• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis 1. Teori Pendapatan

Teori pendapatan merupakan teori yang membahas total penerimaan yang didapatkan oleh individu atau badan usaha dalam bentuk uang dan/atau barang yang bersumber dari pihak lain atau hasil industri yang dinilai dari sejumlah uang dari kekayaan yang berlaku saat itu (Suroto: Christoper & Chodijah, 2017).

Pendapatan adalah seluruh pemasukan atau penerimaan seseorang guna pemenuhan kebutuhan selama periode tertentu. Pendapatan dapat berasal dari gaji, upah, sewa, deviden, keuntungan usaha dalam jangka waktu tertentu (Christoper & Chodijah, 2017). Pendapatan dibagi menjadi dua yaitu pendapatan bersih dan pendapatan kotor. Pendapatan bersih merupakan hasil pengurangan pendapatan yang diterima dengan hasil produksi (Ramlan: Iskandar, 2017). Tiga fungsi pendapatan meliputi sebagai penjamin bagi para pekerja serta keluarga yang ditanggungnya, output hasil produksi, serta untuk mendorong semangat pekerja untuk meningkatkan produktivitas kerja sehingga proses produksi terus terjaga (Sumarsono: Christoper & Chodijah, 2017).

Pendapatan yang relatif tinggi akan menentukan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Dalam proporsi tertentu, pendapatan bertambah maka akan meningkatkan tingkat konsumsi. Dengan tingkat konsumsi yang tinggi akan mengurangi tabungan (Soediyono: Christoper & Chodijah, 2017). Pendapatan akan commit to user

(2)

mempengaruhi tingkat utilitas yaitu konsumsi maupun waktu senggang.

Pertambahan pendapatan akan meningkatkan pertambahan konsumsi dan pertambahan waktu senggang. Apabila waktu senggang bertambah maka jam kerja akan berkurang. Status ekonomi individu mapun rumah tangga yang sejahtera (pendapatan tinggi) akan lebih menggunakan waktu senggangnya dikarenakan individu ataupun rumah tangga tersebut telah mengurangi jam kerja untuk hal tersebut (Christoper & Chodijah, 2017).

Fungsi dari upah yaitu penawaran tenaga kerja, sehingga tingkat upah akan mempengaruhi kebutuhan tenaga kerja yang ditawarkan. Penawaran tenaga kerja dipengaruhi oleh keputusan seseorang untuk bekerja. Keputusan seseorang untuk bekerja akan dipengaruhi oleh tingkat penghasilan, dimana tingkat penghasilan tenaga kerja yang sudah relatif tinggi cenderung mengurangi waktu untuk bekerja (Sumarsono: Christoper & Chodijah, 2017).

Gambar 2.1. Teori Penawaran Tenaga Kerja Sumber : Boswort et al: Christoper & Chodijah, 2017

commit to user

(3)

Kurva diatas menjelaskan hubungan antara tingkat upah dengan jam kerja.

Garis SL menggambarkan kombinasi tingkat upah dengan penawaran jam kerja.

Kemiringan slope positif dalam kurva penawaran upah menunjukan semakin besar tingkat upah nominal maka tenaga kerja yang bersedia untuk bekerja akan meningkat. 0La merupakan tenaga kerja yang bersedia bekerja pada tingkat upah nominal setinggi 0Wa. Sedangkan apabila kenaikan tingkat upah pada 0Wb maka tenaga kerja yang tersedia naik pada level 0Lb.

2. Remitansi

Remitansi dikenal sebagai pengiriman sejumlah uang oleh pekerja migran yang diperoleh dari pendapatan sebagai pekerja kepada penerima (keluarga) di negara/daerah asal pekerja migran. Kiriman uang asing atau yang dimaksud remitansi ini merupakan aliran uang dari luar negeri yang masuk kedalam perekonomian suatu negara (Mafruhah et al., 2017). International Monetary Fund dalam (Karuniasari, 2015) mengklasifikasikan definisi remitansi dalam tiga kategori, antara lain :

a. Remitansi merupakan pengiriman uang tunai atau sejenisnya oleh pekerja migran kepada keluarga di daerah asal.

b. Remitansi merupakan sejumlah pendapatan, kompensasi atau upah dalam bentuk cash atau sejenisnya di suatu negara tempat buruh bekerja yang legal secara hukum yang dibayarkan oleh perusahaan kepada individu yang bekerja sebagai pekerja migran

c. Remitansi merupakan pengiriman uang antar negara dari pekerja asing yang mengarah kepada transfer modal dari aset keuangan.

commit to user

(4)

a. Proses Pengiriman Dana Remitansi

Pengiriman remitansi oleh pekerja migran kepada keluarga di daerah asal diwajibkan menggunakan jasa perbankan untuk memudahkan pengiriman dan melegalkan transaksi keuangan antar negara. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Migran Indonesia mengarahkan para pekerja migran dalam mengirimkan remitansi melalui jasa perbankan setiap bulannya. Syarat menyimpan dan mengirimkan dana remitansi secara legal yaitu dengan membuka rekening bank yang ditetapkan oleh BNP2MI. Namun dalam kasus beberapa negara yang didalam negara tersebut belum terdapat kantor cabang Bank Indonesia, penerimaan dan pengiriman gaji pekerja yang akan dikirimkan dalam bentuk remitansi tidak dikirimkan dalam jalur perbankan melainkan melalui jasa-jasa pengiriman uang internasional. Terdapat tiga jalur pengiriman remitansi, antara lain (Ma’arif, 2018):

