah tahu berapa harga yang pasti karena setiap pembeli mendapatkan harga yang berbeda.

b. Pasar Seni Gabusan, Bantul

Pasar Seni Gabusan. Pasar yang berlokasi di Jalan Parangtritis km 9 ini selama 2 tahun terakhir telah menjadi pusat jual beli kerajinan dari seluruh Bantul. Bukan sekedar pasar, Gabusan juga dilengkapi dengan fasilitas lain,

Gambar II.2. Gerbang masuk kawasan Pasar Seni Gabusan, Bantul

Sumber : halojogja.com

(15)

commit to user

33 seperti tempat jajan, akses teknologi informasi hingga toko kebutuhan sehari- hari.

Sejak awal dibangun, Gabusan dirancang untuk membuka akses pengrajin ke pasar internasional. Karenanya, tak seperti pasar lain, desain pasar yang menampung sekitar 444 pengrajin ini juga bertaraf internasional.

Perancangan bangunan pasar ini tak hanya melibatkan arsitek dalam negeri saja, tetapi juga mancanegara, tentu dengan menonjolkan arsitektur lokal.

Terbagi dalam 16 los, Gabusan menjual kerajinan dari ragam bahan dasar, mulai dari kulit, logam, kayu, tanah liat hingga eceng gondok.

Tiba di kawasan Pasar seni Gabusan, anda akan disapa oleh gerbang yang didesain sangat menarik. Di gerbang itu, tersedia resto yang akan memanjakan lidah, tempat penyebrangan dan ramp. Bersantap di resto itu, selain menikmati lezatnya hidangan anda juga dapat melihat pemandangan seluruh kawasan Gabusan dari atas. Tak jauh dari wilayah itu, terdapat ruko sebagai pusat informasi sekaligus tempat pelayanan kebutuhan wisatawan.

Desain ruko itu sengaja dibuat artistik sehingga memiliki daya tarik tersendiri.

Memasuki los pertama, anda dapat menikmati kerajinan tas yang terbuat dari bahan semacam rotan. Anyaman tas yang sangat rapi memberi kesan kuat dan paduan kain sebagai aksesori akan menjadi nilai tambah yang berarti.

Ragam desain tas yang unik sekaligus elegan menjadikannya multifungsi dan bisa dipakai kemana pun. Jenis kerajinan lain yang terdapat di los itu adalah kotak yang terbuat dari anyaman bambu. Meski sederhana secara desain maupun fungsinya, kotak itu tetap memiliki keunikan, apalagi tersedia dalam ragam warna cerah.

Bila hendak berbelanja hiasan di meja ruang tamu berupa tempat lilin, anda dapat mengunjungi los delapan. Bermacam tempat lilin dari berbagai bahan dasar ada di kios-kios los tersebut. Terdapat tempat lilin yang berbentuk seperti mangkuk kecil berwarna coklat dengan hiasan tali di sekelilingnya.

Ada pula tempat lilin yang dibuat dari bambu yang dibelah beberapa sisinya sehingga digunakan sebagai bagian kaki dengan hiasan berupa tali juga.

(16)

commit to user

34 Selain memiliki fungsi sebagai wadah lilin sumber penerang, tentu desain yang cantik akan memikat tamu anda di rumah.

Masih berkisar soal hiasan rumah, di los enam dapat dijumpai variasi topeng menarik. Beberapa topeng berbahan dasar kulit ditatah dengan sangat bagus dengan warna menarik. Selain itu, bila senang dengan tanaman hias buatan seperti bunga kayu, tentu guci-guci yang terdapat di los 13 sangat memikat. Terbuat dari bahan kayu maupun tanah liat, biasanya permukaan luar guci tersebut dihiasi oleh motif-motif tertentu. Jika kurang menyukai yang bermotif, tersedia guci yang permukaannya polos dengan desain yang tidak kalah menarik.

Pernak-pernik kecil yang fungsional bagi anda maupun keluarga juga terdapat di pasar ini. Tentu dengan desain yang lebih artistik sehingga memiliki nilai tambah di samping fungsi utamanya. Sebuah pigura, misalnya, banyak yang didesain menarik meski dengan bentuk yang standar. Ada yang bagian pinggirnya dihiasi motif tertentu, misalnya motif seperti naga, sehingga semakin mempercantik. Pernik lain seperti tempat pensil juga terdapat dalam berbagai variasi. Ada sebuah tempat pensil yang berbentuk orang sedang duduk dengan hiasan rambut berwarna putih di bagian kepalanya, sementara lubang tempat pensilnya terdapat di bagian depan. Akan lebih banyak lagi pernak-pernik hasil kreatifitas warga Bantul yang dapat dijumpai, seperti baki (alat penyaji minuman) dengan desainnya yang beragam.

Sebuah pusat informasi yang terdapat di ruko yang terletak di kawasan ini akan membantu anda mencari produk kerajinan yang diinginkan. Di pusat informasi itu, anda bisa melihat detail produk beserta harga dan di kios mana memesan. Terhubung dengan jaringan internet, adanya pusat informasi ini sekaligus memberi petunjuk bagia anda bahwa semua barang yang tersedia di Pasar Seni Gabusan bisa dipesan secara online. Secara bertahap, pusat informasi maupun Pasar Seni Gabusan akan menampung 8015 unit kerajinan yang ada di seantero Bantul.

(17)

commit to user

35 c. Jabar Craft Center (JCC)

Gedung Jabar Craft Center adalah Pusat Promosi dan Informasi produk- produk kerajinan Jawa Barat di Gedung JCC ini ditampilkan berbagai macam produk kerajinan hasil karya para perajin dan seniman yang berasal dari seluruh Kabupaten / Kota di Jawa Barat, serta produk yang dihasilkan oleh maestro Jawa Barat.

Gedung Jabar Craft Center terdiri dari 3 lantai dengan fasilitas sebagai berikut : a) Lantai Dasar :

kerajinan jawa barat ; mengenai Dekranasda / Kota.

display produk kerajinan unggulan dari 25 Kabupaten / Kota di Jawa Barat.

Produk kerajinan yang ditampilkan meliputi produk berbahan baku kayu, bambu, rotan, mendong, akar wangi, tanah liat, logam batu aji dan lain sebagainya.

Dengen bentuk produk seperti miniatur pesawat terbang, miniatur perahu, miniatur alat-alat musik, border, batik tulis, anyaman mendong, kerajinan tempurung kelapa, golok hias, wayang golek, aneka macam tas, kayu solder, gerabah / keramik hias, vas bungan, aneka macam boneka, kerajinan rotan, topeng hias, kaligrafi, lukisan kaca, peti hias, bola, puzzle, mainan edukatif, kerajinan tanduk, jam dinding, lampu gentur serta aneka macam kerajinan kreatif lainnya.

Gambar II.3. Pintu masuk gedung Jabar Craft Center Sumber : google.com

(18)

commit to user

36

b) Lantai satu :

egular

kerajinan, buku, booklet, leaflet dan lain-lain

c) Lantai 2 :

Jawa Barat

sound sistem, infokus dan AC

Manfaat yang dapat diambil dari kunjungan ke JCC antara lain : - Sebagai area wisata belanja maupun pendidikan :

-16.00 WIB kecuali hari libur nasional.

Bandung 116 Jawa Barat

layani penjualan produk kerajinan baik kerajinan baik langsung maupun pesanan.

(19)

commit to user

37 masyarakat umum.

- Informasi lengkap mengenai produk kerajinan Jawa Barat. Digedung JCC ini ditampilkan berbagai macam produk kerajinan Jawa Barat lengkap dengan data produk dan data perajinnya.

- Sarana promosi yang sangat tepat bagi pengembangan usaha kerajinan, serta sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan wawasan bagi kalangan pelajar dan mahasiswa dalam mempelajari seni budaya daerah Jawa Barat.

D. PEMAHAMAN ARSITEKTUR METAFORA 1. Pemahaman arsitektur metafora

Metafora berasal dari bahasa latin methapherein (metha berarti melewati, pherein berarti membawa) merupakan gaya bahasa yang menjelaskan sesuatu melalui persamaan dan perbandingan, dengan pemakaian kata-kata yang bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai persamaan dan perbandingan. Di awal tahun 1970-an, arsitektur dikaitkan dengan gaya bahasa cara metafora. Masyarakat mempunyai pandangan tertentu terhadap bentuk bangunan yang dilihat dan diamatinya, dengan cenderung membandingkan bangunan yang diamati dengan bangunan atau benda lain.

(Jenks, Charles, 20th Century in Architecture, Evaluationary Tree).

Menurut Jenks, awalnya seni bangunan mengalami suatu pengan alogian bentuk, berkembang karena kejenuhan terhadap arsitektur modern. Analogi metafora berkembang bersamaan terjadinya arsitektur post modern yang merupakan bentuk bangunan dengan prinsip skalatis, serba terukur sesuai kebutuhan manusia, dan kurang beradaptasi dengan lingkungan alamnya. (Broadbent, Geoffrey. Sigm, Symbol, and Architecture. New York : John Willey & Sous Ltd. 1980).

Dalam sebuah buku Architecture as Metaphor, dijelaskan bahwa

other words, is a form of communication, and this communication is conditioned to take place without common rules because it t (Katarani, Kojin. 1995. Architecture as methapor. Cambridge : MIT Press, halaman 127) yang berarti bahwa arsitektur dapat dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi yang selalu terkait dengan hal-hal lain di luar dirinya. Sebagai suatu bentuk komunikasi,

(20)

commit to user

38 arsitektur sering dikaitkan dengan suatu sistem bahasa. Dengan pemahaman bahwa arsitektur sering sekali dipahami sebagai suatu sistem bahasa yang menyampaikan makna tertentu, maka metafora juga menjadi suatu hal yang sering dipakai sebagai pendekatan mendesain arsitektur, terutama dalam proses menemukan bentuk gometrinya.

Pendekatan metafora dalam mendesain biasanya dilakukan dengan analogi. Dalam mencari bentuk arsitektur ketika merancang, tidak jarang kita akan menggunakan bentuk analogi dari sebuah benda untuk diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk arsitektur. Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut. Metode ini dilakukan dengan mengambil

kemudian, bentuk arsitektural yang muncul melambangkan makna yang dikenakan padanya tersebut. Dengan melalui proses ini, metafora seolah memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut.

Poetic of Architecture mendefinisikan metafora sebagai suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain metafora menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain. Terdapat tiga kategori dari metafora, yakni sebagai berikut:

a. Intangible Metaphor (metafora yang tidak diraba)

Merupakan metafora abstak, yang tidak dapat dilihat dan hanya dapat dirasakan.

Yang termasuk dalam metafora abstrak misalnya suatu konsep,sebuah ide, kondisi manusia atau kualitas-kualitas khusus, seperti individual, naturalistis, komunitas, tradisi dan budaya.

b. Tangible Metaphors (metafora yang dapat diraba)

Merupakan metafora yang nyata dan dapat dilihat sekaligus dirasakan dari suatu karakter visual atau material.

(21)

commit to user

39 c. Combined Metaphors (penggabungan antara keduanya)

Merupakan metafora dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagaiunsur-unsur awal dan visualisasi, serta menjadi pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.

Kegunaan arsitektur metafora sebagai suatu cara atau metode perwujudan kreativitas arsitektural, yakni untuk memungkinkan melihat suatu karya arsitektur dari sudut pandang lain, mempengaruhi untuk timbulnya berbagai intrepetasi pengamat, mempengaruhi pengertian yang sebelumnya dianggap belum dimengerti atau belum ada pengertiannya, dan dapat menghasilkan arsitektural yang lebih ekspresif.

2. Analogi bentuk metafora

Meski banyak definisi tentang metafora, umumnya metafora dapat didekatkan dengan pengertian berikut. Pertama, metafora ialah teknik untuk mentransfer subjek atau deskripsi sesuatu menjadi sesuatu yang lain, bisa keseluruhan atau sebagian saja dari unsur-unsurnya.Dalam hal ini metaforaberupaya untuk menemukan unsur-unsur dari suatu subjek, kemudian ditransfer ke unsur-unsur subjek yang lain. Kedua, metafora berupaya untuk melihat subjek sebagai atau menjadi suatu subjek yang lain.

Pendek kata, metafora berarti suatu analogi. Ketiga, metafora juga merupakan usaha untuk mempertukarkan fokus tertentu pada suatu subjek kepada subjek yang lain, berdasarkan suatu hasil penelitian atau penemuan tertentu. (Anthony C. Antoniades (1990). Poetics of architecture; Theory of design. New York: Van Nostrand Reinhold).

Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa analogi dalam metafora digunakan untuk mengkomunikasikan bentuk yang dimetaforakan/dibandingkan.

Menurut Goffrey Broadbent, bentuk penganalogian metafora dalam arsitektur terbagi menjadi 4 macam, yakni sebagai berikut.

a. Analogi romantik, ciri pokoknya bersifat mengembang serta dapat mendatangkan tanggapan emosional dalam diri pengamat. Analogi romantik dilakukan melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan dan melakukan asosiasi rujukan pada alam, melalui bentuk rona, proses alami, tempat eksotis, dan bentuk-bentuk primitif lainnya.

(22)

commit to user

40 b. Analogi lingustik, menyampaikan informasi pandangan suatu bangunan dengan salah satu cara berikut, melalui metode tata bahasa, ekspresionis, dan semiotik.

Melalui metode tata bahasa, arsitektur dianggap terdiri dari unsur kata yang ditata menurut aturan tata bahasa dan sinteksis, memungkinkan masyarakat dalam suatu kebudayaan tertentu cepat memahami dan menaksir apa yang disampaikan bangunan. Dengan metode ekspresionis, bangunan dianggap sebagai wahana arsitek mengungkapkan sikapnya terhadap proyek bangunan. Sedangkan metode semiotik merupakan bentuk penafsiran yang menggunakan tanda-tanda pada sebuah karya arsitektur, yang merupakan tanda penyampaian informasi mengenai bangunan sebenarnya, fungsi, serta tujuan keberaadaannya.

c. Analogi benda hidup, menjelaskan bahwa arsitektur dari teori alam menciptakan suatu bentuk dan fungsi bangunan. Suatu objek mulanya melihat bentuk dari gejala alam, misalnya dari makhluk hidup. Seperti misalnya sarang laba-laba yang dapat mengilhami bentuk struktur kabel, kulit telur yang menjadi landasan awal dari struktur shell, dan akar pohon yang menimbulkan pemahaman bahwa bangunan tidak mampu berdiri tanpa pondasi.

d. Analogi benda mati, menjelaskan bahwa perbandingan pada bentuk arsitektur tidak harus selalu berwujud benda hidup, misalnya folded plate yang diilhami dari lipatan kertas alas obat nyamuk bakar, atau tenda yang dapat menginspirasi struktur membran roof dan struktur tensile.

3. Contoh bangunan berarsitektur metafora a. Intangible methapor (metafora abstrak)

Gambar II.4.Nagoya City Art Museum

Sumber:

http://zakeff.students.uii.ac.id/

2009/04/27/metafora-dalam- arsitektur/

(23)

commit to user

41 Keabstrakan metafora pada bangunan, tampak pada unsur sejarah

dan budaya yang teraplikasikan melalui bentuk ruang yang diciptakan antara alam dan buatan, masa lalu dan masa depan. Fungsi bangunan sendiri merupakan museum, sehingga pendekatan arsitektur yang digunakan oleh sang arsitek, yakni intangiblemetaphor, berusaha menampakkan fungsi bangunan tersebut, sebagai museum yang mengungkapkan sejarah dan budaya di dalamnya.

b. Tangible metaphor (metafora konkret)

Gambar II.5. Lyon-Satolas TGV Sumber:

http://zakeff.students.uii.ac.id/2009/04/27 /metafora-dalam-arsitektur/

Kiasan objek benda nyata teraplikasi pada bangunan, melalui bentuk seekor burung. Hampir empat puluh meter baja tinggi dan struktur beton mengacu pada metafora dari burung besar dengan sayap tersebar.

Bagian depan bangunan diolah runcing menyerupai paruh, dan sisinya pun diolah menyerupai sayap burung. Bentuk dipilih yang ekspresif tapi mudah dipahami dengan citra yang bisa langsung diasosiasikan dengan lingkungan sekitar ketika dilihat baik melalui darat maupun udara.

(24)

commit to user

42 Bentuk tersebut melambangkan ide dari penerbangan itu sendiri,

karakter dari pemandangan gunung dan perwujudan gagasan yang tinggi. Lyon-Satolas TGV (Train a Grande Vitesse) merupakan stasiun kereta super cepat TGV sekaligus bandara internasional di kota Lyon, Prancis. Kekuatan ekspresi bangunan ini membuat fasilitas ini menjadi atraksi pariwisata tersendiri.

c. Combinated metaphor (metafora kombinasi)

Gambar II.6.EX Plaza Indonesia Sumber:

http://zakeff.students.uii.ac.id/2009/04/27/

metafora-dalam-arsitektur/

Unsur kombinasi metafora bangunan, tampak pada bentuk geometri bangunan yang terdiri dari lima buah kotak dengan posisi miring.

Intangible metaphor, tampak pada bentuk geometri yang merupakan gaya kinetik dengan tampilan secara visual, melalui ekspresi mobil- mobil yang bergerak dengan kecepatan tinggi, dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Tangible metaphor teraplikasi melalui bentuk kolom penyangga yang diibaratkan sebagai ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal. Perpaduan gaya kinetik (objek abstrak) dan ban-ban mobil (konkret) inilah yang menghasilkan metafora kombinasi.

(25)

commit to user

43 4. Preseden Arsitektur Metafora pada Bangunan

a. Guggenheim Museum, Bilboa, Spanyol (Frank O Gehry)

Guggehheim Museum merupakan karya Gehry yang spektakuler dan most exciting

best building of the century

para pengamat arsitektur seperti Philip Johnson .yang menganggap bahwa karya greatest building of our time

merupakan pemenang sayembara senilai US$ 100 Juta, yang diselenggarakan oleh Guggenheim Foundation dan Pemerintahan Basque untuk merevitalisasi Bilbao.

Bukan hanya fasilitas saja yang dioperasikan oleh Guggenheim Foundation, tapi juga koleksi-koleksi Guggenheim yang dipamerkan di Berlin, Bilbao, dan Venesia. Sejarah Guggenheim Bilbao adalah bagian dari suatu cerita besar yang melibatkan transformasi Bilbao dari sebuah kota pelabuhan industri menjadi suatu pusat kosmopolitan dengan ekonomi post-industri yang berorientasi pada turisme, budaya, dan industri jasa. Kemunduran ekonomi pada tahun 70-an dan 80-an dalam bidang industri dan sektor maritim Bilbao memaksa kota ini untuk membentuk ulang jati dirinya sendiri pada tahun 1990-an. Fasilitas-fasilitas pelabuhan, yang sebelumnya terletak di sepanjang sungai Nervión dekat dengan pusat kota, kini dipindahkan ke arah hilir dan lebih mendekati pantai Biscay.

Perpindahan ini memungkinkan kota untuk menjadikan kembali lahan pada lokasi bekas pelabuhan ini bagi perkembangan baru.

Guggenheim Gehry, pusat seluruh upaya pembaruan urban, telah menciptakan Bilbao sebagai sebuah tujuan ziarah bagi siapa pun yang tertarik

Gambar II.7 : Guggenheim Museum, Spanyol (Sumber : http://www.greatbuildings.com )

(26)

commit to user

44 akan arsitektur kontemporer. Bilbao mengalami peningkatan 5 kali lipat dalam bidang turisme sejak Guggenheim dibuka dan hasil survey mengindikasikan bahwa 80 persen pengunjung Bilbao kini dengan jelas datang untuk mengunjungi museum. Pengaruh finansial terhadap ekonomi lokal bertambah besar dan kota pun mampu mengganti biaya investasi proyek tersebut dalam waktu kurang daru dua tahun.

Kalau Guggenheim karya Frank L. Wright di New York merupakan karya arsitektur yang mengindikasikan penyatuan dengan alam (organik), sedangkan Guggenheim Gehry bagai suatu tiang berkilau dari pola yang terbentuk secara eksentrik dan nampak dalam keadaan hampir melayang. Sebuah bangunan yang muncul dari gagasan eksentrik dan imajinatif dengan sentuhan tanngan profesional seorang arsitek yang memiliki visi jauh ke depan.

Bangunan yang berdiri diatas lahan segitiga seluas 32.700 m2, berada di selatan tepi sungai Nervion, Bilboa yang menjadi daerah komersial , industri perkapalan dan jalan dagang. Terdiri dari serangkaian massa yang memiliki sebuah fokus berupa atrium di pusatna dengan skala monumental. Sebentuk massa scluptural berlapiskan titanium dengan bentuk lengkung dan putaran pada sisi sungai, menyatukan keseluruhan dalam sebuah komposisi arsitektur. Sebagian

sebuah menara berlapis limestone pada bagian yang berhadapan dengan kota.

Bangunan ini dikelilingi oleh serangkaian plazza dan selasar yang dapat diakses langsung dari jalur transportasi ditambah adanya sebuah taman air yang sejajar dengan sungai.

Eksterior Guggenheim Museum dengan bagian sculptural yang berlapis titanium dan limestone. Kehadirannya di Bilbao dianggap cocok karena daerah itu merupakan penghasil bijih besi dan Spanyol terkenal dengan batu alamnya.

(27)

commit to user

45

Konsep metaforik

Gehry menyatakan sebuah ekspresi yang mewakili latar belakang budayanya, dimana dunia semakin sibuk dan waktu terasa semakin cepat memburu. Suasana hiruk pikuk tersebut adalah sebuah ide yang melatarbelakangi karyanya baik dalam bidang arsitektur maupun seni. Hal tersebut dianggap sebagai suatu kontekstualitas terhadap kondisi masyarakat era yang semakin

sering diambil dikarenakan Gehry menyukai bentuk dan pergerakan ikan dalam air dan bekas yang ditinggalkannya dapat dijadikan ide rancangannya.

Analisis Ekspresi Metaforik

Bentuk metafora yang ada dalam bangunan Gugenham Museum ini -

pergerakan seekor ikan di dalam air dipindahkan ke dalam ekspresi ruang tiga dimensi. Kesan konsep tersebut dipetakan kedalam kesan sebuah bangunan museum. Melalui kehadiran kedua ide pemberangkatan metaforik tersebut, maka kategori metafora yang diterapkan merupakan kategori metafora kombinasi Lipatan-lipatan yang rumit, sebuah ide yang

mengedepankan sculpture dan komposisi dibanding program ruang. Tekstur eksterior yang berlapis titanium yang menyerupai sisik ikan, imajinasi Gehry yang kuat

Guggenheim Museum dalam keadaan hampir melayang. Perpaduan antara daya imajinasi dan profesionalisme Gehry dalam arsitektur dan seni. Makna yang ditimbulkannya dipresepsi berbeda oleh pengamat, seperti konsep pluralitas yang tidak menginginkan makna tunggal.

Gambar II.8 : Lipatan-lipatan Guggenheim Museum, Spanyol

(Sumber : http://www.greatbuildings.com)

Gambar II.9 : Perspektif Guggenheim Museum, Spanyol

(Sumber : http://www.greatbuildings.com)

(28)

commit to user

46 -

menunjuk objek visual.

Ekspresi garis-garis abstrak yang dimunculkan Gehry dalam desain Guggenheim merupakan ekspresi yang dinamis, aktif dan hidup dengan garis- garis lengkung, bersudut yang bermunculan di setiap sisi bangunannya. Ekspresi

sebuah sebuah bangunan museum yang mengundang imajinasi orang akan kedua konsep tersebut pada desainnya.

Makna literal museum yaitu fungsi sebagai fasilitas kebudayaan tentu berbeda dngan makna sekunder yang ditimbulkan. Makna lain muncul dalam pemikiran pemakai bangunan yang mencari kategorisasi bentuk untuk pemahamannya.

Karakteristik ruang dalam karya Gehry adalah :

a. Bentuk bentuk tidak stabil, tekstur permukaan dan kombinasi warna melalui komposisi lengkungan dan putaran ke kiri, kanan, atas dan bawah. Pemakaian bahan titanium serta limestone, warna metal dikombinasikan dengan warna kecoklatan batu alam.

b. Bentuk tegas, bidang bersudut, diagonal yang dapat dilihat dari ruang ruang interior maupun bentuk secara keseluruhan yang scluptural tersebut.

Gambar II.10: Ekspresi Garis Guggenheim Museum, Spanyol (Sumber : http://www.greatbuildings.com)

(29)

commit to user

47 c. Materila solid berupa batu, logam dan kayu dengan tekstur kasar alami bahan terlihat jelas mendominasi penampilan bangunan sehingga menampilkan kesan dinamisnya suasana.

mat arsitektur, Dennis Dollens, terlihat dari liukkan bangunan sebagaimana ikan bergerak dalam air, lempengan titanium juga seakan membentuk sisik ikan. Karya Gehry ini ternata menimbulkan bermacam pemahaman yang berbeda yang membuatnya menjadi sebuah karya yang kaya dan kuat. Ekspresi informal dan implisit pada Guggenheum-Bilboa Museum tersebut tidak membawa pemahamn tunggal akan fungsi dari museum kepada orang yang melihat dan mengunjungi.

b. Museum Of Fruit Jepang

Salah satu perancang yang menggunakan konsep metafora dalam perancangannya adalah Itsuko Hasegawa melalui karyanya yaitu museum of fruit di Yamanashi,Jepang. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan greenhouse dengan material baja dan kaca. Berlokasi sekitar 30 km dari gunung fuji. Museum of Fruit berada pada salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia.

Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah. Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari

Gambar II.11 : Plan Yamanashi fruits museum (Sumber : GA document, Itsuko Hasegawa (2008))

(30)

commit to user

48 baja yang berbentuk pipa. Dimensi typikal adalah 40 meter dengan bentang 20 meter.

Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu fruit plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar pada sebuah lahan.

Kehadiran metafora terlihat pada tata massa dan bangunan museum of fruit.

Pada bangunan ini sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan museum of fruit ini merupakan perumpamaan arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah dan bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, akan tetapi juga sifat-sifatnya.

c. Museum Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam

Di Indonesia, penggunaan metode metafora pernah digunakan M.Ridwan Kamil dalam merancang Museum Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam.

museum sebagai rumah panggung yang dapat menyelamatkan diri para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi Tsunami.

Gambar II.12 : Massa Bangunan Yamanashi fruits museum (Sumber : GA document, Itsuko Hasegawa (2008))

(31)

commit to user

49

Eksterior bangunan terutama dekoratif kulit luar bangunan terinspirasi dari salah satu gerakan yang ada dalam tari saman, sehingga penerapan beberapa konten lokal pada bangunan ini menjadi nilai tambah tersendiri dan biasa berbaur dengan mudah dengan lingkungan masyarakat aceh.

Ketika akan masuk kedalam bangunan kita akan menemukan sebuah jalan yang berbentuk lorong sempit dan sedikit cahaya, dikiri kanan terdapan air yang jatuh dari atas serta terdengan suara gemuruh dan gemericiknya yang membuat suasana mencekam untuk dapat membayangkan bagaimana suasana saat terjadinya tsunami, lorong sempit ini disebut dengan tsunami Passage.

Gambar II.13 : Perspektif Museum Tsunami Aceh

(Sumber : wisata.kompasiana.com)

Gambar II.14 : Fasade Museum Tsunami Aceh

(Sumber : wisata.kompasiana.com)

Gambar II. 15: Dekoratif Kulit Luar Bangunan yang Terinspirasi Tari Saman

(Sumber : wisata.kompasiana.com)

(32)

commit to user

50 Setelah melalui lorong ini kita akan mendapati sebuah ruangan dibagian bawah tanah yang di sebut sebagai Memorial hall, inilah para pengunjung bisa melihat photo-photo peristiwa tsunami melalui media digital secara lebih tersentuh dengan konsep rancangan interior ruang yang bersahaja dan pencahayaan melalui lobang-lobang cahaya di bagian atas ruangan yang merupakan lobang cahaya alami dari bagian kolam diatasnya. Tsunami Passage dan Memorial Hall merupakan area yang disebut dengan Space of Memory .

Setelah melewati Space of Memory kita akan menemukan Space of Hope yang terdiri dari dua bagian yaitu Blessing Chamber dan Atrium of hope, Blessing Chamber merupakan sebuah ruangan yang bentuknya seperti sumur atau cerobang, kalau dilihat dari luar bangunan terlihat seperti cerobang asap kapal laut.

pada dinding di dalam ruangan ini kita akan menemukan nama-ama para korban tsunami 26 desember 2004 yang ditempatkan melingkar mengikuti lingkaran dinding bagunan, dan bibagian atas yang semakin mengecil terdapat sky light yang diberi ornamen arsitektural berupa tulisan Allah dalam bahasa Arab sehingga memasukkan cahaya dari atas seolah-olah Allah hadir dalam kesedihan yang hadapi oleh masyarakat aceh, ruangan ini memiliki makna bahwa disetiap musibah yang dihadapi oleh kita sebagai manusia kita jangan pernah takut karena Allah akan senantiasa menyertai kita.

Gambar II.16 : Akses masuk brupa lorong sempit dengan aliran air disekelilingnnya

(Sumber : wisata.kompasiana.com)

(33)

commit to user

51

Atrium of Hope merupakan sebuah jembatan yaang melintasi atrium bangunan yang besar memiliki makna bahwa didepan masyarakat aceh masih terdapan jalan yang panjang dan harapan yang terbuka luas untuk digapai, ketika melewati jembatan ini kita akan merasa lega kembali.

Selanjutnya barulah para pengunjung bisa menemukan banyak ruang- ruang lain dilantai 2 dan 3 yang menyajikan lebih banyak dokumentasi kejadian gempabumi dan tsunami 26 desember 2004, diantaranya ada ruang photo yang menyajikan dukumentasi dua dimensi, ada miniatur keadaan saat terjadinya

Gambar II. 17 : Blessing Chamber (Sumber : wisata.kompasiana.com)

Gambar II.18 : Atrium of Hope (Sumber : wisata.kompasiana.com)

Gambar II.19: Atrium of Hope Tampak Atas (Sumber : wisata.kompasiana.com)

(34)

commit to user

52 tsunami, saksi bisu berupa barang bekas tsunami, bioskop, dan ruang-ruang lain sebagai sarana pengetahuan dan pendidikan seperti ruang simulasi gempa, dan ruang peraga struktur bangunan saat terjadinya gempa.

Di dalamnya juga menceritakan dan mengajak kita untuk merasakan suasana

perasaan pengunjung dengan luasan yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water wall) seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dalam dasar laut yang amat dalam. Lalu masuk ke dalam galeri pertama yang memuat data- data tentang Tsunami. Ruangan ini terletak di bawah reflecting pool dari public park yang dimiliki oleh museum Tsunami ini. Ruangan ini memberikan kesan suram dimana pengunjung seakan-akan berada benar-benar di dasar laut. Dengan penggunaan langit-langit kaca membuat cahaya temaram dari atas yaitu reflecting tadi menambah kesan dramatis pada ruang ini. Pada perjalanan terakhir dihadapkan pada ruangan yang menampilkan nama-nama korban Tsunami yang ditulis pada dinding yang berebntuk silinder yang menjulang ke atas. Pada puncaknya terdapat kaligrafi Allah yang berpendar dan ini ditujukan untuk menambah kesan sakral. Ini bermakna bahwa akhir perjalanan manusia berada pada tangan Tuhan dan tidak ada yang dapat menghindar dari kematian.

E. ARSITEKTUR METAFORA SEBAGAI METODE DESAIN PASAR KERAJINAN TANGAN DI KLATEN

Pasar merupakan suatu bangunan komersil yang didalamnya digunakan untuk aktifitas jual-beli. Sesuai dengan jenisnya, bangunan komersil dirancang dan direncanakan untuk mendatangkan keuntungan bagi penggunanya. Atas dasar pemikiran tersebut, dalam merencanakan dan merancang sebuah bangunan komersil, dalam hal ini adalah pasar, maka perlu mempertimbangkan beberapa aspek, seperti:

1. Karakter/ citra (brand image) 2. Nilai ekonomis bangunan 3. Lokasi strategis

4. Prinsip keamanan bangunan 5. Prinsip kenyamanan bangunan

(35)

commit to user

53 6. Kebutuhan jangka panjang

7. Kondisi, potensi dan karakter kawasan 8. Kondisi sosial budaya masyarakat 9. Perkembangan teknologi

(Marlina, 2007, Panduan Perancangan Bangunan Komersil)

Pasar merupakan sebuah bangunan komersil/ tempat perbelanjaan yang memiliki daya tarik tersendiri dan mudah diingat oleh warga kota tersebut. Tempat ini biasanya terletak dijalan utama dan pusat kota sehingga dapat menimbulkan image baru pada sebuah kota. Begitu pula dengan Pasar kerajinan Tangan, yang didalamnya menjual barang-barang kerajinan tangan harus memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menarik dan mendatangkan pengunjung agar menimbulkan kesan dan juga mudah diingat bagi yang melihat.

Arsitektur Metafora menurut Charles Jenks: sebagai kiasan atau ungkapan bentuk, yang di wujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya.

Metafora merupakan sebuah metode desain yang mampu memfasilitasi pencapaian tujuan dari pasar kerajinan tangan dengan ungkapan bentuk objek metafora yang dipilih sehingga tujuan dari objek rancang bangun tidak hanya tervisualisasi secara nyata tetapi juga menimbulkan tanggapan dan makna tersendiri bagi orang yang menikmati pasar kerajinan tangan.

Dari pemahaman antara bangunan pasar yang merupakan bangunan komersil yang menuntut untuk memiliki sebuah tampilan yang menarik bagi pengunjung dan pemahaman arsitektur metafora yang mengharapkan pengamat dapat timbul suatu kesan/

tanggapan maka dari masing-masing pemahaman memiliki sinergi dan saling melengkapi. Untuk itu dalam perencanaan dan perancangan pasar kerajinan tangan ini menggunakan arsitektur metafora sebagai metode desainnya agar tujuan dari dirancangnya obyek rancang bangun dapat tercapai.

Metafora yang digunakan mengadopsi bentuk dari salah satu produk kerajinan tangan lokal Klaten yaitu kerajinan Payung Juwiring. Alasan pemilihan Payung Juwiring sebagai metafora antara lain:

(36)

commit to user

54 1. Kerajinan ini muncul pada masa sebelum perang kemerdekaan dan mengalami

masa kejayaan tahun 1960-1970an.

2. Payung Juwiring menjadi tumpuan hidup bagi kebanyakan warga di desa Kwarasan, Tanjung, Kenaiban.

3. Produk Payung Juwiring masih mendapat kepercayaan dari keraton Solo dan Jogjakarta serta Bali untuk upacara-upacara adat.

4. Payung Juwiring sudah terkenal dan diekspor hingga ke mancanegara seperti:

Spanyol, Italia, Amerika Serikat, Belanda, dan negara-negara lain.

5. Juwiring sudah dikenal sebagai daerah penghasil payung hias yang khas dari Klaten sejak zaman dahulu.

6. Banyak pengrajn dan generasi penerus beralih profesi menjadi petani, pengrajin sangkar burung dan pedagang. Hal ini dikhawatirkan warisan budaya yang sudah turun-temurun ini akan punah sehingga perlu dilestarikan.

7. Payung Juwiring bersama kerajinan Lurik telah dinobatkan sebagai kerajinan khas Klaten sehingga dibuat tari kreasi baru yang bernama tari Luyung (Lurik dan Payung) yang berasal dari kabupaten Klaten

8. Payung berfungsi sebagai pelindung.

9. Payung bermakna sebagai perlambang kebesaran atau menunjukkan derajat seseorang.

Gambar II.20. Kerajinan Payung Juwiring yang dibuat dengan bahan kertas dan bambu dibuat secara manual, dihias dengan motif dan warna yang menarik. Payung memiliki makna melindungi yang sesuai dengan tujuan dari Pasar Kerajinan Tangan yang direncanakan yaitu untuk melindungi dan melestarikan warisan budaya.

Sumber : blog Prista Fantasia

(37)

commit to user

55 Metafora yang akan diterapkan dengan mengadopsi dari bentuk payung nantinya adalah metafora kombinasi(combine metaphor) dari tangible metaphor dan intangible metaphor:

- Tangible metaphor : mengadopsi dari bentuk payung kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk bangunan.

- Intangible methaphor: mengadopsi dari pengertian dan makna dari payung juwiring kemudian mengambil kata kunci dari makna tersebut dan disesuaikan dengan karakter dan teori arsitektur yang ada kemudian diwujudkan kedalam desain.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti tertarik mengambil topik ini karena dari tujuh desa yang ada di kecamatan Ambulu Desa Karanganyar merupakan salah satu desa

judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio , Non Performing Loan , BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Swasta Nasional

manusia melakukan pekerjaan, ternyata memberikan dampak yang kurang baik untuk manusia.

Hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Jika metode pembelajaran Think Pair and Share (TPS) diterapkan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Fiqih materi kegiatan

Pada kelompok infeksi, pemberian mengkudu dosis 300 mgkgBB -1 menyebabkan penurunan jumlah neutrofil sebesar 1.63% dibandingkan dengan kontrol positif kelompok infeksi

*) Harga bahan pabrikan dalam penawaran yang lebih rendah dari harga pasar wajib melampirkan dukungan toko/agen yang melayani dan harga tersebut berlaku untuk umum dan dalam

Kepala Madrasah Mengajak Bawahan dalam Meningkatkan Mutu Madrasah di MTsN 1 Tulungagung dan MTsN Bandung Tulungagung ... Implikasi Teoritis

Juga menggunakan waktu rata-rata antara kegagalan ( mean time between failures / MTBF ), yaitu waktu yang diharapkan di antara perbaikan dan kegagalan komponen, mesin, proses,