• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stroke

2.1.1 Pengertian Stroke

Stroke merupakan disfungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan tanda klinis atau umum yang berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali dalam kasus pembedahan atau kematian) tanpa tanda penyebab non - vaskuler, termasuk didalamnya terindikasi perdarahan subarachnoid, perdarahan serebral, Iskemik atau Infrak serebral (Mutiarasari, 2019). Stroke adalah kerusakan otak karena sedikitnya aliran darah ke otak.

Tersumbatnya pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah diotak disebabkan oleh penurunan aliran darah ke otak. Apabila aliran darah diotak berkurang maka akan terjadi kerusakan pada Sebagian otak. Otak yang semestinya mendapatkan oksigen dan zat makanan menjadi terhambat. Kurangnya oksigen diotak akan menimbulkan kematian sel saraf (neuron). Kerusakan otak menimbulkan berbagai gejala seperti kelemahan atau kelumpuhan tubuh yang terjadi secara mendadak, terjadi gangguan keseimbangan, kesulitan berbicara dan menelan, gangguan kesadaran, gangguan penglihatan. Ketika kerusakan otak semakin luas maka akan semakin banyak gejala yang timbul pada penderita stroke (Fadhilah et al., 2022).

2.1.2 Klasifikasi Stroke

Berdasarkan kelainan patologis stroke dibagi menjadi 2 jenis yaitu stroke Iskemia dan stroke Hemoragi yaitu:

1. Stroke Iskemia

Dari keseluruhan stroke hampir 88% diantaranya merupakan stroke iskemia atau non-hemoragik. Stroke iskemia adalah tersumbatnya arteri serebral atau servikal pada aliran darah ke otak. Tersumbatnya arteri ini menyebabkan suplai oksigen ke otak mengalami gangguan sehingga otak kurang akan oksigen. Iskemia jaringan otak muncul karena sumbatan pada pembuluh darah serviko-kranila atau hipopervusi jaringan otak oleh beberapa faktor seperti ketidakstabilan hemodinamik. Berdasarkan perjalanan klinis stroke iskemik dibagi menjadi 4 yaitu :

(2)

1) Transient Ischemic Attack (TIA) adalah stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam.

2) Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) adalah gejala neurologis yang akan hilang antara >1 hari sampai 21 hari.

3) Progressing Stroke atau Stroke in Evolution adalah gangguan atau defisit neurologis yang akan berlangsung berjenjang dari yang ringan sampai berat.

4) Complete Stroke atau Stroke Komplit adalah gangguan neurologis yang sudah menetap dan tidak berkembang lagi ( Siswanti, Heny 2021).

2. Stroke Hemoragi

Stroke hemoragi disebabkan karena perdarahan pada jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum). Stroke hemoragi merupakan terganggunya peredaran darah pada otak tanpa terjadinya perdarahan yang biasanya ditandai dengan kelemahan pada 1 atau ke 4 anggota gerak. Stroke hemoragi merupakan stroke yang mematikan tetapi dari stoke keseluruhan hanya 10-15% terjadi stroke hemaragi (Heny Siswanti, 2021)

2.1.3 Manifestasi Klinis

Secara umum manifestasi klinis stroke yaitu timbulnya sakit kepala yang afasia (gangguan Bahasa untuk berkomunikasi), hemiparesis (kelemahan otot pada salah satu sisi tubuh) dan juga facial palsy yaitu kelemahan disebagian otot pada wajah, gangguan keseimbangan dan penurunan kesadaran. Tanda dan gejala stroke bisanya terjadi secara tiba-tiba dan mengenai satu sisi. Manifestasi klinis pasien stroke tergantung pada arteri serebral yang terkena, keparahan, kerusakan serta ukuran daerah otak bergantung juga pada derajat sirkulasi kolateral. Manifestasi stroke biasanya berbeda antara stroke iskemia dan stroke hemoragi, yaitu :

a. Stroke Iskemia

a) Transient Ischemic Attack (TIA), munculnya hanya sebentar antara beberapa menit atau jam dan bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Serangan bisa timbul lagi dengan wujud yang sama, bisa memperberat atau juga menetap.

