• Tidak ada hasil yang ditemukan

... -,-~-- 4>" '< ~.1!: -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "... -,-~-- 4>" '< ~.1!: -"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

'

.:

.

.

-,-~--·4>" ·'< ·~.1!:··-

...

-t _i·'·"Yi·~:'

. . l ·l'·li .... .

~-

... ,-..

~.

··_; -..

~~

... 1

....

..

_,[.~

····.;'· . ...

,

... . . . •.··.· . ~

,,

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan eyukur dipanjatkan ke hadirat Allah Swt. atae rahmat dan karuniazva yang telah memberikan kekuatan lahir . dan batin e,ehingga memungkinkan terwujudnya · laporan peneli ti-

.

an 1111.

Laporan penelitian yang diberi judul feranan S?kOlab Dok- ter Jawa pada Masa Perger&kan NAs1ona1. 1898-1913 ini dieusun untuk melengkapi kegiatan,:pen_elitian -il~.,~~am tahun ajaran.

1988/89 di Fakultas sastra

-u~i!~_r,4?1~,a~7lf'1f3~}.naaa

Yogyakarta.

. . ·. . ...

~~-:!~~·,;:.·:~.~

.... __ ..

<t1.f/ f

. Dalam melakukan penelitian ini peii'iil:iii'"1nEffntapatkan biaya-' .

...

.

....

nya dari Fakul tae Sastra ,·dan t·~·~~:t'u=-saja··

..

s'""et~:ngetahuan Jurusan

·.': •·.-.\·;:~-~·... . ... . . - ,.-.,, ·-.' . • t.J·.::,..

Sejarah, untuk itu diucapkari ~anyak terfmi\:katfih. Akhir kata

~--~-:~.' .. "'r'··" . ' ... _:: .• ·-~·· •••• ~

semoga laporaD penelitian ini sedikft ··siiriyak akan dapat me-

.

..

nambah bahan kepustakaan tentang masa Pergerakan Nasional dalam sejarah Indonesia. Oleh karena itu penulis eangat mengharapkan

pet~juk, saran maupun kritik dari berbagai pihak yang sekira- nya berguna untuk penyempurnaan studi ini.

(3)

PENDAHULUAN

KeceDderungan di dalam pemulisan sejarah·pada akhir-akhir 1n1 selalu menampilkan d1mens1 baru yang menjanjikan basil yang ·~·

lebih akurat dan memuaskan lagi. Dalara hal ini laha:n penulisan sejarah yang ·digarap tidak lagi terbatas pada sejarah politik dan militer atau sejarah orang besart, melainkan juga sudah menjangkau segi yang selama ini kurang diperhi tungkan dalam penulisan sejarah konvensional. Demikian pula dengan aspek

pendidikan Yat'IIS akan dibahas ini sedikit banyak .• an berhubungan dengan sejarah sosial dan sejarah intelektual. 2 Apabila dapat disebut sebagai sejarah pendidikan maka penulisan ini mempunyai sitat yang serba subyek, yang dapat pula disebut sebagai sejarah dalam arti spesialisasi. Unt~ menghubungkan pendidikan yang mempunyai ciri khusus dengan sejarah pada umumnya diperl~an

'

.

metodologi sejarah pendidikan yang mengandung sitat-sifat se-

~arah dan pendidikan.3

~ejarah pendidikan ialah .cabang lain dari ilmu pendidikan yang menuturkan peadidikan sebagaimana keadaannya pada masa yang ) . silam. Dalam artian ini selain diutarakan pendidikan yang lampau 1Felix Gilbert and stephen R.Graubard, Hirtor1ca1 studies Today (New York: W.W.Norton

&

Company Inc.,l972, hlm. vii-x.

2Ibid., hlm,193 •

. 3neobold B:. Van Dalen, Undefgjanding Educational Research (New York: Mc.Graw Hill Inc., l9 , hlm. 51.

l

(4)

2 Sekolah Dokter Jawa yang didirikan atas kerjasama antara Departement 0, E & N7 ~ Departemen Kaaehata.D pada tahun 1851 merupakan kelanjutan dari pembicaraan mengenai dibutuhkannya tenaga-tenaga bumiputra sebagai vaksinator.8 Dalam perkembangan- nya Sekolah Dokter Jawa ini merupakan satu lembaga yang vital oleh karena semakin kompleksnya masalah kesehatan yang ditangani oleh pemerintah. Kerjasama lebih lanjut antara Sekolah Dokter Jawa dengan Dinas Kesehatan Militer (M~litair Geneeslundise

pienst) akan mempengaruhi sikap pemerintah dalam pengembangannya lebih lanjut. Perubahala yang sangat penting terjadi pada tahun 1898 dengan ditingkatkannya Sekolah Dokter Jawa menjadi STOVIA

(School tot Opleiding yan Inlandsche Artsen).

Hal yang menarik dari lembaga ini ialah bahwa nantinya, seperti apa yang ditulis oleh Savitri Prastiti Scherer, akan

Dam~ak menghasilkan golongan priyayi profesional untuk dilawan- kan 4engan priyayi birokratis ·yang didukung oleh priyayi yang sudah mapan.9 Kenyataan ini dapat dimengerti olehnkarena sebagai golongan menengah yang bebas mereka tidak terikat pada pemerintah dan dapat bergerak di luar birokrasi pemerintahan. 1

°

Kepentingan

7Departement O,E

&

N ialah Departemen Pendidikan, Agama dan

Kerajin~ (Del~tement van O~de£'11:• Eeredienst & Nijyerheid, ).

Pa4a:..t.dva.l9 2. .. ,.De{) .. -O,E.,.8bJl,J.&i.. . ~.menjad.i . .Depa.r.t..eaea,,Pen-

didikan daft Agama (~epartement van Onderwijs en Eeredien§t). Peru- baman ini tidak banyak mempengaruhi kebijaksanaannya dalam bidang pendidikan.

8Besluit Gub. Jendral (Bt.) 2 Januar11849 No.22 dan Bt.

14 Januari No.2.

9savitri Prastiti Scherer, mikiran Pri 1 N io i

Jakarta: Sinar Harapan, 1985 ,

10Lihat William Kornhauser,"Mass Society and Democratic Order"

dalam Frank Lindenfeld,ed., Reader in Political Sociology (New York: Funk&Wagnalls, 1968), hlm. 195-201.

(5)

itu kedala£ lukisaa seeara deskriptif juga dituturkan sistem~

sistem pendidikan dari zaman ke zaman seeara teoritis. Demikian pula dengan kaitan hubungannya antara hal itu dengan kebudayaan dan filsafat yan•g mendasart kehidupan manusia pada masa itu.

4

Dari pandangan itu diharapkan akan diperoleh suatu penulisan yang dapat menjangkau sampai ke zeitge1st-nya, sehingga adanya fenome- na-fenomena sosial dapat d1mengerti dengan leb!h baik.

Dalam penulisan yaDg berjudul Peranan S!kolah Dokter Jawa Pada ·.Masa Pergerlkan Nasiopal, 1898•191~ ini penekanal!lllYa ialah pada politik pendidikan pemerintah kolonial yang terjadi pada ma- sa-masa mendekati era politik liberal. 5 Tinjauan yang menekankan pada kebijaksanaan bidang pendidikan ini lebih menitikberatkau.

pada tujuan semula, yaitu yang menekankan pada ·kebijaksanaan bi- rokratisasi dan rekrutmen massa, bukan kebijaksanaan pendidikan dalam rangka pembeatukan suatu elite intelektual bumiputra.

Seperti diketahui pendidikan dalam arti formal telah lama dijadikan isyu sentral dalam pembicaraan mengenai dinamika masya-

'

.

rakat, terutama dalam rangka mobilitas sosialnya. Dalam hubungan- nya deD~gan itu wajarlah apabila proses pendidikan se1al.u ditem- patkan,pada posisi yang meaentukan, bahk.an ada yang menempatkan- nya sebagai satu faktor pembebas. 6

4Imam Barnadib, Arti dan Metode Sejar&h Pendidikan (Yogya- karta: Yayasan Pen. FIP IKIP, 1980), hlm.4.

5narsiti' Suratman, ~1Politik Pendidikan .Belanda dan Masjarakat di Djawa pada_Akhir Abad 19u dalam Seminar Sedjarah Nasional II p IV/26, (stensil), Jogjakarta 26-29 Agustus 1970.

6untuk keterangan lebih lanjut, terutama yang berhubungan dengan aliran kontroversial dapat dilihat dari studi kasus yang mendalam di Amerika Latin oleh Ivan· Illich, Bebas dari Sekolah, terj.

c.

Woekirsari (Jakarta: Sinar Harapan, 1982)., Paulo Freire, Pendidikan Kaum T'rtind~s (Jakarta: LP3ES, 1985) dan Miguel Fer- nandez Perez (ed. , Krtiis

daieft

}endid1kan, terj. R.Soeparmo .

(Jakarta: PN •. Balai Pustaka, 9 2 •

..

