• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA DI PUSKESMAS TIGA PANAH TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA DI PUSKESMAS TIGA PANAH TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

TRY ISYAH JEDIDAH BR GINTING NIM : 141000524

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TRY ISYAH JEDIDAH BR GINTING NIM : 141000524

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

(3)
(4)

Telah diuji dan dipertahankan Pada tanggal: 30 Januari 2019

__________________________________________________________________

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes Anggota : 1. Dr. Juanita, S.E, M.Kes 2. dr. Rusmalawaty, M.Kes

(5)

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN

PENDEKATAN KELUARGA DI PUSKESMAS TIGA PANAH TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2019

Try Isyah Jedidah Br Ginting

(6)

Abstrak

Program Indonesia sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 “Nawa Cita” yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana persiapan pelaksanaan, proses pelaksanaan, dan capaian dari pelaksanaan program Indonesia sehat. Pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga di Puskesmas Tiga Panah ditargetkan pada Maret 2018 sudah 100%, namun hingga September 2018 masih 90%. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pende- katan keluarga di Puskesmas Tiga Panah tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data adalah wawancara men- dalam. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga belum mencapai target, dilihat dari capaian kunjungan keluarga sehat yang belum mencapai 100% karena petugas keluarga sehat sebanyak 16 orang tidah hanya fokus untuk kunjung-an keluarga sehat melainkan masih memiliki tugas pelayanan lainnya, paket infor-masi keluarga (Pinkesga) yang tersedia ada 5 paket sehingga tidak dapat dibagikan kepada masyarakat, aplikasi keluarga sehat sulit diakses, serta belum diketahuinya Indeks Keluarga Sehat wilayah Puskesmas Tiga Panah yang disebabkan pendataan belum selesai dilakukan. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo gu-na meningkatkan pemantauan pelaksanaan program, memberikan pelatihan ten-tang keluarga sehat kepada seluruh Puskesmas dan tenaga kesehatanyang terlibat, dan menambah jumlah Paket informasi keluarga (Pinkesga). Kepada Puskesmas Tiga Panah untuk menambah jumlah petugas keluarga sehat dan melibatkan semua bidan desa guna melakukan pendataan kerumah-rumah penduduk serta melakukan analisis dan intervensi masalah kesehatan per desa sehingga desa yang sudah sele-sai didata hingga di internevsi dapat dijadikan sebagai desa percontohan untuk desa-desa lainnya dalam pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

Kata kunci : Program Indonesia sehat, Pendekatan keluarga, Puskesmas

(7)

Abstract

The Indonesia Healthy Program with Family Approach is one of the programs from 5th agenda of “Nawa Cita” is to improve the quality of Indonesian’s people.

The implementation of the Indonesian healthy program with family approach in Tiga Panah health center is targeted at 100% in March 2018, but until September 2018 it is still 90%. The problem in this study is how to prepation of implementation, process of implementation, and the achievements of implementation of the Indonesia healthy program. The purpose of this study was to explain the implementation of a healthy Indonesia program with a family approach at the Tiga Panah health center in 2018. This research is a qualitative research method with in-depth interviews. Informants in this research were 10 informants. Analysis of data was carried out descriptive and presented in narrative form. The results of the research indicated implementation of the Indonesian healthy program with family approach not yet reached the target, as seen from the achievements of family health visits that were not yet 100%because 16 healthy family officers were not only focused on healthy family visits but still had other service assignments, the lack of Paket informasi keluarga (Pinkesga)available 5 packages so that it could not be shared to society, the application of healthy families was difficult to access, and the Health Family Index of Tiga Panah health center area wasn’t yet known cause data collection have not yet been completed. It is expected Karo District Health Office will improve monitoring implementation of the program, provide training about healthy families survey to all healty center and health workers involved,and increase of Paket informasi keluarga (Pinkesga). Tiga Panah health center increase of healthy family officers and involve all village midwives to collect data on residents' houses and conduct analysis and intervention on health problems one by one village so that villages that have been finished collecting data on internevsi can be used as pilot villages for other villages in implementing the Indonesia healty program with family approach.

Keywords : Indonesia healthy program, Family approach, Health center

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur atas kasih dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di Puskesmas Tiga Panah Tahun 2018” diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Suma- tera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi penulis. Terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan, arahan, motivasi, dorongan semangat, dan telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Dr. Juanita, S.E., M.Kes., selaku dosen penguji I yang banyak memberikan masukan dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.

(9)

5. dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku dosen penguji II yang banyak memberi- kan masukan dan arahan dalam menyelesaikan dan menyempurnakan skripsi ini.

6. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi., M.Psi., sebagai dosen pembimbing akademik penulis yang membimbing penulis selama mengikuti pendidikan dan men-yelesaikan studi di FKM USU.

7. Seluruh dosen dan staf pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

8. Kepala Puskesmas Tiga Panah dan seluruh Pegawai Puskesmas Tiga Panah yang telah mendukung, memberikan kesempatan, informasi dan meluang- kan waktu untuk membantu penulis melakukan penelitian di Puskesmas Tiga Panah.

9. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Jita Ginting dan Ibunda Susila Br Surbakti. Terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, motivasi, memberi semangat, dukungan moral dan dana yang telah diberikan kepada penulis dalam menempuh pendidikan, dan yang terutama dukungan doa yang tak putus-putusnya kepada penulis.

10. Saudara dan saudari penulis Kader Ginting, Valentina Br Ginting, Juntri Ananda Ginting, dan Baptis Pradita Ginting yang telah menyemangati dan mendoakan penulis.

11. Teman teman penulis Rani Waty Purba, SKM, Royana Parhusip, SKM, Lorina Gracia Sianturi, SKM, Yessica Berutu, SKM, Sisilia Feagitha Sembiring, SKM, Rika Prihastuti, SKM, Monikha Indyani, SKM dan Pinta Uli Simamora yang telah menyemangati dan mendoakan penulis.

(10)

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa FKM USU Stambuk 2014, terkhusus Mahasiswa Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan kasih karunianya senantiasa menyertai kita semua.

Dengan segala keterbatasan yang ada penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan dunia ilmu pendidikan dan kita semua.

