• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM MULTI PARTAI YANG DISEDERHANAKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIIL DI INDONESIA 1. Putu Edgar Tanaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SISTEM MULTI PARTAI YANG DISEDERHANAKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIIL DI INDONESIA 1. Putu Edgar Tanaya"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM MULTI PARTAI YANG DISEDERHANAKAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIIL DI INDONESIA1

Putu Edgar Tanaya

Fakultas Hukum Universitas Udayana Email: [email protected]

A. PENDAHULUAN

Pasca reformasi sistem pemerintahan presidensiil diterapkan di Indonesia.

Pada intinya sistem presidensiil adalah suatu sistem pemerintahan dimana lembaga eksekutif tidak bertanggung jawab kepada lembaga legislatif. Konsekuensi dari hal tersebut, antara lembaga eksekutif dan legislatif tidak saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain. Dasar kekuasaan dari lembaga eksekutif kembali kepada rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Sehingga sesuai dengan amandemen Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disebut UUDNRI 1945), presiden menjadi kepala negara sekaligus kepala pemerintahan dan bersama dengan wakilnya dipilih langsung oleh rakyat. Rakyat menjadi penentu terpilihnya seorang presiden dan wakilnya serta penentu terpilihnya (kembali) seorang presiden dan wakilnya untuk masa jabatan kedua.

Indonesia memiliki tingkat kemajemukan yang sangat tinggi, mulai dari suku, agama, ras, antar golongan yang berbeda dari Sabang sampai Merauke.

1 Makalah disampaikan dalam focus group discussion (FGD) dengan tema “Penataan Kewenangan MPR dan Penegasan Sistem presidensiil” yang diselenggarakan oleh MPR RI - APHTN – HAN pada tanggal 1 Desember 2016 bertempat di Hotel Sanur Paradise, Bali.

(2)

Kemajemukan tersebut dalam konteks perpolitikan mengakibatkan terbangunnya sistem partai yang majemuk juga (sistem multi partai). Sistem kepartaian tersebut merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, walaupun konstitusi sendiri sudah mengatur secara tegas dan jelas bahwa sistem pemerintahan Indonesia adalah presidensiil. Sehingga sistem presidensiil Indonesia diimplementasikan dalam sistem multipartai.

Perkembangan sistem multi partai di Indonesia dimulai ketika berakhirnya rezim pemerintahan Presiden Soeharto. Ada keinginan masyarakat untuk mempunyai kesempatan untuk mendirikan sebuah partai. Sehingga melalui diundangkannya Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik (selanjutnya disebut UUPP) menjadi alas yuridis pendirian partai oleh masyarakat.

Lahirnya uu tersebut menjadi tonggak awal keberagaman jumlah partai di Indonesia.

Pasca diundangkannya UUPP tersebut, pada era pemilihan umum (selanjutnya disebut pemilu) tahun 1999 terbentuk sebanyak 171 partai baru. Dari 171 partai yang terbentuk hanya 141 parta saja yang terdaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun pada akhirnya hanya 48 partai yang dinyatakan lolos untuk mengikuti pemilu. Akhirnya, pemilu tahun 1999 PDIP mendapat suara terbanyak yakni 35.689.073 juta suara dan 154 kursi. Selanjutnya di posisi kedua dan ketiga diikuti oleh Golkar dan PPP.2

2 Evan, “Pemilu 1999”, diakses pada 27 November 2016, diakses melalui https://m.tempo.co/read/news/2014/01/15/272545209/pemilu-1999

(3)

Pada pemilu tahun 2004 merupakan pemilu pertama pemilihan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang dilakukan secara langsung (direct election). Pada pemilu tahun 2004, partai yang akhir lolos sebanyak 24 partai.

jumlah partai pada pemilu 2004 menyusut sampai setengah dari pemilu tahun 1999.