(6)

4 golongan itu untuk memainkan peranan yang penting dalam masya- rakat masih ditambah dengan situasi sosial, politik, dan ekono- mi yang memungkinkan. Hal itu jelas akan semakin memperjelas arab yang ingin dicapainya.

Sungguh merupakan auatu pilihan y~g aulit bagi pemerin- tah pada masa itu dalam menerapkan kebijaksanaan pendidikannya.

Di satu pihak pemerintah ingin tetap dengan kebijakaanaan yang sudah diterapkan, akan tetapi d1 pihak lain ada desakan dari

beberapa golongan untuk menantbah porsi yang selama ini sudah ada.

Seperti diketahui di Parlemen .Belanda sendiri terdapat dua kubu yang saling bertentangan dalam usahany~ untuk mengusahakan agar ide dari kelompoknya dianut oleh pemerintah. Sejalan dengan ge- lombang poli tik yan.g ada pada ma~:~a 1 tu menjadikan golongan yang dipengaruhi oleh cita-cita berbau etis memperoleh peluang dan akhirnya mendapatkari suara di parlemen Belanda.11

Pen.didikan Barat yang menawarkan banyak peluang bagi masya- rakat itu merupakan sati dimensi tersendiri yang bersisi banyak.

Dari situ pula timbul satu asumsi dasar mengenai sekelompok ke- cil orang yan·g beruntung mengenyam pendidikan Barat, yaitu mere- ka itulah yang nantinya banyak memainkan peranan penting dengan menawarkan ide-ide kamajuan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa ba- nyak tempat yang disediakan bagi orang bumiputra lulusan sekolah

(7)

tinggi yang tidak sesuai dengan bidangnya. Satu contoh yang jelas ialah kasus dari R.M.A.Koesoemo Joedo, sebagai ·putra Paku Alam V yan'g berhas11 1ulus dari Universitas Leiden dengan spe- sialisasi Ilmu Indo1og1, ternyata tidak.dapat memperoleh pe- kerjaan yang sesuai dengan bidangnya hanya karena alasan-yang sepe1e. 12 Selain itu suasana persekolahan yang masih memandang orang Eropa sebagai yang mem111k1 superioritas_masih terasa

sekali, terutama apabila disimak p·enuturan Achmad Djajadiningra~

mengenai penga1amannya ketika pertama kali memasuki sekolah Ba- rat.13

Satu sisi lagi yang kiranya menarik untuk ditelaah 1eb1h lanjut iala~ berhubungan dengan munculnya go1ongan k1as mene- ngah kota sebagai akibat langsung dari semakin ditingkatkannya kualitas dan kuantitas pendidikan. Wahidin Sudirohusodo, Tjipto

Mangunkusum~, Soetomo, Gunawan Mangunkusumo, dan Suwardi Sur- yaningrat merupakan figur yang dapat dikatakan mewakili zaman-

"

nya untuk mengedepankan ide-ide kemajuan. 14 Sebag.ai wakU dari zamannya tentu saja dituatut kualifikasi tertentu; dalam hal 1Dd. seringkali tidak cukup hanya mengandalkan latar be1akang

12

Heath~r

Sutherland, Terbentukpya Sebuah Elite Birokrasi, terj. Sunarto (Jakarta: Sinar Harapan, 1983), hlm.50-51.

13P.A.A.Djajad1ninsrat, Herinneringen viA

ranger~

Aria Achmad Djajadiningrat {Amsterdam-Batavia, 1936 , hlm~?. Buku

iDi

telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh Balai Pus- taka.

14Abdurrachman Surjomihardjo, Budi Utomo Cabang Betawi (Ja-·

karta: Pustaka Jaya, 1980), hlm. 19.

(8)

6

pendid1kan. 15

Sebenarnya cukup sulit untuk mengemukakan prem1s d1 atas oleh karena sampai saat ini belum pernah diadakan penelitian yang membahas secara khusus permasalahan itu sesuai dengan periodenya. Akan tetapi dari signal yang samar-samar itu diha- rapkan akan tergambar suatu deskripsi yang analitis, sesuai de- ngan tujuan penulisan ini •.

Penulis yang sudah membahas masalah pendidikaD d1 Hindia Belanda yang kemudian dihubungkan deDgan mobilitas sosial suatu golongan sudah cukup banyak. Termasuk di sini penulis yang hi- dup semasa peristiwa itu berlangsung, maupun generasi kemudian yang mencoba melihat kembali permasalahan itu. Di samping itu

juga sumber-sumber yang berupa surat-surat keputusan dan tulis•n di berbagai majalah dan surat kabar pada masa itu sangat memban- tu dalam penulisan ini.

nuA. buah karya p'\.'n ting mengenai pendidikan pada masa ko- 1onial ialah karya I.J.Brugmans, Geschiedenis

van

bet OnderwiJs in Neder1andsch-Indie (1938) dan karya S.L.van der Wal, Het On- derwijsbe1eid in Neder1ands-Indie 1900-1940, een Bronnenpubli katie ( 1963) • Kedua b:uku ini berisi mengenai pendidikan yang

15sebelum mendapatkan kedudukan dalam jenjang birokrasi, seorang anak muda biasanya harus menempuh dua tahap pendidikan, yang pertama pyuwita (mengabdi) dan berikutnya magana (membantu) Nyuwita biasanya ikut pada suatu keluarga bangsawan an magang lebih bersifat spesialisasi dari pekerjaannya. Lihat dalam Soe- mart.QDQMoersai.d, Negara dan ~aha Bina Nefar,.di Jawa M§lsa Lam- pau •. studi tent~g M'sa MatarH II Abad XVI-,XIX (Jakarta: Yay.

Obor Indonesia, 985 , hlm. 11 •

(9)

jalamkan oleh pemerintah ko~onial di Hi~dia Belanda.

Mengenai STOVIA sebagai satu lembaga pencetak dokter bu- miputra sudah pernah ditulis oleh s.z.Hadisutjipto, Gedung STO- VIA sebagai Cagar Sejarah (1973). Buku ini merupakan dokumen- tasi dari Museum Kebangkitan Nasional yang kebetulan menempati gedung bekas SToVIA d1 Jalan dr.Abdulrachman Saleh itu. Buku

1ain~a ia1ah Gedenkboek der STOYIA. OntJikke1ing van het Ge- neeskundig OnderyiJs te We1tevreden 1851-1926. Uitgegeyen tot Herdenking van bet 75 Jarig bestaan van de STOVIA (1926), Buku , ini merupakan sumber terpenting untuk mengetahui dinamika para

mahasiswa sekolah itu. Di samping itu terdapat satu karya mengenai STOVIA yang ditulis oleh salah seorang direkturnya, yaitu HF.Roll, Is Reorganisatie van ~e School tQt Opleiding yap Inlandsche Artsen

'I

It

Weltevreden Nogmaals Noodig? (1909).

Penelitian lain yang menggabungkan kedua permasalahan itu ke dal~ satu karya ialah Robert van Niel yang sangat jeli dalam menganalisa munculnya satu k1as baru d1 dalam masyarakat. Buku Munculnya Elit Indonesia Modern (1960) mewakili gambaran tersebut di atas. Demikian pula dengan, karya Akira Nagazumi, The Dayn of Indonesian Nationa11sm, The EarlY Years or Budi Utomo 1908-1918 (1972) banyak memberikan informasi mengenai keadaan pada masa itu.

Karya Heather Sutherland, TerbentuknYa Sebuah Elite B1ro- kras1.(1983) dan karya Savitri Prastiti Scherer, Keselarasan

dan KeJanggalan: Pemikiran-pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa Awal A bad XX ( 1985) • Keempat karya terakhir ini seakan lebih

memperje1as 1agi peranan 1embaga pendidikan sebagai sarana mo-

(10)

8

bd..li tas so sial golongan menengah Indonesia. .. ·

Studi literatur ini dapat mendekati obyektivitas apabila semua sumber, baik primer maupun sekunder dapat ditemukan.

Dengan jalan ini diharapkan basil yang dicapai akao memenuhi syarat sebagai tulisan ilmiah. Sumber-sumber primer yang dapat dijaogkau berupa reslement pemerintah, bes.uit, staatdblad dan berbagai bahan tuliean dalam aurat kabar dan majalah yang ter- bit pada masa itu. Sumb~r sekunder me11put1 berbagai hal yang berupa bahan tulisan yang berhubungan dengan permasalahan dan bertungsi sebagai pendul(_.ung sumber pritp.er. Dengan peQggabungan sumber-sumber itu akan sangat membantu dalam deskripsi, sehingga tidak terperosok pada satu pandangan yang bersifat sepihak.

