• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:310) yang ditulis oleh Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan Nasional, kata evaluasi mempunyai pengertian sebagai berikut:

“Evaluasi : penilaian

Mengevaluasi : menilai, memeriksa untuk menilai

Misal, pekerjaan yang sudah dilakukan dan bagaimana hasilnya (baik, cukup baik, atau buruk)”. Berdasarkan pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi adalah suatu penilaian terhadap sesuatu hal dengan tujuan untuk mengetahui hasilnya apakah itu baik, cukup atau buruk.

2.2 Pengertian Akuntansi

Berbagai pengertian tentang akuntansi dikemukakan oleh para ahli. Pengertian itu berbeda-beda, tetapi pada dasarnya mengacu pada hal yang sama. Pengertian akuntansi menurut Hongren, Harrison, Bamber (2005;4) adalah:

“Accounting is the information system that measures business and

communicates the results to decision makers”.

Sedangkan Stice dan Skousen (2004:8) menyatakan bahwa:

“Accounting is a service activity. Its function is to provide quantitative information, primarily financial is nature about economic decision in making reasonable choice among alternatives course of action”.

(2)

Sedangkan menurut Soemarso S.R (2004:3) menyatakan pengertian akuntansi sebagai berikut:

“…proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”.

Dari berbagai pengertian mengenai akuntansi dapat disimpulkan bahwa akuntasi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, serta pelaporan suatu kegiatan ekonomi untuk membantu pemakainya dalam memberikan suatu penilaian dan pengambilan keputusan.

2.3 Biaya

2.3.1 Definisi Biaya

Ada macam-macam definisi biaya yang diungkapkan oleh para penulis buku akuntansi biaya misalnya, Mursyidi (2008;14) mengemukakan:

“Biaya atau cost diartikan sebagai suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang”.

Sedangkan menurut Sulastiningsih dan Zulkifli (2004;79) adalah:

“Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu”.

Kedua definisi tersebut mengarah pada satu pengertian yang hampir sama bahwa biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi untuk mendapatkan barang atau jasa yang dapat diukur dengan satuan uang.

(3)

2.3.2 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi atau penggolongan adalah proses pengelompokan secara sistematis atau keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberi informasi yang lebih ringkas dan penting. Agar data biaya dapat digunakan secara optimum oleh pihak manajemen baik untuk membantu perencanaan laba, pengendalian biaya-biaya maupun untuk kepentingan-kepentingan lain maka biaya harus diklasifikasikan menurut berbagai dasar atau hubungannya.

Carter dan Usry (2002:2-9) mengklasifikasikan biaya sebagai berikut:

“1. The product (a single lot, batch, or unit of a good or service) 2. The volume of production

3. The manufacturing departements, processes, cost centers, or other subdivisions

4. The accouting period

5. A decision, action, or evaluation”.

Penggolongan biaya menurut Mulyadi (2005:13) adalah: “1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan. 3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu

yang dibiayai.

4. Penggolongan biaya menurut prilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu dan manfaatnya”.

2.3.2.1 Biaya dalam Hubungannya dengan Produk

Dalam klasifikasi ini biaya total yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan pabrikasi terdiri dari:

1. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi ini terdiri dari tiga unsur biaya, yaitu:

a. Bahan baku langsung (direct materials) adalah semua bahan yang membentuk bagian barang integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk.

(4)

b. Tenaga kerja langsung (direct Labor) adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi.

c. Overhead pabrik adalah biaya tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke produk tertentu.

Dua dari tiga unsur utama biaya produksi dapat digolongkan secara terminologi biaya sebagai berikut:

a. Biaya utama adalah gabungan antara biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya konversi adalah biaya yang digunakan untuk merubah bahan baku langsung menjadi produk selesai.

2. Biaya Non Produksi

Biaya non produksi atau biaya komersil adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi. dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yang terdiri dari:

a. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ketangan konsumen.

b. Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan kegiatan penentu kebijakan, pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

3. Biaya Keuangan

Biaya keuangan adalah biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-fungsi keuangan.

2.3.2.2 Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi

Untuk keperluan pengendalian biaya dan pengambilan keputusan, biaya dapat digolongkan sesuai dengan tingkah lakunya dalam hubungannya dengan volume produksi, yaitu:

(5)

1. Biaya Variabel

Biaya variabel menurut Sunarto (2003;6) adalah sebagai berikut :

“Biaya variable merupakan biaya yang mempunyai tingkah laku berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan produksi”. Adapun pengertian biaya variabel menurut Horngren, Charles T, George Foster, Srikant M Datar (2003:32) adalah sebagai berikut:

“A variable cost changes in total proportion to change in the related level of total activity or volume”.

Jadi biaya variabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a. Perubahan jumlah total dalam proporsi yang sama dengan perubahan volume.

b. Biaya per-unit konstan walaupun volume berubah dalam rentang yang relevan.

c. Mudah dan tepat untuk dibebankan ke departemen operasi. d. Merupakan tanggung jawab kepala departemen tertentu.

Diantaranya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Ada beberapa overhead pabrik dan biaya non pabrikasi yang termasuk dalam kategori biaya variabel. Beberapa diantaranya biaya overhead yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya variabel, yaitu: perlengkapan, bahan bakar, biaya penerimaan barang, biaya komunikasi, upah lembur dan sebagainya.