Medan, Januari 2019

Try Isyah Jedidah Br Ginting

(11)

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Daftar Istilah xiv

Riwayat Hidup xv

Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 7 Tujuan Penelitian 8 Manfaat Penelitian 8 Tinjauan Pustaka 10

Kajian Teoritis 10

Program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga 10

Langkah-langkah pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga 13

Manajemen program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga 27

Pusat kesehatan masyarakat 30

Hasil Penelitian yang Relevan 37

Landasan Teori 39

Kerangka Berpikir 41

Metode Penelitian 43

Jenis Penelitian 43

Lokasi dan Waktu Penelitian 43

Subjek Penelitian 43

Definisi Konsep 44

Metode Pengumpulan Data 45

Metode Analisis Data 46

Hasil Penelitian dan Pembahasan 47

(12)

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 47

Geografis Puskesmas Tiga Panah 47

Demografis 47

Sumber Daya Manusia Puskesmas Tiga Panah 48

Karakteristik Informan 49

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga 50

Komitmen politis 51

Sumber daya manusia 53

Sarana dan prasarana 56

Biaya operasional 59

Pendataan dan Pengelolaan Data 61

Pendataan keluarga sehat 62

Mengelola pangkalan data keluarga sehat 67

Analisis Data dan Intervensi Masalah Kesehatan 69

Promosi dan pelayanan kesehatan 69

Hambatan dalam Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga 71

Keterbatasan Penelitian 72

Kesimpulan dan Saran 74

Kesimpulan 74

Saran 76

Daftar Pustaka 78

Lampiran 80

(13)

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Penduduk

dan Luas Wilayah 48

2 Distribusi Tenaga Ahli Wilayah Kerja Puskesmas

Tiga Panah Tahun 2017 49

3 Karakteristik Informan 50

(14)

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka berpikir 42

(15)

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Pedoman Wawancara 80

2 Matriks Hasil Wawancara 89

3 Surat Izin Penelitian 110

4 Surat Selesai Penelitian 111

5 Formulir Profil Keluarga Sehat 112

6 Paket Informasi Keluarga Sehat 114

7 Dokumentasi 115

(16)

Daftar Istilah

BLUD Badan Layanan Umum Daerah BOK Bantuan Operasional Kesehatan IKS Indeks Keluarga Sehat

JKN Jaminan Kesehatan Nasional

KS Keluarga Sehat

Nawa Cita 9 Agenda program pokok pemerintahan Presiden Joko Widodo Pinkesga Paket Informasi Kesehatan Keluarga

PIS-PK Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Prokesga Profil Kesehatan Keluarga

RPK Rencana Pelaksanaan Kegiatan RUK Rencana Usulan Kegiatan

UKBM Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat UKM Upaya Kesehatan Masyarakat

UKP Upaya Kesehatan Perorangan

(17)

Riwayat Hidup

Penulis bernama Try Isyah Jedidah Br Ginting berumur 23 tahun, dilahirkan di Tiga Panah pada tanggal 10 Maret 1996. Penulis beragama Kristen Protestan, anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Jita Ginting dan Ibu Susilawati Br Surbakti.

Pendidikan formal dimulai dari TK Sint.Yoseph Kabanjahe tahun 2001.

Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Sint. Yoseph Kabanjahe tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMP Swasta Santo Xaverius 2 Kabanjahe tahun 2008-2011, sekolah menengah atas di SMAN 2 Kabanjahe tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2019

Try Isyah Jedidah Br Ginting

(18)

Pendahuluan

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah salah satu upaya pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan (Kementrian Kesehatan, 2016).

Mendukung meningkatnya kualitas manusia Indonesia dalam bidang kese- hatan, pemerintah mengusung Program Indonesia Sehat. Program Indonesia Sehat dilatar belakangi karena tingginya cakupan masalah penyakit menular dan tidak menular yang semakin meningkat dan menimbulkan tingginya angka kesakitan, kecatatan, dan bahkan kematian di Indonesia. Meningkatnya kasus penyakit sering kali disebabkan karena tidak terdeteksi sejak dini (Kementrian Kesehatan, 2016).

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5

“NAWA CITA”, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Nawa Cita adalah 9 agenda program unggulan yang diusung oleh Presiden Joko Widodo dalam masa pemerintahan Kabinet Kerja (2014-2019) yang dituangkan menjadi rencana strategis jangka menengah nasional guna meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu pro-

(19)

gram Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia sejahtera (Kementrian Kesehatan, 2016).

Program Indonesia Sehat dilaksanakan guna meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembanguanan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Program pem- bangunan kesehatan Indonesia tersebut mengacu pada 3 pilar Program Indonesia Sehat yaitu (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan dan (3) pemenuhan universal health coverage melalui Jaminan Kesehatan Nasional (Kementrian Kesehatan, 2016).

Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarus utamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanaan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of case dan intervensi ber- basis resiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (benefit), serta ke- ndali mutu dan biaya. Semuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga- keluarga sehat (Kementrian Kesehatan, 2015).

Pelaksanan tiga pilar Program Indonesia Sehat tersebut mempunyai target meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehat- an dan pemberdayaan masyarakat seluruh usia (total coverage) yangdidukung de- ngan perlindungan finansial dan pemerataanpelayanankesehatan. Sehingga inte- grasi pelaksanaan pelayanaan kesehatan dapat dilakukan lebih efektif jika melalui

(20)

pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan atau meningkatkan akses pelayanan kesehatan dengan mendatangi keluarga (Kementrian Kesehatan, 2016).

Pendekatan keluarga bertujuan untuk 1) meningkatkan akses keluarga ter- hadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, 2) mendukung pencapaian Stan- dart Pelayanan Minimum (SPM) kab/kota dan provinsi, 3) mendukung pelaksana- an JKN, dan 4) mendukung tercapainya Program Indonesia Sehat.

Program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga atau yang sering disebut dengan PIS-PK ini mengintegrasikan pelaksanaan program melalui pende- katan 6 komponen utama dalam penguatan sistem kesehatan (six building blocks), yaitu penguatan upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan tenaga kesehatan, sis- tem informasi kesehatan, akses terhadap ketersediaan obat esensial dan sarana prasarana, pembiayaan, dan kepemimpinan atau pemerintahan (Kementrian Kese- hatan, 2016).

Pelaksanaan program Indonesia sehat dilaksanakan melalui kegiatan 1) me- lakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga, 2) mengentri data survei ke aplikasi Keluarga Sehat, 3) menganalisis, merumuskan intevensi masalah kese- hatan, dan menyusun rencana puskesmas, 4) melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, 5) melaksanakan pe- layanan kesehatan (dalam dan luar gedung) melalui pendekatan siklus hidup, dan 6) melaksanakan sistem informasi dan pelaporan Puskesmas (Kementrian Kesehat- an, 2016).

Pelaksanaan program ini menjadi tanggung jawab puskesmas. Sehingga Puskesmas berperan sebagai penentu keberhasilan program Indonesia sehat

(21)

dengan pendekatan keluarga. Adapun area prioritas atau sasaran yang telah di- tetapkan oleh pemerintah melalui program ini adalah penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI dan AKB), penurunan prevalensi balita pendek (stunting), penanggulangan penyakit menular dan penanggulangan penyakit tidak menular. Pelaksanaannya melalui pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Melalui pendekatan keluarga, diharapkan Puskesmas dapat menangani ma- salah-masalah kesehatan individu secara siklus hidup (life cycle). Ini artinya pe- nanganan masalah kesehatan dilakukan sejak fase dalam kandungan, proses ke- lahiran, tumbuh kembang masa bayi-balita, usia sekolah dasar , remaja, dewasa sampai usia lanjut. Fokusnya adalah pada kesehatan individu-individu dalam kelu- arga. Hal ini sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 dimana penerapan pelayanan kesehatan harus terintegrasi dan berkesi- nambungan (continuum of care).

