Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
AUDIT OPERASIONAL ATAS PEMBERIAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL
PADA DIVISI USAHA SYARIAH PT PEGADAIAN (Persero)
(Studi Kasus Pada Produk ARRUM di Cabang Pegadaian Syariah Situsaeur, Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana
Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi
Disusun Oleh:
Adhityarizka Rifadha
NIM. 0704531
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
AUDIT OPERASIONAL ATAS
PEMBERIAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO DAN KECIL PADA
DIVISI USAHA SYARIAH
PT PEGADAIAN (Persero)
(Studi Kasus Pada Produk ARRUM di Cabang
Pegadaian Syariah Situsaeur, Bandung)
Oleh
Adhityarizka Rifadha
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Adhityarizka Rifadha 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Audit
Operasional Atas Pemberian Pembiayaan Bagi Usaha Mikro dan Kecil pada Divisi Usaha Syariah PT PEGADAIAN (Persero) beserta seluruh isinya adalah
benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Bandung, Januari 2014 Yang Membuat Pernyataan
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAN KECIL PADA DIVISI USAHA SYARIAH PT PEGADAIAN (Persero)
(Studi Kasus Pada Produk ARRUM di Cabang Pegadaian Syariah Situsaeur, Bandung)
Oleh: Adhityarizka Rifadha Pembimbing I: Drs. Umar Faruk, M. Si. Pembimbing II: Elis Mediawati, S.Pd., SE., M. Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan audit operasional, efektivitas dan efisiensi pemberian pembiayaan Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro dan Kecil (ARRUM) di Cabang Pegadaian Syariah (CPS) Situsaeur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh dari observasi dan wawancara dengan informan (Inspektur Wilayah PT Pegadaian (Persero) X Bandung, Pimpinan dan Analis Kredit CPS Situsaeur). Sumber data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dengan menggunakan dokumen standar operasional prosedur pembiayaan ARRUM dan studi literatur penunjang.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan audit operasional atas produk ARRUM telah memadai sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pemberian pembiayaan ARRUM sudah efektif sesuai dengan prosedur pemberian pembiayaan, prinsip analisis pembiayaan dan pembiayaan bermasalah (NPF) di CPS Situsaeur berada dibawah standar maksimal 5% yaitu 0%. Namun, efektivitas tersebut belum optimal karena target jumlah dana yang harus disalurkan belum tercapai. Pemberian pembiayaan ARRUM sudah efisien. Hal ini tergambar dari efisiensi sumber daya manusia (SDM), kegiatan pemasaran dan waktu (dalam pelaksanaan survei maupun pencairan pembiayaan).
Kata Kunci : Audit Operasional, Pemberian Pembiayaan, Ar-Rahn (Gadai Syariah),
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ENTERPRISES AT THE SHARIA BUSINESS DIVISION OF PT PEGADAIAN* (Persero)
(A Case Study of ARRUM product at Situsaeur Branch of Sharia State-Owned Pawnshop Operator, Bandung)
By: Adhityarizka Rifadha
First Supervisor: Drs. Umar Faruk, M.Si. Second Supervisor: Elis Mediawati, S.Pd., S.E., M.Si.
The research aimed to find and understand the conduct of operational audit, the effectiveness and efficiency of Ar-Rahn granting of financing for Micro and Small Enterprises (ARRUM) at Situsaeur Branch of Sharia State-Owned Pawnshop Operator.
The research employed descriptive-qualitative method using primary and secondary data. The sources of primary data were obtained through interview and observation with informants (Regional Inspector of PT. Pegadaian (Persero) X Bandung, the Head of and Credit Analyst of Situsaeur Branch of Sharia State-owned Pawnshop Operator). The sources of secondary data were gained through the documentation of the operational standard of ARRUM funding procedures and supporting literary study.
Based on the outcomes of the research, it was found that the operational audit of ARRUM product had been in line with the prevailing procedures. ARRUM granting of financing had been effective according to the procedures of granting of financing and fund analysis principles; furthermore, Non-Performing Finance (NPF) at Situsaeur Branch of Sharia State-Owned Pawnshop Operator was under the maximum standard of 5%, namely 0%. However, the effectiveness was not yet optimal because the targeted distributed fund had not been achieved. ARRUM granting of financing had been efficient. This is reflected in the efficiency of human resources (HR), marketing activities and time (for survey and disbursement of financing).
Keywords: Operational Audit, Granting of financing, Ar-Rahn (Sharia Pawning), Effectiveness,
and Efficiency.
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.1
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.1
1.4 Kegunaan Penelitian... Error! Bookmark not defined.2
1.4.1 Kegunaan Teoritis ... Error! Bookmark not defined.2
1.4.2 Kegunaan Praktis ... Error! Bookmark not defined.2
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Error!
Bookmark not defined.3
2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.3
2.1.1 Audit ... Error! Bookmark not defined.3
2.1.1.1 Pengertian Audit . Error! Bookmark not defined.3
2.1.1.2 Jenis-Jenis Audit Error! Bookmark not defined.4
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.2.1 Pengertian Audit OperasionalError! Bookmark
not defined.5
2.1.2.2 Perbandingan Antara Audit Operasional Dengan
Audit Keuangan Error! Bookmark not defined.6
2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional ... 18
2.1.2.4 Jenis Audit OperasionalError! Bookmark not
defined.0
2.1.2.5 Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Audit
Operasional ... Error! Bookmark not defined.
2.1.2.6 Tahapan Dalam Audit Operasional ... Error!
Bookmark not defined.
2.1.2.7 Pelaksana Audit OperasionalError! Bookmark
not defined.
2.1.3 Usaha Mikro dan Kecil ... 27
2.1.3.1 Pengertian Usaha Mikro dan Kecil ... 27
2.1.4 Pembiayaan ... 29
2.1.4.1 Pengertian PembiayaanError! Bookmark not defined.
2.1.4.2 Unsur-Unsur PembiayaanError! Bookmark not
defined.