1) Jalur Resmi Perbankan

Jalur resmi perbankan digunakan dalam pengelolaan suatu dana remitansi di suatu negara yang memiliki kantor cabang Bank Indonesia didalamnya. Pengelolaan remitansi tersebut mencakup menampung dan mengirimkan dana remitansi oleh pekerja migran. Pekerja migran diwajibkan menggunakan perbankan yang terdaftar dalam Bank Indonesia seperti Bank BNI, Mandiri, dan BRI yang rata-rata memiliki cabang terbanyak di negara-negara maju. Bank-bank tersebut telah banyak ditemui di negara seperti Hongkong Tokyo, Singapura, New York, dan London, dll.

commit to user

(5)

2) Jalur Resmi Non Perbankan

Berbeda dengan jalur resmi perbankan, jalur resmi non perbankan ditujukan kepada suatu negara yang tidak memiliki kantor cabang Bank Indonesia didalamnya. Jasa-jasa pengiriman uang antar negara dipilih untuk memudahkan para pekerja migran untuk mengirimkan dana remitansinya kepada keluarga di daerah asal. Jasa-jasa pengiriman uang internasional yang dimaksud seperti Western Union, Money Gram, BNI Express, dan Toko Indo yang banyak cabangnya di negara-negara tempat pekerja migran serta resmi dan legal untuk berdiri di Indonesia.

3) Jalur Informal

Jalur informal merupakan jalur pengiriman dana remitansi pekerja migran yang tidak terdapat kantor cabang Bank Indonesia dan kantor jasa pengiriman uang antar negara. Para pekerja migran yang akan mengirimkan dana remitansi melalui penyimpanan pribadi dan akan dibawa melalui perorangan yakni pekerja migran yang akan kembali ke daerah asalnya. Jalur ini merupakan jalur yang sangat rawan akan tindak kriminal seperti pencurian, penipuan, ataupun penahanan oleh sekelompok/individu. Dalam beberapa konteks pengiriman jalur informal perlu diperhatikan setiap pekerja migran untuk menelaah setiap otoritas bea dan cukai di setiap negara pekerja migran.

commit to user

(6)

b. Pola Penggunaan Remitansi

Variabel-variabel yang mempengaruhi penggunaan remitansi berasal dari dua sisi yaitu tenaga migran dan rumah tangga. Variabel tenaga migran dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, tingkat ketrampilan, rentang waktu bekerja diluar negeri dan sebagainya. Sedangkan variabel rumah tangga dipengaruhi oleh kebutuhan sehari-hari, pengeluaran kesehatan, dan pengeluaran rumah tangga lainnya. Efek berganda akan muncul jika dana remitansi digunakan untuk kegiatan yang mampu membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain (Karuniasari, 2015).

Pola penggunaan remitansi keluarga pekerja migran lazimnya terbagi menjadi dua, yaitu pola penggunaan remitansi untuk kegiatan produktif dan penggunaan remitansi untuk kegiatan konsumtif. Pola penggunaan remitansi untuk kegiatan produktif diwujudkan dengan penggunaan remitansi untuk kegiatan investasi baik aset maupun non aset. Kegiatan investasi aset yaitu dengan pembelian tanah yang digunakan untuk kegiatan pertanian sehingga keluarga migran mampu untuk mandiri secara finansial jika sudah tidak menjadi pekerja migran dikemudian hari.

Investasi non aset diimplementasikan dengan pembiayaan pendidikan anak baik di jenjang dasar hingga pendidikan tinggi. Pola penggunaan remitansi untuk kegiatan konsumtif diwujudkan dalam pembiayaan kebutuhan keluarga sehari-hari serta pembayaran kewajiban seperti hutang atau cicilan keluarga (Dibyantoro & Alie, 2014).

commit to user

(7)

3. Teori Konsumsi a. Konsumsi

Konsumsi merupakan suatu usaha, kegiatan, dan proses dalam mengurangi dan menghabiskan nilai guna suatu barang dan atau jasa yang dilakukan sebagai pemenuhan kebutuhan individu secara langsung. Sedangkan individu atau kelompok yang melakukan kegiatan konsumsi dan tidak untuk memperdagangkan suatu barang dan jasa tersebut untuk kepentingan individu maupun kelompok.

Tingkat pendapatan akan mempengaruhi skala kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu maupun kelompok. Tingkat pendapatan secara langsung mempengaruhi tingkat konsumsi. (Hanantijo, 2013). Dalam kajian ekonomi makro, teori konsumsi penting untuk dikaji dikarenakan (Ridwan, 2007):

1) Bagian pengeluaran agregat didominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga.

2) Konsumsi rumah tangga dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang mempengaruhi (endogen).

3) Perubahan perilaku konsumsi yang signifikan disebabkan oleh perkembangan di masyarakat sangat pesat.

