• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF. Available online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSPEKTIF. Available online"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif

Peran Pemerintah dalam Pelestarian Kampung Adat Cireundeu The Role Government of Preservation Kampung Adat Cireundeu

Firda Azijah1)*, Ayu Amalia1), Mutia Nurfajar2),Agus Suharja Sitanggang2) &

Cindi Lukita2)

1) Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

2) Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Achmad Yani, Diterima: 11 Mei 2022; Direview: 28 Mei 2022; Disetujui: 21 Juni 2022

Abstrak

Pandemi COVID-19 di Indonesia sejak bulan Maret tahun 2020 membawa dampak yang besar di berbagai sektor seperti ekonomi, kesehatan, pariwisata, pendidikan, dan juga perkantoran. Hal serupa juga berdampak kepada Kampung Adat Cireundeu yang memiliki keunggulan dan keunikan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Namun tiga bulan setelahnya parawisatawan mulai berdatangan kembali dengan adanya protokol kesehatan yang disediakan di Kampung Adat Cireundeu. Keunikan dan keunggulan dari Kampung Adat Cireundeu juga terlihat dari perekonomian yang sama sekali tidak berdampak akibat adanya pandemi Covid-19. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai adakah peran pemerintah daerah dalam membantu pelestarian Kampung Adat Cireundeu? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripi kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), menjelaskan secara mendalam dan terperinci mengenai peran pemerintah dalam pelestarian Kampung Adat Cireundeu, dan menjelaskan kendala pelaksanaan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif-analitis digunakan untuk mendapatkan hasil yang presisi. Dalam menganalisa hasil riset ini kami menggunakan teori Inu Kencana Syafiie, yaitu mengenai Peran Pemerintah sebagai regulator, dinamisator, dan fasilitator. Meskipun demikian, teori Inu Kencana Syafiie mengenai Peran Pemerintah ini masih memiliki kekurangan dalam aspek yang lebih spesifik, hal ini dilatarbelakangi oleh pengaruh dari informan yang tidak menyampaikan secara keseluruhan baik data maupun dokumen.

Kata Kunci: Peran Pemerintah; Pelestarian; Kampung Adat Cireundeu; Pandemi Abstract

The COVID-19 pandemic in Indonesia since March 2020 has had a major impact on various sectors such as the economy, health, tourism, education, and offices. The same thing also has an impact on the Cireundeu Traditional Village which has advantages and uniqueness that can attract tourists to visit. However, three months later, tourists began to come back with the health protocol provided at the Cireundeu Traditional Village. The uniqueness and advantages of the Cireundeu Traditional Village can also be seen from the economy which has absolutely no impact due to the Covid-19 pandemic. This raises the question of whether there is a role for local governments in helping the preservation of the Cireundeu Traditional Village? This study aims to describe the activities of the Student Creativity Program (PKM), explain in depth and detail the role of the government in preserving the Cireundeu Traditional Village, and explain the obstacles to implementing the Student Creativity Program (PKM) activities. Qualitative approach with descriptive- analytical method is used to obtain precise results. In analyzing the results of this research, we use Inu Kencana Syafiie's theory, namely regarding the role of the government as a regulator, dynamist, and facilitator. However, Inu Kencana Syafiie's theory regarding the role of the government still has shortcomings in more specific aspects, this is motivated by the influence of informants who do not convey in full, both data and documents.

Keywords: Government Role; Preservation; Kampug Adat Cireundeu; Pandemic

How to cite: Azijah, F., Amalia, A., Nurfajar, M., Sitanggang, A.S., & Lukita, C. (2022). Peran Pemerintah dalam Pelestarian Kampung Adat Cireundeu, PERSPEKTIF, 11(3):1173-1180

*Corresponding author:

E-mail: firdaazijah753@gmail.com ISSN 2085-0328 (Print)

ISSN 2541-5913 (online)

(2)

PENDAHULUAN

Kampung Adat Cireundeu merupakan sebuah desa adat yang terletak di Kecamatan Cimahi Selatan, tepatnya di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat.

Kampung Adat Cireundeu ini hadir dengan berbagai ketertarikan serta didukung oleh potensi yang dapat dijadikan sebagai keunggulan daerah setempat, salah satunya adalah tradisi satu syuro dan makanan pokok masyarakatnya adalah singkong yang sudah lama mengakar serta diwariskan oleh tetua adat terdahulu. Kampung Adat Cireundeu dengan keunikannya tersebut justru tidak memposisikan desanya sebagai Objek Daya Tarik Wisata (ODTW) karena masyarakatnya beranggapan bahwa sekecil apapun nilai filosofi kehidupan nenek moyang terdahulu wajib untuk dipertahankan dan dilestarikan (Disparbud.jabarprov, 2015).

