• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS PADA SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS PADA SISWA SMP."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KRITIS MATEMATIS PADA SISWA SMP

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII MTS Az-Zahra Parongpong)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh

RIZKI MUHAMAD FAUZI

NIM. 0706613

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif dalam Pembelajaran Matematika terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Siswa SMP” beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Dengan adanya pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi apapun apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atau klaim terhadap keaslian karya tulis ini.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

(3)

Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP

Oleh

Rizki Muhamad Fauzi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Rizki Muhamad Fauzi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

(4)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS MATEMATIS PADA SISWA SMP

Oleh

Rizki Muhamad Fauzi NIM 0706613

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH :

Pembimbing I,

Drs. H. Erman Suherman, M.P.d. NIP. 194908041977021001

Pembimbing II,

Dr. Endang Mulyana, M.P.d. NIP. 195401211979031005

Mengetahui

Ketua Jurusan Matematika,

(5)

ABSTRAK

Rizki Muhamad Fauzi. (0706613). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif dalam Pembelajaran Matematika terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Siswa SMP.

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII MTS Az-Zahra Parongpong)

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini diantaranya adalah masih rendahnya kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP sehingga diperlukan alternatif strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis tersebut. Metode pembelajaran yang dianggap cocok adalah model pembelajaran kolaboratif karena ketika masing-masing siswa bertemu dan berdialog dengan materi pelajaran (tugas), dan meski masih kurang yakin, tetapi ia mulai memahami substansinya dengan cara sendiri (dialog dengan objek). Kemudian, berdasarkan pemahaman tersebut, melalui dialog dengan pihak lain menggunakan bahasa atau benda, ia membangun atau memperbaiki hubungan dengan pihak lain. Atau melalui kolaborasi (dialog dengan pihak lain) yang merupakan kegiatan eksplorasi bersama-sama, setiap siswa membangun kembali pemahamannya secara pasti (dialog dengan diri sendri) dalam tahapan berdialoglah keleluasaan berpikir dituntut. Berdasarkan hal tersebut maka timbul berbagai pertanyaan, salah satunya adalah

“Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP lebih baik setelah mendapatkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kolaboratif?”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen dengan desain perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian dilakukan terhadap dua kelas di kelas di MTS Az-Zahra Parongpong tahun ajaran 2012/2013. Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran kolaboratif dengan siswa yang mendapatkan metode konvensional, 2. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif. Pengumpulan data diperoleh dengan instrumen tes dan non tes. Instrumen tes berupa tes kemampuan berpikir kritis matematis melalui pretes dan postes. Sedangkan intrumen non tes adalah lembar observasi aktivitas guru dan siswa, jurnal, dan angket. Berdasarkan hasil penelitian dan dapat disimpulkan bahwa, 1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran kolaboratif lebih baik daripada siswa yang mendapatkan metode pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari pengolahan data dengan menggunakan Software SPSS 16 for Windows terhadap hasil postes dan data indeks gain. Peningkatan siswa yang mendapatkan model pembelajaran kolaboratif berbeda secara signifikan dengan peningkatan siswa yang mendapatkan metode konvensional, sikap siswa positif terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kolaboratif yang telah diikuti selama pembelajaran relasi dan fungsi.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kolaboratif dan Kemampuan Berpikir Kritis

(6)

ABSTRACT

Rizki Muhamad Fauzi. (0706613). Effect of Application of Collaborative Learning Model in Mathematics Learning on Critical Thinking Mathematically Upgrades on Junior High School Students.

(Experiment Research on Class VIII student Az-Zahra Parongpong MTS)

The problem underlying this study include the low ability junior high school students' critical thinking mathematically so that the necessary alternative learning strategies to develop or improve the mathematical skills of critical thinking. The method is considered suitable learning model of collaborative learning because when each student meet and dialogue with the subject matter (the task), and though still not sure, but he began to understand the substance in its own way (dialogue with the object). Then, based on this understanding, through dialogue with others using language or object, he build or improve relationships with others. Or through collaborations (dialogue with others) that are exploration activities together, each student's understanding of the exact rebuild (dialogue with oneself sendri) in dialoug stages to discretion thinks prosecuted. Under these conditions, many questions arise, one of which is "What is critical thinking skills improved mathematical junior high school students get better after learning of mathematics with a model of collaborative learning?". The method used in this research is to design experimental research method comparison between the experimental class and the control class. Research conducted on the two classes in the class at the MTS Az-Zahra Parongpong academic year 2012/2013. The purpose of this study is 1. Knowing increase critical thinking skills among students gain mathematical model of collaborative learning with students who received conventional methods, 2. Knowing students' attitudes towards learning mathematics using collaborative learning model. The collection of data obtained by non-test instruments and test. Test instruments such as tests of critical thinking mathematically through pretest and posttest. While the non-test instruments are observation sheet activities of teachers and students, journals, and questionnaires. Based on the research and concluded that, 1. Improved critical thinking skills students acquire mathematical learning with collaborative learning model is better than the students who received conventional learning methods. It is seen from the processing of the data using SPSS 16 for Windows software against posttest results and data index gain. The increase in students who receive collaborative learning models differ significantly with an increase in students who received conventional methods, positive student attitudes towards learning mathematics with collaborative learning model that has been followed for learning relationships and functions.