Pengeluaran konsumsi dipengaruhi oleh dua komponen yaitu pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Karena bersifat endogenous, pengeluaran konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Hanantijo, 2013):

1) Faktor Ekonomi

a) Pendapatan Rumah Tangga

commit to user

(8)

Pengaruh terbesar konsumsi rumah tangga dalam faktor ekonomi yaitu tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan secara langsung berpengaruh positif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga. Efek secara langsung terhadap barang normal (berlaku dalam hukum permintaan dan penawaran). Pendapatan rumah tangga menggambarkan kemampuan rumah tangga tersebut dalam menentukan tingkat konsumsinya. Tinginya tingkat pendapatan juga berpengaruh positif terhadap konsumtifme rumah tangga.

b) Kekayaan Rumah Tangga

Kekayaan merupakan segala aset yang dimiliki oleh rumah tangga.

Cakupan kekayaan terbagi menjadi dua, yakni pertama kekayaan riil yang termuat didalamnya berupa aset tetap seperti tanah, rumah, gedung, dan kendaraan. Kedua yaitu kekayaan finansial yang termasuk aset keuangan seperti kepemilikan surat-surat berharga, deposito, cek, dan obligasi. Segala kekayaan tersebut berpengaruh positif terhadap pengeluaran rumah tangga dikarenakan peningkatan disposable income.

c) Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap tingkat konsumsi. Didalam perekonomian suatu negara, jika suku bunga meningkat maka konsumsi rumah tangga akan menurun akibat biaya peluang yang ditimbulkan karena mahalnya kegiatan konsumsi. Apabila rumah tangga melakukan kegiatan pembelian barang dengan cara berhutang terlebih dahulu di bank atau lembaga keuangan lainnya maka

commit to user

(9)

akan menunda dan atau mengurangi transaksi tersebut dikarenakan tingkat suku bunga yang semakin tinggi.

d) Ekspektasi Rumah Tangga tentang Masa Depan

Ramalan tentang kondisi perekonomian rumah tangga di masa mendatang dilakukan untuk menimbang prospek atau kemungkinan yang akan terjadi. Faktor internal rumah tangga yang digunakan tersebut seperti prospek pekerjaan dan pendapatan rumah tangga. Sedangkan faktor eksternal yang dipertimbangkan antara lain keadaan perekonomian suatu negara, kebijakan serta otoritas terkait perekonomian oleh pemerintah.

2) Faktor Kependudukan (Demografi) a) Jumlah Penduduk

Tinggi atau rendahnya jumlah penduduk menentukan pendapatan perkapita suatu negara. Apabila jumlah penduduk sangat tinggi berdampak pada pendapatan perkapita yang naik sehingga pengeluaran konsumsi juga meningkat. Meskipun pengeluaran rata-rata setiap orang tergolong kecil dalam jumlah penduduk yang tinggi maka tetap akan mempengaruhi tingginya pengeluaran konsumsi agregat.

b) Komposisi Penduduk

1) Jumlah penduduk usia produktif atau usia kerja yang semakin banyak maka tingkat konsumsi akan semakin besar dikarenakan usia produktif yang sudah mampu bekerja dan berpenghasilan maka akan menentukan tingkat konsumsi rumah tangga tersebut.

commit to user

(10)

2) Tingkat pendidikan di masyarakat juga menentukan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Setiap individu yang berpendidikan tinggi menunjukan tingkat konsumsi yang tinggi pula, hal ini dikarenakan kebutuhan masyarakat yang berpendidikan tinggi juga besar.

3) Pola hidup/gaya hidup masyarakat urban lebih konsumtif daripada masyarakat di pedesaan. Akibat pola konsumsi masyarakat yang tinggi maka berdampak pada pengeluaran yang semakin banyak pula.

c) Faktor Non-Ekonomi

Perilaku masyarakat dalam bermasyarakat turut menentukan tingkat konsumsi. Faktor non-ekonomi yang dimaksud ialah sosial budaya. Dalam bermasyarakat yang mengalami perubahan pesat antara lain pola kebiasaan/adab dalam makan, perubahan gaya hidup, perubahan etika dan norma yang menyesuaikan perkembangan zaman dan mengadaptasi kelompok masyarakat yang lebih modern.

b. Permanent Income Life Cycle Hypotesis

Konsumen mempunyai dua periode dalam hidupnya. Periode pertama yaitu pendapatan yang diterima saat ini, dan periode kedua mencakup konsumsi saat ini beserta simpanan untuk bejaga-jaga. Pendapatan yang diterima oleh konsumen merupakan pendapatan seluruhnya yang diperoleh dan tambahan pendapatan yang diterima tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan individu yang dimaksud ialah disposable income (Yd) yaitu pendapatan setelah dikenai pajak. Umumnya konsumen akan mengalokasikan disposable income untuk konsumsi dan tabungan

commit to user

(11)

(Mankiw, 2008: Mafruhah et al., 2019). Hipotesis Siklus Hidup Pendapatan Tetap merupakan pola konsumsi yang sesuai dengan pekerja migran yang diperoleh secara tetap selama bekerja di negara penempatan dan pendapatan tersebut akan digunakan selama masa hidup mereka. Pola konsumsi hipotesis siklus pendapatan tetap sesuai dengan pekerja migran dimana pada saat penempatan pekerja migran langsung memperoleh pendapatan tetap dan akan dikelola seumur hidup setelah purna menjadi pekerja migran dan akan menimbukan perilaku konsumsi yang berbeda pula (Mafruhah et al., 2019).

