• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA ILMIAH TERAPAN PROSEDUR MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KARYA ILMIAH TERAPAN PROSEDUR MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

KARYA ILMIAH TERAPAN

PROSEDUR MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

RUSLAN ALIM NIT. 03.15.054.1.41 AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2019

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : RUSLAN ALIM

NIT : 03.15.054.1.41/N

Program Diklat : Diklat Pelaut Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

TINDAKAN YANG DILAKUKAN PADA SAAT MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyataan di atas tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

Surabaya,………2019 Materai 6000

RUSLAN ALIM NIT. 03.15.054.1.41/N

(3)

iii

PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PROSEDUR MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT

NamaTaruna : RUSLAN ALIM

NIT : 03.15.054.1.41/N

Jurusan : Nautika

Program Diklat : AhliNautika Tingkat III

Denganinidinyatakantelahmemenuhisyaratuntukdiseminarkan Surabaya,... 2019

Menyetujui:

Pembimbing I

Ii’e Suwondo,S.Si.T.M.Pd Penata muda TK.I (III/b) NIP. 19770214 200912 1 001

Pembimbing II

Retno Wulan Sari,SS Penata muda TK,I (III/b) NIP. 19840316 200812 2

Mengetahui:

KetuaJurusanNautika

Capt. Damoyanto Purba,S.Si.T.M.Pd Penata(III/c)

NIP.197309192010121001

(4)

iii

(5)

iv

PENGESAHAN PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN

PROSEDUR MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT Disusun dan Diajukan Oleh:

RUSLAN ALIM NIT. 03.15.054.1.41/ N Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian KIT Pada tanggal………..2019

Menyetujui:

Pembimbing I

Siti Fatimah,S.Si.T.M.Pd Penata TK I (III/d) NIP.198103172005022001

Pembimbing II

Ii’e Suwondo.S.Si.T.M.Pd Penata TK I (III/b) NIP.19770214 2009121 001

Pembimbing III

Retno Wulan Sari,SS Penata Tk.I (III/b) NIP. 19840316 200812 2 001

Mengetahui:

KetuaJurusan

POLTEKPEL SURABAYA

Capt. Damoyanto Purba,S.Si.T.M.Pd Penata (III/c)

NIP. 197309192010121001

(6)

iv

(7)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan yang berjudul “PROSEDUR MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT” dengan tepat waktu tanpa adanya hal-hal yang tidak di inginkan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dalam segala hal yang sangat berarti dan menunjang dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Bapak Capt. HERU SUSANTO,MM 2. Ketua Jurusan Nautika Capt. DAMAYANTO PURBA,S.Si.T.M.Pd

3. Pembimbing I Bapak II’E SUWONDO,S.Si.T.M.Pd 4. Pembimbing II Ibu RETNO WULAN SARI S.S

5. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.

6. Kedua orang tua saya atas segala dukungannya dan doanya.

7. Serta rekan – rekan kelas Nautika B Diploma III yang telah membantu dalam proses penulisan Karya Ilmiah Terapan ini

Semoga kelak penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi pengembangan pengetahuan taruna – taruni Politeknik Pelayaran Surabaya, serta bermanfaat bagi dunia pelayaran pada umumnya

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Terapan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dari segi isi maupun teknik penulisan,

(8)

vi

maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Surabaya, ……..………….. 2019

Penulis

RUSLAN ALIM

(9)

vii ABSTRAK

RUSLAN ALIM, prosedur memasuki alur pelayaran sempit. Di bimbing oleh bapak Ii’e Suwondo dan Ibu Retno Wulan Sari.

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki alur pelayaran sempit yang akan di lewati oleh kapal – kapal yang akan mengirim barang ataupun penumpang ke wilayah – wilayah di Indonesia.

Alur pelayaran di wilayah Indonesia sangat bervariasi di tinjau dari kedalaman dan lebar alurnya, sehingga menimbulkan resiko untuk terjadinya bahaya navigasi. Dari latar belakang masalah diatas penulis mengambil rumusan masalah: bagaimana prosedur memasuki alur pelayaran sempit pada kapal KM. Bukit raya dan bagaimana pencegahan bahaya navigasi di alur pelayaran sempit.

rumusan tersebut berjuan untukmengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika memasuki alur pelayaran sempit dan untuk mengetahui cara meminimalisir bahaya navigasi di alur pelayaran sempit.

Penelitian sebelumnya hanya memfokuskan pada penggunaan Radar pada alur pelayaran sempit sehingga penulis membuat penelitian ulang tentang alur pelayaran sempit dan memberikan tambahan pada alat – alat navigasi yang digunakan ketika memasuki alur pelayaran sempit, benda – benda pembantu navigasi ketika memasuki alur pelayaran sempit dan bagaimana cara olah gerak pada saat memasuki alur pelayaran sempit. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dalam pembuatan karya ilmiah terapan ini dengan sumber data di dapat dari hasil observasi dan dokumentasi.

Penelitian ini dilaksanakan di atas kapal KM. Bukit Raya ketika penulis melaksanakan praktek laut (prala). Penulis menemui beberapa kejadian yang membahayakan kapal ketika memasuki alur pelayaran sempit, dari hilangnya bouy dan kapal kandas pada saat melewati alur pelayaran sempit. penulis juga melakukan sesi wawancara untuk menambah informasi tentang kejadian dan keadaan alur pelayaran sempit. penulis membahas tentang prosedur memasuki alur pelayaran sempit dari OHN, menghubungi VTS, menghubungi kepanduan, penggunaan alat – alat navigasi, memperhatikan bouy, melihat buku pasang surut dan memperhitungkan sarat kapal. Penulis juga memberikan cara untuk meminimalisir bahaya navigasi pada saat melewati alur pelayaran sempit seperti mempertimbangkan arus dan pasang surut, kondisi cuaca, kecepatan kapal, kesiapan crew dan memperhatikan keadaan sekitar.

