7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi yang memiliki peran dan fungsi sebagai penggerak di bidang kesehatan serta berkwajiban menyediakan fasilitas ruang inap, rawat jalan dan gawat darurat secara profesional (Permenkes RI 2020). Rumah Sakit didirikan mempunyai maksud dan tujuan saat ditinjau dari aspek sejarah mengalami siklus pertumbuhan signifikan dalam aspek prinsipil maupun produk jasa. Rumah Sakit adalah tempat bekerja para profesional yang patuh terhadap dalil dan kode etik medik sebagai pengikat dalam mengemban amanah pengabdian untuk melaksanakan tanggung jawab.
Rumah Sakit jika memakai sudut pandang atau perspektif hukum sebagai dasar merealisasikan pengabdian terhadap masyarakat mempunyai faktor hubugan dasar hukum yang berbeda antara norma hukum dan norma etik secara pembentukan maupun penerapannya ketika tidak dipatuhi. Pendirian Rumah Sakit memiliki tahapan pembangunan yang di atur oleh undang-undang dan bisa didirikan oleh pihak swasta atau pemerintah dengan regulasi yang berbeda.
Pendirian Rumah Sakit mempunyai klasifikasi antara Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus sesuai ketentuan jenis pelayanan yang terapkan. Berlandaskan jenis pelayanan kesehatan yang diimplementasikan pada Rumah Sakit Umum terdapat aspek pelayanan di berbagai macam bidang dan jenis penyakit. Minimum fasilitas pelayanan Rumah Sakit Umum termaktub dalam peraturan Menteri Kesehatan no 3 Tahun 2020 diantaranya ialah:
a. Fasilitas dan penunjang medik b. Fasilitas keperawatan dan kebidanan c. Fasilitas non medik
Rumah Sakit Umum memfasilitasi berbagai bidang dan jenis penyakit yang termaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan no 3 Tahun 2020 sebagai berikut:
a. Mempersembahkan pelayanan utama pada bidang dan satu jenis penyakit berlandaskan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau lainnya.
8
b. Dapat melaksanakan pelayanan lain di luar kekhususannya.
c. Pelayanan lain di luar kekhususannya mencakup pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
d. Pelayanan rawat inap untuk pelayanan lain di luar kekhususannya maksimal 40% dari total jumlah tempat tidur.
Rumah Sakit Umum memiliki klasifikasi berbeda pada peraturan Menteri Kesehatan no 3 Tahun 2020 tentang klsifikasi rumah sakit yang terdiri dari:
a. Rumah Sakit umum kelas A memiliki jumlah tempat tidur minimum 250 unit.
b. Rumah Sakit umum kelas B memiliki jumlah tempat tidur minimum 200 unit.
c. Rumah Sakit umum kelas C memiliki jumlah tempat tidur minimum 100 unit.
d. Rumah Sakit umum kelas D memiliki jumlah tempat tidur minimum 50 unit.
Rumah sakit khusus memiliki klasifikasi berbeda yang disebutkan pada peraturan Menteri Kesehatan no 3 Tahun 2020 sebagai berikut:
a. Rumah Sakit khusus kelas A memiliki jumlah tempat tidur minimum 100 unit.
b. Rumah Sakit khusus kelas B memiliki jumlah tempat tidur minimum 75 unit.
c. Rumah Sakit khusus kelas C memiliki jumlah tempat tidur minimum 25 unit.
2.2 Pengertian Parkir
Parkir adalah unsur sarana yang tidak terpisahkan oleh sistem transportasi jalan raya secara menyeluruh, ditambah tidak seimbangannya penduduk terhadap kebutuhan kendaraan pribadi terhadap angkutan umum menjadi alasan kuat jika parkir tidak tertib akan menganggu stabilitas arus lalu lintas. Aktivitas suatu pusat kegiatan akan menciptakan pergerakan terhadap parkir yang meliputi kendaraan bermotor dan tidak bermotor, oleh sebabnya untuk pusat keramaian perlu menyediakan fasilitas parkir (Alik Ansyori 2008).
Parkir merupukan istilah pemberhentian atau penjedahan sementara waktu dari proses perjalanan menuju tujuan, sedang berhenti memiliki arti yang menggambarkan suatu keadaan tidak bergerak dengan posisi pengemudi tetap dikendaraannya yang dipakai (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998).
Sedangkan pengertian parkir menurut (Direkur Jenderal Perhubungan Darat 1996) sebagai berikut:
9
a. Parkir adalah kondisi tidak bergerak pada kendaraan dan bersifat tidak sementara.
b. Fasilitas Parkir di luar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang berupa taman parkir atau gedung parkir.
c. Fasilitas Parkir untuk umum adalah fasilitas parkir di luar badan jalan berupa gedung parkir atau taman parkir sebagai kegiatan usaha untuk memfasilitasi jasa parkir umum
Fasilitas parkir adalah areal yang telah ditentukan untuk tempat pemberhentian kendaraan bersifat tidak sementara untuk melakukan aktivitas pada waktu periode tertentu. Fasilitas parkir mempunyai tujuan memberhentikan kendaraan dan sebagai penununjang kelancaran arus lalu lintas (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998). Peruntukkan parkir menjadi kesatuan atau tidak terpisahkan dalam perencanaan transportasi, karena suatu pergerakan dilalu lintas mempunyai tempat tujuan dan kendaraan akan diparkir ketika sampai pada tujuan, sedangkan pengemudi melakukan berbagai macam aktivitas sesuai kebutuhan yang diinginkan sebagai contoh keperluan pribadi, keperluan umum, rekreasi dan sebagainya.