Gambar 2.2. Permanent Income Life Cycle Hypotesis Sumber: Mafruhah et al., 2019

Periode yang dialami manusia mengalami tiga tahapan yaitu anak-anak, dewasa, dan lanjut usia. Menurut hipotesis siklus hidup tiga periode manusia tersebut mengalami perubahan tingkat konsumsi di setiap periodenya (Tin, 2020:

Mafruhah et al., 2019). Konsumen akan memaksimalkan kepuasan individu commit to user

(12)

sepanjang hidupnya dengan menggunakan pendapatan mereka. Pendapatan yang dimaksut ialah pendapatan tetap, pendapatan sementara, pendapatan yang berasal dari aset, dan pendapatan yang diharapkan. Segala pendapatan yang diterima tersebut digunakan untuk konsumsi. Tingkat pendapatan akan menentukan anggaran dan prefrerensi setiap konsumen. Alokasi untuk simpanan dilakukan jika konsumen tidak menggunakan konsumsi secara keseluruhan. Berdasarkan teori siklus hidup, faktor-faktor penentu dalam konsumsi dan pendapatan akan menentukan besarnya simpanan yang akan dilakukan oleh konsumen (Efriyani, 2008: Mafruhah et al., 2019).

4. Demografi

Demografi atau kependudukan merupakan rumpun ilmu dibidang kependudukan yang mempelajari tentang ukuran, struktur, dan persebaran penduduk termasik fertilitas, mortalitas, migrasi dan penuaan. Dalam suatu cakupan wilayah yang mendukung angka kependudukan adalah perkawinan dan mobilitas sosial. Ilmu demografi selalu dikaitkan dengan ilmu statistika dikarenakan dalam menguji variabel-variabel dalam demografi selalu mengalami perubahan seiring dinamika kebutuhan masyarakat (Mafruhah et al., 2017).

Teori demografi banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satunya Karl Marx. Teori marxist yang dikemukakan oleh Karl Marx berpendapat bahwa meningkatnya jumlah penduduk dari masa kemasa akan menaikan volume produksi yang mengakibatkan terpenuhinya bahan pangan. Teori Marxist mengungkapkan bahwa peningkatan jumlah penduduk juga akan menyebabkan

commit to user

(13)

permasalahan pada kesempatan kerja namun tidak menimbulkan permasalahan pada ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan. Permasalahan tersebut diakibatkan hak buruh yang diambil oleh kaum kapitalis (Mafruhah et al., 2017).

Teori Marxist menyatakan bahwa manusia adalah jantung dalam kegiatan perekonomian seperti produksi barang ataupun jasa. Maka dalam teori tersebut disimpulkan bahwa semakin tinggi jumlah penduduk maka akan semakin banyak penawaran tenaga kerja yang ditawarkan di pasar kerja. Keahlian sumber daya manusia akan meningkatan produktivitas serta dikombinasi dengan kemajuan teknologi. Sehingga teori ini sangat menekankan pada penduduk yang merupakan modal dasar pembangunan suatu negara (Mafruhah et al., 2017).

a. Bonus Demografi

Sesuai dengan teori Karl Marx jika penduduk merupakan modal dasar bagi negara sebagai penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, hal ini dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memanfaatkan bonus penduduk dalam angkatan kerja (produktif) untuk meningkatkan produktivitas. Bonus demografi merupakan bonus dan/atau peluang yang didapatkan dari besarnya penduduk produktif (15-60 tahun) di suatu negara. Laporan UNDP tahun 2013 dalam Tuhana et al., (2013) menyatakan bahwa Indonesia berada pada situasi bonus demografi pada tahun 2020-2030 dengan perkiraan penduduk usia produktif mencapai 180 juta sampai dengan 190 juta jiwa dengan perbandingan penduduk usia non produktif sebesar 82 juta sampai dengan 85 juta jiwa. Dengan perbandingan tersebut Indonesia berada pada titik terendah angka ketergantungan

commit to user

(14)

yaitu sebesar 44%. Dengan keuntungan jumlah penduduk usia produktif yang jauh lebih tinggi daripada usia non produktif berdampak pada efektivitas potensi ekonomi Indonesia.

b. Peluang Bonus Demografi

Jumlah penduduk usia produktif yang sangat tinggi merupakan peluang emas untuk memaksimalkan peran generasi tersebut demi kemajuan sebuah negara.

Kondisi window of opportunity yang dialami oleh Indonesia pada tahun 2020- 2030 sulit untuk terulang kembali di masa depan. Kondisi tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang manfaatnya akan berdampak pada berpuluh-puluh tahun kemudian. Peran semua stakeholder untuk memaksimalkan sumber daya yang ada sehingga manfaat bonus demografi benar-benar dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat termasuk negara (Tuhana et al., 2013).

Peluang bonus demografi menjadikan suatu negara dituntut untuk menciptakan inovasi-inovasi terbarukan untuk kemajuan negara. Hal tersebut merupakan tabungan negara dimasa depan sebagai modal untuk pembangunan negara. Bonus demografi berdampak tidak hanya aspek ekonomi tetapi juga aspek sosial dan kesehatan. Kuantitas penduduk usia kerja yang tinggi menguntungkan dari sisi pembangunan negara. Tenaga kerja produktif yang tinggi menjadi dasar untuk memperbesar peluang pasar dalam negeri. Hal tersebut harus diimbangi dengan kualitas tenaga kerja yang terdidik maupun terlatih (Tuhana et al., 2013).

commit to user

(15)

c. Tantangan Bonus Demografi

Sumber Daya Manusia adalah modal dasar dalam pembangunan suatu negara.

Tenaga kerja produktif mendorong peningkatan peluang pasar untuk produksi.

Dalam aspek peningkatan kualitas SDM, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk meningkatkan pembangunan dengan memperhatikan beberapa aspek seperti (1) Pendidikan yang mencakup kecakapan softskill maupun hardskill serta kemajuan teknologi dan implementasinya, (2) Kesehatan masyarakat yang harus diperhatikan oleh lembaga negara dan lembaga terkait, (3) Modal sosial dengan menciptakan program keluarga harapan sehingga perbaikan kualitas sdm di cakupan terkecil dapat dijalankan (Tuhana et al., 2013).

Aspek ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat penting, dikarenakan ketenagakerjaan merupakan variabel yang paling dominan dalam pembangunan sebuah negara. Tenaga kerja usia produktif yang sangat tinggi tanpa diimbangi dengan kualitas tenaga kerja akan mengakibatkan imbas negatif yaitu meningkatnya pengangguran unskill. Tantangan aspek ketenagakerjaan dalam menghadapi bonus demografi meliputi aspek kualitas dan daya saing SDM serta migrasi internasional yang semakin bebas dan terbuka. Tenaga kerja dituntut untuk mempunyai sertifikasi profesi ataupun keahlian agar siap meghadapi pasar tenaga kerja yang dibutuhkan (Tuhana et al., 2013).

5. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja (man power) merupakan penduduk yang berada pada usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang produktif menghasilkan barang dan jasa.

Teori ketenagakerjaan telah dikemukakan oleh Adam Smith menyatakan bahwa commit to user

(16)

awal dari pertumbuhan ekonomi dimulai dari alokasi sumber daya manusia yang efektif. Akumulasi modal diperlukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap stabil. Berbeda dengan teori klasik oleh Adam Smith, teori Keynes oleh John Maynard Keynes beranggapan bahwa realita dalam pasar tenaga kerja tidak seperti pandangan teori klasik. Kesejahteraan buruh akan selalu diperjuangkan melalui kesatuan buruh (labour union). Dalam teori Keynesian bahwa pendapatan buruh akan jarang sekali turun karena menyebabkan tingkat daya beli masyarakat juga akan turun sehingga tingkat konsumsi agregat akan berkurang. Penurunan konsumsi perlu diperhatikan karena akan menurunkan tingkat harga yang berdampak kurva nilai produktivitas marjinal labor akan turun dan pengusaha akan mengurangi kesempatan kerja sehingga tingkat pengangguran akan meluas (Mafruhah et al., 2017).

a. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan dan penawaran tenaga kerja selalu menjadi dinamika yang beriringan dalam pasar tenaga kerja. Pada suatu tingkat upah, ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran sering terjadi. Hal tersebut dikarenakan terjadi penawaran tenaga kerja yang lebih besar (excess suply of labor) atau sebaliknya yaitu permintaan tenaga kerja yang lebih besar (excess demand of labor). Faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja meliputi (1) tingkat upah yang akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan (2) penggunaan teknologi yang akan menenetukan kuantitas tenaga kerja yang dibutuhkan (3) produktivitas tenaga kerja (4) kualitas tenaga kerja yang menentukan produktivitas (5) fasilitas modal perusahaan (Mafruhah et al., 2017).

commit to user

(17)

Gambar 2.3. Kurva Penawaran Tenaga Kerja Sumber: Mafruhah et al., (2017)

b. Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja merupakan penyediaan jumlah tenaga kerja oleh pemilik usaha dalam jangka waktu tertentu. Penawaran tenaga kerja sangat bergantung pada tingkat upah. Berdasarkan teori klasik, pekerja merupakan kuasa penuh untuk menentukan bekerja atau tidak. Landasan teori selanjutnya yaitu teori konsumen yang mana kebebasan buruh menentukan jam kerja yang dikehendaki.

Setiap individu akan memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang akan dihadapi. Menurut G.S Becker (1976) dalam Mafruhah et al., (2017), seseorang menimati kepuasan melalui konsumsi atau menikmari habis luang (leisure).

Namun sesorang akan mengalami kendala ketika terpengaruhi oleh tingkat pendapatan dan waktu. Sehingga solusi yang ditawarkan ialah jumlah waktu bekerja ditawarkan dengan menyesuaikan tingkat upah dan harga yang

diinginkan. commit to user

(18)

Gambar 2.4. Kurva Penawaran Tenaga Kerja Sumber: Mafruhah et al., (2017)

Kurva penawaran tenaga kerja diatas mempunyai garis lengkung ke belakang yang menggambarkan penyediaan waktu kerja akan bertambah jika upah juga bertambah pada tingkat upah tertentu. Jika awal mula slope bersifat positif dan berubah maka disebabkan oleh penawaran upah melebihi upah reservasi akan mengakibatkan waktu yang disediakan tenaga kerja untuk bekerja berkurang.

Kondisi tersebut dikenal dengan Backward Bending Supply Curve (Mafruhah et al., 2017).

6. Migrasi

Migrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dengan tujuan untuk menetap disuatu tempat dengan melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas negara/politik (migrasi internasional) (Hugo, 2013: Mafruhah et al., 2017). Sebagai fenomena dalam kependudukan, migrasi berpengaruh terhadap perubahan tempat tinggal, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk suatu wilayah yang dijadikan sebagai landasan dalam commit to user

(19)

membuat kebijakan kependudukan dan pembangunan (Ghosh, 2006: Mafruhah et al., 2017). Secara garis besar faktor migran melakukan migrasi antara lain: (1) keputusan migran melalukan migrasi tidak hanya dipengaruhi oleh diri sendiri, namun juga dorongan oleh keluarga, (2) perbedaan tingkat upah domestik dengan luar negeri dan kegagalan perekonomian negara asal, (3) faktor persamaan sosial budaya akan lebih besar dipilih para pekerja migran kepada negara yang dituju, (3) keberadaan kerabat akan menjadi faktor dominan dalam penentua negara yang dituju pula.

Migrasi merupakan refleksi dari keadaan perekonomian dan pemerataan pembangunan daerah asal pekerja migran. Mobilisisasi pekerja migran menuju ke daerah yang perekonomiannya lebih maju memberikan kesempatan kerja yang lebih besar kepada pekerja migran. Pertumbuhan perekonomian suatu daerah yang lebih tinggi dapat memberikan peluang bekerja lebih ditinggi daripada didaerah asal pekerja migran. Mobilisasi pekerja migran pada tahun 1980 an sudah mengalami banyak perubahan salah satunya bekerja diluar negeri dan menjadi Pekerja Migran Indonesia.

7. Pekerja Migran Indonesia

Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2017 Bab 1 pasal 2 bahwa Pekerja Migran Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima upah di luar wilayah Republik Indonesia. Sesuai dengan Bab 2 pasal 4 Pekerja Migran Indonesia meliputi (1) Pekerja Migran Indonesia yang bekerja pada pemberi kerja berbadan hukum, (2) Pekerja Migran Indonesia yang bekerja pada pemberi kerja perorangan atau

commit to user

(20)

rumah tangga, (3) pelaut awak kapal dan pelaut perikanan. Pekerja Migran Indonesia saati ini mendapatkan pendapatan yang relatif rendah dibandingkan tenaga kerja dari negara lainnya, hal ini dikarenakan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada pada urutan ke 111 dari 192 negara di dunia, hal ini dikarenakan angakatan kerja di Indonesia mayoritas lulusan Sekolah Dasar sebesar 57,44 juta atau 49,52% dari jumlah angkatan kerja seluruhnya. Selain itu Pekerja Migran Indonesia didominasi tingkat kemampuan dan skill yang rendah.

Akibat dari faktor tersebut Pekerja Migran Indonesia rata-rata mendapatkan pekerjaan di sektor informal atau pekerjaan di level D3 (dirty, dangerous, difficult) sehingga upah yang diterima Pekerja Migran Indonesia juga rendah

(Mafruhah et al., 2017).

Pekerja Migran Indonesia yang semakin meningkat menimbulkan permasalahan yang beragam. Permasalahan Pekerja Migran Indonesia terletak pada pra penempatan, penempatan, dan pasca penempatan. Penelitian oleh Mafruhah (2012) menunjukan bahwa penempatan merupakan titik permasalahan yang paling kompleks daripada pra dan pasca penempatan Pekerja Migran Indonesia. Kajian oleh BP2TKI menyebutkan bahwa ketidaksesuaian antara kontrak kerja dengan realisasi pekerjaan menyebabkan para Pekerja Migran Indonesia ingin dipulangkan ketika penempatan. selain hal tersebut permasalahan yang dihadapkan oleh Pekerja Migran Indonesia yaitu upah yang tidak dibayarkan dan bermasalah serta Pekerja Migran Indonesia yang meninggal di negara penempatan.

commit to user

(21)

B. Kajian Empiris

No Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian 1 Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pengiriman

Remitansi TKI Asal Bali di Amerika Serikat

(Aprilliana &

Meydianawathi, 2011)

Metode: Kuantitatif Data: Data Primer dengan sampel 99 TKI asal Bali di AS, data sekunder (Kurs) didapatkan dari laman Bank Indonesia Variabel: Remitansi

(Y), Jumlah

Pendapatan (X1), Kebutuhan Keluarga (X2). Konsumsi TKI (X3), Nilai Kurs Dollar (X4), Biaya Remitansi (X5)

Variabel Remitansi dipengaruhi secara serempak oleh kelima variabel independen

dimana jumlah

pendapatan menunjukan pengaruh yang dominan.

Secara parsial jumlah pendapatan berpengaruh positif dan konsumsi TKI berpengaruh negatif terhadap besar remitansi yang dikirim namun signifikan pada tingkat 5%. Sedangkan , kebutuhan keluarga, Kurs Dollar, berpengaruh negatif terhadap besar remitansi yang dikirim, dan tidak signifikan pada tingkat 5%.

2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengiriman

Pendapatan Tenaga Kerja Indonesia ke

Keluarga di

Kabupaten Kendal (Awalia, 2014)

Metode: Kuantitatif Data: Primer dengan sampel 71 orang Variabel: Pengiriman pendapatan TKI (Y), pendapatan (X1), Kebutuhan keluarga

(X2), Jumlah

tanggungan (X3), Biaya pengiriman (X4)

Secara parsial variabel pendapatan, kebutuhan keluarga, biaya pengiriman berpengaruh positif dan signifikan.

Sedangkan variabel jumlah pengiriman tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

Secara serempak variabel pendapatan, kebutuhan keluarga, jumlah tanggungan, dan biaya pengiriman berpengaruh positif dan signfikan.

3 Analisis Faktor –

Faktor yang

Mempengaruhi Remitansi di Kabupaten Cilacap (Putra, 2013)

Metode: Kuantitaif Data: Data primer dengan sampel 50 responden

Variabel: Remitansi (Y), Pendapatan (X1),

Secara parsial variabel

pendapatan dan

kebutuhan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitansi. Variabel commit to user

(22)

No Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Tingkat

Kebutuhan Keluarga TKI (X2), Tingkat Konsumsi TKI (X3 ).

konsumsi pribadi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap remitansi. Sedangkan secara simultan model regresi digunakan untuk meramalkan besaran remitansi. Variabel pendapatam berpngaruh dominan terhdap remitansi.

4 Analisis Prioritas Penggunaan

Remittance Eks TKI Korea Selatan

(Karuniasari, 2015)

Metode: Kuantitatif Data: primer dengan responden berjumlah 241

Variabel; Dependen yaitu remitansi, serta variabel independen yaitu jumlah anak, gaji, gender, status perkawinan, tingkat pendidikan serta lokasi asal.

Variabel jumlah anak, dan lokasi asal berpengaruh positif dan signifikan terhadap remitansi. Variabel status perkawinan, dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap remitansi.

Variabel gaji

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap remitansi. Serta gender laki-laki berpengaruh negatif dan tidak signifikan.

5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengiriman Remitan Tenaga Kerja Kapal

Pesiar dan

Pemanfaatannya di Kabupaten Tabanan (Agustika &

Rustariyuni, 2017)

Metode: Kuantitatif

Data: Primer

didapatkan melalui wawancara dengan 84 respinden, dan sekunder melalui BP2TKI Bali

Variabel: Remitansi (Y), Pendapatan (X1), Jumlah Keluarga (X2), Frekuensi Pengiriman Remitan (X3), Lama Kerja (X4), dan Status Perkawinan (X5).

Secara simultan kelima

variabel bebas

berpengaruh terhadap jumlah remitan tenaga kerja kapal pesiar, secara parsial variabel pendapatan, jumlah keluarga, dan frekuensi pengiriman berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah remitan.

Sedangkan variabel lama kerja dan status perkawinan tidak berpengaruh terhadap jumlah remitan.

6 Alokasi Remitansi Metode: Kualitatif commit to user Migran di kecamatan

(23)

No Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian Pendapatan Keluarga

Migran di

Kecamatan Langowan Utara (Rantung et al., 2018)

Data: Primer dengan survey melalui 34 sampel penelitian

Langowan Utara

sebagian besar

mengalokasikan

remitansi untuk investasi

di pembelian

tanah/rumah dengan besaran 40%-50%.

Investasi di bidang pendidikan digunakan untuk membiayai pendidikan anak para migran. Selain itu alokasi remitan juga dianggarkan untuk membeli sawah dan kebutuhan tersier keluarga dan sisanya digunakan untuk tabungan keluarga.

7 Social Engineering Strategy of Entrepeneurship Behaviour of Indonesian Migrant Workers During the Placement Period (Mafruhah et al., 2019)

Metode: campuran dengan analisis regresi Data: Primer

Variabel: model analisis pertama menggunakan variabel pelatihan, status

marital, dan

pengalaman kerja terhadap pelatihan kewirausahaan

Model analisis kedua menggunakan variabel pelatihan, asal, dan determinan

pemanfaatan remitansi terhadap jumlah pengiriman remitansi

Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pelatihan, status marital, dan pengalaman kerja di negara asal migran mempengaruhi motivasi berwirausaha.

Sedangkan untuk variabel pelatihan, asal

dan determinan

pemanfaatan remitansi berpengaruh terhadap jumlah remitansi yang dikirimkan.

8 Analyze The Social Economy Condition of Indonesia Migrant Workers, The Way To Improve The Welfare: A Case Study in Hongkong (Mafruhah et al.,

Metode: Kombinasi dari kuantitatif dan kualitatif

Data: Primer

Variabel: Variabel dependen meliputi Remitansi, dan Variabel Independen

Remitansi yang

merupakan proksi kesejahteraan TKI dipengaruhi secara signifikan oleh pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, commit to user

(24)

No Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian

2017) pendapatan,

pendidikan,

pengalaman menjadi TKI, umur, jumlah tanggungan keluarga, biaya keberangkatan, dan biaya hidup.

dan biaya hidup, sedangkan usia, pengalaman, dan biaya keberangkatan tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.

