• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN TENTANG GANGGUAN MENSTRUASI DI BPS HJ. SOFIAH K.S, SST PERUM 2 TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN TENTANG GANGGUAN MENSTRUASI DI BPS HJ. SOFIAH K.S, SST PERUM 2 TANGERANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang sudah menggunakan kontrasepsi belum mencapai target nasional untuk setiap jenis kontrasepsi.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, dan sumber informasi, di BPS Hj. Sofiah K.S, SST Perum 2 Tangerang.

Metode penelitian ini adalah deskriptif, dengan disaincross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan dengan besar sampel 40 responden (Total populasi), sumber data adalah data primer. Analisa data dengan menggunakan analisa univariat.

Hasil penelitian ini didapat lebih dari sebagian ibu berpengetahuan baik sebanyak (55%), lebih banyak yang berusia < 20 tahun(66,7%),semua ibu mempunyai pendidikan tinggi (100%), lebih banyak ibu yang tidak bekerja (81,8%), dan paritas terbanyak adalah primipara (56,3%), lebih dari sebagian ibu memperoleh informasi dari Nakes(69,2%).

Dalam hal ini saran untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan KB terhadap akseptor KB suntik 3 bulan untuk dapat meningkatkan lagi pelayanan KB terutama tentang gangguan menstruasi, supaya mengurangi kecemasan dalam menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan

Kata kunci : Gangguan Menstruasi, KB Suntik 3 Bulan, Pengetahuan

ABSTRACT

The number of couples of reproductive age are already using contraception has not reached the national targets for each type of contraception. This study aims to gain an overview of the knowledge of mothers who do injections 3 months of menstrual disorders by age, education, occupation, parity, and resources, in BPS Hj. Sofiah K.S, SST Housing 2 Tangerang.

This research method is descriptive, with a cross-sectional design. The population in this study were women who undergo injections of 3 months with 40 respondents (total population), the source of data is the primary data. Analysis of the data using univariate analysis.

The results of this study are more than most mothers have good knowledge (55%), more aged <20 years (66.7%), all mothers have higher education (100%), more mothers who do not work (81.8

%), and most were primiparous parity (56.3%), more than most mothers obtain information from health workers (69.2%).

In this case the advice of health workers should be able to improve family planning services to the acceptors of 3-month injection to improve family planning services, especially about menstrual disorders, in order to reduce anxiety for the three-month injectable contraceptives.

Keywords: Injection 3 months, knowledge, family planning, menstrual disorders

1 Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang

2 Akademi Kebidanan Bina Husada Tangerang

(2)

25 PENDAHULUAN

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah penduduk 5.000.000 per tahun dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih kurang. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana (KB) yang merupakan sisi masing-masing mata uang.1

Penggunaan kontrasepsi telah meningkat di berbagai belahan dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin, tetapi terus menjadi rendah di Afrika sub-Sahara. Secara global, penggunaan kontrasepsi modern telah mengalami sedikit peningkatan, dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57% pada tahun 2012. Secara regional, proporsi wanita usia 15-49 penggunaan pelaporan metode kontrasepsi modern telah meningkat minimal antara tahun 2008 dan 2012. Di Afrika dari 23% menjadi 24%, di Asia 62%, dan di Amerika Latin dan Karibia dari 64% menjadi 67% Ada variasi yang signifikan dengan antara negara-negara di wilayah ini.2

Pada survey kependudukan, melaporkan hasil data pengguna KB suntik di Indonesia yang meliputi provinsi DKI Jakarta adalah 45,21%, Jawa Barat 51,09%, Jawa Tengah 55,85%, Sumut 32,41%, DIY 47,75%, Banten 55,18%, Aceh 40,82%, NTB 51,58%, Gorontalo 40,85%, Papua Barat 26,91%.3

Laporan hasil pelayanan kontrasepsi di Banten tahun 2011 berjumlah 55.783 dari pengguna IUD 5,32%, implant 7,85%, kondom 5,27%, MOW 0,47%, MOP 0,20%, pil 29,47% dan suntik 51,42%, dan peserta KB pada pemakaian kontrasepsi tahun 2011 di provinsi banten yang meliputi kabupaten Pandeglang adalah 13,46%, Lebak 9,19%, Kabupaten Tangerang 18,64%, Serang 11,37%, Kota Tangerang 21,09%, Cilegon 8,97%, Kota Serang 18,90%, dan Kota Tangsel 15,44%.3