Pada tahun 2019, tepatnya bulan Maret, Indonesia dikejutkan dengan kehadiran virus baru yaitu Covid-19. Munculnya Covid-19 di Indonesia, memberikan dampak yang besar kepada semua sektor seperti ekonomi, kesehatan, pariwisata, pendidikan, dan juga perkantoran. Hal ini pun juga berdampak kepada Kampung Adat Cireundeu yang memiliki keunggulan dan keunikan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.

Menurut berita online ayo.bandung (Riyandi, 2020) menjelaskan bahwa tiga bulan awal pandemi Covid-19 melanda Kampung Adat Cireundeu sempat mengalami dampak khususnya di sektor pariwisata, dimana tidak ada satupun wisatawan yang berkunjung bahkan beberapa universitas serta institut yang akan melakukan penelitian juga sempat ikut terhenti karena kondisi pandemi Covid-19.

Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena 3 bulan setelahnya, parawisatawan mulai berdatangan kembali dengan adanya protokol kesehatan yang disediakan di Kampung Adat Cireundeu. Keunikan dan keunggulan dari Kampung Adat Cireundeu juga terlihat dari perekonomian yang sama sekali tidak berdampak akibat adanya pandemi Covid-19.

Berdasarkan sumber yang sama, yaitu dari ayo.bandung (Riyandi, 2020), Ketua Adat Kampung Cireundeu Abah Emen Sunarya mengatakan bahwa “tidak ada perubahan dan pengaruh yang besar pada sektor pangan dan perekonomian. Hal ini dikarenakan masyarakat di Cireundeu bergantung pada sektor

pertanian. Warga Kampung Adat Cireundeu memiliki kemampuan untuk menanam, mengolah lahan dan membuat bahan makanan sendiri”. Menurut Firdaus, (2020) mengatakan bahwa ketika Indonesia sudah dilanda pandemi Covid-19 kurang lebih setengah tahun, tidak ada satu pun warga Kampung Adat Cireundeu yang terkena virus mematikan tersebut.

Berdasarkan observasi awal tim PKM-RSH pada tanggal 16 Februari 2021 mendapatkan informasi bahwa Kampung Adat Cireundeu tergolong minim terpapar Covid-19 dimana hanya satu orang terpapar Covid-19 dari sekian ribu masyarakat Kampung Adat Cireundeu. Hal tersebut didukung oleh data terbaru situs resmi yang dikeluarkan PICC (Pusat Informasi Covid- 19 Cimahi), menunjukan infografis tanggal 17 Februari 2021 di Kelurahan Leuwigajah sebanyak 180 orang (12,3%) terkonfirmasi terpapar Covid-19 (Cimahi, 2021).

Hal yang menarik dari Kampung Adat Cirendeu dimasa pandemi Covid-19 ini yaitu minimnya masyarakat yang terpapar Covid-19 dan juga kebiasaan masyarakat yang tidak bergantung pada parawisata sehingga dengan adanya Covid-19 ini tidak berpengaruh signifikan bagi masyarakat. Potensi lokal Kampung Adat Cireundeu menjadi sesuatu yang harus dikembangkan dan dicontoh oleh daerah lainnya terutama di bidang kesehatan, ekonomi dan pariwisata beberapa daerah banyak yang tidak berjalan optimal.

Keunggulan dan keunikan yang dimiliki oleh Kampung Adat Cireundeu, tentu tidak terlepas dari peran pemerintah desa dan masyarakat yang ada di sana. Peran pemerintah desa sangat penting dalam membangun, mempertahankan, dan mendukung potensi yang dimiliki oleh Kampung Adat Cireundeu.

Bertahannya Kampung Adat Cireundeu di tengah pandemi Covid-19, harusnya mendapatkan perhatian lebih bahkan penghargaan oleh pemerintah setempat.

Berdasarkan berita online (Pagi, 2020) Abah Sumri, selaku sesepuh Kaolotan Kampung Adat Cireundeu, mengatakan bahwa Kampung Adat Cireundeu tidak pernah diperhatikan oleh pihak-pihak terkait, khususnya Dinas Sosial.

