• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENELITIAN TERDAHULU Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Penelitian

1. Romadhani, R.

K.,

Sutarmanto, H.

(2017).

Dinamika

Dukungan Sosial Bagi Orang Dengan

HIV/AIDS

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif interpretative phenomenological analysis. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa dukungan sosial dimaknai sebagai motivasi, pendorong untuk terus semangat dalam menjalani hidup sehingga membuat subyek penelitian lebih optimis dalam menjalani hidup serta tahu kemana harus meminta pertolongan.

Dukungan yang paling dibutuhkan adalah kehadiran seseorang yang bersedia mendengarkan dan memahami tanpa berprasangka dan membedakan sehingga terbentuk rasa aman dan dihargai. Selain itu, dukungan yang diperlukan adalah kebutuhan instrumental dan informasi.

Perbedaan:

Dalam penelitian ini, peneliti mencari makna dukungan sosial dan bentuk peran dukungan sosial terhadap kehidupan ODHA. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu mengetahui perspektif KPAD mengenai masalah sosial, ekonomi, dan psikologi ODHA serta dampak dari program dukungan sosial yang diberikan KPAD kepada ODHA.

2. Kartono,

Rinikso. (2013).

Dukungan Sosial Berbasi Kelompok Dukungan Sebaya Dalam Mengatasi Ketidakberdayaan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif tipe penelitian studi kasus dengan subyek penelitian menggunakan teknik snowballing sampling dan

(2)

9 Orang Dengan HIV/AIDS

teknik pengumpulan data menggunakan observasi, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview. Hasil penelitian menunjukan bahwa KDS, merupakan kelompok yang tumbuh dari dan oleh ODHA yang bertujuan untuk menyediakan tempat untuk berbagai informasi, saling memberi dukungan dan motivasi. Sementara itu, strategi yang digunakan untuk memberi dukungan sosial meliputi strategi rekrutmen, strategi penjangkauan, menciptakan rasa aman dan aman, strategi pendanaan, strategi membangun jaringan kerjasama, dan strategi pendekatan baik melalui media teknologi informasi maupun secara konvensional.

Sedangkan dukungan sosial untuk mengatasi ketidakberdayaan meliputi dukungan informasi- edukasi, emosional spiritual dan dukungan instrumental.

Perbedaan :

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui proses terbentuknya kelompok dukungan sebaya (KDS) dan strategi pendekatan yang digunakan KDS serta implementasi program- program dukungan sosial yang diberikan oleh KDS untuk mengatasi ketidakberdayaan ODHA. Sedangan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah mengetahui perspektif KPAD mengenai masalah sosial, ekonomi, dan psikologi ODHA serta dampak dari program dukungan sosial yang diberikan KPAD kepada ODHA.

3. Sari, Yona K., Wardani, I. Y.

(2017).

Dukungan Sosial dan Tingkat Stres Orang Dengan HIV/AIDS

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasidengan pendekatan cross sectional terhadap 77 orang dengan HIV/AIDS dan teknik pengambilan sampel adalah consequtive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu Medical Outcomes Sosial Support Survey HIV dan Perceives Stress Scale

(3)

10

HIV. Berdasarkan bentuk dukungan sosialnya, dukungan emosi masih kurang. Oleh karena itu, responden penelitian ini masih sering mengikuti kelompok dukungan untuk mendapat dukungan emosi yang lebih lagi.

Dukungan materi responden telah banyak yang menyatakan baik.

Kemungkinan karena LSM tersebut membantu ODHA untuk mendapatkan ARV lebih mudah.

Selain itu, LSM juga sering melakukan kegiatan-kegiatan bakti sosial sehingga ODHA mendapatkan bantuan secara langsung. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa dukungan sosial yang diterima responden tergolong tinggi (55,8%) dan tingkat stres responden berada dalam kategori stres berat (80,5%). Hasil analisis bivariat menemukan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stres (p< 0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan dukungan sosial sebagai salah satu cara untuk membantu orang dengan HIV/AIDS menurunkan tingkat stresnya, dengan memberikan prioritas yang lebih pada dukungan materi.