(10)

viii ABSTRACT

RUSLAN ALIM, the procedure enters a narrow shipping channel.

Guided by Mr. Ii'e Suwondo and Ms. Retno Wulan Sari.

Indonesia as an archipelagic country has a narrow shipping channel that will be passed by ships that will send goods or passengers to areas in Indonesia. The flow of shipping in the territory of Indonesia varies greatly in terms of the depth and width of the grooves, creating a risk for the danger of navigation. From the background of the problem above the author takes the formulation of the problem: how the procedure enters the narrow shipping lane on KM vessels. Bukit Raya and how to prevent navigation hazards in narrow shipping lanes.the formula is intended to know the actions to be taken when entering a narrow shipping lane and to know how to minimize the danger of navigation in the narrow shipping lane.

Previous research only focused on the use of Radar in narrow shipping lanes so that the authors made a re-examination of the narrow shipping lanes and provided additional navigation tools used when entering a narrow shipping lane, navigational aids when entering a narrow shipping lane and how to proceed motion when entering a narrow cruise line. The author uses qualitative research methods in making this applied scientific work with data sources obtained from observations and documentation.

This research was carried out on board KM. Bukit Raya when the author carries out sea practice (prala). The author encountered several events that endanger the ship when entering a narrow shipping lane, from the loss of bouy and the ship ran aground while passing through a narrow shipping lane. the author also conducted interview sessions to add information about the events and the state of the narrow shipping lanes. the author discusses the procedure of entering the narrow shipping channel of OHN, contacting VTS, contacting scouts, using navigation tools, paying attention to bouy, seeing tide books and calculating shiploads. The author also provides a way to minimize the danger of navigation when passing through narrow shipping lanes such as considering currents and ups and downs, weather conditions, ship speed, crew readiness and attention to surrounding conditions.

(11)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Batasan Masalah 4

D. Tujuan Penelitian 5

E. Manfaat Penelitian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian 6

B. Landasan Teori 7

1. Pengertian Alur Pelayaran Sempit 7

2. Fungsi Alur Pelayaran Sempit 7

(12)

x

3. Yang Perlu di Perhatiakan Pada Alur Pelayan Sempit 8

4. Benda-benda Pembantu Navigasi 19

5. Olah Gerak Kapal Pada Saat Melayari Alur Pelayaran Sempit 22

6. Komunikasi Pada Saat Akan Memasuki Alur Pelayaran Sempit 25

C. Kerangka Penelitian 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 27

B. Loaksi Penelitian 28

C. Jenis dan Sumber Data 28

D. Teknik Pengumpulan Data 29

E. Teknik Analisis Data 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 32

B. Hasil Penelitian 33

1. Penyajian Data 33

2. Analisis Data 36

C. Pembahasan 39

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 47

B. Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 50

(13)

XI

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peta Alur Pelayaran Tanjung Perak 7

2. Peta Gambar pada sungai 7

3. Radar 10

4. ARPA 12

5. ECDIS 13

6. Radio GMDSS 15

7. AIS 16

8. Echo Sounder 18

9. Minor Light 20

10. Pelampung tanda suar 21

11. Kerangka penelitian 26

12. kapal cargo KTC-1 kandas 34 13. Bangkai kapal tertabrak tongkang 34

14. Peta alur pontianak 37 15. Alur pontianak 37

16. Bangkai kapal di alur surabaya 39

17. Kapal KM. Bukit Raya 47

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Revieuw penelitian sebelumnya 6

Tabel Wawancara 35

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sebagai negara kepulauan berdasarkan UU no 17 tahun 1985 tentang pengesahan Negara Kepulauan (Archipelago State) oleh konvensi PBB yang berarti diakui oleh dunia Internasional maka lndonesia mempunyai kedaulatan atas keseluruhan wilayah laut lndonesia. Peranan laut yang cukup berarti bagi pemersatu bangsa serta wilayah lndonesia dan konsekuensinya Pemerintah berkewajiban atas penyelenggaraan pemerintahan dibidang penegakan hukum baik terhadap ancaman pelanggaran serta menjaga keselamatan pelayaran.

Mengingat sebagian besar wilayah Indonesia merupakan laut dengan luas perairan 5,8 juta km persegi dan lebih kurang 17.000 pulau maka dapat diartikan bahwa laut merupakan sumberdaya alam yang sangat potensial. Oleh karena selain memiliki sumberdaya alam hayati dalam jumlah besar seperti tumbuhan ataupun laut hewan, terumbu karang dan taman wisata maka laut juga penghasil sumberdaya alam non hayati seperti mineral dan barang tambang serta harta karun dan kerangka kapal beserta barang bawaan yang terkubur didalamnya.

Disamping itu laut juga penghasil berbagai industri maritim seperti industri perikanan, wisata bahari, industri perkapalan dan jasa doking, jasa pelabuhan maupun sumberdaya mineral dan energi.

wilayah lautan Indonesia yang posisi geografisnya diapit oleh tiga benua, yaitu benua Asia, Pasifik dan Australia. Dengan memperhatikan luas

(16)

2

wilayah lautan yang dimiliki serta posisi yang merupakan jalur perdagangan internasional maka Indonesia berada pada jalur strategis lalu lintas pelayaran.

Keberadaan potensi pelayaran yang amat strategis tersebut dapat menjadi faktor pendorong aktifitas kapal yang ramai di daerah Alur pelayaran sempit.