(11)

hlm

KATA PENGANTAR

BAB

••••••....••...••.•.•. · ... . 1

I. PENDAHULUAN ,: •••••••••••••••••••••••••~•••••••••• .,..,,. l

II. KEBIJAKSANAAN PENDIDIKAN KOLONIAL •••••••••••••• 9 A. Latar Belakang •••••••••••••••••••••••••••••• 9 B. Modernisasi Pendidikan dan Tanggapan Masya-

raltat· ••••••.•••••••••...•...•••• ·-· ... 12

III. SEKOLAH DOKTER JAWA ••••••••••••••••••••••••••• 18 A. Wel tevreden Sebagai Pusat Kegiatan •• ·•••••• 18 B. Aspirasi Pemerintah • • • • • • • • • •

IV. IDE PEMIKIRAN MENGENAI KEMAJUAN BANGSA ••••••

1. Peletak dasar bagi Kemajuan Dangsa ••••••

2. Soetomo dan Lahirnya Boedi Oetomo •••••••

V. KESIMPULAN KEPUSTAKAAN t.

' '

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

I e I a I I I e I e • . • • I I I I I I I I . I I I I I e I I I I

21

29 35 40 47

51

(12)

BAB II

KEBIJAKSANAAN PENDIDIKAN KOLONIAL

LATAR BELAKANG

Penunjukan Van den Bosch sebagai Gubernur Jenderal ber- samaan dengan semakin serunya pertentangan antara golongan li- beral dengan,konservatif. Vand den Bosch sebagai orang yang tidak asing lagi di Hindia Belanda segera mengedepankan satu alternatif untuk mengatasi kemelut yang berkepanjangan itu.

Ia sebagai seorang penganut ide konservatif segera melaksanakan kebijaksanaan politiknya yang berarti kembali ~e sistem Kompeni yang lama, oleh karena dirasakan lebih sesuai dengan situasi

dan kondisi lokal·l

Adalah sangat menarik untuk dikemukakan di sini pendapat

Van

den Bosch yang saogat optimis dengan kebijaksanaannya itu.

Dikatakannya bahwa jauh sebelum itu sebenarnya taraf hidup pe- taui Jaw~ masih lebih baik dibandingkan dengan taraf hidup prang miskin d1 negeri Belanda. 2 Pendapat itu sangat menarik oleh ka- ren:a dikemukakan pada saat parlemen Belanda sedang mempertim- bangkan usul-usul Van den Bosch itu.

1sartono Kartodirdjo, 11Kolonialisme dan Nasionalisme di Indonesia pada Abad-19 dan Abad-20" dalam Lembaran SedJarah No.8 (Jogjakarta:Seksi penelitian Djurusan Sedjarah Fak.Sastra UGM, Djuni 1972), hlm.l-9. Lihat juga Clive Day, The Policy and Administration of the Dutch in Java (London:MacMillan&Co.

Ltd.,l904), hlm.250-255·

2Bernard H.M.Vlekke, Nusantara: SeJarah Indonesia (Kuala Lumpur; Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pengajaran Malay- sia, 1967), hlm. 289•

9

(13)

Menurut Van den Bosch selama dua tahun masa pemerintah- annya dianggap sebagai pemerintahan yang berhasil dan dalam lapo- ran mengenai segala aktivitasnya di Hindia .celanda juga penuh dengan penonjolan keberhasilan dan keoptimisan akan hari-hari selanjutnya. Lebd.h lanjut basil keuangan sistem Tanam Paksa ini sangat terkenal dan bagi pemerintah Belanda adalah sangat memuaskan. Antara tahun 1831'- 1877 perbendaharaan te1ah mene- rima sebanyak 823.000.000 gulden dari Hindia .l)elanda.3 Jumlah yang demikian besar ini jelas sangat mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah yang kemudian mulai me~usun program untuk diterap- kan di tanah jajahan, juga untuk meltnasi hutang yang menumpuk

akibat berbagai peperangan yang dialaminya. '

'. ~.: ·. .. D.O.~~ bldang ekoDoid dengan aemakin' ·m&ndalamnya ··penetrasi . :-~

ekonon:uang peban kehidupan rakyat menjadi lebih berat, yang seolah-olah dipaksa untuk menerima tanpa dasar yang j elas trans- tormasi dflam mekanisme pasarnya. Kenyataan itu seakan lebih dilegitimasikan lagi oleh latar belakang budaya masyarakat Jawa yang menurut Karl Wittfogel bersifat hydraulic societY.4 Dalam lingkup masyarakat yan.g demikian itu, disinyalir bahwa keltuasaan akan terpusat pada satu pusat dan rakyat hanya bersifat menerima,

(14)

11

tanpa berusaha untuk melawan monopoli kekuasaan tersebut.5 Dalarn situaai ~eperti tergambarkan di atas akan kecil kemu:ugk.inan bagi masyarakat untuk memikirkan hal lain diluar rutinitas kehidupan yaag serba keras itu. Kiranya tidaklal ter- lalu berlebihan apabila dengan latar belakang si.buasi seper- ti itu, yaitu di satu pihak pemerintah mampu untuk membiayai pendidikan dasar dan di pihak lain masyarakat tidak mempunyai cukup pikiran untuk memikirkan persoa1an di1uar kehidupannya . sehari-hari itu, permasalahan pendidikan.untuk rakyat menjadi berkurang gemanya.

Untuk memperjelas uraian selanjutnya, maka sebagai gambaran mengenai keadaan pendidikan pada maea-masa sebe1umnya dapat

disebutkan sebagian besar mengemban misi-misi agama Kristen.

Da1am instruksi Gubernur dan Penasehat Hindia Belanda tahun 1617 artikel

34

dengan jelas diperintahkan untuk memperbanyak jum1ah sekolah yang bernafaskan agama sejauh hal itu dapat di1aksanakan. 6 Kemudian pada masa selanjutnya, yaitu sejak penyerahan kedau-

latan oleh Inggris pada tahun 1816, be1um terdapat dekolah yang sesuai ·dengan kebutuhan anak-anak ETopa. Baru pada tahun 1820 pengajaran untuk anak Eropa ditingkatkan, yaitu dengan adanya

tujuh buah sekolah untuk maksud tersebut.7

5

~.,

hlm.156-158

6J.H. Abendanon,"Het Onderwijs in Nederlandsch-Indie" dalam Neerlands Indie, Jilid II (Amsterdam:t.p., 1912), hlm.256.

?clive Day, Op.cit'.·, hlm. 389.

(15)

Brugmans juga banyak menyoroti perkembangan pendidikan di Hindia Jjelalllda. Adapun yang me:aarik dari uraiannya ialah

ditempatkannya berbagai macam pendidikan yang bersifat tradisional dalam permulaan uraiannya, yaitu seperti yang tergambar dalam

relief Borobudur, kegiatan misi dan pendidikan sebara Islam,. yang meliputi sistem·langgar, pesantren d1 berbagai daerah luar Jawa,

seperti sumatra ~arat dan Aceh. 8 Kenyataan itu menarik sebab mengisyaratkan bahwa yang berkembamg pada masa itu ialah pendi-

dikan dalam arti lembaga pendidikan non-Barat. ~atar belakang yang demikian itu jelas akan sangat mempengaruhi introduksi pemerintah ko1onial da1am bi~ang pendidikan Barat ,yang sering- kali dimanifestasikan dalam lembaga pendidikan formal yang dise- but sekolah, gymnasium dan sebagainya.

B. MODERNISASI PENDIDIKAN DAN TANGGAPAN MASYARAKAT

Kuraus vaksinator yang didirikan pada tahun 1851 membuka satu era baru dalam dunia pendidikan bumiputra, walaupun tujuan semula bersifat sangat praktis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan pemerintah akan tenaga-tenaga vaksinator yang terdidik. Bersama- an dengan itu juga didirikan berbagai sekolah dasar Belanda (ELS) yang berorientasi pada seko1ah-sekolah yang lebih tinggi tingkatannya d1 negeri.~ elanda. Dalam beberapa periode hanya

8 I.J.Brugmans, Geschiedends van het Onderwijs in Nederlandsch Indie (Groningrn-Batavia: J.B.Wo1ters Uitgevers Maatschappij Nv., l938}, blm. 10-17.

(16)

/ /

13 seko1ah 1tu1ah yang memb.uka Ja14Ul:'bagi studi 1anjutan, dengan

.

.

catatan bahwa hamya sejumlah keci1 anak-anak bumiputra dari kalangan priyayi tinggi yang dapat berseko1ah di situ. Faktor utama sebagai perintang bagi an~ bumiputra untuk masuk seko1ah rendah Be1anda itu ialah pembayaran yang tinggi, kesulitan

dalam menggunakan bahaaa pengantar Belanda, dan sebagainya.9 Sebe1um itu Daende1s sebagai gubernur jenderal pada tahun 1808 mjmerintahkan agar para bupati di Jawa bagian utara dan ti- mur aendirikan sekolah atas biaya sendiri untuk mendidik anak- anak mematuhi adat dan kebiasaan sendiri. Langkah .itu je1as me- rupakan tindakan yang tidak merugikan perbendaharaan pemerintah.

Kebijaksanaan itu juga diteruskal'Jj oleh Gubernur Jenderal Van de'r Cape11en (1819-1823) yang menganjurkan pendidikan rakyat berdasar

masyarak~t desa untuk mengerti b~ca tu11s dan budi pekerti baik.