Perbedaan :

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat stress orang dengan HIV/AIDS di Kota Depok dimana mayoritas subyek penelitian merupakan ibu rumah tangga. Sedangan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah mengetahui perspektif KPAD mengenai masalah sosial, ekonomi, dan psikologi yang dialami oleh ODHA. Selain itu peneliti juga akan meneliti mengenai dampak dari program dukungan sosial yang diberikan KPAD kepada ODHA.

4. Aswar, Munaing, Pengaruh

Dukungan Sosial

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

(4)

11 Justika (2020). terhadap Kualitas

Hidup ODHA di Kota Makassar KDS

Saribattangku

teknik pengumpulan sampel menggunakan non probability sampling dengan teknik acak.

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan memperoleh responden sebanyak 37 orang. Skala yang digunakan menggunakan skala kualitas hidup (WHOQOL, 1997) dan skala dukungan sosial. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan uji regresi sederhana, terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup ODHA di Kota Makassar KDS Saribattangku. Selanjutnya dari hasil uji regresi diperoleh bahwa dukungan sosial memberikan kontribusi terhadap kualitas hidup ODHA di Kota Makassar KDS Saribattangku.

Namun, kontribusi yang di berikan tidak begitu besar, diartinya bahwa masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan kedua variabel tersebut. Hasil analisis deskriptif menunjukkan tingkat kualitas hidup ODHA di Kota Makassar KDS Saribattangku berada pada kategori sedang.

Berdasarkan empat aspek kualitas hidup, aspek yang memiliki nilai tertinggi adalah kesehatan psikologis. Analisis deskriptif juga dilakukan terhadap variabel dukungan sosial, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial yang diterima ODHA berada pada kategori sedang.

Perbedaan :

Penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengathui pengaruh dukungan sosial terhadap kualitas hidup ODHA di KDS Saribattangku Kota Makassar dengan menggunakan skala kualitas hidup WHQOL dan skala dukungan sosial dari aspek-aspek yang

(5)

12

dikemukakan oleh Sarafino. Sedangan penelitian yang ingin peneliti lakukan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif naratif untuk mengetahui masalah sosial, psikologi dan ekonomi ODHA dari perspektif KPAD serta program-program dukungan sosial pada KPAD dan dampaknya kepada ODHA.

5. Savitri, Anna D., Purwaningtyastu ti. (2017).

Penyesuaian Diri

Pada Orang

Dengan HIV Dan AIDS (ODHA) Ditinjau Dari Dukungan Sosial.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan Teknik pengumpulan data menggunakan skala penyesusaian diri dan skala dukungan sosial. Metode

pengambilan sampel

mennggunakan studi populasi dan Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment. Nilai koefisien korelasi berdasarkan analisis yang dilakukan melalui teknik korelasi product moment dari Pearson adalah sebesar 0,130 dengan angka signifikansi 0,471 (p > 0,05). Nilai ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan positif antara variabel dukungan sosial dengan variabel penyesuaian diri. Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan sosial yang telah diterima subjek ternyata belum dapat membantu subjek dalam melakukan sosialisasi. Sehingga berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa dukungan sosial tidak memiliki hubungan dengan penyesuaian diri, sehingga dukungan sosial yang telah didapatkan oleh ODHA belum mampu membuat ODHA bisa melakukan penyesuaian diri dengan mudah.

Perbedaan :

Pada penelitian ini, peneliti ingin membuktikan hipotesis bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada ODHA yang menjalani pengobatan ARV. Semakin positif dukungan sosial yang diterima maka semakin positif penyesuaian dirinya, begitu pula sebaliknya. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah

(6)

13

untuk mengetahui masalah sosial, psikologi dan ekonomi ODHA dari perspektif KPAD serta program-program dukungan sosial pada KPAD dan dampaknya kepada ODHA.

Sumber: Data diolah Tahun 2022

2.2 Dukungan Sosial

A. Pengertian Dukungan Sosial

Pada awalnya dukungan sosial diartikan pada banyaknya kedatangan orang yang menyalurkan dukungan. Kemudian definisi ini berkembang sehingga dukungan sosial bukan hanya meliputi jumlah orang yang memberi dukungan, namun tumbuhnya rasa kepuasan terhadap seseorang yang diberikan dukungan (Sarason dikutip dalam Ogden, 2004).