2.3 Konsep Dasar Penanganan Masalah Parkir
Parkir sering menimbulkan permasalahan terutama pada kota besar karena kepadatan dan keterbatasan ruang di tata kelola kota tidak menyediakan fasilitas parkir, sehingga dikawasan tersebut sudah seharusnya menjadi tangung jawab pihak pengelola atau dikenal dengan pemerintah agar permintaan kebutuhan fasilitas parkir terpenuhi terutama di pusat kota, bangkitan aktivitas akan memiliki dampak permasalahan jika pihak pengelolah tidak merespon dengan tanggap kebutuhan fasilitas parkir karena akan berpotensi masalah diantaranya:
1. Fasilitas parkir di luar badan jalan yang tersedia tidak dapat menampung bangkitan kendaraan parkir, sehingga badan jalan terpakai untuk parkir dan berakibat terjadinya gangguan kelancaran arus lalu lintas,
2. Atau fasilitas parkir di luar badan jalan tidak tersedia sehingga bangkitan parkir tidak terkondisikan dengan memanfaatkan parkir dibadan jalan.
Daerah perkotaan seringkali menimbulkan permasalah transportasi yang menjadi penyebab utama adalah tingginya siklus pergerakan tidak dapat diminimalisir keseimbangan jaringan terhadap ketersediaan akases jalan. Ilustrasi pada jaringan
10
jalan secara objektif paling ideal pada suatu perkotaan sekitar 10% - 30% dari total luas keseluruhan suatu wilayah, sehingga menimbulkan indikasi terjadinya on street parking dan berakibat pada titik kemacetan sampai mengalami bias atau external cost untuk pengguna jalan.
Kawasan ruas jalan dapat dipengaruhi dengan pola aturan tata guna lahan terhadap besaran pemintaan parkir, sehingga dalama menyelesaikan permasalahan tetap pada alur yang diatur di tata guna lahan dan menyesuaikan dengan rencana detail tata ruang kota, permasalahan tersebut menjadi suatu kendala terhadap banyaknya permintaan penyediaan fasilitas parkir, perlunya formulasi dalam memunculkan kebijakan penyediaan fasilitas parkir minimal terkhusus pada pusat kegiatan lama atau baru sebagai persyaratan untuk pembuatan ijin mendirikan bangunan (Alamsyah 2008:181).
2.4 Peruntukan dan Pola Parkir
Pada dasarnya macam-macam jenis peruntukkan parkir menjadi faktor penting untuk mengetahui kebutuhan parkir, agar kebutuhan parkir sama dengan standart jenis peruntukkannya.
2.4.1 Peruntukan parkir
Kebutuhan parkir kendaraan memiliki banyak variasi bergantung pada setiap kebutuhan peruntukkan parkir sesuai dengan bentuk karakteristik dan desain lokasi parkir, karena keberadaan fasilitas parkir bagi kendaraan pribadi ataupun umum menjadi suatu kebutuhan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, sehingga dari sinkronitas tersebut jenis peruntukkan parkir bila akan direncanakan kebutuhan parkir mempunyai dua tipe menurut (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) adalah sebagai berikut:
a. Parkir Tetap 1) Pusat pedagang
Penempatan lokasi parkir di pusat perdagangan dalam pengelolaannya terbagi menjadi dua kelompok antara pekerjaan dan pengunjung dengan masing-masing kelompok memiliki alokasi waktu yang berbeda, jika pekerjaan parkir umumnya
11
mempunyai alokasi waktu yang pajang dan pengunjung parkir untuk jangka pendek.
2) Pusat perkantoran swasta atau pemerintahan
Keberdaan parkir pada pusat perkantoran bergantung pada jumlah karyawan akan mempengaruhi luasan parkir dan memiliki karekter sebagai parkir dengan alokasi waktu panjang.
3) Pusat perdagangan eceran atau pasar swalayan
Penentuan peruntukkan parkir memliki persamaan karakteristik kebutuhan parkir antara pusat perdagangan dan pasar swalayan.
4) Pasar
Peletakkan tempat parkir pada pasar memiliki kesamaan karakteristik kebutuhan parkir dengan pusat perdagangan dan swalayan, walaupun klasifikasi pngunjung yang membedakan dikeduanya.
5) Sekolah
Keberadaan parkir sekolah jika ditinjau dari jenis pengunjung tetntu berbeda klasifikasi murid dan guru/dosen, perbedaan tersebut mempengaruhi jangka waktu penggunaan parkir yang dikelompokkan dengan dua katagori waktu yaitu jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan klasifikasi penggunaan tempat parkir.
6) Tempat wisata
Kebutuhuan ruang parkir pada tempat rekreasi bergantung dengan tingkat keramaian pengunjung, karena luas dan desain parkir bisa dipengaruhi oleh tingginya daya tarik pengunjung terhadap suatu tempat wisata.
7) Hotel dan penginapan
Kebutuhan parkir pada bangunan hotel dan penginapan yang bepengaruh pada fasilitas parkir adalah jumlah kamar dan pemberlakuan tarif serta daya tarik pengunjung terhadap hotel atau penginapan.
8) Rumah sakit
12
Rumah sakit mempunyai klasifikasi type yang bergantung pada jumlah tempat tidur dan fasilitas penunjang lainnya serta pemberlakuan tarif yang memiliki pengaruh pada kebutuhan ruang parkir di rumah sakit.
b. Kegiatan Parkir Sementara 1) Bioskop
Kebutuhan parkir untuk tempat bioskop yang memiliki karakter sebagai pertunjukan, maka parkir sifatnya adalah sementara dengan jangka waktu 1.5-2 jam dan kebutuhan parkir dipengaruhi oleh jumlah tempat duduk yang disediakan.
2) Tempat olahraga
Ajang pertandingan di tempat olah raga berlangsung tidak setiap hari, maka kebutuhan parkir untuk tempat olah raga bersifat jangka pendek dengan durasi 1,5-2 jam.
3) Ruang ibadah
Tempat ibadah tentunya memiliki kegiatan peribadatan tidak terus menerus dilakukan 24 jam, sedangkan tempat parkir mengikuti aktivitas kegiatan yang berlangsung. Sifatnya adalah sementara dengan durasi 15 sampai 30 menit.
2.4.2 Pola parkir
Penerapan suatu nilai yang ada kaitannya dengan kebijaksanaan parkir, maka membutuhkan implementasi tentang pembentukan areal parkir dalam menentukan pola parkir baik apabila sesuai dengan exsisting.
