• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDIT OPERASIONAL ATAS PEMBERIAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL PADA DIVISI USAHA SYARIAH PT PEGADAIAN (Persero).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AUDIT OPERASIONAL ATAS PEMBERIAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL PADA DIVISI USAHA SYARIAH PT PEGADAIAN (Persero)."

Copied!
239
0
0

Teks penuh

(1)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

AUDIT OPERASIONAL ATAS PEMBERIAN PEMBIAYAAN

BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

PADA DIVISI USAHA SYARIAH PT PEGADAIAN (Persero)

(Studi Kasus Pada Produk ARRUM di Cabang Pegadaian Syariah Situsaeur, Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana

Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

Adhityarizka Rifadha

NIM. 0704531

(2)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

AUDIT OPERASIONAL ATAS

PEMBERIAN PEMBIAYAAN BAGI

USAHA MIKRO DAN KECIL PADA

DIVISI USAHA SYARIAH

PT PEGADAIAN (Persero)

(Studi Kasus Pada Produk ARRUM di Cabang

Pegadaian Syariah Situsaeur, Bandung)

Oleh

Adhityarizka Rifadha

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Adhityarizka Rifadha 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(5)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

(6)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Audit

Operasional Atas Pemberian Pembiayaan Bagi Usaha Mikro dan Kecil pada Divisi Usaha Syariah PT PEGADAIAN (Persero) beserta seluruh isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Bandung, Januari 2014 Yang Membuat Pernyataan

(7)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAN KECIL PADA DIVISI USAHA SYARIAH PT PEGADAIAN (Persero)

(Studi Kasus Pada Produk ARRUM di Cabang Pegadaian Syariah Situsaeur, Bandung)

Oleh: Adhityarizka Rifadha Pembimbing I: Drs. Umar Faruk, M. Si. Pembimbing II: Elis Mediawati, S.Pd., SE., M. Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan audit operasional, efektivitas dan efisiensi pemberian pembiayaan Ar-Rahn Untuk Usaha Mikro dan Kecil (ARRUM) di Cabang Pegadaian Syariah (CPS) Situsaeur.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data primer dan sekunder. Sumber data primer diperoleh dari observasi dan wawancara dengan informan (Inspektur Wilayah PT Pegadaian (Persero) X Bandung, Pimpinan dan Analis Kredit CPS Situsaeur). Sumber data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dengan menggunakan dokumen standar operasional prosedur pembiayaan ARRUM dan studi literatur penunjang.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan audit operasional atas produk ARRUM telah memadai sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pemberian pembiayaan ARRUM sudah efektif sesuai dengan prosedur pemberian pembiayaan, prinsip analisis pembiayaan dan pembiayaan bermasalah (NPF) di CPS Situsaeur berada dibawah standar maksimal 5% yaitu 0%. Namun, efektivitas tersebut belum optimal karena target jumlah dana yang harus disalurkan belum tercapai. Pemberian pembiayaan ARRUM sudah efisien. Hal ini tergambar dari efisiensi sumber daya manusia (SDM), kegiatan pemasaran dan waktu (dalam pelaksanaan survei maupun pencairan pembiayaan).

Kata Kunci : Audit Operasional, Pemberian Pembiayaan, Ar-Rahn (Gadai Syariah),

(8)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ENTERPRISES AT THE SHARIA BUSINESS DIVISION OF PT PEGADAIAN* (Persero)

(A Case Study of ARRUM product at Situsaeur Branch of Sharia State-Owned Pawnshop Operator, Bandung)

By: Adhityarizka Rifadha

First Supervisor: Drs. Umar Faruk, M.Si. Second Supervisor: Elis Mediawati, S.Pd., S.E., M.Si.

The research aimed to find and understand the conduct of operational audit, the effectiveness and efficiency of Ar-Rahn granting of financing for Micro and Small Enterprises (ARRUM) at Situsaeur Branch of Sharia State-Owned Pawnshop Operator.

The research employed descriptive-qualitative method using primary and secondary data. The sources of primary data were obtained through interview and observation with informants (Regional Inspector of PT. Pegadaian (Persero) X Bandung, the Head of and Credit Analyst of Situsaeur Branch of Sharia State-owned Pawnshop Operator). The sources of secondary data were gained through the documentation of the operational standard of ARRUM funding procedures and supporting literary study.

Based on the outcomes of the research, it was found that the operational audit of ARRUM product had been in line with the prevailing procedures. ARRUM granting of financing had been effective according to the procedures of granting of financing and fund analysis principles; furthermore, Non-Performing Finance (NPF) at Situsaeur Branch of Sharia State-Owned Pawnshop Operator was under the maximum standard of 5%, namely 0%. However, the effectiveness was not yet optimal because the targeted distributed fund had not been achieved. ARRUM granting of financing had been efficient. This is reflected in the efficiency of human resources (HR), marketing activities and time (for survey and disbursement of financing).

Keywords: Operational Audit, Granting of financing, Ar-Rahn (Sharia Pawning), Effectiveness,

and Efficiency.

(9)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.1

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.1

1.4 Kegunaan Penelitian... Error! Bookmark not defined.2

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... Error! Bookmark not defined.2

1.4.2 Kegunaan Praktis ... Error! Bookmark not defined.2

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... Error!

Bookmark not defined.3

2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined.3

2.1.1 Audit ... Error! Bookmark not defined.3

2.1.1.1 Pengertian Audit . Error! Bookmark not defined.3

2.1.1.2 Jenis-Jenis Audit Error! Bookmark not defined.4

(10)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.2.1 Pengertian Audit OperasionalError! Bookmark

not defined.5

2.1.2.2 Perbandingan Antara Audit Operasional Dengan

Audit Keuangan Error! Bookmark not defined.6

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional ... 18

2.1.2.4 Jenis Audit OperasionalError! Bookmark not

defined.0

2.1.2.5 Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Audit

Operasional ... Error! Bookmark not defined.

2.1.2.6 Tahapan Dalam Audit Operasional ... Error!

Bookmark not defined.

2.1.2.7 Pelaksana Audit OperasionalError! Bookmark

not defined.

2.1.3 Usaha Mikro dan Kecil ... 27

2.1.3.1 Pengertian Usaha Mikro dan Kecil ... 27

2.1.4 Pembiayaan ... 29

2.1.4.1 Pengertian PembiayaanError! Bookmark not defined.

2.1.4.2 Unsur-Unsur PembiayaanError! Bookmark not

defined.