Tampaknya usaha kedua orang ituntidak berhasi1 dengan baik, ter-

i:

bukti kemudian pada tahun 1849 hanya dua buah seko1ah yang didi- rikan oleh bupati yang attir. 10 'I

Mengenai fasi11tas pendidikan yang diterima oleh anak-anak pribumi sangat jauh bedanya dari fasilitas yang diterima oleh

9Koninklijk Besluit 28 September 1893 No.44, yang terdapat dalam Indische Staatsblad 1893 No.l25 antara lain berisi: anak- anak bumiputra apabi1a masuk sekolah Belanda harus mengerti bahsa Belanda, umur tidak lebih dari 7 tahun dan mereka tidak akan di- terima apabila di situ masih kekurangan tempat bagi anak Belanda, serta pembayaran uang sekolah yang lebih tinggi dari anak Be1anda.

10soegarda Poerbakawatja, Pendidikan galam Alam Indonesia Merdeka (Djakarta: Gunung Agung, 1970J, hlm. 22-2J.

(17)

anak-anak Be1anda. Seltain batasan-batasan tersebut di atas_, juga adanya berbagai peraturan yang dibuat untuk maksud-maksud tersebut, diantaranya ia1ah RR.1818 dan RR 1854 artike1 123 tentang peraturan yang mengatur po1itik pendidikan bagi pendu- duk bumiputra. 11 Permasalahan itu baru menjadi je1as ketika beslit kerajaan tahun 1848 keluar, yang berisi mengenai keingi- nan pemerintah untuk menyediakan seko1ah rendah bagi anak-anak bumiputra yang sifatnya umum (openbaar inlandscch onderwi.1s).

Sejak tahun itu mu1ai diadakan.sistem persekolahan ko1onial yang I memisahkan pengajaran untuk anak-anak Eropa dan bumiputra. 12

Kemudian unnuk memenuhi tenaga-tenaga guru· mu1ai dipikir- kan untuk mendirikan sekolah pendidikan guru, yang pada masa itu o1eh Menteri Urusan Jajahan Fransen van der Putte diberi anggaran . sebesar

r

14.600 dari anggaran untuk pendidikan yang menurut

. 31

beslit tahun 1848 sebesar f 25.000. Berturut-turut kemudian

didirikan~Kweekschoo1 ~ Surakarta tahun 1852, disusul Fort de Kock tahun 1856, Tanah Batu Tapanuli tahun 1864 dan Bandung ta-

11RR 1854 merupakan pembaruan terhadap RR 1818 yang isinya memeeri instruksi kepada gub.jendra1 untuk mendirikan seko1ah di tiap kabupaten bagi pendidikan anak bumiputra. RR 1863 bahkan mewajibkan gub.jendra1 untuk mengusahakan·terciptanya situasi yang memungkinkan penduduk pribumi untuk menikmati pendidikan.

12 Darsiti Soeratman, "Po11tik Pendidikan Be1anda dan Masjara- kat di Djawa pada Akhir Abad 19" da1am Seminar Sedjarah Nasional II p IV/26 (Stens11), Jogjakarta 26-29 Agustus 1970, hlm.4

13Brumund, Het Vo~ondgrwijs onder de Jayanen (Batavia:

Van Haren Noman

&

Ko1ff, 1 37}, terutama hlm.50.

(18)

15

hun 1866.1

4

Diharapkan dengan dibukanya sekolah guru itu akan dipenuhi kebutuhan guru bagi penduduk bumiputra.

Sebagai pelengkap gambaran mengenai modernisasi pendidikan yang dilak.ukan oleh pemerintah yan•g dinilai berhasil dalam me- majukan. masyarak.at Jawa ialah pernyataan J. Habbema:

Finally~ education can play an important role in eradica- ting superstition ••• which still·presses as a heavy yoke on the native people and seriously obstructs the peoples free- dom of action. The people are ·allowed to work only at cer- tain times ••• and things have to be done in certain ways

otherwise there will be conflict with Dewi Seri, Gendror:wos, Poentianaks, and all kinds of other spirits and spooks. ~

Kebijaksanaan pe~~rintah ,. dalam bidang pendidikan seperti ,' . telah dipaparkan di atas di satu pihak telah melibatkan masyara- kat ke dalam permasalahan pendidikan beserta seiala dinamikanya.

Kenyataan itu.merupakan satu fenomena yang menarik dari perkem- bangan kesadaran masyarak.at terhadap pentingnya pendidikan seba- gai satu-satunya jalan mobilitas sosialnya. Di sini terlihat bahwa introduksi pemerintah dalam bidang pendidikan rakyat yang tJ

mulai terdengar gemanya sejak tahun 1848 mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat.

Adanya kualifikasi pendidikan yang memadai kiranya telah menambah syarat bagi seseorang untuk mendapatkan tempat dalam birokrasi pemerintah, di samping asal usua keturunari yang masih diberlakukan. Untuk mem.enuhi hal itu mak.a usaha pemerintah dengan mendirikan dan memperluas sekolah Klas I dan Klas II dinilai belum

14I.J .~rugmansL Geschiede~s ••• op!pit.y. hlm.l83.

15J.Habbema,"Th~ Political and Economic Importance of Edu- cation for the Native People" dalam Chr.L.M. Penders, op.cit., hlm.l56

(19)

cukup untuk bekal tersebut. Seperti tolah disinggung dimuka . mengenai s1kap pemerintah yang setengah-setengah terhadap pen- didikaD rakyat, maka hal itu mengakibatkan banyaknya priyayi t1ngg1 yang sudah sadar akan pentingnya pendidikan berusaha me- masukkan anak-anaknya di sekolah milik gubernemen.

Tindakan demikian itu sebenarnya sudah merefleksikan se- jauh mana mutu sekolah Klas I dan II terutama, yang tidak ~e­

ngajarkan bahasa ~elanda sebagai bahasa pengantar. Tentu saja keinginan terbesar dari para o~ang tua ialah agar anaknya nanti dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, setidak-tidaknya ialah di Hoofdenschool yang didirikan pada tahun 1878 di Ban- dung, Magelang, dan Probolinggo. 16

Dari uraian di atas terasa sekali bahwa kebijaksanaan pen- didikan pemerintah masih denga~ tegas membatasi antara pendidikan bumiputra dan.Eropa. Pembatasan itu menjadi lebih nyata lagi

dengan adanya berbagai peraturan yang pada intinya menempatkan pendidikan bumiputra pada kelas yang rendah, hanya terbatas pada pengetahuan baca, tulis, dan berhitung secara sederhana. Di pihak lain sekolah-sekolah Belanda menunjukkan kegemilangannya dengan membuka pintu lebar-lebar bagi anak-anak Belanda dan segelintir anak prita.yi tinggi untuk meneruskan pelajarannya pada tingkat yang lebih tinggi, bahl{an ada satu standardisasi dengan mutu pen-,.

didikan di negeri Belanda.

16Robert van Niel, Ny. Zahara Deliar Noer hlm.

45.

terj.

1984)'

(20)

17

Sikap yallllg setengah-setengah dalam bidang pendidikan itu

b~hkan menjadikan pendidikan sebagai sesuatu yang mempunya1 nilai tersend1r1, sehingga apabila seorang aDak pribumi dap~t masuk ke dalamnya akan merasa adanya perasaan yang eksklusif. Hal itulah yang menjadikan mereka berlomba-lomba untuk memasukkan anaknya, sedangkan sekolah bumiputra yang banyak didirikan bi- arlah menjadi bagiaa rakyat bawah. Di sini terlihat bahwa pen- didikan berubah fungsinya sebagai simbol dari status sosial bagi sebagian orang.

Memang sikap itu tidak dapat disalahkan selama pemerintah , belum tegas me~gatur sistem pendidikannya beserta infrastruktur-

nya. A.kan tetapi yang perlu dicatat ialah keberhasilan: pemerin- tah dalam memperluas sekolah desa yang dapat menembus·sistem pendidikan tradisional d1 sebagian desa waktu itu yang dikenal dengan sebutan pesantren. Kenyataan itu sebenarnya menunjukkan '

bahwa da~am masyarakat sedang berlangsung perubahan sistem ni- lai, yang mempengaruhi persepsinya terhadap sesuatu hal yang dianggap baru. Di samping itu juga merupakan hal yang sangat wajar apabila tanggapan masyarakat dalam hal itu sangat besar

-~

sepanjang pendidikan yahg ditawarkan itu dapat terjangkau dan menjanjikan satu jalan bagi mobilitas sosialnya.