Keywords: Collaborative Learning Model and Capabilities Critical Thinking

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 11

B. Model Pembelajaran Kolaboratif ... 17

C. Pembelajaran konvensional ... 25

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel... 28

C. Instrumen Penelitian ... 29

1. Instrumen Tes ... 29

a. Validitas ... 32

b. Reliabilitas ... 35

c. Daya Pembeda ... 36

d. Indeks Kesukaran ... 38

2. Instrumen Non Tes ... 40

a. Observasi ... 40

b. Jurnal ... 41

c. Angket ... 41

D. Prosedur Penelitian ... 42

1. Tahap Persiapan ... 42

2. Tahap Pelaksanaan ... 42

3. Tahap Analisis, Refleksi, dan Evaluasi ... 43

E. Bahan Ajar ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 45

1. Analisis Data Kuantitatif ... 45

a. Analisis Data Pretes ... 45

1) Uji Normalitas ... 45

(9)

3) Uji Statistika Nonparametrik ... 47

4) Uji Persamaan Kemampuan Awal Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 47

b. Analisis Data Postes ... 48

1) Uji Normalitas ... 48

2) Uji Homogenitas ... 49

3) Uji Statistika Nonparametrik ... 50

4) Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 50

c. Analisis Data Indeks Gain ... 51

1) Uji Normalitas ... 52

2) Uji Homogenitas ... 53

3) Uji Statistika Nonparametrik ... 54

4) Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 54

2. Analisis Data Non Tes ... 55

a. Analisis Observasi Guru dan Siswa ... 55

b. Analisis Jurnal Siswa ... 56

c. Analisis Hasil Angket ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60

1. Analisis Data Hasil Tes ... 60

(10)

1) Uji Normalitas Data Pretes ... 63

2) Uji Persamaan Kemampuan Awal Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 64

b. Analisis Data Postes ... 66

1) Uji Normalitas Data Postes ... 69

2) Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 70

2. Analisis Data Non Tes ... 73

a. Analisis Data Hasil Observasi ... 73

b. Analisis Data Hasil Jurnal Siswa ... 76

c. Analisis Data Hasil Skala Sikap Siswa ... 78

B. Pembahasan ... 86

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa ... 86

2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kolaboratif ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006:387). Berdasarkan uraian tersebut, adanya pelajaran matematika di sekolah dimaksudkan sebagai wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep matematika, memiliki kecakapan ilmiah, memiliki keterampilan berpikir kritis dan kreatif.

Menurut Depdiknas (Tryana, 2011:2) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika adalah:

1) Memahami konsep matematis, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

(12)

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4) Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah menjadi dua macam, yaitu berpikir matematis tingkat rendah dan berpikir matematis tingkat tinggi.

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kompetensi yang menjadi tuntutan depdiknas. Ini menunjukan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan kompetensi yang dianggap penting untuk dilatihkan kepada siswa. Kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yang perlu dimiliki oleh setiap siswa dalam menghadapi berbagai permasalahan. Kusumah (Tryana, 2011:3) berpendapat bahwa kemampuan berpikir kritis sebagai bagian dari berpikir matematis, amat penting, mengingat dalam kemampuan ini terkandung kemampuan memberikan argumentasi, menggunakan silogisme, melakukan inferensi, melakukan evaluasi, dan kemampuan menciptakan sesuatu dalam bentuk produk atau pengetahuan baru yang memiliki ciri orisinalitas.

(13)

Dari uraian di atas, salah satu kompetensi yang harus dipenuhi siswa dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan berpikir kritis matematis yang sangat penting untuk dikembangkan dan berguna dalam mempelajari pengetahuan baik dalam penerapan matematika itu sendiri maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan. Watson dan Glaser (Rohayati, 2005:10) mengemukakan bahwa berpikir kritis memainkan peranan yang penting dalam banyak pekerjaan, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis.

Ada empat alasan perlunya dibiasakan mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dikemukakan oleh Wahab (Tata, 2009:5), yakni : (1) tuntutan zaman yang menghendaki warga negara dapat mencari, memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara; (2) setiap warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif; (3) kemampuan memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam memecahkan masalah; dan (4) berpikir merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar peserta didik dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan negara lain.

(14)

pembelajaran dilakukan dan yang lebih penting adalah proses selama pembelajaran tersebut berlangsung.

(15)

dengan pihak lain) dan dialog dengan diri sendiri, siswa diberikan keleluasaan berpikir untuk membangun pemahamannya sendiri. Oleh karena itu pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa salah satunya adalah dengan model pembelajaran kolaboratif.

Pembelajaran Kolaboratif tidak sama dengan pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran kolaboratif lebih dari sekedar kooperatif. Jika pembelajaran kooperatif merupakan teknik untuk mencapai hasil tertentu secara lebih cepat lebih baik, setiap orang mengerjakan bagian yang lebih sedikit dibandingkan jika semua dikerjakannya sendiri, maka pembelajaran kolaboratif mencakup keseluruhan proses pembelajaran, siswa saling mengajar sesamanya. Hal yang inti berkenaan dengan keterampilan-keterampilan kolaborasi ini adalah kemampuan untuk melakukan tukar pikiran dan perasaan antara siswa yang satu sama lainnya pada tingkatan yang sama (Setyosari, 2009).