Alur pelayaran di perairan Indonesia sangat bervariasai ditinjau kedalaman dan lebar alurnya. Kapal yang melewati perairan yang dangkal dan sempit membatasi kemampuan manuver yang baik. Dalam rangka meningkatkan keselamatan kapal khususnya kapal yang berlayar pada area yang dangkal dan sempit. KIT ( karya ilmiah terapan ) ini akan merancang sebuah system kendali lintasan kapal sehingga kapal selalu pada alur yang telah ditentukan. Alur pelayaran mempunyai fungsi untuk memberi jalan kepada kapal untuk memasuki wilayah pelabuhan dengan aman dan mudah dalam memasuki kolam pelabuhan. Alur pelayaran harus memperhatikan besar kapal yang akan dilayani (panjang, lebar, berat, dan kecepatan kapal), jumlah jalur lalu lintas, bentuk lengkung alur yang berkaitan dengan besar jari – jari alur tersebut.

Karena perbedaan antara perkiraan dan realisasi sering terjadi, maka penyediaan alur perlu dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran kapal-kapal besar. Suatu penelitian tentang karakteristik alur perlu di evaluasi terhadap pergerakan trafik yang ada, pengaruh cuaca, operasi dari kapal nelayan, dan karakteristik alur tersebut. Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia maka penggunaan transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti selat dan kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti pelabuhan dan persilangan lintasan lalu lintas pelayaran yang dapat

(17)

3

menimbulkan resiko tinggi untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa tabrakan sesama kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di kedalaman yang dangkal.

Berhubungan dengan situasi alur pelayaran sempit semakin ramai di mana kapal-kapal berada pada saat resiko tinggi tabrakan. Maka untuk mengurangi dan mencegah resiko bahaya tabrakan di lalu lintas laut tersebut maka dari sisi kecakapan Nahkoda dan mualim jaga dalam pengamatan dan pengelihatan di alur pelayaran sempit. Di saat melewati alur pelayaran sempit kemahiran bernavigasi tidak hanya untuk dalam penentuan haluan kapal, jarak antara kapal lain, dan dalam situasi berpapasan, jika dengan pengamatan menggunakan penglihatan di sekitar dalam cuaca yang cerah kita bisa melaksanakanya tanpa kendala tetapi di saat Penglihatan Terbatas karena cuaca buruk yang di alami akan menambah tingkat resiko bahaya tubrukan di laut.

Alur pelayaran dan rambu rambunya yang ada sekarang ini perlu dilakukan pemantauan dan pemeliharaan secara rutin untuk menjaga keselamatan dan kelancaran kapal yang melakukan pelayaran tersebut.

Bahaya terjadinya kecelakaan pada pelayaran memberikan dampak yang sangat luas, bukan hanya faktor nyawa manusia di kapal yang bersangkutan namun pada kapal yang mengangkut bahan-bahan cair lainnya yang mudah dibawa arus laut, maka pengotoran/polusi laut akan menyebar luas ketempat lain yang jauh dari tempat kejadian.

Lintasan diasumsikan sudah berdasarkan jalur pelayaran Dinas Pelayaran setempat dan variable yang dikendalikan adalah posisi kapal

(18)

4

sehingga mampu memenuhi pencapaian target pemenuhan lintasan (track keeping), selain itu juga berguna untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan kapal, sehingga kedepannya nanti dapat digunakan untuk kemajuan dibidang teknologi terutama pada bidang kemaritiman indonesia.

Pada karya ilmiah ini penulis ingin memberikan informasi tentang alur pelayaran sempit yang berguna untuk meminimalisir tubrukan pada alur pelayaran sempit. Maka berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut penulis akan mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk proposal penelitian dengan judul “ prosedur pada saat memasuki alur pelayaran sempit “

B. Rumusan masalah

Berdasar latar belakang masalah diatas dapat disusun indentifikasi masalah yang timbul sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur memasuki alur pelayaran sempit pada kapal KM Bukit Raya ?

2. Bagaimana pencegahan bahaya navigasi di alur pelayaran sempit ?

C. Batasan Masalah

Penerapan prosedur memasuki alur pelyaran sempit pada kapal KM Bukit Raya. Sehubungan dengan masalah yang berkaitan dengan prosedur yang harus dilakukan pada saat memasuki alur pelayaran sempit, maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada saat kapal berlayar di alur pelayaran sempit.

(19)

5

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika memasuki alur pelayaran sempit.

2. Untuk mengetahui cara meminimalisir bahaya navigasi di alur pelayaran sempit.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Teoritis

Dengan membaca artikel ini, diharapkan dapat menambah wawasan akan pengetahuan umun mengenai alur pelayaran sempit.Sehingga dapat mengurangi ataupun mencegah tubrukan kapal, dengan melakukan tindakan yang tepat ketika akan memasuki alur pelayaran sempit.

2. Praktis

Dengan melaksanakan dinas jaga di anjungan sesuai dengan prosedur, di harapkan bagi penulis, pembaca, pelaut, maupun kalangan umum dapat menambah pengetahuan tentang alur pelayaran sempit, sehingga dapat meminimalisir kecelakaan yang sering terjadi pada saat memasuki alur pelayaran sempit.

(20)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian

Menurut Danial dan Warsiah Studi Literatur merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam pembahasan hasil penelitian.

Berdasarkan literature review yang sudah dibaca dan dikaji oleh penulis bahwa penelitian yang dibuat oleh penulis memiliki kesamaan dalam segi pengertian alur pelayaran terbatas, namun berbeda dalam segi keseluruhan dari judul, masalah, isi dan penyajiannya.