Berdasarkan data Ditjen Yankes Rakernas Kementrian Kesehatan (2017), pelaksanaan program Indonesia sehat pada awalnya uji coba pada tahun 2015 di 4 puskesmas, 4 kab/kota, 4 provinsi. Pada tahun 2016 dilaksanakan di 470 pus- kesmas, 64 kab/ kota, 9 provinsi. Pada tahun 2017 dilaksanakan di 2926 pus- kesmas, 514 kab/kota, 34 provinsi. Pada tahun 2018 ditargetkan PIS-PK terlak- sana di 5852 puskesmas, 514 kab/kota, 34 provinsi. Pada tahun 2019 diharapkan seluruh Puskesmas di Indonesia sudah melaksanakan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

Berdasarkan data Kementrian kesehatan program Indonesia sehat per- januari 2018, Provinsi Sumatera Utara yang memiliki 4.003.912 keluarga telah

(22)

melakukan pendataan dan pengentrian data sebanyak 433.761 keluarga (10,83%).

Sedangkan Kabupaten Karo memiliki 123.350 keluarga, telah dilakukan pendataan dan pengentrian data sebanyak 1.677 keluarga (1,36%).

Penelitian ini memilih lokus di salah satu Puskesmas yang ada di Kabupa- ten Karo yaitu Puskesmas Tiga Panah, yang merupakan salah satu Puskesmas yang melaksanakan PIS-PK. Pemilihan Puskesmas Tiga Panah sebagai lokus penelitian disebabkan saat penulis melakukan survei pada bulan Februari 2018, di beberapa Puskesmas lainnya di Kabupaten Karo pelaksanaan PIS-PK ini belum terlaksana, seperti di Puskesmas Payung dan Merek. Selain itu, pemilihan Puskesmas Tiga Panah sebagai lokus penelitian dikarenakan Puskesmas ini merupakan Puskesmas ke 3 yang memiliki wilayah kerja dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Kabanjahe, dan Berastagi di Kabupaten Karo. Puskesmas Tiga Panah memiliki wilayah kerja yang luas, dan merupakan area pedesaan yang mana jaraknya dari Puskesmas tersebut cukup jauh.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, petugas Pus- kesmas Tiga Panah diwajibkan untuk dapat melakukan pelaksanaan Keluarga Se- hat bagi seluruh keluarga diwilayah kerjanya yang mencakup 21 desa dengan jum- lah penduduk sebanyak 8.002 keluarga (28.088 jiwa) dengan luas wilayah ker-ja 1.691,2 km². Pelaksanaan Program Indonesia Sehat di Puskesmas Tiga Panah, di- awali dengan pelatihan pendataan keluarga sehat terhadap 5 pegawai Puskesmas pada bulan april 2017. Pelaksanaan program keluarga sehat ditargetkan pada bu- lan Maret 2018 sudah 100%.

Berdasarkan laporan bulanan capaian pendataan dan wawancara terhadap penanggung jawab pelaksanan keluarga sehat Puskesmas Tiga Panah, awal kun-

(23)

jungan dilakukan di Desa Kuta Bale dengan jumlah 66 keluarga (0,8%) pada bu- lan September 2017. Kunjungan keluarga tidak berjalan dengan baik, dikarenakan pada bulan Mei-Desember 2017 petugas keluarga sehat memiliki tugas tambahan mempersiapkan data untuk penilaian akreditasi puskesmas, sehingga kunjungan keluarga sehat diabaikan bahkan tidak ada kegiatan kunjungan dengan alasan terlalu sibuk untuk persiapan akreditasi. Kegiatan kunjungan kembali dilakukan pada bulan Januari 2018, Januari 2018 telah dilakukan kunjungan terhadap 1560 keluarga (19,5%), Februari 2018 telah dilakukan kunjungan terhadap 2561 keluar- ga (32,0%), pada Maret 2018 telah dilakukan pendataan terhadap 4385 keluarga (54,8%), bulan April 2018 jumlah keluarga yang sudah didata 5265 keluarga (65,8%), bulan Mei 2018 jumlah keluarga yang sudah didata 5921 keluarga (74,0%), dan hingga pada bulan Juni 2018 pelaksanaan kunjungan keluarga terdata hingga 7104 keluarga (88,79%) kunjungan dari total keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa pelaksanaan program keluarga sehat di wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah yang ditargetkan 100% selesai pada bulan Maret 2018 tidak tercapai.

Program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga di Puskesmas Tiga Panah belum mencapai target diasumsikan karena keterbatasan jumlah pegawai dalam melakukan kunjungan keluarga, petugas yang melakukan kunjungan kelu- arga sehat ke lapangan bertugas juga melakukan pelayanan kesehatan di dalam gedung, terbatasnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program keluarga sehat, tidak adanya pemberitahuan kepada masyarakat akan dilaksanakannya pen- dataan keluarga sehat sehingga ketika petugas puskesmas datang banyak mas- yarakat tidak berada di rumah, kegiatan pelaksanaan keluarga sehat tidak menjadi

(24)

prioritas, serta dana operasional tidak diberikan tepat waktu.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh tim Puslitbang Sumber Daya &Pe- layanan Kesehatan Kemenkes (2017) tentang Hasil (Sementara) Riset Implemen- tasi PIS-PK di Kab. Lampung Selatan menyatakan bahwa dalam pelaksa-naan pro- gram Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga belum berjalan secara optimal karena masih menghadapi beberapa kendala, antaranya: belum terdapat regulasi khusus yang mengatur pelaksanaan PIS-PK di tingkat kab/kota, sosialisasi PIS-PK hanya diselipkan pada rapat rutin lintas setor kab/kota, sosialisasi di tingkat Puskesmas lewat apel pagi, terbatasnya atau belum memadainya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk kunjungan rumah, dana Biaya Operasional Kesehatan (BOK) belum jelas juknis dan waktu keluar dananya, tidak adanya dukungan stake holder dalam kebijakan/dukungaan pemerintah daerah dan PIS-PK tidak menjadi prioritas, program keluarga sehat belum tersosialisasi kepada masyarakat, pema- haman tentang kuesioner dan aplikasi Keluarga Sehat yang masih perlu ditambah, aplikasi Keluarga Sehat dari Pusdatin belum sempurna sehingga kegiatan enrty dan analisis data untuk penyusunan RUK/RPK terhambat, dan monitoring dan eva- luasi yang berjenjang belum dilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan peneli- tian dengan judul Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di Puskesmas Tiga Panah Tahun 2018.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan peneliti, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga

(25)

di Puskesmas Tiga Panah tahun 2018 ?