2.1.4.3 Tujuan dan Fungsi PembiayaanError! Bookmark
not defined.
2.1.4.4 Jenis-jenis PembiayaanError! Bookmark not defined.
2.1.4.5 Kualitas PembiayaanError! Bookmark not defined.
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.4.7 Analisis dan Pengawasan Pembiayaan ... Error!
Bookmark not defined.
2.1.4.8 Karakteristik Pembiayaan kepada Usaha Kecil dan
Mikro ... Error! Bookmark not defined.
2.1.5 Pegadaian Syariah ... Error! Bookmark not defined.
2.1.5.1 Pengertian Ar-Rahn (Gadai Syariah) ... Error!
Bookmark not defined.
2.1.5.2 Sumber Hukum Ar-Rahn (Gadai Syariah) ... Error!
Bookmark not defined.
2.1.5.3 Rukun dan Syarat Ar-Rahn (Gadai Syariah) Error!
Bookmark not defined.
2.1.6 Efektivitas dan Efisiensi ... Error! Bookmark not defined.
2.1.6.1 Pengertian Efektivitas dan Efisiensi ... Error!
Bookmark not defined.
2.1.6.2 Efektivitas dan Efisiensi dalam Pemberian
Pembiayaan ... Error! Bookmark not defined.
2.2 Kerangka Pemikiran ... 48
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2 Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.
3.2.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
3.2.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... Error!
Bookmark not defined.
3.2.3 Instrumen Penelitian ... 66
3.2.4 Teknik Analisis Data ... 67
3.2.5 Teknik Pengujian Kredibilitas DataError! Bookmark not
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not
defined.
4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 74
4.1.1.1 Sejarah Perusahaan PT Pegadaian (Persero) ... 74
4.1.1.2 Visi dan Misi PT Pegadaian (Persero) ... 77
4.1.1.3 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) ... 77
4.1.1.4 Produk Ar-Rahn untuk Usaha Mikro dan Kecil (ARRUM) Cabang Pegadaian Syariah... 86
4.1.2 Deskripsi Masalah Penelitian ... 87
4.1.2.1 Pelaksanaan Audit Operasional... 87
4.1.2.2 Efektivitas Pemberian Pembiayaan ARRUM . 100 4.1.2.3 Efisiensi Pemberian Pembiayaan ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 4. 2.1 Pelaksanaan Audit Operasional di PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X BandungError! Bookmark not defined. 4.2.1.1 Tahap Perencanaan Audit ... 118
4.2.1.2 Tahap Pelaksanaan Audit ... 118
4.2.1.3 Tahap Penyelesaian Audit ... 120
4. 2.2 Efektivitas Pemberian Pembiayaan ARRUM di PT
Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung .... Error!
Bookmark not defined.
4. 2.3 Efisiensi Pemberian Pembiayaan ARRUM di PT
Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung .... Error!
Bookmark not defined.
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. 1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.
5. 2 Saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2009-2010 .. Error!
Bookmark not defined.
Tabel 21.2 Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2011 . Error! Bookmark
not defined.
Tabel 1.3 Data Perolehan ARRUM Kota Bandung Tahun 2011-2012 ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil ... 29
Tabel 3.1 Daftar Partisipan Wawancara Penelitian... Error! Bookmark not
defined.
Tabel 4.1 Informan Penelitian ... 74
Tabel 4.2 Tarif Imbal Jasa Kafalah (IJK)... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.3 Kualitas Kolektibilitas Angsuran Pembiayaan ARRUM CPS Situsaeur
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2011 ... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2.1 Tipe/Jenis Audit ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran ... 59
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data ... 69
Gambar 3.2 Triangulasi dengan Sumber dan Teori ... Error! Bookmark not
defined.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Cabang Pegadaian Syariah (CPS) ... 78
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Satuan Pengawas Internal PT Pegadaian (Persero)
... 89
Gambar 4.3 Alur Pemberian Pembiayaan ARRUM ... Error! Bookmark not
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Frekuensi Bimbingan Skripsi Pembimbing
Lampiran 2 Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Instansi
Lampiran 5 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) Seminar Usulan Penelitian
Lampiran 6 Surat Keputusan Ujian Sidang
Lampiran 7 Formulir Persetujuan & Matriks Perbaikan (Revisi) Ujian Sidang
Skripsi
Lampiran 8 Pertanyaan dan Hasil Wawancara
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan perekonomian suatu negara menjadi salah satu indikator
meningkatnya kesejahteraan suatu bangsa. Di tengah ancaman krisis keuangan
global yang terjadi di kawasan Amerika dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir,
negara-negara di kawasan lain pun dapat terpengaruh dampak yang
ditimbulkannya. Indonesia sebagai suatu negara pun memiliki kemungkinan
terkena dampak krisis tersebut. Berbekal pengalaman terhadap krisis keuangan
yang pernah terjadi pada tahun 1997/1998, kini Indonesia dapat lebih siap
menghadapi dampak tersebut.
Peningkatan sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menjadi salah satu
pendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam situasi krisis ekonomi
yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu, UMK telah terbukti mampu bertahan
dan tetap mampu bersaing di pasar. UMK memiliki peran yang sangat strategis
dalam perekonomian suatu negara khususnya dalam penyembuhan perekonomian
nasional (national economics recovery). Dengan mengoptimalkan peran sektor
UMK maka kontribusi yang diberikan kepada pertumbuhan ekonomi negara dapat
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2008-2012 Unit
Sumber: Sandingan Data UMKM Tahun 2007-2012 Departemen Koperasi RI
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat jumlah unit usaha mikro lebih besar
apabila dibandingkan dengan usaha kecil. Sejak tahun 2007-2012 jumlah unit
usaha mikro dan kecil terus meningkat. Perkembangan unit usaha mikro dan kecil
ini mencerminkan besarnya potensi pertumbuhan UMK di Indonesia di masa
mendatang.