Beliau berharap adanya bantuan, baik berupa materi, pikiran dan tenaga untuk melestarikan Komunitas Adat Terpencil (KAT). Ada beberapa yang menjadi permohonan dari pihak KAT, salah satunya yaitu fasilitas infrastruktur jalan yang masih jelek. Memperkuat hubungan

(3)

antara pemerintah dan masyarakat tentu dapat memberikan dampak yang positif, salah satunya membantu masyarakat melestarikan dan memperkenalkan Kampung Adat Cireundeu ini. Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik, peran pemerintah daerah dalam pelestarian Kampung Adat Cirendeu dijalankan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Cimahi sebagai mitra Pemerintah Daerah, serta mempunyai hubungan dengan Pemerintahan Desa, masyarakat maupun swasta.

Keberhasilan pelaksanaan pemerintahan ditandai dengan berhasilnya tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Pelaksanaan riset sosial humaniora ini kami menggunakan teori Inu Kencana Syafiie yaitu: Peran Pemerintah sebagai regulator, dinamisator, dan fasilitator (Syafiie, 2013).

Pemerintah daerah (daerah otonom) menurut (Darmansyah, Muhammad Yusuf Badjido, 2014) yaitu suatu bagian atau wilayah hukum daripada negara yang tidak mempunyai kekuasaan (power/authority) yang lain daripada yang sudah diberikan oleh Pemerintah Pusat (Negara), dan apabila daerah otonom keluar dari batas kewenangan peraturan perundang-undangan maka dapat dikejar terus oleh pemeritah pusat (Negara) sebagai kekuasaan lebih tinggi. Sementara itu, Peran pemerintah menurut Tuti dalam (Nurdin et al., 2014) sebagai terlaksananya tugas dan fungsi oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan menurut (Darmansyah, Muhammad Yusuf Badjido, 2014) peranan pemerintah merupakan keperluan mutlak suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta dan sebagai salah satu fungsi utama yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin.

Ekonomi merupakan faktor terpenting dalam kehidupan manusia yang erat kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Manusia untuk memenuhi kebutuhannya seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain memerlukan suatu ekonomi yang kuat. Negara dituntut untuk mengatur kebijakan mengenai perekonomian Indonesia dan menjamin ekonomi masyarakat Indonesia dikarenakan faktor ekonomi sangat penting dalam kehidupan manusia. Selain itu, faktor ekonomi tersebut juga sebagai faktor pendukung

pembangunan Nasional karena pertumbuhan ekonomi sebuah Negara yang baik dapat meningkatkan pembangunan Nasional (Putri, 2020).

Dalam pelestarian desa wisata, tentu selain menambah dan meningkatkan perekonomian dapat menambah wawasan dan edukasi bagi masyarakat. Indonesia sebagai negara yang memiliki beranekaragam budaya tidak hanya lokal, terdapat di berbagai daerah di seluruh nusantara terbentang berbagai kebudayaan yang menjadi bagian teristimewa dari kebudayaan Indonesia (Risna Trisandi, Andi Rosdianti, 2021). Dalam pembangunan di desa hal yang perlu diketahui dan dipahami serta diperhatikan adalah bagaimana berbagai kekhususan yang ada dalam masyarakat pedesaan mungkin ada program pembangunan yang dilaksanakan tidak berjalan seperti yang diharapkan karena masyarakat desa relatif sangat kuat keterkaitannya dengan nilai-nilai lama sepertu budaya/adat istiadat atau tradisi.

Kita dapat melihat adat dan tradisi yang merupakan bagian dari refleksi dari budaya, agama dan adat istiadat setepat yang diselaraskan dengan kebutuhan masyarakat.

Selain itu peran dari adat dan istiadat dalam melakukan upaya mewujudkan semangat membangun desa memerlukan kesadaran dan keswadayaan yang mereka miliki (Pernanda, 2016).

Oleh karena itu, Pemerintahan Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang kepariwisataan dalam sebuah Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2009. Untuk lebih jelasnya pada Pasal 1 Ayat (1) menjelaskan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan seorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan probadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

Sedangkan pada Ayat (3) menjelaskan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Lebih lanjutnya pada ayat (4) menjelaskan mengenai kepariwisataan, kepariwisataan adalah keseluruhann kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimesi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan

(4)

negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Sedangkan pada Bab II Pasal 2 menjelaskan bahwa kepariwisataan diselenggarakan berdasarkan asas manfaat, kekeluargaan, adil dan merata, keseimbangan, kemandirian, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, demokratis, kesetaraan, dan kesatuan, dan Pasal 3 menjelaskan fungsi kepariwisataan, bahwa kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, intelektual setiap wistawan dengan rekreasi dan perjalanan serta menigkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sedangkan tujuan kepariwisataan dijelaskan pada Pasal 4 yang berbunyi, kepariwisataan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

meningkatkan kesejahteraan rakyat;

menghapus kemisikinan; mengatasi pengangguran; melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; memajukan kebudayaan;