2.1.4.3 Tujuan dan Fungsi PembiayaanError! Bookmark

not defined.

2.1.4.4 Jenis-jenis PembiayaanError! Bookmark not defined.

2.1.4.5 Kualitas PembiayaanError! Bookmark not defined.

(11)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.4.7 Analisis dan Pengawasan Pembiayaan ... Error!

Bookmark not defined.

2.1.4.8 Karakteristik Pembiayaan kepada Usaha Kecil dan

Mikro ... Error! Bookmark not defined.

2.1.5 Pegadaian Syariah ... Error! Bookmark not defined.

2.1.5.1 Pengertian Ar-Rahn (Gadai Syariah) ... Error!

Bookmark not defined.

2.1.5.2 Sumber Hukum Ar-Rahn (Gadai Syariah) ... Error!

Bookmark not defined.

2.1.5.3 Rukun dan Syarat Ar-Rahn (Gadai Syariah) Error!

Bookmark not defined.

2.1.6 Efektivitas dan Efisiensi ... Error! Bookmark not defined.

2.1.6.1 Pengertian Efektivitas dan Efisiensi ... Error!

Bookmark not defined.

2.1.6.2 Efektivitas dan Efisiensi dalam Pemberian

Pembiayaan ... Error! Bookmark not defined.

2.2 Kerangka Pemikiran ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2 Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

3.2.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3.2.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... Error!

Bookmark not defined.

3.2.3 Instrumen Penelitian ... 66

3.2.4 Teknik Analisis Data ... 67

3.2.5 Teknik Pengujian Kredibilitas DataError! Bookmark not

(12)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

4.1 Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 74

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan PT Pegadaian (Persero) ... 74

4.1.1.2 Visi dan Misi PT Pegadaian (Persero) ... 77

4.1.1.3 Struktur Organisasi PT Pegadaian (Persero) ... 77

4.1.1.4 Produk Ar-Rahn untuk Usaha Mikro dan Kecil (ARRUM) Cabang Pegadaian Syariah... 86

4.1.2 Deskripsi Masalah Penelitian ... 87

4.1.2.1 Pelaksanaan Audit Operasional... 87

4.1.2.2 Efektivitas Pemberian Pembiayaan ARRUM . 100 4.1.2.3 Efisiensi Pemberian Pembiayaan ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 4. 2.1 Pelaksanaan Audit Operasional di PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X BandungError! Bookmark not defined. 4.2.1.1 Tahap Perencanaan Audit ... 118

4.2.1.2 Tahap Pelaksanaan Audit ... 118

4.2.1.3 Tahap Penyelesaian Audit ... 120

4. 2.2 Efektivitas Pemberian Pembiayaan ARRUM di PT

Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung .... Error!

Bookmark not defined.

4. 2.3 Efisiensi Pemberian Pembiayaan ARRUM di PT

Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung .... Error!

Bookmark not defined.

(13)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. 1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

5. 2 Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(14)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2009-2010 .. Error!

Bookmark not defined.

Tabel 21.2 Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2011 . Error! Bookmark

not defined.

Tabel 1.3 Data Perolehan ARRUM Kota Bandung Tahun 2011-2012 ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil ... 29

Tabel 3.1 Daftar Partisipan Wawancara Penelitian... Error! Bookmark not

defined.

Tabel 4.1 Informan Penelitian ... 74

Tabel 4.2 Tarif Imbal Jasa Kafalah (IJK)... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Kualitas Kolektibilitas Angsuran Pembiayaan ARRUM CPS Situsaeur

(15)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2011 ... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 2.1 Tipe/Jenis Audit ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran ... 59

Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data ... 69

Gambar 3.2 Triangulasi dengan Sumber dan Teori ... Error! Bookmark not

defined.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Cabang Pegadaian Syariah (CPS) ... 78

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Satuan Pengawas Internal PT Pegadaian (Persero)

... 89

Gambar 4.3 Alur Pemberian Pembiayaan ARRUM ... Error! Bookmark not

(16)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Frekuensi Bimbingan Skripsi Pembimbing

Lampiran 2 Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Instansi

Lampiran 5 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) Seminar Usulan Penelitian

Lampiran 6 Surat Keputusan Ujian Sidang

Lampiran 7 Formulir Persetujuan & Matriks Perbaikan (Revisi) Ujian Sidang

Skripsi

Lampiran 8 Pertanyaan dan Hasil Wawancara

(17)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pertumbuhan perekonomian suatu negara menjadi salah satu indikator

meningkatnya kesejahteraan suatu bangsa. Di tengah ancaman krisis keuangan

global yang terjadi di kawasan Amerika dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir,

negara-negara di kawasan lain pun dapat terpengaruh dampak yang

ditimbulkannya. Indonesia sebagai suatu negara pun memiliki kemungkinan

terkena dampak krisis tersebut. Berbekal pengalaman terhadap krisis keuangan

yang pernah terjadi pada tahun 1997/1998, kini Indonesia dapat lebih siap

menghadapi dampak tersebut.

Peningkatan sektor Usaha Mikro dan Kecil (UMK) menjadi salah satu

pendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam situasi krisis ekonomi

yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu, UMK telah terbukti mampu bertahan

dan tetap mampu bersaing di pasar. UMK memiliki peran yang sangat strategis

dalam perekonomian suatu negara khususnya dalam penyembuhan perekonomian

nasional (national economics recovery). Dengan mengoptimalkan peran sektor

UMK maka kontribusi yang diberikan kepada pertumbuhan ekonomi negara dapat

(18)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

(19)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2008-2012 Unit

Sumber: Sandingan Data UMKM Tahun 2007-2012 Departemen Koperasi RI

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat jumlah unit usaha mikro lebih besar

apabila dibandingkan dengan usaha kecil. Sejak tahun 2007-2012 jumlah unit

usaha mikro dan kecil terus meningkat. Perkembangan unit usaha mikro dan kecil

ini mencerminkan besarnya potensi pertumbuhan UMK di Indonesia di masa

mendatang.

Saat ini jumlah UMK yang terdapat di Indonesia berjumlah 1,5 persen dari

total penduduk. Sementara idealnya diperlukan UMK sejumlah 2,5 persen dari

jumlah penduduk guna memperkuat perekonomian negara. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia,

Dahlan Iskan (bisnisjabar.com).

