• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA STATUS IODIUM DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK RIWAYAT HIPOTIROID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA STATUS IODIUM DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK RIWAYAT HIPOTIROID"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA STATUS IODIUM DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK RIWAYAT HIPOTIROID

Prihatin Broto Sukandar dan Ina Kusrini1

1 Balai Litbang GAKI Magelang Kapling Jayan Borobudur Magelang Email : [email protected]

Naskah masuk: 7 September 2009, review: 14 September 2009, naskah layak terbit: 13 Oktober 2009.

PENDAHULUAN

Salah satu masalah gizi serius yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia adalah gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). GAKI dapat didefinisikan sebagai rangkaian akibat kekurangan mikronutrien (Iodium) pada tumbuh kembang manusia, yang meliputi gondok, kretin endemik, meningkatnya angka kematian bayi dan meningkatnya gangguan mental serta neurologik1.

Kretin endemik biasanya ter- dapat di daerah gondok endemik.

Kelainan kretin terjadi pada waktu bayi dalam usia kandungan atau setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada susunan saraf pusat dan hipotiroidisme. Kerusakan saraf pusat bermanisfestasi dengan: retardasi mental, gangguan pendegaran sampai bisu tuli, gangguan neuromotor, seperti gangguan bicara, cara jalan, dan lain- lain. Hipotiroid dengan gejala: tinggi badan yang kurang, cebol (stunted growth), dan osifikasi terlambat. Pada pemeriksaan darah ditemukan kadar hormon tiroid rendah2.

ABSTRACT

Iodine Deficiency disorder (IDD) is a still serious as nutrient problem in Indonesia.

The purpose of the research is to know the relationship between Thyroid Stimulating Hormone (TSHs) with nutritional status of children aged 3 - 7 years which ever therapies in BP2 GAKI Magelang. The samples were 44 children take from Magelang regency Central Java on July to December 2008. The design of the research was “cross-sectional” study. The data collected were concentration of TSHs, nutritional status weight/high (W/H), weight/age (W/A), high/age (H/A)).

The concentration of serum TSH was divided three group (<0.3 hyperthyroid, 0.3-5 normal, >5 hypothyroid). The data of W/H were divide into three group (Z-score<-3SD severe wasted, -0.3 - -0.2 SD wasted, >-0.2 normal. The data of W/A were divided into three group (Z-score<-3SD severe underweight, -0.3 - -0.2 SD moderate underweight, >-0.2 normal. The data of H/A were divided into three group (Z-score<-3SD severe stunted, -0.3 - -0.2 SD stunted, >-0.2 normal.

Serum’s TSH of children was taken two milliliter and analysis of its in BPP GAKI Magelang’s laboratory by Elisa reader method. These data were analyzed by using Spearman’s rho test. The result show the hypothyroid serum of TSH was 43.2 %. The wasted data of W/H was 20.5%, the underweight data of W/A was 45.5%, and stunted data of H/A was 66%. The relationship between TSHs and H/A is significant at 0,019 (Using Spearman’s rho). The relationship between TSHs and W/H, between TSHs and W/A is not significant. It was 0.170 and was 0.918. This means that the stunted of children relationship with hypothyroid.

Keywords: Iodine, TSHs, nutritional status, hypothyroid.

(2)

Defisiensi hormon tiroid yang berat, yang terjadi pada masa neonatal, akan menyebabkan bentuk tubuh anak mengalami retardasi, sehingga anak menjadi kerdil. Hal ini disebabkan karena rendahnya metabolisme tubuh, retensi nitrogen berkurang, fungsi sebagian besar organ dibawah normal, jaringan tulang masih imatur karena terlambatnya maturasi epifise, sehingga mengakibatkan terlambatnya pertumbuhan tulang-tulang panjang3.

Hormon tiroid berperan dalam sebagian besar proses metabolisme tubuh. Di tingkat seluler hormon tiroid mengatur transkripsi gen, sintesa mRNA dan protein sitoplasma. Selain itu juga mempengaruhi aktifitas beberapa enzim dan sintesa bebarapa koenzim dan vitamin. Hormon tiroid berpengaruh pada metabolisme protein sehingga hal ini besar pengaruhnya pada proses tumbuh kembang. Pada metabolisme karbohidrat, hormon tiroid meningkat- kan absorbsi glukosa dari saluran cerna.