Menurut (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) banyak tipe dalam menentukan pola parkir yaitu sebagai berikut:
a. Pola Parkir Paralel
Penerapan pola parkir paralel memliki kesamaan dengan pola parkir satu sisi yang sering ditemukan pada parkir badan jalan serta mempunyai ciri pengaturan parkir oleh garis dengan posisi bumper berdekatan dan sejajar dengan sisi jalan. Adapun macam-macam pola parkir paralel dibagi dari dua faktor keadaan yaitu:
1) Daerah Datar
13
Gambar 2.1 Pola Parkir Paralel Daerah Datar Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) 2) Daerah Tanjakan
Gambar 2.2 Pola Parkir Paralel Daerah Tanjakan Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
14 3) Daerah Turunan
Gambar 2.3 Pola Parkir Paralel Daerah Turunan Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) b. Sudut pola parkir
1) Jalan kolektor dan lokal memiliki keuntungan dalam menemukan ruang parkir yang efektif, memiliki ruang manuver dan lebar ruang parkir.
2) Besaran sudut yang digunakan untuk mempengaruhi ruang manuver dan lebar ruang parkir efektif. Adapun contoh pola parkir menyudut berdasarkan gambar di bawah ini:
a) Sudut = 30𝑜
Gambar 2.4 Pola Parkir Menyudut 300 Sumber: (Sriharyani dan Pambudi 2015)
15
Tabel 2.1 Ruang Parkir Efektif dan Ruang Parkir Menyudut 30º
Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) b) Sudut = 45𝑜
Gambar 2.5 Pola Parkir Menyudut 450 Sumber : (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) Tabel 2.2 Ruang Parkir Efektif dan Ruang Manuver Parkir
Menyudut 45º
Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
A B C D E
2,3 4,6 3,5 4,7 7,6
2,5 5,0 4,3 4,9 7,8
3,0 6,0 5,4 5,0 7,9
Jenis
Golongan I
Golongan II
Golongan II
16 c) Sudut = 60𝑜
Gambar 2.6 Pola Parkir Menyudut 60o Sumber : (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) Tabel 2.3 Ruang Parkir Efektif dan Ruang Manuver Parkir
Menyudut 60o
Sumber : (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) Perbandingan terhadap pemberlakuan sudut parkir dari ketiga pola parkir memiliki tingkat efisiensi yang maksimal bagi kenyamanan pengguna parkir dalam melakukan manuver masuk keluar parkir dengan pola 90𝑜 dan lebih efisien dari pola parkir paralel.
A B C D E
2,30 2,90 1,45 5,95 10,55 2,50 3,00 1,50 5,95 10,55 3,00 3,70 1,85 6,00 10,60 Golongan II
Jenis
Golongan I
Golongan II
17 d) Sudut 90𝑜
Gambar 2.7 Pola Parkir Menyudut 90o Sumber: (Sriharyani and Pambudi 2015)
Karakter dari pola pakir menyudut 90o memiliki kapasitas daya tampung lebih luas dari pola parkir paralel, sedangkan kualitas kenyamanan pengguna parkir dalam manuver masuk keluar parkir lebih efektif pola sudut dibawah 90𝑜.
Tabel 2.4 Ruang Parkir Efektif dan Ruang Manuver Parkir Menyudut 90o
Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) Keterangan :
A : Lebar ruang parkir (meter) B : Lebar kaki ruang parkir (meter)
18
C : Selisih panjang ruang parkir (meter) D : Ruang parkir efektif (meter)
E : Ruang parkir efektif dan ruang manuver (meter) e) Daerah tanjakan
Gambar 2.8 Pola Parkir Menyudut Daerah Tanjakan Sumber : (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) f) Daerah turunan
Gambar 2.9 Pola Parkir Menyudut Daerah Turunan Sumber : (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
19 2.5 Jenis-Jenis Parkir
2.5.1 Jenis penempatan parkir
Penempatan parkir diupayakan bagi pemilik kendaraan pribadi untuk parkir sesuai dengan jenis kendaraannya agar tidak mengganggu arus lalu lintas. Penempatan jenis parkir diantaranya adalah:
1. Parkir badan jalan (on-street parking)
Parkir badan jalan (on street parking) ialah pemberhentian kendaraan tepat pada badan jalan yang merugikan pengguna tranportasi lainnya dikarenakan jika suatu kendaraan parkir dengan menggunakan badan jalan secara tidak langsung berdampak pada pengurangan lebar jalan dan kelancaran arus lalu lintas mengalami gangguan dan membentuk dua katagori sifat yaitu:
1. Parkir Terbatas
Jenis pembatasan parkir sering dilakukan pada daerah perkotaan yang memiliki sedikit lahan tersedia daripada pengguna parkir dan diberikan pembatasan terhadap jumlah kendaraan dan waktu parkir.
2. Parkir Tidak Terbatas
Daya tampung parkir tidak memiliki batasan dikarenakan permintaan fasilitas parkir tidak signifikan dan dalam penerapannya kondisi parkir terletak diluar kota dengan jumlah kendaraan sedikit serta secara nominal harga tanah cukup terjangkau.
