Efficient Vol 1 (1) (2018): 34-43 DOI: https://doi.org/10.15294/efficient.v1i1.27217
EFFICIENT
Indonesian Journal of Development Economics http:https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/efficient
Strategi Pengembangan Kelompok Wanita Tani pada Optimalisasi Lahan Pekarangan di Desa Wonogiri
Nindy Danisa Wulandari
Jurusan Ekonomi Pembangunan,Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang
Permalink/DOI: https://doi.org/10.15294/efficient.v1i1.27217 Received: July 2017; Accepted: October 2017 ; Published: January 2018
Abstract
Development of food security implemented to meet the human basic needs that provide benefits fairly and equitably based on self – reliance, and not contrary to public faith. Referring to the government regulation No 22 of 2009 concerning Food Consumption Diversification Acceleration (P2KP). However, it is not supported by the development of women farmers. The method use in this research is quantitative descriptive analysis using SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Treath). The samples in this study is the purposive sample. Result of a study showed the amount of income earned from the group of women farmers in the one month is 150,000/ members. Proper development strategies used in the development strategies used in the development KWT Melati is a Growth Oriented Strategy is very profitable strategy to seize opportunities with the strength.
Keywords: Development Strategy, Food selft-Reliance, Groups of women Farmers, SWOT
Abstrak
Pembangunan ketahan pangan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian, dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Mengacu pada Peraturan Pemerintah No 22 Tahun 2009 mengenai Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP). Namun, hal ini tidak didukung dengan adanya pengembangan kelompok wanita tani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Treath). Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan sampel purposive. Hasil penelitian menunjukan besaran pendapatan yang diperoleh dari adanya kelompok wanita tani dalam satu bulan adalah Rp.150.000/bulan/anggota. Strategi pengembangan yang tepat digunakan dalam pengembangan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati adalah Growth Oriented Strategy.
Kata Kunci: Kemandirian Pangan, Kelompok Wanita Tani, Strategi Pengembangan, SWOT
How to Cite: Wulandari, N. (2018). Strategi Pengembangan Kelompok Wanita Tani pada Optimalisasi Lahan Pekarangan di Desa Wonogiri. EFFICIENT Indonesian Journal of Development Economics, 1(1), 34-43.
https://doi.org/10.15294/efficient.v1i1.27217
© 2018 Universitas Negeri Semarang. All rights reserved
Alamat Korespondensi :
Alamat: Gedung L2 Lantai 2 FE Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail : jurnalefficient@gmail.com
PENDAHULUAN
Pembangunan ketahanan pangan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia salah satunya adalah dengan kemandirian pangan. Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dalam memproduksi pangan yang beranekaragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan.
Memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermartabat. Kegiatan kemandirian pangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumber daya lokal. Penyelenggaraan usaha pangan di Indonesia diatur melalui Undang – Undang Pangan No 18 Tahun 2012 pengganti Undang – Undang Pangan No 7 Tahun 1996, yang dibangun berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan. Hal ini menggambarkan bahwa apabila suatu negara tidak mandiri dalam pemenuhan pangan, maka kedaulatan negara bisa terancam.
Undang – Undang pangan ini menekankan pada pemenuhan kebutuhan, kebutuhan pangan tingkat perorangan, dengan pemanfaatan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal secara bermanfaat.
Memasuki era globalisasi dan semakin meningkatnya kesadaran dan pemerataan kesempatan berusaha, maka peranan atau emansipasi wanita untuk memiliki harkat dan martabat dengan pria terus meningkat. Pada mulanya sebagai ibu rumah tangga, mulai berubah dan turut langsung serta membantu mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
Peningkatan produktivitas tenaga kerja wanita tani, memiliki peran dan potensi yang strategis dalam mendukung peningkatan maupun perolehan pendapatan rumah tangga pertanian
di pedesaan. (Ervinawati, 2015 : 2) Data kependudukan menunjukkan 50% dari total penduduk Indonesia adalah wanita. Lebih dari 70% wanita (sekitar 82,6 juta orang) berada di pedesaan dan 55% diantaranya hidup di sektor pertanian.