Secara umum, dukungan sosial diasosiakan sebagai kesadaran akan rasa aman, peduli, penghargaan atau bantuan yang diperoleh seseorang melalui orang lain atau sekelompok orang, seperti pasangan atau kekasih, keluarga, teman, dokter, hingga komunitas (Sarafino, 2011). Di sisi lain, Camara, Bacigalupe, dan Padilla (2015) mengartikan dukungan sosial sebagai ketentuan ekspresif dan/atau instrumental, nyata atau dapat dirasakan, yang masyarakat, jaringan sosial, hubungan intim berikan kepada suatu individu (Rahmat et al., 2019). Dukungan sosial mengacu kepada penyediaan sumber daya, baik psikologis maupun material jejaring sosial yang memiliki tujuan sebagai instrumen untuk mengatasi stress (Cohen, 2004).

B. Bentuk Dukungan Sosial

Membangun hubungan interpersonal menjadi hal yang berarti bagi suatu individu dalam mengatasi krisis atau situasi yang tidak diinginkan di

(7)

14

hidupnya karena jaringan ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh dukungan dan dapat melewati kondisinya. Sarafino (2011) sendiri juga menjelaskan terdapat beberapa macam bentuk dukungan sosial yang dapat diterima oleh seseorang, yaitu :

a. Dukungan emosi dan penghargaan

Meliputi pengungkapan rasa kepedulian, empati dan perhatian terhadap seseorang. Dukungan jenis ini biasa diperoleh dari keluarga maupun pasangan. Bentuk dukungan emosi dapat seperti memberikan pengertian dan mendengarkan masalah yang sedang dihadapi dan keluhan dari individu sehingga individu tersebut dapat merasakan kenyamanan, rasa kepastian, serta perasaan memiliki dan dicintai. Sedangkan dukungan penghargaan adalah ungkapan positif, mendapat rasa penghargaan yang positif, dorongan atau motivasi untuk maju atau persetujuan akan pandangan atau perasaan indicidu dengan orang lain merupakan bentuk dari dukungan penghargaan.

Hubungan jenis ini biasanya berasal dari atasan di tempat kerja atau rekan kerja. Dukungan penghargaan dapat membangun perasaan bernilai, kompeten, dan berharga.

b. Dukungan nyata atau instrumental

Teman atau teman kerja dapat memberikan dukungan langsung kepada individu dengan memberikan bantuan langsung baik secara materi maupun pelayanan pertolongan yang dibutuhkan individu.

(8)

15 c. Dukungan informasi

Memberi nasihat, arahan, saran maupun umpan balik kepada individu tergolong dalam dukungan informasi. Mereka yang pernah mengalami peristiwa atau memahami situasi serupa kemudian memberikan dukungan dan nasihat kepada individu dapat memberi peluang dalam mencari alternatif pemecahan masalah atau keputusan yang akan diambil. Biasanya dukungan jenis ini diperoleh dari rekan kerja, sahabat, atasan maupun serang tenaga ahli seperti dokter dan psikolog.

d. Dukungan jaringan sosial

Bentuk dukungan ini dapat dilakukan melalui pemberian ketersediaan untuk menghabiskan waktu bersama individu untuk menunjukkan dirinya anggota dari kelompok tertentu yang memiliki minat sama. Karena perasaan kebersamaan dengan anggota kelompok merupakan bentuk dukungan bagi individu.

Selain itu, bentuk-bentuk dukungan sosial juga dikemukakan oleh House (dalam Kartono, 2013), diantaranya adalah :

a. Dukungan emosional

Dukungan ini mencakup ungkapan rasa empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan, seperti umpan balik dan penegasan.

b. Dukungan penghargaan

Dukungan ini terjadi melalui pengungkapan penghargaan (positif) untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan

(9)

16

dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, seperti misalnya orang-orang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah penghargaan diri).

c. Dukungan instrumental

Dukungan ini mencakup bantuan secara langsung atau material, seperti memberi pinjaman uang kepada seseorang atau menolong dengan pekerjaan pada waktu mengalami stress.

d. Dukungan informatif

Dukungan ini mencakup memberikan nasehat, petunjuk, saran- saran atau umpan balik.