Lokasi tempat parkir berada pada daerah permukiman padat penduduk dan kawasan pusat keramaian yang mempunyai konsekuensi terhadap daya tampung kendaraan parkir.Terdapat beberapa contoh parkir yang sering ditemui seperti berikut:
a. Parkir daerah perumahan
Pengoprasian parkir memiliki kontroling dan ciri khusus dalam memudahkan jalannya sistem parkir dengan ciri katagori parkir gratis setiap penduduk tetap yang dibuktikan
20
dengan tanda atau legalitas, serta pemberlakuan tarif parkir harian bagi pengunjung perumahan.
b. Parkir tidak dikontrol (uncontrolled)
Merupakan suatu jenis parkir yang unik dan memiliki berbagai macam alternatif metode dalam melakukan parkir diantaranya ialah:
1. Paralel dengan jalan 2. Tegak lurus dengan jalan 3. Diagonal dengan jalan
Parkir diagonal pada umumnya memiliki kualitas daya tampung yang cukup besar, sedangkan dari aspek lainnya banyak kekurangan diantaranya mengurangi lebar jalan dan dalam melakukan manuver kurang nyaman bagi pengguna parkir, sehingga jenis parkir diagonal jarang diterapkan karena lebih efektif menggunkan parkir paralel yang tingkat kecelakaannya lebih kecil.
c. Parkir pusat kota, terkontrol (controlled)
Jenis parkir metode kontrol yang bisa diterapkan diantaranya ialah:
1. Batasan waktu parkir
Rambu-rambu bisa diterapkan sebagai pengingat dalam pembatasan durasi waktu parkir sebagai berikut:
a. Satu jam untuk wilayah perkotaan.
b. Dua jam untuk wilayah pinggiran dan sekitarnya, c. Sedangkan seperti tempat Bank dan kantor di daerah
tertentu memberlakukan durasi 10-20 menit.
2. Disc Parking
Sistem yang dibuat untuk mempermudah jukir dalam menegetahui waktu kedatangan kendaraan ke tempat parkir dengan disc atau kartu.
21 3. Parkir Meter
Istilah yang dipakai dalam pengoprasian dan pengelolaan parkir meter memiliki tujuan untuk memberikan batassan waktu parkir dan sekaligus menunjang perekonomian pihak pengelola.
Adapun konsekuensi yang diterima saat parkir dibadan jalan terjadi adalah sebagai berikut:
a. Kerugian:
1) Menyusahkan pengguna lalu lintas.
2) Kapasitas lebar jalan terpakai.
3) Memiliki tingkat terjadinya kecelakaan yang tinggi.
b. Keuntungan:
1) Penambahan pendapatan.
2) Akses pengguna parkir lebih mudah dan dekat dengan tujuannya.
2. Parkir di luar badan jalan (off-street paking)
Parkir di luar badan jalan (off-street parking) adalah penempatan posisi kendaraan tidak sedang di badan untuk menghindari terjadinya hambatan diluar badan jalan menjadi solusi terbaik, oleh sebab itu jenis parkir di luar badan jalan terbagi beberapa mavam pelataran diantaranya yaitu:
a. Pelataran parkir
Pelataran parkir tidak lagi menjadi penting pada daerah perkotaan, oleh karenanya paelataran jarang dibangun oleh gedung-gedung karena bersifat tidak ekonomis.
b. Gedung parkir bertingkat
Jenis parkir ini lebih menjawab persoalan kebutuhan dengan kapasitas jumlah lantai yang fantastis dapat menampung sampai 700 kendaraan sehingga jenis gedung parkir sering digunakan.
c. Parkir atap
Jenis parkir di atas atap merupakan parkir dengan memanfaatkan ramp atau lift, sehingga menjadi begitu populer dikalangan elite yang berada dikota besar.
22 d. Parkir mekanis
Penggunnan alat cradle dan dollies sebagai sarana pemindahan kendaraan yang dirancang berdasarkan ukuran tinggi dari kendaraan, sehingga parkir mekanis memiliki jumlah kapasitas tampungan yang cukup besar.
e. Parkir bawah tanah
Adapun jenis parkir bawah tanah memiliki daya hemat terhadap lahan tanah dan sedikit gangguan.
Berikut kerugian dan keuntungan jika di terapkan parkir diluar badan jalan.
a. Kerugian:
1) Biaya pembangunan cukup besar.
2) Kebutuhan penggunaan kurang praktis atau berlebihan.
b. Keuntungan:
1) Arus lalu lintas tidak mengalami hambatan.
2) Tingkat keamanan tinggi.
Gambar 2.10 Model-Model Pola Parkir Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) 2.5.2 Jenis parkir menurut statusnya
Parkir kendaraan juga dibagi menurut status lahan parkirnya. Menurut statusnya parkir dibagi menjadi:
23 a. Parkir umum
Parkir umum adalah areal penggunaan lahan parkir dengan pengelolaannya di tangani pemerintah setiap daerah.
b. Parkir khusus
Parkir khusus adalah lahan yang digunakan dan penyelenggaraannya dilakukan pihak ketiga.
c. Parkir darurat
Parkir darurat adalah penempatan parkir dilahan umum yang bisa dikelola pengoprasiannya oleh swatas atau negri karena adanya kegiatan isidentil.
d. Taman parkir
Taman Parkir adalah tempat atau bangunan yang dikelola oleh pemerintah daerah sekaligus memiliki fasilitas sarana lengkap.
e. Gedung parkir
Gedung parkir adalah pemanfaatan untuk tempat parkir kendaraan dengan sistem pengelolaan ditangan pemerintah daerah, dan bisa dikelola pihak ketiga dengan syarat mendapkan izin legalitas pengelolaan dari pemeritah daerah setempat.
2.5.3 Parkir menurut jenis tujuan parkir
Kendaraan akan mengalami perpindahan bergantung pada aktivitas pengguna ke tempat tujuan, adapun jenis parkir memiliki katagori diantaranya ialah:
a. Parkir penumpang: bertujuan untuk memindahkan barang.
b. Parkir barang: bertujuan untuk bongkar pasang muatan.
2.5.4 Menurut jenis kendaraannya
Jenis kendaraan mempunyai golongan dan dikelompokkan sesuai kendaraan yang memakai fasilitas parkir diantaranya adalah:
a. Parkir kendaraan roda dua tidak berbahan bakar seperti sepeda dll.
b. Parkir kendaraan roda dua berbahan bakar seperti sepeda motor.
c. Parkir kendaraan roda tiga dan roda empat seperti bemo dan mobil.
2.5.5 Menurut jenis pemilikan dan pengoperasiannya a. Kepemilikan parkir dikelola oleh pihak swasta.
24
b. Kepemilikan parkir dipunyai pemerintah daerah dan untuk pengelola oprasional dilakuakan pihak pihak swasta.
c. Pemerintah menguasai lahan parkir beserta pengelolaan.