Hal ini dikarenakan pola pengguna kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh metode kontrasepsi suntik. Metode kontrasepsi seperti suntik masih dominan dimiliki masyarakat, pada tahun 2010 jumlah pengguna KB suntik di Indonesia 49,0%, tahun 2011 jumlah pengguna kontrasepsi suntik di Indonesia adalah 48,2%, pada tahun 2012 menjadi 46,9%.4

Efek samping yang sering dialami pengguna KB suntik 3 bulan atau DMPA adalah perdarahan yang tidak teratur, perdarahan berat, bercak dan amenorea. DMPA telah muncul sebagai metode pilihan kontrasepsi terutama karena efektif, dapat digunakan secara pribadi, memiliki jangka waktu yang lebih tindakan daripada kontrasepsi oral atau kondom.2

Menurut pendapat Kusmiran (2011), yang dikutip oleh Mustika gangguan menstruasi dapat menimbulkan resiko patologis apabila dihubungkan dengan banyaknya kehilangan darah, menganggu aktifitas sehari-hari, adanya indikasi inkompatibel ovarium pada saat konsepsi atau ada indikasi tanda-tanda kanker. Gangguan menstruasi dapat disebabkan oleh faktor stress, prilaku diet, aktifitas fisik serta dapat dipengaruhi proses ovulasi dan adekuatnya fungsi luteal.5

Menurut penelitian Sunardianingtyas (2013) yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Akseptor KB 3 Bulan Dengan Amenorea Sekunder Di BPS Titin Listyowati” dari 33 akseptor KB 3 bulan didapatkan 24,2% berkategori baik, kategori cukup 66,6%, dan kategori yang termasuk kurang didapatkan 15,2%.6

Berdasarkan survey peneliti saat praktek dan magang di BPS Hj. Sofiah terdapat banyak ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan masih mengeluh tentang menstruasinya. Ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan hanya mengetahui KB suntik 3 bulan itu adalah tidak datang

(3)

26 menstruasi sama sekali, padahal salah

satu efek samping dari KB suntik 3 bulan adalah berkaitan dengan gangguan menstruasi.

Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Gambaran Pengetahuan Ibu Yang Melakukan KB Suntik 3 bulan Tentang Gangguan Menstruasi Di BPS Hj.Sofiah, SST Perum 2 Tangerang Periode Oktober 2013-Januari 2014”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, sedangkan waktu pengamatan data ini bersifat Cross Sectional yaitu data yang dikumpulkan sesaat atau data diperoleh saat itu juga.6, 7 Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah BPS Hj. Sofiah, SST. Perum II, Tangerang. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 30 Desember 2013-04 Januari 2014.

Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan yang datang ke BPS Hj.

Sofiah Perum 2, Tangerang dari 30 Desember 2013-Januari 2014 yaitu 40 orang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Total Populasi.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Melakukan KB Suntik 3 Bulan Tentang Gangguan Menstruasi

Pengetahuan F %

Baik 22 55

Cukup 8 20

Kurang 10 25

Total 40 100

Berdasarkan tabel 1 dari 40 responden sebagai akseptor KB suntik 3 bulan didapatkan lebih banyak responden yang memiliki pengetahuan baik tentang gangguan menstruasi (55%).

Tabel 2Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Melakukan KB Suntik 3 BulanTentang Gangguan Menstruasi Berdasarkan Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, Sumber Informasi

Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa mayoritas responden berusia 20- 35 tahun sebesar 75%. Distribusi responden berdasarkan pendidikan didominasi oleh pendidikan dasar sebesar 50%, distribusi responden berdasarkan pekerjaan mayoritas pada ibu tidak bekerja sebesar 72,55%.

Distribusi responden berdasarkan paritas mayoritas pada ibu multigravida sebesar 60%. distribusi responden berdasarkansumber informasi mayoritas mendapat informasi dari nakes sebesar 65%.