Namun, usaha untuk mengoptimalkan peran UMK memiliki beberapa

kendala dalam perwujudannya. Salah satunya berupa akses terhadap pembiayaan.

Hal ini diungkapkan oleh Wiloejo Wirjo W. (2005) yang menuliskan bahwa

besarnya potensi yang dimiliki UMK masih terhalang oleh masalah keterbatasan

akses atas sumber-sumber pembiayaan dari lembaga keuangan formal khususnya

dari perbankan. Sehingga menyebabkan para pelaku UMK lebih memilih untuk

(20)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rentenir karena mudah dan cepatnya pencairan pembiayaan yang dijanjikan.

Namun, akhirnya pelaku UMK akan lebih dirugikan dengan transaksi tersebut.

Usaha antisipasi pemerintah dalam meminimalkan kegiatan pembiayaan

informal tersebut dilakukan melalui Kementerian BUMN yang membawahi

lembaga keuangan perbankan maupun non-perbankan. Salah satu lembaga

keuangan non-perbankan yang dimiliki oleh negara yaitu PT Pegadaian (Persero)

yang berperan sebagai lembaga pembiayaan formal non-perbankan. Sebagai

perusahaan pembiayaan alternatif berbasis hukum gadai dan fidusia dengan

kinerja yang baik. Pada tahun 2011, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)

memberikan peringkat AA+ atas kinerja yang telah dicapai Perusahaan

(keuangan.kontan.co.id).

Kinerja yang baik menjadi indikator bahwa suatu perusahaan berjalan

dengan efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi perusahaan ditentukan oleh

biaya dan laba (cost and benefit) yang dikeluarkan dan didapatkan dimana hal ini

diperuntukkan sebagai perencanaan dan pengendalian perusahaan. Dan untuk

selalu meningkatkan kinerja Perusahaan maka terhitung sejak akhir tahun 2011

status hukum Perum Pegadaian berubah menjadi PT Pegadaian (Persero)

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2011. Sejak

berdiri lebih dari 100 tahun yang lalu, Perusahaan ini telah beberapa kali berganti

status badan hukum. Hal ini membuktikan bahwa eksistensi Perusahaan sangat

(21)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menguntungkan. Dimana selain bertujuan memberikan pelayanan bagi masyarakat

kecil, Perusahaan pun dapat memberikan profit bagi negara.

Guna menjaga keberadaannya di tengah banyaknya lembaga pembiayaan

mikro dan sebagai upaya memperkuat posisi sebagai Perusahaan berbasis gadai

dan fidusia di Indonesia, PT Pegadaian (Persero) membentuk Divisi Usaha

Syariah pada tahun 2001. Dalam tesisnya, Siti Darojah S. W. (2005)

mengungkapkan hasil penelitiannya mengenai preferensi nasabah dalam

berhubungan dengan Pegadaian Syariah bahwa keyakinan agama menjadi alasan

utama dalam memilih Pegadaian Syariah bersama dengan variabel kualitas

pelayanan dan tujuan penggunaan dana. Dimana ini berarti terdapat

kecenderungan responden untuk memilih Pegadaian Syariah karena mereka

meyakini haramnya bunga bank dan menghendaki pelayanan yang cepat dan

mudah serta adanya kebutuhan akan dana produktif.

Dalam kegiatan operasionalnya Divisi Usaha Syariah dilaksanakan oleh

Cabang Pegadaian Syariah (CPS) yang berperan sebagai lembaga pembiayaan

berbasis syariah dengan prinsip bagi hasil (lost and sharing profit). Salah satu

kegiatan usaha yang dilakukan berupa menyalurkan dana dalam bentuk

pembiayaan kepada masyarakat untuk kegiatan produktif seperti pengembangan

usaha mikro dan kecil (UMK).

Pada tahun 2008, CPS mengoperasikan produk pembiayaan baru bernama

(22)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

01/US.2.00/2008, tanggal 31 Januari 2008, tentang Pemberlakuan PO ARRUM

dan No. 03/US.2.00/2008, tanggal 31 Januari 2008, tentang Batas Minimum dan

Maksimum nilai pembiayaan ARRUM, menyatakan mulai beroperasinya jasa

kredit ARRUM dengan jaminan fidusia, jumlah maksimum Uang Pinjaman (UP)

sebesar Rp 50 juta dalam masa kredit maksimum 36 bulan. Adapun target pasar

produk ini adalah para pengusaha mikro yang menginginkan dasar syariah dengan

biaya administrasi Rp 70.000 untuk barang jaminan sepeda motor dan Rp 200.000

untuk barang jaminan mobil.

Dalam annual report PT Pegadaian (Persero) tahun 2011 didapatkan data

perkembangan omzet bisnis non-inti selama tahun 2007-2011 dengan data

perkembangan omzet ARRUM sebagai berikut;

Tabel 1.2 Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2012

(Dalam Jutaan Rupiah) Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah

Omzet 0 7.290 45.453 92.210 102.900 87.840

(23)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2012 Berdasarkan data dan grafik perkembangan omzet ARRUM di atas terlihat

bahwa pada tahun pertama (2008) dioperasionalkannya, produk ini telah mampu

menghasilkan omzet Rp 7.290 juta. Pertumbuhan sebesar 523,49 persen menjadi

Rp 45.453 juta tercatat pada tahun 2009. Namun di tahun 2010 hanya tumbuh

102,86 persen menjadi Rp 92.210 juta dan sebesar Rp 102.900 juta pada tahun

2011 dimana hanya mencatatkan pertumbuhan 11,59%. Sementara tahun 2012

omzet ARRUM tercatat sejumlah Rp 87.840 juta dengan pertumbuhan -14,63%

dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan pertumbuhan omzet ARRUM di tahun 2011 telah terdeteksi

sejak awal tahun 2011. Hal tersebut sebagaimana yang terdapat dalam Surat

Edaran No.22/US.1.3/2011 mengenai optimalisasi pemasaran dan peningkatan

omzet usaha non-rahn yang mengungkapkan data bahwa pada bulan Januari dan

Februari 2011, PT Pegadaian (Persero) mendapatkan omzet sebesar Rp 15,7

miliar. Capaian omzet tersebut hanya berkisar 44,3 persen dari target yang telah

ditetapkan. - 50.000 100.000 150.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012

(24)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sementara PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung yang

menaungi kegiatan operasional untuk dua CPS yaitu CPS Padasuka dan CPS

Situsauer sebagai pelaksana operasional pembiayaan ARRUM mencatatkan data

perolehan ARRUM selama tahun 2011 hingga 2012, sebagai berikut:

Tabel 1.3 Data Perolehan ARRUM Kota Bandung Tahun 2011-2012

Atas CPS Padasuka CPS Situsaeur

2011 2012 2011 2012

Sumber: Bagian Operasional dan Pemasaran PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa dari dua CPS yang

mengoperasikan pembiayaan ARRUM di kota Bandung terlihat bahwa dari segi

kuantitas, CPS Padasuka memiliki perolehan yang lebih besar apabila

dibandingkan dengan CPS Situsaeur. Namun, pada tahun 2012, dilihat dari

besaran uang pinjaman yang disalurkan maka CPS Padasuka mengalami

penurunan perolehan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan CPS

Situsauer. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh peningkatan jumlah pembiayaan

bermasalah yang terjadi di CPS Padasuka. Berdasarkan keterangan yang diperoleh

dari bagian Operasional dan Pemasaran (OPP) PT Pegadaian (Persero) Kantor

Wilayah X Bandung didapatkan bahwa besaran Non Performing Fund (NPF) atau

pembiayaan bermasalah pada CPS Padasuka telah melebihi lima persen. Dimana

(25)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagaimana ketentuan Bank Indonesia. Pembiayaan bermasalah dapat

didefinisikan sebagai pembiayaan yang memiliki kemungkinan menimbulkan

risiko di kemudian hari bagi lembaga keuangan sebagai pemberi pembiayaan.

Oleh karena itu, di tahun 2012 kegiatan operasional atas pembiayaan

ARRUM di CPS Padasuka dihentikan sampai dengan menurunnya jumlah NPF

dibawah lima persen. Besarnya jumlah NPF ini menjadi salah satu penyebab

menurunnya omzet ARRUM untuk wilayah Bandung. Sehingga berdampak bagi

penurunan omzet pembiayaan ARRUM secara nasional. Hal ini mengindikasikan

bahwa risiko operasional pembiayaan ARRUM ini perlu dikontrol dengan lebih

baik guna memaksimalkan tingkat efektivitas dan efisiensi pemberian pembiayaan

tersebut sehingga pembiayaan bermasalah dapat diminimalkan. Khususnya bagi

CPS Situsaeur yang masih melaksanakan pemberian pembiayaan ini.

Menurunnya omzet pembiayaan ARRUM ini dapat mempengaruhi kinerja

perusahaan secara menyeluruh khususnya bagi Divisi Usaha Syariah kedepannya

apabila tidak segera diambil tindakan antisipasi guna kembali meningkatkan

jumlah dan kualitas pemberian pembiayaan. Sebagai salah satu produk yang

menjadi unggulan, ARRUM merupakan produk yang diharapakan dapat

memberikan kontribusi omzet yang besar sebagaimana yang telah diraih oleh jenis

produk yang sama yaitu KREASI-KRASIDA pada Pegadaian Konvensional.

Dalam proses pemberian pembiayaan ARRUM ini persyaratan yang

(26)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dilakukan oleh lembaga keuangan formal lainnya semisal perbankan.

Namun, kemudahan tersebut tidak serta merta menjadikan perusahaan lemah

dalam pengawasan pemberian pembiayaan ARRUM ini. Perusahaan tetap

mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam setiap kegiatan operasionalnya. Hal

ini diharapkan mampu mengurangi risiko operasional yang dapat terjadi. Karena

dalam setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh lembaga keuangan baik perbankan

maupun non-perbankan akan melekat dengan risiko operasional, semisal dalam

kegiatan perkreditan/pembiayaan berupa besarnya jumlah pembiayaan bermasalah

seperti yang dialami oleh CPS Padasuka Bandung.

Dalam usaha meminimalkan risiko operasional maka pelaksanaan

pemberian pembiayaan yang efektif dan efisien menjadi tuntutan yang wajib

dipenuhi. Sehingga pencapaian omzet usaha dapat terpenuhi dan peran perusahaan

dapat lebih maksimal dalam menyejahterakan masyarakat baik nasabah maupun

pegawai perusahaan itu sendiri.

Pelaksanaan pemberian pembiayaan yang efektif dan efisien dapat dicapai

apabila prinsip analisis pembiayaan 6C yang terdiri atas character, capacity,

capital, collateral, condition of economy dan constraint terlaksana dengan baik

dan benar. Selain itu, juga prosedur pemberian pembiayaan dilaksanakan secara

sistematis dan sesuai aturan yang berlaku. Pemberian pembiayaan pun dapat

dikatakan efektif apabila besaran omzet dan perkembangan usaha (baik ditinjau

(27)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah ditetapkan pada awalnya dapat tercapai dalam jangka waktu yang telah

ditargetkan. Sementara pemberian pembiayaan yang efisien dapat dicapai ketika

dalam pelaksanaannya dengan biaya yang sama dapat meraih hasil yang lebih

maksimal.

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengetahui dan

memahami efektivitas dan efisiensi pemberian pembiayaan bagi UMK yang

diberikan oleh CPS yaitu dengan melaksanakan kegiatan audit operasional. Audit

operasional merupakan aktivitas pemeriksaan atas pelaksanaan operasi perusahaan

apakah telah dilaksanakan dengan efisien, efektif, dan ekonomis. Aktivitas audit

operasional ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan,

mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan di masa mendatang, dan

membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut (Mulyadi dan

Kanaka Puradiredja, 1998: 30).

Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya audit operasional atas pemberian

pembiayaan ARRUM di CPS Situsaeur maka diharapkan produk ini dapat lebih

efektif dan efisien sehingga menunjang kinerja perusahaan di masa mendatang

khususnya bagi Divisi Usaha Syariah. Dengan pertimbangan bahwa pada tahun

2013 yang melaksanakan pemberian pembiayaan ARRUM untuk wilayah kota

Bandung hanya CPS Situsaeur.

Penelitian ini merujuk pada beberapa penelitian terdahulu, di antaranya

(28)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan Audit Operasional Dengan Efektivitas Pemberian Kredit”

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif berupa adanya hubungan

fungsional di antara pelaksanaan audit operasional dengan efektivitas pemberian

kredit.

Terdapat perbedaan objek yang diteliti dimana dalam penelitian ini yang

diteliti merupakan Lembaga Keuangan non-perbankan berprinsip syariah dengan

berbasis hukum gadai dan fidusia. Sementara penelitian sebelumnya menjadikan

bank sebagai objeknya.

Selain itu, penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif sementara

metode kualitatif menjadi metode yang digunakan dalam penelitian ini. Metode

penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat

lebih memahami pelaksanaan audit operasional dan pemberian pembiayaan bagi

usaha mikro dan kecil karena terdapat interaksi langsung antara peneliti dengan

objek penelitian sebab peneliti berperan sebagai instrumen penelitian

Pelaksanaan audit operasional berguna untuk meraih efektivitas dan

efisiensi pemberian pembiayaan yang akan berujung pada peningkatan omzet

yang diraih oleh perusahaan serta pencapaian kinerja yang maksimal. Hal ini

sejalan dengan peran lembaga keuangan untuk memberikan pelayanan terbaik

bagi masyarakat dan meraih laba demi kesejahteraan negara.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis ingin

(29)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil yang terdapat di perusahaan

pembiayaan berbasis gadai dan fidusia dengan prinsip syariah. Oleh karena itu,

peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut: “Audit Operasional Atas Pemberian Pembiayaan Bagi Usaha Mikro Dan Kecil Pada Divisi Usaha Syariah PT PEGADAIAN (Persero) (Studi Kasus Pada Produk ARRUM di Cabang Pegadaian Syariah Situsaeur, Bandung)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka penulis merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan audit operasional di PT Pegadaian (Persero)

Kantor Wilayah X Bandung?

2. Bagaimana efektivitas pemberian pembiayaan ARRUM di CPS Situsaeur

PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung?

3. Bagaimana efisiensi pemberian pembiayaan ARRUM di CPS Situsaeur

PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

(30)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan audit operasional di PT

Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X Bandung.

2. Untuk mengetahui dan memahami efektivitas pemberian pembiayaan

ARRUM di CPS Situsaeur PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X

Bandung.

3. Untuk mengetahui dan memahami efisiensi pemberian pembiayaan

ARRUM di CPS Situsaeur PT Pegadaian (Persero) Kantor Wilayah X

Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan yang

bersifat akademis (teoritis) dan praktis.

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan dan

pemahaman penulis maupun pembaca serta menjadi bahan rujukan bagi peneliti

lainnya dalam bidang kajian auditing dengan fokus pada audit operasional yang

dilaksanakan atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil dengan

(31)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih berupa pemikiran dan

saran bagi lembaga keuangan non-perbankan serta menjadi bahan masukan dalam

pelaksanaan audit operasional guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi

pemberian pembiayaan yang dilaksanakan oleh lembaga keuangan

non-perbankan. Sehingga omzet yang ditargetkan dapat tercapai secara maksimal dan

menjadikan pemberian pembiayaan ARRUM dapat berhasil guna dan berdaya

(32)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit

2.1.1.1 Pengertian Audit

Audit merupakan suatu proses sistematis yang bertujuan untuk

mengevaluasi realisasi di lapangan dengan kriteria aturan yang telah ditetapkan

kemudian melaporkan hasil yang ditemukan kepada pihak yang membutuhkan.

Berikut merupakan pengertian-pengertian audit yang dikemukakan oleh beberapa

ahli, antara lain menurut Alvin A. Arens, et., al. (2012: 24) yang menyatakan

bahwa:

Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.

Selanjutnya Sukrisno Agoes (2004: 3) dalam bukunya Auditing

(Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik mendefinisikan auditing

sebagai:

(33)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun Konrath dalam bukunya Auditing A Risk Analysis Approach 5th

Ed. (2002) menjelaskan bahwa:

Auditing may be defined as a systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence regarding assertions about economic actions and events to ascertain the degree of correspondence between those assertions and established criteria and communicating the results to interested users.

Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa auditing

merupakan proses sistematis sebagai upaya mengumpulkan dan mengevaluasi

bukti berupa informasi atas kegiatan ataupun kejadian ekonomi selama periode

akuntansi, untuk kemudian ditentukan dan dilaporkan mengenai kesesuaian

informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun dalam

pelaksanaannya, pelaksana kegiatan auditing haruslah individu yang kompeten

dan independen.

2.1.1.2 Jenis-Jenis Audit

Adapun menurut Alvin A. Arens, et., al. (2008), jenis audit dibedakan ke

dalam tiga jenis sebagai berikut:

1. Audit atas Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

Audit yang bertujuan untuk menetapkan sewajar apakah laporan keuangan

telah disajikan dengan ketentuan yang sesuai dengan kriteria-kriteria

tertentu. Hasil akhir audit atas laporan keuangan ini berupa opini auditor.

2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan kepatuhan klien atas

(34)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit ini merupakan tinjauan pada bagian atau fungsi tertentu atas suatu

prosedur serta metode operasional suatu organisasi dengan tujuan untuk

mengevaluasi apakah telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien.

Sedangkan Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998: 31) secara garis besar

menjelaskan jenis audit dalam gambar sebagai berikut:

(35)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.2 Audit Operasional

2.1.2.1 Pengertian Audit Operasional

Audit operasional atau pemeriksaan operasional disebut juga sebagai

audit/pemeriksaan manajemen. Beberapa ahli yang mendefinisikan audit

operasional antara lain, Alvin A Arens, et., al. (2012: 39) mengungkapkan bahwa

“Operational audit is a review of any part of an organization’s operating

procedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and

effectiveness”.

Selanjutnya Sukrisno Agoes (2004: 175) mendefinisikan management

audit atau operational audit sebagai:

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.

Adapun publikasi Institute of Internal Auditors (IIA) (dalam Amin W.

Tunggal, 2011: 44), menyatakan bahwa:

Operational auditing adalah suatu proses yang sistematis dari penilaian efektivitas, efisiensi, dan ekonomisasi operasi suatu organisasi yang di bawah pengendalian manajemen dan melaporkan kepada orang yang tepat hasil dari penilaian beserta rekomendasi untuk perbaikan.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa audit operasional merupakan kegiatan pemeriksaan atas

aktivitas organisasi guna tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam

mengoperasikan bisnis organisasi tersebut. Dalam pelaksanaannya, audit

(36)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengambil keputusan guna melaksanakan tindakan pencegahan atas masalah

yang terdapat di dalam perusahaan. Selain itu, juga, laporan hasil audit

operasional digunakan sebagai rekomendasi atas pihak terkait untuk dilakukan

tindak lanjut sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan.

2.1.2.2 Perbandingan Antara Audit Operasional Dengan Audit Keuangan

Secara umum, terdapat perbedaan dan persamaan di antara audit

operasional dengan audit keuangan. Adapun menurut Amin W. Tunggal (2012:

10) perbedaan yang terdapat di antara audit operasional dan audit keuangan, yaitu

“tujuan audit, distribusi laporan, dan area non-keuangan yang dimasukkan dalam

audit operasional”.

Adapun penjelasan atas perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Audit

Audit operasional menekankan pada efektivitas dan efisiensi dengan

berfokus pada peningkatan kinerja di masa depan. Sedangkan audit

keuangan menekankan pada ketepatan pencatatan informasi historis, yang

menjadikannya berorientasi pada masa lalu.

2. Distribusi Laporan

Laporan audit operasional akan didistribusikan kepada pihak internal yaitu

manajemen perusahaan. Sementara laporan audit keuangan diberikan

kepada pengguna (user) eksternal perusahaan, seperti halnya kepada

(37)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Memasukkan Area Non-Keuangan

Pelaksanaan audit operasional mencakup segala hal atas aspek efektivitas

dan efisiensi dalam organisasi atau perusahaan sementara audit keuangan

terbatas kepada hal-hal yang mempengaruhi laporan keuangan semata.

Sedangkan dalam pelaksanaanya terdapat persamaan di antara audit

operasional dengan audit keuangan menurut Sukrisno Agoes (2004: 178) adalah

sebagai berikut:

1. Auditor operasional maupun keuangan sebagai pelaksana audit mutlak

independen.

2. Kedua auditor wajib mengumpulkan bukti-bukti yang cukup serta

kompeten.

3. Teknik dan prosedur yang digunakan oleh auditor serupa.

4. Dalam pelaksanaannya kegiatan audit wajib dipimpin dan diawasi oleh

orang yang berpengalaman dan cakap dalam bidang audit.

5. Kedua auditor diwajibkan dan menjadi keharusan untuk

mendokumentasikan setiap prosedur audit yang dijalankan, bukti-bukti

pendukung yang ada dan temuan audit ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan

(KKP) dengan sistematis.

2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Audit Operasional

Tujuan audit operasional menurut Amin W. Tunggal (2011: 55) yaitu

(38)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selanjutnya Sukrisno Agoes (2004: 175) menjelaskan bahwa tujuan umum dari

audit operasional, yaitu:

1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi

dalam perusahaan.

2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan

telah digunakan secara efisien dan ekonomis.

3. Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective)

yang telah ditetapkan oleh top management.

4. Untuk memberikan rekomendasi kepada top management guna

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan

pengendalian internal, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur

operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi,

keekonomisan dan efektivitas dari kegiatan operasi perusahaan.

Sementara Nugroho Widjayanto (1985: 28) mengungkapkan manfaat audit

operasional sebagai berikut:

1. Identifikasi tujuan, kebijaksanaan, sasaran dan prosedur organisasi yang

sebelumnya tidak jelas.

2. Identifikasi kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

tercapainya tujuan organisasi dan menilai kegiatan manajemen.

(39)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Penetapan apakah organisasi sudah mematuhi prosedur, peraturan,

kebijaksanaan, serta tujuan yang telah ditetapkan.

5. Penetapan efektivitas dan efisiensi sistem pengendalian manajemen.

6. Penetapan tingkat keandalan (realibility) dan kemanfaatan (usefulness)

dari berbagai laporan manajemen.

7. Identifikasi daerah-daerah permasalahan dan mungkin juga penyebabnya.

8. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih

meningkatkan laba, mendorong pendapatan dan mengurangi biaya atau

hambatan dalam organisasi.

9. Identifikasi berbagai tindakan alternatif dalam berbagai daerah kegiatan.

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998: 30) mengungkapkan bahwa

tujuan audit operasional adalah sebagai berikut:

1. Mengevaluasi kinerja,

2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan,

3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

2.1.2.4 Jenis Audit Operasional

Dalam bukunya Alvin A. Arens, et., al. (2012: 843) menjelaskan bahwa

“Operational audits fall into three board categories: functional, organizational,

and special assignments. In each case, part of the audit is likely to concern

evaluating internal controls for efficiency and effectiveness”.

(40)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Audit Fungsional (Functional Audit)

Audit ini memiliki fokus dalam aktivitas suatu bisnis. Seperti halnya

dalam fungsi akuntansi yang dapat dibagi ke dalam beberapa fungsi antara

lain fungsi pengeluaran kas, penerimaan kas dan penggajian. Audit

fungsional menekankan pada efektivitas dan efisiensi satu atau lebih

fungsi dalam suatu perusahaan.

b. Audit Organisasional (Organizational Audit)

Dalam suatu perusahaan terdapat berbagai departemen, cabang atau anak

perusahaan yang saling berinteraksi satu sama lain. Audit organisasional

berfokus menekankan efektivitas dan efisiensi dalam interaksi tersebut.

c. Penugasan Khusus (Special Assignment)

Pihak manajemen akan meminta penugasan khusus sesuai dengan

kebutuhan ketika terdapat suatu inefektivitas atau inefisiensi dalam

kegiatan operasional perusahaan.

2.1.2.5 Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Audit Operasional

Ruang lingkup audit operasional menurut Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) meliputi:

1. Audit atas pertanggungjawaban keuangan dan ketaatan pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku, mencakup apakah Unit Kerja:

a. Melaksanakan program/kegiatan yang ditetapkan sesuai dengan

(41)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mengelola penerimaan dan pengeluaran dana sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

c. Melaksanakan pengadaan barang/jasa sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

d. Menyelenggarakan catatan akuntansi/pembukuan yang memadai sesuai

dengan ketentuan, termasuk sistem akuntansi dan pelaporan

keuangannya.

e. Mengendalikan dan mempertanggung jawabkan seluruh sumberdaya

(dana, SDM, sarana dan prasarana) dan kewajiban sesuai ketentuan.

2. Audit atas kehematan (keekonomisan) dan daya guna (efisiensi) mencakup

penilaian Unit Kerja:

a. Mengikuti praktik-praktik pengadaan barang/jasa yang sehat.

b. Mendapatkan jenis, kualitas, dan jumlah sumber daya yang diperlukan

dengan biaya terendah yang wajar.

c. Melindungi dan memelihara sumber daya secara layak.

d. Menghindari adanya duplikasi kerja oleh beberapa petugas dan

menghindari adanya pekerjaan yang lebih jelas atau bahkan, tidak

mempunyai tujuan.

e. Menghindari terjadinya hal-hal yang berlebihan dan kelebihan tenaga

kerja/staf.

(42)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

g. Menggunakan sejumlah sumber daya yang minimum dalam

memproduksi atau menghasilkan barang/jasa sesuai dengan jumlah dan

mutu yang diinginkan serta jadwal waktu yang telah ditetapkan.

h. Menaati persyaratan-persyaratan hukum dan peraturan

perundang-undangan yang mungkin besar pengaruhnya dalam rangka memperoleh,

melindungi dan menggunakan sumber daya yang bersangkutan.

i. Mempunyai sistem yang cukup baik dalam mengukur dan melaporkan

kehematan dan dayaguna pelaksanaan program dan kegiatan.

3. Audit operasional juga meliputi audit hasil guna (efektivitas) yang

mencakup penilaian apakah:

a. Tujuan dan sasaran program/kegiatan sudah sesuai atau relevan dengan

undang-undang atau ketentuan yang berlaku.

b. Sejauh mana hasil suatu program mencapai tingkat yang diinginkan.

c. Faktor yang menghambat pencapaian kinerja telah diidentifikasikan

secara memuaskan.

d. Manajemen telah mempertimbangkan alternatif pelaksanaan program

dapat mencapai hasil yang diinginkan dengan lebih efektif atau pada

biaya yang paling rendah.

e. Sistem manajemen dapat diandalkan dalam mengukur dan melaporkan

(43)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ruang lingkup dalam pelaksanaan audit operasional meliputi setiap

kegiatan operasi perusahaan dan fungsi yang terdapat di dalamnya. Sehingga audit

operasional tidak terbatas dalam kegiatan pemeriksaan terhadap data atau catatan

keuangan semata melainkan mencakup seluruh aspek kegiatan manajemen

perusahaan.

Dengan luasnya ruang lingkup audit operasional tersebut, tidaklah terlepas

pada keterbatasan yang ada. Keterbatasan audit operasional sebagaimana yang

dikemukakan oleh Nugroho Widjayanto (1985: 23) meliputi “waktu, keahlian

yang diperlukan, dan biaya”.

1. Waktu

Waktu adalah faktor yang sangat membatasi karena pemeriksa harus

memberikan informasi kepada manajemen dengan segera untuk

memecahkan masalah yang dihadapi karena itu penting kiranya

diperhatikan bahwa audit operasional perlu dilakukan secara teratur untuk

menjamin permasalahan yang penting agar tidak menjadi ancaman dalam

perusahaan.

2. Keahlian yang dibutuhkan

Kurangnya pengetahuan dapat dikeluhkan oleh para auditor karena tidak

mungkin bagi seorang pemeriksa untuk mengetahui dan menguasai

berbagai disiplin bisnis. Menurut aturannya, seorang auditor hanya lebih

(44)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Karena bagian yang bersangkutan diperiksa oleh orang yang tidak ahli

secara teknik maka pekerjaan auditor harus dibatasi pada

kekurangan-kekurangan umumnya saja.

3. Biaya

Auditor harus selalu mengingat bahwa biaya menjadi batasan

pekerjaannya. Auditor selalu mencoba untuk menghemat uang

nasabahnya. Karenanya, biaya audit itu sendiri harus lebih kecil dari

jumlah uang yang berhasil dihemat. Ini berarti bahwa auditor harus selalu

mengabaikan situasi permasalahan yang lebih kecil yang mungkin dapat

membutuhkan biaya jika diselidiki lebih lanjut. Untuk mempertimbangkan

biayanya, beberapa perusahaan meminta auditor untuk menyajikan

temuan-temuannya dalam jumlah rupiah untuk setiap masalah yang

berhasil diidentifikasi.

2.1.2.6 Tahapan Dalam Audit Operasional

Alvin A. Arens, et., al. (2012: 847) mengemukakan bahwa “The three

phases in an operational audit are planning, evidence accumulation and

evaluation, and reporting and follow-up”. Adapun uraian mengenai tiga fase

dalam audit operasional tersebut diterjemahkan oleh Amin W. Tunggal (2012: 38)

sebagai “(1) perencanaan, (2) akumulasi bukti dan (3) evaluasi, dan pelaporan

serta tindak lanjut”. Berikut merupakan uraian atas tahapan audit operasional

(45)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Perencanaan

Dalam audit operasional, area subyek dan tujuannya ditugaskan oleh

manajemen puncak. Setelah pemberian tugas tersebut, auditor selaku

pelaksana audit operasional merencanakan pekerjaan guna

menyelesaikannya. Dimana auditor memilih tujuan berdasarkan kriteria

yang dikembangkan dalam penugasan, sesuai dengan kondisi yang ada.

Auditor dalam kegiatan ini memerlukan waktu yang lebih banyak untuk

mencapai persetujuan atas syarat penugasan dan kriteria evaluasi dengan

pihak yang berkepentingan.

2. Akumulasi bukti

Dalam tahapan ini, auditor harus mengumpulkan bukti yang memadai

yang akan dipergunakan sebagai dasar atas suatu simpulan dalam

pengujian.

3. Evaluasi dan pelaporan serta tindak lanjut

Setelah mengumpulkan bukti-bukti yang dibutuhkan maka selanjutnya

dilakukan evaluasi. Kemudian hasil evaluasi tersebut dilaporkan kepada

pihak manajemen dengan tembusan kepada unit yang diaudit. Untuk

selanjutnya ditindak lanjuti. Adapun tindak lanjut yang dimaksud

merupakan hal umum dalam audit operasional atas rekomendasi yang

(46)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.2.7 Pelaksana Audit Operasional

Menurut Alvin A. Arens, et., al. (2008: 493), pelaksana audit operasional

terbagi dalam tiga kelompok berikut, yaitu “auditor internal, auditor pemerintah

atau kantor akuntan publik”. Adapun uraian atas ketiga kelompok tersebut

adalah:

1. Auditor Internal

Auditor internal berada dalam posisi yang unik untuk melaksanakan audit

operasi sehingga ada sejumlah orang yang menggunakan istilah audit internal

dan audit operasi secara bergantian. Laporan auditor internal berisi temuan

pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan dan kecurangan yang

ditemukan, kelemahan pengendalian intern beserta saran-saran perbaikannya

(recommendations).

2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah merupakan auditor yang berasal dari struktur

pemerintahan suatu negara, dengan objek audit yaitu lembaga atau badan

pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah.

3. Kantor Akuntan Publik (KAP)

Dalam melaksanakan audit laporan keuangan historis KAP seringkali juga

melakukan pemeriksaan atas masalah operasional dan memberikan

(47)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disampaikan baik secara lisan maupun tertulis, seperti yang kerap dilakukan

yaitu secara tertulis melalui surat manajemen (management letter).

Pelaksana audit operasional harus memenuhi kriteria sebagaimana yang

diungkapkan oleh Arens, et., al. (2012: 845) “the two most important qualities for

an operational auditor are independence and competence”. Dijelaskan pula

bahwa independensi auditor intern dipertinggi dengan menentukan agar bagian

audit intern melapor kepada dewan direksi atau direktur utama.

Amin W. Tunggal (2011: 61) menjelaskan bahwa kedudukan departemen

management-oriented auditing dalam struktur organisasi perusahaan yaitu sebagai

staf direksi perusahaan secara langsung. Melalui penempatan tersebut maka

departemen management-oriented auditing akan bersikap independen atas

manajemen operasional yang merupakan objek dan ruang lingkup penugasannya.

Melalui kedudukannya dalam organisasi/perusahaan tersebut maka independensi

auditor dapat tercapai dan objektivitasnya ketika bertugas pun dapat

dimungkinkan. Sementara kompetensi yang dimiliki auditor dapat membuatnya

(48)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.3 Usaha Mikro dan Kecil

2.1.3.1 Pengertian Usaha Mikro dan Kecil

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang

Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah dalam Bab I Pasal 1 menjelaskan sebagai

berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha

menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Adapun Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003 menjelaskan bahwa Usaha Mikro

adalah suatu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara

Indonesia (WNI); memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun.

Sedangkan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 mendefinisikan Usaha

Kecil sebagai suatu usaha produktif yang berskala kecil:

(49)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau

berbadan hukum termasuk koperasi.

c. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha.

d. Memiliki omzet usaha paling banyak Rp 1 miliar per tahun.

e. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak

(50)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.3.2 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil

Berikut merupakan rincian kriteria usaha mikro dan kecil:

Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro dan Kecil

No Uraian

Kriteria

Aset Omzet

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta

2 Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Miliar

3 Usaha Menengah >500 Juta – 10 Miliar >2,5 Miliar – 50 Miliar Sumber: www.depkop.go.id

Sedangkan dalam bukunya Longenecker, et., al. (2006: 7) mengemukakan

bahwa kriteria UKM adalah sebagai berikut:

1. “Financing for the business is supplied by one individual or only a few

individuals.

2. Except for its marketing function, the business’s operations are

geographically localized.

3. Compared to the biggest firms in the industry, the business is small.

4. The number of employees in the business is usually fewer than 100”.

2.1.4 Pembiayaan

Lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usahanya dengan prinsip

syariah tidaklah menggunakan istilah kredit dalam pemberian pinjamannya,

melainkan dengan istilah pemberian pembiayaan (financing). Pembiayaan yang

disalurkan merupakan salah satu bentuk produk Lembaga Keuangan Syariah

(51)

Adhityarizka Rifadha, 2014

Audit operasional atas pemberian pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil pada divisi usaha syariah PT Pegadaian (PERSERO)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.1.4.1 Pengertian Pembiayaan

Berdasarkan atas Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Pasal 1

ayat 12 (Muhammad, 2005: 78) menyatakan bahwa:

Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Sementara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah dalam Bab I Pasal 1 menjelaskan

bahwa:

Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Selanjutnya Veithzal Rivai dalam bukunya Islamic Financial Management

(2008: 4) menyatakan bahwa dalam praktiknya pembiayaan merupakan:

1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan

mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;

2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam perjanjian tersebut

terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya

dipisahkan oleh unsur waktu;

3. Suatu hak, dengan hak dimana seorang dapat mempergunakannya untuk

tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu

Gambar

Tabel  21.2 Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2011 . Error! Bookmark
Gambar 2.1 Tipe/Jenis Audit ................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 1.1 Data Perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Tahun 2008-2012
Tabel 1.2 Perkembangan Omzet ARRUM Tahun 2007-2012                            (Dalam Jutaan Rupiah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pegadaian Syari’ah (Persero) Cabang Keutapang adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuliana mengenai implementasi akad rahn dalam pembiayaan usaha mikro di perum Pegadaian

Pembiayaan mikro di Bank BRI Syariah merupakan sebagai sarana bagi masyarakat yang mempunyai usaha berskala kecil yang pembiayaan mikro merupakan pembiayaan yang

Sukron, dalam penelitiannya yang berjudul strategi lembaga keuangan mikro syariah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah menyimpulkan bahwa

Pegadaian (Persero) Cabang Pegadaian Syariah Pamekasan terkait dengan pengungkapan dan penyajian pembiayaan Rahn hasan dalam pemberian pinjaman, pendapatan

Perlunya sosialisasi terhadap masyarakat khususnya para pelaku usaha mikro kecil bahwa pembiayaan syariah memiliki berbagai manfaat antara lain adalah dengan menggunakan pembiayaan

Adapun pengertian pembiayaan usaha mikro kecil dan menengah adalah suatu kegiatan pembiayaan usaha berupa penghimpunan dana yang dipinjamkan bagi usaha mikro kecil yaitu masyarakat

Gambar 4: Mekanisme Pembiayaan Usaha Mikro Pada Pegadaian Syariah Kota Madiun Jika dibandingkan antara teori dengan praktik mengenai mekanisme akad ijarah, maka yang telah dipraktikkan

Analisis hukum ekonomi syariah terhadap pemberian kredit kepada usaha kecil mikro dan menengah