Dalam metabolisme lemak, hormon tiroid merangsang sintesa, mobilisasi dan pemecahan lipid4.

Dalam penelitian ini akan dikaji apakah serum Tiroid Stimulating Hormon (TSHs) pada anak riwayat hipotiroid yang pernah terapi di BP2 GAKI Magelang ada korelasi dengan status gizi. Dan akan ditentukan kadar (TSHs), status gizi (berat badan/tinggi badan (BB/TB), berat badan/umur (BB/U), dan tinggi badan/umur (TB/U).

METODE

Anak-anak dengan riwayat hipotiroid setelah diterapi di BPP GAKI tahun 2002 sedang 2005 bagaimana

keadaan selanjutnya di masyarakat belum ada evaluasi, hal tersebut yang mendasari data mengenai TSHs dan status gizinya dipilih sebagai sampel.

Sebanyak 60 sampel (3-8 tahun) diambil dari kecamatan-kecamatan di kabupaten Magelang. Sampel yang didapat adalah 44 anak (tidak terjangkit TBC, diare kronis dalam satu bulan terakhir, kelainan jantung bawaan, mikrosephalus, hidrosephalus), enam telah meninggal dua gagal diambil darahnya, dan delapan sudah pindah alamat. Serum TSH diambil dari darah vena sebanyak dua ml dengan menggunakan spuit Terumo dilakukan oleh analis yang berpengalaman.

Darah disimpan dalam cool box.

Setelah dikirim ke laboratorium maka darah akan di-centrifuge untuk diambil serumnya, kemudian disimpan di almari es sebelum dilakukan pemeriksaan.

Serum akan diperiksa dengan Neo TSH kit dari Diagnostic Automation (California, USA) kemudian nilai TSH pasien dibaca hasilnya pada ELISA reader. Data status gizi didapat dari data antropometri dengan cara mengukur tinggi badan menggunakan microtoise dan menimbang berat badan menggunakan timbangan digital merk Seca. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juli sampai Desember 2008.

Data kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan program SPSS. Untuk mengetahui korelasi antara TSHs dengan status gizi dalam bentuk nilai standar (BB/TB, BB/U, TB/U) menurut baku NCHS diuji dengan metode Spearman’s rho.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Subyek

Subyek pada penelitian ini ada 44 anak, ditemukan 20 anak (45.4%) perempuan, proporsi anak laki-laki lebih banyak dibanding anak perempuan yaitu sebanyak 24 anak (54.6%).

Berasal dari 13 kecamatan di kabupaten Magelang terbanyak dari kecamatan Srumbung yaitu sebelas anak (25%).

Sebagian besar subjek adalah anak petani dan buruh yang tinggal di desa

57,4%, dan yang bukan petani dan buruh sebesar 42,6% bekerja sebagai karyawan, guru, polisi, PNS, tukang becak, sopir, perangkat desa dan TKI.

Sebagian besar ibunya tidak bekerja atau IRT sebesar 66%. Pendidikan ibu paling banyak lulusan SD yaitu 34.8% dan pendidikan SMP ke bawah sebesar 69.6%. Pendidikan ayah paling banyak lulusan SMA yaitu 39.1% dan pendidikan SMP ke bawah sebesar 53.9% (Tabel 1).

Tabel 1. Proporsi Subyek menurut Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua

______________________________________________________________________________

Variabel Ayah (%) Ibu (%)

Pendidikan: SD tidak tamat 8.7 6.5

SD 26.1 34.8

SMP 19.6 28.3

SMU 39.1 26.1

Perguruan tinggi 6.5 4.3

Pekerjaan: Petani dan buruh 57.4 19.1

Pegawai 25.6 6.4

Wiraswasta 17 8.5

Tidak bekerja 0 66

Sosial ekonomi berasal dari golongan menengah ke bawah yang rata-rata penghasilan Rp. 743.000, minimal Rp. 300.000 dan maksimal Rp. 2.000.000. Umur responden ber-

kisar antara 35 bulan hingga 94 bulan dengan median 81 bulan. Berdasarkan modus nomor urut kelahiran terbanyak adalah anak kedua yaitu 31.8%

(Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik Subyek

______________________________________________________________________________

Karakteristik Subyek Mean Median SD Min Max

Umur anak (bl) 76.9 81 14.9 35 94

No. urut kelahiran 2.6 2 1.7 1 8

Penghasilan 0.74 0.60 0.54 0.30 2

orang tua Rp. (juta)

(4)

43.2%

56.8%

0 0%

5 10 15 20 25 30

hipotiroid normal hipertiroid

Jumlah Anak

Katagori TSHs

GRAFIK TSHs

Series1

Gambar 1. Serum TSH cut off >5 Hipotiroid, ≤5 Normal Dari Gambar 1 didapat data,

dari TSHs yang diperiksa 44 anak didapat hipotiroid 43.2%, hipertiroid tidak didapatkan, dan normal 56.8%.