2. Biaya Tetap

Definisi biaya tetap menurut Sulastiningsih dan Zulkifli (2004;83) Mengemukakan sebagai berikut:

“Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan tertentu relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan”.

(6)

Sedangkan menurut Carter dan Usry (2002;3-1) mengemukakan sebagai berikut:

“a fixed cost is defined as one that does not change in total as business activity increases or decreases”.

Jadi biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut: a. Jumlah total tetap dalam suatu tingkat output yang relevan.

b. Penurunan biaya per unit bila volume bertambah dalam rentang relevan. c. Dapat dibebankan pada departemen-departemen berdasarkan kepentingan

manajemen.

d. Tanggung jawab pengendalian lebih banyak dipikul oleh manajemen eksekutif dari pada penyelia operasi.

3. Biaya Semi Variable

Definisi biaya semi variabel menurut Armanto Witjaksono (2006;13) adalah sebagai berikut:

“Biaya semi variable adalah biaya dimana jumlahnya berubah-ubah dalam hubungannya dengan perubahan kuantitas yang diproduksi tetapi perubahannya tidak proposional”.

Sedangkan hal serupa dikemukakan oleh Mulyadi (2005:15) bahwa:

“Biaya semi variabel yakni biaya yang selalu berubah tetapi perubahannya tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan”.

Jadi ciri-ciri dari biaya semi variable adalah sebagai berikut:

a. Mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dalam suatu tingkat output yang relevan dan yang sebagian lagi berubah sebanding dengan perubahan output.

b. Disebut juga mixed assets, contohnya biaya listrik. Listrik yang digunakan untuk penerangan dapat digolongkan biaya semi variabel karena terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

(7)

2.3.2.3 Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Pabrikasi, Proses atau Segmen lainnya

Pembagian sebuah pabrik menjadi beberapa departemen, proses, pusat kerja, pusat biaya, atau himpunan biaya menjadi dasar untuk pengelompokkan dan mengakumulasi biaya-biaya produk serta tangung jawab atas pengendalian biaya. Jika sebuah produk melewati suatu departemen atau pusat biaya, produk tersebut akan dibebani dengan biaya langsung dapat ditelusuri dan bagian yang tidak langsung.

Departemen sebuah pabrik dapat dibagi menjadi:

1. Departemen produksi, adalah departemen yang mengelola bahan baku menjadi barang jadi.

2. Departemen jasa, adalah departemen yang memberikan jasa untuk membantu kelancaran departemen produksi.

Sedangkan pembebanan biaya dalam departemen terbagi dari: 1. Biaya langsung.

2. Biaya tidak langsung.

2.3.2.4 Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi

Biaya dalam hubungannya dengan satu periode akuntansi dapat dikalasifikasikan menjadi:

1. Pengeluaran Modal (Capital expenditure)

Adalah biaya-biaya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

2. Pengeluaran Pendapatan (Revenue expenditure)

Adalah biaya-biaya yang hanya bermanfaat di dalam periode akuntansi dimana biaya tersebut terjadi.

(8)

2.3.2.5 Biaya dalam Hubungannya dengan Keputusan, Aktivitas, dan Evaluasi

Biaya dalam hubungannya dengan keputusan, aktivitas, dan Evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Differential Cost adalah biaya yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut dengan pemilihan alternatif masa yang akan datang.

2. Opportunity Cost adalah pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu.

3. Out of pocket cost adalah biaya yang memerlukan pengeluaran kas sekarang atau dalam jangka dekat sebagai akibat pengambilan keputusan yan telah lalu.

4. Sunk cost adalah biaya yang terjadi sebagai akibat dari pengambilan keputusan yang telah lalu.

5. Unavoidable cost and Avoidable cost

Unavoidable cost marupakan biaya yang tidak dapat dihindari, sedangkan avoidable cost merupakan biaya yang dapat dihindarkan.

2.4 Akuntansi Biaya

2.4.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Para ahli akuntansi banyak yang mengemukakan pendapatnya untuk mendefinisikan akuntansi biaya. Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2005;7) adalah:

“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.

Adapun pengertian akuntansi biaya menurut Horngren, Datar, dan Foster (2003:3) adalah:

“Cost accounting measure and reports financial and non financial information relating to the cost of acquirition or utilizing resources in an organization. Cost accounting includes those parts of both management

(9)

accounting and financial accounting in with cost information is collected or analyze”.

Sedangkan menurut Carter dan Usry (2002;1-10) adalah:

“Cost accounting is used to calculate te cost of the output sold during a period; this and other costs are matched with revenues to calculate profits”.

Jadi secara umum pengertian akuntansi biaya adalah suatu proses pencatatan, peringkasan, dan pelaporan mengenai biaya-biaya pembuatan produk dan biaya penjualan dengan menggunakan satu metode yang akan berguna dalam menghasilkan informasi biaya yang digunakan sebagai pelaporan dalam akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan untuk pengambilan keputusan oleh pihak intern (pihak manajemen) dan pihak eksternal. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan basis data biaya bagi masing-masing bidang akuntansi.

2.4.2 Tujuan dan Fungsi Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya mempunyai arti penting dalam menyediakan informasi tentang biaya. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan dari akuntansi biaya adalah menyajikan laporan biaya untuk membantu manajemen dalam mengelola perusahaannya.