Saat ini jumlah UMK yang terdapat di Indonesia berjumlah 1,5 persen dari
total penduduk. Sementara idealnya diperlukan UMK sejumlah 2,5 persen dari
jumlah penduduk guna memperkuat perekonomian negara. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia,
Dahlan Iskan (bisnisjabar.com).
Namun, usaha untuk mengoptimalkan peran UMK memiliki beberapa
kendala dalam perwujudannya. Salah satunya berupa akses terhadap pembiayaan.
Hal ini diungkapkan oleh Wiloejo Wirjo W. (2005) yang menuliskan bahwa
besarnya potensi yang dimiliki UMK masih terhalang oleh masalah keterbatasan
akses atas sumber-sumber pembiayaan dari lembaga keuangan formal khususnya
dari perbankan. Sehingga menyebabkan para pelaku UMK lebih memilih untuk
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rentenir karena mudah dan cepatnya pencairan pembiayaan yang dijanjikan.
Namun, akhirnya pelaku UMK akan lebih dirugikan dengan transaksi tersebut.
Usaha antisipasi pemerintah dalam meminimalkan kegiatan pembiayaan
informal tersebut dilakukan melalui Kementerian BUMN yang membawahi
lembaga keuangan perbankan maupun non-perbankan. Salah satu lembaga
keuangan non-perbankan yang dimiliki oleh negara yaitu PT Pegadaian (Persero)
yang berperan sebagai lembaga pembiayaan formal non-perbankan. Sebagai
perusahaan pembiayaan alternatif berbasis hukum gadai dan fidusia dengan
kinerja yang baik. Pada tahun 2011, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
memberikan peringkat AA+ atas kinerja yang telah dicapai Perusahaan
(keuangan.kontan.co.id).
Kinerja yang baik menjadi indikator bahwa suatu perusahaan berjalan
dengan efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi perusahaan ditentukan oleh
biaya dan laba (cost and benefit) yang dikeluarkan dan didapatkan dimana hal ini
diperuntukkan sebagai perencanaan dan pengendalian perusahaan. Dan untuk
selalu meningkatkan kinerja Perusahaan maka terhitung sejak akhir tahun 2011
status hukum Perum Pegadaian berubah menjadi PT Pegadaian (Persero)
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2011. Sejak
berdiri lebih dari 100 tahun yang lalu, Perusahaan ini telah beberapa kali berganti
status badan hukum. Hal ini membuktikan bahwa eksistensi Perusahaan sangat
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menguntungkan. Dimana selain bertujuan memberikan pelayanan bagi masyarakat
kecil, Perusahaan pun dapat memberikan profit bagi negara.
Guna menjaga keberadaannya di tengah banyaknya lembaga pembiayaan
mikro dan sebagai upaya memperkuat posisi sebagai Perusahaan berbasis gadai
dan fidusia di Indonesia, PT Pegadaian (Persero) membentuk Divisi Usaha
Syariah pada tahun 2001. Dalam tesisnya, Siti Darojah S. W. (2005)
mengungkapkan hasil penelitiannya mengenai preferensi nasabah dalam
berhubungan dengan Pegadaian Syariah bahwa keyakinan agama menjadi alasan
utama dalam memilih Pegadaian Syariah bersama dengan variabel kualitas
pelayanan dan tujuan penggunaan dana. Dimana ini berarti terdapat
kecenderungan responden untuk memilih Pegadaian Syariah karena mereka
meyakini haramnya bunga bank dan menghendaki pelayanan yang cepat dan
mudah serta adanya kebutuhan akan dana produktif.
Dalam kegiatan operasionalnya Divisi Usaha Syariah dilaksanakan oleh
Cabang Pegadaian Syariah (CPS) yang berperan sebagai lembaga pembiayaan
berbasis syariah dengan prinsip bagi hasil (lost and sharing profit). Salah satu
kegiatan usaha yang dilakukan berupa menyalurkan dana dalam bentuk
pembiayaan kepada masyarakat untuk kegiatan produktif seperti pengembangan
usaha mikro dan kecil (UMK).
Pada tahun 2008, CPS mengoperasikan produk pembiayaan baru bernama
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
01/US.2.00/2008, tanggal 31 Januari 2008, tentang Pemberlakuan PO ARRUM
dan No. 03/US.2.00/2008, tanggal 31 Januari 2008, tentang Batas Minimum dan
Maksimum nilai pembiayaan ARRUM, menyatakan mulai beroperasinya jasa
kredit ARRUM dengan jaminan fidusia, jumlah maksimum Uang Pinjaman (UP)
sebesar Rp 50 juta dalam masa kredit maksimum 36 bulan. Adapun target pasar
produk ini adalah para pengusaha mikro yang menginginkan dasar syariah dengan
biaya administrasi Rp 70.000 untuk barang jaminan sepeda motor dan Rp 200.000
untuk barang jaminan mobil.
Dalam annual report PT Pegadaian (Persero) tahun 2011 didapatkan data
perkembangan omzet bisnis non-inti selama tahun 2007-2011 dengan data
perkembangan omzet ARRUM sebagai berikut;
Tabel 1.2 Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2012
(Dalam Jutaan Rupiah) Tahun
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah
Omzet 0 7.290 45.453 92.210 102.900 87.840
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2012 Berdasarkan data dan grafik perkembangan omzet ARRUM di atas terlihat
bahwa pada tahun pertama (2008) dioperasionalkannya, produk ini telah mampu
menghasilkan omzet Rp 7.290 juta. Pertumbuhan sebesar 523,49 persen menjadi
Rp 45.453 juta tercatat pada tahun 2009. Namun di tahun 2010 hanya tumbuh
102,86 persen menjadi Rp 92.210 juta dan sebesar Rp 102.900 juta pada tahun
2011 dimana hanya mencatatkan pertumbuhan 11,59%. Sementara tahun 2012
omzet ARRUM tercatat sejumlah Rp 87.840 juta dengan pertumbuhan -14,63%
dibandingkan tahun sebelumnya.