Berdasarkan penelitian Suryati, 2004 tentang penatalaksanaan di BP GAKI, keberhasilan penatalaksanaan dengan

test millestone berkisar 25%–53,6% 5. Ini menunjukkan bahwa anak-anak riwayat hipotiroid masih rawan jatuh hipotiroid lagi, walaupun yang normal sudah setengah lebih dan perlu pemantauan yang berkelanjutan

Gambar 2. Grafik Berat Badan/Tinggi Badan, Berat Badan/Umur, Tinggi Badan/Umur menurut Baku NCHS

79.5%

11.4% 9.1%

54.5%

18.2%

27.3%

34.1%

20.5%

45.5%

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Normal Kurang Sangat Kurang

Jumlah Anak

Katagori Berdasarkan NCHS

GRAFIK STATUS GIZI

BB/TB BB/U TB/U

(5)

Dari Gambar 2 yang terdiri dari 44 sampel didapat data BB/TB normal 35 (79.5%), kurus 5 (11.4%), sangat kurus 4 (9.1%). Berat badan yang kurang dari normal adalah 9 anak. Ini berarti anak- anak yang mengalami gizi akut 20.5%.

Data BB/U normal 24 (54.5%), kurang 8 (18.2%), buruk 12 (27.3%). Berat badan yang kurang dari normal yaitu 20 anak 45.5%. Data TB/U normal 15 (24.1%), pendek 9 (20.5%), sangat

pendek 20 (45.5%). Tinggi badan yang kurang dari normal didapat 29 anak, ini menandakan anak yang bermasalah gizi kronis sebesar 66%.

Apabila dibandingkan dengan SKRT 2004 hasil yang didapat masih jauh dari harapan yaitu BB/TB anak kurus (<-2 SD) 20.5% data SKRT 12.2%, BB/U gizi kurang (<-2 SD) 45.5% data SKRT 25.5%, TB/U anak pendek (<-2 SD) 66% data SKRT 21.1% (Tabel 3).

Tabel 3. Angka Status Gizi Dibanding dengan SKRT 2004

_______________________________________________________________________________

Status gizi Subyek SKRT 2004

Anak kurus 20.5% 12.2%

Anak pendek 66% 21.1%

Anak gizi kurang 45.5% 25.5%

Angka gizi kurang tersebut masih lebih baik dibanding dengan susenas tahun 2005 dan target nasional tahun 2009 yaitu gizi kurang 28.0% dan

20%. Tetapi untuk gizi buruk masih jauh dibawah susenas 2005 dan target nasional pada tahun 2009 yaitu gizi buruk 8.8% dan 5%6 (Tabel 4).

Tabel 4. Angka Kurang Gizi Dibanding Susenas 2005 dan Target Nasional

__________________________________________________________________________

Status Gizi Subyek Susenas 2005 Target Nasional 2009

Gizi Kurang 18.2% 28.0% 20%

Gizi Buruk 27.3% 8.8% 5%

Setelah ditabulasi antara BB/

TB dengan TB/U didapat hasil yaitu BB/

TB normal dengan TB/U normal adalah 11 (25%), BB/TB normal dengan TB/U pendek dan sangat pendek adalah 24 (54.5%), BB/TB kurus dan sangat kurus dengan TB/U normal adalah 4 (9.2%), BB/TB kurus dan sangat kurus dengan TB/U pendek dan sangat pendek adalah 5 (11.36%). Ini berarti masalah gizi anak-anak tersebut lebih

dari setengahnya adalah gizi kronis saja yaitu 24 anak 54.54% (Tabel 4).