2.6 Penentuan Jumlah Ruang Parkir
Parkir merupakan sarana yang berkaitan dengan suatu bangunan, jika suatu bangunan mengalami perkembangan tentunya parkir secara otomatis akan menyesuaika sesuai kebutuhan. Pada bangunan rumah sakit jumalah tempat tidur mempengaruhu jumalah parkir, perkembangan terjadi disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah:
1. Perkembangan aktifitas
Interaksi yang ditimbulkan semakin pesat disuatu wilayah, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan aktifitaspun meningkat, jika hubungan sebab dan akibat mempunyai sifat kohern berarti suatu Rumah Sakit telah mengalami perkembangan dan perbaikan fasilitas kesehatan akan mewujudkan bangkitan aktifitas untuk mengunjungi Rumah Sakit, sehingga interaksi masyarakat membutuhkan sarana pelayanan tranportasi umum atau pribadi, dan fasilitas parkir adalah bagian dari transportasi.
2. Tingkat kepemilikan kendaraan
Peningkatan penduduk dan tranportasi menjadi kebutuhan pokok jika memiliki kepentingan ke rumah sakit tentu akan menggunakan transportasi yang sifatnya umum atau pribadi, dikarenakan kendaraan menjadi kebutuhan mendasar suatu penduduk maka kepemilikan kendaraan mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sehingga pengguna kendaraan pribadi ikut meningkat dan diperlukan sarana ruang parkir memadai.
3. Perkembangan luas lahan
Ketersediaan lahan dalam melakukan penambahan memerlukan bahan pertimbangan terhadap harga satuan tanah, sebab harga penambahan luas lahan mempunyai pengaruh terhadap tarif parkir sehingga peminat pemakai kendaraan pribadi merasakan dampak dan berfikir ulang untuk menggunakannya jika biaya tarif parkir tinggi. Kekhawatiran penduduk dengan tarif parkir yang tinggi maka perlunya mencari lahan dengan harga
25
rendah agar pengguna kendaraan pribadi meningkat secara bersamaan kapasitas parkir disediakan lebih banyak.
4. Perkembangan sistem transportasi
Sistem tranportasi umum banyak kemajuan teruntuk persoalan pengaturan rute jaringan moda transportasi di suatu wilayah menjadi point penting dalam pergerakan masyarakat untuk mengurangi aktivitas menggunakan kendaraan pribadi dan jika stigma terbangun kebutuhan fasilitas parkir akan berkurang.
Peralihan aktivitas penduduk tersebut menjadi indikator kemajuan bagi suatu wilayah dan sebaliknya saat penggunaan kendaraan pribadi meningkat solusi utama meningkatkan produktivitas jaringan jalan dan fasilitas parkir.
Penyebab faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat terhadap fasilitas parkir dikota besar diantaranya adalah:
a) Safety (keamanan) adalah ruang lingkup untuk meminimalisir ancaman keselamatan diantaranya meliputi tingkat kecelakaan, pencurian, pengrusakan yang disengaja atau tidak disengaja.
b) Accesibility (tingkat kemudahan) adalah perihal pendistribusian fasilitas pelayanan terhadap kapasitas kendaraan dan pengaturan frekuensi aktivitas jalan.
c) Realibility (keandalan) adalah sistem berupa aturan pelayanan khusus jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada tingkat kemacetan yang rendah.
d) Cost comparative (perbandingan ongkos). Adalah kelayakan tarif dan jaminan pada daerah minimum dan potongan tarif bagi yang langganan.
e) Efficiency (Efisiensi) adalah sistem manajemen untuk mengatur pelayanan kilat dan rambu-rambu.
Ketersediaan kebutuhan ruang parkir tidak terlepas pada uaraian tersebut karena cakupan bahasan berada dalam lingkup sistem manjemen pelayan optimal. Adapun penentuan kebutuhan lahan parkir menggunakan banyak metode diantaranya adalah:
1) Menurut hasil studi (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
Pengkultusan anatara karakteristik lokasi dengan satuan luas lahan parkir menjadi prinsip dasar jika kebutuhan ruang parkir tetap bergantung pada tingkat fasilitas di suatu institusi. Sebagai contoh bangunan Rumah Sakit
26
dengan tingkat pelayanan yang kredibel serta mempunyai jumlah tempat tidur maksimum akan mempengaruhi aktivitas ruang parkir. Adapun asumsi yang digunakan terhadap kebutuhan satuan ruang parkir (SRP) berlandaskan fungsi dan jumlah kapasitas seperti berikut:
Tabel 2.5 Kebutuhan Parkir Rumah Sakit
Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
Hasil penelitian Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998 yang tertera pada Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir 1998 memberikan pandangan jika karakteristik kebutuhan ruang parkir memiliki perbedaan dengan masing-masing bergantung pada tinjauan lokasi kegiatan dan memiliki pengaruh terhadap daya tampung kendaraan di tiap perbedaan tempat. Faktor pengaruh tersebut perlu diketahui sebagai alat ukur atau parameter dalam menentukan indikator keberhasilan.
2) Metode berdasarkan luas lantai bangunan
Luas bangunan menyesuaikan dengan fungsi dari ciri-ciri pusat aktivitas yang menjadi dasar pertimbanagan dari Metode ini untuk mengetahui kebutuhan ruang parkir. Adapun kebutuhan parkir sesuai peruntukkan jenis parkir tertera, diataranya ialah:
Tabel 2.6 Kebutuhan Ruang Parkir Berdasarkan Luas Lantai Bangunan
Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
27
Penjelasan (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) dalam memeberikan penentuan kebutuhan parkir menggunakan grid dari berbagai macam jenis pusat kegiatan yang mempunyai perbedaan karakteristik untuk mengetahui sektor mendominasi perubahan kebutuhan parkir, seperti kebutuhan parkir pusat perdagangan dan kantor ditentukan dari luas lantai bangunan, sekolah ditentukan jumlah siswa/mahasiswa, rumah sakit ditentukan jumlah tempat tidur, dan untuk bioskop dipengaruhi oleh jumlah tempat duduk.