(3)

b) Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND) , gejalnya timbul lebih dari 24 jam atau satu hari.

c) Progressing Stroke atau Stroke Inveolutiom, gejala yang timbul secara progresif atau semakin lama semakin berat dikarenakan gangguan aliran darah semakin lama semakin berat.

d) Sudah menetap atau permanen b. Stroke Hemoragi

Manifestasi klinis yang muncul pada pasien stroke hemoragi antara lain, nyeri sakit kepala, tekanan darah meningkat, muntah, kejang, lesu, pennrunan kesadaran, bradikardi, kaku leher, kelumpuhan, tanda-tanda maningimus seperti Kernig yaitu nyeri saat meluruskan lutut dan paha di tekuk 90ͦ (Ilma Fahira Basyir; Ninda Nurkhalifah, 2021)

a. Lobus partiel yang berfungsi untuk sensasi somatic dan kesadaran menempatkan posisi.

b. Lobus temporal yang berfungsi untuk mempengaruhi indra dan memori.

c. Lobus oksipital yang berfungsi untuk pengelihatan

d. Lobus frontal yang berfungsi untuk mempengaruhi mental, emosi, fungsi fisik, dan intelektual.

2.1.4 Faktor Risiko Stroke

Secara garis besar terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berisiko terkena stroke. Faktor risiko stroke dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan yang tidak dapat dimodifikasi (non- modifiable). Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, mengonsumsi alcohol, merokok, kurang aktivitas, dan stress. Stress dapat merangsang pemisahan hormon adrenalin dan membuat jantung berdetak lebih kencang dan kuat sehingga menimbulkan ketidakstabilan tekanan darah maka hal ini dapat mengakibatkan risiko terkena serangan jantung.

Sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, rasa tau suku, dan faktor genetik. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Sebagian besar penderita stroke yaitu umur 50-70 tahun dengan Sebagian besar dengan

(4)

jenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian dari Handayani (2012) mengatakan bahwa rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya bagi Kesehatan, zat kimia tersebut yang masuk dalam aliran darah dapat menyebabkan proses ateroskloresis dan hipertensi. Hipertensi yang tidak terkendali dapat menimbulkan stroke (Widyaswara, Suwaryo et al., 2019).

2.1.5 Penatalaksanaan

Menurut Nasution (2013) penanganan stroke dapat ditentukan oleh penyebab stroke. Penatalaksanaan berupa terapi farmasi, radiologi intervensional atau bisa juga pembedahan. Terapi untuk stroke iskemia bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah ke otak, membantu lisis pada bekuan darah dan pencegahan untuk thrombosis lanjutan, mencegah cedera sekunder lain. Sedangkan pada stroke hemoragi bertujuan untuk mencegah kerusakan sekunder, serta mencegah perdarahan lebih lanjut. Penatalaksanaan stroke dibagi menjadi 2 yaitu farmakologis dan Non-Farmakologis, yaitu :

a. Farmakologis

1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, namun maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.

2) Bisa diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverine intraarteri.

3) Dapat meresepkan medikasi antitrombosit karena trombosit memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan thrombus dan ambolisasi.

4) Antikoagulen juga dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskular.

b. Non-Farmakologis

Ada berbagai terpai non-farmakologis untuk pasien stroke antara lain yaitu, terapi wicara yang dapat membantu penderita untuk mengunyah, berbicara, maupun mengerti Kembali kata-kata, fisioterapi, akupuntur, terapi ozon yang bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah ke otak. Yoga terapi atau meditasi, terapi music , terapi herbal, dan hipno terapi (Siswanti, Heny 2021)

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga ialah proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga merupakan proses sepanjang hidup di mana sumber dan

(5)

jenis dukungan keluarga berpengaruh pada tahap lingkaran kehidupan keluarga. Ada 3 aspek dari interaksi dalam keluarga, yaitu timbal balik (merupakan kebiasaan dan frekuensi timbal balik), saran atau umpan balik ( yaitu kuantitas/kualitas komunikasi), dan interaksi keterlibatan emosional (peningkatan tingkat keintiman dan kepercayaan) dalam keluarga dan pada hubungan social (Mangera et al., 2019). Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal yang terdiri atas sikap, tindakan, dan penerimaan pada anggota keluarga, sehingga terdapat anggota keluarga yang memperhatikan (Tatali et al., 2018).