Jumlah partai politik di pemilu tahun 1999 yang sangat banyak merupakan antitesa dari pemilu masa orde baru. Kemudian pemilu yang terakhir dilaksanakan pada tahun 2014. Jumlah partai politik yang lolos untuk mengikuti pemilu sebanyak 15 partai politik. Pada pemilu ini, PDIP menempati urutan teratas dalam peroleh suara yakni sebanyak 23.681.471 atau 18,95 % (persen) dari jumlah suara.3

Permasalahan timbul ketika sistem presidensiil yang kita anut, dilaksanakan secara bersama-sama dengan sistem multipartai. Pelaksanaan sistem presidensiil bersama-sama dengan sistem multi partai kemudian menimbulkan ketidakstabilan yang terjadi dewasa ini. Bahkan penyusutan jumlah partai dari tahun 1999 sampai 2014 menjadi 15 partai tidak memberikan pengaruh yang besar, karena jumlah tersebut membuktikan masih diterapkannya sistem multi partai di Indonesia.

Sebagian besar Negara Amerika Latin, menggunakan sistem presidensiil sama seperti Indonesia. Sebagian negara Amerika latin juga menggunakan sistem kepartaian multi partai sama seperti di Indonesia. Indonesia dan sebagian besar negara Amerika Latin menggunakan sistem yang sama dan masih tetap berjalan sampai sekarang. Padahal sistem presidensiil multipartai sudah mempunyai permasalahan bawaan.

3 Deytri Robekka Aritonang, “PDI-P Pemenang Pemilu Legislatif 2014”, diakses tanggal 30 Nopember 2016, diakses melalui http://nasional.kompas.com/read/2014/05/10/0014480/PDI-P

(4)

Berdasarkan latarbelakang tersebut menarik dikaji terkait sistem kepartaian yang tepat digunakan di Indonesia dan konsekuensinya terhadap pembentukan fraksi Dewan Perwakilan Daerah (DPR). pengkajian ini menjadi penting dan urgent dalam memperkuat sistem presidensiil di Indonesia. Kajian ini akan menggunakan pendekatan perbandingan (comparative approach) dengan membandingkan sistem kepartaian Indonesia dan Amerika Serikat yang selama ini menerapkan sistem presidensiil seperti Indonesia namun dengan sistem dwi partai.

B. SISTEM KEPARTAIAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1999 TENTANG PARTAI POLITIK

Sistem multi partai adalah sistem kepartaian dimana dalam negara terdapat bermacam-macam partai politik yang mempunyai wakil dalam parlemen dimana tidak ada satu partai politik pun yang menguasai suara mayoritas di dalamnya.4 Pada umumnya, keanekaragaman budaya politik suatu masyarakat mendorong pilihan ke arah sistem multipartai.5 Perbedaan-perbedaan yang meliputi perbedaan ras, agama atau suku bangsa mendorong kelompok masyarakat untuk cenderung menyalurkannya dalam suatu wadah tertentu. Dengan demikian, sistem multipartai dianggap lebih sesuai dengan pluralitas budaya dan politik dalam suatu negara.

Pasca lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh rakyat Indonesia untuk ikut

4 Sri Soemantri, 1969, Partai Politik, Sistim Kepartaian dan Sistim Pemilihan Umum di Indonesia, Jajasan Pendidikan Bunda, Bandung, hlm 37.

5 Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm.

416.

(5)

berkontribusi dalam pembangunan nasional melalui pendirian partai politik sesuai dengan syarat dan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik. Lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik menimbulkan implikasi banyaknya lahir partai politik di Indonesia, sehingga Indonesia menganut sistem multi partai sampai sekarang. Penerapan sistem multi partai sampai sekarang masih mencari sistem multi partai yang tepat digunakan di Indonesia. Hal tersebut terbukti lahirnya beberapa perubahan terhadap Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, mulai dari Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 sampai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 yang merupakan hukum positif partai politik di Indonesia.