2.7 Kebijakan Parkir
Adapun faktor kebijakan parkir yang dilakukan di setiap negara diantaranya ialah:
1. Kebijakan tarif parkir, penerapan kebijakan tarif parkir dalam rangka sebagai pengendalian untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang membutuhkan tempat parkir lebih banyak dan menciptakan peralihan pada tranportasi umum. Dasar besar kecilnya tarif parkir ditentukan berlandaskan jarak tempat parkir terhadap pusat kegiatan, lama waktu parkir.
2. Kebijakan pembatasan ruang parkir, pengambilan keputusan kebijakan pembatasan diterapkan untuk menjaga kesetabilan arus lalu lintas agar tidak mengalami kemacetan. Sifat dari kebijkan pembatasan parkir dilakukan pada lokasi pinggir jalan dan diluar jalan dengan syarat ijin bangunan (IMB).
3. Kebijakan penegakan hukum, kebijakan yang dikeluarkan dengan maksud menghidari terjadinya kemacetan dengan larangan parkir, sedang berhenti menggunakan simbol atau rambu lalu lintas yang jika dilanggar diberi tindakan tegas oleh petugas kepada pihak pelanggar.
2.8 Satuan Ruang Parkir (SRP)
Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah peletakan kendaraan yang sesuai luas ukurannya beserta ruang manuver dan lebar bukaan pintu. penjelasan Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998 di Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas parkir paparkan bahwa penggunaan Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk mereduksi kebutuhan ruang parkir dan dikalsifikasi berdasarkan jenis golongan kendaraan diantaranya adalah:
28 1. Satuan ruang parkir kendaraan
Tabel 2.7 Dimensi Bukaan Pintu
Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
Penentuan jenis dimensi kendaraan yang tertara pada Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998 merupakan standart dimensi kendaraan agar menunjukan keseragaman ukuran kendaraan. Adapun dimensi standart kendaraan meliputi:
a. Dimensi standar kendaraan mobil penumpang
Gambar 2.11 Dimensi Mobil Penumpang Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
29
b. Satuan ruang parkir (SRP) kendaraan sepeda motor
Gambar 2.12 Tata Cara Parkir Krndaraan Sepeda Motor Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
Gambar 2.13 Satuan Ruang Parkir Kendaraan Sepeda Motor Sumber: (Kupang et al. 2012)
30
Penjelasan gambar 2.12 pengaturan penempatan parkir kendaraan sepeda motor memiliki dimensi ukuran lebar 70 cm, total panjang 200 cm yang terbagi dari dimensi panjang 1.75 cm, jarak bebas depan 5.0 cm, dan jarak bebas belakang 2.0 cm.
c. Ruang bebas kendaraan parkir
Ruang bebas kendaraan parkir mempunyai perbedaan ruang arah antara lateral dan longitudinal dengan masing-masing mempunyai fungsi untuk menghindari benturan. Maksud dari ruang arah lateral adalah ketetapan posisi kendaraan saat pintu dibuka yang diukur dari ujung pintu kendaraan parkir terhadap samping tempat kendaraan parkir lainnya dengan jarak bebas 5.0 cm, sedangkan ruang arah longitudinal mempunyai jarak bebas 30 cm terhadap dinding atau kendaraan lain yang melintas dijalur gang parkir.
d. Lebar bukaan pintu
Pengguna fasilitas parkir memiliki karakteristik ukuran lebar bukaan pintu sesuai jenis golongan kendaraan yang digunakan, aturan jenis bukaan pintu memiliki ukuran bukaan pintu berbeda dan penggunaannya memiliki karakter berbeda, perbedaan tersebut diantaranya ialah:
Tabel 2.8 Jenis Golongan Bukaan Pintu Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
31
Berdasarkan (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) pada Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir bahwa penggunaan ditentukan berdasarkan jenis golongan kendaraan mobil penumpang sesuai penggunanya. Penentuan satuan ruang parkir bagi penderita cacat membutuhkan ruang bebas yang cukup untuk memberikan kemudahan dalam melakukan pergerakan masuk keluar kendaran dan akses lokasi parkir menuju tempat aktivitasnya lebih baik dan tidak jauh. Adapun bentuk dimensi ukuran kendaraannya seperti berikut:
Gambar 2.14 Satuan Ruang Parkir Penderita Cacat dan Ambulance Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
Pada golongan kendaraan jenis III diperuntukan pada penderita cacat fisik dalam skala yang lebih kecil minimum 2 tempat parkir atau 1 tempat parkir untuk 20 kendaraan, penerapan skala terkecil mengidentifikasi kondisi yang lebih besar dan tempat parkir tidak lebih dari 100 kaki atau 30,5 meter dalam implemetasinya.
32 2.9 Jalur Sirkulasi, Gang, dan Modul
Tempat parkir adalah fasilitas yang terdapat jalur masuk keluar kendaraan parkir serta memiliki jalur kendaraan untuk menempatan kendaraan yang disebut sebagai jalur sirkulasi dan jalur gang. Perbedaan pengertian namun memilik fungsi yang sama yaitu mempermudah akses keluar masuk dan manuver bagi pengguna kendaraan agar tidak terjadi gesekan dengan kendaraan parkir lainnya. Adapun pengertian sirkulasi adalah akses yang dipergunakan kendaraan masuk keluar tempat parkir, sedangkan jalur gang adalah akses peletakan pada posisi dua deretan ruang parkir (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1996). Perbedaan jalur sirkulasi dan jalur gang didasari oleh penggunaannya dengan rasio yang digunakan adalah:
a. Panjang jalur gang tidak lebih 100 meter.
b. Jalur gang dimaksudkan untuk melayani lebih dari 50 kendaraan dan jika kurang dianggap sebagai jalur sirkulasi.