Variabel F %

Umur

<20 Tahun 3 7,5

20-35 Tahun 30 75

>35 Tahun 7 17,5

Pendidikan

Dasar 20 50

Menengah 17 42,5

Tinggi 3 7,5

Pekerjaan

Ibu Bekerja 11 27,5

Ibu Tidak Bekerja 29 72,5 Paritas

Primigravida 16 40

Multigravida 24 60

Sumber Informasi

Nakes 26 65

Non Nakes 14 35

(4)

27 Tabel 3

Distribusi Frekuensi Karakteristik (Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Paritas, Sumber Informasi) dan Pengetahuan

No Variabel

Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

f % F % f % N %

1 Umur

<20 tahun 20-35 tahun

>35 tahun

2 16

4

66,7 53,3 57,1

0 6 2

0 20 28,6

1 8 1

33,3 26,7 14,3

3 30

7

100 100 100 2 Pendidikan

Dasar Menengah Tinggi

5 14

3

25 82,4 100

7 1 0

35 5,9 0

8 2 0

40 11,8

0

20 17 3

100 100 100 3 Pekerjaan

Bekerja Tidak bekerja

9 13

81,8 44,8

2 6

18,2 20,7

0 10

0 34,5

11 29

100 100 4 Paritas

Primipara Multipara

9 13

56,3 54,2

2 6

12,5 25

5 5

31,3 20,8

16 24

100 100 5 Sumber Informasi

Nakes Non nakes

18 4

69,2 28,6

4 4

15,4 28,6

4 6

15,4 42,9

26 14

100 100 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan

bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tertinggi mengenai gangguan menstruasi berdasarkan umur adalah usia <20 tahun sebanyak 66,7%, berdasarkan pendidikan paling banyak pendidikan tinggi sebanyak 100%, lebih banyak ibu yang bekerja yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 81,8%, berdasarkan paritas lebih banyak ibu primipara 56,3 % dan ibu yang mendapatkan sumber informasi dari nakes berpengetahun baik sebanyak 69,25.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 40 responden diperoleh hasil bahwa ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi adalah tingkat pengetahuan baik yaitu sebesar 55%, berpengetahuan cukup sebesar 20% dan yang berpengetahuan kurang sebesar 25%. Menurut Notoadmodjo (2010), pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh

seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan.8 Oleh sebab itu, untuk mengukur pengetahuan kesehatan adalah dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket yaitu berapa persen masyarakat atau responden mempunyai pengetahuan tinggi.

Menurut hasil penelitian Sunardianingtyas tahun 2013, tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhui oleh faktor umur, pengalaman, pendidikan, dan kepercayaan, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.6

Hasil penelitian pada variabel umur responden paling tinggi berpengetahuan baik adalah umur <20 tahun sebesar 66,7%. Hasil penelitian ini dapat mendukung teori yang

(5)

28 disampaikan oleh Notoadmodjo (2010)

yaitu umur dianggap optimal dalam memahami dan mengambil keputusan adalah diatas 20 tahun karena usia kurang dari 20 tahun cenderung mendorong terjadi kebimbangan dalam memahami dan mengambil keputusan.8

Pendapat yang sama disampaikan oleh Nursalam (2001) dalam Arini (2012) bahwamengatakan usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Ibu yang berumur 20-35 tahun disebut sebagai “masa dewasa” dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam merawat bayinya. Sedangkan, umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya karena baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun.9

Dari hasil penelitian pengetahun baik tentang gangguan menstruasi pada ibu - ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan lebih banyak pada kelompok ibu yang berusia < 20 tahun.Hal ini bisa terjadi karena responden telah mendapatkan informasi sebelumnya tentang gangguan menstruasi, responden yang berusia < 20 tahun masih bersemangat untuk mencari pengetahuan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi dari tenaga kesehatan, media elektronik, maupun media cetak.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan bahwa yang memiliki tingkat pengetahuan yang paling tinggi adalah responden yang berpendidikan tinggi yaitu sebesar 100%.

Penelitian ini sejalan dengan pendapat Arini (2012), ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru

guna pemeliharaan kesehatannya.

Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Sedangkan tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah, pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal.9

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kariyem (2009), diperoleh hasil bahwa 55 orang akseptor KB suntik 3 bulan atau DMPA adalah yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi D3/SI sebanyak 14 orang responden (25,5 %).10

Menurut pendapat Simamora (2006) yang dikutip oleh Kariyem, tingkat pendidikan responden ikut menentukan pemilihan jenis kontrasepsi.

Hal ini karena tingkat pendidikan akan membuat seseorang berpikir logis dan tanggap terhadap berbagai informasi yang diterimanya.10

Menurut hasil penelitian Sari dan Utami (2009), Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Semakin tinggi pendidikan seorang ibu, maka wawasan yang dimilikinya akan semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya rendahnya pendidikan seorang ibu, akan mempersempit wawasan sehingga akan menurunkan pengetahuan. Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan cenderung memiliki wawasan yang luas serta mudah dalam menerima informasi dari luar, seperti dari televisi, koran, majalah, penyuluhan-penyuluhan kesehatan.

Pentingnya pendidikan bagi seorang ibu ini akan sangat bermanfaat bagi dirinya, sehingga dengan tingginya tingkat pendidikan diharapakan akan dapat mengendalikan tingkat kecemasan yang dialaminya ketika menghadapi gangguan menstruasi.11

(6)

29 Berdasarkan penelitian yang

dilakukan dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tertinggi mengenai gangguan menstruasi adalah pada ibu yang bekerja sebanyak 81,8%.

Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi.9

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik yaitu mayoritas ibu yang bekerja dikarenakan ibu yang bekerja cenderung lebih banyak mendapat informasi dari media masa atau dari teman-teman mereka di lingkungan tempat kerja disamping itu juga dilingkungan tempat kerja tertentu terdapat kelas ibu yang memiliki anak tempat ibu-ibu berbagi informasi tentang KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi.

Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tertinggi mengenai gangguan menstruasi adalah pada ibu primipara sebanyak 56,3%.

Menurut Notoatmodjo (2003), yang menyatakan bahwa paritas diperkirakan ada kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun orang lain terhadap pengetahuan yang dapat mempengaruhi pengetahuan saat ini atau kemudian.

Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Karjiyem (2009) yang berjudul “Hubungan Lama Pemakaian Dengan Gangguan Menstruasi Pada Akseptor KB Suntik 3 bulan Di Bps Pipin Bantul”, ibu yang memiliki anak pertama sebesar 40,0%.

Dari hasil penelitian ini ibu-ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi yang berpengetahuan baik mayoritas pada ibu primipara, hal ini bisa terjadi karena responden telah mendapatkan informasi sebelumnya tentang gangguan menstruasi, responden yang primipara masih bersemangat untuk mencari pengetahuan tentang KB suntik 3 bulan yang mengalami gangguan menstruasi dari tenaga kesehatan, media elektronik, maupun media cetak.

Berdasarkan penelitian diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tertinggi mengenai gangguan menstruasi adalah yang mendapatkan sumber informasi dari nakes sebanyak 69,2 %.

Menurut Mubarak (2012), informasi adalah kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.12

Menurut teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2010), bahwa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas.8

Dari hasil penelitian, pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi berdasarkan sumber informasi di dapat sebagian besar berpengetahuan baik pada ibu yang mendapatkan sumber informasi melalui tenaga kesehatan atau Nakes. Ini menunjukkan bahwa ibu lebih cepat dan tanggap dalam menyerap informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan karena ibu mempunyai kesempatan untuk bertanya-bertanya pada tenaga kesehatan sampai benar- benar mengerti. Dalam hal ini tenaga kesehatan sudah cukup dalam memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan mengenai KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi.

(7)

30 KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan penelitian di BPS Hj. Sofiah K.S, SST Perum II kota Tangerang pada tanggal 30 Desember 2013-04 Januari 2014 dan melakukan pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi, sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 22 orang (55%).

2. Pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi berdasarkan umur, sebagian besar responden berpengetahuan baik pada kelompok umur <20 tahun sebanyak 2 orang (66,7%).

3. Pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi berdasarkan pendidikan, sebagian besar responden menempuh pendidikan tinggi dengan pengetahuan baik sebanyak 3 orang (100%).

4. Pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi berdasarkan pekerjaan, sebagian besar responden bekerja berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (44,8%)

5. Pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi berdasarkan paritas, sebagian besar responden paritas primipara berpengetahuan baik sebanyak 9 orang (81,8%)

6. Pengetahuan ibu yang melakukan KB suntik 3 bulan tentang gangguan menstruasi berdasarkan sumber informasi, sebagian besar responden mendapatkan sumber informasi dari Nakes berpengetahuan baik 18 orang (69,2%).

SARAN

Saran dalam penelitian ini adalah Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam kegiatan belajar mengajar dengan pengalaman yang nyata dalam melaksanakan penelitian, terutama tentang keluarga berencana.

Dapat dijadikan masukan untuk meningkatkan pelayanan KB terutama tentang gangguan menstruasi dan sebagai upaya untuk mengurangi kecemasan dalam menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.

2. Stanback J, Monye AK, Bekiita M.

Contraceptive injections by community health workers in Uganda: a nonrandomized community trial. Bulletin of the

WHO organization.

2007;85(1):768-73.

3. ______. Laporan Hasil Kontrasepsi. 2011. Available from:

http://www.bkkbn.go.id/data/doku mmasi/laporanhasilkontrasepsi2011 .pdf.

4. ______. Pedoman Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa (PIK R/M).

Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional;

2012.

5. Mustika FA. Tingkat pengetahuan mahasiswi kebidanan tingkt II tentang gangguan menstruasi di Stikes Kusuma Husada. Surakarta:

STIKes Kusuma Husada; 2012.) 6. Sunardianingtias BN. Tingkat

pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan tentang amenore sekunder akibat pemakaian KB suntik 3 bulan di BPS Titin Listyowati Gondang Sragen. . Surakarta:

STIKes Kusuma Husada; 2013.

(8)

31 7. Notoatmodjo S. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta; 2012.

8. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.

9. Notoadmodjo S. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi.

Jakarta: Rineka Cipta; 2010.

10. Arini. Mengapa Seorang Ibu Menyusui. Yogyakarta: Flashbook;

2012.

11. Kariem. Hubungan lama pemakaian dengan gangguan menstruasi pada akseptor KB suntik 3 bulanan di BPS Pipin, Bantul. 2009. Available from:

http://sim.stikesaisyiyah.ac.id/simpt tpencarianpustaka/datapustaka.zul?

kdpustaka=6068&kddetailpustaka=

20100400016.

12. Sari RY, Utami YW. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang keluarga berencana hormonal dengan tingkat kecemasan menghadapi gangguan menstruasi di kelurahan Pablengan Kabupaten Karanganyar. Berita Ilmu Keperawatan. 2009;2(1):37-42.

13. Mubarak. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2012.

(9)

32

Referensi

Dokumen terkait

Agar bahasa mayoritas (bahasa Indonesia) dan bahasa minoritas (bahasa daerah) dapat hidup berdampingan tanpa harus saling menggeser satu sama lain (language

Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data utama dalam metodologi kualitatif. Interview dilakukan dengan mengadakan tanya jawab kepada Almukrom, dari

Ketika perempuan dan anak mengalami perlakuan seperti tersebut diatas, maka akan mengalami kesulitan untuk mengadukan perlakuan yang dialaminya karena itu di

Bagi anak usia 5-6 tahun bermain sambil belajar berhitung tidak mudah, namun para orangtua dan guru hendaknya tetap berusaha memberikan yang terbaik

Beberapa yang termasuk jenis paper engineering adalah pop up (pada halaman terdapat lipatan kertas atau potongan yang dapat berdiri atau berbentuk tiga dimensi), pull

Kepala Seksi Yanum meneliti surat, jika benar dibubuhi paraf jika tidak dikembalikan pada petugas untuk di perbaiki 5.. Petugas menerima surat yang telah di paraf Kepala

keterampilan anak melalui pemberdayaan meskipun pada kenyataannya masih banyak anak-anak rawan khususnya di Yogyakarta yang kurang mendapat perhatian dari

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah manggis memiliki kandungan total fenolik dan aktivitas antioksidan yang besar, dengan