Adapun tujuan akuntansi biaya menurut Mulyadi (2005:7) adalah: “Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok:

1. Penentuan Harga Pokok

untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikelompokkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi di masa yang lalu atau dapat dikatakan dengan biaya historis.

2 . Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produksi. Jika

(10)

biaya yang seharusnya ini ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya. Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap penyimpangan biaya sesungguhnya dan biaya seharusnya, dan penyajian informasi mengenai penyebab terjadinya selisih. Dari analisis penyimpangan dan penyebabnya tersebut pihak manajemen akan dapat mempertimbangkan tindakan koreksi, jika hal ini perlu dilakukannya. 3. Pengambilan Keputusan Khusus

Pengambilan keputusan menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang relavan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi yang akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya yang akan datang atau future cost.

Sedangkan tujuan akuntansi biaya menurut Kusnadi, dkk (2001;3-4) adalah sebagai berikut:

“1. Penentuan harga pokok produk

2. Menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen 3. Sebagai alat perencanaan

4. Pengendalian biaya

5. Memperkenalkan berbagai metode 6. Pengambilan keputusan khusus

7. Menghitung laba perusahaan pada setiap periode tertentu

8. Menghitung dan menganalisis berbagai sebab terjadinya ketidak-efektifan dan ketidakefisienan”.

Jadi inti dari beberapa pendapat para ahli diatas menyatakan bahwa fungsi dan tujuan akuntansi biaya yang paling utama adalah alat bantu manajemen dalam melaksanakan perencanaan, memberikan informasi yang memadai mengenai harga pokok produk, pengendalian biaya serta pengambilan keputusan. Selain itu akuntansi biaya membantu manajemen dalam membuat rencana operasi yang terintegrasi dan sejalan dengan tujuan perusahaan.

(11)

2.5 Biaya Produksi

2.5.1 Pengertian Biaya Produksi

Pengertian biaya produksi menurut Mulyadi (2005;14) adalah:

“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual”.

Sedangkan menurut Horngren, Datar, dan Foster (2003:45) adalah:

“Production cost is the sum of costs assigned to a product for a specific purpose”.

Menurut objek pengeluaran secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi:

1. Biaya Bahan Baku Langsung. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung. 3. Biaya Overhead pabrik.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya yang timbul dari kegiatan produksi yaitu kegiatan yang merupakan proses pengubahan bahan baku menjadi barang jadi melalui pengunaan tenaga kerja dan fasilitas pabrik.

2.5.1.1 Biaya Bahan Baku Langsung

Bahan baku langsung adalah semua bahan yang akan diolah, menjadi bagian langsung dari produk jadi dan pemakainya dapat diidentifikasikan, atau ditelusuri jejaknya, atau merupakan bagian integral pada suatu produk tertentu.

Pengertian biaya bahan baku langsung menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007;10) adalah sebagai berikut:

“Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai”.

(12)

Sedangkan menurut Horngren, Charles T, George Foster, Srikan M Datar (2003:39) mengemukakan:

“Direct materials cost are the acquisition cost of all materials that eventually become part of cost object, and that can be traced to the cost object in an economically way”.

Jadi yang dimaksud biaya bahan baku langsung adalah biaya dari semua bahan yang membentuk satu kesatuan yang tidak dapat terpisah dari barang jadi. Besarnya biaya bahan baku langsung ditentukan oleh biaya perolehannya yaitu sejak pembelian sampai dengan biaya dapat digunakan dalam proses produksi.

2.5.1.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau usaha mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja merupakan harga atau balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat di identifikasi atau ditelusuri pada produk tertentu yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.

Menurut Masiyah Kholmi dan Yuningsih (2004;16) mengemukakan: “Tenaga kerja langsung adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan baku atau menjadikan jasa kepada pelanggan”.

Sedangkan menurut Mulyadi (2005;319) mengemukakan:

“Biaya tenaga kerja langsung adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut”.

Pengertian diatas mempunyai artian bahwa tenaga kerja langsung adalah tenaga yang semua pengorbanan jasanya dapat diperhitungkan langsung kedalam pembuatan suatu produk tertentu, atau karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Pada umumnya identifikasi dari penggunaan tenaga kerja langsung dinyatakan dalam jam kerja. Untuk satu unit produk dinyatakan beberapa jam kerja yang dibebankan dalam produk.

(13)

2.5.1.3 Biaya Overhead Pabrik

Pengertian biaya overhead pabrik menurut Mursyidi (2008;221) mengemukakan:

“Biaya overhead pabrik (Factory Overhead Cost) disebut juga factory

burden, manufacturing expense, manufacturing overhead, factory expense, dan indirect manufacturing cost, merupakan biaya yang

terjadi atau dibebankan dalam suatu proses produksi selain bahan baku dan tenaga kerja langsung”.

Sedangkan menurut Horngren, Charles T, George Foster, Srikant M

Datar (2003:39) mengemukakan:

“indirect manufacturing cost are all manufacturing costs that are considered part of the cost object, unit finished or in process, but that cannot be traced to that cost object in an economically feasible way”.

Jadi biaya overhead pabrik adalah biaya produk selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead pabrik merupakan berbagai macam biaya dan semuanya tidak dapat ditelusuri secara langsung pada produk atau aktivitas lainnya dalam upaya perusahaan merealisasikan pendapatan. Biaya overhead pabrik kerap dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bahan Tidak Langsung

Bahan tidak langsung adalah bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakainnya sedemikian kecil atau sulit diukur per unit produk. Biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak langsung dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

• Biaya Variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

• Biaya Tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu.

