(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 4 Citangtu Kabupaten Kuningan)
T E S I S
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar
Disusun Oleh:
S U P I
NIM. 1204728
PRODI PENDIDIKAN DASAR KONSENTRASI IPS
SEKOLAH PASCA SARJANA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN 4 Citangtu Kabupaten Kuningan)
Oleh
S U P I
S.Pd. UT Bandung, 2009
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Dasar
Konsentrasi Ilmu Pengetahuan Sosial
© S u p i 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat / Signifikansi Penelitian ... 10
E. Struktur Organisasi Tesis ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
A. Kemampuan Pemecahan Masalah ... B. Nilai Karakter ... ... C. Teori Belajar Pendukung ... D. Strategi Pembelajaran Inkuiri ... E. Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) ... F. Teknik Inkuiri Nilai dengan Pertanyaan Acak/Random ... G. Pembelajaran IPS ... H. Dimensi Pendidikan IPS di SD ... I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 12
F. Proses Pengembangan Pedoman Penelitian ... 56
G. Teknik Pengumpulan Data ... 62
H. Analisis Data ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 69
2
c. Pengamatan Tindakan ke 1 ... d. Refleksi Tindakan ke 1 ... e. Perencanaan Tindakan ke 2 ... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2 ... h. Refleksi Tindakan ke 2...
80
a. Perencanaan Tindakan ke 1 ... b. Pelaksanaan Tindakan ke 1... c. Pengamatan Tindakan ke 1 ... d. Refleksi Tindakan ke 1 ... e. Perencanaan Tindakan ke 2 ... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2 ... h. Refleksi Tindakan ke 2...
94
a. Perencanaan Tindakan ke 1 ... b. Pelaksanaan Tindakan ke 1... c. Pengamatan Tindakan ke 1 ... d. Refleksi Tindakan ke 1 ... e. Perencanaan Tindakan ke 2 ... f. Pelaksanaan Tindakan ke 2... g. Pengamatan Tindakan ke 2 ... h. Refleksi Tindakan ke 2...
116 1. Perencanaan Pembelajaran IPS dengan Teknik Inkuiri Nilai 2. Pelaksanaan Pembelajaran IPS dengan Teknik Inkuiri Nilai 3. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah
dengan Teknik Inkuiri Nilai ... 4. Internalisasi Nilai Karakter melalui Teknik Inkuiri Nilai ...
Supi, 2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER SISWA MELALUI TEKNIK
INKUIRI NILAI DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN 4 Citangtu Kab. Kuningan)
S U P I NIM. 1204728
Supi, 2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Internalisasi Nilai Karakter,
dan Teknik Inkuiri Nilai. ABSTRACT
IMPROVING STUDENTS’ PROBLEM-SOLVING ABILITY AND
INTERNALIZATION OF CHARACTER VALUES THROUGH VALUE INQUIRY TECHNIQUE IN THE TEACHING AND LEARNING OF
SOCIAL STUDIES
(A Classroom Action Research among the Fourth Graders of State Elementary School 4 Citangtu, Kuningan Regency)
S U P I Student ID 1204728
The research was prompted by the fact that teachers have frequently dominated the teaching and learning, insufficiently encouraged students to be active, not provided opportunities for students to express their opinion, and not adequately developed character values in the classroom, there by creating various social problems. The research is focused on the skills of problem solving and character value development in the State Elementary School 4 Citangtu among as many as 13 fourth graders. Thus, the research aimed to improve problem solving ability and the internalization of character values of the students using value inquiry random question technique in the teaching and learning of social studies.. The ground theories used are John Dewey’s theory of problem-solving ability, character value development based on the Guidelines of Cultural and National Character Education Development, and Bayer’s theory of Value Inquiry Technique developed by Kosasih Jahiri (1985). The method used was Classroom Action Research using qualitative approach. The procedures of the research employed Spiral model by Kemmis and Taggart (1988), where each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The data were collected using observation sheets of teacher and student activities, assessment sheet, interview, and documentation. The results of the research showed that there was some improvement in the students’ problem-solving ability and internalization of character values after the teaching and learning of Social Studies using value inquiry technique. This could be observed from the students’ abilities in formulating problems, analysing problems, formulating hypotheses, gathering data, testing hypotheses, and formulating problem-solving recommendations. The characters internalized were hard work, independence, curiosity, self-discipline, communicativeness, responsibility, and care for the environment. The research recommends that value inquiry technique be made one of the strategies to improve problem-solving and internalization of character values of the students both in the
Supi, 2014
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN INTERNALISASI NILAI KARAKTER teaching and learning of Social Studies and other subjects with suitable learning materials.
Keywords: Problem-Solving Ability, Internalization of Character Values, and Value Inquiry Technique.
Supi, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya
ditentukan oleh melimpahruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusianya. Majid dan Andayani. (2012: 2)
mengatakan bahwa “Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri.” Di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
globalisasi menuntut bangsa Indonesia menjadi warga negara yang berakhlak
mulia dan berilmu, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No.
20 Tahun 2003 Pasal 33 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut perlu dilakukan proses belajar.
Berdasarkan aliran belajar kognitif, belajar pada hakikatnya adalah proses mental
dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap
individu secara optimal. Belajar bukan semata-mata proses menghapal sejumlah
fakta, tetapi proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya.
Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh,
artinya perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan
problem yang dihadapi.
Dalam kenyataannya manusia akan selalu dihadapkan kepada
permasalahan yang menyangkut kehidupannya. Mulai dari masalah pribadi,
masalah keluarga, masalah sosial kemasyarakatan, masalah negara sampai ke
dapat merasakan bersama, bahwa merebaknya masalah-masalah moral di
kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba),
tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, merusak milik orang lain, perampasan,
penipuan, pengguguran kandungan, penganiayaan, perjudian, pelacuran,
pembunuhan, dan lain-lain sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini
belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak
dapat dianggap lagi sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan
tersebut sudah menjurus kepada tindakan kriminal. Kondisi saat ini sangat
memprihatinkan masyarakat khususnya para orang tua dan para pendidik (guru),
sebab pelaku-pelaku beserta korbannya adalah kaum remaja, terutama pelajar dan
mahasiswa.