2.2.2 Jenis Dukungan Keluarga

Jenis dukungan keluarga dibagi menjadi 4 komponen yaitu dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan emosional (Rachmawati et al., 2019).

a. Dukungan informasional Keluarga

Dukungan keluarga pada dukungan informasional yaitu bertindak sebagai pencari dan penyebar informasi kepada anggota keluarga. Tindakannya seperti pemberian saran, informasi, nasehat dan juga pendapat. Dukungan informasional ini bisa membantu pasien untuk memutuskan keputusan terkait penyakitnya

b. Dukungan Penilaian atau Penghargaan Keluarga

Dukungan penghargaan baik verbal maupun non verbal sangat mempengaruhi pasien pada pola tingkah laku individu baik secara sadar ataupun tidak sadar.

Penghargaan atau penilaian merupakan salah satu kebutuhan psikososial yaitu kebutuhan integritas yang meliputi pujian dan berafiliasi. Dukungan ini bentuknya berupa penghargaan yang bernilai positif, pemberian semangat dari keluarga dan juga persetujuan terhadap pendapat pasien.

c. Dukungan Instrumental Keluarga

Dukungan instrumental keluarga ini yaitu memberikan bantuan yang fakta dan membantu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi. Faktor sosio-ekonomi sangat berkaitan erat dengan tingginya dukungan instrumental ini yaitu fungsi ekonomi serta fungsi dari kebutuhan dasar sehari-hari seperti makan,

(6)

mandi, berpakaian, tempat istirahat, dan juga menyediakan obat pada pasien. Apabila tinggi tingkat ekonomi maka akan lebih cepat dan tanggap pada masalah Kesehatan yang dialami oleh pasien dan keluarganya

d. Dukungan Emosional Keluarga

Dukungan emosional keluarga ini melibatkan kekuatan jasmani dan juga kepercayaan kepada orang lain sehingga menjadi yakin bahwa orang lain sanggup memberikan cinta dan kasih sayang kepada pasien. Dukungan emosional ini seperti empati, kepedulian dan perhatian dari keluarga sehingga keluarga menjadi rumah istirahat dan pemulihan serta membantu untuk penguasaan emosional

2.3 Dukungan Keluarga Dalam Pemenuhan ADL (Actifity Daily Living) pada Pasien Stroke

Aktivitas kehidupan sehari-hari atau activity daily living merupakan fungsi dan aktivitas individu yang normalnya dilakukan tanpa bantuan orang lain. Dampak dari penyakit stroke dapat menimbulkan keterbatasan fisik, kecacatan, stress dan juga depresi pada pasien sehingga dapat mengalami ketergantungan pada orang lain dan membutuhkan bantuan secara terus-menerus. Untuk membantu pasien secara berkala pasien dapat melakukan aktivitas dengan mandiri, dukungan keluarga sangat berpengaruh dalam proses penyembuhan untuk memulihkan pasien stroke.

Menurut Friedman (2010) pada jurnal abdul jalil (2018) menyebutkan bahwa keluarga merupakan support system utama bagi pasien stroke untuk tetap mempertahankan kesehatannya dan juga dalam proses pemulihan. Penelitian yang dilakukan oleh Rosiana (2018) pada hubungan antara dukungan keluarga dengan activity daily living pasien stroke menyebutkan bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien stroke. Dukungan keluarga dalam pengendalian pasien terhadap tingkat kecemasan, pemulihan, dukungan sembuh, dan dapat pula mengurangi tekanan-tekanan yang ada pada masalah diri pasien stroke. Dukungan tersebut berupa dorongan, empati, motivasi ataupun bantuan yang membuat pasien tersebut merasa lebih tenang dan merasa aman dengan adanya dukungan dari keluarga (Rayanti, Rosiana Eva et al., 2018).

