• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 2 No. 1 Juli Tumpang Sari Tanaman Pangan sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa Sawit pada Masa. Program PSR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Vol. 2 No. 1 Juli Tumpang Sari Tanaman Pangan sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa Sawit pada Masa. Program PSR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 No. 1 Juli 2021

Tumpang Sari Tanaman Pangan

sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa Sawit

pada Masa

Program PSR

(2)

Analisis dan Opini Perkebunan | Volume 2: 01 – Juli 2021

RADAR dePlantation.com

Tumpang Sari Tanaman Pangan Sebagai Sumber Pendapatan Petani Kelapa Sawit Pada Masa Program PSR

Abstrak Realisasi program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) baru mencapai 40% dari target s.d 2020.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program PSR diantaranya adalah legalitas lahan sampai administrasi. Selain itu, permasalahan lain yang muncul adalah penundaan peremajaan yang dilakukan oleh petani akibat kekhawatiran dalam pendapatan selama masa TBM. Beberapa upaya telah dilakukan oleh Pemerintah sebagai upaya percepatan program PSR, mulai dari penyederhanaan proses administrasi, aplikasi online, sampai menaikkan nilai hibah menjadi Rp30 juta/ha. Salah satu alternatif sumber pendapatan petani selama masa TBM adalah dengan melakukan tumpang sari tanaman sela, salah satunya adalah tanaman pangan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sistem tumpang sari tanaman pangan pada tanaman kelapa sawit secara ekonomi menguntungkan bagi petani. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) diatas 1 (satu).

Realisasi Program PSR

Program PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) merupakan program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk membantu petani dalam melakukan peremajaan kebun kelapa sawit. Program PSR diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 13 Oktober 2017 di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Program PSR bertujuan untuk memperbaharui perkebunan kelapa sawit rakyat yang lebih berkelanjutan dan berkualitas, dan mengurangi risiko pembukaan lahan ilegal (Penggunaan Lahan, Perubahan Penggunaan Lahan dan Kehutanan)1. Saat ini Perkebunan Rakyat (PR) menempati posisi kedua dalam kontribusinya terhadap total luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia yaitu seluas 6,1 juta ha atau 41% dari total areal kelapa sawit di Indonesia.

Realisasi produktivitas PR saat ini masih dibawah perkebunan Besar, baik itu Perkebunan Besar Negara (PBN) maupun Perkebunan Besar Swasta (PBS).

Selain upaya perbaikan melalui program PSR, Pemerintah juga perlu mendorong Implementasi Good Agricultural Practices (GAP). Upaya perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah pada PR, baik itu melalui

1https://sawitindonesia.com/bpdpks-tingkatkan-penyaluran-dana- psr/

program PSR ataupun penerapan GAP akan sangat berpengaruh terhadap kinerja produksi kelapa sawit secara nasional.

Gambar 1. Komposisi areal kelapa sawit

Sumber: Ditjenbun

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, realisasi program PSR selama 2017 s.d 2020 baru mencapai 40% dari target. Pada tahun 2017 hanya 13.205 Ha dari target 20.780 Ha, di tahun 2018 35 ribu ha dari target 185 ribu ha. pada tahun 2019 mulai terjadi peningkatan realisasi PSR menjadi 88 ribu ha dari target 185 ribu ha, dan pada 2020 realisasinya 92 ribu ha dari target 180 ribu ha. Sedangkan realisasi pada 2021 baru mencapai 1.234 ha dari target 180 ribu ha.

41%

4%

55%

PR PBN PBS

(3)

Gambar 2. Realisasi program PSR 2017-2020

Sumber: Kementan

Kendala Dan Upaya Percepatan Program PSR

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program PSR diantaranya adalah permasalahan lahan, kapasitas pekebun hingga proses administratif.

Sebagai upaya mengatasi permasalahan tersebut, BPDP sebagai penerima amanat program PSR terus berupaya melakukan percepatan program tersebut.