Penurunan pertumbuhan omzet ARRUM di tahun 2011 telah terdeteksi
sejak awal tahun 2011. Hal tersebut sebagaimana yang terdapat dalam Surat
Edaran No.22/US.1.3/2011 mengenai optimalisasi pemasaran dan peningkatan
omzet usaha non-rahn yang mengungkapkan data bahwa pada bulan Januari dan
Februari 2011, PT Pegadaian (Persero) mendapatkan omzet sebesar Rp 15,7
miliar. Capaian omzet tersebut hanya berkisar 44,3 persen dari target yang telah
ditetapkan. - 50.000 100.000 150.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sementara PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung yang
menaungi kegiatan operasional untuk dua CPS yaitu CPS Padasuka dan CPS
Situsauer sebagai pelaksana operasional pembiayaan ARRUM mencatatkan data
perolehan ARRUM selama tahun 2011 hingga 2012, sebagai berikut:
Tabel 1.3 Data Perolehan ARRUM Kota Bandung Tahun 2011-2012
Atas CPS Padasuka CPS Situsaeur
2011 2012 2011 2012
Sumber: Bagian Operasional dan Pemasaran PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa dari dua CPS yang
mengoperasikan pembiayaan ARRUM di kota Bandung terlihat bahwa dari segi
kuantitas, CPS Padasuka memiliki perolehan yang lebih besar apabila
dibandingkan dengan CPS Situsaeur. Namun, pada tahun 2012, dilihat dari
besaran uang pinjaman yang disalurkan maka CPS Padasuka mengalami
penurunan perolehan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan CPS
Situsauer. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh peningkatan jumlah pembiayaan
bermasalah yang terjadi di CPS Padasuka. Berdasarkan keterangan yang diperoleh
dari bagian Operasional dan Pemasaran (OPP) PT Pegadaian (Persero) Kantor
Wilayah X Bandung didapatkan bahwa besaran Non Performing Fund (NPF) atau
pembiayaan bermasalah pada CPS Padasuka telah melebihi lima persen. Dimana
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagaimana ketentuan Bank Indonesia. Pembiayaan bermasalah dapat
didefinisikan sebagai pembiayaan yang memiliki kemungkinan menimbulkan
risiko di kemudian hari bagi lembaga keuangan sebagai pemberi pembiayaan.
Oleh karena itu, di tahun 2012 kegiatan operasional atas pembiayaan
ARRUM di CPS Padasuka dihentikan sampai dengan menurunnya jumlah NPF
dibawah lima persen. Besarnya jumlah NPF ini menjadi salah satu penyebab
menurunnya omzet ARRUM untuk wilayah Bandung. Sehingga berdampak bagi
penurunan omzet pembiayaan ARRUM secara nasional. Hal ini mengindikasikan
bahwa risiko operasional pembiayaan ARRUM ini perlu dikontrol dengan lebih
baik guna memaksimalkan tingkat efektivitas dan efisiensi pemberian pembiayaan
tersebut sehingga pembiayaan bermasalah dapat diminimalkan. Khususnya bagi
CPS Situsaeur yang masih melaksanakan pemberian pembiayaan ini.
Menurunnya omzet pembiayaan ARRUM ini dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan secara menyeluruh khususnya bagi Divisi Usaha Syariah kedepannya
apabila tidak segera diambil tindakan antisipasi guna kembali meningkatkan
jumlah dan kualitas pemberian pembiayaan. Sebagai salah satu produk yang
menjadi unggulan, ARRUM merupakan produk yang diharapakan dapat
memberikan kontribusi omzet yang besar sebagaimana yang telah diraih oleh jenis
produk yang sama yaitu KREASI-KRASIDA pada Pegadaian Konvensional.
Dalam proses pemberian pembiayaan ARRUM ini persyaratan yang
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang dilakukan oleh lembaga keuangan formal lainnya semisal perbankan.
Namun, kemudahan tersebut tidak serta merta menjadikan perusahaan lemah
dalam pengawasan pemberian pembiayaan ARRUM ini. Perusahaan tetap
mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam setiap kegiatan operasionalnya. Hal
ini diharapkan mampu mengurangi risiko operasional yang dapat terjadi. Karena
dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh lembaga keuangan baik perbankan
maupun non-perbankan akan melekat dengan risiko operasional, semisal dalam
kegiatan perkreditan/pembiayaan berupa besarnya jumlah pembiayaan bermasalah
seperti yang dialami oleh CPS Padasuka Bandung.
Dalam usaha meminimalkan risiko operasional maka pelaksanaan
pemberian pembiayaan yang efektif dan efisien menjadi tuntutan yang wajib
dipenuhi. Sehingga pencapaian omzet usaha dapat terpenuhi dan peran perusahaan
dapat lebih maksimal dalam menyejahterakan masyarakat baik nasabah maupun
pegawai perusahaan itu sendiri.
Pelaksanaan pemberian pembiayaan yang efektif dan efisien dapat dicapai
apabila prinsip analisis pembiayaan 6C yang terdiri atas character, capacity,
capital, collateral, condition of economy dan constraint terlaksana dengan baik
dan benar. Selain itu, juga prosedur pemberian pembiayaan dilaksanakan secara
sistematis dan sesuai aturan yang berlaku. Pemberian pembiayaan pun dapat
dikatakan efektif apabila besaran omzet dan perkembangan usaha (baik ditinjau
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
telah ditetapkan pada awalnya dapat tercapai dalam jangka waktu yang telah
ditargetkan. Sementara pemberian pembiayaan yang efisien dapat dicapai ketika
dalam pelaksanaannya dengan biaya yang sama dapat meraih hasil yang lebih
maksimal.