• Biaya semi Variabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

(14)

2. Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja yang dikerahkan secara tidak langsung mempengaruhi pembuatan barang jadi.

3. Biaya Tidak Langsung Lainnya

Secara sederhana dapat didefinisikan sebagai biaya overhead pabrik selain biaya overhead pabrik bahan tidak langsung dan biaya overhead pabrik tenaga kerja tidak langsung.

2.6 Pengendalian Biaya Produksi 2.6.1 Pengertian Pengendalian

Pengertian pengendalian biaya menurut Usry dan Carter yang disadur oleh Krista (2004;6) adalah:

“Usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan aktivitas-aktvitas dimonitori terus menerus untuk memastikan bahwa hasilnya berada pada batasan yang diinginkan. Hasil aktual untuk setiap aktivitas dibandingkan dengan rencana, dan jika perbedaan yang signifikan, tindakan perbaikan yang dilakukan”.

Menurut Weisch Hilton dan Gordon yang disadur oleh Purwantiningsih dan Maudy Warouw (2000;3) pengertian pengendalian:

“Suatu proses untuk menjamin terciptanya kinerja efisien yang memungkinkan tercapainya tujuan perusahaan. Kegiatan ini mencakup :

1. Menetapkan tujuan dan standar.

2. Membandingkan kinerja yang diukur dengan tujuan dan standar yang telah diciptakan.

3. Menekankan pencapaian sukses dan upaya memperbaiki kesalahan”.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pengendalian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur dan memperbaiki standar yang telah digunakan sebagai ukuran pelaksanaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

(15)

2.6.2 Tujuan Pengendalian

Menurut Malayu (2003:242) tujuan pengendalian adalah:

“1. Supaya proses pelaksanaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana

2. Menentukan tindakan perbaikan (corrective), jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (deviasi)

3. Supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya”.

Sedangkan menurut Welsch, Hilton dan Gordon (2000;7) yang disadur oleh Purwatiningsih dan Maudy Warouw adalah:

“Tujuan pengendalian biaya adalah untuk memperoleh jumlah produksi atau hasil yang sebesar-besarnya dengan kualitas yang dikehendaki dari pemakaian sejumlah bahan tertentu, tenaga kerja, usaha dan fasilitas”.

Dihubungkan dengan biaya, tujuan pengendalian adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai jumlah produk atau hasil yang sebesar-besarnya dengan kualitas yang dikehendaki yang dapat dihasilkan atau dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya dan fasilitas yang tersedia di perusahaan secara efektif dan efisien. Untuk menjaga agar proses produksi selalu berjalan dengan baik, maka diperlukan pengendalian yang baik atas proses produksi itu sendiri. Pengendalian itu tentu saja harus dipilih dan ditetapkan metode yang paling tepat, sehingga pengendalian produksi dapat berhasil dan memuaskan.

2.6.3 Pengendalian Biaya Produksi

2.6.3.1 Pengertian Pengendalian Biaya Produksi

Aliminsyah dan Panji (2003:253) mendefinisikan pengendalian biaya produksi sebagai berikut:

“Pengendalian biaya dengan menggunakan teknik-teknik tertentu agar biaya yang dikeluarkan tidak melebihi batas standar yang telah ditentukan”.

(16)

Menurut pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pengendalian biaya produksi merupakan suatu tindakan manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan dengan cara membandingkan rencana yang dibuat sebelum kegiatan produksi dilaksanakan dengan biaya sesungguhnya yang terjadi setelah proses produksi dilaksanakan.

2.6.3.2 Proses Pengendalian Biaya Produksi

2.6.3.2.1 Pengendalian Biaya Bahan Baku Langsung

Pengendalian bahan baku langsung tergantung pada sejauh mana pemakaian bahan baku tersebut telah dijalankan secara efektif. Bila pemakaian bahan baku dapat dikonsumsi dengan terkendali, maka biaya pun dapat terkendali.

Dalam fase yang seluas-luasnya, arti dari pengendalian bahan baku adalah menyediakan bahan baku dengan kualitas dan kuantitas yang diisyaratkan pada waktu dan tempat yang diperlukan pada proses produksi. Hal ini mengandung implikasi bahwa bahan yang diperoleh tidak boleh berlebihan jumlahnya dan mestinya dipertanggungjawabkan secara penuh dan dipergunakan sesuai dengan yang dimaksud. Jadi jelas bahwa pengendalian bahan yang luas lingkupnya dan harus mencakup banyak fase atau bidang pengendalian, seperti rencana dan spesifikasi, pembelian, penerimaan dan pemeliharaan, persediaan, penggunaan barang sisa dan pemborosan.

2.6.3.2.2 Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung

Pengendalian tenaga kerja berkisar pada pengukuran prestasi pelaksanaan yang sesungguhnya terhadap tolak ukur atas standar dan mengadakan tindak lanjut terhadap alasan terjadinya penyimpangan dari standar ini. Berhasilnya proyek akan bergantung pada suatu sistem upah yang layak dan standar-standar kuantitatif dan kualitatif yang efektif.

(17)

2.6.3.2.3 Pengendalian Biaya Overhead Pabrik

Pengendalian biaya overhead pabrik dengan sistem biaya standar adalah serupa dengan pengendalian bahan baku dan upah langsung. Biaya overhead pabrik telah banyak bertambah begitu perusahaan semakin rumit, dalam artian semakin banyaknya mesin dan peralatan canggih yang digunakan. Dengan bertambahnya investasi dalam mesin, dapat meningkatkan produktifitas dan mengurangi jam tenaga kerja langsung. Maka pengendalian biaya penyusutan, penggunaan tenaga listrik, perbaikan dan pemeliharaan mesin mendapat perhatian yang lebih besar dari manajemen. Meskipun faktor-faktor ini agak menyulitkan, tapi cara pendekatan dasar dari pengendalian ini pada pokoknya adalah sama pada yang telah diterapkan terhadap biaya-biaya langsung, yaitu penetapan standar, pengukuran prestasi sebenarnya terhadap standar, dan pengambilan tindakan perbaikan.

2.7 Biaya Standar

2.7.1 Pengertian Biaya Standar

Pedoman yang dapat diandalkan untuk mengukur dan mengendalikan biaya didasarkan atas penelitian dan analisis yang seksama mengenai beberapa biaya yang seharusnya untuk melaksanakan operasi dengan metode yang sebaik-baiknya disebut standar. Standar hampir menyerupai norma. Suatu standar sebaiknya dianggap sebagai suatu norma untuk input produksi, seperti unit bahan baku, jam tenaga kerja, dan persentase kapasitas yang digunakan.

Definisi biaya standar Mursyidi (2008;249) adalah:

”Biaya standar merupakan biaya ditentukan di muka untuk suatu produk yang bersifat homogin dan relatif stabil”.

Sedangkan definisi biaya standar menurut Edward, Kung, Thomas yang disadur oleh Susty (2001:730) adalah:

“Biaya standar merupakan pengeluaran perusahaan yang ditentukan sebelumnya yang dibutuhkan dalam operasi”.

(18)

Dilihat dari kedua definisi di atas mempunyai pengertian yang sama yaitu biaya standar adalah biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi sekarang atau yang diantisipasi. Jadi jelas bahwa biaya standar merupakan biaya yang ditetapkan dimuka sebagai target yang dituju dan sekaligus digunakan untuk mengukur biaya yang sesungguhnya terjadi atau dikeluarkan untuk memproduksi satu-satuan barang produk pada kondisi operasi tertentu. Jika biaya yang sesungguhnya menyimpang dari biaya standar, maka yang dianggap benar adalah biaya standar, sepanjang asumsi-asumsi yang mendasari penentuannya tidak berubah.

2.7.2 Manfaat dan Kelemahan Biaya Standar

Selama beberapa dekade sistem biaya standar mendominasi berbagai praktek pengendalian. Ada beberapa manfaat dari penggunaan biaya standar yang ditunjukkan untuk membantu perencanaan dan pengendalian operasi dan dalam menetapkan gambaran yang lebih jelas mengenai pengaruh keputusan manajemen terhadap tingkat biaya dan laba.

Menurut Masiyah Kholmi dan Yuningsih (2004:142) manfaat biaya standar adalah sebagai berikut:

“1. Perencanaan 2. Koordinasi

3. Pengambilan keputusan 4. Pengendalian biaya

5. Memungkinkan ditetapkan ”Prinsip Pengecualian” (Principle Of

Exception)

6. Menekan atau Mengurangi biaya administrasi”.

Sedangkan menurut Kusnadi, dkk (2001;254), sebagai alat pengendalian biaya produksi biaya standar mempunyai manfaat sebagai berikut:

“1. Pengawasan biaya

2. Penetapan harga (biaya)pokok produk 3. Perencanaan budget

4. Penetapan harga jual produk 5. Pemeliharaan catatan”.

(19)

Kelemahan biaya standar menurut Mulyadi (2005:389) sebagai berikut: “1. Tingkat keketaatan atau kelonggaran standar tidak dapat

dihitung dengan tepat meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenis standar apa yang ditentukan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaaan secara keseluruhan dengan ketaatan atau kelonggaran yang relatif sama.

2. Seringkali standar cenderung menjadi kaku atau fleksibel, meskipun dalam jangka waktu pendek, keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan standar jarang sekali dilakukan”.

2.7.3 Jenis-jenis Biaya Standar

Jenis standar menurut Mulyadi (2005:394) sebagai berikut: 1. Standar teoritis

Standar teoritis disebut pula dengan standar ideal, yaitu standar yang ideal dalam pelaksanaannya sulit untuk dapat dicapai.

2. Rata-rata biaya waktu yang lalu

Standar ini cenderung merupakan standar yang longgar sifatnya. 3. Standar normal

Standar normal didasarkan atas taksiran biaya di masa yang akan datang di bawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang normal.

4. Pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai (attainable high performance)

Standar jenis ini banyak digunakan dan merupakan kriteria yang paling baik untuk menilai pelaksanaan.

2.7.4 Prosedur Penentuan Biaya Standar

Menurut Mulyadi (2005:390) proses penentuan biaya standar adalah sebagai berikut:

“1. Biaya bahan baku standar 2. Biaya tenaga kerja standar 3. Biaya overhead pabrik standar”.