2. Bagaimana komitmen politis, penyediaan tenaga kesehatan, biaya operasional serta sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga ?

3. Bagaimana pelaksanaan pendataan dan pengelolaan data program Indoesia se- hat dengan pendekatan keluarga ?

4. Bagaimana analisis dan intervensi data keluargadalam program Indonesia se- hat dengan pendekatan keluarga?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan tentang pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pende- katan keluarga di Puskesmas Tiga Panah.

2. Menjelaskan komitmen politis, penyediaan tenaga kesehatan, biaya operasi- onal serta sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

3. Menjelaskan tentang pelaksanaan pendatan dan pengelolaan data program In- donesia sehat dengan pendekatan keluarga.

4. Menjelaskan tentang analisis dan intervensidata keluarga dalam program In- donesia sehat dengan pendekatan keluarga.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Kesehatan terutama Dinas Kesehatan Kabupaten Karo dan Pus- kesmas Tiga Panah menjadi bahan masukan dan evaluasi untuk melihat kesi- apan sumber daya, bahan refrensi sebagai acuan untuk dapat meningkatkan pembinaan keluarga secara terintregasi dan berkesinambungan.

(26)

2. Bagi peneliti dapat mengembangkan pengetahuan, praktek, dan mengetahui sejauh mana indeks kesehatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah dalam proses penelitian mengenai pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah.

3. Bagi ilmu kesehatan masyarakat diharapkan dapat digunakan untuk pengem- bangan ilmu pengetahuan dan bahan informasi dalam perkembangan kesehat- an, terutama kesehatan keluarga di Indonesia.

4. Bagi masyarakat untuk menambah informasi dan pengetahuan tentang pro- gram Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

(27)

Tinjauan Pustaka

Kajian Teoritis

Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia mengacu pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2012, yang memiliki visi dan misi pen- capaian pemenuhan hak asasi manusia. Pengelolaan kesehatan yang diseleng- garakan oleh semua komponen bangsa Indonesia harus secara terpadu saling men- dukung untuk tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Program pembangunan kesehatan Indonesia mengacu pada tiga pilar Program Indonesia Sehat yaitu mengedepankan paradigma sehat, pemguatan pelayanaan kesehatan dan mepenuhan universal health coverage melalui Jaminan Kesehatan Nasional. Pelaksanaan tiga pilar program Indonesia sehat tersebut mempunyai tar- get sasaran seluruh usia mengikuti siklus kehidupan sehingga integrasi pelaksana- an pelayanan kesehatan dapat dilakukan lebih efektif jika melalui pendekatan keluarga.

Program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. Program Indo- nesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke-5 “NAWA CITA”, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Nawa Cita adalah 9 agenda program unggulan yang diusung oleh Presiden Joko Widodo dalam masa pemerin- tahan Kabinet Kerja (2014-2019) yang dituangkan menjadi rencana strategis jang- ka menengah nasional guna meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Pro- gram ini didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera.

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat in dilakukan agar masyarakat Indo-

(28)

nesia semakin meningkat kesehatannya dan tercukupi gizinya. Hal ini dilakukan dengan memberdayakan seluruh masyarakat mulai dari dalam kandungan hingga lansia, untuk mewujudkannya maka perlu didukung dengan tersedianya jaminan keuangan dan terdapat penyebaran pembangunan atau pengadaan pelayanan kese- hatan yang gampang didapat dan ditemukan. Pelaksanaan Program Indonesia Se- hat Sehat diterapkan melalui penegakan 3 pilar utama, yaitu:

1. Menerapkan paradigma sehat,mengutamakan kesehatan dalam melakukan pembangunan, meningkatkan upaya pomotif dan prevntif, serta melakukan pe- mberdayaan masyarakat sehingga masyarakat memiliki kemandirian dalam meningkatkan atau menjaga kesehatannya.

2. Penguatan pelayanaan kesehatan, dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu me- nggunakan pendekatan continuum of case dan intervensi berbasis resiko ke- sehatan.

3. Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat serta kendali mutu dan biaya (Kementrian Kesehatan, 2016).

Program Indonesia sehat dilaksanakan dengan mendayagukanan segenap potensi yang ada, baik dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun masyarakat. Pembangunan kesehatan dimulai dari unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk me- ningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan pelayanaan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga

(29)

keluar gedung dengan mengunjungi keluarga di wilayah kerjanya.

Pengertian dan fungsi keluarga. Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari masyarakat, terdiri atas ayah, ibu, dan anak.

Keluarga seperti ini disebut rumah tangga atau keluarga batih, sedangkan yang anggotanya mencakup juga kakek dan atau nenek atau individu lain yang memi- liki hubungan darah bahkan juga tidak memiliki hubungan darah (pembantu rumah tangga) disebut keluarga luas (extended family) (Kementrian Kesehatan, 2016).

Terdapat 5 fungsi keluarga, yaitu:

1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui in- dividu yang dihasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk memper- tahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluaga secara ekonomi dan tempat untuk mengem- bangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)

(30)

adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan.

Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah, a) meng- enal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya, b) meng- ambil keputusan untuk mengambil tindakan yang tetap, c) memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, d) mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluar- ganya, dan e) mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan fasilitas kesehatan. Menurt Bronfenbrenner, keluarga berperan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang ada dalam keluarga dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap masyarakat dimana keluarga menjadi bagiannya.

Tujuan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. Penyele- nggaraan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga ditujukan untuk: 1) Meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar. 2) Mendukung pencapaian standar pelayanan mini- mal kabupaten/kotamelalui peningkatan akses dan skrining kesehatan. 3) Mendu- kung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional dan, 4) Mendu- kung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana strategis kemen- terian kesehatan tahun 2015-2019 (Kementrian Kesehatan, 2016).

Langkah-langkah pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pen- dekatan keluarga. Program keluarga sehat meliputi kegiatan persiapan seluruh

(31)

sumber daya dalam pelaksanaan program, kegiatan pengumpulan data keluarga dan pengentrian data ke aplikasi keluarga sehat, serta kegiatan menganalisis data dan mengintervensi prioritas masalah yang ditemukan.

Persiapan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

Persiapan pelaksanaan keluarga sehat meliputi komitmen politis, ketersediaan sumber daya manusia, ketersediaan biaya operasional, serta sarana prasarana dalam pelaksanaan program keluarga sehat.

Komitmen politis. Komitmen politis adalah keputusan pemimpin di dinas kesehatan dan pemimpin Puskesmas untuk menjadikan program Indonesia sehat sebagai prioritas penting dalam program kesehatan. Komitmen seorang pemimpin sangat berpengaruh terhadap terlaksananya suatu program dengan baik. Komitmen ini dapat dilihat melalui adanya pengembangan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, kerja sama lintas program dan lintas sektor, dan dukungan kebijakan.