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengetahui dan
memahami efektivitas dan efisiensi pemberian pembiayaan bagi UMK yang
diberikan oleh CPS yaitu dengan melaksanakan kegiatan audit operasional. Audit
operasional merupakan aktivitas pemeriksaan atas pelaksanaan operasi perusahaan
apakah telah dilaksanakan dengan efisien, efektif, dan ekonomis. Aktivitas audit
operasional ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan,
mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan di masa mendatang, dan
membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut (Mulyadi dan
Kanaka Puradiredja, 1998: 30).
Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya audit operasional atas pemberian
pembiayaan ARRUM di CPS Situsaeur maka diharapkan produk ini dapat lebih
efektif dan efisien sehingga menunjang kinerja perusahaan di masa mendatang
khususnya bagi Divisi Usaha Syariah. Dengan pertimbangan bahwa pada tahun
2013 yang melaksanakan pemberian pembiayaan ARRUM untuk wilayah kota
Bandung hanya CPS Situsaeur.
Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu, di antaranya
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelaksanaan Audit Operasional Dengan Efektivitas Pemberian Kredit”
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif berupa adanya hubungan
fungsional di antara pelaksanaan audit operasional dengan efektivitas pemberian
kredit.
Terdapat perbedaan objek yang diteliti dimana dalam penelitian ini yang
diteliti merupakan Lembaga Keuangan non-perbankan berprinsip syariah dengan
berbasis hukum gadai dan fidusia. Sementara penelitian sebelumnya menjadikan
bank sebagai objeknya.
Selain itu, penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif sementara
metode kualitatif menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini. Metode
penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat
lebih memahami pelaksanaan audit operasional dan pemberian pembiayaan bagi
usaha mikro dan kecil karena terdapat interaksi langsung antara peneliti dengan
objek penelitian sebab peneliti berperan sebagai instrumen penelitian
Pelaksanaan audit operasional berguna untuk meraih efektivitas dan
efisiensi pemberian pembiayaan yang akan berujung pada peningkatan omzet
yang diraih oleh perusahaan serta pencapaian kinerja yang maksimal. Hal ini
sejalan dengan peran lembaga keuangan untuk memberikan pelayanan terbaik
bagi masyarakat dan meraih laba demi kesejahteraan negara.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil yang terdapat di perusahaan
pembiayaan berbasis gadai dan fidusia dengan prinsip syariah. Oleh karena itu,
peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut: “Audit Operasional Atas Pemberian Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil Pada Divisi Usaha Syariah PT PEGADAIAN (Persero) (Studi Kasus Pada Produk ARRUM di Cabang Pegadaian Syariah Situsaeur, Bandung)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan audit operasional di PT Pegadaian (Persero)
Kantor Wilayah X Bandung?
2. Bagaimana efektivitas pemberian pembiayaan ARRUM di CPS Situsaeur
PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung?
3. Bagaimana efisiensi pemberian pembiayaan ARRUM di CPS Situsaeur
PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan audit operasional di PT
Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung.
2. Untuk mengetahui dan memahami efektivitas pemberian pembiayaan
ARRUM di CPS Situsaeur PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X
Bandung.
3. Untuk mengetahui dan memahami efisiensi pemberian pembiayaan
ARRUM di CPS Situsaeur PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X
Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan yang
bersifat akademis (teoritis) dan praktis.
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan dan
pemahaman penulis maupun pembaca serta menjadi bahan rujukan bagi peneliti
lainnya dalam bidang kajian auditing dengan fokus pada audit operasional yang
dilaksanakan atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil dengan
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih berupa pemikiran dan
saran bagi lembaga keuangan non-perbankan serta menjadi bahan masukan dalam
pelaksanaan audit operasional guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pemberian pembiayaan yang dilaksanakan oleh lembaga keuangan
non-perbankan. Sehingga omzet yang ditargetkan dapat tercapai secara maksimal dan
menjadikan pemberian pembiayaan ARRUM dapat berhasil guna dan berdaya
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit
2.1.1.1 Pengertian Audit
Audit merupakan suatu proses sistematis yang bertujuan untuk
mengevaluasi realisasi di lapangan dengan kriteria aturan yang telah ditetapkan
kemudian melaporkan hasil yang ditemukan kepada pihak yang membutuhkan.
Berikut merupakan pengertian-pengertian audit yang dikemukakan oleh beberapa
ahli, antara lain menurut Alvin A. Arens, et., al. (2012: 24) yang menyatakan
bahwa:
Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.
Selanjutnya Sukrisno Agoes (2004: 3) dalam bukunya Auditing
(Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik mendefinisikan auditing
sebagai:
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun Konrath dalam bukunya Auditing A Risk Analysis Approach 5th
Ed. (2002) menjelaskan bahwa:
Auditing may be defined as a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa auditing
merupakan proses sistematis sebagai upaya mengumpulkan dan mengevaluasi
bukti berupa informasi atas kegiatan ataupun kejadian ekonomi selama periode
akuntansi, untuk kemudian ditentukan dan dilaporkan mengenai kesesuaian
informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun dalam
pelaksanaannya, pelaksana kegiatan auditing haruslah individu yang kompeten
dan independen.
2.1.1.2 Jenis-Jenis Audit
Adapun menurut Alvin A. Arens, et., al. (2008), jenis audit dibedakan ke
dalam tiga jenis sebagai berikut:
1. Audit atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit yang bertujuan untuk menetapkan sewajar apakah laporan keuangan
telah disajikan dengan ketentuan yang sesuai dengan kriteria-kriteria
tertentu. Hasil akhir audit atas laporan keuangan ini berupa opini auditor.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan kepatuhan klien atas
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit ini merupakan tinjauan pada bagian atau fungsi tertentu atas suatu
prosedur serta metode operasional suatu organisasi dengan tujuan untuk
mengevaluasi apakah telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Sedangkan Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998: 31) secara garis besar
menjelaskan jenis audit dalam gambar sebagai berikut:
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.2 Audit Operasional
2.1.2.1 Pengertian Audit Operasional
Audit operasional atau pemeriksaan operasional disebut juga sebagai
audit/pemeriksaan manajemen. Beberapa ahli yang mendefinisikan audit
operasional antara lain, Alvin A Arens, et., al. (2012: 39) mengungkapkan bahwa
“Operational audit is a review of any part of an organization’s operating
procedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and
effectiveness”.