C. Manfaat Dukungan Sosial

Penelitian menemukan bahwa peningkatan dukungan sosial memprediksi penurunan angka kematian. Hal ini menunjukkan peran dukungan sosial dalam kesehatan. Penelitian juga menemukan efek dari dukungan sosial pada fungsi kekebalan dan Kesehatan (Berkman &

Syme;Arnetz dkk dalam Ogden, 2004).

Menurut Johnson (dalam Adicondro, dkk., 2011), terdapat empat manfaat dari dukungan sosial, yaitu :

a. Dukungan sosial berbasis pengembangan dan kreatifitas sebagai upaya peningkatan produktifitas sebagai penghubung pekerjaan b. Dapat mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan psikologis

seseorang serta proses penyesuaian diri dengan memberikan perasaan memiliki

(10)

17

c. Menumbuhkan kepercayaan diri sehingga dapat meningkatkan harga diri kepada seseorang

d. Mengurangi rasa stress serta dapat menjaga kesehatan tubuh

Manfaat dari dukungan sosial juga disampaikan oleh Kemensos (2020), meliputi :

a. Mencegah dan mengurangi depresi klien/penerima manfaat, b. Mencegah keterasingan dan sendirian klien/penerima manfaat, c. Meningkatkan kebahagiaan klien/penerima manfaat,

d. Menjaga kesehatan fisik dan kesehatan mental klien/penerima manfaat,

e. Menghilangkan stress pada klien/penerima manfaat,

f. Meningkatkan keterlibatan klien/penerima manfaat pada kegiatan sosial,

g. Mencegah penelantaran klien/penerima manfaat,

h. Mencegah tindak kekerasan pada klien/penerima manfaat.

2.3 ODHA

Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) merupakan sebutan yang ditujukan kepada seseorang yang telah positif HIV/AIDS. Menurut Mudjahid, dkk (dalam Wahyu dkk., 2012) menyebut bahwa di dalam tubuh ODHA terdapat HIV setelah dilakukan serangkaian tes darah baik menggunakan test Elisa maupun Western Blot. Berbagai macam perubahan terjadi dalam diri ODHA setelah dinyatakan terinfeksi HIV/AIDS, oleh karena itu kehidupan mereka akan terpengaruh, baik kehidupan pribadi, sosial, belajar, karir, kehidupan di dalam keluarga.

(11)

18

Perubahan baik dalam dan luar diri ODHA membawa mereka ke arah persepsi negatif tentang dirinya sehingga mempengaruhi perkembangan konsep diri. Pada awalnya, ODHA cenderung menunjukkan reaksi sikap serta tingkah laku yang salah sebab ketidakmampuannya dalam menerima kenyataan atas kondisi yang dialami. Kondisi ini diperburuk dengan stigma bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang belum ditemukan obatnya.

Kondisi seperti ini dapat menghambat aktivitas dan perkembangan ODHA untuk mendapatkan kualitas hidup yang layak dan efektif.

HIV merupakan virus yang mengakibatkan AIDS dan menyerang bagian sistem kekebalan tubuh (Diane dalam Rahakbauw, 2016). Seperti diketahui, sistem kekebalan tubuh memiliki fungsi yang vital dalam melindungi segala penyakit. Apabila sistem ini tidak dapat berfungsi dengan semestinya, maka dapat mengakibatkan kematian. Dalam waktu yang terus-menerus, HIV akan terus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan menyerang dan menghancurkan sel-sel darah putih dalam tubuh.

Namun, tidak semua ODHA akan menunjukkan gejala klinis saat mereka terinfeksi, sehingga memungkinkan kondisi mereka tidak diketahui oleh orang-orang di sekitar.

A. Pengertian HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh di dalam manusia. Sedangkan AIDS (Acquired Immunoe Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang muncul setelah virus HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia selama lima hingga sepuluh tahun, bahkan bisa lebih dari itu

(12)

19

(Murni dkk., 2016). Akibat dari sistem kekebalan tubuh yang menjadi lemah, sejumlah penyakit lain dapat timbul dan dapat lebih berat dari biasanya. Namun, setelah seorang individu terinfeksi, individu tersebu tidak langsung sakit. Pada fase ini, individu mengalami masa tanpa gejala khusus meskipun tetap ada virus di dalam tubuh. Fase ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun, sehingga sebagian besa ODHA tidak tahu bahwa di dalam tubuhnya terdapat virus, kecuali dilakukan tes darah.

