1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Program pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu instrument untuk pemikat atau menaikan daya beli masyarakat, yang akhirnya akan menjadi pengaman dari situasi krisis moneter. Pengembangan UMKM menjadi sangat strategis dalam menggerakan perekonomian nasional, mengingat kegiatan usahanya mencakup hampir semua lapangan usaha sehingga kontribusi UMKM menjadi sangat besar bagi peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Keberadaannya sangat bermanfaat dalam hal pendistribusian pendapatan masyarakat, UMKM mampu menyerap tenaga kerja dalam sekala yang besar mengingat jumlah penduduk Indonesia yang besar sehingga hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran (Anggraeni, Hardjanto & Hayat, 2013).
Tabel 1. Tabel Perkembangan UMKM Jumlah Unit Usaha menurut Skala Usaha tahun 2017-2018
Indikator Tahun 2017 Tahun 2018 Perkembangan Jumlah
(unit)
% Jumlah (unit)
% Jumlah (unit)
% Unit Usaha (A+B) 62.928.07
7
64.199.60 6
1.271.529 2,02 A. Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah
(UMKM)
62.922.61 7
99.99 64.194.05 7
99,99 1.271.440 2,02
Usaha Mikro (Umi) 62.106.90 0
98.70 63.350.22 2
98,68 1.243.322 2,00 Usaha Kecil (UK) 757.090 1,20 783.132 1,22 26.043 3,44 Usaha Menengah
(UM)
58.627 0,90 60.720 0,90 2.075 3,54 B. Usaha Besar
(UB)
5.460 0,01 5.550 0,01 90 1,64
Sumber:Kementrian Koperasi dan UMKM, 2018
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan bahwa sektor UMKM rata-rata sebesar 2,02%. Jenis usaha yang perkembanganya sangat baguus adalah sektor usaha menengah yakni sebesar 3,54 %, sedangkan jenis usaha mikro berada pada tingkat paling rendah sebesar 2,00 %. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terhadap sektor mikro, karena sektor mikro lebih banyak melibatkan masyarakat ekonomi lemah, agar dapat mensejahterakan masyarakat mestinya sektor usaha perlu mendapatkan peningkatan lagi yang tinggi di sektor mikro.
Perkembangan dan kemajuan UMKM di Kota Pasuruan memiliki peran yang sangat penting untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi, mengingat sebagian besar pelaku usaha di Kota Pasuruan adalah kategori usaha mikro, kecil.
Meskipun dikenal dengan kotanya yang kecil tetapi didalamnya terdapat keberagaman usaha-usaha kecil hingga besar. Keberadaan UMKM di Kota Pasuruan merupakan salah satu penggerak masyarakat untuk menghasilkan suatu usaha/produk yang bisa menghasilkan pendapatan untuk biaya perekonomi masyarakat. UMKM yang ada di Pasuruan sangat beragam macamnya mulai dari usaha mebel, usaha kayu, makanan ringan, minuman olahan, warung kecil, usaha skala rumahan hingga skala besar, dan batik khas Pasuruan yang menyebar keseluruh wilayah yang ada di Pasuruan itu sendiri. Perkembangan peran UMKM ditunjukkan oleh jumlah unit usaha dan pengusaha, serta kontribusinya terhadap pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja dilihat dari data BPS Kota Pasuruan.