Salah satu penyebab terjadi masalah-masalah tersebut adalah karena
ketidakmampuan anak-anak atau remaja dalam mengatasi masalah yang terjadi
dalam lingkungan kehidupannya. Mereka cenderung menyelesaikan masalah
sendiri tanpa memperhatikan norma-norma masyarakat. Penyelesaian masalah
kadang dilakukan secara spontanitas yang banyak dipengaruhi oleh teman sebaya.
Baik anak-anak maupun orang dewasa banyak yang tidak memiliki kemampuan
dalam menyelesaikan masalah-masalah baik masalah yang menyangkut pribadi
maupun masalah sosial. Hal ini terjadi karena mereka tidak terlatih dan terbiasa
menyelesaikan masalah secara baik.
Masalah yang muncul pada pembelajaran di kelas IV SDN 4 Citangtu
adalah tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah sangat rendah dan
kurangnya pengembangan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran. Hal ini terlihat
dalam pembelajaran seperti kurangnya keberanian siswa ketika menjawab
pertanyaan yang disampaikan guru, jawaban yang disampaikan oleh beberapa
siswa pun lebih bersifat teks book, pembelajaran lebih didominasi oleh guru
sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktip, materi
pembelajaran IPS selama ini lebih bersipat teoritis, pembelajaran lebih bersifat
mentransfer pengetahuan, kurang mengembangkan keterampilan berpikir,
pembelajaran kurang mengembangkan nilai-nilai karakter, dan kemampuan yang
nilai 10 atau 100 dianggap sudah berhasil, sedangkan aspek sikap dan
keterampilan tidak mendapat penilaian. Akibat pembelajaran seperti itu, banyak
perilaku kurang baik muncul pada siswa, seperti sikap toleransi antar teman
kurang, rasa ingin tahu rendah karena selalu diberikan pengetahuan-pengetahuan
yang sifatnya praktis, sikap kerja keras dalam belajar tidak muncul karena selalu
diberi kemudahan-kemudahan oleh guru, siswa kurang komunikatif dalam
pembelajaran karena pembelajaran bersifat satu arah, kurangnya rasa tanggung
jawab terhadap tugas-tugas, kurangnya kepedulian kepada sesama teman dan pada
lingkungan dan sikap negatif lainnya.
Masalah bagi guru dan kepala sekolah bukan menentukan nilai-nilai yang
harus siswa ikuti, tetapi bagaimana melatih kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah terutama masalah yang berkaitan dengan nilai-nilai yang
ada di masyarakat dan bagaimana mengembangkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tujuan pokok pendidikan IPS haruslah
dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan membuat
keputusan-keputusan yang bersipat reflektif sehingga mereka dapat memecahkan
masalah-masalah pribadi (individual) dan membentuk kebijakan umum dengan cara
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial. Kemampuan individual bagi para
siswa dalam memecahkan masalah-masalah pribadi maupun sosial menuntut
adanya pelayanan dari pihak sekolah yang lebih khusus. Dalam hal ini
pembelajaran memerlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat memberikan
kemampuan memecahkan masalah kepada para siswa secara individual.
Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran IPS dalam
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, dapat terungkap dari
penelitian Takidin (2010) yang diperoleh data skor rata-rata kemampuan
pemecahan masalah sosial dalam pre tes di kelas kontrol sebesar 6,06 atau 30%
dari skor ideal 20 dan skor rata-rata di kelas eksperimen 6,25 atau 31% dari skor
ideal 20, sehingga hasilnya menunjukkan kemampuan pemecahan masalah masih
rendah. Penelitian Megawangi (2009) menjelaskan temuan tentang kemampuan
penyelesaian masalah sosial pada pembelajaran IPS siswa kelas IV dikatakan
sedangkan yang lainnya belum memahami penyelesaian masalah-masalah sosial.
Berdasarkan hasil observasi Januar Masliady (2010) di beberapa sekolah di
kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung ditemukan beberapa fakta yang
menunjukkan bahwa pembelajaran IPS banyak mengalami kelemahan dalam
pelaksanaannya, adalah : 1) IPS di Sekolah Dasar maupun di sekolah lanjutan
dianggap oleh sebagian siswa sebagai mata pelajaran yang tidak penting dan mata
pelajaran yang membosankan. 2) kondisi PBM di persekolahan dewasa ini masih
diwarnai oleh penekanan pada aspek pengetahuan dan masih sedikit yang
mengacu pada partisipasi siswa dalam pembelajaran. 3) proses pembelajaran IPS
tidak merangsang siswa untuk terlibat secara aktif, PBM IPS dilakukan oleh guru
belum mampu menumbuhkan budaya belajar yang baik dikalangan siswa. 4)
informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket dan kurang menggunakan
sumber-sumber lainnya. 5) Guru lebih mendominasi siswa (teacher centered)
sehingga kebutuhan siswa tidak terlayani atau dengan kata lain dominasi guru
dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat
pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian daripada mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan. 6) metode pembelajaran yang digunakan guru
masih bersifat konvensional yang lebih menekankan pada lingkungan belajar
individual dan kompetisi sehingga tidak menumbuhkan nilai sosial
kemasyarakatan. 7) belum melibatkan siswa dalam seluruh komunitas sekolah
dalam berbagai aktivitas kelas, sehingga tidak tampak keterampilan sosial dalam
hal berpartisipasi dan kerjasama.8) guru tidak banyak mengarahkan siswa untuk
terampil memecahkan masalah-masalah sosial dalam pembelajaran. Kemampuan
memecahkan masalah yang dimaksud termasuk dalam kajian penelitian adalah
siswa tidak pernah diajak dan diarahkan guru untuk memecahkan
masalah-masalah sosial sederhana yang tampak disekitar sekolah, seperti masalah-masalah
penumpukan sampah, kepadatan penduduk, perubahan gaya hidup anak remaja di
lingkungan sekitar sekolah karena pengaruh maraknya warung internet,
ketidakdisiplinan dalam perilaku baik di masyarakat maupun di sekolah, polusi
kendaraan yang mengganggu udara di sekitar sekolah, bahkan masalah kondisi
temuan-temuan tersebut dapat dipahami bahwa kemampuan pemecahan masalah tidak
dibiasakan pada siswa sekolah dasar, sehingga ketika siswa beranjak dewasa tidak
memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah dan pengembangan nilai
karakter pada siswa perlu ditanamkan sejak dini. Menurut Piaget (Nurihsan ,2011:
29), menjelaskan bahwa:
Anak usia SD berada pada tahap Concrete operational periode (tahap operasional konkrit), dimana perilaku yang tampak pada periode ini ialah kemampuannya dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat konkrit. Proses perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu berlangsung mengikuti suatu sistem atau prinsip mencari keseimbangan
(seeking equilibrium) dengan menggunakan dua cara atau teknik yaitu
Assimilation dan Accomodation. Teknik asimilasi digunakan apabila individu memandang bahwa hal-hal baru yang dihadapinya dapat disesuaikan dengan kerangka berpikir yang telah dimilikinya. Adapun teknik akomodasi digunakan apabila individu memandang bahwa objek-objek atau masalah-masalah baru yang tidak dapat diselesaikannya dengan kerangka berpikirnya yang ada sehingga ia harus mengubah cognitive
strukturnya.