Salah satu bentuk permberdayaan wanita didaerah pedesaan adalah dengan adanya kelembagaan pertanian. Kelembagaan merupakan suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah orang dan lembaga untuk tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. (Prajanti,2012:97). Provinsi Jawa Tengah Merupakan daerah yang memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan merata, hal ini tentunya tidak terlepas dari peran kelembagaan pertanian yang ada di Jawa Tengah.
Salah satu bentuk kelembagaan pertanian Yang ada di Jawa Tengah adalah kelembagaan Kelompok Tani (POKTAN) dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN). Jumlah Kelompok Tani (POKTAN) yang ada di Jawa Tengah tahun 2014 adalah 4.039 dan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) yang ada di Jawa Tengah adalah 8.039.
Adanya KWT diharapkan mampu meningkatkan hasil pertanian. Peran kelompok wanita tani sangatlah penting dalam memajukan pertanian di Jawa Tengah, peningkatan hasil pertanian tentunya tidak lepas dari peran wanita tani didalamnya. Dalam upaya meningkatkan kemandirian pangan di Jawa Tengah, peran wanita tani sangatlah di butuhkan terutama dalam hal pengelolaan hasil pertanian dan pemanfaatan lahan. (Set Bakorluh Jateng,2015) Tujuan khusus kebijakan P2KP yaitu meningkatkan partisipasi Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber
karbohidrat, vitamin, mineral dan protein untuk konsumsi keluarga
Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) memiliki beberapa kegiatan utama yang melibatkan peran kelompok wanita tani. Bentuk kegiatan utama P2KP yaitu optimalisasi pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Rumah Pangan Lestari (RPL) adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. RPL dikembangkan secara luas dalam bentuk dusun (kampung) atau wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Rumah Pangan Lestari (RPL) disebut Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
(www.litbang.pertanian.go.id/krpl)
Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang menerapakan Kawasan Rumah Pangan Lestari luas daerah Kabupaten Magelang sekitar 3,34 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Magelang memiliki berbagai macam potensi dalam bidang pertanian seperti tanaman pangan, sayuran dan buah – buahan. Indikator untuk menunjukan tingkat kemakmuran suatu daerah adalah data mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dikatakan baik apabila Sembilan sub sektor dapat terpenuhi, Sembilan sub sektor tersebut yaitu : pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrk, gas dan air minum, bangunan / kontruski, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta jasa – jasa.
Pertumbuhan masyarakat dapat dilihat dari pendapatan perkapita atau pendapatan terus menerus meningkat atau bertambah. Berikut adalah tabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Magelang.
Berdasarkan data PDRB pada tabel 1 dapat diketahui bahwa sektor pertanian di Kabupaten Magelang bertumbuh (naik / turun ) setiap tahunnya, sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor andalan yang ada di Kabupaten Magelang tentunya sangat berperan penting dalam peningkatan diversifikasi pangan di Kabupaten Magelang. Kabupaten Magelang memiliki 21 kecamatan yang juga mayoritas daerahnya merupakan pedesaan yaitu 372 desa / kelurahan yang terdapar di Kabupaten Magelang tentunya memiliki lahan yang cukup luas disetiap perumahan warga. Namun, lahan sisa yang dimiliki tersebut belum memiliki peran yang optimal, pemanfaatan pekarangan belum dimanfaatkan secara maksimal. Masalah lain yang juga memiliki pengaruh terhadap pertanian di Kabupaten Magelang adalah kurang optimalnya peran kelompok wanita tani.
kelompok wanita tani belum memiliki pekerjaan yang tetap dalam kurun waktu tersebut kelompok wanita tani yang ada di Kabupaten Magelang memilih menganngur padahal dalam kurun waktu tersebut dapat digunakan untuk pemanfaatan pekarangan.