Lebar minimum jalur sirkulasi adalah:
a. Jalan satu arah = 3,5 meter, b. Jalan dua arah = 6,5 meter.
Adapun perbedaan jalur sirkulasi, jalur gang dan modul sebagai berikut:
1. Sketsa Jalur Sirkulasi, Jalur Gang dan Modul
Gambar 2.15 Sketsa Jalur Sirkulasi, jalur Gang dan Modul Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
33
2. Sketsa Jalur Sirkulasi, Jalur Gang dan Modul 30° 45° dan 60°
Gambar 2.16 Sketsa Jalur Sirkulasi,Gang Dan Modul 30°, 45°, 60°
Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) 3. Aturan Standart Lebar Jalur Gang
Tabel 2.9 Standart Ukuran Lebar Jalur Gang Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
34 2.10 Pengaturan Jalan Masuk Keluar Parkir
Kualitas pelayanan menjadi bagian penting dan berganung pada jumlah pintu parkir, pembatas pelayanan parkir dimulai dari pintu masuk parkir. Beberapa faktor hambatan terdapat Standart ukuran lebar pintuk masuk keluar yang telah ditentukan terbagi manjadi 3 elemen, yaitu panjang jarak 3 m dengan kapasitas tampungan kendaraan 3 mobil dan masing-masing space sekitar 1.5 m tergantung dengan jalur yang di pakai disuatu areal parkir, Oleh sebab itu maka minimum panjang dan lebar pintu masuk keluar ialah 15 m. Adapun katagori standarisasinya sebagai berikut:
1. Pintu masuk keluar terpisah a. Satu Jalur
b = 3.0 - 3.5 m d = 0.8 - 1.0 m R1 = 6.0 – 6.5 m R2 = 3.5 – 4.0 m b. Dua Jalur
b = 6.0 m d = 0.8 – 1.0 m R1 = 3.5 – 5.0 m R2 = 1.0 – 2.5 m
Sketsa untuk mempermudah dalam memahami dan menentukan perencanaan dalam meletakkan pintu masuk keluar agar mengantisipasi terjadinya sesuatu tidak diinginkan dan memberikan kenyamanan dalam fasilitas pelayanan parkir. pengaturan ukuran bukaan pintu masuk keluar parkir diatur dalam standart parkir yang tertera pada Direktorat Jendral Perhubungan Darat 1998 sebagai berikut:
35
Gambar 2.17 Pintu Masuk Keluar Terpisah Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) 2. Satu pintu masuk keluar
Gambar 2.18 Satu Pintu Masuk Keluar Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998)
Perencannaan pintu masuk keluar parkir memerlukan perhatian khusus dalam menentukannya, seperti:
1. Letak jalur masuk keluar diletakkan sejauh mungkin dari persimpangan
36
2. Letak jalur keluar diletakkan pada tempat minimnya konflik dengan pejalan kaki dan lainnya.
3. Letak jalur keluar diletakkan pada tempat yang memberikan jarak pandang cukup saat menuju arus lalu lintas.
4. Secara teoritis dikatakan bahwa lebar jalur masuk keluar ditentukan berlandaskan analisis kapasitas.
2.11 Perhitungan Karakteristik Parkir
Karakteristik parkir menjadi hal kongkrit dalam perparkiran yang berkaitan langsung terhadap fasilitas parkir, karena karakteristik parkir menjadi pokok dan sistematis dalam memberikan kebermanfaatan dan tepat guna.
Kebermanfaatan fasilitas parkir sangat dibutuhkan dengan cara mempertimbangkan satuan ruang parkir dalam penggunaannya. Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif termasuk ukuran ruang bebas serta bukaan pintu secara sistematis dalam peletakan kendaraan mobil penumpang, bus, truk dan sepeda motor. Adapun parameter yang berpengaruh terhadap pemanfaatan lahan parkir (parking utilization) diantaranya ialah:
1. Volume parkir
Volume parkir ialah penggunaan jumlah kendaraan yang menempati lahan parkir dalam kurun waktu tertentu atau perhari. Perencanaan besaran ruang parkir dalam pembangunan menggunakan rumus berikut:
Volume = 𝐸𝑖 + X Keterangan:
𝐸𝑖 = Jumlah kendaraan masuk
X = Kendaraan sudah ada sebelum waktu survey 2. Akumulasi
Akumulasi parkir ialah jumlah kendaraan saat menempati lahan parkir diselang waktu tertentu sesuai jenis aktivitasnya dan terintegral jumlah kendaraan yang berarti menunjukkan beban parkir per periode tertentu. Cara mendapatkan hasil akumulasi dengan pada tempat parkir denga jumlah kendaraan sudah ada sebelum survey ditambah kendaraan masuk dan dikurangi kendaraan keluar, penjabaran persamaan perhitungan akumulasi dapat diketahui dengan rumus berikut:
37 Akumulasi = X + 𝐸𝑖 – 𝐸𝑥
Keterangan:
X = Kendaraan sudah ada sebelum waktu survey 𝐸𝑖 = Jumlah kendaraan masuk
𝐸𝑥 = Kendaraan keluar 3. Durasi waktu parkir
Rata-rata lamanya parkir ialah durasi waktu yang dipergunakan kendaraan menempati parkir dan klasifikasi waktu penggunaan fasilitas parkir bermacam-macam seperti berikut:
a. Parkir Waktu Singkat (Short Parkers) ialah pengguna parkir dengan kepentingan berdagang dan memiliki estimasi waktu kurang dari 1 jam.
b. Parkir waktu sedang (Middle Parkers) ialah pengguna tempat parkir dengan estimasi durasi waktu 1 – 4 jam yang dipergunakan untuk aktivitas berbelanja.
c. Parkir Waktu Lama (Long Parkers) ialah pengguna parkir yang memanfaatkan durasi waktu lebih dari 4 jam dalam rangka pekerjaan.