Hal tersebut menandakan anak-anak tersebut lebih pendek dari pada anak normal seumurnya. Hal tersebut sesuai dengan gejala hipotiroid: mixedoma pada hipotiroidisme berat, tinggi badan yang kurang, cebol (stunted growth), dan osifikasi terlambat. Pada pemeriksaan darah ditemukan kadar hormon tiroid rendah2.

(6)

Tabel 5. Tabulasi antara BB/TB dengan TB/U

__________________________________________________________________________

Tabulasi BB/TB Total

Normal kurus sangat kurus

TB/U: normal 11 (25%) 3 (6.8%) 1 (2.3%) 15 (34.1%) pendek 7 (15.9%) 0 2 (4.6%) 9 (20.4%) sangat pendek 17 (38.6%) 2 (4.6%) 1 (2.3%) 20 (45.4%) Total 35 (79.5%) 5 (11.4%) 4 (9.2%) 44 (100%)

Menurut Sularyo bahwa pendidikan ayah dan ibu yang rendah juga meningkatkan risiko stunting dan underweight. Sebagian besar pendidikan ayah dan ibu subyek adalah SMP ke bawah, sebagian besar ayah subyek bekerja sebagai petani dan buruh. Sebagian besar ibu subyek tidak bekerja atau ibu rumah tangga.

Keadaan ini berkaitan erat dengan status ekonomi keluarga7. Penghasilan kurang memadai merupakan salah satu sebab keterlambatan untuk membawa berobat bila anak sakit dan tidak mampu membelikan makanan tambahan untuk anak sehingga kekurangan gizi tidak dapat terkejar.

Setelah dilakukan uji dengan Spearman’s rho antara TSHs yang telah dikatagorikan dengan TB/U

didapat hubungan yang signifikan.

Untuk uji antara TSHs yang telah dikatagorikan dengan BB/TB dan BB/U didapat secara statistik hubungannya kurang bermakna (Tabel 5). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pendek atau kurangnya tinggi badan anak- anak berhubungan dengan TSHs yang tidak normal (hipotiroid). Tetapi untuk kurus atau kurangnya status gizi tidak berhubungan dengan TSHs. Hormon tiroid merangsang motilitas usus, yang dapat menimbulkan peningkatan motilitas dan diare pada hipertiroidisme dan memperlambat transit usus serta konstipasi pada hipotiroidisme. Hal ini juga menyumbang pada timbulnya penurunan berat badan yang sedang pada hipertiroid dan pertambahan berat pada hipotiroid8.

__________________________________________________________________________

Variabel p-value (adjusted) p-value (crude)

TSHs dengan: TB/U 0.05 0.019

BB/TB 0.05 0.170

BB/U 0.05 0.918

Tabel 6. Uji Spearman’s rho TSHs dengan TB/U, BB/TB, dan BB/U

Penelitian-penelitian banyak setuju bahwa serum T4 dan T3 total masih dalam batas normal untuk orang yang gemuk, kecuali yang dilaporkan oleh Scriba yang mencatat bahwa

Protein Bound Iodine pada 61 pasien gemuk lebih rendah dibandingkan yang kurus. Konsentrasi T3 total juga selalu normal dalam kontras T4 total. Tetapi serum T3 total pernah dilaporkan dalam

(7)

suatu penelitian ada hubungannya dengan berat badan yang berlebih9. KESIMPULAN

Anak yang hipotiroid didapat hampir 1.

setengah jumlah anak yaitu 43.2%

(TSHs >=5).

Data BB/TB kurang dari normal 2.

(<-2SD) masalah gizi akut yaitu 20.5%. Data BB/U kurang dari normal (<-2SD) adalah 45.5%. Data TB/U kurang dari normal (<-2SD) Masalah gizi kronis yaitu 66%.

Hubungan antara TSHs dengan 3.

TB/U adalah signifikan (p<0.05), untuk hubungan TSHs dengan BB/

TB dan TSHs dengan BB/U tidak signifikan (p>0.05).

Ini menunjukkan bahwa pendek 4.

atau kurangnya tinggi badan anak berhubungan dengan TSHs lebih dari normal atau hipotiroid, tetapi secara statistik hubungan TSHs engan BB/TB dan BB/U kurang bermakna.

SARAN

Masalah gizi anak-anak riwayat 1.

hipotiroid adalah gizi kronis (masa- lah gizi masa lalu) sehingga perlu peningkatan lagi dan pemantauan lebih lanjut dikarenakan masih banyaknya anak-anak yang TSHs- nya lebih dari normal (hipotiroid).