Selanjutnya Sukrisno Agoes (2004: 175) mendefinisikan management
audit atau operational audit sebagai:
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.
Adapun publikasi Institute of Internal Auditors (IIA) (dalam Amin W.
Tunggal, 2011: 44), menyatakan bahwa:
Operational auditing adalah suatu proses yang sistematis dari penilaian efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi operasi suatu organisasi yang di bawah pengendalian manajemen dan melaporkan kepada orang yang tepat hasil dari penilaian beserta rekomendasi untuk perbaikan.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa audit operasional merupakan kegiatan pemeriksaan atas
aktivitas organisasi guna tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam
mengoperasikan bisnis organisasi tersebut. Dalam pelaksanaannya, audit
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengambil keputusan guna melaksanakan tindakan pencegahan atas masalah
yang terdapat di dalam perusahaan. Selain itu, juga, laporan hasil audit
operasional digunakan sebagai rekomendasi atas pihak terkait untuk dilakukan
tindak lanjut sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan.
2.1.2.2 Perbandingan Antara Audit Operasional Dengan Audit Keuangan
Secara umum, terdapat perbedaan dan persamaan di antara audit
operasional dengan audit keuangan. Adapun menurut Amin W. Tunggal (2012:
10) perbedaan yang terdapat di antara audit operasional dan audit keuangan, yaitu
“tujuan audit, distribusi laporan, dan area non-keuangan yang dimasukkan dalam
audit operasional”.
Adapun penjelasan atas perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Audit
Audit operasional menekankan pada efektivitas dan efisiensi dengan
berfokus pada peningkatan kinerja di masa depan. Sedangkan audit
keuangan menekankan pada ketepatan pencatatan informasi historis, yang
menjadikannya berorientasi pada masa lalu.
2. Distribusi Laporan
Laporan audit operasional akan didistribusikan kepada pihak internal yaitu
manajemen perusahaan. Sementara laporan audit keuangan diberikan
kepada pengguna (user) eksternal perusahaan, seperti halnya kepada
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Memasukkan Area Non-Keuangan
Pelaksanaan audit operasional mencakup segala hal atas aspek efektivitas
dan efisiensi dalam organisasi atau perusahaan sementara audit keuangan
terbatas kepada hal-hal yang mempengaruhi laporan keuangan semata.
Sedangkan dalam pelaksanaanya terdapat persamaan di antara audit
operasional dengan audit keuangan menurut Sukrisno Agoes (2004: 178) adalah
sebagai berikut:
1. Auditor operasional maupun keuangan sebagai pelaksana audit mutlak
independen.
2. Kedua auditor wajib mengumpulkan bukti-bukti yang cukup serta
kompeten.
3. Teknik dan prosedur yang digunakan oleh auditor serupa.
4. Dalam pelaksanaannya kegiatan audit wajib dipimpin dan diawasi oleh
orang yang berpengalaman dan cakap dalam bidang audit.
5. Kedua auditor diwajibkan dan menjadi keharusan untuk
mendokumentasikan setiap prosedur audit yang dijalankan, bukti-bukti
pendukung yang ada dan temuan audit ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan
(KKP) dengan sistematis.
2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional
Tujuan audit operasional menurut Amin W. Tunggal (2011: 55) yaitu
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya Sukrisno Agoes (2004: 175) menjelaskan bahwa tujuan umum dari
audit operasional, yaitu:
1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi
dalam perusahaan.
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan
telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3. Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective)
yang telah ditetapkan oleh top management.
4. Untuk memberikan rekomendasi kepada top management guna
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan
pengendalian internal, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur
operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi,
keekonomisan dan efektivitas dari kegiatan operasi perusahaan.
Sementara Nugroho Widjayanto (1985: 28) mengungkapkan manfaat audit
operasional sebagai berikut:
1. Identifikasi tujuan, kebijaksanaan, sasaran dan prosedur organisasi yang
sebelumnya tidak jelas.
2. Identifikasi kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
tercapainya tujuan organisasi dan menilai kegiatan manajemen.
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Penetapan apakah organisasi sudah mematuhi prosedur, peraturan,
kebijaksanaan, serta tujuan yang telah ditetapkan.
5. Penetapan efektivitas dan efisiensi sistem pengendalian manajemen.
6. Penetapan tingkat keandalan (realibility) dan kemanfaatan (usefulness)
dari berbagai laporan manajemen.
7. Identifikasi daerah-daerah permasalahan dan mungkin juga penyebabnya.
8. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih
meningkatkan laba, mendorong pendapatan dan mengurangi biaya atau
hambatan dalam organisasi.
9. Identifikasi berbagai tindakan alternatif dalam berbagai daerah kegiatan.
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998: 30) mengungkapkan bahwa
tujuan audit operasional adalah sebagai berikut:
1. Mengevaluasi kinerja,
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan,
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
2.1.2.4 Jenis Audit Operasional
Dalam bukunya Alvin A. Arens, et., al. (2012: 843) menjelaskan bahwa
“Operational audits fall into three board categories: functional, organizational,
and special assignments. In each case, part of the audit is likely to concern
evaluating internal controls for efficiency and effectiveness”.