2.1 Revieuw penelitian sebelumnya

no Penulis Judul penelitian Hasil penelitian

1. Abdul basid MANFAAT RADAR DI ALUR PELAYARAN TERBATAS UNTUK MENINGKATKAN FUNGSI

KESELAMATAN PELAYARAN

Mengetahui cara

penggunaan radar pada alur pelayaran sempit 2. Agni

Rohmana anggraini

PERENCANAAN SISTEM

KENDALI LINTAS KAPAL PADA ALUR PELAYARAN SEMPIT DAN DANGKAL BERBASIS

KEPAKARAN

Dapat

merencanakan sebuah sistem kendali lintas kapal dengan menentukan lintasan kapal

(21)

7

pada daerah yang sempit dan dangkal 3. sutini ANALISIS OLAH GERAK KAPAL

PADA SAAT MEMASUKI ALUR PELAYARAN SEMPIT DAN DANGKAL

Menciptakan olah gerak kapal ketika memasuki alur pelayaran sempit dengan

aman dan

nyaman

B. Landasan Teori

1. Pengertian Alur Pelayaran Sempit

Dalam wikipedia Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau. Sedangkan kata sempit berarti kurang dari ukuran luas (besar) yang diperlukan, maka arti dari alur pelayaran sempit adalah jalur yang digunakan atau dilewati oleh kapal- kapal yang dianggap aman untuk dilayari yang ukurannya kurang untuk dilewati banyak kapal.

2. Fungsi Alur Pelayaran Sempit

Alur pelayaran digunakan unuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang terhadap pengaruh gelombang dan arus. Perencanaan alur pelayaran

(22)

8

dan kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal terbesar yang akan masuk ke pelabuhan. Alur pelayaran ini ditandai dengan alat bantu pelayaran yang berupa pelampung dan lampu-lampu.

3. Yang Perlu di Perhatikan Pada Alur Pelayaran Sempit

Untuk mencegah adanya tubrukan pada saat memasuki alur sempit, ada beberapa hal yang harus di perhatikan, yakni:

a. Pemilihan Karakter Alur

Alur masuk ke pelabuhan biasanya sempit dan dangkal. Alur- alur tersebut merupakan tempat terjadinya arus, terutama yang disebabkan oleh pasang surut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karakteristik alur masuk ke pelabuhan adalah sebagai berikut:

1.) Keadaan trafik (lalu lintas) kapal

2.) Keadaan geografi dan meteorologi di daerah alur.

3.) Sifat-sifat fisik dan variasi dasar saluran

Sumber : wikipedia

Gambar2.1 Peta Alur Pelayaran Tanjung Perak

Gambar2.2 peta alur pada sungai

Sumber : wikipedia

(23)

9

4.) Fasilitas-fasilitas atau bantuan-bantuan yang diberikan pada pelayaran

5.) Karakteristik maksimal kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan.

6.) Kondisi pasang surut, arus dan gelombang.

b. Penggunaan alat-alat navigasi

Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta, radar, arpa, GMDSS dan live saving equipment. Sebelum kompas ditemukan, navigasi dilakukan dengan melihat posisi benda-benda langit seperti matahari dan bintang- bintang dilangit, yang tentunya bermasalah kalau langit sedang mendung. kapal kapal sekarang sudah canggih baik dari system elektronik yang terus bermunculan sehingga mempermudahkan kita dalam menentukan posisi kapal. tapi alat alat tradisional yg di ajarkan Bpk. ML Palumian sebagai captain senior jangan di lupakan karena suatu saat pasti kita harus mempergunakannya. banyak buku-buku yg terbit oleh Captain-captain senior kita yg mengajarkan cara melayari kapal dgn baik. salah satunya adalah perangakat navigasi, semua pelaut harus mengenal dan dapat menggunakannya semaksimal mungkil agar tercapai keselamatan dalam rute pelayarannya, apalagi adik adik kita yg masi taruna mereka wajib hukumnya. salah satu alat alat tersebut sebagai berikut:

(24)

10

1) Peta

Peta merupakan perlengkapan utama dalam pelayaran penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu.

2) Radar

Radar sangat bermanfaat dalam navigasi Kapal laut dan kapal terbang modern sekarang dilengkapi dengan radar untuk mendeteksi kapal/pesawat lain, cuaca/ awan yang dihadapi di depan sehingga bisa menghindar dari bahaya yang ada di depan pesawat/kapal Radar (dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari radio detection and ranging), yang berarti deteksi dan penjarakan radio, adalah sistem yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat dan hujan. Istilah radar pertama kali digunakan pada tahun 1941, menggantikan istilah dari singkatan Inggris RDF (Radio Directon Finding). Gelombang radio kuat dikirim dan sebuah penerima mendengar gema yang kembali. Dengan menganalisa sinyal yang dipantulkan, pemantul gema dapat ditentukan lokasinya dan kadang-kadang ditentukan jenisnya. Walaupun sinyal yang diterima kecil, tapi radio sinyal dapat dengan mudah dideteksi dan diperkuatGelombang radio radar dapat diproduksi dengan kekuatan yang diinginkan, dan mendeteksi gelombang yang lemah, dan kemudian diamplifikasi( diperkuat ) beberapa kali. Oleh karena itu

(25)

11

.

radar digunakan untuk mendeteksi objek jarak jauh yang tidak dapat dideteksi oleh suara atau cahaya. Penggunaan radar sangat luas, alat ini bisa digunakan di bidang meteorologi, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan oleh polisi, dan terutama oleh militer.

3) ARPA ( Automatic Radar Plotting Aid )

Automatic Radar Plotting Aid (ARPA) kemampuan dapat membuat trek menggunakan kontak radar . Sistem ini dapat menghitung kursus objek dilacak , kecepatan dan titik terdekat pendekatan ( CPA ) , sehingga tahu jika ada bahaya tabrakan dengan kapal atau daratan lainnya .