Berdasarkan teori tersebut, anak usia SD harus ditanamkan keterampilan
dalam pemecahan masalah agar ia mampu mengubah struktur kognitifnya
sehingga kemampuan dalam pemecahan masalah menjadi suatu kebiasaan yang
tertanam dalam dirinya. Pembelajaran IPS harus mampu mengembangkan aspek
pengetahuan dan pemahaman (knowledge and understanding), aspek sikap dan
nilai (attitude and value) dan aspek keterampilan (skill) pada diri siswa. Aspek
pengetahuan dan pemahaman berkaitan dengan dunia dan kehidupan masyarakat
di sekitarnya, aspek sikap berkaitan dengan pemberian bekal mengenai dasar etika
dan norma yang nantinya menjadi orientasi nilai dalam kehidupan di masyarakat,
sedangkan aspek keterampilan meliputi keterampilan sosial (social skill) dan
keterampilan intelektual (intelektual skill) agar siswa tanggap terhadap
permasalahan sosial dan mampu bekerja sama dengan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari (Jarolimek, 1993). Sebagaimana tercantum dalam Permendiknas
Nomor 20 tahun 2006, tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI yaitu agar peserta
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Melihat dari tujuan pembelajaran IPS sesungguhnya kemampuan
memecahkan masalah dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
menjadi salah satu tujuan pembelajaran IPS yang harus dicapai untuk menghadapi
kehidupan yang semakin maju dan kompleks.
Pendidikan merupakan salah satu strategi dasar dari pembangunan
karakter bangsa yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara koheren
dengan beberapa strategi lain. Strategi tersebut mencakup, yaitu
sosialisasi/penyadaran, pemberdayaan, pembudayaan dan kerjasama seluruh
komponen bangsa. Pembangunan karakter dilakukan dengan pendekatan
sistematik dan integratif dengan melibatkan keluarga, satuan pendidikan,
pemerintah, masyarakat sipil, anggota legislatif, media massa, dunia usaha, dan
dunia industri. Sehingga satuan pendidikan adalah komponen penting dalam
pembangunan karakter yang berjalan secara sistemik dan integratif bersama
dengan komponen lainnya.
Sejak zaman John Dewey (1859-1952) pemikiran untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran telah menjadi obsesi. Walaupun pada masa itu
pemikirannya masih bersipat umum, namun cukup untuk dijadikan pijakan bagi
para pengikutnya. Inkuiri merupakan salah satu pendekatan yang saat ini
digunakan oleh para pengembang kurikulum khususnya di sekolah-sekolah
Australia dan Amerika Serikat sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran IPS.
Penggunaan pendekatan ini didasarkan atas beberapa pemikiran para ahli
pendidikan IPS dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pendekatan ini
memiliki keunggulan terutama untuk mengembangkan kemampuan berpikir
pendekatan klasikal dan tradisional. Menurut para ahli, pendekatan inkuiri adalah
salah satu cara untuk mengatasi masalah kebosanan siswa dalam belajar di kelas
karena proses belajar lebih terpusat kepada kebutuhan siswa ( student centered
instruction) daripada kepada guru (teacher centered instruction), ( Sapriya, 2009:
69-70). Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi
dalam pembelajaran IPS di sekolah, metode inkuiri dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif.
Salah satu model pembelajaran terkait dengan kemampuan pemecahan
masalah dan sekaligus dapat mengembangkan nilai karakter adalah Teknik
Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random (Value Inquiry Random Questioning
Technique disingkat VIRQT) yang merupakan bagian dari model pembelajaran
Value Clarification Technique (VCT). Inkuiri nilai yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random (Value
Inquiry Random Questioning Technique disingkat VIRQT) menurut Bayer yang
dikembangkan oleh Kosasih Djahiri (1985). Sedangkan Banks (1990) berpendapat
bahwa inkuiri nilai merupakan pendekatan tidak langsung pendidikan nilai/moral
lainnya. Inkuiri nilai tidak bebas nilai. Alasan pemilihan teknik ini berdasarkan
pendapat Banks (Maftuh, 2009: 75) menyatakan bahwa “ students should be
required to justify their moral choices within the context of societal values such as
human dignity, justice, and equality.” Inkuiri nilai dapat membantu siswa sebagai
pembuat keputusan, mengidentifikasi sumber nilai mereka, menentukan
bagaimana nilai-nilai tersebut berkonflik, mengidentifikasi alternatif nilai, dan
menilai nilai-nilai tersebut secara bebas.
Pentingnya nilai dalam IPS terbukti ketika anak-anak akan membuat
keputusan atau memecahkan masalah. Pengambilan keputusan sangat penting
dalam IPS. Dalam sebuah artikelnya yang berpengaruh dan dipublikasikan tahun
1960, Shirley Engle menyatakan bahwa pengambilan keputusan mesti menjadi
tujuan utama dalam pengajaran IPS. Pendapatnya tersebut mendapat dukungan
dari para penulis lainnya yang berpendapat bahwa misi utama pendidikan IPS
adalah untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan untuk menganalisis
untuk membuat keputusan yang berpengetahuan dan bernalar (NCSS, 1994), atau
untuk mengambil keputusan harus dikembangkan dan dipraktekan di sekolah,
khususnya melalui IPS (Maftuh, 2009: 70).