(16)

tidak tahu dan tidak sadar. Karena itu, pembelajaran kolaboratif diharapkan akan menumbuhkembangkan setiap siswa secara individu.

Sato masaaki juga berpendapat bahwa (Sato, 2012:28) pada model pembelajaran kolaboratif kegiatan kelompok dalam arti kolaboratif adalah bukan kegiatan dimana semua angggota kelompok bekerjasama untuk membuat kesimpulan atau menyatukan pendapat sebagai kelompok. Apalagi dengan menerapkan kegiatan kelompok kecil belum tentu guru telah melakukan pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif mempunyai dua faedah sebagai berikut :

1. Metode untuk meningkatkan kemampuan siswa yang kurang mengerti atau belum memahami suatu materi secara sempurna adalah penerapan kegiatan kelompok dimana siswa yang kurang mampu belajar secara mandiri dengan menggantungkan dirinya pada siswa yang lebih mampu. Dalam kegiatan kelompok ini yang penting adalah siswa yang belum mengerti itu harus berani meminta bantuan kepada kawan dengan mengatakan “tolong diajarin

dong”. Melalui komunikasi yang dilakukan dengan bergantung pada kawan

ini, siswa itu akan mengalami paham materi pelajarannya. Pengalaman memahami ini merupakan pengalaman berbagi pengetahuan dengan siswa lain, dan melahirkan ikatan emosional, spiritual dan juga simpati diantara mereka.

(17)

masing-masing tanpa enggan, saling berdiskusi dan saling belajar. Saling belajar inilah yang merupakan kolaborasi.

Dalam pembelajaran kolaboratif, kegiatan kelompok tidak hanya bertujuan untuk membina kemampuan komunikasi yang menitik beratkan pada bagaimana menjalin hubungan dengan pihak lain, melainkan juga saling belajar, yaitu siswa menemui dan mengetahui sudut pandang yang berbeda dengan dirinya sendiri atau pikiran yang beragam, sehingga terpengaruh dari mereka dan akibatnya pikiran menjadi lebih luas atau dalam (Sato, 2012:30). Dengan demikian, pembelajaran kolaboratif memberikan keleluasaan berpikir pada siswa dan siswa diharapkan akan lebih aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikrir kritis matematis mereka.

Berdasarkan uraian di atas Penulis terdorong untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif dalam Pembelajaran Matematika terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis pada Siswa SMP.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

(18)

2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Kolaboratif?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujan untuk:

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang pembelajarannya menerapkan Model Pembelajaran Kolaboratif lebih baik dari pada siswa yang pembelajarannya menerapkan metode konvensional.

2. Mengetahui sikap siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif pada pembelajaran matematika.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh kalangan yang terlibat dalam dunia pendidikan, terutama:

1. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis matematis siswa, dan memberikan pengalaman baru dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi guru

(19)

Sebagai wahana dalam menerapkan metode ilmiah secara sistematis dan terkontrol, dalam upaya menemukan dan menghadapi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika. Selain itu juga peneliti akan memperoleh pengalaman dari penelitian yang dilakukan.

E. Definisi Operasional

Untuk meminimalisir beberapa kekeliruan persepsi, istilah yang kurang familiar didefinisikan sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Kolaboratif

Model Pembelajaran Kolaboratif dalam penelitian ini adalah model pembelajaran ketika masing-masing siswa bertemu dan berdialog dengan materi pelajaran (tugas), dan meski masih kurang yakin, tetapi ia mulai memahami substansinya dengan cara sendiri (dialog dengan objek). Kemudian, berdasarkan pemahaman tersebut, melalui dialog dengan pihak lain menggunakan bahasa atau benda, ia membangun atau memperbaiki hubungan dengan pihak lain. Atau melalui kolaborasi (dialog dengan pihak lain) yang merupakan kegiatan eksplorasi bersama-sama, setiap siswa membangun kembali pemahamannya secara pasti (dialog dengan diri sendri). Pada prinsipnya pembelajaran adalah kegiatan untuk mencari solusi.

2. Kemampuan Berpikir Kritis

(20)

berpikir pada tingkat tinggi, karena saat mengambil keputusan menggunakan kontrol aktif, yaitu reasonable, reflective, responsible, dan skillful thinking. 3. Indikator Berpikir Kritis

Indikator kemampuan berpikir kritis siswa adalah kemampuan yang meliputi: fokus (Focus), nalar atau alasan (Reason), penyimpulan (Inference), situasi (Situation), kejelasan (Clarity), dan tinjauan (Overview).

4. Metode pembelajaran secara konvensional

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, sebab dalam penelitian ini diberikan suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan tersebut dengan aspek tertentu yang akan diukur. Menurut

Ruseffendi (2005:35), ‘Penelitian eksperimen atau percobaan (experimental

research) adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab

akibat. Perlakuan yang kita lakukan terhadap variabel bebas kita lihat hasilnya

pada variabel terikat’.

Dalam penelitian ini perlakuan yang diberikan adalah penerapan model pembelajaran kolaboratif, sedangkan aspek yang diukurnya adalah kemampuan Berpikir Kritis matematis siswa. Oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kolaboratif dan variabel terikatnya adalah kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

(22)

A O X O A O O di mana: A : pengambilan sampel secara acak

O : pretes O : postes

X : perlakuan, berupa pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kolaboratif.

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTS Az-zahra . Dari populasi tersebut dan berdasarkan desain penelitian yang akan digunakan serta berdasarkan pada kemampuan rata-rata siswa yang hampir sama di setiap kelasnya, maka dipilih secara random dua kelas sebagai sampel dalam penelitian ini. Salah satu kelas dari sampel tersebut akan dijadikan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas yang satu lagi sebagai kelas kontrol.

(23)

C. Instrumen Penelitian

Jenis instrumen untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Instrumen Tes

Tes diberikan untuk mengukur atau mengetahui perubahan kemampuan bepikir kritis siswa terhadap materi yang diajarkan. Tes ini berupa tes kemajuan belajar atau tes perolehan, yaitu tes yang meninjau kondisi (keadaan) testi sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dan kondisi akhir sesudah kegiatan itu dilaksanakan (Suherman dan Kusumah, 1990:87). Oleh karena itu, pada penelitian ini tes yang digunakan terbagi ke dalam dua macam tes, yaitu:

a. Pretes yaitu tes yang dilakukan sebelum perlakuan diberikan. b. Postes yaitu tes yang dilakukan setelah perlakuan diberikan. Keduanya disebut tes perolehan atau tes kemajuan belajar.

Tipe tes yang akan diberikan berupa tes subyektif (bentuk uraian). Dalam menjawab tes, siswa dituntut untuk memahami konsep materi yang akan diteskan sehingga dengan tes ini dapat diketahui sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam penguasaan konsep materi yang telah dipelajari.

(24)

Tabel 3.1

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Aspek yang

diukur Respons siswa terhadap soal Skor

Mengevaluasi

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah. 0

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting dari

soal yang diberikan. 1

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting, tetapi membuat kesimpulan yang salah. 2 Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting serta membuat kesimpulan yang benar, tetapi melakukan kesalahan dalam perhitungan.

3

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting, serta membuat kesimpulan yang benar, serta melakukan perhitungan yang benar.

4

Mengidentifikasi

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban yang salah 0

Bisa menentukan fakta, data, dan konsep, tetapi belum

bisa menghubungkannya. 1

Bisa menentukan fakta, data, konsep dan bisa menghubungkan dan menyimpulkannya antara fakta, data, konsep yang didapat tetapi salah dalam melakukan perhitungan

2

Bisa menentukan fakta, data, konsep dan bisa menghubungkan dan menyimpulkan antara fakta, data, konsep yang didapat dan benar dalam melakukan perhitungan.

3

Bisa menentukan fakta, data, konsep dan bisa menghubungkan dan menyimpulkan antara fakta, data, konsep yang didapat dan benar dalam melakukan perhitungan serta menguji kebenaran dari jawaban

(25)

Menghubungkan

Tidak menjawab; atau memberikan jawaban yang salah. 0

Bisa menemukan fakta, data, dan konsep tetapi belum bisa menghubungkan antara fakta, data, konsep yang didapat.

1

Bisa menemukan fakta, data, dan konsep serta bisa menghubungkan antara fakta, data, dan konsep, tetapi salah dalam perhitungannya

2

Bisa menemukan fakta, data, konsep dan bisa bisa menghubungkannya, serta benar dalam melakukan perhitungannya.

3

Bisa menemukan fakta, data, konsep dan bisa bisa menghubungkannya, serta benar dalam melakukan perhitungannya, dan mengecek kebenaran hubungan yang terjadi.

4

Menganalisis

Tidak menjawab, atau memberikan jawaban yang

salah. 0

Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, tetapi belum bisa memilih informasi yang penting. 1

Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, dan bisa memilih informasi yang penting.

2 Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, bisa memilih informasi yang penting, dan memilih strategi yang benar dalam menyelesaikannya, tetapi melakukan kesalahan dalam melakukan perhitungan.

3

Bisa menentukan informasi dari soal yang diberikan, bisa memilih informasi yang penting, serta memilih strategi yang benar dalam menyelesaikannya, dan benar dalam melakukan perhitungan.

4

Tidak menjawab atau memberikan jawaban yang salah. 0

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur) dengan benar tetapi model matematika yang dibuat salah

(26)

Memecahkan Masalah

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur) dengan benar dan membuat model matematikanya dengan benar, tetapi penyelesaiannya salah.

2

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, 3 kecukupan unsur) dengan benar dan membuat model matematika dengan benar serta benar dalam

penyelesaiannya.

3

Mengidentifikasi soal (diketahui, ditanyakan, kecukupan unsur) membuat dan menyelesaikan model matematika dengan benar, dan mencek kebenaran jawaban yang diperolehnya.