ARPA khas memberikan presentasi dari situasi saat ini dan menggunakan teknologi komputer untuk memprediksi situasi masa depan . Sebuah ARPA menilai risiko tabrakan , dan memungkinkan operator untuk melihat manuver yang diusulkan oleh ship.While

Gambar 2.3 RADAR

Sumber : wikipedia

(26)

12

Gambar 2.4 ARPA

Sumber : wikipedia

sendiri berbagai model ARPAs yang tersedia di pasar , fungsi berikut biasanya tersedia :

a. Benar atau relatif presentasi gerak radar .

b. Akuisisi otomatis target ditambah akuisisi manual. Digital membaca-out target diakuisisi yang menyediakan kursus , kecepatan, jangkauan , bantalan , titik terdekat pendekatan ( CPA , dan waktu untuk CPA ( TCPA)

c. Kemampuan untuk menampilkan informasi penilaian tabrakan langsung pada PPI , dengan menggunakan vektor ( benar atau relatif) atau sekitar Diprediksi grafis Danger ( PAD ) display . d. Kemampuan untuk melakukan manuver uji coba , termasuk

perubahan tentu saja , perubahan kecepatan , dan dikombinasikan perubahan kursus / kecepatan . Stabilisasi tanah otomatis untuk keperluan navigasi .

e. ARPA memproses informasi radar jauh lebih cepat daripada radar konvensional namun masih tunduk pada pembatasan yang sama .

f. Data ARPA hanya seakurat data yang berasal dari input seperti giro dan kecepatan log

(27)

13

4) GPS ( Global Positioning system )

GPS Salah satu perlengkapan modern untuk navigasi.

Global Positioning System adalah perangkat yang dapat mengetahui posisi koordinat bumi secara tepat yang dapat secara langsung menerima sinyal dari satelit. Perangkat GPS modern menggunakan peta sehingga merupakan perangkat modern dalam bernavigasi

Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu.

5) ECDIS ( Electronic Chart Display and Information System )

ECDIS atau “Electronic Chart Display and Information System” adalah suatu alat yang fungsi dan systemnya dapat memberikan informasi tentang navigasi dan yang kegunannya adalah untuk memback-up peralatan yang ada, sehingga dapat diterima dan dianggap memenuhi persyaratan yang ditentukan sesuai aturan V/19 & V/27 dari konvensi SOLAS 1974

&amandemennya. Oleh karena itu peralatan ECDIS ini harus

(28)

14

memenuhi criteria standard kinerja ( Performance Standard ) dari IMO sesuai Bab V Solas 1974.

6) AIS ( Automatic Identification System )

The Automatic Identification System (AIS) adalah jarak pendek sistem pelacakan pesisir digunakan pada kapal dan dengan Lalu Lintas Kapal Jasa ( VTS ) untuk mengidentifikasi dan menemukan kapal oleh elektronik pertukaran data dengan kapal lain di dekatnya dan stasiun VTS . Informasi seperti identifikasi yang unik , posisi , arah dan kecepatan dapat ditampilkan pada layar atau ECDIS . AIS dimaksudkan untuk membantu petugas watchstanding kapal dan memungkinkan pihak berwenang maritim untuk melacak dan memantau pergerakan kapal , dan mengintegrasikan VHF sistem transceiver standar seperti penerima

Gambar 2.5 ECDIS

Sumber : wikipedia

(29)

15

LORAN - C atau Global Positioning System , dengan sensor navigasi elektronik lainnya , seperti gyrocompass atau tingkat indikator gilirannya .

( IMO ) Konvensi Internasional Organisasi Maritim Internasional untuk Keselamatan Jiwa di Laut ( SOLAS ) membutuhkan AIS untuk dipasang di atas kapal voyaging internasional dengan tonase kotor ( GT ) dari 300 atau lebih ton , dan semua kapal penumpang terlepas dari ukuran . Diperkirakan bahwa lebih dari 40.000 kapal saat ini membawa kelas AIS peralatan A .

Kapal luar AIS jangkauan radio dapat dilacak dengan sistem Long Range Identifikasi dan Pelacakan dengan transmisi kurang sering.

Gambar 2.7 AIS

Sumber : wikipedia

(30)

16

7) Echo Sounder

Echo sounder adalah teknik menggunakan pulsa suara diarahkan dari permukaan atau dari kapal selam secara vertikal ke bawah untuk mengukur jarak ke bawah melalui gelombang suara . Echo terdengar juga dapat merujuk kepada hydroacoustic "echo sounder " didefinisikan sebagai suara aktif dalam air ( sonar ) , Jarak diukur dengan mengalikan setengah waktu dari pulsa keluar sinyal untuk kembalinya dengan kecepatan suara di dalam air , yang kira-kira 1,5 kilometer per detik . Echo terdengar secara efektif aplikasi tujuan khusus dari sonar yang digunakan untuk menemukan bottom.As serta bantuan untuk navigasi ( sebagian besar kapal yang lebih besar akan memiliki setidaknya sounder kedalaman sederhana ) , echo terdengar umumnya digunakan untuk memancing Variasi elevasi sering mewakili tempat di mana ikan berkumpul . Sekolah ikan juga akan mendaftar. Kebanyakan memetakan kedalaman laut menggunakan speed suara rata-rata atau standar. Dimana akurasi yang lebih besar diperlukan rata-rata dan bahkan standar musiman dapat diterapkan ke daerah laut . Untuk kedalaman akurasi yang tinggi , biasanya terbatas pada tujuan khusus atau survei ilmiah , sensor mungkin diturunkan untuk mengamati faktor-faktor ( suhu, tekanan dan salinitas ) digunakan untuk menghitung kecepatan suara dan dengan demikian menentukan kecepatan suara aktual dalam kolom air lokal

(31)

17

Dari rangkuman di atas seperti telegraf saat ini sudah tidak di gunakan lagi. dan mengenai inmarsat masi ada inmarsat A dan M yg biasa di gunakan. biasanya di kapal mengunakan 2 system inmarsat A dan C karena biaya dan cost serta system lebih mudah.

dalam pengiriman fax, email dan call. perangkat navigasi yg traditional pun masi banyak yg belum termasuk, seperti topdal merka, dan ssebagainya.ini hanya sebagian semoga bermanfaat buat calon pelaut atau pelautnya sendiri yg ingin mengingat lagi alat alat navigasi di atas kapal.