mengangkat citra bangsa; memupuk rasa cinta tanah air; memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa dan mempererat persahabatan antarbangsa.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa wisata budaya sebagai jenis yang tidak hanya menawarkan keindahan alam melainkan membangun desa untuk terus digali dan dikembangkan sebagai langkah meningkatkan minat para wisatawan. Berdasarkan peluang Kampung Adat Cireundeu sebagai desa wisata berbasis budaya, penulis mendapatkan beberapa literasi yang sudah ada dan penelitian terdahulu sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian ini, seperti penelitian Ani Mulyani, dkk, 2016. Manajemen Resort dan Leisure. Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, “Perencanaan Paket Wisata Berdasarkan Karakteristik dan Motivasi Wisatawan yang Datang ke Kampung Cireundeu Kota Cimahi”. Menjelaskan bahwa tujuan penelitian tersebut dengan hasil guna menawarkan paket wisata sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan pariwisata di Kampung Adat Cireundeu (Wirakusuma, 2016a). Emi Rachmawati, dkk. 2019. Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Langlangbuana,

“Komunikasi Kebijakan Publik dalam Pengembangan Desa Wisata di Kampung Adat Cireundeu”. Menjelaskan bahwa tujuan

penelitian tersebut dengan hasil yaitu peran pemerintah dalam pembangunan desa wisata dapat dilakukan dengan regulasi dan perizinan (Rachmawati & Rachaju, 2019). Aryobimo, dkk.

2021 dalam penelitiannya “Strategi Pengembangan Kampung Adat Cireundeu Sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Di Kota Cimahi”. Menjelaskan bahwa tujuan penelitian tersebut dengan hasil Kampung Adat Cireundeu sebagai salah satu Daya Tarik Wisata (DTW) dalam sisi budaya dan menjadi kampung adat satu-satunya dengan konsep desa wisata di Kota Cimahi, selain itu keberhasilan dalam pengembangan desa wisata tergantung dari bagaimana strategi pengelolaannya mulai dari perencanaan, pengawasan dan implementasi.

Atas dasar latar belakang tersebut, maka penulisan jurnal ini untuk melihat bagaimana

“Peran Pemerintah dalam Pelestarian Kampung Adat Cireundeu”. Melalui riset ini, diharapkan hadirnya pengetahuan dan wawasan baru, dapat membantu Kampung Adat Cireundeu dalam melestarikan budaya lokal yang ada disana serta dapat membantu perekonomian masyarakat setempat.

Diharapkan dengan data-data yang diperoleh dapat memberikan gambaran situasi masyarakat Kampung Adat Cireundeu saat ini dengan berbagai adat istiadat yang ada.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan dalam bentuk tulisan dan bahasa dalam konteks ilmiah dengan menggunakan pendekatan kualitatif terhadap suatu fenomena yang ada secara mendalam sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2021 di Kampung Adat Cirendeu dan Pemerintah Kota Cimahi.

Teknik pengumpulan data riset ini dengan melakukan observasi, survey riset lapangan ke Kampung Adat Cireundeu, melakukan wawancara secara langsung, serta studi pustaka dan dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan topik yang di kaji. Kami pun mencari dokumen dan data melalui internet sesuai dengan kebutuhan riset ini didasarkan pada sumber yang jelas, dapat dipertanggungjawabkan serta memperhatikan kebenarannya.

Observasi awal dilakukan selama satu hari untuk mendapatkan informasi awal terkait

(5)

dengan pelestarian Kampung Adat Cireundeu.

Wawancara dilakukan dengan metode kuisioner yang diberikan agar dapat terisi sesuai dengan keluhan dan pendapat masyarakat terkait peran pemerintah dalam pelestarian Kampung Adat Cireundeu. Selain itu, dokumentasi dilakukan dengan proses ini diharapkan adanya pengambilan gambar dan video yang sudah di edit dengan baik untuk di publikasikan melalui media sosial yaitu YouTube. Pada tahap evaluasi ini diharapkan dapat memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi masyarakat dalam bidang perekonomian akibat dampak pandemi Covid- 19, sehingga banyaknya wisatawan luar berkunjung dengan protokol kesehatan yang ketat, program terus berlanjut dan menjadi acuan ke depannya, diharapkan terus berkembang dan berjalannya program ini, serta meningkatnya rata-rata pendapatan per kapita Kampung Adat Cireundeu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kampung adat Cireundeu terletak di Kelurahan Leuwigajah, kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Kampung ini sebenarnya tidak memposisikan dirinya sebagai Daya Tarik Wisata (DTW), tetapi lebih fokus pada desa yang masih memelihara tradisi lama, telah mengakar dan diwariskan oleh tetua adat dahulu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirakusuma tahun 2016 menjelaskan bahwa ketika melakukan wawancara dengan Kang Jajat selaku masyarakat adat sekaligus tour guide disana, beliau mengatakan bahwa Kampung Cireundeu bukanlah kampung adat seperti yang terkenal di media, melainkan hanya suatu kampung dimana di dalamnya terdapat masyarakat adat dan tentunya masih mempertahankan adat istiadat nenek moyang mereka. Masyarakat di Kampung Cireundeu ini terdiri dari dua jenis kelompok masyarakat, yaitu masyarakat adat dan masyarakat pemerintahan (nonadat).