Desa Wonogiri sebagai replika pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari pada tahun 2012 merupakan kawasan konservasi.
Ditinjau dari potensi sumberdaya wilayahnya memiliki berbagai potensi sumber daya alam yang berupa kayu – kayuan untuk bahan bangunan, seperti suren, sengon, dan bamboo.
Sumberdaya lainya yang menonjol dari Desa
Wonogiri adalah berbagai tanaman yang menonjol seperti tanaman pangan meliputi : ubi kayu, gadung, ganyong, suweg, talas, dan garut, tanaman sayuran meliputi kenikir, daun katu, terung pokak, cabe, kubis, sawi putih,dll. Jika
dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) di Desa Wonogiri pemenuhan konsumsi pangan sebagian besar masih berasal dari pembelian.
Berikut adalah tabel Pola Pangan Harapan (PPH) Desa Wonogiri
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Magelang Atas Dasar Harga Konstan
2000 menurut Lapangan Usaha, 2010 - 2013 (jutaan rupiah)No Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian Agriculture
1.145.120,48 1.142.912,87 1.179.258,55 1.213.076,09
2 Pertambangan dan Penggalian Minning and Quarriying
115.123,12 125.092,78 132.992,83 140.505,54
3 Industri Pengolahan Manufacturing Industry
766.616,23 794.597,72 841.170,15 894.905,72
4 Listrik, Gas dan Air Minum Electricity, Gas and Water Supply
22.199.,82 23.212,99 24.561,94 26.622,47
5 Bangunan / Kontruksi Contruction
373.875,83 405.580,50 434.296,87 467.176,54
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran Trade, Hotel and Restaurant
598.255,34 621.357,12 661.460,76 708.485,19
7 Pengangkutan dan Komunikasi Transportation and Communication
232.099,52 254.909,74 263.115,36 280.351,47
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Financial, Ownership, and Busines
112.121,22 117.687,44 124.261,96 133.913,596
9 Jasa - jasa Services
750.978,51 816.003,29 881.770,24 932.282,40
PDRB Kabupaten Magelang 4.116.390,07 4.292.354,45 4.542.888,66 4.797.319,01 PDRB per Kapita (rupiah) 3.481.023,26 3.607.405,54 3.725.600,05 3.926.818,06 Sumber : BPS Kabupaten Magelang,2015
Tabel 2. Pola Pangan Harapan (PPH) dan Asal Bahan Pangan di Desa Wonogiri,
Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang 2013No Kelompok Pangan Skor PPH Beli (%) Sendiri(%)
1 Padi – padian 22,3 75 25
2 Umbi – umbian 2,5 90 10
3 Pangan Hewani 16,5 70 30
4 Minyak dan Lemak 5,0 100 0
5 Buah/ Biji Berminyak 1,0 90 10
6 Kacang – kacangan 10,0 80 20
7 Gula 0,3 80 20
8 Sayur dan Buah 28,7 60 40
9 Lain – lain 0,0 100 0
Total 86,26 82,78 17,22
Sumber : BPPKP Kab.Magelang,2015 Masih banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kelompok wanita tani di Desa Wonogiri. Sejak adanya kebijakan kawasan rumah pangan lestari membuat anggota kelompok wanita tani di Desa Wonogiri menjadi lebih mandiri dalam memanfaatkan pekarangan.
Cara yang digunakan untuk memanfaatkan lahan pekarangan adalah dengan menanam sayuran, buah – buahan serta tanaman pangan, hal tersebut memberikan dampak bagi kelompok wanita tani salah satu dampak yang dihasilkan adalah dampak ekonomi berupa peningkatan pendapatan yang diperoleh dari hasil pengelolaan tanaman pangan, sejak diterapkan kawasan rumah pangan lestari di Desa Wonogiri.
Serta bagaimana strategi pengembangan yang tepat diterapkan pada Kelompok Wanita Tani di Desa Wonogiri.