(20)

2.7.4.1 Biaya Bahan Baku Standar

Standar biaya bahan baku terdiri dari : 1. Standar harga bahan baku

Standar harga bahan baku Menurut Mulyadi (2005:392) sebagai berikut :

“Harga yang dipakai harga standar dapat berupa :

a. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu satu tahun

b. Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar

c. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang”.

Pada umumnya harga standar bahan baku ditentukan pada akhir tahun dan digunakan selama tahun berikutnya, tetapi pada harga standar ini dapat diubah bila terjadi penurunan atau kenaikan harga yang bersifat luar biasa.

2. Standar kuantitas bahan baku

Menurut Sunarto (2003;103) sebagai berikut:

“Standar kuantitas dan standar efisiensi bahan baku ditetapkan secara teknis oleh departemen produksi dengan menentukan spesifikasi dan jumlah bahan yang digunakan dalam membuat barang”.

Mengenai penerapan standar kuantitas bahan baku ini Mulyadi (2000:419) mengemukakan:

“Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan:

a. Penyelidikan teknis.

b. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk:

- Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produksi atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.

- Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.

- Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanan pekerjaan yang paling baik”.

(21)

Rumus standar biaya bahan baku :

Biaya bahan baku = Kuantitas bahan baku x Harga standar

2.7.4.2 Biaya Tenaga Kerja Standar

Standar biaya tenaga kerja menurut Mursyidi (2008:252) adalah:

“Standar biaya tenaga kerja mencakup tarif upah tenaga kerja dan penggunaan jam tenaga kerja”.

Rumus standar tenaga kerja langsung :

Standar tarif upah Standar tenaga kerja langsung = ---

Jumlah produksi

Biaya tenaga kerja standar terdiri dari dua unsur, yaitu: 1. Jam tenaga kerja standar

Jam kerja standar adalah standar waktu pemakaian tenaga kerja yang seharusnya digunakan untuk menghasikan suatu produk tertentu.

Syarat mutlak berlakunya jam tenaga kerja standar adalah:

a. Tata letak pabrik (plant layout) yang efisiensi dengan peralatan yang modern sehingga dapat dilaksanakan produksi yang maksimum dengan biaya minimum.

b. Pengembangan Staf perencanaan produksi, routing, scheduling agar aliran proses produksi lancar tanpa terjadi penundaan dan kesimpangsiuran.

c. Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat dibutuhkan untuk produksi.

d. Standarisasi karyawan dan metode-metode kerja dengan instruksi dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga proses produksi dapat dilaksanakan di bawah kondisi yang baik.

Jam kerja menurut Mulyadi (2005:392) dapat ditentukan dengan cara: a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsikan dalam suatu

(22)

b. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.

c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.

d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk.

Rumus standar jam tenaga kerja :

Banyaknya jam kerja dalam satu bulan Standar Jam Kerja = ---

Kapasitas normal perusahaan dalam satu bulan

2. Tarif upah standar

Standar tarif upah merupakan penetapan di muka mengenai tarif upah tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Standar tarif upah ini sering merupakan faktor yang tidak seluruhnya dapat dikendalikan oleh manajemen karena penetapan standar tarif upah ini banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern perusahaan. Tarif upah standar menurut Mulyadi (2005:393) dapat ditentukan atas dasar: a. Perjanjian dengan organisasi karyawan.

b. Data upah masa lalu, yang digunakan sebagai tarif upah standar adalah rata-rata hitung dan rata-rata tertimbang atau median upah karyawan masa lalu.

c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.

Rumus standar tarif upah :

(23)

2.7.4.3 Biaya Overhead Pabrik Standar

Menurut Masiyah Kholmi dan Yuningsih (2004:163) biaya overhead pabrik standar adalah:

“Biaya overhead pabrik yang seharusnya terjadi di dalam mengelola satu satuan produk”.

Sedangkan menurut Sunarto (2003;110) biaya overhead pabrik standar adalah:

“Standar biaya overhead pabrik ditetapkan dengan kajian terhadap perilaku biaya tersebut terhadap perubahan volume kegiatan pabrik”.

Tarif biaya overhead standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal. Manfaat tarif overhead pabrik yang meliputi unsur biaya overhead pabrik tetap dan variable, adalah untuk penentuan harga pokok produk dan perencanaan. Agar tarif overhead ini bermanfaat untuk pengendalian biaya, maka tarif ini harus dipisahkan kedalam tetap dan variabel. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas.

Rumus standar tarif biaya overhead pabrik:

Jam mesin std biaya overhead pabrik = Jml. Produksi aktual x Jam mesin std Total biaya overhead pabrik

Tarif biaya overhead pabrik = ---

Jam mesin standar biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik standar Std Tarif biaya overhead pabrik = ---

(24)

2.8 Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya dari Biaya Standar Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisis ini diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan untuk mengatasi terjadinya selisih yang merugikan.

Analisis selisih biaya bahan baku dan analisis selisih biaya tenaga kerja langsung berbeda dengan analisis biaya overhead pabrik. Dalam analisis selisih biaya bahan baku dan biaya tenga kerja langsung hanya dikenal dua macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya dan kapasitas standar, sedangkan dalam analisis selisih biaya overhead pabrik dikenal tiga macam kapasitas: kapasitas sesungguhnya, kapasitas standar, dan kapasitas normal. Oleh karena itu analisis selisih ini dibedakan menjadi dua: analisis selisih biaya produksi langsung dan analisis selisih biaya overhead langsung.