4

Skor maksimum untuk semua soal tes adalah 30, dengan skor maksimum soal nomor 1 dan nomor 4 adalah 4, soal nomor 3 dan nomor 5 adalah 6, dan soal nomor 2 adalah 10. Instrumen tes diujicobakan terlebih dahulu kepada subjek lain di luar subjek penelitian. Uji coba instrumen dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Instrumen tes diujicobakan kepada siswa kelas siswa kelas VIII di SMP Darul Hikam. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian setiap butir soal akan dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukarannya. Dalam mengolah data hasil ujicoba instrumen, penulis menggunakan perhitungan manual dan juga bantuan program Anates V4 tipe uraian yang perhitungannya disajikan pada lampiran C.

a. Validitas

(27)

alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya (Suherman dan Sukjaya, 1990:135).

Dalam penelitian ini, untuk menghitung koefisien validitas tes menggunakan rumus korelasi produk momen memakai angka kasar (raw score) (Suherman, 1990:154), adalah sebagai berikut:

Keterangan:

koefisien korelasi antara variabel dan variabel banyak subjek (testi)

skor yang diperoleh dari tes skor total

Untuk mengetahui tingkat validitas digunakan kriteria (Suherman, 1990:147) berikut ini:

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Validitas

Nilai Validitas

Sangat tinggi

Tinggi

(28)

Rendah

Sangat rendah

Tidak valid

Dari proses perhitungan pada lampiran C, diperoleh koefisien korelasi keseluruhan soal adalah rxy 0,79 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki validitas tinggi. Validitas tiap butir soal yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.3

Validitas Tiap Butir Soal

No. Soal

Koefisien

Validitas Signifikansi Validitas

1 0,675 Signifikan Tinggi

2 0,933 Sangat Signifikan Sangat tinggi

3 0,875 Sangat Signifikan Sangat tinggi

4 0,686 Signifikan Tinggi

(29)

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur atau evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (Suherman, 1990:167) atau dengan kata lain suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evalusi tersebut tidak berubah ketika digunakan untuk subjek yang berbeda.

Koefisien reliabilitas menyatakan derajat keterandalan alat evaluasi, dinotasikan dengan . Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman, 1990:194), yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

= banyak butir soal

= jumlah varians skor setiap soal = varians skor total

(30)

Tabel 3.4

Interpretasi Derajat Reliabilitas

Nilai Derajat Reliabilitas

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Dari proses perhitungan pada lampiran C diperoleh derajat reliabilitas keseluruhan soal adalah r110,88 yang artinya keseluruhan butir soal memiliki reliabilitas tinggi.

c. Daya Pembeda

(31)

mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Daya pembeda soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Nurhayati, 2010:187):

Keterangan:

daya pembeda

rata-rata kelompok atas rata-rata kelompok bawah

Skor Maksimum Ideal

Klasifikasi interpretasi daya pembeda yang digunakan (Suherman, 1990:202) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5

Interpretasi Daya Pembeda

Nilai Daya Pembeda

Sangat jelek

Jelek

Cukup

Baik

(32)

Dari hasil perhitungan pada lampiran C diperoleh daya pembeda dari tiap butir soal berikut ini:

Tabel 3.6

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. Soal Nilai DP Daya Pembeda

1 0,45 Baik

2 0,68 Baik

3 0,40 Baik

4 0,50 Baik

5 0,4667 Baik

d. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal.

Rumus untuk mencari indeks kesukaran tiap soal (Nurhayati, 2010:191), yaitu:

Keterangan:

IK = indeks kesukaran

(33)

Klasifikasi interpretasi indeks kesukaran yang digunakan (Suherman, 1990:213) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Interpretasi Indeks Kesukaran

Nilai Keterangan

Soal terlalu sukar

Soal sukar

Soal sedang

Soal mudah

Soal terlalu mudah

Dari proses perhitungan pada lampiran C diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.8

Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No. Soal Nilai IK Interpretasi

1 0,475 Sedang

2 0,50 Sedang

3 0,60 Sedang

4 0,45 Sedang

(34)

Adapun rekapitulasi analisis tiap butir soal instrumen disajikan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.9

Rekapitulasi Analisis Tiap Butir Soal

Validitas : 0,79 (tinggi)

Reliabilitas : 0,88 (tinggi)

No. Soal

Validitas Butir Soal Daya Pembeda Indeks Kesukaran

Ket.

Instrumen non tes pada penelitian ini adalah: a. Observasi kelas

(35)

guru dalam pembelajaran apakah sudah sesuai dengan pedoman metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan atau belum.

b. Jurnal harian

Jurnal harian diberikan pada setiap akhir pertemuan yang bertujuan untuk melihat respons dan kesan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kolaboratif. Selain itu, jurnal juga digunakan sebagai informasi untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

c. Angket

Angket adalah daftar pernyataan yang harus diisi oleh responden (Suherman, 2003:56) yang bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap kesulitan atau kemudahan dalam mengikuti pembelajaran matematika yang telah dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran kolaboratif. Angket diberikan setelah seluruh pembelajaran dilakukan (pertemuan terakhir) hanya kepada seluruh siswa kelas eksperimen.

(36)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan kegiatan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini, yaitu sebagai berikut: a. Identifikasi permasalahan mengenai bahan ajar, merencanakan

pembelajaran, serta alat dan bahan yang akan digunakan. b. Observasi lapangan.

c. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian. d. Membuat instrumen penelitian.

e. Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya. Uji coba instrumen ini diberikan terhadap subjek lain di luar subjek penelitian.

f. Merevisi instrumen penelitian jika terdapat kekurangan.

g. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan.

h. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk mengkonsultasikan waktu dan teknis pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, yaitu sebagai berikut.