Komitmen politis dalam mendukung pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga adalah penting terhadap keberhasilan pelaksanaan program tersebut. Komitmen ini seyogyanya dimulai dengan keputusan pemerin- tah untuk menjadikan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga seba- gai prioritas dalam program kesehatan. Untuk mendapatkan dampak yang mema- dai maka harus dibuat program nasional yang menyeluruh yang diikuti dengan pembuatan buku petunjuk yang menjelaskan bagaimana strategi pelaksanaan pro- gram Indonesia sehat dengan pendekataan keluarga dapat dilaksanakan di dalam sistem kesehatan umum yang ada.

Kebijakan pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 difokuskan pada pe-

(32)

nguatan upaya kesehatan dasar (Primaru Health Care) yang berkualitas terutama melalui peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dasar mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan dan peningkatan pembiayaan kesehatan (Kementrian Kesehatan, 2015).

Guna mencapai keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan kesehatan sesuai Renstra 2015-2019, kementerian kesehatan telah menetapkan kebijakan operasional, sebagai berikut:

1. Pembangunan kesehatan difokuskan dalam empat area prioritas, yaitu pe- nurunan angka kematian ibu dan bayi, perbaikan gizi masyarakat untuk peng- endalian prevalensi stunting, pengendalian penyakit menular, dan pengendali- an penyakit tidak menular.

2. Peningkatan jangkauan sasaran upaya kesehatan berbasis masyarakat, usaha kesehatan sekolah, upaya kesehatan usia kerja, dan peningkatan pendekatan posbindu lansia untuk kelompok lanjut usia.

3. Memprioritaskan perencanaan dan penganggaran untuk kegiatan promotif dan preventif.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat berpengaruh terhadap pembangunan nasional. Oleh kerena itu, kualitas sumber daya manusia perlu terus ditingkatkan sehingga memiliki daya saing tinggi. Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan baik peningkatan pengetahuan atau kete- rampilan (penyuluhan, pelatihan, dan lain-lain) maupun penambahan jumlahnya.

Peningkatan tersebut dilaksanakan melalui pengendalian jumlah penduduk, pe- ningkatan taraf pendidikan, serta peningkatan derajat kesehatan.

(33)

Penyediaan sumber daya manusia yang unggul bagi sistem kesehatan, ha- rus mengacu pada beberapa prinsip yaitu: a) pengadaan tenaga kesehatan yakni mencakup jumlah, jenis, dan kualifikasi tenaga kesehatan yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kesehatan. b) pendayagunaan tenaga kesehatan memer- hatikan asas pemerataan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan dan keadilan ba- gi tenaga kesehatan. c) pembinaan tenaga kesehatan diarahkan pada peuasaan ilmu dan teknologi, d) pengembangan karir dilaksanakan secara objektif, transparan, berdasarkan prestasi kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan kese- hatan secara nasional (Adisasmito, 2014).

Biaya operasional. Pelaksanaan suatu program tentunya membutuhkan atau mengeluarkan biaya. Pendanaan pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga mengacu pada Permenkes No. 19 tahun 2017. Penganggaran biaya dalam program ini meliputi pendanaan untuk pelasaaanaan program Indo- nesia sehat dengan pendekatan keluarga yang dilaksanakan Puskesmas dan pen- danaan untuk pembinaan dan pengawasan program Indonesia sehat dengan pen- dekatan keluarga yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.

Pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga di Puskesmas dapat dibiayai dari berbagai sumber biaya yang ada di Puskesmas, diantaranya : 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

a. Dana dekonsentrasi, dana ini diberikan ke provinsi yang dapat dimanfaat- kan untuk menunjang pelaksanaan program di Puskesmas.

b. Dana alokasi khusus (DAK) fisik dan non fisik (BOK)

c. Dana dari pemanfaatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

(34)

d. Alokasi dana desa (ADD)

3. Dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Kementrian Kesehatan, 2017).

Seluruh sumber pendanaan tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien oleh setiap Puskesmas untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga.

Sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana adalah sesuatu yang diguna- kan termasuk didalamnya tempat, media dan peralatan pendukung dalam terlaksa- nanya PIS-PK. Baik yang dibutuhkan pada saat pendataan, promosi kesehatan, pe- layanan kesehatan, serta intervensi program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

Dalam pelaksanaan pendataan keluarga sehat diperlukan formulir Profil kesehatan keluarga (Prokesga), baik yang tercetak atau pun dalam bentuk aplikasi, flyer ataupun Paket informasi keluarga (Pinkesga) sebagai bahan bantu untuk pemberian informasi kesehatan terhadap keluarga dan peralatan pemeriksaan kesehatan pada saat melakukan pendataan atau kunjungan rumah keluarga. Untuk melakukan pengelolaan dan analisis data tersebut, pihak Puskesmas juga mem- butuhkan perangkat komputer serta koneksi jaringan internet. Karena seluruh data yang telah diperoleh dikelola atau di simpan di pangkalan data pada aplikasi Keluarga Sehat.

Pengembangan sarana dan prasarana sangat perlu guna mendukung terlak- sananya suatu kegiatan dengan baik. Pengembangan tersebut dapat berupa peng- embangan peralatan, baik pengadaan, penambahan jumlah, perbaikan, kalibrasi maupun pemeliharaannya.

(35)

Proses pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga. Meliputi kegiatan pendataan keluarga, pengentrian dan analisis data, in- tervensi masalah kesehatan keluarga.

Pendataan keluarga. Pendataan keluarga secara menyeluruh dapat dilaku- kan sendiri oleh Puskesmas. Keuntungannya bila dilakukan oleh tenaga Puskesmas adalah pada saat pendataan, sudah bisa langsung dilakukan intervensi minimal berupa pemberian lembar informasi kesehatan dan penyuluhan kesehatan yang se- suai dengan masalah kesehatan yang ditemui di keluarga tersebut. Keuntungan lain dari segi pembiayaan, tentu saja akan lebih hemat.

Puskesmas harus menunjuk beberapa tenaga kesehatan Puskesmas yang di- tugasi sebagai pembina keluarga. Pembina keluarga atau petugas pendataan ber- koordinasi dengan ketua RT dan RW, kepala desa berkaitan dengan jadwal pelak- sanaan, pembagian keluarga yang akan dikunjungi, dan jumlah instrumen profil kesehatan keluarga (prokesga), sebelum memulai pendataan. Guna memperlancar proses, pendataan sebaiknya didampingi oleh pihak RT/RW atau kader Posyandu.

Wawancara ditunda dan buatlah janji kunjungan kembali ke keluarga tersebut untuk melengkapi pengisian kuesioner dari responden yang belum diwawan-carai bila responden tidak ada ditempat saat pengumpulan data. Batas waktu kembalinya petugas untuk pengumpulan data ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing daerah. Hal tersebut akan sangat tergantung kepada frekuensi dan rentang waktu intervensi yang direncanakan oleh masing-masing wilayah.