Djahiri (1985: 82) juga menyatakan bahwa metode pengajaran inkuiri
adalah paling tinggi kadar CBSA dan CMGA-nya. Melalui inkuiri siswa akan
memperoleh: 1) Latihan keterampilan pemecahan masalah secara rasional,
objektif dan mandiri. 2) Pembinaan sikap dan tabiat agar setiap masalah yang
dihadapinya merupakan tantangan yang harus dipecahkannya. 3) Bimbingan,
latihan dan pembakuan untuk berpikir secara kritis analitis dan interaktif baik
secara konvergen (dari sejumlah hal/fakta menuju suatu fokus/kesimpulan
diterapkan kepada sejumlah hal/fakta). Sehingga sesuatu dikaji, dianalisis dan
dinilai dari berbagai segi, tidak dibiasakan menilai sesuatu secara sumir-sepintas
dan hanya dari satu segi saja. 4) Latihan mencari dan merumuskan berbagai
kemungkinan perkiraan (hipotesa/asumsi) serta berbagai kemungkinan pemecahan
masalah. 5) Latihan memilih dan menentukan keputusan (decission making skill)
dari sejumlah alternatif. 6) Pembinaan untuk selalu “penasaran = curious” dan
mencari serta membuktikan kepenasarannya ini secara objektif.
Berdasarkan alasan di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul “
Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Internalisasi Nilai Karakter
melalui Teknik Inkuiri Nilai dalam pembelajaran IPS, dengan harapan
kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah dan menginternalisasi nilai
karakter meningkat di masa yang akan datang dalam menghadapi kehidupan yang
semakin kompleks.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berawal dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi, peneliti
mengidentifikasi beberapa permasalahan yang terjadi di sekolah dalam
pembelajaran di kelas khususnya di kelas IV, yaitu:
1. Siswa cenderung menjawab pertanyaan guru secara teks book, tidak
2. Perhatian siswa terhadap pembelajaran kurang, terlihat dari kurang
tanggapnya siswa pada tugas yang diberikan guru.
3. Pembelajaran lebih didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga
siswa kurang aktif.
4. Materi pembelajaran bersipat teoritis dan sarat dengan hapalan.
5. Pembelajaran lebih bersifat mentransfer pengetahuan dan kurang
mengembangkan keterampilan berpikir
6. Penilaian aspek pengetahuannya lebin dominan dibandingkan sikap dan
keterampilan.
Bertitik tolak dari hasil identifikasi masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana teknik inkuiri nilai
dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dan menginternalisasi nilai karakter?”. Dengan demikian
peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menggunakan teknik inkuiri
nilai dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter siswa?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan teknik inkuiri
nilai dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter
siswa?
3. Bagaimana hasil peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan
internalisasi nilai karakter siswa dalam pembelajaran IPS dengan
menggunakan teknik inkuiri nilai?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian iniadalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan teknik inkuiri
nilai dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan teknik inkuiri
nilai dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter
siswa.
3. Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan pemecahan masalah
dan internalisasi nilai karakter setelah pembelajaran IPS dengan teknik
inkuiri nilai.
D. Manfaat/Signifikansi Penelitian
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Memperoleh pembelajaran yang menyenangkan yang dapat
meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah dan
internalisasi nilai karakter.
b. Bagi guru
1) Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif mencari
model-model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan
suatu topik atau konsep tertentu sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
2) Dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan menginternalisasi nilai karakter siswa dalam
pembelajaran IPS.
3) Dipergunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter.
Dapat digunakan untuk pembelajaran nilai (value), meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan mengembangkan model
pembelajaran inovatif.
E. Struktur Organisasi Tesis
Struktur penulisan Pada bagian ini terdiri dari lima bab yang meliputi:
BAB I : Pendahuluan, yang meliputi: latar belakang,
identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat atau signifikansi penelitian dan struktur
organisasi Tesis.
BAB II : Kajian Pustaka.
Yang memaparkan kajian pustaka tentang kemampuan
pemecahan masalah, internalisasi nilai karakter,
strategi pembelajaran inkuiri, teknik inkuiri nilai dan
pembelajaran IPS
BAB III : Metode Penelitian.
Pada bab ini berisi penjabaran tentang : lokasi dan
subjek populasi/sampel, desain penelitian, metode
penelitian, definisi konseptual, instrumen penelitian,
proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan
data dan analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini memaparkan tentang hasil penelitian yang
meliputi pengolahan dan analisis data untuk
menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan
penelitian dan pembahasan atau analisis hasil temuan
BAB V : Simpulan dan Saran
Bab simpulan dan saran menyajikan penafsiran dan
penelitian.
Daftar Pustaka
Supi, 2014
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Lokasi yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah SD Negeri 4
Citangtu yang berlokasi di Jalan Sastrasantana RT.13 RW.03 Lingkungan
Lebakburang Kelurahan Citangtu Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan.
Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah masalah pertama ditemukan dalam
pembelajaran yang dilakukan di kelas tersebut, sehingga perlu dilakukan
perbaikan pembelajaran.
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV yang terdiri dari 13 orang,
dibantu satu orang guru kelas sebagai pelaksana tindakan, peneliti sebagai
observer dan pengumpul data.
B. Desain Penelitian
Ebbut yang dikutip Hopkins (Wiriaatmaja, 2012: 12) mengemukakan
penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan
praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan
dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari
tindakan-tindakan tersebut. Kurt Lewin (Kunandar, 2012: 42) mengarikan peneltian
tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap, yakni
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dari pengertian tindakan di atas, dapat disimpulkan tiga prinsip, yakni (1)
adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan; (2) adanya
tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui
penelitian tindakan tersebut; dan (3) adanya tindakan (treatment) untuk
meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan. Mengacu pada prinsip di atas,
penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan
(action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus peneliti di kelasnya
atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang,
bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses
pembelajaran di kelsnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu
siklus.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model
Spiral dari Kemmis dan Taggart (Wiriaatmaja, 2012: 66) digambarkan sebagai
berikut:
PLAN
ACT
OBSERVE
R
EF
LEC
T
REVISED PLAN
ACT
OBSERVE
R
EF
LEC
T
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS BERIKUTNYA
Bagan 3.1
Prosedur penelitian ini diawali orientasi atau pengecekan di lapangan
(reconnaissance) sebagai langkah pendahuluan untuk pemeriksaan kesiapan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain bertemu dengan kepala sekolah, meminta izin
untuk meneliti di salah satu kelas dengan menunjukkan proposal penelitian.