Dalam upaya mempercepat pelaksanaan program tersebut, BPDPKS telah menerapkan penggunaan aplikasi PSR online yang memungkinkan peserta PSR untuk memenuhi persyaratan secara online. Selain itu, Pemerintah juga telah menyederhanakan prosedur dan persyaratan bagi peserta PSR sehingga pemenuhan persyaratan tidak menjadi kendala bagi peserta PSR2. Pemerintah juga telah menaikkan dana hibah program PSR menjadi Rp 30 juta/ha dari sebelumnya Rp 25 juta/ha. Kenaikan ini diharapkan semakin membuat petani lebih aktif untuk meremajakan tanamannya yang telah berusia di atas 25 tahun atau sudah tidak produktif.

Disisi lain, beberapa permasalahan dalam pelaksanaan program PSR adalah penundaan peremajaan yang dilakukan oleh petani sendiri. Alasan penundaan tersebut salah satunya adalah kekhawatiran tidak ada sumber pendapatan selama masa peremajaan. Apalagi dalam kondisi harga TBS yang cukup baik membuat petani enggan untuk melakukan peremajaan. Selama peremajaan, pendapatan petani akan menurun selama beberapa waktu (masa TBM), tentu saja hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan ekonomi keluarga petani. Karena itu, perlu adanya sumber pendapatan lain agar perekonomian petani tidak terganggu. Salah satu alternatif sumber pendapatan petani pada masa peremajaan yaitu dengan melakukan tumpang sari.

2https://www.bpdp.or.id/press-release-bpdpks-upayakan- peningkatan-kualitas-peremajaan-sawit-rakyat

Sistem Tumpang Sari Pada Areal Peremajaan Kelapa Sawit

Sistem peremajaan tumpang sari merupakan salah satu sistem peremajaan kelapa sawit yang dilakukan oleh petani, selain sistem tumbang serempak, sistem underplanting, dan sistem peremajaan bertahap.

Tumpang sari pada peremajaan kelapa sawit dapat dilakukan pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM). Tumpang sari di kebun kelapa sawit merupakan sistem penanaman semusim secara barisan diantara jalur tanaman kelapa sawit untuk memanfaatkan areal yang kosong pada periode TBM umur 1 dan 2 tahun (Winarna et all, 2015).

Tumpang sari pada peremajaan kelapa sawit dapat dijadikan sebagai alternatif untuk melakukan konservasi tanah (Rochmah, H. F., Suwarto, S., &

Muliasari, A. A., 2020). Secara ekonomi sistem tumpang sari dapat menghemat biaya pengolahan tanah dan menambah pendapatan (Karmawati et all, 2020). Namun dalam penerapan sistem tumpang sari harus memperhatikan beberapa aspek yang sesuai dengan tanaman sela yang akan ditanam. Sepeti kesesuaian iklim, keadaan iklim mikro di bawah kelapa sawit, jenis tanah, tidak menjadi inang yang sama bagi hama penyakit dan yang paling penting adalah ketersediaan pasar bagi tanaman sela dan ketersediaan pupuk bagi kedua tanamannya (Djoni, 2019).

Alternatif Tanaman Tumpang Sari Pada Masa TBM

Pada beberapa penelitian, alternatif tanaman tumpang sari yang banyak dipakai oleh petani adalah tanaman pajele (padi, jagung, dan kedelai). Alternatif lain adalah tanaman kacang-kacangan seperti, kacang tanah dan kacang hijau. Selain untuk memanfaatkan lahan sela, tanaman kacang-kacangan juga sangat berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit sebagai tanaman pokok yang sudah ditanam di areal peremajaan ini (Purnamayani et all, 2013).

Peluang pemanfaatan lahan diantara tanaman kelapa sawit pada TBM 1 sebesar 60-75% dan TBM 2 sebesar 40-45% sedangkan pada TBM 3 tidak disarankan adanya tanaman sela lainnya (Karmawati et all, 2020).

Berdasarkan hal tersebut diperlukan pemilihan tanaman tumpang sari yang sesuai dengan fase pertumbuhan kelapa sawit.

21

185 185 180

13 35

88 92

64%

19%

48% 51%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

- 50 100 150 200

2017 2018 2019 2020

Capaian (%)

Luas (ribu Ha)

Target Realisasi Capaian

(4)

Pada TBM 1 dan TBM 2 integrasi sawit-pangan bisa menggunakan tanaman Jagung, Padi, dan Kedelai.