Kunjungan rumah diupayakan dapat diatur sedemikian rupa agar tidak me- ngganggu kegiatan seluruh anggota keluarga. Petugas terlebih dahulu harus men-

(36)

jelaskan tujuan wawancara dan pengamatan sebelum melakukan pendataan karena pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengamatan lingkungan rumah. Upayakan agar seluruh rumah tangga dan anggota keluarga didata.

Pada pendataan ini, keluarga dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu kelu- arga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family).

a. Keluarga inti, adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak baik karena kelahir- an (natural) maupun adopsi.

b. Keluarga besar, adalah keluarga inti ditambah orang lain yang memiliki hub- ungan darah (misalnya kakek, nenek, bibi, paman, dan lain-lain) dan juga yang tidak memiliki hubungan darah tetapi ikut tinggal atau bermaksud tinggal selama minimal 6 bulan dan makan dalam keluarga tersebut (pem- bantu, supir, dan lain-lain). Keluarga besar dapat terdiri atas beberapa keluarga inti. Berkaitan dengan hal tersebut, pada saat melakukan pendataan terdapat beberapa hal yang perlu dicermati, yakni:

a. Jika dalam satu bangunan rumah terdiri dari satu atau lebih keluarga inti/

keluarga besar, maka nama kepala keluarga tidak secara langsung diambil dari kartu keluarga melainkan diambil berdasarkan status kepala keluarga di setiap keluarga inti/keluarga besar.

b. Anggota Keluarga (AK) adalah semua orang yang menjadi bagian dari keluarga dan tinggal di keluarga tersebut, yang dijumpai pada waktu peri- ode pendataan di setiap wilayah. Kepala keluarga sekaligus adalah juga anggota keluarga. Orang yang telah tinggal di suatu keluarga selama 6 bulan atau lebih, atau yang telah tinggal di keluarga kurang dari 6 bulan

(37)

tetapi berniat tinggal di keluarga tersebut selama 6 bulan atau lebih, di- anggap sebagai anggota keluarga. Anggota keluarga yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih dan anggota keluarga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah/akan meninggalkan keluarga se- lama 6 bulan atau lebih, dianggap bukan anggota keluarga.

c. Pembantu rumah tangga, sopir, tukang kebun yang tinggal dan atau ma- kan di rumah majikannya dianggap sebagai anggota keluarga majikan- nya. Tetapi jika hanya makan saja (tidak tinggal), dianggap bukan anggota keluarga majikannya.

d. Bangunan sensus atau rumah tangga yang bukan rumah tangga biasa (RS, lembaga pemasyarakatan, panti sosial, asrama, pasar, dan lain-lain sesuai definisi BPS), tidak diambil datanya.

e. Penghuni rumah kost yang ≤ 15 orang (termasuk anggota keluarga pemi- lik kost), dimasukkan ke dalam satu Prokesga.

f. Dalam kasus pemilik kost tinggal di bangunan yang sama dengan penghuni kost, maka apabila satu kamar diisi lebih dari satu orang dengan hubungan keluarga baik suami/isteri/anak/sepupu/kakak/adik, semuanya dimasukkan ke dalam satu Prokesga.

g. Apabila penghuni kost tinggal di bangunan yang terpisah dari pemilik kost, maka mereka didata sebagai keluarga tersendiri.

Data keluarga dikumpulkan dengan menggunakan formulir profil kesehat- an keluarga (prokesga) yang berbentuk tercetak atau elektronik (aplikasi). Melalui pengisian formulir Prokesga yang terdiri dari 5 blok, yaitu blok I pengenalan tem- pat terkait dengan alamat rumah, blok II berisi keterangan keluarga, blok III kete-

(38)

rangan pengumpul data, blok IV keterangan anggota keluarga, dan blok V kete- rangan individu. Pendataan keluarga yang didasarkan pada pengisian formulir Pro- fil kesehatan keluarga yang mengacu kepada 12 indikator keluarga sehat, sebagai berikut :

a. Keluarga mengikuti program keluarga berencana (KB), jika keluarga merupa- kan pasangan usia subur, suami atau isteri atau keduanya, terdaftar secara resmi sebagai peserta/akseptor KB dan atau menggunakan alat kontrasepsi.

b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, jika di keluarga terdapat ibu pasca bersalin (usia bayi 0-11 bulan) dan persalinan ibu tersebut, dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik, bidan praktek swasta).

c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, jika di keluarga terdapat bayi (usia 12-23 bulan), bayi tersebut telah mendapatkan imunisasi HB0, BCG, DPT- HB1, DPT-HB2, DPTHB3, Polio1, Polio2, Polio3, Polio4, Campak.

d. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, jika di keluarga terdapat bayi usia 7–23 bulan dan bayi tersebut selama 6 bulan (usia 0-6 bulan) hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif).

e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan, jika di keluarga terdapat balita (usia 2–59 bulan 29 hari) dan bulan yang lalu ditimbang berat badannya di Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya dan dicatat pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar, jika di keluarga terdapat anggota keluarga berusia ≥ 15 tahun yang mrenderita men- derita batuk dan sudah 2 minggu berturut-turut belum sembuh atau di

(39)

diagnosis sebagai penderita tuberkulosis (Tb) paru dan penderita tersebut berobat sesuai dengan

petunjuk dokter/petugas kesehatan.

g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, jika di dalam kelu- arga terdapat anggota keluarga berusia ≥15 tahun yang didiagnogsis sebagai penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) dan berobat teratur sesuai dengan petunjuk dokter atau petugas kesehatan.

h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan, jika di keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa be- rat dan penderita tersebut tidak ditelantarkan dan/atau dipasung serta diupa- yakan kesembuhannya.

i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok, jika tidak ada seorang pun dari anggota keluarga tersebut yang sering atau kadang-kadang menghisap rokok atau produk lain dari tembakau. Termasuk di sini adalah jika anggota keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari kebiasaan menghisap rokok atau produk lain dari tembakau.

j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), jika seluruh anggota keluarga tersebut memiliki kartu keanggotaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan atau kartu kepesertaan asuransi kesehatan lainnya.

k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, jika keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan air leding PDAM atau sumur pompa, atau sumur gali, atau mata air terlindung untuk keperluan sehari-hari.

l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat, jika keluarga

(40)

tersebut memiliki akses dan menggunakan sarana untuk buang air besar berupa kloset leher angsa atau kloset plengsengan.

Data keluarga yang telah dikumpulkan, selanjutnya disimpan dalam pang- kalan data keluarga, yang selalu harus diremajakan (updated) sesuai dengan per- ubahan yang terjadi di keluarga yang dijumpai pada saat dilakukan kunjungan rumah (misalnya adanya kelahiran bayi, telah berubahnya bayi menjadi balita dan lain-lain).

Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas. Data keluarga yang telah dikumpulkan selanjutnya disimpan dalam pangkalan data keluarga yang merupakan subsistem dari sistem pelaporan Puskesmas. Data dalam pangkalan- pangkalan data tersebut diolah dan dianalisis, sehingga keluar Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada tingkat desa atau kelurahan, kabupaten atau kota, provinsi, dan nasional.

Analisis data keluarga dan intervensi. Setelah kegiatan pendataan dilaku- kan, maka data tersebut dianalisis untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, masalah sumber daya dan masalah lain yang berkaitan. Puskesmas dapat meng- identifikasi masalah-masalah keluarga diwilayah kerjanya melalui analisis data masing-masing keluarga dari hasil analisis Prokesga.

Puskesmas dapat menentukan prioritas masalah kesehatan, yang dihadapi oleh masing-masing keluarga dengan memperhatikan masalah-masalah kesehatan yang telah teridentifikasi. Penentuan prioritas masalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut: 1) Tingkat urgensi-nya, yakni apakah masalah tersebut pen- ting untuk segera diatasi, 2) Keseriusannya, yakni apakah masalah tersebut cukup parah, 3) Potensi perkembangannya, yakni apakah masalah tersebut akan segera

(41)

menjadi besar atau menjalar, dan 4) Kemudahan mengatasinya, yakni apakah masalah tersebut mudah diatasi.

Untuk mengatasi persoalan atau permasalahan tersebut dilakukan kunjung- an rumah dalam rangka konseling dan pemberdayaan keluarga guna memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi keluarga. Pemecahan masalah dapat mencakup aspek-aspek pengembangan sumber daya manusia, pengembangan per- alatan, pengembangan sarana dan prasarana, dan pengembangan pembiayaan/dana.

Usulan pemecahan masalah yang telah dibuat kemudian dimasukkan ke- dalam rencana usulan kegiatan Puskesmas guna disampaikan ke dinas kesehatan kota/kabupaten untuk pembahasan lebih lanjut. Rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas disusun setelah Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas ditetap- kan. Rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas telah disusun yang selanjutnya akan disusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Puskesmas dengan pendekat- an keluarga sesuai dengan format pada pelaksanaan manajemen Puskesmas.

Melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promosi kesehatan. Kun- jungan rumah dilakukan oleh petugas Puskesmas yang ditunjuk sebagai Pembina Keluarga. Kunjungan keluarga dilakukan secara berkala guna pengembangan tugas Puskesmas guna meningkatkan upaya promosi kesehatan. Lawrence Green (1984) mendefenisikan, promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health Foundation-Australia, 1997), bah- wa promosi kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang

(42)

menyeluruh, dalam konteks masyarakatnya. Bukan hanya perubahan perilaku (within people), tetapi juga perubahan lingkunganya. Perubahan perilaku tanpa di- ikuti perubahan lingkungan tidak akan efektif, perilaku tersebut tidak akan ber- tahan lama (Notoadmojo, 2005).

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara garis besarnya terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan yakni:

a. Pelayanan preventif dan promotif adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya. Pada dasarnya pelayanan ini dilaksanakan oleh kelompokprofesi kesehatan masyarakat.

b. Pelayanan kuratif dan rehabilitatif adalah pelayanan kelompok masyarakat yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakitnya dan menjadi pulih kese- hatannya. Prinsipnya pelayanan ini dilakukan kelompok profesi dokter.

Maka, berdasarkan jenis aspek pelayanan kesehatan ini profesi kesehatan mencakup 4 pelayanan:

1. Promosi kesehatan pada tingkat promotif

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan ke- sehatannya.

2. Promosi kesehatan pada tingkat preventif

Disamping kelompok orang yang sehat, sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah kelompok yang beresiko tinggi (high risk).

3. Promosi kesehatan pada tingkat kuratif

Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita penyakit

(43)

(pasien), terutama untuk penderita-penderita penyakit kronis.

4. Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif

Promosi kesehatan pada tingkat ini mempunyai sasaran pokok penderita yang baru sembuh dari suatu penyakit, agar mereka ini segera pulih kembali kese- hatannya, dan atau mengurangi kecacatan seminimal mungkin (Notoatmodjo, 2005).

Melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung). Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama- sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat (Departemen Kesehatan, 2009).

Pelayanan kesehatan dapat dibagi menjadi 2 bagian pelayanan, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan dalam bentuk: a) Rawat jalan, b) Pe- layanan gawat darurat, c) Pelayanan satu hari (one day care), d) Home care, e) Ra- wat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Upaya kese- hatan perorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan (Kementrian Kesehatan, 2014).

2. Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.

Upaya kesehatan masyarakat esensial, meliputi:

a. Pelayanan promosi kesehatan b. Pelayanana kesehatan lingkungan

(44)

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana d. Pelayanan gizi

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Pelayanan kesehatan masyarakat esensial harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimum kabupaten/kota bidang kesehatan.Sedangkan upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, khususnya wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia.

Manajemen program Indonesia sehar dengan pendekatan keluarga.

Manajemen Puskesmas mengintegrasikan seluruh manajemen yang ada (program atau pelayanan kesehatan, sumber daya, pemberdayaan masyarakat, sarana dan prasarana, sistem informasi Puskesmas dan mutu) dalam menyelesaikan masalah prioritas kesehatan di wilayah kerjanya (Kementrian Kesehatan, 2016).

Program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga dimulai dengan inte- grasi ke dalam manajemen program atau pelayanan kesehatan. Integrasi ini dengan sendirinya akan mendorong manajemen-manajemen aspek-aspek lain untuk men- dukung pelaksanaan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga.

Manajemen program atau pelayanan kesehatan Puskesmas dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu Perencanaan (P1), Penggerakan-Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan-Pengendalian-Penilaian (P3), Perencanan (P1) adalah tahap menyu- sun Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana PelaksanaanKegiatan (RPK) yang didasari oleh fakta dan data. Dengan bertambahnya data seluruh keluarga

(45)

diwilayah kerja Puskesmas yang berasal dari Prokesga. Penggerakan-Pelaksanaan (P2) adalah tahap melaksanakan hal-hal yang sudah tercantum dalam RPK dan mendorong pencapaiannya melalui lokakarya mini (lokmin) secara berkala.

Penggerakan-Pelaksanaan (P2) akan diperkuat karena Puskesmas dapat melaksa- nakan pelayanan yang benar-benar sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga-keluarga.

Penguatan manajemen Puskesmas melalui pendekatan keluarga akan ter- jadi baik dalam tahap P1, P2, maupun tahap P3. Lokakarya Mini dapat juga di- manfaatkan untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan kegiat- an-kegiatan yang lebih efektif dan efisien, serta penilaian secara lebih tepat (Kementrian Kesehatan, 2016).