c. Benda-benda Pembantu Navigasi

Fungsi pemasangan alat bantu navigasi adalah:

1. Untuk penentuan posisi kapal, sebagai contoh mercusuar, alat bantu elektronik, Aero Light ( diperlukan untuk pengukuran arah alur pelayaran)

2. Untuk penunjuk bahaya, sebagai contoh, pelampung, rambu laut, suar penuntun.

3. Untuk keamanan di alur pelayaran.

Gambar 2.8 Echo Sounder

Sumber : wikipedia

(32)

18

Penjaga pantai mendefinisikan bantuan untuk navigasi sebagai beberapa alat eksternal pada kapal yang bertujuan untuk membantu navigator untuk menentukan posisi atau menentukan daerah yang aman atau untuk menjauhi daerah berbahaya di dalam berlayar. Buoy, lighthouses, foghorn, dan GPS merupakan alat bantu dalam navigasi.

Sistem navigasi yang digunakan adalah lateral system dalam membantu untuk navigasi, maksud dari lateral system adalah bantuan untuk navigasi pada selat disisi – sisi yang sempit. Ketika memasuki selat dari laut bebas, mempertemukan warna merah dengan bagian starboard dan bagian hijau dengan port ( bagian kanan kapal ).

Mercusuar adalah bangunan pokok yang mempunyai skema warna khusus dan karakteristik rangkaian kilasan warna untuk membedakan antara mercusuar satu dengan yang lainya pada satu daerah yang sama. Diantaranya mempunyai signal suara yang sama. Pada peta ditunjukan nama, warna cahaya dan karakteristik, tinggi dan nominal range. Lampu harus mempunyai kecakupan yang tinggi untuk melihat secara horizontal dan intensifitas yang baik untuk dilihat dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Nominal range adalah jarak dimana cahaya dapat dilihat dengan baik pada saat cuaca cerah.

Minor light atau suar ( Beacon ) lebih kecil dari pada mercusuar. Suar juga menampilkan dayboard yang dipergunakan untuk membuat lebih mudah dilihat secara harian. Dayboard biasanya terbuat dari bentuk papan datar yang berwarna dengan nomor – nomor atau tanda dan tanda surut yang mencerminkan dari warna. Minor

(33)

19

light biasanya terpasang pada struktur bangunan atau tiang yang single pile atau multi pile.

Daybeacon merupakan bangunan yang tidak berlampu hanya menampakkan dayboard. Biasanya daybeacon terdiri dari struktur bangunan yang single pil. Buoy biasanya berwarna atau tidak berwarna. Buoy yang tidak berwarna mempunyai bentuk yang bermacam – macam, sebagai contoh buoy warna hijau mempunyai bentuk silinder sedangkan bouy warna merah rata – rata berbentuk kerucut.

k

Buoy warna merah solid dan dayboard pada minor light atau daybeacon berada disebelah kiri dari starboard ketika memasuki perairan bebas. Lampu dari buoy berwarna merah dan beacon selalu berwarna merah dan berkelap – kelip. Selain itu juga bernomor genap dan dayboard merah berbentuk segitiga. Buoy merah yang tidak berlampu berbentuk kerucut tetapi hanya beberapa buoy merah yang berlampu berbentuk kerucut.

Gambar 2.9 minor light Gambar2.10 daybeacon

Sumber : wikipedia Sumber : wikipedia

(34)

20

Buoy warna hijau solid dan dayboard pada minor light atau daybeacon berada disebelah kiri dari port side ketika memasuki selat dari perairan bebas. Lampu dari bouy ini berwarna hijau dan biasanya berkelap – kelip serta buoy ini juga selalu bernomor ganjil. Bouy warna hijau yang tidak berlampu berbentuk tabung tetapi hanya beberapa bouy hijau yang berlampu berbentuk tabung.

Peta pelayaran menunjukkan karakteristik dari berkedipnya lampu. Sebagai contoh FL G 4s yang berarti berkedipnya warna hijau setiap 4 detik. Lampu didesign secepat mungkin berkedip yang

d i g u n a k a n

pada daerah yang membutuhkan peringatan bahaya. Beberapa lampu mati pada saat siang hari.

Buoy juga memberikan tanda perairan aman (safe water), biasanya letaknya di tengah selat yang bergaris lebar antara merah dan putih secara vertikal. Sedangkan lampu suar bertanda perairan aman dengan dayboard berbentuk segidelapan dengan garis lebar vertikal Gambar 2.11 pelampung/tanda

suar

Sumber : wikipedia

(35)

21

merah dan putih. Penjaga pantai menambahkan kelas baru dari buoy untuk bertanda daerah terlarang. Buoy ini hanya berjumlah sedikit, biasanya untuk menandakan bahaya apabila dilewati sehingga harus kembali ke jalur semula. Ada 3 band dari buoy daerah

terlarang yaitu : Top dan Bottom Band berwarna hitam dan Middle band yang berwarna merah.

e. Komunikasi Pada Saat Akan Memasuki Alur Pelayaran Sempit Komunikasi adalah salah satu hal penting yang harus di lakukan pada saat akan memasuki alur pelayaran sempit.