Kegiatan orientasi merupakan studi pendahuluan yang dilakukan untuk mengenal
karakteristik subyek penelitian. Mengadakan diskusi dengan guru kelas untuk
membicarakan masalah-masalah yang dihadapi di kelas terutama dalam
pembelajaran IPS. Dan akhirnya di dapat kesepakatan untuk mencoba
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai dengan
teknik inkuiri nilai, yang dirasa penting untuk dilaksanakan. Penelitian tindakan
kelas ini dilakukan melalui empat kegiatan, yaitu:
Perencanaan (Plan). Langkah pertama berdiskusi dengan mitra peneliti
(guru kelas) tentang perbaikan dan arah penelitian, langkah-langkah tindakan
yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya , menganalisis standar kompetensi
dan kompetensi dasar untuk menentukan materi dan pendidikan karakter yang
cocok untuk pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter yang akan
diintegrasikan pada pembelajaran IPS. Langkah kedua menyusun silabus
pembelajaran, Langkah ketiga menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat kemampuan pemecahan masalah dengan mengimplementasikan
pendidikan karakter dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran dengan
teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random dalam proses pembelajaran
IPS, menyusun lembar kerja siswa, menyusun lembar pengamatan/lembar
observasi untuk pedoman observer dalam mengamati kegiatan pembelajaran guru
dan siswa, dan menyusun rubrik penilaian untuk menilai kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah dan pengembangan nilai karakter dalam kehidupan
sehari-hari.
Pelaksanaan tindakan (Action) dilaksanakan dalam tiga siklus dan setiap
siklus dilakukan dua kali pertemuan. Dalam pembelajaran difokuskan pada
kegiatan kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter dengan
teknik Inkuiri Nilai dengan pertanyaan acak/random dalam pembelajaran IPS.
inkuiri nilai, yaitu perumusan masalah, perumusan hipotesa/Asumsi (perkiraan
jawaban atas masalah yang harus dikaji dan dibuktikan), menguji
kebenaran/kekeliruan hipotesa, pengambilan keputusan/kesimpulan, menerapkan
kesimpulan/pilihan alternatif dan menilai keampuhan pilihan keputusan. Setiap
siklus dilakukan dengan mengembangkan inovasi-inovasi dalam pembelajaran
agar siswa tidak merasa jenuh, pembelajaran dengan melakukan pengamatan ke
obyeknya secara langsung dan menggunakan media pembelajaran yang inovatif.
Siklus diakhiri apabila tujuan penelitian telah tercapai atau penelitian telah
menunjukkan keberhasilan yaitu meningkatnya kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah, dan realisasi nyata dari internalisasi nilai-nilai karakter
dalam diri siswa.
Observasi (Observe) yang dilakukan adalah jenis observasi partisipatif.
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Seperti dijelaskan oleh Susan Stainback
(Sugiyono, 2013: 311) menyatakan “In participant observation, the researcher
observes what people do, listent to what they say, and participates in their activities”. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
oleh peneliti dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengamati kegiatan
siswa dan guru dalam pembelajaran, 2) Membuat catatan lapangan tentang
pelaksanaan pembelajaran yang sedang dilakukan. 3) Menuliskan hasil
pengamatannya pada lembar observasi. 4) ikut serta membantu guru dalam
pembelajaran, 5) mengamati perilaku siswa yang berhubungan dengan karakter
yang diharapkan, dan 6) menilai kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
melalui pertanyaan yang diberikan secara lisan selama proses pembelajaran.
Refleksi (Reflect) dilakukan dengan cara merenungkan proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, menetapkan apa yang sudah dicapai dan
Merenungkan kembali ketercapaian kemampuan pemecahan masalah dan
internalisasi nilai karakter b) Melakukan analisis bersama observer dan guru kelas
terhadap hasil observasi yang kemudian dijadikan sebagai bahan perencanaan
pada siklus berikutnya. c) Mengevaluasi kemampuan siswa dalam pemecahan
masalah dan internalisasi nilai karakter melalui teknik Inkuiri Nilai dengan
pertanyaan acak/random dalam pembelajaran IPS. d) Peneliti mensintesiskan dari
hasil refleksi tersebut untuk menyempurnakan pada pembelajaran siklus
berikutnya.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian ini merupakan suatu penelitian secara langsung
kepada subjek penelitian tentang penerapan teknik Inkuiri Nilai dengan
pertanyaan acak/random (Value Inquiry Random Questioning Technique disingkat
VIRQT) dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan internalisasi nilai karakter siswa kelas IV SD Negeri 4 Citangtu
kabupaten Kuningan. Penelitian tindakan kelas ini bertipe tindakan kemitraan atau
penelitian kolaboratif. Berupa bentuk kerja sama antara guru sebagai pelaksana
tindakan dan peneliti dalam hal ini adalah sebagai observer dan pengumpul data.
Alasan pemilihan metode penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai metode
dalam penelitian ini karena berawal dari adanya masalah yang muncul dalam
pembelajaran di kelas sebagai hasil refleksi guru terhadap pembelajaran sehingga
guru harus melakukan perbaikan pembelajaran sampai masalah yang dihadapinya
berhasil.
Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan kelas, dimana guru
merefleksi hasil pembelajarannya dan melakukan proses perbaikan dan perubahan
untuk mencapai tujuan yang diharapkannya. Sebagaimana yang dikemukakan
Rapoport yang dikutip Hopkins (Wiriaatmaja, 2012: 11) mengartikan penelitian
tindakan kelas untuk membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis
persoalan yang dihadapi dalam situasi darurat dan membantu pencapaian tujuan
Sedangkan Ebbut (Hopkins, 1993) mengemukakan penelitian tindakan adalah
kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut.
Sukmadinata (2011: 140) menjelaskan bahwa penelitian tindakan
merupakan suatu pencarian sistematik yang dilaksanakan oleh para pelaksana
program dalam kegiatannya sendiri (dalam pendidikan dilakukan oleh guru,
dosen, kepala sekolah, konselor) dalam mengumpulkan data tentang pelaksanaan
kegiatan, keberhasilan dan hambatan yang dihadapi, untuk kemudian menyusun
rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan.