2.8.1 Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung 2.8.1.1 Metode Satu Selisih

Dalam metode ini, selisih antara biaya sesungguhnya dan biaya standar tidak dipecah kedalam selisih harga atau selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu selisih yang merupakan gabungan dari selisih harga dan selisih kuantitas. Analisis dalam model ini digambarkan dengan rumus berikut ini :

St = (HSt x KSt) – (HS x KS) Keterangan: St = Total selisih HSt = Harga standar KSt = Kuantitas standar HS = Harga sesungguhnya KS = Kuantitas sesungguhnya

(25)

2.8.1.2 Metode Dua Selisih

Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah kedalam dua selisih, yaitu:

• Selisih harga dan

• Selisish kuantitas (selisih efisiensi).

Selisih dalam metode ini digambarkan dalam rumus berikut : a. Perhitungan Selisih Harga

SH = (HST – HS) X KS Keterangan: SH = Selisih harga HSt = Harga standar HS = Harga sesungguhnya KS = Kuantitas sesungguhnya b. Perhitungan Selisih Kuantitas (efisiensi)

SK = (KSt – KS) x HSt Keterangan:

SK = Selisih kuantitas (efisiensi) KSt = Kuantitas standar

KS = Kuantitas sesungguhnya HSt = Harga standar

2.8.1.3 Metode Tiga Selisih

Dalam model ini, selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu:

• Selisih harga,

• Selisih kuantitas, dan • Selisih harga/kuantitas.

Hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi tiga kemungkinan berikut ini :

1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga dan kuantitas sesungguhnya.

(26)

Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya.

Rumus perhitungan: a. Selisih Harga SH = (HSt – HS) x KSt b. Selisih kuantitas SK = (KSt – KS) x HSt c. Selisih gabungan SHK = (HSt –HS) x (KSt – KS) Keterangan: SH = Selisih harga SK = Selisih kuantitas SHK = Selisih gabungan HSt = Harga standar HS = Harga sesungguhnya KSt = Kuantitas standar KS = Kuantitas sesungguhnya

Harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi dari harga sesungguhnya dari kuantitas sesungguhnya.

Rumus perhitungan: a. Selisih Harga SH = (HSt – HS) x KS b. Selisih Kuantitas SK = (KSt – KS) x HS c. Selisih Gabungan SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) Keterangan: SH = Selisih harga SK = Selisih kuantitas SHK = Selisih gabungan HSt = Harga standar

(27)

HS = Harga sesungguhnya KSt = Kuantitas standar

KS = Kuantitas sesungguhnya

2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya.

Jika harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, maka selisih gabungan yang merupakan selisih harga/kuantitas tidak akan terjadi. Rumus perhitungan :

a. Selisih Harga

SH = (HSt – HS) x KS b. Selisih Kuantitas

SK = (KSt – KS) x HSt c. Selisih Gabungan sama dengan nol

Keterangan: SH = Selisih harga SK = Selisih kuantitas SHK = Selisih gabungan HSt = Harga standar HS = Harga sesungguhnya KSt = Kuantitas standar KS = Kuantitas sesungguhnya

3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya.

Dalam kondisi ini selisih gabungan tidak akan terjadi. Dengan demikian perhitungan selisih dilakukan dengan rumus berikut:

a. Selisih Harga

SH = (HSt – HS) x KS b. Selisih Kuantitas

SK = (KSt – KS) x HSt c. Selisih Gabungan sama dengan nol

(28)

Keterangan: SH = Selisih harga SK = Selisih kuantitas SHK = Selisih gabungan HSt = Harga standar HS = Harga sesungguhnya KSt = Kuantitas standar KS = Kuantitas sesungguhnya

2.8.2 Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja 1. Model satu selisih

Selisih biaya tenaga kerja

(JKSt x TUSt) – (JKS – TUS) Keterangan:

JKSt = Jam kerja standar JKS = Jam kerja sesungguhnya TUSt = Tarif upah standar TUS = Tarif upah sesungguhnya 2. Model dua selisih

a. Selisih Tarif Upah (TUSt – TUS) x JKS b. Selisih Efisiensi Upah

(JKSt – JKS) x TUSt Keterangan:

JKSt = Jam kerja standar JKS = Jam kerja sesungguhnya TUSt = Tarif upah standar TUS = Tarif upah sesungguhnya 3. Model tiga selisih

a. Selisih Tarif Upah (TUSt – TUS) x JKS

(29)

b. Selisih Efisiensi Upah (JKSt – JKS) x TUSt c. Selisih Gabungan

(JKSt – JKS) x (TUSt – TUS) Keterangan:

JKSt = Jam kerja standar JKS = Jam kerja sesungguhnya TUSt = Tarif upah standar TUS = Tarif upah sesungguhnya

2.8.3 Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik

Dalam perusahaan yang mengunakan sistem biaya standar, analisis biaya overhead pabrik dipengaruhi pula oleh kapasitas standar. Oleh karena itu ada empat model analisis selisih biaya overhead pabrik.

2.8.3.1 Metode Satu Selisih

Dalam model ini, selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara mengurangi biaya overhead pabrik dengan tarif standar pada kapasitas standar dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya.

2.8.3.2 Metode Dua Selisih

Selisih biaya overhead pabrik yang dihitung dengan model satu selisih dapat dipecah menjadi dua macam selisih, yaitu :

1. Selisih Terkendali

Selisih terkendali adalah perbedaan biaya overhead sesungguhnya dengan biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas standar.