(37)

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran di kedua kelas tersebut. Di kelas eksperimen, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif. Sedangkan di kelas kontrol, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional.

c. Melakukan observasi kelas pada setiap pembelajaran. d. Memberikan jurnal harian pada setiap akhir pertemuan.

e. Memberikan angket pada pertemuan terakhir kepada siswa untuk mengetahui sikap dan kesan siswa di kelas eksperimen terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kolaboratif. f. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Analisis, Refleksi dan Evaluasi

(38)

Data kualitatif dilakukan analisis secara deskriptif terhadap lembar observasi terhadap aktifitas guru dan siswa, jurnal harian siswa, dan data angket skala sikap siswa untuk mengetahui respons siswa.

E. Bahan Ajar

Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Lesson Design

Lesson Design dibuat per pertemuan pembelajaran. Lesson Design ini memuat dasar fondasi inti pelajaran, sasaran (tujuan siswa), tujuan pertemuan, cara evaluasi, model, metode dan pendekatan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran serta penilaian hasil belajar. Lesson Design kelas eksperimen disajikan pada lampiran A.1 dan RPP kelas kontrol pada lampiran A.2.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) ini memuat kegiatan dan masalah-masalah yang harus diselesaikan oleh siswa di dalam kelas. LKS yang disajikan diawali dengan pengenalan masalah, kemudian diberikan soal-soal tipe berpikir kritis matematis yang menuntun siswa untuk memahami konsep. Materi pokok dalam LKS ini adalah mengenai relasi dan fungsi. LKS disajikan pada lampiran A.3.

3. Tes pada akhir pertemuan

(39)

F. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data yang kemudian dianalisis. Data yang diperoleh, dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

1. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif meliputi data yang diperoleh dari data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol, data postes kelas eksperimen dan kelas kontrol serta data indeks gain dari kelas eksperimen dan kontrol. Setelah data diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis dan mengolah data. Pengolahan data tes menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16 for Windows.

a. Analisis Data Pretes

Skor pretes kemampuan berpikir kritis matematis yang diperoleh, dilakukan pengujian sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

(40)

: Skor pretes (kelas eksperimen atau kelas kontrol)

berdistribusi normal.

: Skor pretes (kelas eksperimen atau kelas kontrol)

berdistribusi tidak normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika signifikansi pengujiannya ≥ 0,05, maka diterima.

b) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka ditolak.

Jika kedua data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya.

2) Uji Homogenitas

(41)

hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas adalah sebagai berikut:

: Kedua kelompok data pretes mempunyai variansi yang sama.

: Kedua kelompok data pretes mempunyai variansi yang

berbeda.

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika signifikansi pengujiannya ≥ 0,05, maka diterima.

b) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka ditolak.

3) Uji Statistika Nonparametrik

Jika salah satu atau kedua data pretes yang tidak memenuhi asumsi normalitas, pengujiannya menggunakan uji statistika nonparametrik Mann-Whitney.

4) Uji Persamaan Kemampuan Awal Berpikir Kritis Matematis Siswa

Data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample T-Test. Sedangkan untuk data yang memenuhi asumsi normalitas tetapi tidak homogen,

maka pengujiannya menggunakan pengujian t’ yaitu Independent

(42)

: Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal Berpikir Kritis

matematis antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol.

: Terdapat perbedaan kemampuan awal Berpikir Kritis

matematis antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol.

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

a) Jika signifikansi pengujiannya ≥ 0,05, maka diterima.

b) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka ditolak.

b. Analisis Data Postes

Skor postes kemampuan Berpikir Kritis matematis yang diperoleh, dilakukan pengujian sebagai berikut:

1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data menggunakan bantuan SPSS 16 for Windows dengan uji statistika Kolmogorov-Smirnov menggunakan

taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas adalah sebagai berikut:

: Skor postes (kelas eksperimen atau kelas kontrol)

(43)

: Skor postes (kelas eksperimen atau kelas kontrol)

berdistribusi tidak normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika signifikansi pengujiannya ≥ 0,05, maka diterima.

b) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka ditolak.

Jika kedua data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya.

2) Uji Homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok menggunakan uji Levene’s test dengan nilai signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas adalah sebagai berikut:

: Kedua kelompok data postes mempunyai variansi yang sama.

: Kedua kelompok data postes mempunyai variansi yang

(44)

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika signifikansi pengujiannya ≥ 0,05, maka diterima.

b) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka ditolak.

3) Uji Statistika Nonparametrik

Jika salah satu atau kedua data postes tidak memenuhi asumsi normalitas, pengujiannya menggunakan uji statistika nonparametrik Mann-Whitney.

4) Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa

Data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample T-Test. Sedangkan untuk data yang memenuhi asumsi normalitas tetapi tidak homogen,

maka pengujiannya menggunakan pengujian t’ yaitu Independent

Sample T-Test dengan asumsi kedua variansi tidak homogen.

Perumusan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

: Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

(45)

: Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kolaboratif lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode konvensional.