(21)

SEKOLAH DOKTER JAWA

A. WELTEVREDEN SEBAGAI PUSAT KEGI~TAN

Weltevreden merupakan bama suatu daerah yang terletak di bagian kota Batavia yang dalam uraian berikut akan banyak disinggung. S~bagai I pusat pendidikan Sekolah Dokter Jawa, nama . Weltevreeen mempunyai sejarah yang cukup panjang. Dalam kedudu- kannya sebagai pusat kota yang baru diharapkan akan dapat meng- gantikaa daerah kota lama (Pasar Ikan) yang dinilai sudah tidak memenuhi syarat sebagai pusat kota, antara lain disebabkan oleh kondisi-kondisi kesehatan yaAg sudah tidak dapat ·dipertanggung

jawabkan. 1

Menurut F.de Haan nama Weltevreden diduga diberikan oleh Cornelia Chastelein yang pada tahun 1697 mendirikan sebuah rumah beserta dua buah kincir penggilingan tebu, kemudian ia mulai mem- perluas t~Jt,llah miliknya~~Sebelumnya ,. ketika wilE1Yah tersebut masih menjadi milik Anthony Paviljoen, yaitu pada tahun 1648, masih merupakan daerah hutan rawa dan sebagian lagi berupa padang rum-

1weltevreden menubut arti bahasanya ialah mengacu pada ke- puasan dan ketenangan. Lebih tepatnya berarti "dalam suasana te- nang dan puas". Lihat S.Wojowasito, Kamus Umum Belanda-Indonesil

(Jakarta:Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1978). Untuk keterangan lebih lanjut pada Encyclopaedia van Nederlandsch-Indie (s'-Gravenhage Martinus Nijhoff, 1919), hlm.751.

2F. de Haan, Cud Batavia (Ban dung: A._ C. Nix & Co. , MCMXXXV) , hlm. 311-319.

18

(22)

19

put. Baru sesudah disewakan ltepada orang-orang Cina mulai muncul kebun-kebun tabu dan sayuran serta beberapa bidang sawah'di wi- layah tersebut.3

Daerah Weltevreden yang secara geografis terletak agak tinggi daripada daerah 1ainnya, seperti ha1nya Noordwijk, Rijs- wijk, Koningsp1ein, Tanah Abang, Parapatan, Menteng, dan Gondang- dia, mempunyai batas-batas sebagai b,erikut: di sebe1ah utara se- panjang Jalan Pintu air (s1uisbrug) dari kantor pos sampai Gunung- sari, di sebelah timur dari jalan Gunungsari melewati pasar Se- n.en sampai Jalan Kramatbrug, d;i. sebelah selatan dari Jalan Kra- matbrug sampai sungai (prapatanbrug),sedangkan,di sebelah barat berbatasan dengan Sungai Ciliwung.4

Perkembangan lebih 1anjut yang patut dicatat ialah ber-

·')J,.,, .

dirinya sebuah pasar d1 Weltevreden pada tahun 1735, yang di- kemudian hari terkenal dengan nama pasar Senen dan didirikan pada waktu wilayah tersebut menjadi mi1ik Justinus Vinck. Berturut-

,

turut kemudian pemilik selanjutnya ialah Jacob Mossel, yang ku- rang 1ebih pada pertengahan abad ke-18 mendirikan sebuah gedung besar dan dikena1 sebagai bet Laqdhuis We1tevreden.5 Sejak tahun 1767 We1tevreden menjadi milik Gubernur Jendral Petrus Albertus

van der Parra, yang menjabat dari tahun l761-1775 dan kemudian }Ibid.

4Encyc1opaedie van Neder1andsch-Indie, op.cit., h1m.751.

5F.de Haan, op.cit., h1m. 314-315.

(23)

dibeli oleh Gubernur Jendral Mr.Pieter Gerardus van Overstraten (1796-1801) pada tahun 1797·

Perkembangan wilayah Weltevreden seperti digambarkan di atas menunjukkan adanya suatu pembukaan daerah baru ke arah selatan dari daerahkotaJlama Batavia dan daerah Pasar Ikan dan sekitarnya. Akan tetapi, menurut berbagai sumber·, yang paling berpengaruh atas perkembangan wilayah Weltevreden dalam hal ta- ta kota di kelak kemudian hari ialah Gubernur Jendral Daendels.

Sesuai dengantugas yang disandangnya, Daendels menaruh perhatian yang besar terhadap u~.ha perbaikan dalam bidang pemerintahan dan pertahanan, d1 antaranya ialah bertujuan untuk mengadakan reorganisasi pertahanan dalam menghadapi ancaman serangan Ing- gris.6 Rencana besar lainnya ialah mengubah Weltevreden nenjadi sebuah ibu kota baru seperti yang diinginkannya. Karya Daendels yang berhubungan dengan ini ialah dibangunnya istana gubernur

jendral ta~g baru di sebelah timur Waterlooplein7 yang diran- cang oleh Letkol Schulz dari pasukan zeni. Di sebelah selatan lapangan ini juga dibangun sebuah tangsi militer di sebelah Rumah Sakit Militer. 8 Di gedung inilah nantinya Sekolah Dokter

6Ibid., terutama pada Bab XXIII, hlm.630

7Lapangan tersebut pada saat sekarang bernama lapangan Ban- tang. Lihat S.Z.Hadisutjipto, Gedung STOVIA sebag~ Cagar Se- jarah (Jakarta: Dinas Museum dan Sejarah DKI, 1973 , hlm.13.

8Yang tinggal di tangsi militer itu ialah serdadu Ambon.

Lihat A.De Waart,"Vijf-en-zeventig Jaren Medisch Onderwijs te Weltevreden" dalam Gedenkboek der STOVIA Ontwikkelin v het Geneedkundi Onderwi te Weltevreden 1 1- Uit e even tot Herdenking van het

j5

Jarig Bestaan van de STOVIA We1tevreden:

G.Kolff.& Co., 1929 , hlm. 27.

(24)

21

Jawa akan melakukan kegiatan dalam n~dang pendidikan yang akan mencetak tenaga-tenaga yang protesional dalam bidang kesehatan.

Kota lainnya yang digunakan sebagai tempat pendidikan padaawal mula kursus kesehatan ini ialah Semarang dan Surabaya.

B. ASPIRASI PEMERINTAH

Keinginan pemerintah untuk mengadakan kursus kesehatan yang kemudian ditingkatkan menjadi Sekolah Dokter Jawa berkaitan erat dengan berbagai aspek yang terjadi dalam masyarakat.9 Di satu pihak hal ini jelas menunjukkan adanya perh.atian pemerintah terhadap permasalahan pendidikan yang sudah.semakin baik. Kenya- taan ini didukung pula oleh legalitas politik pendidikan yang pada masa itu dilaksanakan. Demikian pula di lain pihak pendiri- an kursus kesehatan itu berhub~ngan erat dengan kebutuhan peme- rintah akan te,naga-tenaga terdidik dalam bidang kesehatan. sua- sana seperti ini sangat mewarnai terhadap pendirian lembaga pen-t

didikan yang mencetak vakainator ini. Perlu ditekankan di sini b ahwa sudah sejak lama pemerintah men·gharapkan golongan ini akan dapat menggantikan peranan dukun ya.ng banyak terdapat dalam ma- syarakat.10 Seperti diketahui mereka ini juga berpraktek mengo- 9Hubungan antara inovasi dan tanggapan masyarakat dapat di- lihat dalam Soerjono Soekanto, Teori soyiologi tentang Perubahan Sosia1 (Jakarta: Ghalia Iftdonesia, 1983 , hlm. 38-40.

10Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie, op.cit., hlm.767-768.

Perbedaan yang nyata antara Dokter Jawa dengan dukun ialah dalam hal kualifikasi pendidikannya. Seorang dukun m~ndasarkan pengo- batannya pada hal-hal yang super natural seperti jimat, pusaka, dsb. Seorang Dokter Jawa (Inlandsch Arts~ mendasarkan pada penge- tahuan yang i~iah berdasarkan pengetahuan kedokteran secara Barat.

(25)

bati sesuatu penyakit secara tradisional.

Keinginan pemerintah untuk mendidik rakyat bumiputra menjadi mantri suntik menjadi l~?ih kuat dan memperoleh momentum yang

tepat dengan diterimanya laporan mengenai berjangkitnya berbagai penyakit yang berbahaya di daerah Banyumas. A.De Waart dalam artikelnya men;rebutkan bahwa pada tahun 1847 Dr. W.Bosch sebagai pejabat kepala Dinas Kesehatan telah mendapat laporan bahwa di wilayah Keresid.enan Banyumas11 telah ber jangki t berbagai mac am penyakit yang berbahaya, seperti pes dan cacar. 12

Keadaan ini mendorong pemerintah untuk memberikan kepada setiap desa sebuah buku tuntunan kesehatan berbahasa Jawa atau Melaju dengan tujuan agar setiap desa dapat menjaga kesehatan

desa beserta penduduknya. Akan tetapi, ternyata gagasan tersebut tidak memperoleh dukungan sehingga timbul gagasan baru untuk membentuk :: · ·.sua_tu korps kesehatan yang terdiri atas

- 1:Pemerintahan di Jawa terbagi atas tiga propinsi. Propinsi Jawa arat terdiri atas Keresidenan Banten, Batavia, Bogor, Ka- rawang, Priangan, dan Cirebon; Propinsi Jawa Tengah meliputi Ke- residenan Pekalongan, Banyumas, Kedu, Semarang, Jepara-Rembang;

Propinsi Jawa Timur meliputi Keresidenan Madiun, Bojonegoro, Ke- diri, Surabaya, Malang, Besuki, dan Madura.