Diantara ketiga jenis tanaman sela tersebut, integrasi Jagung-Sawit memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Sementara pada TBM 3 dan TBM 4 bisa menggunakan varietas unggul yang toleran naungan lain seperti umbi porang (Amorphopallus onchophillus), ubi jalar (Ipomoea batatas), padi gogo dan beberapa varietas kedelai toleran naungan seperti Dena 1 dan Dena 2 (Karmawati et all, 2020).

Dilihat dari potensi pasar, komoditas pangan utamanya padi, jagung, dan kedelai masih sangat terbuka. Hal tersebut dapat dilihat dari keseimbangan produksi dan konsumsi pada tahun 2020. Berdasarkan data dapat dilihat bahwa, gap produksi dan konsumsi beras mencapai 0,6 juta ton, gap produksi dan konsumsi jagung sebesar 1 juta ton, dan gap produksi dan konsumsi kedelai sebesar 1,9 juta ton. Potensi pasar yang besar ini menjadi peluang bagi petani yang akan melakukan tumpang sari pada masa peremajaan kelapa sawit.

Gambar 3. Produksi, Konsumsi, dan Gap Produksi

Sumber: https://www.indexmundi.com/, Kementan

Analisis Usahatani Tumpang Sari Tamanan Pangan Pada Areal Kelapa Sawit

Saat ini telah banyak jurnal yang membahas analisis usaha tani tumpang sari tanaman pangan dengan kelapa sawit. Komoditas tanaman pangan yang banyak dibahas yaitu jagung dan kedelai.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sistem tumpang sari tanaman pangan menunjukkan hasil yang positif. Penelitian Akmal et al (2018) menjelaskan bahwa dalam tiga kali musim tanam per tahun total pendapatan bersih dari kedelai sebesar Rp12.178.057,- dengan tingkat Return on Investment sebesar 75,22% dan nilai Revenue Cost Ratio (R/C Rasio) sebesar 1,51. Sedangkan untuk tanama jagung memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 29.029.693,- dengan tingkat Return on Investment sebesar 188,28% dan nilai R/C Ratio sebesar 1,76.

Pada penelitian Suriany et al (2019) menjelaskan bahwa sistem tumpang sari padi pada areal kelapa sawit memperoleh pendapatan bersih untuk varietas inpago 8 sebesar Rp5.155.000,- dengan nilai R/C Ratio sebesar 1,71. Sedangkan untuk varietas kartika memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp2.676.000,- dengan nilai R/C ratio sebesar 1,37.

Selain itu tumpang sari kacang tanah pada areal kelapa sawit memperoleh pendapatan per musim tanam sebesar Rp5.780.000,- dengan margin keuntungan sebesar Rp3.800.000,-. Adapun nilai R/C yang diperoleh sebesar 2,93.

Tabel 1. Analisis Usaha Tani

No Tanaman Sela Pendapatan

Bersih (Rp) R/C Rasio

1. Kedelai* 12.178.057 1,51

2. Jagung* 29.029.693 1,76

3. Pagi Gogo Varietas Inpago 8 5.155.000 1,71 4. Pagi gogo varietas kartika 2.676.000 1,37

5. Kacang tanah 3.800.000 2,93

*) tiga kali musim tanam/tahun

Berdasarkan analisis pendapatan usaha tani dapat dilihat bahwa jagung mempunyai keuntungan yang paling tinggi diantara tanaman pangan lainnya.

Kemudian diikuti oleh kedelai dan pagi gogo. Alternatif pilihan tanaman tumpang sari pada masa replanting kelapa sawit dapat disesuaikan dengan dengan faktor teknis budidaya dan serta potensi pasarnya.

Penutup

Keamanan pendapatan petani menjadi hal yang penting selama masa peremajaan. Potensi ekonomi tumpang sari tanaman pangan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pilihan bagi petani dalam menjaga keamanan pendapatan. Dalam penentuan alternatif tanaman tumpang sari, petani perlu memperhatikan beberapa faktor, diantara kesesuaian lahan, kesesuaian tanaman tumpang sari, dan yang tidak kalah penting adalah aspek pasar.

35,2

11,8

0,6 35,8

12,8

0,6 1,0 2,5 1,9

- 10 20 30 40

Beras Jagung Kedelai

Juta Ton

Produksi Konsumsi Gap

(5)

Daftar Pustaka

[Antaranews]. 2021. Terhubung berkala

https://www.antaranews.com/berita/2072210/ke menterian-pertanian-peremajaan-sawit-rakyat- mulai-meningkat

[Ditjenbun]. 2019. Statistik Perkebunan Indonesia 2018-2020: Kelapa Sawit. Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Agustira, M. A., Lubis, I., Listia, E., Akoeb, E. N., Harahap, I. Y., & Lubis, M. E. S. (2018).

FINANCIAL AND ECONOMIC ANALYSIS OF INTERCROPPING MAIZE AND SOYBEAN ON IMMATURE OIL PALM. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 26(3), 141-152.

Djoni, M. 2019. Langkah-langkah Mengoptimalkan Performa Sawit. Agrina, Desember 2019: 16-18.

Harahap, Iman Yani, Eka Listia, M. Syarovy. 2017.

Review teknologi peremajaan kelapa sawit dengan sistem intercropping. PPKS Jl, B. P. T. P. B. J., & Samarinda Paal, V. (2013).

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG-KACANGAN PADA AREAL

PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI. In Prosiding Seminar Hasil

Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (p.

757).

Karmawati, E., Suhesti, S., & Yuniyati, N. INTEGRASI TANAMAN KELAPA SAWIT DAN PANGAN MENDUKUNG PROGRAM PEREMAJAAN KELAPA SAWIT MENUJU PERKEBUNAN BERKELANJUTAN. BERKONTRIBUSI DALAM PEMBANGUNAN, 67.

Rochmah, H. F., Suwarto, S., & Muliasari, A. A.

(2020). OPTIMASI LAHAN REPLANTING KELAPA SAWIT DENGAN SISTEM TUMPANG SARI JAGUNG (Zea mays L) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L). JURNAL SIMETRIK, 10(1), 256-262.

Suriany, S., Sahardi, S., Arief, F., & Amin, M. (2019).

KAJIAN OPTIMALISASI USAHATANI PADI GOGO DI ANTARA TANAMAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN KERING SULAWESI

SELATAN. Jurnal Agrisistem: Seri Sosek dan Penyuluhan, 15(2), 75-82.

Winarna, M.A. Yusuf, I. Pradiko, M. Syarovy, dan E.S.

Sutarta, 2015. Buku Pedoman Peremajaan Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat (Bagian II).

Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Penulis:

Doni Setiadi

Riset Perkebunan Nusantara, Jln. Salak 1A, Bogor 16128, Jawa Barat - Indonesia

Gambar

Gambar 2. Realisasi program PSR 2017-2020
Gambar 3. Produksi, Konsumsi, dan Gap Produksi

Referensi

Dokumen terkait

Peningktan kandungan Fe pada pasir besi pada ukuran partikel 20 mesh dengan lama penyinaran 30 menit dengan menggunakn input daya 800 watt yaitu sebesar 73.15%, maka

Data menunjukkan bahwa pada kecepatan gas masuk tertentu sudah terjadi fluidisasi yang baik dan tidak ada kernel yang jatuh ke bawah selama proses pelapisan serta tidak ada

Lama atau cepatnya proses pengeringan dibawah sinar matahari tidak begitu mempengaruhi tingkat kemurnian dari silika sekam padi, ini terbukti dari hasil yang

Oleh sebab itu pemerintahan Kabupaten Musi Banyuasin melakukan peremajaan (replanting) kebun kelapa sawit. Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan langkah-langkah

Puji syukur yang teramat dalam sayahaturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Segala, atas percikan kasih, hidayat, dan taufiq-Nya sehingga Skripsi dengan judul

Kecenderungan pembelian impulsif berdasarkan pendapatanatau uang saku (H 7a ), dimana tidak teruji signifikan ada perbedaan pembelian impulsif antar kelompok yang

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan e-learning berbasis moodle pada mata pelajaran KKPI yang layak digunakan dalam pembelajaran harus di uji kevalidannya

u. terlibat dalam transaksi penjualan Efek dengan janji membeli kembali dan pembelian Efek dengan janji menjual kembali. Larangan investasi tersebut berdasarkan pada