Langkah teknis manajerial Puskesmas dalam kemandirian kesehatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara untuk memberikan UKM dan UKP pada keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat untuk mewujudkan keluarga yang sehat dengan cara mengunjunginya. Puskesmas dengan Tim Pem- bina Keluarga, membantu keluaga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kemampuan keluarga dalam melakukan fungsi dan tugas pe- rawatan/pemeliharaan kesehatan keluarga secara bertahap hingga mencapai tingkat kemandirian dengan kegiatan promotif dan preventif Puskesmas dalam mewujud- kan kemandirian keluarga harus dapat berperan sebagai berikut:

1. Pendidik. Puskesmas memberikan pengetahuan atau informasi kesehatan ke- pada keluarga. Tujuannya agar keluarga dapat melakukan hidup sehat secara mandiri dan bertanggung jawab serta responsif terhadap masalah kesehatan didalam keluarganya, sehingga keluarga mampu mengatasi masalah masalah

(46)

kesehatannya sendiri.

2. Koordinator. Puskesmas mengatur kegiatan intervensi dari berbagai program kesehatan, agar pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan dapat ter- capai.

3. Pelaksana. Puskesmas bertanggung jawab dalam memberikan intervensi kese- hatan secara langsung.

4. Pengawasan Kesehatan. Puskesmas harus melakukan kegiatan kunjungan ru- mah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga. Tenaga Puskesmas tidak hanya melakukan kunjungan, te- tapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini.

5. Konsultasi. Puskesmas sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga secara aktif meminta nasehat, saran dan solusi atas permasalahan kesehatan keluarga.

6. Kolaborasi. Puskesmas harus bekerja sama dengan jejaring, Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dan jaringannya dalam melakukan pen- dekatan keluarga untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal.

7. Fasilitator. Puskesmas membantu keluarga dalam meghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.

8. Penemu kasus. Puskesmas berperan penting dalam mengidentifikasi kesehatan secara dini, sehingga tidak tejadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan kunjungan rumah.

9. Modifikasi lingkungan. Puskesmas sebagai agen perubahan terutama dalam memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

(47)

10. Modifikasi lingkungan. Puskesmas sebagai agen perubahan terutama dalam memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat dan

lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

Kedekatan hubungan antara keluarga dan Puskesmas harus dapat dijalin dengan baik sehingga Puskesmas dapat memastikan kemandirian keluarga untuk menjalankan tugasnya dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya dengan memastikan seluruh anggota keluarga memiliki perilaku hidup bersih dan sehat.

Kepala keluarga dapat mengenali segala bentuk gangguan perkembangan kesehat- an setiap anggota keluarganya, dapat mengambil keputusan untuk tindakan kese- hatan yang tepat, dapat memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, dapat mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehat- an dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya (Kementrian Kesehatan, 2016).

Pusat kesehatan masyarakat. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kese- hatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Kementrian Kesehatan, 2014).

Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja serta merupakan ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan yang dimaksud adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengertian

(48)

pembangunan kesehatan juga meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pelayanan kesehatan. Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Memiliki prinsip pelaksaan meliputi:

1. Paradigma sehat. Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan un- tuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, kelompok dan masyarakat.

2. Pertanggungjawaban wilayah. Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

3. Kemandirian masyarakat. Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, kelompok, dan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan individu, keluarga, dan kelompok masyarakat agar dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan potensi yang dimiliki, serta merencanakan dan melakukan pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi yang ada.

4. Pemerataan. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa ada membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan keper- cayaan.

5. Teknologi tepat guna. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6. Keterpaduan dan kesinambungan.Puskesmas mengintegrasikan dan mengko-

(49)

ordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sector serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan manajemen Pus- kesmas (Kementrian Kesehatan, 2014).

Tugas dan fungsi Puskesmas. Puskesmas memiliki tugas melaksanakan ke bijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melak- sanakan tugasnya Puskesmas menyelenggarakan fungsi yaitu:

1. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan fungsi UKM, Puskesmas ber- wenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan mas- yarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masya- rakat dalam bidang kesehatan.

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor yang terkait.

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.

(50)

i. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, ter- masuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penang- gulangan penyakit.

2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan fungsi UKP, Puskesmas ber- wenang untuk:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, ber- kesinambungan dan bermutu.

b. Menyelenggarakan pelayan kesehatan yang mengutamakan upaya pro- motif dan preventif.

c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu, kelompok dan masyarakat.

d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan penunjang.

e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerjasama inter dan antar profesi.

f. Melakukan rekam medis.

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan evaluasi terhadap mutu dan ak- ses pelayanan kesehatan.

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

i. Mengkoordinasi dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kese- hatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.

j. Melaksanakan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem rujukan (Kementrian Kesehatan, 2014).

Gambar

Gambar 1. Kerangka berpikir  PROSES 1.  Pendataan keluarga  2.  Pengentrian data 3.  Promosi kesehatan keluarga INPUT 1
Gambar 2.Wawancara dengan penanggung jawab pelaksanaan program Indonesia  sehat dengan pendekatan keluarga di Puskesmas Tiga Panah
Gambar 3. Wawancara dengan petugas keluarga sehat
Gambar 6. Wawancara dengan warga yang sudah dikunjungi petugas keluarga  sehat

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan frekuensi pada rentang GHz maka sampel yang bisa diukur berkisar ukuran ml sehingga penelitian kali ini menggunakan volume sampelnya 5 ml yang berisi

TQM Critical Succes Factor for Construction Firms 15 faktor kritis keberhasilan imple- mentasi TQM: Manajemen proses; Pendidikan pelatihan; Kepuasan konsumen; Komitmen manajemen

Pokok pikiran yang mendasari Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara dalam point menimbang huruf (a) menjelaskan bahwa mineral dan batubara

Peningkatan akumulasi Cd dalam daging ikan bandeng baik seiring besarnya konsentrasi Cd ataupun lamanya waktu kontak, sedikit demi sedikit akan membahayakan

PEG 6000 berbeda tidak nyata atau mampu mempertahankan daya kecambah benih diatas 80% PEG 6000 300 gr/l aquades merupakan konsentrasi terbaik dalam meningkatkan daya

Penggunaan teknologl komumkasl dl orgamsasl awam memngkat dan sehan ke sehari, Tidak dinafikan penggunaan komputer misalnya, telah meningkatkan produktivih dan keberkesanan

Proses Entry Data Kategori 7 User Ac count 7 User Ac count 1.7 Proses Manajemen User Ac count Kabag Personalia [Perusahaan ID] [Us er ID] [Us er Penilai] [Us er Penilai] Kabag

Setiap dokter dituntut bertindak secara profesional dan senantiasa mengembangkan ilmunya. Sehingga pekerjaan kedokteran tidak pernah lepas dari riset dan pengembangan