C. SISTEM KEPARTAIAN MULTI PARTAI DENGAN PENYEDERHANAAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGUATAN SISTEM PRESIDENSIIL DI INDONESIA

Indonesia menganut sistem multi partai. Indonesia menerapkan secara bersama-sama sistem multipartai dan sistem pemilihan umum proportional representation yang berakibat sulitnya memperoleh suara mayoritas di parlemen

dan majority government. Keadaan demikian mengakibatkan lahirnya koalisi partai yang terjadi di Indonesia dewasa ini. Sehingga diperlukan penataan sistem kepartaian untuk meminimalisir lahirnya koalisi kepartaian di Indonesia. Koalisi kepartaian yang selama ini terjadi di Indonesia mengakibatkan terganggunya stabilitas hubungan antara pemerintah (eksekutif) dan dewan perwakilan (legislatif)

(6)

Dibandingan dengan sistem presidensiil Amerika Serikat, antara Amerika Serikat menggunakan sistem kepartaian yang berbeda. Amerika Serikat menerapkan sistem dwi partai dan Indonesia menerapkan sistem multi partai.

Sebenarnya untuk dapat memperkuat sistem presidensiil harus menggunakan sistem dwi partai untuk menghindari instability hubungan antar lembaga pemerintah (terutama eksekutif dan legislatif). Amerika Serikat lebih konsisten melalui sistem dua partai (two-party system). Artinya, ada dua partai berbeda yang mendominasi cabang kekuasaan eksekutif di satu sisi, dan cabang kekuasaan legislatif di sisi lainnya. Selain itu, sistem single member majoritarian congressional districts yang diterapkan negara ini semakin menutup kemungkinan

bagi partai-partai lain untuk ikut serta dalam pencalonan presiden. Pemilihan Presiden dan Kongres dilaksanakan secara terpisah sehingga partai pemenang dalam pemilihan kongres tidak serta-merta menjadi pemenang dalam pemilihan presiden. Dengan demikian, presiden dan pejabat eksekutif lainnya bisa saja berasal dari satu partai sedangkan partai pemenang dalam pemilu kongres dapat saja menjadi partai oposisi.6 Kombinasi antara sistem dua partai (two-party system) dan single member majoritarian congressional districts terbukti menghindarkan

fragmentasi yang luas serta memungkinkan untuk menghasilkan majority government sehingga tidak perlu membentuk koalisi.

Sistem dwi partai seperti di Amerika Serikat memang sistem yang ideal untuk penguatan sistem presidensiil, namun melihat Indonesia yang merupakan negara

6 Almon Leroy Way, Jr., “The American System of Government: Politics & Government in the U.S.A” diakses pada 1 Desember 2016, diakses melalui

http://www.proconservative.net/CUNAPolSci201PartThreeB2.shtml

(7)

yang plural, maka keanekaragaman budaya politik mendorong ke arah multipartai7 sehingga sulit menerapkan sistem dua partai seperti di Amerika Serikat. Sistem banyak partai ini menyebabkan fragmentasi kekuatan parpol semakin luas. Untuk menghindari terjadinya fragmentasi yang luas tersebut, sehingga diperlukan suatu alternatif untuk mengakomodir keunikan sistem ketatanegaraan di Indonesia.

Sehingga sistem kepartaian di Indonesia tetap menggunakan sistem multipartai sebagai pengakomodir kebhinekaan di Indonesia. Namun sistem multipartai di Indonesia harus dengan penyederhanaan jumlah partai. Penyederhanaan dapat dilakukan dengan meningkatkan ambang batas (electoral threshold) untuk membatasi jumlah partai peserta pemilu dan parliamentary threshold untuk membatasi jumlah partai yang memperoleh kursi di badan legislatif. Ambang batas akan membatasi keikutsertaan masyarakat dalam pemerintahan sehingga jalannya pemerintahan akan dapat berjalan dengan baik tanpa membatasi kebebasan berserikat dan berkumpul seperti yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Berdasarkan hal tersebut sangat penting dan urgent memasukan ambang batas tersebut ke dalam produk peraturan perundang- undangan agar dapat memiliki kekuatan hukum yang mengikat sehingga melalui pengaturan tersebut akan menjadi alternatif penguatan sistem presidensiil di Indonesia

Pengaturan ambang batas jumlah partai menjadi 3-5 partai politik yang akan

“bertarung” dalam pemilihan umum akan menguatkan sistem presidensiil di Indonesia. Berkurangnya jumlah partai secara otomatis juga akan

7 Miriam Budiarjo, op.cit, hlm. 415.

(8)

menyederhanakan fraksi di parlemen. Dengan penyederhanaan jumlah fraksi akan menambah efektivitas dan efisiensi anggota parlemen, sehingga dapat mengakomodir kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis.

D. KESIMPULAN

Sistem kepartaian di Indonesia perlu dilakukan perubahan, namun perubahan tersebut tidak bisa dilakukan dengan sistem dwi partai seperti yang diterapkan di Amerika serikat. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang sangat majemuk dan sangat beragam dari suku, agama, ras, dan antar golongan sehingga sangat tidak mungkin menerapkan sistem dwi partai. sehingga Public choice yang dapat dipilih oleh pemerintah adalah tetap menerapkan sistem multi

partai yang disederhanakan. Melalui sistem multi partai yang disederhanakan akan menguatkan sistem presidensiil yang sudah diterapkan oleh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Buku dan Jurnal

Budiardjo, Miriam, 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Saraswati, Retno “ Desain Sistem pemerintahan Presidensial yang Efektif “, Fakultas Hukum Universitas Diponogoro, Semarang.

Soemantri, Sri, 1969, Partai Politik, Sistim Kepartaian dan Sistim Pemilihan Umum di Indonesia, Jajasan Pendidikan Bunda, Bandung.

(9)

Artikel Internet

Aritonang, Deytri Robekka, “PDI-P Pemenang Pemilu Legislatif 2014”, diakses

tanggal 30 Nopember 2016, diakses melalui

http://nasional.kompas.com/read/2014/05/10/0014480/PDI-P

Evan, “Pemilu 1999”, diakses pada 27 November 2016, diakses melalui https://m.tempo.co/read/news/2014/01/15/272545209/pemilu-1999

Way, Jr., Almon Leroy, “The American System of Government: Politics &

Government in the U.S.A” diakses pada 1 Desember 2016, diakses melalui http://www.proconservative.net/CUNAPolSci201PartThreeB2.shtml

Peraturan Perundang-Undangan

Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik (Lembaran Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 22, Tambahan Lembar Republik Indonesia Nomor 3809)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pelaksanaan kegiatan bermain congklak memiliki pengaruh yang positif terhadap kemampuan berhitung anak usia 5-6 tahun di TK Bina Asuhan Mayang Pongkai

Akuntansi merupakan aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklarifikasikan, mencatat, meringkas dan melaporkan aktivitas/transaksi suatu

Dari keempat definisi yang diungkapkan di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa, Sistem Pengendalian Intern merupakan suatu “Sistem” yang terdiri dari berbagai macam

Oleh karena itu untuk memperkaya materi yang dapat diterapkan sebagai referensi dan mempermudah materi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran perlu

Rate per aktivitas primer setiap produk pelayanan yang dijumlahkan berdasarkan kategori unit activity digunakan sebagai biaya tidak langsung dalam perhitungan biaya

Jika dilihat dari data deskriptifnya, skor rata- rata kemampuan menyusun karya ilmiah pada kelas eksperimen I yang diberikan resitasi berupa tugas menyusun proposal

Négy erdélyi arisztokrata család/nemzetség (Jósika, Klebelsberg, Majthényi, Mikes) tagjai a kalksburgi jezsuita kollégiumban és a.. bécsi Theresianumban a