12A.De Waart," Vijf-en-zeven'tig Jaren Medisch Onderwijs te Weltevreden" dalam Gedenkboek der STOVIA ••• ,op.cit., hlm. 1-2.

Lebih lanjut dalam Bram Peper, Pertumbuhan Pendudukan Jawa.terj.

M. Rasjad .st.Suleman (Jakarta: Bhratara,

1975),

hlm.

50,

dise- butkan bahwa penyakit cacar ini pada masa itu banyak dihubungkan sebagai penyebab yaDg serius dari pertumbuhan masyarakat. Adapun penyakit ini sudah dikenal orang sejak masa sebelum Masehi.

(26)

23

juru suntik dari kalangan. penduduk

sendiri.:~

3

Dar~ ga~san-ga~san tersebut akhirnya pemerintah, ber- dasarkan sidangnya pada tanggal

9

Nopember

1847,

memutuskan akan mengambil beberapa qra~g pemuda yang sehat dan cakap da- ri sel.uruh penjuru Pulau Jawa untuk dididik menjadi juru ke- sehatan praktis; tentu saja di.tambah dengan syarat paridai me- nulis· dan membaca huruf Jawa dan Melayu. Kemudian syarat mu-

tlak lainnya ialah sekurang-kurangnya sudah berumur 16 tahun dan mereka ini nantinya akan dididik di. Rumah Saki t Militer di Weltevreden. Demikianlah dari hasil sidang tersebut tinggal menunggu langkah lebih lanjut dari pemerintah, tentu saja me- lalui kerja sama an±arinstansi, yaitu Dinas Kesehatan, Depar- temen:. van. Oorlog, dan. Departemen Dalam Negeri, untuk pengada- an

muridnya.

1

~

Keputusan. sidang pemerintah tersebut dalam waktu dua ta- hun suaah tertuang dalam Keputusan Pemerintah. tertanggal 2 Ja- nuari 1849 lfq.22, yang an.tara lain memuat ketentuan sebagai berikut:

a. Sejumlah 30 pemuda Jawa akan. dididik di Rumah Sakit Militer secara cuma-cuma dan kemudian akan diangkat menjadi juru kesehatan dan juru suntik.

b. Pemuda-pemuda itu dipilih dari lingkungan keluarga yang baik, bersopan-santun, pandai berba:hasa Melayu, bisa menulis dan membaca huruf'J'awa serta berbakat.

13A.De Waart,

~.·ill·

,hlm.3, terutama sekali tekanan di- letakkan hanya pada mendidik petugas kesehatan yang setengah ahli bagi program pemerintah; hal ini menunjukkan pemerintah

seakan-akan masih bersikap ambivalen. 1

l4Tempat pendidikan ini nantinya ditambah lagi dengan Rumah Saki t Mili ter Semarang dan Surabaya. .:. Di tiga tempat ini dilangsungkan kursus yang dimaksud seperti pada uraian.

·di atas. ·

(27)

Mereka ini akan diangkat menjadi pegawai pemerintah- an da1am j aba tan. se bagai Juru Ke se.ha

tan/

Juru Sun tik yang aedapa t mungkin akan menjadi penyuluh keselia tan

di daerah tempat asa1 mereka· masing-mas!ng.

c. Kepada merek.a diberikan gaji f 15 per-bulan, disam- ping mendapatkan.perumahan. secara cuma-cuma dari pe- merintah.

d. Penerimaan di tentukan :pada tahun 1849 di. Wel tevreden 12 orang, di.tambah la·g1 dengan 6 orang pada tahun 1850, dan selebihnya di Semarang dan Surabaya masing- masing 6 orang sehingga jumlah seluruhnya 30 orang.

e. Pimpinan dan pengelolaannya diserahkan kepada Kepa1a Dinas Keseha tan.

(.91!!

over den Geneeskundigen DienSt) dengan dibantu oleh Opsir Kesehatan k1as I dan II Ru- mah Saki t M111 ter dan. beberapa .. orang tenaga pengajar untuk mata pelajaran tertentu.~~

'Fen.tu saja pem111han .. para pemuda 1 tu berdasarkan kri teria yang telah di tentukan oleh pemerin:tah, q.alam hal in:L loyali- tas berperanan sekall bagi t~rpilihnya seseorang. Kesimpulan sepihak ini dapa t di tarik disebabkan ad.an.ya dispensasi yang cukup longgar dari pimpinan. Pinas Kesehataaun.tuk memperbo1eh- kan..masing-masing residen Banten, Priangan., Cirebon, Tega1,

-tl

dan Peka1ongan.. serta Asisten Residen Bogor untuk menca1onkan dua orang peinuda untuk dididik. Ketentuan 1ebih 1anjut ialah pimp;i.nan Dinas Kesehatan. berhak D1emi11h sa1ah seorang di antara- nya. Kesem1,1anya ini. berdasarkan pertimbangan.. bahwa para resi- den tersebut mempunyai budi pekerti yang baik dan telah banyak berjasa •.• ~6

},5 · · Consideratien en Advies van. het Mi1itair ·nepartement tertanggal 6 September 1848 yang ditujukan kepada Gubernur Jendral mela1ui A1gemeen Secretaris. Ada da1am kumpu1an GQU- vernement Bes1uit yaq 2 Januari 18~9 Np.22.

l L-g.~. -~,,

(28)

25

I '

Sebagai suatu kursus yang meme~tingkan keterampilan yang c.Ukup dalam waktu· ·yang, re1ati.f singkat secara resmi dibuka pada bulan.Januari 1851, sete1ab sebe1umnya diadakan persiap- an-persiapan seper1unya. Oleh.pimpinan Dinas Kesehatan, seba-

gt;ti. pimpinan.kursus d:Ltun.juk dr.P.B1eeker, seorang Opsir Kese- hatan Klas.I.di. Rumah Saki.t We1tevreden. Kemudian sebagai pem- beri kursus tentang kedokteran, 11mu bedah, dan suntik, ditun-

. . 17

j.uk G.Wassink, juga seorang Opsir Kesehatan Klas I.

Salama kursus ini diajarkan 15 mata pe1ajaran yang me- 1iputi: dasar-dasar bahasa Be1anda, berhitung~ 11mu ukur, 11- mu bumi (Eropa dan Indonesia), ilmu kimia anorganik, i1mu fa- lak, ilmu alam, i1mu pesawat (peralatan kesehatan), 11mu tanah, ilmu tumbuh-tumbuhan, i.lmu hewan, ilmu anatomi tu~uh, asas-asas pato1ogi, ilmu kebidanan, serta ilmu bedab.-18

Lebin lanjut dalam Gouvernement Besluit 14 Januari 1850

~ . .

No.3 diatur mengenai. anggaran yang disediakaaoleh pemerintah sebesar f 16.758,- per tahun untuk keperluan. gaji, tem·r,,qt ting-- gal, dan sebagainya, dengan perinci~ sebagai berikut~~

Batavia 18 murid

r

8.283,- a

r

460,- Semarang 6 murid

r

3.684,- a

r

614,-

S~rabaya 6 murid

r

4.791,- a

- r

8oo,-

~~ (per tahun)

Apabila diamati secara cermat jumlah ini sudah merupakan sua- 17 .

·· 'A.De Waart, ~.cit.,hlm. 2-3.

18 ··Ibid., terutama pada hlm. 3.

19 · Gouvernement Besluit 14 Januari 1850 No.3.

(29)

tu anggaran yang cukup tinggi dari pemerintah, tentu saja dalam kondis1 keuangan seperti pada masa itu. Jumlah ini jug~

sudah merupakan kenaikan daripa~a yang telah diatur dalam ~

2 Januari 1849 No.22 yang menetapkan jum1ah tunjangan banya sebesar !,5400,- per tahun.20

Perbaikan.yang dilakukan secara beru1ang-ulang mengisya- ratkan bahwa da1am kursus yang ·relatif singkat tersebut ter~

nyata belum cukup untuk mendidik seorang juru kesehatan yang benar-.benar siap. Kemudian berdasarkan Keputusan. Pemerintah tangga1 5 Juni 1853 No.10 maka sejak tahun 1856 pendidikan ditingkatkaamenjadi tiga tahun dan untuk pertama kalinya di-

terima murid dari luar Jawa sebanyak enam orang, masing-masing ' dua orang dari Sumatra Barat, dua orang dari t-1inahasa, dan

. 21

dua lainnya dari pulau-pulau l~innya.

Peningka tan

,

j enjang yang menyangku t lama pendidikan ini membawa konsekuensi pula terhadap para 1ulusannya. Sesuai ·de- . ngan. Kepu.tusan.. Pemerin t~h tertanggal 11 Mei 1856 No.3 terhadap

para 1\llusan tersebut diberikan gelar Dokter Jawa.22 Akibat lebih lanjut ialah kursus kesehatan tersebut ditingkatkan men-

jadi Sekolah Dokter Jawa. Berhubungan dengan ini setelah para dokter jawa ini mulai menjalankan tugas, mereka ini berada di bawah pengawasan Dinas Kesehatan Sipil dengan mendapat gaji

20 eonsideratien ··en Advietil van het Hili tair· Deperteinen ... , Qll..Q.t..

21A.De Waart,

sm.

c.i t. ,hlm. 4. ·

22Hal-hai yang berkenaan dengan sebutan ini tertera da- lam Gouvernement Bes1uit 11 Mei 1§56 No.

(30)

27

;yang berkisar an.tara £ 30 - · £ 50 per bulan. Dibarapkan pu- la agar dalam menjalanka~ tugasnya mereka selalu mengembang-

kaa ilmun3a, sehingga tidak hanya terbatas dengan apa yang di.dapa tkiln. dari. pendi.dikan.

Gelar do:k.ter 1awa in:l seri.ng pula disebut dengan sebu- tan dAemang dokter, dL mana gelar dhemang. ini mempunyai kedu- dukan. yang s~jajar dengan. gelar-gelar dhemang lain.nya seperti dhemang tamping, dhemang pemajekan, dhemang pangrambi• dhe-

J!5U!& mloyO, dhemang !mli. dan se'Qagain;a.··2.l D:i samping mem- peroleli gelar in1. mereka juga berhak untuk men.-ggunalr..an tan- da kehorma tan lainnya. Oleh gubernur j,enderal a tas' usul dari pimpinan Dinas Kesehatan telah disepakati tentang penggunaan.

tanda-tanda kehormatan ini.·nengan demikian, diharapkan. akan.

dapat membedakannya ·b:engan s.eorang dukun dan. mens.ejajarkannya dengan pejabat-pejabat bumiputra lainnya. Seperti halnya yang

"

tertera dalam Resolusi 24 Februari 1824 No.3 (Stbl.No.l3), untUk tanda kehormatan. seorang dhemang dokter ialah berupa:

lantee sa tu, ~ sa tu buah, songsong sa tu buah dan tombak pa ~nu.rong ·. du-e. buah.

l3·Gelar dhemang int mempunyai konotasi sebagai yang me- nyertai (gel eider) dan pemimpin. (hoard). Demikian pula gelar dhemang tersebut d£ atas mempunyai arti yang hampir sama;

dhemang dokter berarti seseorang yang bertugas sebagai juru kesehatan di bawah Dinas Kesehatan; demikian pula dengan dhe- mang pemajekan yang berarti pimpinan dinas penerima pajak tanah. Untuk keterangan lebih lanjut terdapat dalam Gouverne- ment Besluit 5 Juni 1853 No.lO.

(31)

Kemajuan yang telah dicapai oleh Sekolah Dokter Jawa terutama sekali diseba.bka.D oleh semakin mantapnya i:nfrastruktur yang me- nunjang berjalaJ:tDYa pendidikan. Penyempurnaan kurikulum tampak- nya terus dilakukan dengan reorganisasi yang terus menerus, se-

1

perti peDambahaJili jenjang pendidikan menjadi 5 tahun."Pendidikan berjenjang lima.-.tahun itu meliputi masa persiapan <worb§reidende afdeelimg) selama dua tahun dan di tingkat lanjutan (genee8kundige afdeeling)dengan jangka waktu lima tahun. Pembatasan umur juga diterapkan, yaitu antara 14-18 tahun man mempunyai ijasah dari sekolah pemerintah (inlandsche gouvernementsschool). Demikian pula untuk masuknya sudah diadkkan suatu ujian masuk.

Pada tahun 1898 pada waktu jabatan direktur sekolah dipe- gang oleh dr. H.F.Roll diadakan perombakan total meliputi kuriku- lum dan prasarana pendidikannya. Nama Sekolah Dokter Jawa kemudian diganti menjadi STOVIA (School tot Opleiding yan Inlandsche Arts§n) dan para lulusannya berhak menyandang gelar inlapdsche artsen.

(32)

BAB IV

IDE PEMIKIRAN MENGENAI KEMAJUAN BANGSA

,,

Apabi1a dalab· Bab III su4ah dibicarakan mengenai Seko1ah Dokter Jawa yang kemudian menjadi STOVIA maka ternyata da1am perkembangannya .memper11hatkan arah yang parti, sesuai dengan misi yang diembannya untuk mencetak dokter-dokter bumiputra • Pada waktu se1anjutnya .~~rnyata pemerintah menaruh perhatian yang lebih besar dalam bidang kesehatan ini, terbukti kemudian pada tahun 1913 didirikan suatu seko1ah~rupa di Surabaya yang

' 1

dinamakan NIAS (Nederlandsche Indische Art§en School). Satu periode panting yang telah dila1ui oleh STOVIA dengan baik.

Peran dan fungsi lebih lanjut dari lembaga ini dalam lingkup yang lebih luas lagi adalah merupakan satu konsekuensi yang wa-

jar dari tanda-tanda yang terlihat di atas.

Di ~tas telah disinggung bahwa di STOVIA inilah pemikiran- pemikiran ke arah kemajuan bangsa, dalam arti kearah suatu tu-

juan yang lebih luas lagi :terbentuk. Mengenai hal itu seperti yang sudah terlihat dalam alur penulisan ini berangkat dari su- atu keinginan yang membara dari beberapa orang pelajar STOVIA yang memperoleh kesempatan untuk mengedepankan pemikirannya.

Bagaikan gayung bersambut pemikiran itu kemudian meningkat men- jadi satu ide yang menjadi matang oleh waktu. Di sinilah peranan STOVIA dalam mempelopori satu kesadaran nasional mulai timbul.

29

(33)

.,..

.<•

Faktor dari dalam sepert~ yang sudah diuraikan dimuka merupakan. suatu dinamika yang berlengsung tert11s menerus, mu-

la~ didirikannya Sekolah Dokter Jawa sampai dengan melewati berbagai pasang surdt yang pada akhirnya memunculkan STOVIA dengan ben.tukn.ya seperti sekarang ini. Faktor dari da~am. yang dimaksudkah.. ini merupakan sintesa dari berbagai kebijaksanaan dan pemilctran yang pernah terlo~~ar dan terealisasllran dan berhubungan. dengan ~embaga sekolah itu. Demikian pula faktor dari luar yang dimaksud tidak lain ialah berupa gejolak-gejo- lak pemikiran yang be rkembang dalam. masyo.ra.k.c::t t, yang kemudian.

terkumpul_menjadi satu konsep dasar mengenai berbagai hal yang menyangkut kehidupan. ~angsung masyarru~at. Dalam hal ini tentu saja peneka.nan pada bidang politik menjadi satu hal yang pan- ting sekali.

Mengenai ide pemikiran yang berkaitan dengan kemajuan

~ '

bangsa tadi menjadi lebih jelas apabila dilihat dari dasar pijakan yang kuat. dan tepat, tentu saja menurut kriteria umum.

Rasa ini yang seringkali dikaitkan dengan istilah nasionalisme sebenarnya merupakan konsep untuk menyebutkan satu keadaan tertentu di mana yang menjadi pokok pembicaraan ialah mengenai rasa menjadi satu bangsa (na'tion). 2

Akan tetapi dalam hal ini pengertian. nasionalisme akan sedikit disinggung dalam arti

2 Tahap-tahap untuk mencapai suatu kemajuan bagi suatu bangsa melalui berbagai tahapan. Dalam hal ini penyebutan suatu organisasi dapat menimbulkan. rasa menjadi satu bangsa.

Misa~ penyebutan Een Algemeen Javasche Bond un.tuk perkum-

pulan. riudi Utomo oleh Robert van Niel, op.cit., hlm. 85.

(34)

-~

31

yang lebih semp~t, 4~ mana hanya berupa suatu gejala yang mengarah pada pemikiran mengenai kemajuan rakyat. dalam bi- .dang-bi.dang yang berhubungan. langsung dengan kehidupan se- har:l.-bari.

llus>tras:l m.engenai ha~ ~t.u sebenarnya sangat ba.nyak,

i

akan tetapi.' satu kisah fiksi yang menggam.barkan. ti.m.bulnya sua-·

m

rasa bebas (k.ebeba.san.) ditulis. oleh Soeman.tri (nama sama- ran dari. Marco Martodikromo) dengan. sangat baik. IG.sah itu pada garis. besart13'a· menceritakan ten.tang di.namika kehidupan seorang anak. Aa:Lsten Wedana ~ang oleh ayalmya di.suruh unt.uk magasg pada seorang kontrolir guna menjadi pegawai negeri.