Menghubungi VTS Salah satu langkah terbaik untuk menghidari kecelakaan saat berada di alur pelayaran sempit adalah berkomunikasi dengan VTS ( Vessel Trafic Services ). Mereka memiliki informasi yang jelas serta sistem yang terintegrasi dalam memantau pergerakan kapal. mengikuti petunjuk mereka mengurangi resiko bahaya yang dapat terjadi.

f. OHN (One Hour Notice)

Dalam dunia pelayaran khususnya yang bekerja di atas kapal pasti tidak asing dengan istilah OHN (one hour notice ).OHN atau one hour notice adalah Sebuah edaran pemberitahuan tertulis persiapan kapal sebelum berangkat, sebelum sampai di dermaga atau area berlabuh jangkar .Buku OHN juga berisi daftar nama serta tanda tangan Captain dan Perwira baik deck departmen maupun engine

(36)

22

departemen ,kadang kalau diatas kapal tersebut ada Electrician,Mandor Mesin serta Pelayan maka bisa saja nama tersebut di sertakan di dalam kertas edaran OHN.

g. Menghubungi Kepanduan

Pemanduan merupakan bagian dari fungsi kenavigasian atau penunjang dalam keselamatan pelayaran kapal yang disebabkan oleh karakteristik khas dimiliki pelabuhan tersebut. Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran, informasi kepada nakoda tentang kondisi pelabuhan, perairan, dan alur pelayaran setempat yang penting agar navigasi pelayaran dapat dilaksanakkan dengan selamat, tertib, dan lancar demi keselamatan kapal dan lingkungan.

Pemanduan dilakukan oleh sebuah perusahaan jasa pandu di pelabuhan yang ditetapkan oleh Ditjen Perhubungan Laut yang memenuhi syarat sarana prasarana, awak kapal, dan kewajiban lainnya. Serta dibawah pembinaan dan pengawasan perhubungan laut.

Dalam Pelaksanaan Pemanduan wajib memiliki sarana kapal tunda, kapal pandu, kapal kupil, dan statiun pandu, yang didukung oleh menara pengawas, marine VHF Radio, marine HT, Baju penolong, kendaraan Operasional, Ruang Operasional, AIS, dan penunjang lainnya. (PM.93 Tahun 2014).

4. Cara meminimalisir bahaya navigasi pada alur pelayaran sempit

Keamanan dan Keselamatan Pelayaran merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut dan

(37)

23

mencegah terjadinya kecelakaan dimana penetapan alur pelayaran dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan pelayaran melalui pemberian koridor bagi kapal-kapal berlayar melintasi perairan yang diikuti dengan penandaan bagi bahaya kenavigasian.

Penyelenggaraan alur pelayaran yang meliputi kegiatan program, penataan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaannya ditujukan untuk mampu memberikan pelayanan dan arahan kepada para pihak pengguna jasa transportasi laut untuk memperhatikan kapasitas dan kemampuan alur dikaitkan dengan bobot kapal yang akan melalui alur tersebut agar dapat berlayar dengan aman, lancar dan nyaman.

Untuk mengurangi atau meminimalisir bahaya navigasi tersebut, ada beberapa hal yang harus di perhatikan

a. Mempertimbangkan arus pasang surut

Flyah Geost (2018) Pasang surut air laut adalah peristiwa naik turunnya muka air laut sebagai akibat adanya gaya tarik- menarik antara planet-planet yang mempunyai suatu gerakan periodik, sehingga gaya yang akan terjadi pada bumi akibat gaya tarik tersebut besarnya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dan berbanding langsung dengan massa-masssanya.

Oleh sebab itu untuk membuat pelayaran yang aman, sebelum memasuki alur sempit harus melihat pasang surut air untuk memperhitungkan waktu kapan kapal dapat memasuki alur sempit tersebut.

(38)

24

b. Kondisi cuaca

Padamu Negri (2016) Pengertian cuaca adalah kondisi udara yang terjadi di suatu daerah atau wilayah dalam periode waktu tertentu. Cuaca hanya terjadi dalam waktu singkat yaitu hanya beberapa jam yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu dan kelembaban (tingkat kebasahan udara). Perbedaan suhu dan kelembaban tersebut dapat menciptakan cuaca berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain yang dilatarbelakangi oleh sudut pemanasan matahari dikarenakan perbedaan lintang bumi. Selain itu cuaca juga dipengaruhi oleh corona yaitu aura plasma yang mengelilingi matahari dan bintang-bintang lainnya di angkasa. Oleh karena itu kondisi cuaca disetiap daerah berbeda sesuai dengan kondisi alam.

c. Kecepatan kapal.

M Maftuh Uzam Muzaki (2014) Satuan ukuran kecepatan kapal adalah knot, yaitu jumlah mil laut yang ditempuh dalm satu jam.

Pelaut dahulu kala menentukan jarak maupun kecepatan hanya beralatkan tabung jam pasir dan segulung tali yang diberi pemberat diujungnya. Mula-mula tali berbandul dilemparkan bersamaan dengan membalik jam pasir. Ternyata diperlukan tali sepanjang 47 kaki plus 3 inci untuk mengosongkan jam pasir (28detik).

Dari sini muncul istilah “knots” yang berarti satuan kecepatan dalam mil laut per jam. Satu knots sama 6076 kaki per jam atau 1,852 kilometer per jam.

(39)

25

Kecepatan kapal yang diukur dengan kecepatan mobil dalam mil perjam, karena mil laut kurang lebih 244 meter lebih panjang dari pada mil darat. Jadi kalau ada sebuah kapal yang berlayar dengan laju 35 knot akan sama dengan mobil yang bergerak dengan laju hampir 40 mil per jam.

Sekalipun cara pengukuran yang lebih akurat telah ditemukan, namun orang tetap lebih suka menggunakan istilah knots (tali) untuk kecepatan kapal.

d. Memperhatikan keadaan sekitar

Dijelaskan dalam collusion regulation atau peraturan pencegahan tubrukan dilaut bab 5 yaitu Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamatan yang layak,baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan semua sarana tersedia yang sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan. Dari aturan tersebut dapat diambil kesipulan bahwa memperhatikan keadaan sekitar sangat penting demi menciptakan pelayaran yang aman.