Kedua kelompok masyarakat tersebut dapat hidup berdampingan dengan harmonis (Wirakusuma, 2016b).

Keberhasilan pelaksanaan pemerintahan ditandai berhasilnya tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Pelaksanaan riset sosial humaniora ini kami menggunakan teori Inu Kencana Syafiie, Peran Pemerintah sebagai

regulator, dinamisator, dan fasilitator (Syafiie, 2013).

Peran Pengatur (Regulator)

Peran pemerintah daerah sebagai regulator adalah menawarkan referensi dasar kepada masyarakat sebagai alat untuk mengatur semua kegiatan pelaksanaan pemberdayaan. Artinya, dalam hal ini Pemerintah Kota Cimahi memberikan acuan dan pedoman dasar kepada seluruh stakeholder untuk mengatur segala aktivitas pelaksanaan pengelolaan dan pelestarian Kampung Adat Cireundeu melalui penerbitan regulasi dan SK. Pemerintah setempat tidak mempunyai regulasi spesifik dalam pelestarian Kampung Adat Cireundeu, namun secara umum Pemerintah Kota Cimahi hanya memiliki Perda melalui Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pemajuan Budaya Lokal. Hal ini ditegaskan oleh NS selaku Kepala Bidang Budaya dan Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Cimahi yang menjelaskan bahwa:

“Dalam regulasi pelestarian Kampung Adat Cireundeu secara spesifik tidak ada, tetapi secara global Pemerintah Kota Cimahi membuat regulasi melalui Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pemajuan Budaya Lokal dimana didalamnya salah satunya terdapat Cireundeu dan tempattempat lainnya, dan secara legalitas dikeluarkan dengan SK”.

Di sisi kebijakan JJ selaku Humas Kampung Adat Cireundeu menjelaskan bahwa Kampung Adat Cireundeu mempunyai regulasi secara internal:

“Untuk kebijakan di Kampung Cireundeu itu ada lembaga adat namun keputusan akhirnya tetap ada di warga, jadi sesepuh yang ada di lembaga adat juga tidak dapat memaksakan, apakah masyarakat setuju atau ada pendapat lain karena selalu didiskusikan dengan masyarakat juga, ada juga istilah hade ku omong goreng ku omong”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas kami menyimpulkan bahwa Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Cimahi sudah bertanggungjawab dalam peran regulator guna mengarahkan pengelolaan dan pelestarian Kampung Adat Cireundeu tetap lestari, walaupun masih belum spesifik sesuai

(6)

harapan agar Kampung Adat Cireundeu memiliki legalitas mandiri dalam pengelolaan dan pelestarian Kampung Adat Cireundeu.

Peran Dinamisator

Peran pemerintah daerah sebagai dinamisator adalah menggerakan partisipasi masyarakat baik perorangan maupun lembaga atau organisasi pemerhati budaya jika terjadi permasalahan dalam proses pengelolaan dan pelestarian. Pemerintah hadir sebagai pemberi bimbingan dan pengarahan secara intensif dan efektif kepada masyarakat, dilakukan bimbingan melalui tim penyuluh maupun badan tertentu untuk memberikan pelatihan di Kampung Adat Cireundeu guna mendorong dan memelihara dinamika berbagai program pemerintah. Pemerintah Kota Cimahi dalam perannya sebagai dinamisator ditandai dengan adanya Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) serta Kompepar (Kelompok Penggerak Pariwisata) yang membantu pemerintah dalam membangun dunia pariwisata.

Hal ini ditegaskan oleh NS selaku Kepala Bidang Budaya dan Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Cimahi yang menjelaskan bahwa:

“Pemerintah Kota Cimahi juga hadir dengan adanya Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) dan Kopdarwis (Kelompok Sadar Wisata) dan difasilitasi dengan keluarnya SK, sehingga secara legalitas Kampung Adat Cireundeu diakui oleh Pemerintah Kota Cimahi”.