· Akan teta'pi apa yalllig did.ta-ci.takan oleh si Ayah dan kelU:ar- gan:ya itu. t:ldsklah sejalan dengan pik:lran- si Anak, sehingga t:id.ak ma.a menjalani. magang da.'n mengembara untuk mencari pe- kerjaan.4l·ang sesuai dengan kata hati.nya. 3 . Dari kon.teks ce- rxta i:ltu dapa t dim.engerti. apabila pada zamannya s~ Anak ter- aebut diang&ap tidak wajar karena meny,alahi aturan-aturan ti- dak tertulis yang berlaku pada masa i.ta .• Yang menarik dan. ber- hubrmga.n. de~an pembi.caraan. in:L ialah ka ta.:.ka ta yang menjadi dasar si. ~ tersebut·menolak untuk menjalani magang, sete- lah be berapa. lama . dijal~;Ln:l.nya se bagai beriku t.: I

"Sesoenggoehnja mannsia jang disebut moelia, i.toelah ,manusia jang ti.dak terikat. Hidupnja merdeka, karena.

kemerdekaan.. inilah j~ bisa menambahkan kemoeljaan dan kesenangan. dalam hati.. Djadi moelia ialah tidak

. .

· 3

-~soemantri..

(Marco Martodikromo), Ra§a Merdika (Semarang:

T.Y.P. Drukkerij VSIP. 1924), hlm.. 1-20.

-~

(35)

32

lain melai:nkan merdeka bagi berkehendak darl. merdeka bagi. herboeat. Lebih-lebih. apabila perboeatan :ltoe bergoena bagi oemoe~, inilah kemoeljaan jang sebenar- nja ... ~-~--

·Sua tu kecendet'U.Dgan. yang sudah mengge jala ini bisa d:l-

me~rti apabila dari situ kemudian dikembalikan pada sua- sana dan tempat pada masa :Ltu.. Oleh. AbdurrachmaD. Surjom:L- bardjo dikatakan bahwa memang suasana dals.m gedung · STOVIA.

i_tu memberikan iklim. kemasyarakatan. yang baik seh.ingga be:..

be7a~a gerakan pemuda dilahirkan dalam asrama 1tu~5 Lebih,

lanjut dik:ate.kannya bahwa ternyata para lulusa~apun banyak

"~' yang dik.enal melanj.utkan tradi.si. politik yang bermuara dalam ·'

asrama

STOVI.A:

6

~· Ha~

ini.pun.. sudah pernah disinggung oleh H.F.Rol1 sebagai. orang yang banyak meng~tahui hal-hal yang

' . I

berkaitan dengan peristiwa ya~g terjadi dalam gedung terse-

•f·. :.· ' . . .

but. · ~. Secara geograria pun. ·seperti sudah disinggung dimuka, sejak ~ama Weltevreden memainkan peranan yang panting seba- gai dasa~ berpijak ·;yang_ klia t. ba~ pelajar-pelajar s.TOVIA, cia- lam berinteraksi. dengan masyarakat di seki"ta:rnya, seperti

terS:ebut: ~- ~

Ge.dung STOVIA. terl.etak di. dalam kedudukan. yang ideal untuk dapat berhubungan dengan iklim dan suasana kehi- dupan intelektual di. dalam sebuah ~ota besar seperti Jakarta ;yang pada waktu. itu bernama Batavia 4engan Wel-

'-4: Ibid: .. , hlm. 22.

5' ' . ·. '

Abdurrachman. Surj_omihardjo ,_ op. cit.; hlm, 13.

'6, . . ' . ' .I:Qi!!., hlm. 13-14.

7·; . . . ' ' . ' . . . .

H~F.Roll, op.c:Lt., h1m.·a.

8·1 ' .

Abdurrachman Surjomihardjo, op.cit.; hlm. 19.

-~

(36)

~ ..

33.

tevreden sebagai pusatnya. STOVIA terletak di Welte- vreden, pusat kegiatan politik, ekonomi dan kehidupan sebuah kota terbesar di Indonesia, yang merupakan pin- tu g_erbang dengan dunia luar.

Lebih lan.ju.t:disimpulkan bahwa :.9

Sebagai pusa t segala~galanya ten.tu ::-:-aja Wel tevreden menyebabkanpara pelajar STOVIA sering berinteraksi dengan. kaum intelektual yang memang non. politik, dari sinilah d:i..coba untuk melihat kepakaan m.ereka terhadap masalah-masalah so sial poli tik yang terjadi dalam ma~

s;yarakat.

Mengenai ga~asan untuk suatu perbaikan keadaan rakyat itu

' . . '

oleh para pelajar STOVIA juga sudah disinggung oleh Goenawan

~~ngoerucoesoemo yang menyebut bahwa untuk tujuan tersebut di-

..

'

perlukan adanya satu ikatan di antara pelajar-pelajar dari Sekolah Pertanian dan Kehewanan di Bogor, Hoofdenschool di Ba.ndung, Magelang, dan Probolinggo, Sekolah-sekolah guru di Ba.ndung, Yogyakarta, dan Prob<;>linggo serta Burger Avondschool di Surabaya. 10

,

Menarik sekali bahwa satu tekad telah terucapkan. dari mereka yang secara langsung merupakan hasil didikan secara Barat. Akan tetapi yang jelas .keadaan semacam.. ini' tidak men-

jadi tujuan dari politik asosiasinya Snouck Hurgronje yang berpijak dari hal yang sama akan tetapi mempunyai tujuan la-

\

in, yai tu untuk membentult suatu eli t Inddnesia yang dapat di- ajak berkompromi oleh pemerintah. Tentu saja dalam hal ini

~-Ibid.,

hlm.

19-20~

Kesimpulan ini berti tik tolak dari ke- cenderungan yang terjadi pada masa itu, di mana satu organisa- si yang lebih bertujuan akan terbentuk yaitu Budi Utomo.

l<ft .

Goena\van Hangoenkoesoemo, "De Geboor.te dalam Soemban. ih G d b ek edi Oetomo (Amsterdam: Tijdschri.ft Nederl.Indie Oud &

17-26.

(37)

terjadi. suatu. penT-tmpangan dari tujuan semulatf· sebagai aki- bat fungsi unive.rsal bidang pendidikan yang tidak hanya meng- ba.silkan manusia-manusia robot yang dapat dikendalikan oleh satu pihak. Pendidikan dalan hal ini berfUngsi pula sebagai . . alat untuk menjembatani ide-ide yang berkembang dengan situa- asi yang bettolak belakang dengan ide-iden~a tersebut~~ Di

siDi~ah kiranya satu sisi yang tidak begitu mendapat perha- tian dari para pembuat kebijaksanaan mengenai pendidikan pa- da· masa itu.

DalaDL hal ini tidak dap~ t di tinggalkan pe~pya taan, yang menjadikan momentum itu mempunyai arti yang panting seperti ditulis oleh Penders sebagai b.erikut:

·nBy,- the beginning o£ the twentieth century, Liberal

Co~onial. education. policy created the nucleus or a new indigenous: elite, e;onsisting mainly of Dutch trained Indonesia doctors, teacher and government administration. and c:J.ercks"

.,.

.13:

Pernya taan. P~ndera yang berangka t dari penyimpulannya a tas berbagai macam dokumen yang berhubungan tersebut seakan me- wakili pihak yang melihat kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan akhirnya malah menghasilkan sejumlah kecil elit. Arti elit ini sendiri secara lebih luas ialah dikait- kan dengan peranannya~ang sedemikian. rupa dalam proses pe-

'

l 1 Lebih lanjut lihat pada Robert van Niel, op.cit.,hlm.

70 dst.

l2Mengehai ~ungsi·ihi lihat dalam Harold L.Hodgkinson, Education, Interaction. and So.cial Change {New Yersey:Pren- .t:Lce-hall inc., 1967).

13· . . . . ... ..

Chr.L'.M •. Penders, d s a: Selected Document on Co- lonialism and Nationalism 1830•1946 St.Lucia, Queensland:

University of Queensland Press, 1977), hlm. 215.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, digunakanlah pewarnaan Ber-EP4 yang bersifat spesifik dan sangat sensitif untuk KSB dini yang tumbuh sebagai tunas di lapisan basal epidermis dan folikel.. Temuan

Jawab : Menurut saya karena kurang akuratnya alat ukur yang ada pada tempat penyimpanan bahan baku utama semen yaitu di sillo clinker, alat ukur tersebut terkadang menunjukan

Berdasarkan hasil studi dan pembahasan yang sudah dilaksanakan peneliti mengenai kemampuan berpikir reflektif siswa kelas VIII-C SMP Negeri 1 Ciruas dalam

Faktor Fisika dan Kimia Air Sungai Jorong Mudiak Palupuh Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuh Kabupaten Agam dapat dilihat pada tabel 3 yaitu suhu ketiga stasiun

Dalam penelitian ini instrumen digunakan untuk mengukur motivasi belajar peserta didik sebelum dan setelah melaksanakan pembelajaran PKn dengan model pembelajaran,

karakteristik  individu  berupa  masa  kerja  memiliki  hubungan  yang  bermakna  dengan  nilai  p  0,018.  Dari  hasil  penelitian  tersebut  terlihat  bahwa 

D penulis berusaha untuk menerapkan teori keperawatan pada kasus gagal ginjal kronik dengan anemia yaitu diperoleh data bahwa klien mengatakan berat badannya meningkat 2 kg,

Permasalahan yang saat ini muncul dalam Unit Sinyal Telekomunikasi dan Kelistrikan (Sintelis) belum tersedianya model SI/TI yang menyebabkan arah pengembangan