(7)

Dukungan keluarga yang baik pada pasien akan menunjukkan bahwa keluarga tersebut senantiasa ikut serta dalam berupaya untuk penyembuhan dan pemulihan pasien stroke. Sebanyak 85 % pasien stroke tinggal dengan keluarga inti yang biasanya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan bagian anggota dari pasien yang paling terdekat dan tidak bisa dipisahkan. Seseorang akan merasa bahagia dan tenang apabila mendapatkan perhatian khusus dan dukungan atau dorongan dari keluarga, dengan dukungan keluarga tersebut maka pasien stroke akan memunculkan kepercayaan diri untuk menghadapi atau melalui penyakitnya dengan lebih baik (Setyoadi et al., 2017).

2.4. Konsep ADL (Activity Daily Living) 2.4.1 Definisi ADL

Activity Daily Living (ADL) ialah kegiatan melakukan aktivitas rutin sehari- hari. ADL merupakan pekerjaan pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain yaitu ke toilet, makan, berpakaian atau berdandan, mandi, dan juga berpindah tempat.

ADL merupakan aktivitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Suci & Jepisa, 2019).

ADL merupakan keterampilan dasar dan tugas individu yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya dengan mandiri yang dikerjakan seseorang setiap harinya dengan tujuan untuk memenuhi perannya sebagai seorang atau pribadi dalam keluarga dan juga masyarakat (Danguwole et al., 2017). menurut Hadiwyanto (2005) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi penurunan ADL yaitu, kondisi fisik seperti penyakit menahun, gangguan mata dan telinga, kapasitas dan status mental seperti kesedihan, stress, depresi, penerimaan terhadap fungsi anggota tubuh, dan dukungan keluarga.

2.4.2 Klasifikasi ADL

Menurut Sugiarto (2005) klasifikasi ADL ada 4 macam, yaitu :

1) ADL dasar , sering juga disebut ADL saja, merupakan keterampilan dasar yang wajib dimiliki seseorang untuk merawat dirinya dengan mandiri seperti berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, dan berhias atau berdandan.

(8)

Ada juga yang memasukkan pada kontinensial buang air besar (BAB) dan buar air kecil (BAK) dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga ada yang disertakan kemampuan mobilitas.

2) ADL Instrumental, merupakan ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-hari meliputi menyiapkan makanan, menggunakan telefon atau handphone, mengetik, melukis dan mengelola uang.

3) ADL Vokasional, merupakan ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau bisa juga berhubungan dengan sekolah

4) ADL Non-Vokasional, ADL Non-Vokasional ini bersifat rekreasil seperti hobi, waktu santai dan juga waktu untuk mengisi waktu luang.

2.4.3 Pengukuran ADL

Pengukuran ADL (Activity Daily Living) adalah pengukuran kemampuan seseorang dalam melakukan ADL dengan mandiri. Pengukuran ADL ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan dan keterbatasan pasien yang memudahkan dalam penentuan intervensi yang tepat. (Damayanti et al., 2020)

Salah satu cara pengukuran ADL yaitu dengan Indeks Barthel. Indeks Barthel adalah alat ukur yang berfungsi dalam pengukuran tingkat kemandirian pasien pada aktivitas sehari-hari serta berfungsi juga sebagai kriteria menilai kemampuan fungsional pasien yang menderita gangguan keseimbangan. (Nurhidayat et al., 2021) Table 1 2.4.3.1 Instrumen Pengukuran ADL dengan Indeks Barthel

No. Item yang Di Nilai Skor Nilai

1. Makan (feeding) 0 = Tidak mampu

1 = butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll

2 = Mandiri

2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain 1 = Mandiri

(9)

3. Perawatan diri (Grooming)

0 = Membutuhkan bantuan orang lain 1 = Mandiri dalam perawatan wajah,

rambut, gigi dll

4. Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung orang lain

1=Sebagian dibantu (seperti mengancing baju)

2 = Mandiri 5. Buang air kecil

(Bowel)

0 = Tergantung orang lain

1 = Terkadang Inkontensial (maksimal 1x24 jam)

2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)