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika signifikansi pengujiannya ≥ 0,05, maka diterima.

b) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka ditolak.

c. Analisis Data Indeks Gain

Apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan kemampuan yang sama, maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis adalah data postes. Akan tetapi apabila hasil pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukan kemampuan yang berbeda maka data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis adalah data indeks gain.

Skor indeks gain dihitung dengan rumus (Meltzer & Hake, dalam Sriwiani, 2005:47) sebagai berikut:

(46)

Tabel 3.10

Kriteria Kualitas Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Indeks gain Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g  0,70 Sedang

g  0,30 Rendah

1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas data menggunakan bantuan SPSS 16 for Windows dengan uji statistika Kolmogorov-Smirnov menggunakan taraf signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas indeks gain adalah sebagai berikut:

: Skor indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol)

berdistribusi normal.

: Skor indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol)

berdistribusi tidak normal.

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

(47)

b) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka ditolak.

Jika kedua data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas varians. Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas varians melainkan dilakukan uji statistika nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney untuk pengujian hipotesisnya.

2) Uji Homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan menggunakan uji Levene’s test dengan nilai signifikansi 5%. Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas adalah sebagai berikut:

: Kedua kelompok data indeks gain mempunyai variansi yang

sama.

: Kedua kelompok data indeks gain mempunyai variansi yang

berbeda.

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika signifikansi pengujiannya ≥ 0,05, maka diterima.

(48)

3) Uji Statistika Nonparametrik

Jika salah satu atau kedua data indeks gain tidak memenuhi asumsi normalitas, pengujiannya menggunakan uji statistika nonparametrik Mann-Whitney.

4) Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample T-Test. Sedangkan untuk data yang memenuhi asumsi normalitas tetapi tidak homogen,

maka pengujiannya menggunakan pengujian t’ yaitu Independent

Sample T-Test dengan asumsi kedua variansi tidak homogen.

Perumusan hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

: Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kolaboratif tidak lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan metode konvensional.

: Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

(49)

Kriteria pengujiannya adalah sebagi berikut:

a) Jika signifikansi pengujiannya ≥ 0,05, maka diterima.

b) Jika signifikansi pengujiannya < 0,05, maka ditolak.

2. Analisis Data Non Tes

Data non tes meliputi data yang diperoleh dari hasil observasi, jurnal, dan angket. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan.

a. Analisis Observasi Kelas

Observasi kelas mengacu pada lembar observasi berupa daftar isian yang diisi oleh observer selama pembelajaran berlangsung di kelas. Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung aktivitas dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, sehingga diketahui gambaran umum dari pembelajaran yang terjadi.

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek proses pembelajaran yang diterapkan, sehingga dapat dilihat peran guru saat pembelajaran, interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya, keaktifan siswa selama pembelajaran, pemahaman konsep yang dimiliki siswa, serta kendala yang dihadapi dalam pembelajaran.

(50)

siswa dalam kegiatan belajar yang dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung serta bersifat relatif.

b. Analisis Jurnal Harian

Data yang terkumpul, dipisahkan mana yang termasuk ke dalam respon positif dan mana yang termasuk respon negatif, sehingga diketahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif setelah pembelajaran.

c. Analisis Hasil Angket

Angket pada penelitian ini terdiri dari dua buah kelompok pernyataan yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dikarenakan jenis angket yang diberikan berupa angket tertutup, maka untuk mengolah data yang diperoleh dari angket dapat dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Setiap pertanyaan angket ini memiliki empat alternatif jawaban yang tersusun secara bertingkat, mulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) atau bisa pula disusun sebaliknya. Angket jenis ini adalah angket yang digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kolaboratif melalui pendekatan pemecahan masaah matematis, angket ini hanya ditujukan pada kelas eksperimen.

(51)

Tabel 3.11

Kategori Jawaban Angket

Jenis Pertanyaan

Alternatif Jawaban

SS S TS STS

Positif 5 4 2 1

Negatif 1 2 4 5

Skor siswa (Suherman, 2003:189) dihitung dengan menjumlahkan bobot skor setiap pertanyaan dari alternatif jawaban yang dipilih. Untuk melihat persentase sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P : persentase jawaban f : frekuensi jawaban n : banyak responden

Klasifikasi interpretasi perhitungan persentase tiap kategori ditafsirkan dengan menggunakan persentase berdasarkan Hendro (Agustian, 2009:44-45) pada Tabel 3.12 berikut ini:

Tabel 3.12

Interpretasi Persentase Angket

Besar Persentase Interpretasi

(52)

Hampir setengahnya

Setengahnya Sebagian besar Pada umumnya Seluruhnya

Sebelum melakukan penafsiran, terlebih dahulu data yang diperoleh dihitung nilai rata-ratanya dengan menggunakan rumus (Suherman, 2003:191) sebagai berikut:

Keterangan: = Rata-rata

= Nilai setiap kategori

= Jumlah siswa yang memilih setiap kategori Jika maka dapat dipandang positif.

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran kolaboratif terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP, di MTS Az-Zahra Parongpong diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kolaboratif lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan metode konvensional.