Tabel 2. Jumlah Usaha/ Perusahaan Mikro Kecil Menurut Skala UMK dan Lapangan Usaha Kota Pasuruan 2016
Lapangan Usaha Skala Usaha Jumlah
Mikro Kecil
Industri pengolahan 4.582 676 5.258
Pengadaan listrik, gas,uap/air pnas dan udara dingin
45 3 48
Pertambangan dan pengalian, pengelolaan air, pengelolaan air limbah, pengelolaan dan daur ulang sampah dan aktivitas remidiasi
124 2 126
Kontruksi 107 164 271
Perdagangan besar dan ecer, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor
11.261 1.410 12.671
Pengangkutan dan pergudangan 1.969 9 1.978
Peneyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum
2.846 276 6.122
Informasi dan komunikasi 1.014 30 1.044
Aktivitas keuangan dan asurans 131 32 163
Real Estat 367 3 370
Jasa perusahaan 469 36 505
Pendidikan 783 74 857
Aktivitas kesehatan manusia dan aktivitas sosial 203 18 221
Jasa lainnya 1998 36 2.034
Jumlah 28.899 2.769 31.668
Sumber : BPS, 2016
Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukan bahwa skala usaha mikro lebih banyak dibandingkan dengan usaha kecil, Lapangan usaha mikro, kecil yang paling banyak peminat melakukannya usaha tersebut yaitu dalam bidang perdagangan besar, ecer, reparasi dan perawatam mobil dan sepeda motor sebesar dalam usaha mikro 11.261 dan 1.410 dalam usaha kecil. Lapangan usaha yang tidak bergitu diminati dalam usaha mikro yaitu kontruksi sebesar 107 dan usaha kecil sebesar 2 dalam bidang pertambangan dan pengalian, pengelolaan air, pengelolaan air limbah, pengelolaan dan daur ulang sampah dan aktivitas remidiasi. Sedikitnya peminat lapangan usaha dibidang kontruksi dan pertambangan disebabkan karena di Kota Pasuruan sendiri merupakan kota kecil yang sudah padat penduduk dan
sudah tidak tersedia lahan kosong yang digunakan untuk lapangan usaha sebesar itu.
Berkembangnya suatu usaha didasarkan atas modal yang dipakainya, kurangnya permodalan menyebabkan tingkat produktifitas baik input maupun tenaga kerja akan menghasilkan tingkat pendapatan yang rendah begitu pula sebaliknya. Tercetuslah kredit bagi para pelaku usaha, keberadaan kredit bagi sektor usaha mikro sangat dibutuhkan mengingat kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan meningkatkan akumulasi pemupukan modal mereka. Salah satu langkah nyata pengembangan sektor usaha mikro adalah melalui bantuan permodalan berupa kredit
Tabel 3. Perkembangan Baki Debet Kredit UMKM Menurut Kelompok Bank Tahun 2014 – 2018
Kelompok Bank
2014 (Ribuan)
2015 (Ribuan)
2016 (Ribuan)
2017 (Ribuan)
2018 (Ribuan) Bank Persero 344.936,7 386.717,2 450.416,6 499.037,9 555.596,3 Bank Swasta
Nasional Devisa
269.955,2 285.787,9 276.579,7 322.935,1 345.030,4 Bank Swasta
Nasional Non Devisa
45.853,7 48.206,0 51.043,5 38.198,3 47.340,0
BPD 53.377,4 54.540,9 64.453,6 74.972,3 75.182,8 Bank Campuran 13.467,1 13.532,2 12.183,9 6.445,0 8.653,3 Bank Asing 4.246,6 1.683,0 2.320,2 763.0 840.1 BPR-BPRS 35.741,0 40.189,1 43.329,3 47.990,0 53.439,4 Total 767.577,6 830.656,2 900.389,8 990.377,6 1.086.082,3 Sumber : Bank Indonesia, 2018
Berdasarkan Tabel 1.3 menunjukan bahwa perkembangan baki debet kredit UMKM menurut kelompok bank dari tahun 2014 hingga 2018 meningkat setiap tahunnya. Bank Persero dikatakan unggul tiap tahunnya dengan bank-bank lainnya, itu artinya Bank Persero tercatat sebagai pemberi kredit usaha mikro,kecil
dan menengah terbesar pada tahun 2014 hingga 2018. Bank dengan pemberian kredit sedikit di dapat oleh Bank Asing.
Bentuk perhatian pemerintah dalam mengembangkan perkembangan sektor UMKM yaitu dengan memberikan bantuan kedit kepada pelaku usaha dengan suku bunga yang rendah, yang mana program bantuan peminjaman tersebut adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah adalah kredit atau pembiayaan kepada usaha mikro kecil menegah koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif (Anggraini,2013). Pemerintah memberikan penjaminan sebesar 70 % sementara 30 % sisanya ditanggung oleh bank pelaksana. Sumber dana dari program KUR ini berasal sepenuhnya dari dana bank yang sudah berkerjasama dengan pemerintah untuk mendanai program ini. Seiring program KUR dilaksanakan, peningkatan penyaluran KUR di aspek kelayakan usaha sedikit terganggu dengan adanya debitur atau nasabah yang melakukan keterlambatan pengembalian tidak sesuai dengan jatuh tempo yang sudah dijanjikan. Hal tersebut menunjukan bahwa usaha mikro yang layak tidak menjamin kelancaran pengembalian kredit. Pengembalian lancar dan tidak lancar merupakan pengelompokan debitur yang menunggak dan banyak faktor yang mempengaruhi kelancaran pengembalian sehingga debitur melakukan tungakan tersebut, seperti dari lingkungan, sosial dan ekonomi.
Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi untuk melakukan penelitian yaitu karena sering terjadinya tunggakan dalam pembayaran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dihadapi oleh nasabah/ debitur, sehingga mengambil
judul tentang “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR)”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan pada penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik debitur berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI KC Pasuruan ?
2. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI KC Pasuruan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengidentifikasi karakteristik debitur berdasarkan tingkat kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI KC Pasuruan
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI KC Pasuruan 1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai berikut :
a. Bagi Pihak Bank, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak manajemen Bank BRI KC Pasuruan sebagai masukan dan solusi untuk dapat mengetahui tingkat kelancaran pengembalian dan faktor sosial dan ekonomi yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian KUR oleh nasabah sehingga
pihak bank dapat mengantisipasi faktor-faktor tersebut untuk meningkatkan kualitas kredit dan menjadi bank yang handal dalam melakukan perannya.
b. Bagi Akademisi, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya sebagai salah satu sumber informasi dan guna menambah pengetahuan mengenai dunia perbankan.
1.5. Definisi Operasional
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian itu adalah sebagai berikut : 1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan modal kerja atau kredit yang
disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Program penjaminan kredit ini diciptakan oleh pemerintah untuk membantu memberikan modal pinjaman kepada para pelaku usaha.
Pemberian pinjaman modal ini disalurkan kepada bank-bank konvensional yang sudah terlibat dalam peminjaman.
2. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman untuk jangka waktu tertentu.
3. Kredit lancar merupakan kredit yang tidak mengalami penunggakan dalam pembayaran pinjaman dalam waktu yang ditentukan oleh pihak bank
4. Kredit tidak lancar merupakan kredit yang mengalami penunggakan dalam pembayaran pinjaman dalam waktu yang ditentukan oleh pihak bank
5. Usia adalah suatu patokan dimana seseorang dapat dikatakan produktif atau non produktif dalam bekerja. Seseorang bekerja secara produktif akan mampu memperoleh pendapatan yang cukup untuk dirinya dibandingkan dengan seseorang yang non produktif. Usia produktif berkisar antara 15 tahun sampai
60 tahun, seseorang dianggap mempunyai kesiapan fisik dan mental untuk bekerja dan memiliki tanggung jawab.
6. Tingkat pendidikan yaitu tingkatan pendidikan formal yang pernah dijalani oleh nasabah, dihitung dalam satuan tahun. (tidak lulus SD = 0, lulus SD = 6, lulus SMP = 9, lulus SMA = 12, lulus D3= 15, lulus S1 = 16)
7. Jumlah Tanggungan Keluarga adalah banyaknya tanggungan yang dibebankan kepada seseorang. Jika jumlah tanggungan keluarga banyak maka beban ekonomi keluarga untuk mencukupi kebutuhan akan semakin banyak, dihitung dalam satuan orang.
8. Jumlah pinjaman adalah banyaknya pinjaman yang dilakukan oleh nasabah, semakin banyak jumlah peminjaman yang dilakukan maka kewajiban nasabah untuk membayar angsuran tersebut wajib dilakukan setiap bulannya. Pengajuan pinjaman KUR Ritel di BRI KC Pasuruan antara Rp. 50.000.0000 hingga Rp.
500.000.000
9. Pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan atau penerimaan yang diperoleh baik berupa gaji atau upah maupun pendapatan dari usaha dan pendapatan lainnya. Semakin tinggi pendapatan seseorang akan mempengaruhi kemmapuan seseorang dalam membiayai kebutuhan sehari-harinya, dihitung dalam satuan rupiah