Adapun rumus persamaan untuk memperoleh hasil rata-rata durasi waktu yang dapat dipergunakan sebagai berikut:
D = (𝑁𝑥)𝑥 (𝑋) 𝑥 (1) 𝑁𝑡
Keterangan:
D = Rata-rata lama waktu parkir (jam/kendaraan) Nx = Jumlah kendaraan parkir selama waktu tertentu X = Jumlah interval
I = Lama waktu interval Nt = Jumlah kendaraan
Perhitungan durasi waktu parkir dengan tujuan untuk mengetahui lama rata- rata durasi waktu penggunaan tempat parkir dan agar memperoleh identifikasi bahwa suatu tempat parkir membutuhkan pembatasan waktu dalam penggunaannya. Pemberlakuan pembatasan parkir bergantung pada perolehan rata-rata durasi waktu penggunaan tempat parkir dan masing- masing sesuai dengan jenis aktivitas perjalanan sekaligus memiliki perbedaan dimasing-masing daerah tergantung jumlah penduduknya. Adapun daerah
38
yang memiliki kuantitas penduduk 50.000 – 250.000 jiwa memiliki estimasi waktu dengan melakukan aktivitas belanja dan bisnis 0,9 jam, aktivitas pekerjaan memiliki durasi waktu 3,8 jam, aktivitas untuk kepentingan perjalanan memiliki durasi waktu 1,5 jam, dan keperluan lainnya memiliki durasi waktu 1,1 jam. Pelabelan durasi akan mengalami peningkatan waktu apabila suatu daerah mengalami peningkatan ukuran dan jumlah penduduk.
Adapaun jumlah penduduk menurut Direktorat Jendral Perhubungan 1998 Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir diketahui:
Tabel 2.10 Lama Waktu Parkir Aktivitas Perjalanan Sumber: (Direktur Jendral Perhubungan Darat 1998) 4. Kapasitas parkir
Kapasitas parkir adalah luasan tempat yang memilik daya untuk menampung besaran kendaraan dengan maksimum dan disebut sebagai jumlah volume kendaraan parkir, sehingga ditentukan pada aktivitas masuk keluar kendaraan. Adapun penggunaan rumus agar menegetahui kapasitas di tempat parkir yaitu:
KP = 𝑆
𝐷
Keterangan:
KP = Kapasitas parkir (kendaraan/jam) S = Jumlah petak parkir (kendaraan)
D = Rata-rata durasi parkir (jam/kendaraan) 5. Indeks parkir
Indeks parkir ialah penentuan ukuran suatu lahan parkir dengan perolehan jumlah akumulasi kendaraan parkir dan dilakukan perbandingan terhadap kapasitas parkir. Kegunaan indeks parkir sebagai syarat untuk menilai potensi memnuhi atau tidak memenuhi kapasitas terhadap akumulasi maksimum kendaraan parkir dengan menggunakan rumus berikut:
39
IP = (Akumulasi x 100%) / petak parkir tersedia Berikut adalah Pedoman dasar nilai IP:
Nilai IP > 1 adalah kebutuhan parkir tidak memenuhi kapasitas tersedia.
Nilai IP < 1 adalah kebutuhan parkir memenuhi kapasitas tersedia.
Nilai IP = 1 adalah kebutuhan parkir dengan kapasitas tersedia seimbang.
6. Tingkat pergantian parkir (turn over parking/PTO)
Tingkat pergantian parkir (PTO) adalah indikator dalam memantau aktvitas pengguna kendaraan yang menggunakan fasilitas ruang parkir selama periode tertentu. Penentuan PTO bisa diketahui dengan cara menggunakan rumus berikut:
PTO = 𝑁𝑡
(𝑆)𝑥 (𝑇𝑠)
keterangan:
PTO = tingkat pergantian parkir (kend/petak/jam) Nt = jumlah kendaraan parkir (kendaraan) S = jumlah petak parkir (petak)
Ts = lama interval (jam) 7. Kebutuhan ruang parkir
Kebutuhan Ruang Parkir adalah suatu kawasan dengan tata guna lahan tersedia dalam rangka memberikan fasilitas tempat terhadap kebutuhan pengguna kendaraan yang memiliki tujuan untuk menggunakan lahan parkir.
Adapun kebutuhan parkir dapat diperoleh dengan cara perhitungan menggunakan rumus berikut:
S = 𝑁𝑡 x 𝐷
𝑇 𝑥 𝐹
Keterangan:
S = Jumlah petak parkir (petak) Nt = Jumlah kendaraan parkir (kend) D = Rata-rata durasi parkir (jam/kend) T = Lama waktu survey (jam)
8. Kebutuhan parkir berdasarkan jumlah tempat tidur
Kebutuhan parkir berlandaskan jumlah tempat tidur adalah jumlah kendaraan parkir dibandingkan jumlah tempat tidur yang terisi pada waktu survey.
Adapun data pendukung yang harus dimiliki untuk menghitung kebutuhan
40
parkir berdasarkan jumlah tempat tidur diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Faktor kebutuhan parkir = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑘𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 x 100 Faktor kebutuhan parkir maks = 𝐹𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 9. Kebutuhan parkir berdasarkan standart parkir
Kebutuhan parkir berdasarkan standart parkir menggunakan analisis kajian akademik yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Perhubungan Darat 1998 diperoleh standarisasi kebutuhan parkir rumah sakit didasari oleh jumlah tempat tidur.
2.12 Penelitian Sebelumnya
Studi literasi ialah pembelajaran dalam menyusun kegiatan secara sistematis dalam pengolahan data dan melakukan observasi studi kasus dengan diskursus yang akan diusung dalam penelitian, sehingga studi literasi bisa dipungut dari berbagai macam sumber seperti jurnal, buku, internet dan pengolahan data sebagai bahan untuk membantu menyelesaikan pengerjaan tugas akhir. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan rekapitulasi data perhitungan berdasarkan analisis kebutuhan parkir dengan menggunakan data primer dan sekunder sebagai pedoman dasar dalam menganalisa kebutuhan parkir, berikut hasil-hasil penelitian sebelumnya:
41
Tabel 2.11 Penelitian Sebelumnya