D. Definisi Konseptual
Agar penelitian lebih terfokus dan tidak menimbulkan kesalahan persepsi,
berikut ini dijelaskan beberapa definisi, yaitu:
1. Kemampuan Pemecahan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan
seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan
pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang telah dimilikinya.
Kemampuan pemecahan masalah yang akan dikembangkan dan
ditingkatkan adalah kemampuam merumuskan masalah, kemampuan
menganalisis masalah, kemampuan merumuskan hipotesis, kemampuan
mengumpulkan data, kemampuan pengujian hipotesis, dan kemampuan
merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
2. Internalisasi Nilai Karakter adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan
secara mendalam terhadap nilai-nilai pembentukan karakter yang
bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional
yang berlangsung melalui binaan, bimbingan dan sebagainya sehingga
merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran yang diwujudkan
dalam sikap dan perilaku. Pusat Kurikulum Pengembangan dan
Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa dalam Pedoman sekolah
mengembangkan 18 nilai karakter. Dalam penelitian ini ada tujuh nilai
ingin tahu, bersahabat/komunikatif, peduli lingkungan, dan tanggung
jawab.
3. Teknik inkuiri nilai diartikan sebagai teknik pengajaran yang menekankan
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk membantu siswa dalam
mencari atau menemukan sendiri suatu nilai yang dianggap baik melalui
proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa,
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.
4. Pendidikan IPS merupakan sistem pengajaran yang membahas, menyoroti,
menelaah dan mengkaji gejala atau masalah sosial dari berbagai aspek
kehidupan atau melakukan interelasi berbagai aspek kehidupan sosial
dalam membahas gejala atau masalah sosial.
E. Instrumen Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian bertradisi kualitatif dengan
latar atau seting yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting
kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya instrumen karena manusialah yang
dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu seperti yang
terjadi di dalam kelas. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah
peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah
ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan
sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan
pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.
Instrumen yang digunakan untuk membantu proses penelitian tindakan
kelas ini adalah:
1. Tes lisan
Tes lisan berbentuk sejumlah pertanyaan yang disampaikan secara lisan
tentang aspek-aspek psikologis sebagai data atau informasi yang berhubungan
Tes lisan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa tentang suatu konsep atau
kinerja. Tes lisan dalam penelitian ini digunakan untuk menilai kemampuan
pemecahan masalah yang meliputi kemampuan merumuskan masalah,
kemampuan menganalisis masalah, kemampuan merumuskan hipotesis,
kemampuan mengumpulkan data, kemampuan pengujian hipotesis dan
kemampuan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Tes lisan ini
diberikan selama proses pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang
dilakukan secara acak/random kepada seluruh siswa.
Kriteria penilaian yang digunakan untuk menilai kemampuan pemecahan
masalah menggunakan Scoring Rubric (Zainul, 2007: 5.25) sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah
Skor Deskripsi
3 Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan
merumuskan rekomendasi pemecahan masalah dengan benar,
jelas, lengkap dan sangat terinci.
2 Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan
merumuskan rekomendasi pemecahan masalah dengan benar,
jelas, namun tidak lengkap dan tidak terinci.
1 Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan
merumuskan rekomendasi pemecahan masalah dengan benar,
namun kurang jelas, tidak lengkap dan tidak terinci.
Penilaian kemampuan pemecahan menggunakan prosentase dengan
perhitungan jumlah skor/skor maksimum x 100%. Jumlah skor yaitu jumlah nilai
dari seluruh indikator kemampuan pemecahan masalah. Skor maksimum untuk
2. Pedoman Observasi
Pedoman observasi yaitu teknik pengamatan dan pencatatan langsung atau
tidak langsung terhadap obyek yang sedang diteliti Hadari (Dayana, 2011))
dengan menggunakan alat-alat seperti daftar isian, daftar pertanyaan, cheking list
dan sebagainya, dimana cara pengisiannya diisi oleh observer.
Pedoman observasi merupakan instrumen yang digunakan untuk
memperoleh gambaran langsung tentang unjuk kerja guru dan aktivitas belajar
siswa selama pengembangan tindakan dalam pembelajaran IPS untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan mengembangkan nilai
karakter. Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti yang berperan sebagai
observer. Pedoman Observasi yang digunakan mencakup komponen aktivitas
guru dan siswa dalam pembelajaran, langkah-langkah Teknik Inkuiri Nilai,
Kemampuan Pemecahan Masalah, dan Internalisasi nilai karakter. Pedoman
observasi yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran sebagaimana terdapat
pada lampiran. Sedangkan untuk mengamati internalisasi nilai karakter
menggunakan Skala Likert, yaitu:
Skor 3 apabila nilai karakter yaitu kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
disiplin, komunikatif, tanggung jawab, dan peduli lingkungan sering muncul.
Skor 2 apabila nilai karakter yaitu kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
disiplin, komunikatif, tanggung jawab, dan peduli lingkungan kadang-kadang
muncul.
Skor 1 apabila nilai karakter yaitu kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
disiplin, komunikatif, tanggung jawab, dan peduli lingkungan jarang muncul.
Penilaian Internalisasi nilai karakter menggunakan prosentase dengan
perhitungan jumlah skor/skor maksimum x 100%. Jumlah skor yaitu jumlah nilai
dari seluruh indikator nilai karakter. Skor maksimum untuk internalisasi nilai
karakter yaitu 21 (skor tertinggi 3 x jumlah indikator 7).
3. Pedoman wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu (Moleong, 2012: 186). Menurut Denzin (Wiriaatmaja, 2012: 117),
wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbak
kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan
yang dipandang perlu.
Pedoman wawancara digunakan untuk menjaring data berkaitan dengan
pandangan dan pendapat guru dan siswa, terhadap teknik inkuiri nilai yang
diterapkan dalam pembelajaran IPS, upaya peningkatan kemampuan pemecahan
masalah dan pengembangan nilai karakter.
Indikator pedoman wawancara:
1. Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang pernah diajarkan.
2. Model dan strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
3. Keuntungan penggunaan teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran bagi
siswa dan guru.
4. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan teknik inkuri nilai dalam
pembelajaran.
5. Cara yang digunakan untuk mengatasi kendala.
6. Pengaruh teknik inkuiri nilai terhadap kemampuan pemecahan
masalah dan internalisasi nilai karakter pada siswa.
7. Kesan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan teknik
inkuiri nilai.
8. Perubahan yang dirasakan oleh siswa setelah pembelajaran dengan
teknik inkuiri nilai.
4. Catatan lapangan / jurnal
Catatan lapangan merupakan instrumen yang mencatat kegiatan siswa dan
guru dalam pembelajaran dari awal sampai akhir kegiatan. Catatan lapangan
dibuat oleh observer dan peneliti. Catatan lapangan itu berupa coretan seperlunya
yang sangat dipersingkat, berisi kata-kata kunci, frasa, pokok-pokok isi
pembicaraan atau pengamatan, mungkin gambar, sketsa, sosiodrama, diagram dan
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi
terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan berisi dua bagian;
pertama bagian deskriptif yang berisi gambaran tentang latar pengamatan, orang,
tindakan, dan pembicaraan. Kedua, bagian reflektif yang berisi kerangka berpikir
dan pendapat peneliti, gagasan, dan kepeduliannya (Moleong, 2012: 209).
Catatan lapangan dibuat selama penelitian berlangsung, dari mulai siklus I
tindakan 1 sampai siklus III tindakan 2, berisi paparan secara narasi kegiatan dari
awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran, komentar dan tanggapan peneliti
dan refleksi yang dilakukan bersama guru mitra.
5. Kamera
Kamera digunakan untuk merekam proses pembelajaran yang sedang
berlangsung dan memotret peristiwa atau kegiatan dalam penelitian. Tujuannya
agar dapat menangkap suasana kelas dan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi
di dalam kelas secara detail, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Hasil
rekaman berupa foto sebagai dokumentasi aktivitas guru dan siswa dalam
pembelajaran dan sebagai bukti kebenaran penelitian yang dilakukan.
F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian
Proses pengembangan instrumen penelitian diawali dengan pembuatan
kisi-kisi yang digunakan untuk menyusun pedoman tes lisan dan pedoman
observasi. Kisi-kisi untuk kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah dan Internalisasi Nilai Karakter
Variabel Indikator Sub Indikator Teknik
Variabel Indikator Sub Indikator Teknik
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan
berbagai cara. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant
observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi.
(Sugiyono,2013: 309).
1. Tes
Pengambilan data yang berupa informasi mengenai pengetahuan, sikap,
bakat, dan lainnya dapat dilakukan dengan tes atau pengukuran bekal awal atau
hasil belajar dengan berbagai prosedur penilaian. Kunandar (2012: 186)
menjelaskan tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang
atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan
salah satu atau beberapa aspek psikologis di dalam dirinya.aspek psikologis itu
dapat berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat, sikap, kecerdasan, reaksi
motorik, dan berbagai aspek kepribadian lainnya. Tes yang digunakan adalah tes
lisan. Tes lisan berbentuk sejumlah pertanyaan yang disampaikan secara lisan
tentang aspek-aspek psikologis sebagai data atau informasi yang berhubungan
dengan masalah penelitian tindakan kelas yang harus dijawab secara lisan pula.
Tes lisan yang digunakan terdiri dari beberapa pertanyaan tentang pemecahan
masalah yang berhubungan dengan kenampakan alam dan pemanfaatan sumber
daya alam, untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipatif (participant
observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi
partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap individu yang tampak. Susan
Stainback (1988) menyatakan “In participant observation, the researcher
observes what people do, listent to whatthey say, and participates in their
activities” dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan
orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi untuk
mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan
teknik inkuiri nilai, mengamati kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
yang disajikan, dan kemampuan siswa dalam menginternalisasi nilai-nilai
karakter.
3. Wawancara
Esterberg (Sugiyono, 2013: 317) mendefinisikan interview adalah “a
meeting of two personsto exchange information and idea through question and
responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a
particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
tersrtuktur (structured interview), yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang
akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul dta
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan. Wawancara dilakukan diawal
penelitian kepada guru kelas dan beberapa siswa untuk mengetahui kondisi awal
kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan dan di akhir penelitian kepada guru
kelas dan beberapa siswa untuk mengetahui pendapat mereka tentang penerapan
teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran dan pengaruh yang dirasakannya terhadap
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai-nilai karakter.
4. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life stories), cerita,
biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.
Dokumen yang diperlukan dalam penelitin ini adalah catatan
harian/catatan lapangan, foto-foto kegiatan dan perangkat pembelajaran. Hasil
penelitian akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah ada.
H. Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan (Sugiyono, 2013: 334)
menyatakan bahwa “Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you
accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others”. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Analisis
data sebelum peneliti memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus
penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan
akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Pada saat
wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang
diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman (Sugiyono,
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, perumusan perhatian pada
penyederhanaan data dalam bentuk uraian (laporan) yang terinci dan sistematis,
menonjolkan pokok-pokok yang penting agar mudah dikondisikan. Reduksi data
merupakan bentuk analisis ,menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak
perlu, yang akan memberikan gambaran yang lebih terarah tentang hasil
pengamatan dan juga mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperlukan.
Reduksi data dilakukan dengan cara membuat rangkuman terhadap aspek-aspek
permasalahan yang diteliti sehingga memudahkan dalam melakukan
langkah-langkah analisis selanjutnya.
2. Display Data (Penyajian Data)
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and Huberman
(1984) menyatakan “the most frequent from of display data for qualitative
research data in the past has been narrative tex”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif .
Display Data merupakan upaya menyajikan data untuk melihat gambaran
keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Semua dirancang
guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang terpadu dan
mudah dilihat (dimanfaatkan) sehingga peneliti dapat menguasai data itu dan tidak
tenggelam dalam tumpukan data setelah dilakukan reduksi data. Penyajian data ini
selanjutnya digunakan sebagai bahan untuk menafsirkan data sampai dengan
pengambilan keputusan.
3. Kesimpulan dan verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Kesimpulan awal dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dan verifikasi adalah upaya-upaya mencari makna terhadap
data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering timbul dan sebagainya. Kesimpulan ini dibuat dalam bentuk
pernyataan singkat, mudah dipahami dengan mengacu pada
permasalahan-permasalahan yang diteliti.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan berbagai
teknik pengumpulan data yang dianalisis dengan menggunakan Skala Likert,
kemudian diprosentasekan dan dikonversi dengan menggunakan Rating Scale
(Arikunto, 2013: 41) dengan pengkategorian tinggi, sedang, rendah untuk
kemampuan pemecahan masalah, dan baik, cukup, kurang untuk internalisasi nilai
karakter. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk deskriptif naratif. Data yang
dianalisis dalam penelitian ini meliputi:
1. Data awal siswa dalam kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi
nilai karakter sebelum dilakukan tindakan perbaikan
2. Data hasil observasi pada proses pembelajaran yang berkenaan dengan
aktivitas siswa dan guru dengan menggunakan teknik inkuiri nilai
3. Data hasil wawancara dengan siswa dan guru sebelum dan sesudah
pelaksanaan tindakan perbaikan yang berkenaan dengan persepsi siswa dan
guru tentang pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai
4. Kriteria yang digunakan dengan menggunakan mean data kelompok
sebagaimana dijelaskan oleh Riduwan (2003: 105). Pedoman penilaian yang
digunakan untuk kemampuan pemecahan masalah dan nilai karakter
dijelaskan sebagai berikut:
a. Internalisasi nilai karakter yang diobservasi terdiri dari 7 indikator dengan
25 sub indikator. Penilaian yang diberikan yaitu skala 3 apabila sering
muncul, skala 2 apabila kadang-kadang muncul, dan skala 1 apabila
jarang muncul. Hasilnya diprosentasekan dan dikonversi dalam tiga
kategori yaitu 33% - 54% termasuk kategori kurang, 55% - 77% termasuk
b. Tes lisan yang berkaitan dengan pemecahan masalah yang dinilai selama
pembelajaran dengan menggunakan Scoring Rubric yaitu skor 3 apabila
jawaban benar, jelas, lengkap dan sangat terinci; Skor 2 apabila jawaban
benar, jelas, namun tidak lengkap dan tidak terinci; dan 1 apabila jawaban
benar, tidak jelas, tidak lengkap, dan tidak terinci. Hasil penilaian
diprosentasekan dan dikonversi dalam tiga kategori yaitu 33% - 54%
termasuk kategori rendah, 55% - 77% termasuk kategori sedang, dan 78%
- 100% termasuk kategori tinggi.
c. Nilai yang diberikan untuk setiap indikator minimal 1 dan maksimal 3, jika
diprosentasekan minimal 33% dan maksimal 100% sehingga rentang nilai
Supi, 2014
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV SDN 4 Citangtu
Kabupaten Kuningan dengan fokus penelitian peningkatan kemampuan
pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter yang dilaksanakan selama satu
bulan dapat disimpulkan bahwa untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas
dengan menerapkan teknik inkuiri nilai diperlukan perencanaan yang matang.
Perencanaan yang dilakukan oleh guru dan peneliti adalah pertama berdiskusi
dengan mitra peneliti (guru kelas) tentang perbaikan dan arah penelitian,
langkah-langkah tindakan yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, mempelajari
model dan teknik pembelajaran yang akan digunakan dalam hal ini adalah teknik
inkuiri nilai, menentukan indikator-indikator kemampuan yang akan ditingkatkan
dalam hal ini adalah kemampuan pemecahan masalah dan internalisasi nilai
karakter. Kedua menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk
menentukan materi dan pendidikan karakter yang cocok untuk pemecahan
masalah dan internalisasi nilai karakter yang akan diintegrasikan pada
pembelajaran IPS. Ketiga menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang memuat kemampuan pemecahan masalah dengan mengimplementasikan
nilai karakter melalui teknik Inkuiri Nilai dalam pembelajaran IPS dengan
langkah-langkah: 1) Perumusan masalah, 2) Perumusan Hipotesa/Asumsi
(perkiraan jawaban atas masalah yang harus dikaji dan dibuktikan), 3) Menguji
kebenaran/kekeliruan hipotesa, 4) Pengambilan keputusan/kesimpulan, 5)
Menerapkan kesimpulan/pilihan alternatif dan menilai keampuhan pilihan
keputusan, menyusun lembar kerja siswa (LKS), menyusun lembar
pengamatan/lembar observasi untuk pedoman observer dalam mengamati
kegiatan pembelajaran guru dan siswa, dan menyusun pedoman observasi untuk
menilai kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus dengan dua kali
tindakan setiap siklusnya, dilaksanakan di dalam kelas dan diluar kelas dengan
menggunakan beberapa metode yaitu metode karyawisata, observasi, diskusi,
tanya jawab, presentasi, penugasan dan ceramah. Pembelajaran memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar, sehingga siswa dapat mengetahui
masalah-masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan dapat memberikan alternatif
pemecahannya secara kontekstual. Model pembelajaran yang digunakan adalah
teknik inkuri nilai dengan langkah–langkah perumusan masalah, perumusan hipotesa/asumsi menguji kebenaran/kekeliruan hipotesa, pengambilan
keputusan/kesimpulan, dan menerapkan kesimpulan/pilihan alternatif dan menilai
keampuhan pilihan keputusan. Materi yang disajikan tentang kenampakan alam
dengan permasalahannya dan sumber daya alam serta pemanfaatannya dengan
permasalahannya. Proses pembelajaran dengan teknik inkuiri nilai menekankan
proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun antara siswa dengan guru,
bahkan anatara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur
lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. Peran guru yang harus dilakukan
dalam menggunakan teknik inkuiri nilai adalah guru sebagai penanya. Sebab,
kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan sebagian dari proses berpikir.
Penggunaan teknik inkuiri nilai dalam pembelajaran IPS dengan materi
Kenampakan Alam dan Sumber daya Alam dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam pemecahan masalah dan internalisasi nilai karakter. Pembelajaran
yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Kemampuan pemecahan
masalah terlihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam merumuskan
masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi. Aktivitas siswa lebih
dominan, guru hanya sebagai fasilitator. Kriteria keberhasilan dari proses
pembelajaran dengan menggunakan teknik inkuiri nilai bukan ditentukan oleh