Namun, hingga saat ini Pemerintah Kota Cimahi belum melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam upaya pelestarian Kampung Adat Cireundeu. Peran dan partisipasi masyarakat juga sangat penting untuk diikutsertakan dalam melestarikan budaya lokal di Kampung Adat Cireundeu, hal ini disampaikan oleh JJ selaku Humas Kampung Adat Cireundeu bahwa:

“Masyarakat hingga sekarang juga berkontribusi menjaga kelestarian nilai budaya nenek moyang terdahulu”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka kami menyimpulkan bahwa Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Cimahi sudah bertanggungjawab dan sangat memprioritaskan pelestarian Kampung Adat Cireundeu yang dikenal dengan Kampung Ketahanan Pangan ini, walaupun saat

ini zaman sudah berubah Pemerintah Kota Cimahi bertekad akan terus mempertahankan salah satu budaya lokal agar tetap lestari dengan mempertahankan misalnya kebudayaan seni sunda kaulinan barudak lembur dan menjadikan desa wisata sebagai wisata edukasi untuk anak-anak zaman sekarang agar tidak melupakan budaya nenek moyang dan terus dikawal supaya tidak punah dan diharapkan ada upaya dengan bekerjasama pihak swasta ataupun perguruan tinggi lainnya.

selain banyaknya jenis permainan baru yang lebih modern yang menjadi penyebab kurangnya minat masyarakat untuk melestarikan permainan tradisional, pelestarian kaulinan budak lembur saat ini kepada anak-anak dan pemuda sangatlah penting terutama di daerah-daerah pedalaman karena permainan tradisional bisa menjadi modal bagi ketahanan budaya menghadapi serbuan budaya global (ABDUH, 2017).

Peran Fasilitator

Peran pemerintah daerah sebagai fasilitator baik sarana maupun prasarana sebagai upaya untuk mempermudah akses masyarakat serta wisatawan luar maupun dalam negeri yang ingin mengunjungi Kampung Adat Cireundeu dengan mempersingkat waktu tempuh untuk menjangkau tempat-tempat wisata. Dalam mempertahankan budaya di Kampung Adat Cireundeu agar tetap dijalankan, Pemerintah Kota Cimahi menyediakan dana dan penerjunan pegawai maupun Kepala Bidang Budaya dan Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Cimahi untuk melihat secara langsung perhelatan acara rutin yang dilaksanakan di Kampung Adat Cireundeu. Hal ini ditegaskan oleh NS selaku Kepala Bidang Budaya dan Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Cimahi yang menjelaskan bahwa:

“Selalu ada yang datang kesana (Kampung Adat Cireundeu), saya juga kadang hadir juga ke acaranya, atau ada utusan yang hadir kesana”.

Hal ini ditegaskan oleh CS selaku Ketua RW 10 bahwa:

“Untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti ada tembusan juga ke pemerintah, bahkan hingga ke walikota. Dahulu sempat juga dihadiri oleh Walikota, dan

(7)

dihadiri oleh para pegawai atau utusan dari pemerintah. Untuk dana sendiri ada item-item tertentu yang dibantu oleh pemerintah dalam bentuk dana maupun barang”.

Dari tiga indikator di atas, dimana satu indikator terdiri dari 5-7 pertanyaan, sehingga total pertanyaan yang kami ajukan kepada para narasumber 15-20 pertanyaan. Tetapi data yang didapatkan hanya beberapa saja, sehingga data yang dihasilkan sebesar 88%. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa data yang tidak diperoleh, salah satunya mengenai sosialisasi dimana informan tidak bisa menyampaikan dan memberikan data maupun dokumen sosialisasi seperti apa yang dilaksanakan kepada masyarakat. Kampung Adat Cireundeu dengan segala potensi wisatanya dapat menjadi salah satu ikon Kota Cimahi. Melalui pengembangan dan pelestarian Kampung Adat Cireundeu berkelanjutan diperlukan manajemen pariwisata Untuk mengembangkan berbagai potensi daerah salah satunya potensi wisata perlu dibantu didukung oleh sektor penunjang, seperti sarana dan prasarana untuk memenuhi berbagai pelayanan masyarakat seperti sarana transportasi, walaupun demikian Pemerintah Daerah Kota Cimahi melalui Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Cimahi melakukan langkah dengan mengikuti perlombaan desa wisata dan pembangunan sarana prasarana eco wisata Menteng tahun ini yang disambut baik.

Desa wisata menurut Nuryanti (1992) dalam Made dkk (2013) menjelaskan bahwa desa wisata sebagai suatu bentuk antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Kaitannya dengan pengembangan desa wisata sebagai suatu proses yang menekankan cara untuk mengembangkan atau memajukan desa wisata (Made, 2013).