METODE PENELITIAN
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer diperoleh
dari kuesioner dan wawancara kepada 25 anggota KWT Melati. Jenis penelitian ini analisis deskriptiif kuantitatif. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis SWOT. Analisis SWOT dalam Hermanto (2016) SWOT (Strength, Weakness, Opportunity and Trearth) digunakan untuk mengetahui strategi yang tepat digunakan dalam pengembangan kelompok wanita tani Desa Wonogiri. Penelitian deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan dampak yang dihasilkan dari adanya kelompok wanita tani dan gambaran umum mengenai kelompok wanita tani yang ada di Desa Wonogiri, Kecamatan Kajoran , Kabupaten Magelang. Metode penelitian kuantitatif dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan alat analisis SWOT dengan menghitung pembobotan masing – masing variabel untuk menentukan strategi dalam pengembangan kelompok wanita tani di Desa Wonogiri, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dampak Ekonomi Pengembangan Rumah Pangan Lestari Desa Wonogiri Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa rata – rata pendapatan yang diperoleh oleh masing – masing anggota Kelompok Wanita Tani dalam setiap kali panen adalah Rp.500.000 ini merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan tanaman pangan yang mereka tanam.
Masa tanam tanaman pangan dalam satu tahun adalah lebih dari 3 kali sehingga rata – rata pendapatan tanaman pangan yang mereka peroleh dalam satu tahun berkisar Rp.1.500.000 – Rp.2000.000 dalam satu tahun. Pendapatan tersebut memang tergolong tidak cukup besar, tetapi secara ekonomi hal tersebut berdampak bagi anggota Kelompok Wanita Tani Melati.
Pendapatan yang mereka peroleh saat ini tidak digunakan untuk berbelanja tetapi digunakan untuk mencukupi kebutuhan lain seperti biaya sekolah anak. Penjualan hasil tanaman pangan di Desa Wonogiri sendiri memiliki harga jual berkisar antara Rp.10.000 – Rp.12.000 bahkan apabila harga jual sayuran sedang tinggi mereka bisa menjual dengan harga Rp.15.000 namun hasil yang diperoleh dari penjualan tanaman pangan tidak sepenuhnya diterima oleh anggota Kelompok Wanita Tani melainkan 10% dari hasil penjualan dimasukkan kedalam kas kelompok.
Pengembangan Kelompok Wanita Tani
Pada awal kegiatannya Kelompok Wanita Tani Melati mendapatkan sosialisasi dan pembinaan tentang sosialisasi Peningkatan Produksi Beras Naional (P2BN) yang merupakanprogram pemerintah dengan bentuk kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi.
Kelompok Wanita tani Melati merespon positif terhadap teknologi PTT yang ditawarkan. Hal itu ditunjukan pada penerapan Pola Tanam Jajar Legowo hingga anggota mampu memahami sisi positif dan negatif dalam setiap teknologi yang diterapkan. Seiring meningkatnya pemahaman anggota terhadap teknologi yang di adopsi, maka pihak penyuluh BPPK Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang memperkenalkan Teknologi Pengolahan Limbah ternak dan sisa tanaman sebagai pupuk organik yang berkualitas.
Pupuk pupuk inilah yang mendorong masyarakat, anggota kelompok khususnya untuk memulai menggunakan di lingkungan pekarangan rumah untuk beberapa jenis tanaman saja.
Melihat respon anggota terhadap kegiatan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kelompok yang awalnya sebagai kelompok pemberdayaan wanita “Melati” tersebut mempunyai syarat – syarat yang cukup untuk dilakukan pembinaan dalam hal pengembangan kegiatan pemanfaatan pekarangan sebagai usaha produktif yang akan dilaksanakan. (Sumber : htpps://
kwtmelatisalakan. blogspot.co. id).