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Audit Fungsional (Functional Audit)
Audit ini memiliki fokus dalam aktivitas suatu bisnis. Seperti halnya
dalam fungsi akuntansi yang dapat dibagi ke dalam beberapa fungsi antara
lain fungsi pengeluaran kas, penerimaan kas dan penggajian. Audit
fungsional menekankan pada efektivitas dan efisiensi satu atau lebih
fungsi dalam suatu perusahaan.
b. Audit Organisasional (Organizational Audit)
Dalam suatu perusahaan terdapat berbagai departemen, cabang atau anak
perusahaan yang saling berinteraksi satu sama lain. Audit organisasional
berfokus menekankan efektivitas dan efisiensi dalam interaksi tersebut.
c. Penugasan Khusus (Special Assignment)
Pihak manajemen akan meminta penugasan khusus sesuai dengan
kebutuhan ketika terdapat suatu inefektivitas atau inefisiensi dalam
kegiatan operasional perusahaan.
2.1.2.5 Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Audit Operasional
Ruang lingkup audit operasional menurut Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) meliputi:
1. Audit atas pertanggungjawaban keuangan dan ketaatan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, mencakup apakah Unit Kerja:
a. Melaksanakan program/kegiatan yang ditetapkan sesuai dengan
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Mengelola penerimaan dan pengeluaran dana sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
c. Melaksanakan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
d. Menyelenggarakan catatan akuntansi/pembukuan yang memadai sesuai
dengan ketentuan, termasuk sistem akuntansi dan pelaporan
keuangannya.
e. Mengendalikan dan mempertanggung jawabkan seluruh sumberdaya
(dana, SDM, sarana dan prasarana) dan kewajiban sesuai ketentuan.
2. Audit atas kehematan (keekonomisan) dan daya guna (efisiensi) mencakup
penilaian Unit Kerja:
a. Mengikuti praktik-praktik pengadaan barang/jasa yang sehat.
b. Mendapatkan jenis, kualitas, dan jumlah sumber daya yang diperlukan
dengan biaya terendah yang wajar.
c. Melindungi dan memelihara sumber daya secara layak.
d. Menghindari adanya duplikasi kerja oleh beberapa petugas dan
menghindari adanya pekerjaan yang lebih jelas atau bahkan, tidak
mempunyai tujuan.
e. Menghindari terjadinya hal-hal yang berlebihan dan kelebihan tenaga
kerja/staf.
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
g. Menggunakan sejumlah sumber daya yang minimum dalam
memproduksi atau menghasilkan barang/jasa sesuai dengan jumlah dan
mutu yang diinginkan serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.
h. Menaati persyaratan-persyaratan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang mungkin besar pengaruhnya dalam rangka memperoleh,
melindungi dan menggunakan sumber daya yang bersangkutan.
i. Mempunyai sistem yang cukup baik dalam mengukur dan melaporkan
kehematan dan dayaguna pelaksanaan program dan kegiatan.
3. Audit operasional juga meliputi audit hasil guna (efektivitas) yang
mencakup penilaian apakah:
a. Tujuan dan sasaran program/kegiatan sudah sesuai atau relevan dengan
undang-undang atau ketentuan yang berlaku.
b. Sejauh mana hasil suatu program mencapai tingkat yang diinginkan.
c. Faktor yang menghambat pencapaian kinerja telah diidentifikasikan
secara memuaskan.
d. Manajemen telah mempertimbangkan alternatif pelaksanaan program
dapat mencapai hasil yang diinginkan dengan lebih efektif atau pada
biaya yang paling rendah.
e. Sistem manajemen dapat diandalkan dalam mengukur dan melaporkan
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ruang lingkup dalam pelaksanaan audit operasional meliputi setiap
kegiatan operasi perusahaan dan fungsi yang terdapat di dalamnya. Sehingga audit
operasional tidak terbatas dalam kegiatan pemeriksaan terhadap data atau catatan
keuangan semata melainkan mencakup seluruh aspek kegiatan manajemen
perusahaan.
Dengan luasnya ruang lingkup audit operasional tersebut, tidaklah terlepas
pada keterbatasan yang ada. Keterbatasan audit operasional sebagaimana yang
dikemukakan oleh Nugroho Widjayanto (1985: 23) meliputi “waktu, keahlian
yang diperlukan, dan biaya”.
1. Waktu
Waktu adalah faktor yang sangat membatasi karena pemeriksa harus
memberikan informasi kepada manajemen dengan segera untuk
memecahkan masalah yang dihadapi karena itu penting kiranya
diperhatikan bahwa audit operasional perlu dilakukan secara teratur untuk
menjamin permasalahan yang penting agar tidak menjadi ancaman dalam
perusahaan.
2. Keahlian yang dibutuhkan
Kurangnya pengetahuan dapat dikeluhkan oleh para auditor karena tidak
mungkin bagi seorang pemeriksa untuk mengetahui dan menguasai
berbagai disiplin bisnis. Menurut aturannya, seorang auditor hanya lebih
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Karena bagian yang bersangkutan diperiksa oleh orang yang tidak ahli
secara teknik maka pekerjaan auditor harus dibatasi pada
kekurangan-kekurangan umumnya saja.
3. Biaya
Auditor harus selalu mengingat bahwa biaya menjadi batasan
pekerjaannya. Auditor selalu mencoba untuk menghemat uang
nasabahnya. Karenanya, biaya audit itu sendiri harus lebih kecil dari
jumlah uang yang berhasil dihemat. Ini berarti bahwa auditor harus selalu
mengabaikan situasi permasalahan yang lebih kecil yang mungkin dapat
membutuhkan biaya jika diselidiki lebih lanjut. Untuk mempertimbangkan
biayanya, beberapa perusahaan meminta auditor untuk menyajikan
temuan-temuannya dalam jumlah rupiah untuk setiap masalah yang
berhasil diidentifikasi.