2. Sikap siswa positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kolaboratif.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh mengenai pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kolaboratif, saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:

(54)

2. Sikap siswa cenderung positif terhadap model pembelajaran kolaboratif, oleh karena itu sudah sepantasnya guru merancang dan menerapkan pembelajaran yang serupa pada materi matematika lainnya yang relevan dengan karakteristik model tersebut.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Azzery, Yasep. (2009). Pengaruh Pendekatan Reciprocal Teaching Dalam Pembelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Bybee, R. W. (1991). Integrating the history and nature of science and technology in science and social studies curriculum. Dalam Science Education [Online]. Tersedia:http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/costum/portlets/recordDet ails/detaimini.jsp?_nfpb=true&_&ERICExtSearch_SearchValue_0=EJ4536 12&ERICExtSearch_SearchType_0=no&accno=EJ453612. [5 maret 2012].

Bahri, S dkk. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Deni. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Siswa

SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

(56)

Depdiknas (2002). Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Kurikulum Standar Kompetensi Matematika SMP dan MTS Draft Final. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Permendiknas No.22 Tahun 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Eisenkraft, Arthur. (2003). Expending The 5E Model. Dalam Science Theacher [Online].Tersedia:http://direct.bl.uk/bld/PlaceOrder.do?UIN=136372210&E TOC=RN&from=searchengine. [2 april 2012].

Ennis, RH (1996). Critical Thinking.New York: Prentice Hall.

Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis. Jakarta: Erlangga

Fitria, Rika. (2010). Pengaruh Pembelajaran Melalui Strategi Heuristik Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

(57)

SMP. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan

Herman, T. (2010). Implementasi Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa SMP. [Online].Tersedia:http://perpustakaan.upi.edu/artikel/administrasi/upload/tata ng_herman__fpmipa__hbl.pdf [18 Oktober 2010]

Irawan, F. (2007). Efektifitas Metode Personalized System of Instruction (PSI) dalam Kegiatan Pembelajaran Fisika di SMA. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ismaimuza, D. (2011). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMPMelalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis pada program pascasarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Izzati, N. (2009). Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematik : Apa, Mengapa, dan Bagaimana Mengembangkannya pada Peserta Didik. Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika. Bandung, 19 Desember 2009.

Jacob, C. (2010). “Pemecahan Masalah Matematis: Suatu Telaah Perspektif

(58)

Pendidikan Matematika dengan tema “Peningkatan Kualitas Pemberdayaan

Guru Matematika”. Subang, 8-15 Juli 2010.

Mann, E. L. (2006). Creativity: The Essence of Mathematics. [Online]. Tersedia: http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?hid=13&sid=973e3919 -daf2-4155-b9ec-a75e8ec01187%40sessionmgr113&vid=11 [6 mei 2012]

Masaaki, Sato. (2012). Dialog dan Kolaborasi di Sekolah Menengah Pertama Praktek”Learning Community”. Jakarta: Depdiknas/Depag-JICA

Nasution, S. (2009). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Panggabean, L. P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: JICA UPI.

Permendiknas. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://www.google.co.id/permendiknas-no-22-tahun-2006.pdf. [2 mei 2012].

(59)

Rahmawati. (2010). Pengaruh Pembelajaran Matematika Berbasi Komputer Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripisi FPMIPA UPI.

Bandung: Tidak diterbitkan.

Rohayati, A. (2005). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/D%20%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20MAT EMATIKA/196005011985032%20%20ADE%20ROHAYATI/CTL%20dal am%20%20Pembelajaran%20Mat%20untuk%20Meningkatkan%20Berpikir %20Krit.pdf [2 mei 2012]

Rosita, I. (2007). Penerapan Strategi Heuristik untuk Meningkatkan Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMA (Studi Eksperimen terhadap Kelas X Siswa SMAN 10 Bandung). Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

(60)

Salim, A. (2010). Efektifitas Strategi Heurtistik Terhadap Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 10 Surabaya. [Online]. Tersedia: http://digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod browse&op=read&id=jiptiain--aagussalim-8872. [2 mei 2012]

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hands-out Perkuliahan: UPI: Tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Individual Textbook Evaluasi Pembelajaran Matematika. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Suherman, E. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusuma.

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Surbakti, J. (2002). Strategi Heuristik Model Polya Pada Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika. Tesis Program Pasca Sarjana UPI.

(61)

Tata. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berorientasi Teori Van

Hiele. Tesis Program Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Wahyudin. (2009). Pengembangan Berpikir Kritis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wijaya. (1996). Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Rosda Karya.

Yusniati. (2009). Pengaruh Model Penemuan Terbimbing Berbasis Konstektual Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

SMP. Skripsi FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Validitas
Tabel 3.3 Validitas Tiap Butir Soal
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji korelasi antara kecemasan matematis dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa digunakan untuk menelaah hubungan antara kecemasan matematis

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN EKSPLORATIF.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Untuk mengetahui adanya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara kelompok siswa tinggi, sedang, dan rendah pada pembelajaran dengan menggunakan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis dan representasi matematis serta kecemasan matematis siswa yang mendapatkan

Dari hasil analisis diperoleh: (1) peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi daripada yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mengggunakan SQ3R. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang pembelajarannya menggunakan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMK yang memperoleh pembelajaran menggunakan model Discovery Learning