Faktor Internal Dan Eksternal Yang Mempengaruhi Kelompok Wanita Tani
Hasil penelitian yang dilakukan kepada 25 anggota Kelompok Wanita Tani Melati Desa Wonogiri, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang terdapat beberapa faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi
perkembangannya, faktor internal dapat dilihat melalui kekuatan dan kelemahan yang ada didalam Kelompok Wanita Tani Melati.
Tabel 3. Tabel Hasil Skor Faktor Eksternal Indikator Peluang dan Ancaman Kelompok Wanita Tani Desa Wonogiri Dusun Salakan Kabupaten Magelang Tahun 2016
No Faktor Strategi Eksternal Indikator Peluang
Ranting Bobot Skor
1 Memiliki sumber pendapatan lain 4 0,16 0,64
2 Masa tanam lebih dari 3 kali dalam 1 tahun
4 0,15 0,6
3 Pengelolaan dan pembuatan bibit di kelola sendiri
4 0,15 0,6
4 Adanya Program pemerintah yang mendukung
3,5 0,12 0,42
Total skor Pembobotan 0,58 2,26
No Faktor Strategi Eksternal Indikator Ancaman
Ranting Bobot Skor
1 Hama yang belum teratasi 4 0,15 0,6
2 Kurangnya Ketersediaan air saat musim kemarau
4 0,13 0,52
3 Adanya produk lain yang lebih murah 2,5 0,14 0,35
Total skor Pembobotan 0,42 1,47
Total skor Pembobotan Eksternal 0,79
Sumber : Data Primer, diolah, 2016.
Faktor eksternal yang mempengaruhi memiliki total skor pembobotan 0,79 hasil tersebut diperoleh dari :
1. Kriteria peluang – Kriteria ancaman = Skor pembotan faktor eksternal
2. Perhitungan skor faktor eksternal : 2,26 – 1,47 = 0,79
Hasil penelitian faktor internal yang mempengaruhi kelompok wanita tani diperoleh dari penelitian dihitung dari pembobotan kriteria kekuatan dan kelemahan untuk
menentukan total skor pembobotan dari faktor internal
1. Perhitungan total skor faktor internal memperoleh hasil 1,78 yang diperoleh dari :
2. Kriteria kekuatan – kriteria kelemahan = Skor pembobotan faktor internal
Perhitungan skor faktor internal : 2,85 – 0,67 = 2,18
Tabel 4. Tabel Skor Faktor Eksternal Indikator Kekuatan dan Kelamahan Kelompok Wanita Tani Desa Wonogiri Dusun Salakan Kabupaten Magelang Tahun 2016
No Faktor Strategi Internal Indikator Kekuatan Ranting Bobot Skor
1 Lahan milik sendiri 4 0,1 0,4
2 Hasil tanaman bersifat organik 4 0,1 0,4
3 Semua anggota aktif dalam kelompok 4 0,12 0,48
4 Pengelolaan lahan ddikelola sendiri tanpa adanya tenaga kerja dari luar
4 0,12 0,48
5 Penanganan hama dengan pestisida organik 3 0,11 0,33
6 Kerjasama anggota kelompok dalam mengelola lahan pekarangan memberikan pengaruh yang baik terhadap hasil pertanian.
4 0,09 0,36
7 Anggota kelompok dapat bertahan sejak kelompok didirikan
4 0,1 0,4
Total Skor Pembobotan 0,74 2,85
No Faktor Strategi Internal Indikator Kelemahan Ranting Bobot Skor
1 Pendapatan rendah 2 0,08 0,16
2 Satu Dusun hanya terdapat satu kelompok wanita tani
2 0,09 0,18
3 Pemasaran produk belum luas 2 0,09 0,18
4 Cara tanam hanya di polibag 1,5 0,1 0,15
Total Skor Pembobotan 0,36 0,67
Total Skor Pembobotan IFAS 2,18
Sumber : Data Primer,diolah,2016.