2. Selisih Volume

Selisih volume adalah perbedaan antara biaya overhead yang dianggarkan pada jam standar dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk (kapasitas standar dengan tarif standar).

(30)

2.8.3.3 Metode Tiga Selisih

Selisih biaya overhead pabrik yang dihitung dengan menggunakan model satu selisih dapat dipecah menjadi tiga selisih, yaitu:

1. Selisih pengeluaran

Selisih pengeluaran adalah perbedaan biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya.

2. Selisih kapasitas

Selisih kapasitas adalah perbedaan antara biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk pada kapasitas sesungguhnya (kapasitas sesungguhnya dengan tarif standar).

3. Selisih efisiensi

Selisih efisiensi adalah tarif biaya overhead pabrik dikali dengan selisih antara kapasitas standar dengan kapasitas sesungguhnya.

2.8.3.4 Metode Empat Selisih

Model empat selisih ini merupakan perluasan model tiga selisih. Dalam model ini selisih efisiensi dalam model tiga selisih dipecah lebih lanjut menjadi dua selisih:

1. Selisih efisiensi variable. 2. Selisih efisiensi tetap.

• Perhitungan Selisih Pengeluaran Overhead Variabel Selisih Pengeluaran Overhead Variabel

= (Tarif overhead variable standar – Tarif overhead variable aktual) x jam aktual

Overhead variable aktual Tarif overhead variable aktual = ---

(31)

Overhead variable standar Tarif overhead variable standar = ---

Jam standar Selisih Pengeluaran Overhead Variabel

= (Tarif overhead variable standar - Tarif overhead variable aktual) x Jam aktual

Selisih efisiensi overhead variable

= (Jam standar – Jam aktual) x Tarif overhead variabel standar

• Perhitungan Selisih Overhead Tetap Selisih Pengeluaran Overhead Tetap

= Overhead tetap aktual - Overhead tetap standar Selisih Volume Overhead Tetap

= (Jam std volume denominator – Jam std) x Tarif overhead tetap std

Overhead tetap standar Tarif overhead tetap std = ---

Jam standar Jam standar volume denominator

= (Produksi std : Produksi aktual) x Jam standar Selisih volume overhead tetap

= (Jam std volume denominator – Jam standar ) x Tarif overhead tetap std

2.9 Perbaikan terhadap Standar

Standar harus diubah hanya apabila kondisi yang mendasari penentuannya telah mengalami perubahan. Ada dua pandapat mengenai kapan standar harus diubah. Pendapat pertama mengatakan standar harus diubah dalam periode akuntansi, yaitu segera setelah diketahui bahwa standar tersebut keliru. Pendapat yang kedua mengatakan bahwa jika standar diperbaiki dalam akuntansi perubahan tersebut akan menghancurkan standar sebagai alat pengukur efisiensi. Oleh karena

(32)

itu meskipun standar yang ditetapkan telah, mengalami kekeliruan, perbaikan standar harus diperbaiki sampai akhir periode akuntansi.

Jalan tengah yang harus diambil dari pertentangan dua pendapat tersebut adalah ditinjau dari segi praktisnya, apabila terjadi perubahan yang penting dalam metode produksi, tenaga kerja, atau bahan baku yang dipakai baik kuantitas maupun kualitasnya, maka standar harus segera diubah. Baik standar harga bahan atau standar tarif upah harus diubah bila terjadi perubahan penting pada harga pasar bahan baku dan tarif upah. Setiap sistem harga pokok standar harus ditinjau secara periodik sehingga biasa dilakukan perbaikan jika standar tersebut ternyata keliru atau menjadi ketinggalan terhadap metode produksi. Bagian akuntansi biaya harus selalu mengadakan penyesuaian dan perbaikan biaya standar agar standar tersebut tidak menyesatkan manajemen. Perubahan hendaknya diterapkan pada standar tertentu tanpa mengganggu sistem harga pokok standar secara keseluruhan.

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum Program Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Di Bidang Perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dijabarkan oleh Kepala Pusat Pengembangan Sumber

Berdasarkan respon fungsi hidrologis terhadap keputusan penebangan tegakan maka premis peningkatan intensitas penebangan untuk peningkatan nilai hasil hutan kayu membawa

Adanya Dukungan Pemerintah Kabupaten melalui jaminan kelancaran operasional USB melalui penyediaan Kepala Sekolah, Guru dan Staf administrasi sesuai dengan kualifikasi

pengembangan aplikasi pada sistem operasi berbasis iOS & Android, sehingga dengan sekali kerja bisa menghasilkan sebuah aplikasi atau game yang dapat

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan menggunakan beberapa teori dalam mengungkapkan bentuk dan makna ornamen yang terdapat pada benda-benda

1. Penerapan metode resitasi akan mampu membimbing siswa merekonstruksi pengalamannya terhadap nilai-nilai positif menerapkan perilaku terpuji bagi diri sendiri.

Kendala yang ditemui di lokasi Praktek Kerja Lapang adalah minimnya pengetahuan terhadap penyakit yang menyerang udang vaname, tidak lengkapnya fasilitas yang sesuai

Data yang diperlukan antara lain informasi tentang pengungkapan informasi terkait dengan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat diambil dari laporan tahunan