B. Permasalahan yang Dialami ODHA

Penyakit HIV/AIDS kerap menimbulkan permasalahan, baik pada ODHA maupun orang yang hidup dengan ODHA. Masalah yang muncul diantaranya, masalah fisik, emosional, dan sosial. Masalah fisik terjadi disebabkan oleh penurunan daya tahan tubuh secara progresif sehingga ODHA rentan terhadap segala penyakit. Penyakit yang sering diderita oleh ODHA adalah Tuberkulosis paru (TB Paru), radang paru-paru (pneumonia), kelainan kulit seperti herpes simplex atau zoster, diare kronik dan infeksi pada hati (hepatitis). Selain itu, ODHA juga berpotensi mengalami penyakit ganas, seperti kanker lapisan pembuluh darah limfatik (sarcoma kaposi) dan kanker sistem kekebalan tubuh/limfoma (Nursalam

& Kurniawati dalam Savitri dkk., 2017).

Selain itu, ODHA juga menghadapi masalah sosial karena penyakit yang dideritanya. Masih banyak masyarakat yang menganggap HIV./AIDS sebagai hal yang menyeramkan sehingga mereka kerap memperlakukan ODHA secara tidak adil hingga mendapatkan diskriminasi baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Stigma dan diskriminasi yang

(13)

20

mereka alami membuat ODHA sering menarik diri dari lingkungan mereka, sehingga ruang gerak mereka jadi terbatasi dan tidak dapat dengan leluasa melakukan aktivitas yang biasanya mereka lakukan. Mudjahid dkk.

(dalam Wahyu dkk., 2012) menyatakan bahwa stigmatisasi adalah tindakan mengucilkan seseorang karena dianggap telah melakukan sesuatu yang menyimpang dan memalukan dari norma-norma sosial yang berlaku.

Tekanan-tekanan pskologis yang dialami ODHA menjadi faktor yang berpengaruh besar dalam penurunan kondisi ODHA. Richard D.

Muma dkk (dalam Rahakbauw, 2016) mengemukakan sejumlah dampak yang dialami ODHA sebagai berikut :

a. Kecemasan, yaitu ODHA dipenuhi rasa ketidakpastian tentang penyakit yang dideritanya serta merasa cemas dengan gejala- gejala baru yang mereka alami, prognosis, serangan panik, hierventilasi, dan ancaman kematian.

b. Depresi, yaitu ketika ODHA merasa tidak berdaya, sedih, merasa bersalah, tidak berharga, putus asa menarik diri, sulit tidur, sedih, dan hilangnya nafsu makan.

c. Merasa kurangnya dukungan sosial. Ditolak oleh orang terdekat, merasa terisolasi.

d. Merasa takut apabila ada orang yang mengetahui penyakit yang mereka derita.

e. Merasa khawatir karena biaya perawatan yang akan diambil dan khawatir kehilangan pekerjaannya.

(14)

21

f. Merasa malu karena mendapat stigma dan diskriminasi dari orang lain.

g. Penyangkalan hidup riwayat penggunaan obat-obatan terlarang.

Dampak sosial, ekonomi, dan psikologis pasti dirasakan oleh penderita HIV/AIDS, sebagaimana yang diungkapkan oleh Kemensos (2011), bahwa seseorang yang terjangkit HIV/AIDS dapat berdampak luas di dalam hubungan sosial, relasi dengan keluarga, hubungan dengan teman-teman, jaringan kerja yang berubah baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain pada ODHA, dampak juga dirasakan oleh keluarga dan orang-orang terdekat. Perubahan hubungan sosial ini dapat memicu pengaruh yang positif maupun negative, tergantung setiap orang. Latri Mumpuni (2001) menemukan dalam penelitiannya bahwa perilaku sosial penderita HIV cenderung berubah-ubah dan situasional, cenderung sulit melakukan adaptasi sosial terhadap lingkungannya. Kesulitan ini mencakup dua aspek, yaitu perilaku situasional yang dilakukan menyebabkan penderita tidak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan ketidakmampuan masyarakat dalam melakukan penyesuaian sosial terhadap penderita. Dalam hal ekonomi, dampak global yang disebabkan dari penyakit HIV/AIDS disebutkan oleh Carlod & Paul (2009), bahwa krisis ekonomi global yang terhadi diperparah dengan kondisi dimana terdapat empat juta penderita memiliki penghasilan rendah dan menengah menerima pengobatan ARV. Situasi ini membuat dana yag diperlukan bagi negara-negara yang memiliki penghasilan rendah dan menengah untuk melakukan terapi pengobatan

(15)

22

bagi ODHA yang diperkirakan akan terus bertambah, meskipun mendapat bantuan dari negara lain maupun IMF.

C. Dukungan Sosial dan ODHA

Dukungan sosial sangat diperlukan oleh ODHA, karena penyakit HIV/AIDS merupakan stressor psikososial yang dapat memberikan dampak negatif bagi penderitanya. Deekshitulu (dalam Sofro & Hidayanti, 2019:78) mengemukakan bahwa stressor psikososial berkaitan dengan 3 masalah utama yaitu psikologis, perilaku, dan medis. Secara psikologis, ODHA dihadapkan pada kematian, ketidaksabaran dalam menghadapi sakit kronis, stres sepanjang hidup, depresi, rasa tidak aman, kurangnya atau ketidakmampuan untuk menerima dukungan emosional, dan koping yang buruk. Secara perilaku terjadi perubahan pernapasan, dehidrasi, nafsu makan, dan pola tidur yang tidak sehat. Sedangkan keadaan yang diikuti secara medis terkait infeksi, keterbatasan dalam mengakses pelayanan kesehatan saat sakit, keterlambatan dalam memahami masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit, dan rendahnya pola komunikasi dengan pemberi pelayanan kesehatan. Selain itu, Sofro dan Sujatmoko (dalam Sofro & Hidayanti, 2019:79) juga menyebutkan bahwa ODHA juga berpotensi mengalami masalah sosial seperti stigma dan diskriminasi yang ekstrim. Faktor psikososial ini sangat memberatkan ODHA dan dapat memperburuk fungsi imunnya, yang bila tidak ditangani dengan baik.

Dalam beberapa hal, dukungan sosial dari keluarga yang seharusnya diperoleh oleh ODHA biasanya jarang mereka dapatkan.

Miller, Goldman, dan Bor (dalam Sofro & Hidayanti, 2019:79)

(16)

23

menyatakan bahwa penyebaran HIV/AIDS telah menyebabkan redefinisi makna keluarga. Keluarga dimaknai tidak hanya sebagai hubungan darah, tetapi juga hubungan sosial bahkan kesetaraan gender. Sependapat dengan mereka, Sofro dan Hidayanti (2019) juga menyebutkan bahwa keluarga yang dimaksud bagi penderita HIV/AIDS tidak hanya mereka yang memiliki hubungan darah, tetapi juga mereka yang memiliki hubungan sosial sebagai sesama penderita. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi dukungan teman sebaya tersebut, banyak komunitas ODHA yang dibangun guna memberikan pemenuhan tersebut, salah satunya rumah sakit yang menjadi pusat rujukan ODHA membentuk Kelompok Dukungan Sebaya (KDS).

Referensi

Dokumen terkait

Pada fungsional test intrusion detection system menggunakan mikrotik versi 5.20 dapat mendeteksi adanya serangan baik berupa FTP Bruteforce, SSH Bruteforce, Port

kelembagaan pariwisata, namun tidak mempunyai kekuasaan atau kewenangan dalam hal mengelola Tahura Ngurah Rai dan peranan masyarakat Banjar Kajeng, Desa Pemogan dalam hal

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Hasil rekapitulasi di tingkat PPK Kecamatan Samarinda yang ditolak oleh para saksi dari partai-partai politik termasuk PDK, tidak pernah diperbaiki dan hal ini telah

tersebut, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DKI Jakarta memiliki khasanah arsip dalam wujud dan bentuk media rekam yang beragam, salah satunya adalah arsip foto, dalam rangka

Penelitian ini hanya berfokus pada jenis-jenis dan tujuan dari kata-kata tabu Bahasa Inggris yang digunakan oleh pengguna 9gag.com mulai dari tanggal 1 sampai dengan 31

Pada kondisi bergerak, prosedur tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan connection baik dalam sesama sistem WCDMA pada frekuensi yang sama melalui intra frequency

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Budaya Inovasi