6. Buang air besar (Bladder)

0 = Inkontensia ( tidak teratur atau perlu enema)

1 = Kadang Inkontensial (seminggu sekali)

2 = Mandiri

7. Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain 1 = Membutuhkan bantuan tetapi dapat

melakukan beberapa hal sendiri 2 = Mandiri

8. Transfer 0 = Tidak mampu

1 = butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)

2 = Mandiri

9. Mobilitas 0 = Tidak mampu (immobile)

1 = berjalan dengan bantuan satu orang 2 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti tongkat)

(10)

10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu

1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2 = Mandiri

Keterangan table : 20 : Mandiri

12 – 19: Ketergantungan Ringan 9 – 11 : Ketergantungan Sedang 5 – 8 : Ketergantungan Berat 0 – 4 : Ketergantungan Total

2.5 Konsep Lansia 2.5.1 Definisi Lansia

Lanjut usia atau lansia menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yaitu seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia yaitu masyarakat yang mengalami proses penuaan secara bertahap yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik, daya tahan fisik yang dimaksud yaitu lansia akan semakin rentan terkena penyakit yang menyebabkan kematian (Hanum & Lubis, 2017).

Lansia memiliki tanda-tanda adanya penurunan fungsi biologis, psikologis, dan social. Definisi lansia bukan hanya dijelaskan dari segi usianya tetapi juga dari segi tugas sebagai orang tua yang sudah terpenuhi. Mubarak (2010) mengatakan bahwa penurunan pada lansia bukan hanya dilihat dari fisiknya tetapi pada kemampuan sosial dan juga psikologis, pertambahan usia akan menjadikan perubahan struktur dan fisiologis mulai dari sel, jaringan, organ dan sistem pada manusia di mana akan terjadi penurunan dan kemunduran fisik dan psikis dari lansia (Prabasari et al., 2017).

(11)

2.5.2 Klasifikasi Lansia

Departemen Kesehatan mengelompokkan tingkatan lansia menjadi 3 kelompok, yaitu : lansia dini atau pra-lansia umur 55-64 tahun, lansia yaitu umur 65 tahun ke atas, dan lansia risiko tinggi yaitu lansia yang berumur lebih dari 70 tahun.

Sedangkan menurut WHO (2013) klasifikasi lansia adalah sebagai berikut : 1. Usia pertengahan atau middle age, kelompok lansia umur 45-54 tahun.

2. Lansia atau elderly, kelompok lansia umur 55-65 tahun.

3. Lansia muda atau young old, kelompok lansia umur 66-74 tahun.

4. Lansia tua atau old, kelompok lansia umur 75-90 tahun.

5. Lansia sangat tua atau very old, kelompok lansia umur lebih dari 90 tahun.

Referensi

Dokumen terkait

Sumber-sumber penerimaan daerah menurut sabil (2017) menyebutkan sumber pendapatan meliputi tidak saja pendapatan asli daerah (PAD), akan tetapi termasuk pula sumber

Rangkaian RLC merupakan suatu rangkaian elektronika yang terdiri dari Resistor, Kapasitor dan Induktor yang dapat disusun seri ataupun paralel.. Rangkaian RLC ini

Suharta dan Luthan, P.L.A., (2013), Pengembangan Model Pembelajaran dan Penyusuan Bahan Ajar dengan pendekatan PAKEM PLUS untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penurunan angka kematian ibu dan anak ini antara lain pengambilan keputusan pada tingkat keluarga, aksesibilitas pelayanan

Game edukasi Bobo dapat menjadi media belajar yang interaktif dan menyenangkan untuk anak usia 5-8 tahun sehingga tujuan dari penelitian ini sudah tercapai. Hal

Hak keuangan dan Administratif Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jeneponto telah diatur dengan Peraturan daerah Kabupaten Jeneponto

Unlevered beta rata-rata perusahaan pembanding yang diperoleh dari perhitungan ini kemudian di-relever dengan tingkat leverage yang berlaku pasar untuk memperoleh beta

Beranjak pada materi standar isi dan standar proses yang akan dikolaborasikan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar kelulusan nantinya, tutor