(40)

26

C. KERANGKA PENELITIAN

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

data primer

pengetahuan mualim saat melewati alur sempit

sumber data yang digunakan dalam proses penyelesaian penulisan proposal ini antara lain

data sekunder implementasi pengamatan di alur pelayaran

sempit

pemahaman mualim saat berlayar di alur pelayaran sempit

peningkatan pengetahuan mualim pada saat memasuki alur pelayaran sempit

Gambar 2.19 kerangka penelitian

(41)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Menurut Aminudin dalam bukunya Pengembangan Penelitian Kualitatif, Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Sesuai dengan pengertian tersebut kami menganalisis data dengan menggunakan pendekatan induktif. Selain itu kami juga memberikan data-data yang sesuai dengan landasan teori yang kami gunakan. Sehingga penelitian kami dapat menjadi penelitian yang benar dan tepat.

Metode ini penulis dapat memahami dan mengungkapkan tentang masalah yang penulis teliti, dan juga metode kualitatif ini penulis dapat melakukan interview dengan objek yang penulis teliti. Dapat dipahami bahwa menganalisa deskriptif kualitatif adalah memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya Maksudnya adalah untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya antara keserasian teori dan praktek.

Dalam menganalisis dan mendeskripsikan mengenai tindakan yang harus di lakukan pada saat akan memasuki alur pelayaran sempit. Penelitian menggunakan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian serta bahan pembahasan hasil penelitian.

(42)

28

B. LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini penulis lakukan di atas kapal KM Bukit Raya, Kapal KM.Bukit Raya merupakan kapal yang di miliki oleh sebuah perusahaan PT.

PELNI yang berkantor pusat tepatnya di Jl. Gajah Mada No.14, RT.6/RW.2, Petojo Utara, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10130

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut .

1. Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini di dapatkan pada saat melakukan observasi di atas kapal KM Bukit Raya. Pengalaman yang didapatkan pada saat melakukan observasi di harapkan dapat di jadiakan contoh dan pembelajaran pada saat melewati alur pelayaran sempit untuk menghindari bahaya navigasi di laut.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi, yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis, selain dari sumbernya

(43)

29

yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku dan internet yang berkaitan dengan obyek penelitian proposal atau yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi. Serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data dalam suatu penelitian. Maka data yang diperoleh haruslah mendalam, cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data. Untuk memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti maka penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki.

Observasi pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Untuk memperoleh data yang autentik dalam pengumpulan data tentang pengendalian radar di alur pelayaran sempit .

Pengumpulan data dengan angket ini penulis mengajukan daftar pertanyaan secara tertulis kepada responden, dimana jawabannya sudah disediakan. Angket ini penulis tujukan kepada orangtua.

(44)

30

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Data yang akan dicari dapat berupa arsip-arsip tertulis, guna mengetahui panduan sistem kerja yang terjadi.

E. TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan Bungin (2003:70), yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

(45)

31

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui metode wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi.

(46)

46

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA Basid Abdul, ( 2014 ). Manfaat Radar di alur pelayaran terbatas untuk

meningkatkan fungsi keelamatan pelayaran. Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. 274 Hal.

Fatin Nur.2017.http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/09/pengertian-studi- literatur.html (di akses 16 maret)

Geost Flyoh.2018.https://www.geologinesia.com/2018/03/pasang-surut-air- laut.html (di akses 19 maret)

Hamid Patilima (1999) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:ALFABETA.

M Mahfud Uzam Muzaki.2014.http://uzam-

muzaqi.blogspot.com/2014/03/mengukur-kecepatan-kapal.html (di akses pada 19 maret)

Padamu negri.2016.https://www.padamu.net/pengertian-cuaca-dan-iklim-dan- perbedaannya. (di akses 19 maret)

Pemerintah Indonesia.1985.undang-undang no.17 tahun 1985.Tentang pengesahan konvensi perserikatan bangsa-bangsa tentang hukum laut.

Lembaran Negara RI tahun 1985, no.3319. sekertariat Negara. Jakarta Ridwan, (1999) Proposal Penelitian. Bandung:ALFABETA.

Sedarmayanti, (2001) Metodologi Penelitian. Mandar Maju, Bandung:

ALFABETA

Tim penulis POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA (2015) P2TL & Dinas Jaga. Surabaya:POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.

Tim penulis POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA (2015) Peralatan Navigasi.Surabaya:POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.

Referensi

Dokumen terkait

Sumber : Shipownersclub.com.. Disarankan bagi personil yang memasuki ruang tertutup untuk menyediakan penganalisa kadar oksigen portable. Alat ini didesain untuk digunakan selama

Maka untuk mengurangi dan mencegah resiko bahaya tabrakan di lalu lintas laut tersebut maka dari sisi kecakapan Nahkoda dan mualim jaga dalam pengamatan dan pengelihatan di

a) Selama tugas jaga, haluan, posisi, dan kecepatan kapal harus diperiksa secara berkala dengan menggunakan setiap peralatan navigasi yang ada, untuk menjamin bahwa kapal

Hariyono, ST,MT,MM Di Masa lalu kemampuan bernavigasi di Alur Pelayaran Sempit tidak hanya untuk menentukan Haluan kapal lain,Jarak antara kapal dan dalam situasi

30 alur pelayaran sempit yaitu : 1 Faktor eksternal : Faktor eksternal adalah faktor yang di dapat dari luar kapal, berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi kapal : a

13 ANALISA PENGARUH KESALAHAN GPS DALAM BERNAVIGASI DI ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENGHINDARI BAHAYA TUBRUKAN Pengamatan pada mualim jaga yang bertanggung jawab terhadap Navigasi

MUARA BERLIAN UNTUK MENGURANGI RESIKO KERUSAKAN MUATAN“ 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan judul yang telah penulis kemukakan, maka pokok permasalahan dalam judul ini adalah Bagaimana