2.1.2.6 Tahapan Dalam Audit Operasional
Alvin A. Arens, et., al. (2012: 847) mengemukakan bahwa “The three
phases in an operational audit are planning, evidence accumulation and
evaluation, and reporting and follow-up”. Adapun uraian mengenai tiga fase
dalam audit operasional tersebut diterjemahkan oleh Amin W. Tunggal (2012: 38)
sebagai “(1) perencanaan, (2) akumulasi bukti dan (3) evaluasi, dan pelaporan
serta tindak lanjut”. Berikut merupakan uraian atas tahapan audit operasional
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Perencanaan
Dalam audit operasional, area subyek dan tujuannya ditugaskan oleh
manajemen puncak. Setelah pemberian tugas tersebut, auditor selaku
pelaksana audit operasional merencanakan pekerjaan guna
menyelesaikannya. Dimana auditor memilih tujuan berdasarkan kriteria
yang dikembangkan dalam penugasan, sesuai dengan kondisi yang ada.
Auditor dalam kegiatan ini memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
mencapai persetujuan atas syarat penugasan dan kriteria evaluasi dengan
pihak yang berkepentingan.
2. Akumulasi bukti
Dalam tahapan ini, auditor harus mengumpulkan bukti yang memadai
yang akan dipergunakan sebagai dasar atas suatu simpulan dalam
pengujian.
3. Evaluasi dan pelaporan serta tindak lanjut
Setelah mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan maka selanjutnya
dilakukan evaluasi. Kemudian hasil evaluasi tersebut dilaporkan kepada
pihak manajemen dengan tembusan kepada unit yang diaudit. Untuk
selanjutnya ditindak lanjuti. Adapun tindak lanjut yang dimaksud
merupakan hal umum dalam audit operasional atas rekomendasi yang
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.2.7 Pelaksana Audit Operasional
Menurut Alvin A. Arens, et., al. (2008: 493), pelaksana audit operasional
terbagi dalam tiga kelompok berikut, yaitu “auditor internal, auditor pemerintah
atau kantor akuntan publik”. Adapun uraian atas ketiga kelompok tersebut
adalah:
1. Auditor Internal
Auditor internal berada dalam posisi yang unik untuk melaksanakan audit
operasi sehingga ada sejumlah orang yang menggunakan istilah audit internal
dan audit operasi secara bergantian. Laporan auditor internal berisi temuan
pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang
ditemukan, kelemahan pengendalian intern beserta saran-saran perbaikannya
(recommendations).
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah merupakan auditor yang berasal dari struktur
pemerintahan suatu negara, dengan objek audit yaitu lembaga atau badan
pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah.
3. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Dalam melaksanakan audit laporan keuangan historis KAP seringkali juga
melakukan pemeriksaan atas masalah operasional dan memberikan
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disampaikan baik secara lisan maupun tertulis, seperti yang kerap dilakukan
yaitu secara tertulis melalui surat manajemen (management letter).
Pelaksana audit operasional harus memenuhi kriteria sebagaimana yang
diungkapkan oleh Arens, et., al. (2012: 845) “the two most important qualities for
an operational auditor are independence and competence”. Dijelaskan pula
bahwa independensi auditor intern dipertinggi dengan menentukan agar bagian
audit intern melapor kepada dewan direksi atau direktur utama.
Amin W. Tunggal (2011: 61) menjelaskan bahwa kedudukan departemen
management-oriented auditing dalam struktur organisasi perusahaan yaitu sebagai
staf direksi perusahaan secara langsung. Melalui penempatan tersebut maka
departemen management-oriented auditing akan bersikap independen atas
manajemen operasional yang merupakan objek dan ruang lingkup penugasannya.
Melalui kedudukannya dalam organisasi/perusahaan tersebut maka independensi
auditor dapat tercapai dan objektivitasnya ketika bertugas pun dapat
dimungkinkan. Sementara kompetensi yang dimiliki auditor dapat membuatnya
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.3 Usaha Mikro dan Kecil
2.1.3.1 Pengertian Usaha Mikro dan Kecil
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah dalam Bab I Pasal 1 menjelaskan sebagai
berikut:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
Adapun Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 menjelaskan bahwa Usaha Mikro
adalah suatu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara
Indonesia (WNI); memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun.
Sedangkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 mendefinisikan Usaha
Kecil sebagai suatu usaha produktif yang berskala kecil:
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau
berbadan hukum termasuk koperasi.
c. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
d. Memiliki omzet usaha paling banyak Rp 1 miliar per tahun.
e. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.3.2 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil
Berikut merupakan rincian kriteria usaha mikro dan kecil:
Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil
No Uraian
Kriteria
Aset Omzet
1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2 Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Miliar
3 Usaha Menengah >500 Juta – 10 Miliar >2,5 Miliar – 50 Miliar Sumber: www.depkop.go.id
Sedangkan dalam bukunya Longenecker, et., al. (2006: 7) mengemukakan
bahwa kriteria UKM adalah sebagai berikut:
1. “Financing for the business is supplied by one individual or only a few
individuals.
2. Except for its marketing function, the business’s operations are
geographically localized.
3. Compared to the biggest firms in the industry, the business is small.
4. The number of employees in the business is usually fewer than 100”.
2.1.4 Pembiayaan
Lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usahanya dengan prinsip
syariah tidaklah menggunakan istilah kredit dalam pemberian pinjamannya,
melainkan dengan istilah pemberian pembiayaan (financing). Pembiayaan yang
disalurkan merupakan salah satu bentuk produk Lembaga Keuangan Syariah
Adhityarizka Rifadha, 2014
Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.1.4.1 Pengertian Pembiayaan
Berdasarkan atas Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pasal 1
ayat 12 (Muhammad, 2005: 78) menyatakan bahwa:
Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Sementara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah dalam Bab I Pasal 1 menjelaskan
bahwa:
Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Selanjutnya Veithzal Rivai dalam bukunya Islamic Financial Management
(2008: 4) menyatakan bahwa dalam praktiknya pembiayaan merupakan:
1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;
2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam perjanjian tersebut
terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya
dipisahkan oleh unsur waktu;
3. Suatu hak, dengan hak dimana seorang dapat mempergunakannya untuk
tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu