BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Perusahaan
PT NS BlueScope Lysaght Indonesia merupakan Perusahaan Milik Asing (PMA) yang bergerak dalam bidang industri manufaktur pembuatan bahan konstruksi baja yang berlokasi di kawasan industri MM2100, Cibitung, Jawa Barat. PT NS BlueScope Lysaght Indonesia ini berdiri sejak tahun 1973 di Indonesia. PT NS BlueScope Lysaght Indonesia merupakan perusahaan milik asing yang memproduksi dan memasok produk penutup atap dan dinding lapis baja dan berwarna dengan merk LYSAGHT. Pusat dari PT NS BlueScope Lysaght terdapat di Chester Hill, Australia.
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
PT NS BlueScope Lysaght Indonesia merupakan perusahaan industri manufaktur yang memproduksi bahan konstruksi baja ringan untuk kebutuhan bahan-bahan bangunan.
Kebijakan yang dipilih oleh PT NS BlueScope Lysaght Indonesia dalam melaksanakan proses pembuatan dan perakitan produk adalah berdasarkan adanya pesanan dari pihak konsumen atau pelanggan (Assemble to order). Sehingga produk yang dihasilkan
7
oleh PT NS BlueScope Lysaght Indonesia ini disesuaikan dengan permintaan konsumen atau pemesan.
2.3 Pengertian Produksi dan Manufaktur
Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa : “ Produksi adalah proses mengeluarkan hasil.” Dapat penulis uraikan, bahwa definisi produksi adalah suatu proses dimana terdapat kegiatan pengolahan bahan mentah ataupun disebut bahan baku (input), dengan serangkaian tahapan-tahapan untuk menghasilkan produk (output), yang lebih bernilai maknanya. Sedang pengertian dari produk itu sendiri adalah hasil akhir dari proses pengolahan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu : “ Produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambahkan gunanya atau nilainya dalam proses produksi dan menjadi hasil akhir dari proses produksi itu.“Sistem produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi modern selalu melibatkan komponen structural dan fungsional. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen structural yang membangun sistem produksi itu.
2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/ atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.
8
3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.
Pengertian manufaktur tidak berbeda jauh dengan pengertian prodiksi diatas, yang membedakan kedua kalau produksi ditekankan pada proses pengolahan dari barang mentah menjadi barang jadi. Sedangkan manufaktur ditekankan pada kelompok perusahaan yang mengolah dari bahan baku menjadi barang jadi. Seperti disebutkan dalam Buku Besar Bahasa Indonesia, bahwa manufaktur adalah : “manufaktur adalah proses produksi yang mengubah bentuk barangbarang“. Oliver Wight dan Goerge Plossl, konsultan, diakui mengembangkan konsep MRP (Manufaktur Resource Planning) di luar area manufaktur sehingga dapat meliputi seluruh perusahaan.Hasilnya disebut MRP II, dan kepanjangan huruf-huruf tersebut telah diubah menjadi Manufakturing Resource Plannning.
Sistem MRP II mengintegrasikan semua proses didalam manufaktur yang berhubungan dengan manajemen material. MRP II juga berhubungan dengan subsistem lain yang mendukung pada proses produksi sebuah produk, MRP II dapat menyediakan informasi bagi sistem informasi eksekutif dan bagi system informasi fungsional lain.
Konsep dari sistem Manufacturing Resource Planning (MRP II), adalah sebuah system yang mengintegrasikan semua system-sistem yang berhubungan dengan proses manufaktur pada sebuah perusahaan. Sistem-sistem tersebut terintegrasi melalui jaringan kerja atau kebutuhan dari semua bagian-bagian dalam suatu perusahaan tersebut pada sebuah data yang dihasilkan oleh bagian-bagian tersebut. Mulai dari jenis produk apa yang
9
dibutuhkan oleh pasar (konsumen), berapa peramalan permintaannya, perencanaan produksinya, kebutuhan akan materialnya, sampai proses administrasi dari sebuah perusahaan. Sistem MRP II juga merencanakan sistem akuntansi dan keuangan, yang memberikan sumbangan terhadap terjadinya proses produksi pada sebuah perusahaan.
Untuk lebih memahami dari system Manufacturing Resource Planning (MRP II), dibawah ini akan digambarkan struktur dari system tersebut. (Oliver, R. L. (1980).
2.4 Sistem Informasi Manufaktur
Sistem Informasi Manufaktur (SIMa) termasuk dalam kerangka kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) secara keseluruhan. SIMa lebih menekankan kepada proses produksi yang terjadi dalam sebuah lantai produksi, mulai dari input bahan mentah hingga output barang jadi, dengan mempertimbangkan semua proses yang terjadi.
2.4.1 Input
Data Internal perusahaan merupakan data intern sistem keseluruhan yang mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna. Data ini meliputi sumber daya manusia (SDM), material, mesin, dan hal lainnya yang mendukung proses secara keseluruhan seperti transportasi, spesifikasi kualitas material, frekuensi perawatan, dan lain-lain.
Data Eksternal perusahaan merupakan data yang berasal dari luar perusahaan (environment) yang mendukung proses pengolahan data menjadi informasi yang berguna.
Contoh data eksternal adalah data pemasok (supplier), kebijakan pemerintah tentang UMR, listrik, dll.
Data-data ini biasanya berguna untuk perhitungan cost dalam manufaktur mulai dari awal hingga akhir proses. Data awal ini dapat diperoleh sejak awal perusahaan berdiri
10
maupun pada saat proses produksi berlangsung, kemudian data-data yang diperlukan didokumentasikan ke dalam sebuah database. Namun, apakah kita bisa mendefinisikan data apa saja yang perlu kita catat ke dalam sebuah database?
Oleh karena abstrak dan banyaknya data yang harus didokumentasi, maka kita harusbisa mendefinisikan tujuan akhir dari informasi yang hendak kita buat.Pihak manajemen puncak (eksekutif) harus memberikan pedoman kepada pihak manajemen informasi untuk membuat sebuah sistem informasi yang dikehendaki. Setelah itu, pihak manajemen informasi dapat memutuskan untuk mengumpulkan data yang seperti apa untuk dapat menghasilkan informasi seperti yang diharapkan oleh pihak eksekutif.
2.4.2 Proses
Proses pengolahan data menjadi informasi selalu diidentikkan dengan Database Management System (DBMS). DBMS ini identik dengan manajemen data, dimana datayang ada harus dijamin akurasi, kemutakhiran, keamanan, dan ketersediaannya bagipemakai.
Kegiatan yang terjadi di dalam manajemen data adalah : 1. Pengumpulan (pendokumentasian) data
2. Pengujian data, agar tidak terjadi inkonsistensi data
3. Pemeliharaan data, untuk menjamin akurasi dan kemutakhiran data.
4. Keamanan data, untuk menghindari kerusakan serta penyalahgunaan data.
5. Pengambilan data, bisa dalam bentuk laporan, untuk memudahkan pengolahan data yang lain.
Seperti halnya data input, pengolahan data menjadi informasi memerlukan proses khusus dengan menggunakan metode perhitungan yang sesuai dengan kebutuhan industri
11
yang bersangkutan. Apabila kita belum mengetahui keinginan informasi dari pihak eksekutif, pengolahan data yang ada dapat menimbulkan cost yang inefektif dan inefisiensi.
2.4.3 Output
Informasi yang dihasilkan dari hasil pengolahan data perlu diklasifikasikan berdasarkan beberapa subsistem. Dalam hal ini, penulis mengklasifikasikan output data menjadi 3 bagian yaitu persediaan, produksi dan kualitas, dimana ketiganya ini tidak meninggalkan unsur biaya yang terjadi di dalamnya.
2.5 Aplikasi
Aplikasi berasal dari kata application yang artinya penerapan,lamaran,penggunaan. Secara istilah adalah program siap pakai yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain dan dapat digunakan oleh sasaran yang.
2.5.1 Pengertian Sistem Aplikasi
Sistem aplikasi adalah software yang dibeli perusahaan dari tempat pembuatnya. Aplikasi akan menggunakan sistem operasi (OS) computer dan aplikasi yang lainnya yang mendukuung. Istilah ini mulai perlahan masuk kedalam istilah teknologi informasi semenjak tahun 1993, yang biasanya juga disingkat dengan App.
2.5.2 Visual Basic
Visual basic merupakan cara yang mudah dan cepat untuk membuat aplikasi yang dijalankan di sistem operasi Microsoft Windows. Kata “visual” merujuk pada metode yang
12
digunakan untuk membuat antar muka yang bersifat grafis graphical user interface (GUI).
Sedangkan kata “basic” merujuk kepada bahasa BASIC (Beginners All-Purpose Symbolic Instruction Code), sebuah bahasa yang digunakan oleh banyak programmerdibandingkan dengan bahasa lainnya dalam computer.(Fauzi & Amin, M. Miftakul. (2012)
Gambar 2.1 Tampilan Visual Basic 2.5.3 Microsoft Excel
Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporition yang dapat dijalankan pada Micrososft Windows dan Mac OS. Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik yang dengan menggunakan strategi marketingmicrosoft yang agresif, menjadikan microsoft excel sebagai salah satu program komputer yang populer digunakan di dalam computer mikro hingga saat ini. Bahkan, saat ini program ini merupakan program spreadsheet paling banyak digunakan oleh banyak pihak, baik di platform PC berbasis Windows maupun platform macintosh berbasisMac OS, semenjak versi 5.0 diterbitkan
13
pada tahun 1993. Aplikasi ini merupakan bagian dari Microsoft office system dan versi terakhir adalah versi Microsoft Office Excel 2013 yang diintegrasikan di dalam paket micrososft office system 2013 .(Fauzi & Amin, M. Miftakul. (2012)
Gambar 2.2 Tampilan Microsoft Excel
2.6. Organisasi dan Manajemen 2.6.1. Definisi Organisasi
Untuk organisasi banyak sekali diberikan interpretasi.Banyak orang bisa melihat pada organisasi suatu perusahaan, sebenarnya hanya melihat kepada orang-orangnya saja.Hal ini bisa membawa kearah yang salah karena lingkungan organisasi mempunyai pengertian yang jauh lebih luas daripada hanya melihat secara sederhana kepada orangnya.
Salah satu definisi yang terkenal mengenai organisasi dinyatakan oleh Oliver Shelden, “Organisasi adalah suatu proses mengkombinasikan pekerjaan yang mana orang-
14
orangnya atau kelompok-kelompok harus mengerjakan dengan fasilitas yang diperlukan untuk pelaksanaannya, sehingga kewajiban-kewajiban yang dikerjakan itu menimbulkan saluran yang baik untuk melaksanakan usaha yang ada secara efisien, sistematis, positif dan terkordinasi.
Jadi, organisasi menyangkutkan dirinya sendiri untuk mengkombinasikan dan mengkordinasikan individu sebagai suatu kegiatan kelompok dalam suatu badan usaha.Dalam pengertian ini, struktur organisasi dapat dipikirkan. Organisasi mengintergrasikan berbagai macam pekerjaan dari badan usaha ke dalam suatu kerangka pekerjaan yang efektif untuk mengadakan pencapaian dari tujuan perusahaan dan manajemen mencapai tujuan ini dengan cara seefisien mungkin melalui mesin yang efektif kita namakan organisasi.
Sebagian besar dari kita mempunyai pengertian tentang nilai organisasi didalam proses managerial secara menyeluruh, juga pengetahuan tentang bagaimana organisasi itu bekerja untuk membantu pencapaian produktivitas yang lebih tinggi. Jadi kita harus mengerti lebih baik tentang aspek-aspek ini, maka kita harus melihat dulu bentuk dasar yang dipakai oleh struktur-struktur organisasi.Banyak bentuk organisasi yang dipakai oleh perusahaan, tetapi umumnya ada tiga struktur organisasi yang dikenal antara lain :
1. Organisasi Lini
Organisasi garis adalah organisasi yang paling sederhana. Ciri-cirinya antara lain adalah adanya wewenang dari atasan ke eksekutif terus kebawah kepada pekerja secara langsung.
Jadi tidak ada kedudukan staf atau penasehat. Anggota organisasi ini tidak mengalami
15
kesukaran dalam menentukan kepada siapa mereka harus melapor dan siapa yang bertanggung jawab kepadanya.Struktur organisasi ini juga memperlihatkan secara jelas pembagian wewenang dan tanggung jawab antara manager.Organisasi garis ini biasanya membuat keputusan secara mudah dan cepat dan juga dapat jauh lebih stabil, bentuk organisasi garis ini juga jauh lebih murah.
2. Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional berasal dari Frederick W. Taylor.Taylor memisahkan pekerjaan yang bersifat mental dan administrasi dari pekerjaan bengkel atau produksi.Salah satu keuntungan dari organisasi fungsional ini adalah setiap fungsi itu dipimpin oleh seorang spesialis.Jenis organisasi semacam ini, mempraktekkan prinsip-prinsip spesialisasi, yang didasarkan kepada kecakapan dan pengetahuan khusus seseorang.Karena adanya spesialisasi, pekerja didalam organisasi fungsional ini dapat ditempatkan dan digunakan secara lebih efektif sesuai dengan keahlian mereka.
3. Organisasi Lini dan Staf
Tujuan utama dari organisasi garis dan staf adalah untuk mempertahankan stabilisasi dan disiplin, dimana para staf atau bagian fungsional memberikan keahlian untuk mengatasi persoalan. Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah wewenang dan tanggung jawab dapat menjadi kabur bila tidak dinyatakan secara jelas. Akibat dari kekaburan ini dapat menimbulkan perselisihan dan iri hati antar anggota mengenai siapa yang mempunyai wewenang untuk melakukan sesuatu. Organisasi ini sering dipergunakan pada perusahaan-perusahaan besar.
16
2.6.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Sistem organisasi yang dijalankan pada PT. NS BlueScope Lysaght Indonesia adalah pemberian delegasi kekuasaan (Delegation of Authority) yang disentralisasi oleh kantor pusat yang berkedudukan di Jakarta.
Struktur organisai PT. NS BlueScope Lysaght Indonesia adalah berdasarkan struktur organisasi fungsional-garis, yaitu gabungan antara struktur organisasi fungsional dan struktur organisasi garis. Secara fungsional setiap departemen-departemen yang terdapat di dalam perusahaan, dipimpin oleh orang yang memiliki keahlian yang sesuai dengan departemen yang dipimpin.Secara garis seorang bawahan melaksanakan seluruh kegiatan, tanggung jawab, wewenang serta haknya kepada atasan yang hanya satu orang. Tenaga kerja yang bekerja di perusahaan ini dibagi atas tiga golongan yaitu :
1. Staff 2. Pegawai
3. Karyawan harian tetap (kontraktor).
Adapun keuntungan dari organisasi ini adalah :
1. Pekerja dapat ditempatkan dan digunakan secara lebih efektif,
2. Tidak ada kesukaran dalam menentukan kepada siapa harus melapor atau bertanggung jawab,
3. Rasa solidaritas yang tinggi, karna karyawan saling mengenal,
4. Garis pimpinan berjalan secara tegas, tidak mungkin terjadi simpang siur karena pimpinan langsung berhubungan dengan bawahan,
17
5. Kesatuan perintah terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu tangan.
Struktur organisasi pada PT. NS BlueScope Lysaght Indonesia, Cibitung Site khusunya dibagian manufacturing team dapat dilihat pada gambar 2.1.
OPERATION MANAGER
WAREHOUSE
SPV OPERATION
SPV MAINTENANCE
SPV TEHNICAL
PRODUCT
SECURITY (VENDOR)
Finish good
Leader Raw material
Leader Shift team KPI reporting Maintenance Maentenance
Leader Leader Leader planner
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Manufacturing Team, PT NS BlueScope Lysaght Indonesia, Cibitung Site
2.7 Definisi dan Fungsi Persediaan
Persediaan adalah sumber daya menganggur (ide resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. (Nasution, 2003:103).
Adapun alasan diperlakukannya persediaan oleh suatu perusahaanpabrik adalah karena :
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untukmemindahkan
18
produk dari suatu tingkat ke tingkat proses lain, yang disebut persediaan dalam proses pemindahan.
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan satu unit atau bagian membuatskedul oprasionalnya secara bebas, tidak tegantung dari bahanlainnya. (Assauri, 1969: 252)
Adapun fungsi-fungsi persediaan adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan ini perlu mempertimbangkan penghematan- penghematan atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya. Dikarenakan perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, disbanding biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan data masa lalu, yaitu permintaan musiman (seasional inventories).(Rangkuti, 1989 : 89).
2.7.1 Tujuan Pengendalian Persediaan
Menurut Assauri (1999 : 177) Pengawasan persediaan bahan baku bertujuan untuk :
1. Menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan yang dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi.
2. Menjaga agar persediaan tidak berlebihan sehingga biaya yang ditimbulkan tidak menjadi lebih besar pula.
19
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena mengakibatkan biaya pemesanan yang tinggi.
Pengendalian persediaan bertujuan untuk menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat.
2.7.2 Keputusan dalam Manajemen Persediaan
Sasaran akhir dari manajemen persediaan adalah untuk meminimumkan biaya dalam perubahan tingkat persediaan. Untuk mempertahankan tingkat persediaan yang optimum, diperlukan jawaban atas dua pertanyaan mendasar sebagai berikut :
1. Kapan melakukan pemesanan ?
2. Berapa jumlah yang harus dipesan dan kapan melakukan pemesanan kembali ? Menurut Yamit (1998 : 217), untuk menjawab pertanyaan kapan melakukan pemesanan, dapat dilakukan dengan tiga pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach).
b. Pendekatan tinjauan periodik (periodic review approach).
c. Material requipment planning approach (MRP)
Menurut Yamit (1998 : 219) biaya dalam keputusan persediaan terdapat lima kategori, sebagai berikut :
a. Biaya pemesanan (ordering cost) Adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha untuk mendapatkan bahan baku atau barang dari luar.
b. Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) Adalah biaya yang memiliki komponen utama yaitu biaya modal, biaya simpan, dan biaya resiko.
c. Biaya kekurangan persediaan (stock-out cost) Adalah biaya yang terjadi apabila
20
persediaan tidak tersedia di gudang ketika dibutuhkan untuk produksi atau ketikalangganan memintanya.
d. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas Adalah biaya yang terjadi karena perubahan dalam kapasitas produksi.
e. Biaya bahan atau barang itu sendiri Adalah harga yang harus dibayar atas item yang dibeli. Biaya ini akan dipengaruhi oleh besarnya diskon yang diberikan oleh supplier.
2.8 Bahan Baku
2.8.1 Pengertian Bahan Baku
Menurut Nasution (2003 : 103) ” bahan baku, yaitu yang merupakan input dari proses transformasi menjadi produk jadi. Cara membedakan apakah bahan baku termasuk bahan penolong dengan mengadakan penelusuran terhadap elemen-elemen atau bahan- bahan ke dalam produk jadi. Cara pengadaan bahan baku bisa diperoleh dari sumber- sumber alam, petani atau membeli, misalnya serat diolah menjadi benang-benang.
2.8.2 Arti Penting Bahan Baku
Perusahaan perlu mengadakan persediaan bahan baku, hal ini dikarenakan bahan baku tidak bisa tersedia setiap saat.
Menurut Ahyari (1992 : 150) Perusahaan akan menyelenggarakan persediaan bahan baku, hal ini disebabkan oleh :
1. Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi dalam perusahaan tidak dapat didatangkan secara satu persatu sebesar jumlah yang tidak diperlukan serta pada saat bahan tersebut dipergunakan.
21
2. Apabila bahan baku belum atau tidak ada sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang maka kegiatan produksi akan berhenti karena tidak ada bahan baku untuk kegiatan proses produksi.
3. Persediaan bahan baku yang terlalu besar kemungkinan tidak menguntungkan perusahaan karena biaya penyimpanannya terlalu besar.
2.8.3 Bahan Baku Baja Coil (Coi Steel )
Coil baja (Steel Coil) adalah gulungan dari lembaran baja dingin atau banyak dikenal dengan nama baja putih (white steel) adalah salah satu bentuk produk baja yang dihasilkan dari proses pengerolan dingin. Baja putih ini memiliki sifat tipikal yang berbeda secara signifikan dengan baja hitam atau baja lembaran panas.Baja lembaran dingin memiliki kualitas permukaan yang lebih baik, lebih tipis dan dengan ukuran yang lebih presisi, serta mempunyai sifat mekanis yang baik dan formability yang sangat bagus.
Baja dalam kategori ini umumnya dimanfaatkan dalam proses pembentukan karena material ini memiliki formability, weldability, dan kualitas roughness yang lebih baik. Baja putih ini juga dipakai untuk aplikasi dalam industri galvanizing (zinc-coating), enamelware (porcelain-coating), dan digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaleng makanan berlapis timah (tin mill-black plate) dalam industri makanan dan minuman. Untuk lembaran baja yang dikuatkan (annealed sheet).
Aplikasi baja lembaran dingin dalam bidang-bidang sebagai berikut:
a. Penggunaan Umum b. Otomotif
c. Galvanized Sheet d. Pipa & Tabung
22
e. Porcelain Enamelware dan Tin Mill Black Plate
Gambar 2.4 Bahan baku baja coil (Sumber PT NS BLI) 2.8.4 Bentuk Bahan Baku Baja Koil (Coil)
Bahan-bahan baja ini dijadikan menjadi sebuah plat (plate) atau lempengan tipis dengan berbagai ukuran lebar yang di sesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan pabrik untuk mengolah bahan mentah (Plate) menjadi bahan jadi (Baja Ringan). Bahan baja ringan biasanya berbentuk lempengan tipis yang di gulung menjadi bulat sehingga mudah dalam pengemasan dan biasa disebut dengan "Coil" (dibaca koil). Koil ini didatangkan dari pabrik-pabrik besar pengolahan baja yang harus di inport dari luar negeri ataupun juga dari dalam negeri karena pada saat ini perusahaan besar baja sudah ada di Indonesia. Bentuk bahan baku baja coil ini dapat dilihat pada gambar 2.2
23
Gambar 2.5 Bentuk Coilbaja gulungan. (Sumber PT NS BLI)
PT. NS BlueScope Lysaght Indonesia juga mendatangkan atau melakukan pemesanan (order) bahan baku Coildari perusahaan-perusahaan lain yang ada di Indonesia atau local (local) dan juga dari perusahaan-perusahaan asing (import). Dan biasanya ada sebahangian bahan baku coil ini belum bisa diproduksi langsung, karna masih dalam ukuran besar dan berbentuk panjang. Jadi koil-koil ini sebelum pengiriman sudah di potong potong terlebih dahulu sesuai dengan pesanan dari PT NS BlueScope Lysaght terh adap p rusahaan penjual bahan baku coil. Dan biasanya proses pemotongan koil ini biasan ya disebut dengan "Sliting" dan bentuk potongan koil dapat dilihat pada gambar 2.3.
Gambar 2.6 Coil Sliting (Sumber PT NS BLI)
24
Dengan demikian barulah bisa di proses/dicetak menjadi produk baja ringa untuk bahan baja ringan bangunan yang sesuai dengan pesanan menurut panjang dan ketebalan yang di inginkan oleh pelanggan (Customer).
2.8.5 Faktor yang Pempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Ada bebebrapa faktor yang dapat mempengaruhi persediaan bahan bakuantara lain:
a. Perkiraan pemakaian bahan baku b. Harga bahan baku
c. Biaya-biaya persediaan d. Kebijaksanaan pembelanjaan e. Pemakaian bahan baku f. Waktu tunggu
g. Model pembelian bahan
2.9 Baja Ringan
2.9.1 Pengertian Baja Ringan (Cold Formed Steel)
Baja Ringan atau Cold Formed Steel adalah merupakan suatu istilah yang diperuntukkan untuk produk dengan bahan dasar lembaran baja/pelat baja datar yang dilekukkan atau ditekan secara dingin pada temperatur ruang. Pelaksanaan semacam ini akan menyebabkan perubahan bentuk inelastis yangmenimbulkan regangan sisa (residual strain) dan disertai dengan tegangan sisa (residual stress).
25
2.9.2 Bahan Baku Baja Ringan
Penggunaan struktur baja ringan dalam dunia konstruksi saat ini telah berkembang dengan pesat. Sesuai dengan namanya, struktur baja ringan tersusun dari batang-batang baja profil yang relatif lebih ringan dibandingkan batang baja pada umumnya.Baja profil ini mempunyai ketebalan yang relatif tipis.
Pada umumnya, bahan baku baja ringan adalah baja G550. Baja G550 adalah baja mutu tinggi dengan standar high tensile strength 550 Mpa (5500 kg/cm2).Kekuatan ini merupakan elemen dasar untuk kekuatan tarik baja ringan saat ini.Dengan kekuatan minimum G550, baja ringan tersebut memiliki kekuatan leleh minimum 550 Mpa.Dibuktikan dalam uji laboratorium tidak boleh putus saat ditarik dengan kekuatan 500 Mpa.Selain itu, baja tersebut juga memiliki modulus geser 80.000 MPa dan modulus elastisitasnya 200.000 Mpa.
Baja ringan dibuat dari lembaran baja atau pelat baja tipis yang dipotong-potong dan terbuat dari baja murni kemudian dibentuk dengan mesin roll-forming. Proses pengerjaan dilakukan dalam kondisi dingin, sehingga sering dikenal dengan nama baja canai dingin (cold-formed atau cold-rolled. Proses rolling kompres dan membentang baja, pemberian gaya atau tegangan terjadi dalam proses tersebut. Sedangkan kekakuan didapat dari proses memberi tekukan (pemberian gaya) itulah sebabnya mengapa baja ringan mempunyai mutu tinggi. Sedangkan baja yang biasa dibentuk dalam keadaan masih panas dinamakan baja canai panas (hot-rooled).
26
Dalam Dewobroto dkk (2006) dilaporkan bahwa pemakaian baja cold-formed di Amerika untuk struktur bangunan sudah berkembang sejak lima decade yang lalu atas dukungan AISI ( American Iron and Steel Institute). Sejak itu baja canai dingin banyak digunakan untuk struktur bangunan, baik struktur sekunder, misalnya sebagai kerangka dinding/partisi maupun struktur primer, misalnya rangkat atap (truss) dan rangka utama bangunan (frame), Gambar 1. Pemakaian baja ringan sebagai bahan bangunan seperti rangka atap, rangka plafond, rangka dinding dan rangka lantai.Jenis baja ini juga sudah banyak digunakan untuk bangunan sederhana maupun bangunan tinggi sebagai pengganti kayu yang semakin mahal, langka dan mudah dimakan rayap.
2.10 Optimalisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, p. 986), “Optimalisasi adalah proses, cara dan perbuatan untuk mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya). Sedangkan dalam Kamus Oxford (2008, p. 358), “Optimization is the process offinding the best solution to some problem where “best” accords to prestated criteria”. Jadi, Optimalisasi adalah sebuah proses, cara dan perbuatan (aktivitas/kegiatan) untuk mencari solusi terbaik dalam beberapa masalah, dimana yang terbaik sesuai dengan kriteria tertentu.
Dalam penelitian ini, topik yang diangkat adalah peningkatan keakurasian bahan baku di lokasi/area (gudang) bahan baku (raw material) sehingga dapat meningkatkan jumlah penyimpanan dan pemakaian bahan baku pada area lebih maksimal dan juga produktivitas, kualitas dan pendapatan perusahaan.
27
2.10.1 Tata Letak
Tata letak merupakan satu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang.tata letak memiliki banyak dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan dalam segi kapasitas, proses, fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan.Tata letak yang efektif dapat membantu organisasi mencapai suatu strategi yang menunjang diferensiasi, biaya rendah, atau respon cepat.tujuan strategi tata letak adalah untuk membangun tata letak yang ekonomis yang memenuhi kebutuhan persaingan perusahaan.
Dalam semua kasus, desain tata letak harus mempertimbangkan bagaimana untuk dapat mencapai :
1. Utilitas ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.
2. Aliran informasi, barang, atau orang yang lebih baik.
3. Moral karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.
4. Interaksi dengan pelanggan yang lebih baik.
5. Fleksibilitas (bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan perlu diubah).
Dari pengertian tata letak di atas dapat disimpulkan bahwa tata letak merupakan suatu sistem yang saling berintegrasi di antara seluruh fasilitas-fasilitas yang mendukung seluruh kegiatan produksi dari bahan baku atau masukan (input) hingga (output) hingga selama dalam proses tersebut dapat mencapai suatu nilai tambah berupa efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. (Heizer, Jay dan Render (2009), p. 532).
28
Gudang khusus penanganan steel coil ini, memiliki pengaturan tata letak yang khusus, karena jenis material dan pola penanganan material berbeda dari material lain yang hanya ditumpuk di gudang.
2.10.2 Tata Letak Gudang
Menurut Heizer, Jay dan Render (2009, p.540), “Tata letak gudang adalah sebuah desain yang mencoba meminimalkan biaya total dengan mencari panduan yang terbaik antara luas ruang dan penanganan bahan.Tujuan tata letak gudang (warehouse layout) adalah untuk menemukan titik optimal diantara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan luas ruang dalam gudang. sebagai konsekuensinya, tugas manajemen adalah memaksimalkan penggunaan setiap kotak dalam gudang yaitu memanfaatkan volume penuhnya sambil mempertahankan biaya penanganan bahan yang rendah. Biaya penanganan bahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan transportasi barang masuk, penyimpanan, dan transportasi bahan yang keluar untuk dimasukkan dalam gudang. Biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan, pengawasan, asuransi, dan penyusutan.
Tata letak gudang yang efektif juga meminimalkan kerusakan bahan dalam gudang.
Sesuai dengan tujuan dari tata letak gudang diatas, pada penelitian ini dicari sebuah solusi yang dapat mengoptimalkan semua lahan yang terdapat dalam gudang, sehingga meningkatkan produktivitas dan menekan biaya penanganan barang.
2.10.3 Jenis Tata Letak
Sebuah tata letak yang efektif memfasilitasi adanya aliran bahan, orang dan informasi di dalam dan antar wilayah.Untuk mencapai tujuan ini, seragam pendekatan telah dikembangkan. di antara pendekatan tersebut, akan dibahas enam pendekatan tata letak :
29
a. Tata letak dengan posisi tetap : memenuhi persyaratan tata letak untuk proyek yang besar dan memakan tempat, seperti proses pembuatan kapal laut dan gedung.
b. Tata letak yang berorientasi pada proses : berhubungan dengan produksi dengan volume rendah dan bervariasi tinggi (juga disebut sebagai “job shop”, atau produksi terputus).
c. Tata letak kantor : menempatkan para pekerja, peralatan mereka dan ruangan/kantor yang melancarkan aliran informasi.
d. Tata letak ritel : menempatkan rak-rak dan memberikan tanggapan atas perilaku pelanggan.
e. Tata letak gudang : merupakan paduan antara ruang dan penanganan bahan baku.
f. Tata letak yang berorientasi pada produk : mengusahakan pemanfaatan maksimal atas karyawan dan mesin-mesin pada produksi yang berulang atau berkelanjutan.
g. Tata letak sel kerja : menata mesin – mesin dan peralatan lain untuk fokus pada produksi sebuah produk atau sekelompok yang berkaitan.
(Heizer, Jay dan Render (2009), p. 533).
2.10.4 Gudang (Area/tempat penyimpanan Barang)
Menurut Warman (2004, p .5), “Gudang (kata adalah bangunan yang dipergunakan untuk menyimpan barang dagangan atau pun stok barang/material. Pergudangan (kata kerja) ialah kegiatan menyimpan dalam gudang. Jadi gudang adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan barang baik yang berupa raw material, barang work in process atau finished goods. Pengertian gudang yang ada di dalam pergudangan yang berarti merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan gudang”.
30
Dalam penelitian ini, gudang/area yang diteliti adalah area khusus penanganan/pene mpatandan pemakaian bahan baku (coil steel) yang terdapat di PT NS Bluescope Laysaght Indonesia.
2.10.5 Perencanaan Tata Letak Gudang
Dalam merencanaakan dan merancang system penyimpanan material dalam gudang atau areanya patut mempertimbangkan beberapa obyektif, yaitu : utilisasi luas area, utilisasi peralatan, utilisasi pekerja, kemudian akses seluruh barang. Tujuan dari perencanaan tata letak/layout gudang atau area barang yaitu :
1. Mengefektifkan penggunaan ruang ata area penempatan 2. Memberikan material handling yang efesien
3. Untuk memenimalkan biaya penyimpanan 4. Untuk memberikan fleksibilitas maksimum
5. Menyediakan pengaturan waktu produksi yang baik 2.10.6 Operasi yang Terjadi Dalam Gudang
Terdapat tiga operasi utama yang terjadi didalam gudang, yaitu perpindahan barang, penyimpanan barang dan perpindahan informasi barang.
a. Penerimaan barang (receiving)
Penerimaan barang merupakan aktivitas penerimaan barang, mulai dari pembongkaran muatan, inspeksi kualitas, dan kuantitas serta seluruh aktivitas yang berkaitang dengan proses penerimaan barang di gudang.
b. Penyimpanan barang (put away)
31
Penyimpanan barang merupakan aktivitas pemindahan barang dari tempat penerimaan menuju ke gudang penyimpanan (storoge).Penympanan barang merupakan aktivitas pengeluaran barang menuju lantai atau area produksi untuk mrngalami prose produksi lagi.
c. Pengiriman (shipping)
Pengiriman merupakan aktivitas pengiriman barang beserta proses pembuatan dokumen barang yang akan dikirim.
Penyimpanan Barang (stroge), penyimpanan barang merupakan aktivitas penyimpanan barang, baik bahan baku maupun barang hasil produksi ke dalam gudang atau ke area penyimpanan.
Perpindahan informasi, perpindahan informasi merupakan aktivitas perpindahan informasi, baik informasi untuk intern gudang sendiri maupun informasi untuk pihak di luar gudang.
2.11 Departemen Penyimpanan Barang (storage)
Gudang utama atau area penyimpanan barang merupakan tempat penyimpanan bahan baku dan barang yang sudah jadi sampai pada barang yang diperlukan dalam proses produksi. Gudang dapat dibedakan menurut karakteristik material yang akan disimpan, yaitu sebagai berikut :row material storage, work in progress storage, finish goods product storage, finished storages.
Dikelompokan sesuai golongan jenis (bentuk, fisik, warna, ukuran atau bentuk lainnya ) kemudian langsung ditempatkan pada kolom-kolom garis ataupun skat-skat area penyimpanan di rencanakan cara penyusunannya terlebih dahulu sebelum barang diletakan pada area yang ditentukan. Berikut ini ada tiga bagianarea merupakan gambar layout area
32
89
penyimpanan bahan baku coil (coil raw material) di PT NS BlueScope Lysaght Indonesia, yaitu :
1. Area A
Pada area ini merupakan tempat penyimpanan bahan baku coil yang disusun dengan posisi peletakanya secara horijontal (horizontal position), dan area ini dijadikan tempat bagian untuk coil roofing truss.
Gambar 2.7 Layoutarea peyimpanan bahan bakucoil roofing truss (Sumber observasi dan pengumpulan data PT NS BLI) 1
2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 8 8 7 7 7 7 8 9 9 8 8 8 8 8 8 8 9 0 0 9 9 9 9 9 0 9 9 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 3 3 2 2 3 2 2 2 5 5 4 4 4 3 3 3 5 3 3 5 6 6 5 4 6 6 4 4 4 4 7 7
83
33
2. Area B
Pada area ini merupakan tempat penyimpanan bahan baku coil colorbone yang disusun dengan posisi peletakanya secara vertikal (vertical position), dan area ini dijadikan tempat bagian untuk coil roofing walling.
Gambar 2.8 Layout garea peyimpanan bahan baku coil vertical roofing walling (Sumber observasi dan pengumpulan data PT NS BLI)
3. Area C
Pada area ini merupakan tempat penyimpanan bahan baku coil colorbone yang disusun dengan posisi peletakanya secara horijontal (horizontal position), dan area ini dijadikan tempat bagian untuk coil roofing walling
0
5
2 3
5
8 9 3 2 2
1 1 1 1 2 2 2 2 1 4 4 4 4 2 5 5 5 5 4 1 6 6 6 6 5 7 2 7 6 7 7 8 4 8 7 8 8 9 9 8 5 9 9 6 1 0
1 0
1 1 1 0 1 2
31
1 0 1 1
01 11
7 2
1 1
1 1
1 8
1 2 1 3
9
1 2 1 3
1 2 1 3
1 4 1 5 1 6
71
1 8
1 4 1 0
1 4
1 4
1 5
1 2 1 3
41
1 5 1 6
1
1 1
1 5
51
1 6
1 61 1 7
3 06 2
1 2
6
1 3
1 9 1 7
1 7
2 0 1 4
1 8
1 8
1 2
1 5
1 8 1 9 2 0 22 22
2 2
2 1
1 7 1 8 1 9 2 0
12 61
1 7
2 3
3 2 3 2 2 2
2 4
4 2
81 52
2 5 1 9
42 52
2 6
2 2 2 3 2 6
6 2
2 4 2 5 2 0
72
2 7
1 2 82
2 8
22
2 9
9 2
32 1 3 13
2 7 2 9 2 8
03
3 1 3 2
62 72
2 8 2 9
2 3 2 4
52
2 5 2 6 2 7 2 8 2 9 2 4
03
3 0
34
Gambar 2.9 Layoutarea peyimpanan bahan bakucoilhorizontal roofing walling (Sumber observasi dan pengumpulan data PT NS BLI)
Dan penulis juga mengambil beberapa data gambar area keseluruhan bahan baku koil (raw material) secara aktual dimana penelitian ini dilakukan. Berikut dapat dilihat gambar area penelitian pada di PT NS BlueScope Lysaght Indonesia.
Teknik Mesin Universitas Mercu Buana 6
5
4
3
2 1
35
Gambar 2.10 Area bahan baku koil. (raw material) (Sumber PT NS BLI)
Dari gambar diatas dapat dilihat area dan penataan bahan baku coil pada gudang/area saat ini digolongkan berdasaarkan nama, jenis dan ukuran koil disusun serapi mungkin sebelum dipindahkan ke area produksi untuk diproses dan dijadikan menjadi sebuah produk jadi.
2.12 Metode Seiton
Pada perusahaan PT NS BlueScope Lysaght Indonesia juga menerapkan metode Setion dimana fungsi metode ini sangat mempengaruhi dalam proses produksi untuk kelancaran selama aktivitas proses produksi berlangsung.
Seiton (rapi), yang harus diperhatikan yaitu membenahi tempat penyimpanan. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan membenahi tempat penyimpanan, antara lain
1. Membersihkan sebelum merapikan 2. Membuat denah tempat penyimpanan
3. Membuat warna lantai pada tempat kerja (strategi pengecatan) 4. Menggambar garis di lantai
36
5. Menerapkan papan petunjuk dan strategi pelabelan (rapi visual) 6. Merubah sistem penyimpanan tertutup menjadi terbuka
Salah satu konsep dari 5S yaitu Seiton yang berarti rapi. Konsep ini sesuai dengan kasus di lapangan dimana problem yang dihadapi adalah penumpukan barang di gudang, termasuk metode labelisasi yang kurang baik sehingga terjadi kelambatam dalam proses pengambilan bahan baku. Rapi berarti meletakkan barang pada lokasi yang paling tepat/sistematis.Setiap barang yang masih diperlukan dalam pekerjaan, harus memiliki suatu tempat penyimpanan yang tetap dan jelas status keberadaannya. Setiap item dan lokasi penyimpanan hendaknya mempunyai nama, alamat lokasi penyimpanan atau kode identifikasi (label) yang standar dan jelas. Selain itu dalam menentukan penempatan item, didasarkan pada prioritas berdasarkan frekuensi pemakaian (contoh: sering dipakai, jarang dipakai, selalu dipakai). Metode penyimpanan dikatakan lebih baik bila setiap orang dapat melihat, mengeluarkan dan mengembalikan barang dengan mudah dan jelas.Tujuan utama dari konsep seiton adalah penyimpanan fungsional (menghilangkan ketidakpastian peletakkan barang) dan untuk menghilangkan kegiatan yang tidak perlu (mengurangi resiko kehilangan/kesalahan pengambilan barang, menghilangkan pemborosan waktu untuk mencari barang). Keuntungan yang didapatkan dengan penerapan konsep Seiton atau rapi ini adalah :
1. Dapat mengurangi kerugian waktu yang disebabkan lamanya mencari barang
2. Dapat memudahkan memantau barang dan tempat jika terdapat barang yang hilang dan mudah terdeteksi
3. Dengan tertata rapinya barang dapat pula mencegah terjadinya kecelakaan kerja 4. Menempatkan/menata barang pada tempat yang paling tepat
37
5. adanya tanda petunjuk dan batas pada tiap barang/tempat penyimpanan sehingga dapat mengurangi kesalahan pengambilan barang.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep rapi ini antara lain melakukan inventarisasi barang dan memberikan nama/kode klasifikasi dari barang- barang yang masih berguna. Pengelompokkan terhadap barang-barang tersebut dapat dilihat diantaranya dari :
1. Frekuensi pemakaian, yang terdiri dari frekuensi rendah/jarang, frekuensi sedang/kadang-kadang, dan frekuensi tinggi/sering
2. Keseragaman alat
3. Fungsional, yaitu seperangkat alat yang berfungsi untuk mesin tertentu
4. Batasan waktu, dimana terdapat arsip, atau laporan untuk bulanan, atau satu tahun.
Melakukan inventarisasi lokasi dan menentukan lokasi penyimpanan barang sesuai klasifikasi dan juga member nama/ kode lokasi. Perlu diingat bahwa penentuan lokasi penempatan barang harus mempertimbangkan sifat barang yang akan disimpan.
Menempatkan barang pada lokasi yang telah ditentukan.Berikut tujuan tempat dalam penyimpanan barang yang tepat yaitu :
1. Mudah dalam mencari, mengambil, dan mengembalikan barang atau alat yang digunakan
2. tempat penyimpanan alat atau barang tersebut tidak terlalu jauh dari lokasi penggunaannya
3. barang atau alat yang mempunyai fungsi/kegunaan yang sama hendaknya tempat penyimpanannya pada lokasi yang sama
4. Jumlah tempat penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan barang atau alat
38
harus diminimalkan, agar tidak mengganggu jalannya proses produksi serta mempertimbangkan tata letak area kerja yang telah ada
5. membuat katalog/peta lokasi barang dan tempatkan di tempat yang mudah dilihat oleh semua orang.
2.13 Proses Produksi
2.13.1 Bahan yang Digunakan
Berikut ini akan diuraikan tentang bahan baku bahan tambahan, dan bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi bahan konstruksi baja.
a. Bahan baku
Yang dimaksud dengan bahan baku adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari suatu produk dimana bahan tersebut dapat dengan mudah ditelusuri sampai ke produk atau barang jadi. Bahan baku utama yang digunakan dalampembuatan produk bahan konstruksi baja ringan adalah perpaduan antara 43,5% seng, 55% Alumunium dan 1,5%
Silikon yang berupa lembaran logam tipis.Lembaran paduan logam ini berbentuk gulungan dengan ukuran lebar tertentu yang disebut Coil Steel.Coil Steel tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Bare (Un Painted), yang terdiri dari 3 jenis yaitu :
a. ZINCALUME (AZ 150) b. ABADI (AZ 100) c. INTERIOR (AZ 50)
39
2. Painted, yang terdiri dari 3 jenis yaitu :
a. COLORBOND (AZ 150) b. PELANGI (AZ 150) c. GEMILANG (AZ 100)
b. Bahan Tambahan
Selain menggunakan bahan baku juga digunakan bahan tambahan sebagai bahan pelengkap dalam proses dan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan. Bahan tambahan yang digunakan dalam proses produksi sehingga memberikan nilai tambah pada produk bahan konstruksi baja. Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan ini berupa cat digunakan untuk melapisi bahan dasar Bare (Un-painted) untuk membuat produk jenis COLORBOND, PELANGI dan GEMILANG.
Cat yang digunakan produk dari perusahaan AKZONOBEL dan perusahaan INCOTE.
c. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai bahan penolong baik secara langsung atau tidak langsung pada produk agar proses produksi dapat berjalan dengan baik, tetapi bahan tersebut tidak terkandung dalam produk yang dihasilkan.
Bahan penolong yang digunakan adalah:
1. Pembungkus ber etiket
Bahan pembungkus yang terbuat dari plastik kedap air yang telah diberi etiket.
2. Iron Tie
Digunakan untuk mengikat produk yang sudah di packing.
40
3. Label
Digunakan untuk pemberi keterangan jumlah (Quantity) produk dan tujuan produk.
2.13.2 Spesifikasi Produk
PT NS BlueScope Lysaght Indonesia ini menghasilkan tiga jenis produk yaitu Kuda-kuda baja ringan (SMARTRUSS), Roofing (ROOFING) dan Accessories sebagai berikut :
1.Kuda-kuda baja ringan
Produk kuda-kuda baja ringan terdiri atas beberapa jenis, yaitu : a. SMARTRUSS
Terbuat dari bahan ABADI yaitu inti baja yang memiliki lapisan ZINCALUME.dan Alumunium yang lebih tebal dibandingkan bahan.Adapun bentuk SMARTRUSS dapat dilihat pada Gambar 2.11
Gambar 2.11 Profil produk SMARTRUSS. (Sumber PT NS BLI) b. SMARTDEK
Terbuat dari bahan ABADI yaitu inti baja yang memiliki lapisan Zinc dan Alumunium yang lebih tebal dibandingkan bahan ZINCALUME. Adapun bentuk SMARTDEK dapat
41
dilihat pada Gambar 2.12
Gambar 2.12 Profil Produk SMARTDEK. (Sumber PT NS BLI)
d. PURLIN
Terbuat dari bahan ABADI yaitu inti baja yang memiliki lapisan Zinc dan Alumunium yang lebih tebal dibandingkan bahan ZINCALUME. Adapun bentuk PURLIN dapat dilihat pada Gambar 2.13
Gambar 2.13 Profil Produk PURLIN. (Sumber PT NS BLI)
2. ROOFING
Produk roofing terdiri atas beberapa jenis yaitu : a.TRIMDEK – OPTIMA
Terbuat dari ZINCALUME (inti baja yang terdiri dari Zinc dan Alumunium) dan COLORBOND (bahan ZINCALUME yang diberi warna). Adapun bentuk profil
42
TRIMDEK - OPTIMA dapat dilihat pada Gambar 2.14
Gambar 2.14 Profil Produk TRIMDEK OPTIMA. (Sumber PT NS BLI)
b. KLIP LOK
Terbuat dari ZINCALUME (inti baja yang terdiri dari Zinc dan Alumunium) dan COLORBOND (bahan ZINCALUME yang diberi warna). Adapun bentuk profil KLIP LOK dapat dilihat pada Gambar 2.15
Gambar 2.15 Profil produk KLIP LOK. (Sumber PT NS BLI)
c. SPANDEK
Terbuat dari ZINCALUME (inti baja yang terdiri dari Zinc dan Alumunium) dan COLORBOND (bahan ZINCALUME yang diberi warna). Adapun bentuk profil SPANDEKdapat dilihat pada Gambar 2.16
43
Gambar 2.16 Profil produk SPANDEK. (Sumber PT NS BLI) 3. Accesories atau FLASHING, terbuat dari ZINCALUME dan COLORBOND.
Bentuk profil dari produk FLASHING dapat dilihat pada gambar 2.17
Gambar 2.17 Profil produk FLASHING. (Sumber PT NS BLI)
Adapun data spesifikasi produk PT NS BluaScope Lysaght Indonesia dapa dilihat pada table 2.1
44
Tabel 2.1. Spesifikasi produk PT NS BlueScope Lysaght Indonesia Nama
Produk Komponen Ketebalan
(mm) Permukaan Lebar (mm)
Berat/luas
(kg/m2 Keterangan
ROOFING Coil
0,30 COLORBOND ZINCALUME
914
1,972 1,972
Dibuat Produk 0,35 COLORBOND
ZINCALUME
2,352 2,297 0,40 COLORBOND
ZINCALUME
2,707 2,652 0,45 COLORBOND
ZINCALUME
3,062 3,007
SMATRUSS Coil 0,80 ABADI
163 0,972 Dibuat Produk
1,05 ABADI 1,80
SMARTDEK Coil 0,80 ABADI
810 2,210 Dibuat Produk
1,05 ABADI 3,620
PURLIN Coil
1,40 ABADI
312
3,210
Dibuat Produk
1,80 ABADI 3,450
2,05 ABADI 3,670
FLASHING Coil
0,30 COLORBOND ZINCALUME
914
1,972 1,972
Dibuat Produk 0,35 COLORBOND
ZINCALUME
2,352 2,297 0,40 COLORBOND
ZINCALUME
2707 2,651 0,45 COLORBOND
ZINCALUME
3,062 3,007
U-RUNNER Coil 0,80 ABADI
163 0,972 Dibuat Produk
Coil 1,05 ABADI 1,2
(Sumber PT NS BLI)
2.13.3 Uraian Proses Produksi
PT. NS BlueScope Lysaght Indonesia dapat membuat beberapa jenis produk bahan konstruksi baja ringan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Proses produksi untuk pembuatan produk bahan konstruksi baja ringan dapat diuraikan berdasarkan kelompok mesin-mesin yang digunakan, yaitu:
45
1. Folder Machine (FLASHING) 2. C-77Machine (SMARTRUSS) 3. U-Runner Machine (U-RUNNER) 4. RF Machine (Roofing)
5. Purlin Machine( PURLIN )
6. Smartdek Machine (SMARTDEK) 2.13.4 Uraian Proses Produksi SMARTRUSS
1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di area bahan baku diangkat ke Up-Ender Machine dengan menggunakan forklift. Pada Up-Ender Machine bahan baku (Coil) diputar dari posisi vertikal ke posisi horizontal,
2. Dari Up-Ender Machine bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Machine dengan menggunakan forklift dan crane. Pada produk SMARTRUSS (C-75 Machine) Coil dipasangkan pada Un-Coiler Machine yang memiliki Coil Car,
3. Terlebih dahulu dilakukan setting pada mesin,
4. Ujung dari Coil dipasang ke C-77 Machine. Coil dipasangkan ke C-77Machine melalui Loop-Up,
5. Coil dibentuk menjadi produk SMARTRUSS dengan menggunakan C-77 Machine, 6. Produk kemudian dipotong pada C-77Machine sesuai dengan ukuran yang dipesan
oleh pembeli,
7. Pemeriksaan produk dengan menggunakan Truss Chord Gauge,
8. Selanjutnya produk dibawa ke area packing dan kemudian produk dipacking, 9. Produk yang sudah dipacking dibawa ke area produk jadi dengan menggunakan
46
crane.
2.13.5 Uraian Proses Produksi SMARTDEK
1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di pelataran gudang bahan baku diangkat mendekati unit mesin SMARTDEK untuk dipasang ke Un-Coiler Machinedengan menggunakan crane
2. Kemudian bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Machine dengan menggunakan Crane,
3. Ujung dari Coil dipasang ke RF Machine. Untuk RF Machine memiliki sebuah Catridge yang manan Catridge untuk jenis produk SMARTDEK dan Produk tersebut adalah SMARTDEK,
4. Coil dibentuk menjadi produk SMARTDEKpada RF Machine,
5. Kemudian produk dipotong pada RF Machine sesuai dengan ukuran yang telah dipesan oleh pembeli,
6. Pemeriksaan produk dengan menggunakan alat Ausdek and Spandek Check Gauge, 7. Produk SMARTDEK dipindahkan ke area packing kemudian produk dipacking, 8. Produk yang sudah dipacking dibawa ke area produk jadi dengan menggunakan
Crane.
2.13.6 Uraian Proses Produksi PURLIN
1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di pelataran gudang bahan baku diangkat ke Up- Ender Machine dengan menggunakan forklift. Pada Up-Ender Machine bahan baku (Coil) diputar dari posisi vertikal ke posisi horizontal,
47
2. Dari Up-Ender Machine bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Machine dengan menggunakan Crane,
3. Ujung dari Coil dipasang ke RF Machine. Untuk RF Machine memiliki dua buah Catridge yang masing-masing Catridge untuk dua jenis produk bentuk C dan bentuk Z yang berbeda. Produk tersebut adalah PURLIN Z dan PURLIN C,
4. Coil dibentuk menjadi produk PURLIN pada RF Machine,
5. Kemudian produk dipotong pada RF Machine sesuai dengan ukuran yang telah dipesan oleh pembeli,
6. Pemeriksaan produk dengan menggunakan alat Ausdek and Spandek Check Gauge, 7. Produk PURLIN dipindahkan ke area packing kemudian produk dipacking,
8. Produk yang sudah dipacking dibawa ke area produk jadi dengan menggunakan Crane.
2.13.7 Uraian Proses Produksi ROOFING
1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di pelataran gudang bahan baku diangkat ke Up- Ender Machine dengan menggunakan forklift. Pada Up-Ender Machine bahan baku (Coil) diputar dari posisi vertikal ke posisi horizontal,
2. Dari Up-Ender Machine bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Machine dengan menggunakan Crane,
3. Ujung dari Coil dipasang ke RF Machine. Untuk RF Machine memiliki bermacam modelCatridge yang masing-masing Catridge untuk jenis produk ROOFING yang berbeda. Produk tersebut adalah TRIMDEK OPTIMA, KLIP-LOK dan SPANDEK,
48
4. Coil dibentuk menjadi produk ROOFING yang berbagai model pada RF Machine, 5. Kemudian produk dipotong pada RF Machine sesuai dengan ukuran yang telah
dipesan oleh pembeli,
6. Pemeriksaan produk dengan menggunakan alat Ausdek and Spandek Check Gauge, 7. Produk ROOFING dipindahkan ke area packing kemudian produk dipacking, 8. Produk yang sudah dipacking dibawa ke area produk jadi dengan menggunakan
Crane.
2.13.8 Uraian Proses Produksi FLASHING
1. Bahan baku utama (Coil) yang ada di pelataran gudang bahan baku diangkat ke 2. Up-Ender Machine dengan menggunakan forklift. Pada Up-Ender Machine bahan
baku (Coil) dibalik dari posisi vertikal ke posisi horizontal,
3. Dari Up-Ender Machine bahan baku (Coil) dibawa ke Un-Coiler Machine dengan menggunakan forklift dan crane,
4. Setting mesin oleh operator serta pemasangan meja geser secara manual,
5. Ujung dari Coil dipasang ke Cut-To-Lenght Machine. Kemudian Coil ditarik sesuai dengan ukuran yang dipesan oleh pembeli lalu dipotong,
6. Coil yang telah berbentuk plat dibawa ke Folder Machine dengan menggunakan meja geser. Kemudian plat tersebut diberi tanda oleh operator secara manual.
7. Operator melakukan setting pada Folder Machine serta membubuhkan minyak pada roda sharp strip,
8. Plat coil dipotong menjadi dua bagian lalu dibentuk dengan menggunakan FolderMachine,
49
9. Produk terlebih dahulu diperiksa secara visual oleh operator sebelum produk dibawa ke area packing,
10. Produk kemudian dibawa ke area packingkemudian produk dipacking.
11. Produk yang sudah dipacking dibawa dengan menggunakan crane ke area produk jadi.
2.14 Mesin dan Peralatan Produksi
Mesin-mesin dan peralatan yang digunakan sebagian besar adalah buatan luar negeri, dan sebagian kecil buatan dalam negeri, dan semuanya dapat beroperasi dengan baik. Mesin dan peralatan yang digunakan dalam berproduksi sebagian sudah otomatis yaitu pada proses pembuatan produk SMARTRUSS. Tetapi masih ada juga yang semi otomatis yaitu mesin danperalatan yang digunakan dalam proses pembuatan produk ROOFING dan U-RUNNER. Disamping ada juga peralatan yang masih dibantu secara manual, yaitu pada proses pembuatan produk FLASHING. keterampilan manusia atau tenaga kerja. PT. BlueScope Lysaght Indonesia dapat dikatakan atau dikategorikan belum menggunakan teknologi tinggi. Sejauh ini kondisi mesin-mesin dan peralatan yang digunakan pada perusahaan ini belum pernah mengalami gangguan proses produksi yang serius akibat kerusakan mesin dan peralatan. Adapun gangguan yang dihadapi adalah dikarenakan ketidak telitian oleh para operator pabrik.
Secara umum kondisi mesin dan peralatan pada PT. NS BlueScope Lysaght Indonesia masih dapat beroperasi dengan baik . Bila ada masalah ataupun kerusakan yang terjadi pada mesin ataupun peralatan produksi yang dapat menghambat proses produksi, maka segera dilakukan perbaikan terhadap mesin dan peralatan tersebut. Perawatan yang
50
diberikan dapat berupa pemeriksaan terhadap kemampuan mesin dan peralatan dalam melakukan operasi, pemberian pelumas maupun bahan-bahan khusus bagi bagian mesin yang bergerak.Membersihkan mesin dan peralatan setelah digunakan secara teratur. Semua kegiatan-kegiatan diatas dilakukan oleh depertemen perawatan (Maintenance) yang akan menangani khususperawatanmesin-mesin dan peralatan, dimana nantinya akan melakukan koordinasi dengan departemen produksi, sehingga jadwal perawatan atau pemeliharaan mesin dan peralatan dapat dilakukan. Adanya departemen perawatan, maka dapat dilakukan perawatan secara teratur dan kontinu dan diharapkan tingkat kerusakan dari mesin dan peralatan dapat diminimisasi.
2.14.1 Mesin Produksi
Mesin-mesin yang digunakan dalam proses pengolahan produk bahan konstruksi baja ringan adalah sebagai berikut:
1. Nama mesin : Un-Coiler Folder (Gambar 2.18)
Tahun : 1997
Asal : Australia
Jumlah : 1 unit
Tenaga : 4 bar
Sumber Energi : Compressor
Fungsi : Membentuk Coil menjadi plat
Gambar 2.18. Un-Coiler Folder Machine. (Sumber PT NS BLI)
51
2. Nama mesin : Un-Coiler C-77 (Gambar 2.19)
Tahun : 2000
Asal : New Zealand
Daya : 3 HP
Tegangan : 400 Volt
Kuat arus : 10 Ampere
Jumlah : 1 unit
Frekuensi : 50 Hz
RPM 970
C os f : 0,71
Fungsi : Membentuk Coil menjadi plat
Gambar 2.19 Mesin Un-Coiler C-77. (Sumber PT NS BLI)
3.Nama mesin : Un-Coiler RF C-75(Gambar 2.20)
Tahun : 2000
Asal : New Zealand
Daya : 3 HP
Tegangan : 380 Volt Kuat arus : 60 Ampere
Jumlah : 1 unit
Frekuensi : 50 Hz
Fungsi : Membentuk Coil menjadi plat
52
Gambar 2.20 Un-Coiler RFManual. (Sumber PT NS BLI) 4. Nama mesin : Un-Coiler Manual(Gambar 2.21)
Tahun : 1997
Asal : Indonesia
Jumlah : 1 unit
Fungsi : Membentuk Coil menjadi plat
Gambar 2.21 Un-Coiler Manual (Sumber PT NS BLI)
5. Nama mesin : Cut-To-Lenght Machine (Gambar 2.22)
Tahun : 1997
Asal : Australia
Daya : 2 HP
Tegangan : 415 Volt Kuat arus : 38 Ampere
53
Jumlah : 1 unit Frekuensi : 50 Hz
Fungsi : Memotong plat Coil untuk digunakan pada Folder Machine
Gambar 2.22 Cut-To-Lenght Machine. (Sumber PT NS BLI)
6. Nama mesin : Folder Machine (Gambar 2.23)
Tahun : 1981
Asal : Taiwan
Daya : 5 HP
Tegangan : 208 Volt Kuat arus : 14,8 Ampere
Jumlah : 1 unit
Frekuensi : 50 Hz
Fungsi : Membentuk plat Coil menjadi produk FLASHING
Gambar 2.23 Folder Machine. (Sumber PT NS BLI)
54
7. Nama mesin : C-75 Machine (Gambar 2.24)
Tahun : 2000
Asal : Australia
Daya : 3 HP
Tegangan : 380 Volt Kuat arus : 60 Ampere Jumlah : 1 unit Frekuensi : 50 Hz C os f : 0,85
Fungsi : Membentuk dan memotong plat Coil menjadi produk SMARTRUSS
Gambar 2.24 C-75 Machine.( Sumber PT NS BLI)
9. Nama mesin : RF Machine (Gambar 2.25)
Tahun : 2000
Asal : New Zealand
Daya : 3 HP
Tegangan : 400 Volt Kuat arus : 10 Ampere
Jumlah : 1 unit
Frekuensi : 50 Hz
RPM 970
C os f : 0,71
Fungsi : Membentuk plat Coil menjadi produk ROOFING