9 The Placement Model for Indonesia Migrant Workers to Improve their Economic Welfare (Mafruhah et al., 2016)

Metode: Kombinasi Kuantitatif dan Kualitatif

Data: Primer dengan 150 responden

Variabel:

menggunakan tiga permasalahan TKI dalam sebelum penempatan,

penempatan dan setelah penempatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor prioritas yang menentukan keberhasilan pekerja migran meliputi tiga fase yaitu fase penempatan dengan nilai 0,523198; fase pra penempatan dengan nilai 0,289185; dan fase pasca penempatan dengan nilai 0,187617. Selain itu, ditemukan pula bahwa kebijakan penempatan sektor formal harus dilakukan bekerjasama dengan negara tujuan, terutama dalam pola rekrutmen, substansi

kontrak, dan

perlindungan hukum.

10 Effect of Remittances on Proverty Reduction: The Case of Indonesia

(Inoue & Hamori, 2016)

Metode: Kuantitatif Data : Sekunder Variabel: kemiskinan (Dependen) dan Independent variable terdapat remitansi, tenaga kerja, GDP, Gini, inflasi, kurs.

Hasil penelitian menunjukan peningkatan remitansi menyebabkan penurunan kemiskinan sebesar 2,56%. Inflasi dan kurs masing-masing memiliki pengaruh positif dan negatif terhadap kemiskinan.

Pengaruh kecil remitansi terhadap pengurangan kemiskinan mungkin dapat dijelaskan oleh rendahnya latar belakang pendidikan para migran, pekerjaan berupah commit to user

(25)

No Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian rendah, biaya pengiriman uang yang mahal, dan para migran yang tidak mengetahui cara mengirimkan uang melalui lembaga keuangan formal.

commit to user

(26)

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.5. Road Map Penelitian Sumber: Penulis, 2020 Tujuan

Penelitia Nn

Metodologi Penelitian

Referensi Teori dan Penelitian Sebelumnya Menganalisis faktor

yang mempengaruhi pengiriman

remitansi Pekerja Migran Indonesia purna di Kabupaten Ponorogo

Menganalisis alokasi pemanfaatan

pengiriman remitansi keluarga Pekerja Migran Indonesia di Kabupaten Ponorogo.

1. Pendapatan Migran 2. Konsumsi

Keluarga 3. Pendidikan 4. Jenis

Kelamin 5. Usia 6. Jumlah

Tanggungan Keluarga 7. Asal 8. Status

Marital

1. Konsumsi 2. Investasi

Analisis Inferensial

Analisis Deskriptif

Rantung et al., 2018 Agustika &

Rustariyuni, 2017 Aprilliana &

Meydianawathi, 2011 Awalia, 2014

Putra, 2013 Karuniasari, 2015 Agustika &

Rustariyuni, 2017 Rantung et al., 2018 Mafruhah et al., 2019 Mafruhah et al., 2017 Inoue & Hamori, 2016

commit to user

(27)

D. Hipotesis

Ho : Pendapatan migran, konsumsi keluarga, pendidikan, jenis kelamin, usia, jumlah tanggungan keluarga, asal, dan status marital tidak berpengaruh terhadap pengiriman remitansi PMI Purna Penempatan asal Kabupaten Ponorogo.

Ha : Pendapatan migran, konsumsi keluarga, pendidikan, jenis kelamin, usia, jumlah tanggungan keluarga, asal, dan status marital berpengaruh terhadap pengiriman remitansi PMI Purna Penempatan asal Kabupaten Ponorogo.

commit to user

Gambar

Gambar 2.1. Teori Penawaran Tenaga Kerja  Sumber : Boswort et al: Christoper & Chodijah, 2017
Gambar 2.2. Permanent Income Life Cycle Hypotesis  Sumber: Mafruhah et al., 2019
Gambar 2.3. Kurva Penawaran Tenaga Kerja  Sumber: Mafruhah et al., (2017)
Gambar 2.4. Kurva Penawaran Tenaga Kerja  Sumber: Mafruhah et al., (2017)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Didalam konsep loyalitas terdapat empat tahap yang saling berurutan yaitu: (1) Loyalitas Kognitif adalah tahap dimana adanya kepercayaan terhadap suatu merek, dan

Batang Hari dari Tahun 2006 berada dibawah laju pertumbuhan PDRB Kabupaten. Batang Hari dari tahun 2006 berada dibawah laju pertumbuhan PDRB

Proses produksi dapat dikategorikan cukup, hal ini dikarenakan pada CV Alas Gembol semua produk di buat oleh tangan manusia ( hand made) sehingga membutuhkan proses yang lama

Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong tahun

– Jejaring internal P2TB  jejaring kerja antar semua unit yang terkait dalam menangani pasien TB di..

[r]

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sampai saat penelitian ini dilakukan belum ada penelitian yang secara khusus memuat atau menelaah bahasa Klamu baik secara