Kampung adat Cireundeu juga memiliki kekhasan dalam konsumsi pangan. Masyarakat adat mengkonsumsi singkong atau ketela sebagai makanan pokok secara turun temurun.

Para leluhur menyarankan dan berpesan untuk menanamkan ketela sebagai pengganti padi, karena tanaman ketela dapat ditanam pada musim kering maupun musim hujan.

Masyarakat adat Cirendeu sendiri memiliki pedoman dalam hal konsumsi makanan yaitu;

“Teu nyawah asal boga pare, Teu boga pare asal boga beas, Teu boga beas asal bisa nyangu, Teu nyangu asal bisa dahar, Teu dahar asal kuat”

Pedoman ini memiliki arti Tidak dapat mengolah sawah akan tetapi memiliki padi, Tidak punya padi tetapi punya beras, Tidak punya beras tetapi bias menanak nasi, Tidak dapat menanak nasi tetapi tetap bias makan, Tidak makan akan tetapi tetap kuat. Pedoman inilah yang terus ditanamkan hingga kini.

Terkait keyakinan yang dianut masyarakat adat Cireundeu uaitu sunda Karuhun atau Sunda Wiwitan, maka ada upacara-upacara yang dilakukan secara rutin disetiap tahunnya yaitu Syura’an sebagai wujud syukur terhadap Yang Kuasa atas segala nikmat yang diberikan sepanjang tahun. Selain itu di Kampung Adat Cireundeu juga ada bangunan yang disebut sebagai Bangunan Bale Adat itu sendiri mempunyai arti bagi masyarakat adat. Bentuk atap bale yang lurus berarti bahwa masyarakat adat memiliki satu tujuan kepada Tuhan (Tramontane, 2017).

SIMPULAN

Kampung Adat Cireundeu sebagai salah satu Daya Tarik Wisata dan khazanah yang terdapat di Kota Cimahi menjadi satu-satunya kampung adat yang menerapkan konsep desa wisata di Kota Cimahi. Dari konsep peran dari Inu Kencana Syafiie ditilik dari tiga indikator peran pemerintah sebagai regulator, dinamisator dan fasilitator, dimana satu indikator terdiri dari 5-7 pertanyaan sehingga total pertanyaan yang kami ajukan kepada para narasumber sekitar 15-20 pertanyaan. Tetapi data yang didapatkan hanya beberapa saja, sehingga data yang dihasilkan sebesar 87%. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa data yang tidak diperoleh oleh kami, salah satunya adalah mengenai sosialisasi dimana informan tidak bisa menyampaikan dan memberikan data maupun dokumen sosialisasi seperti apa yang dilaksanakan kepada masyarakat. Dalam kondisi pandemi Covid-19 yang menyerang ke berbagai aspek salah satunya perekonomian di Kampung Adat Cireundeu pelestarian dan pengembangan sebagai desa wisata masih terus diupayakan oleh Pemerintah Daerah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan yang ketat.

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Kepada Kmenterian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) RI yang telah mendukung dana dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2021 Universitas Jenderal Achmad Yani.

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, I. (2017). Peran Pemerintah Terhadap Perkembangan Olahraga Tradisional Pada Masyarakat Suku Da’a Di Pedalaman Desa Kalola. Tadulako Journal Sport Sciences And Physical Education, N Volume V, 44–46.

Ananda Muhammad Firdaus. (2020). Cerita Warga Adat Sunda Hadapi Covid-19: Bertahan Karena Kebiasaan. Ayopurwakarta.Com.

Http://Www.Ayopurwakarta.Com/Read/20 20/11/17/6450/Cerita-Warga-Adat-Sunda- Hadapi-Covid-19-Bertahan-Karena-

Kebiasaan

Cimahi, G. T. P. C.-19 P. D. K. (2021). Picc (Pusat Informasi Covid-19 Cimahi). Picc (Pusat Informasi Covid-19 Cimahi).

Https://Covid19.Cimahikota.Go.Id/

Darmansyah, Muhammad Yusuf Badjido, A. S.

(2014). Peran Pemda Dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Petani Kakao Di Desa Kayuangin Kecamatan Malunda Kabupaten Majene. Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan, 4 (1), 45–54.

Https://Doi.Org/10.26618/Ojip.V4i1.81 Disparbud.Jabarprov. (2015). Kampung Adat

Cireundeu. Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan

Jawa Barat.

Http://Www.Disparbud.Jabarprov.Go.Id/Wi sata/Dest-Det.Php?Id=1033&Lang=Id Emi Rachmawati, Rannie D K Rachaju, D. A. (2019).

Komunikasi Kebijakan Publik Dalam Pengembangan Desa Wisata Di Kampung Adat Cireundeu. Jurnal Ilmu Komunikasi,

Volume 6, 188.

Http://Journal.Unla.Ac.Id/Index.Php/Dialekt ika/Article/View/1267

Made Heny Urmila Dewi, C. F. Dan M. B. (2013).

Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Journal Kawistara, Vol. 3, No, 131–132.

Nurdin, M., Nurmaeta, S., & Tahir, M. (2014). Peran Pemerintah Daerah Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani Jagung Di Kecamatan

Biringbulu Kabupaten Gowa. Otoritas : Jurnal Ilmu Pemerintahan, 4 (1), 66–78.

Https://Doi.Org/10.26618/Ojip.V4i1.81 Pagi, Admin Sinar. (2020). Kampung Adat

Cireundeu Butuh Perhatian Pemerintah Untuk Bisa Lestari. Koransinarpagijuara.Com.

Http://Www.Koransinarpagijuara.Com/202 0/06/14/Kampung-Adat-Cireundeu-Butuh- Perhatian-Pemerintah-Untuk-Bisa-Lestari/

Pernanda, P. (2016). Peran Pemerintahan Desa Dalam Pelestarian Adat Istiadat Di Desa Tanjung Pauh Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2010- 2015. Journal Ilmu Pemerintahan, Vol. 3 No., 3–6.

Putri, F. R. Y. Dan R. N. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia. Ekonomis:

Journal Of Economics And Business, 4 (2), 386.

Http://Ekonomis.Unbari.Ac.Id/Index.Php/Oj sekonomis/Article/Download/179/139 Risna Trisandi, Andi Rosdianti, J. U. (2021). Peran

Pemerintah Daerah Dalam Melestarikan Adat Maccerang Manurung Di Desa Kaluppini Kabupaten Enrekang. Jurnal Unismuh, 2, 608.

Riyandi, R. (2020). Warga Sunda Wiwitan Cireundeu, Kelompok Rentan Yang Tangguh Hadapi Pandemi. Ayobandung.Com.

Https://Ayobandung.Com/Read/2020/12/0 1/157218/Warga-Sunda-Wiwitan-

Cireundeu-Kelompok-Rentan-Yang- Tangguh-Hadapi-Pandemi

Syafiie, I. K. (2013). Ilmu Pemerintahan (P. 142).

Bumi Prakarsa.

Tramontane, P. M. (2017). Tinjauan Konsistensi Masyarakat Kampung Adat Cireundeu Dalam Melestarikan Adat Istiadat Leluhur. Journal Umn, Vol. X, No, 13–22.

Wirakusuma, A. M. Dan R. M. (2016a). Perencanaan Paket Wisata Berdasarkan Karakteristik Dan Motivasi Wisatawan Yang Datang Ke Kampung Cireundeu Kota Cimahi.

Manajemen Resort Dan Leisure, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia, 13

(2), 1.

Https://Ejournal.Upi.Edu/Index.Php/Jurel/A rticle/View/4974

Wirakusuma, A. M. Dan R. M. (2016b). Perencanaan Paket Wisata Berdasarkan Karakteristik Dan Motivasi Wisatawan Yang Datang Ke Kampung Cireundeu Kota Cimahi. Jurnal Manajemen Resort Dan Leisure, 13 (2), 3.

Https://Ejournal.Upi.Edu/Index.Php/Jurel/A rticle/View/4974

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing.. Bandung:

Dibuai cinta betapa indahnya Walaupun hanya satu jam saja oh oh.

Sedangkan unsur – unsur yang berupa fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana biasa disebut sebagai tataran gramatikal.. Sebenarnya, wujud tuturan tersebut secara

Deskripsi Sasaran Strategis Rekomendasi kebijakan Percepatan dan Efektivitas Pelaksanaan Kebijakan Ekonomi yang berkualitas adalah usulan/alternatif kebijakan yang

Tablica 25: Podaci o tvrdnji da obrazovni kadar koji prenosi znanja i kompetencije upravljanja projektima ne posjeduje sva potrebna znanja i iskustva istog (uzorak studenata) 72

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder dari laporan keuangan Bank Umum Go Public yang terdaftar

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel harga dan strategi promosi terhadap keputusan pembelian

Univerza v Ljubljani, Biotehniška fakulteta, oddelek za gozdarstvo in obnovljive gozdne vire 2010 PRIMERJAVA RAZLIČNIH NAČINOV REDČENJA V BUKOVIH DROGOVNJAKIH.. Diplomsko