Strategi Pengembangan Kelompok Wanita Tani Pada Optimalisasi Lahan Pekarangan Di Desa Wonogiri Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang
Hasil penelitian dalan menentukan stretagi pengembangan yang tepat digunakan dalam
perkembangan kelompok wanita tani dalam optimlasi lahan pekarangan di Desa Wonogiri Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dengan menggunkan analisis Swot strategi yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Gambar 1. Grafik Hasil Analisis Penentuan Strategi SWOT Desa Wonogiri Dusun Salakan Kabupaten Magelang Tahun 2016
Sumber : Data Primer, diolah 2016.
Gambar 1 menunjukan hasil analisis SWOT dalam menentukan Strategi yang tepat dalam pengembangan Kelompok Wanita Tani Desa Wonogiri Dusun Salakan Kabupaten Magelang menunjukan strategi yang tepat berada pada kolom pertama yaitu mendukung Strategi Agresif
(Growth Oriented Strategy) artinya ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan bagi Kelompok Wanita Tani Desa Wonogiri Dusun Salakan Kabupaten Magelang, Kelompok Wanita Tani memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang dimiliki, Peluang dan kekuatan internal yang dimiliki harus dimaksimalkan.
SIMPULAN
Secara ekonomi adanya Kelompok Wanita Tani Melati di Desa Wonogiri Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang dengan pemanfaatan lahan pekarangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari memiliki dampak yang cukup baik.
Pendapatan yang diperoleh masih tergolong rendah, namun hasil bersih yang diperoleh dari adanya Kelompok Wanita Tani sebesar Rp.150.000 per bulan / anggota. Strategi yang tepat digunakan pada KWT Melati adalah Strategi Agresif (Growth Oriented Strategy).
Strategi yang sangat menguntungkan bagi KWT Melati Desa Wonogiri Kecamatan Kejoran -5
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
SWOT
Linear (Series1) Berbagai Peluang
Mendukung Strategi Agresif
Berbagai Ancaman
Mendukung Strategi Diversifikasi
Kekuatan Internal
Mendukung Strategi Difensif Kelemahan Internal
Mendukung Strategi Turn Arround
Kabupaten Magelang dengan memakasimalkan peluang seperti memiliki sumber pendapatan lain dan kekuatan KWT Melati yang berupa peran aktif kelompok wanita tani serta pengelolaan lahan dikelola sendiri tanpa adanya tenaga dari luar.
Saran Kelompok Wanita TanI, endapatan yang telah diperoleh dari adanya kelompok wanita tani dimanfaatkan untuk ditabung dan untuk mencukupi kebutuhan lain yang tidak dapat dipenuhi dari hasil pekarangan, Saran Badan Ketahanan Pangan Kabupaten MagelanG, Pemerintah diharapkan mengembangkan kawasan rumah pangan lestari di daerah lain di Kabupaten Magelang. Pengembangan kawasan rumah pangan lestari dapat dilaksanakan dengan mengaktifkan kembali kelompok wanita tani yang telah ada. Peran penyuluh sebagai bentuk dukungan dari pemerintah diperlukan untuk membantu kelompok dan mengembangkan kawasan rumah pangan lestari..
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Badan Ketahanan Pangan. 2012. Pedoman Umum Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Jakarta : Kementrian Pertanian.
--- 2010. Satu Dasawarsa Kelambagaan Pangan di Indonesia. Jakarta : Kementrian Pertanian.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Magelang Dalam Angka. Magelang : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang.
---. 2015. Kecamatan Kajoran Dalam Angka. Magelang : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang.
Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian.
Jakarta : Bumi Aksara
Hermanto.2016. Analisis Strategi Pengembangan Klaster Usaha Batik Di Desa Bakaran Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Economic
Development Analysis Journal. Vol. 5, No. 3, Juni 2016. Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Prajanti, Sucihatiningsih Dian Wisika dan. Avi Budi Setiawan. 2012. Ekonomi Pertanian (Sebuah Pendekatan Empiris). Semarang : Unnes Press.
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangam Berbasis Sumber Daya Lokal