Perlu penelitian selanjutnya yang 2.

berhubungan dengan faktor-faktor mempengaruhi hipotiroid, anak- anak dengan berat kurang dari normal, dan masalah gizi anak riwayat hipotiroid.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas selesainya penyusunan Naskah Penelitian ini dengan judul “Hubungan antara TSHs dengan Status Gizi pada Anak Riwayat Hipotiroid”.

Pada kesempatan yang baik ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

Kepala Badan Penelitian dan 1.

Pengembangan Kesehatan Jakarta, Kepala Balai Penelitian dan pengembangan GAKI Magelang, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang, serta Kepala Puskesmas di Kabupaten Magelang beserta Staf.

Prof. DR. Suherman, APU dan DR.

2.

Djoko Kartono, M.Sc yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian ini berjalan.

Ibu-ibu dan Bapak-bapak yang telah 3.

bersedia dan mengijinkan anak- anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini.

Semua anggota tim penelitian yang 4.

telah bekerja keras dan saling kerjasama mulai dari tahap persia- pan hingga selesainya penelitian.

Pihak-pihak lain yang telah 5.

memberikan bantuan dan dukungan sehingga kegiatan penelitian ini selesai tepat waktu dan dapat berjalan dengan baik.

Mudah-mudahan segala amal kebaikan yang telah diberikan, men- dapat ridho di sisi Allah SWT, Amin.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Astawan M. Iodine Cegah Lost 1.

Generation, 2003. Diunduh dari http//www.kompas.com, tanggal 20 Nopember 2007

Supariasa I D N, Bakri B, Fajar I.

2.

Penilaian status gizi. Jakarta: EGC;

2001.

Soetjiningsih. Tumbuh kembang 3.

anak. Jakarta: EGC; 1995.

Sadiah. Neonatal hypothyroidism.

4.

Jurnal GAKY Indonesia. 2002; 2(1).

Kumorowulan S. Dampak terapi 5.

Laser punktur pada anak dengan hambatan tumbuh kembang di daerah gondok endemic. Laporan Penelitian. Magelang; 2004.

Minarto. Kemitraan dalam 6.

Pencegahan dan Penanggulangan Malnutrisi di Indonesia. Seminar sehari; 15 Februari 2007; Jakarta;

2007.

Sularyo T S. Growth and 7.

Development of Underfivesin Marunda Area in North Jakarta. Med J Indonesia. 1996; 5: 55-66.

Greenspan F S, Baxter J D.

8.

Endokrinologi Dasar dan Klinik.

Jakarta: EGC; 1998.

Alexander C M, Bray G A. The 9.

Thyroid a Fundamental and Clinical Text. In: Werner’s. J.B. Philadelphia:

LIPPINCOTT Company; 1986.

Gambar

Tabel 1. Proporsi Subyek menurut Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua
Gambar 1. Serum TSH cut off &gt;5 Hipotiroid,  ≤5 Normal Dari  Gambar  1  didapat  data,
Tabel 3.  Angka Status Gizi Dibanding dengan SKRT 2004
Tabel 6. Uji Spearman’s rho TSHs dengan TB/U, BB/TB, dan BB/U

Referensi

Dokumen terkait

dikembangkan dengan menerapkan MPK tipe STAD berbasis Kurikulum 2013 dapat dikategorikan sangat layak dan lebih unggul dengan rata-rata hasil kompetensi sikap

Suatu proses belajar mengajar tanpa diakhiri dengan evaluasi maka kegiatan tersebut akan sia-sia, sebab tanpa ada hasil yang dapat dicapai. Evaluasi pembelajaran

Hasil penelitian pada 54 sampel menunjukkan bahwa prestasi belajar pada mahasiswa FKIK UNIB tidak dipengaruhi oleh kesiapan atau kesediaan seseorang untuk belajar

The Decadal Survey also identified the need to make measurements with high enough accuracy to be able to resolve small climate change signals over decadal time scales

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan serangkaian Tugas Akhir

Penunjang Proses Belajar Mengajar atau Bimbingan.. Pengabdian pada

Perhaps it was Count Hugh who suggested to Baldwin II, king of Jerusalem, that the Templars ask Bernard to use his influence to convince the pope, Innocent II, and the great lords

Model pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang