• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS IX SMP PAHLAWAN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS IX SMP PAHLAWAN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA

KELAS IX SMP PAHLAWAN NASIONAL

MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN

2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FITRIANI SARAGI

081222110008

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan

rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Pengaruh

Model Pembelajaran Time Token terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014”. Skripsi ini merupakan sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa dan Seni.

Penulis menyadari bahwa keberadaan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, dalam penyelesaiannya sangat banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Selanjutnya peneliti sadar bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu peneliti menyampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya dan tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan,

4. Drs. Sanggup Barus, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Juga sebagai Dosen Pembimbing Akademik,

5. Dr. Wisman Hadi, M.Hum. selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

6. Drs. Syahnan Daulay, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

7. Seluruh Staf Pengajar dan Pengawai di Lingkungan Fakultas Bahasa dan Seni, 8. H.Suharto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Pahlawan Nasional Medan,

9. Saiful Amri, S.Pd. selaku Guru bidang studi Bahasa Indonesia SMP Pahlawan Nasional Medan,

(6)

11.Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan kepada saya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Medan, April 2014

Penulis,

Fitriani Saragi

(7)

ABSTRAK

Fitriani Saragi, NIM 081222110008. Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas IX SMP Pahlawan Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Time Token

terhadap Kemampuan Berpidato Siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Desain penelitian menggunakan One Group Pre-test Post-test Design.

Populasi pada penelitian ini berjumlah 251 orang dengan sampel 40 orang yang hanya satu kelas saja tetapi memperoleh dua kali perlakuan. Perlakuan pertama yaitu sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token dan sesudah menggunakan model pembelajaran

Time Token. Penelitian ini menggunakan rumus simpangan baku sebelum dan sesudah perlakuan, uji normalitas, uji homogenetas dan uji beda.

Analisis data dapat ditemukan bahwa skor rata-rata sebelum menerapkan model pembelajaran Time Token terhadap kemampuan berpidato adalah sebesar 64,92 sedangkan rata-rata pembelajaran berpidato sesudah menerapkan model pembelajaran Time Token terhadap kemampuan berpidato adalah 81,62.

Analisis pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji statistic “t” selanjutnya

dari perhitungan hipotesis diperoleh harga thitung diperoleh = 6,60 sedangkan tabel

t dengan α =

5% dan (N-1) = 40-1 = 39 diperoleh ttabel = 1,68. Jadi thitung > tabel

t = 6,60 > 1,68, Berarti ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan berpidato siswa sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token dengan sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token.

(8)

DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teoritis ... 11

1. Model Pembelajaran Time Token ... 11

2. Penerapan Model Time Token ... 13

3. Keunggulan dan Kelemahan Model Time Token ... 14

a. Keunggulan Model Time Token ... 14

b. Kelemahan Model Time Token ... 14

4. Hakikat Kemampuan Berpidato ... 15

a. Pengertian Kemampuan Berpidato ... 15

b. Persiapan Pidato ... 16

c. Unsur-Unsur Pidato ... 20

d. Struktur Pidato ... 23

5. Maksud dan Tujuan Pidato ... 24

6. Jenis-jenis Pidato ... 25 A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 37

1. Populasi Penelitian ... 37

2. Sampel Penelitian ... 38

C. Metode Penelitian ... 39

D. Desain Penelitian ... 40

E. Defenisi Operasional ... 41

F. Instrumen Penelitian ... 42

(9)

H. Organisasi Pengolahan Data ... 49 I. Teknik Analisis Data ... 50

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I Rincian Populasi Siswa... 38

II Desain Penelitian ... 41

III Kisi-Kisi Penilaian ... 43

IV Identifikasi Kecenderungan Kemampuan Siswa ... 46

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Silabus ... 54

Lampiran II Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 57

Lampiran III Tes Kemampuan Berpidato Siswa ... 66

Berpidato Siswa (untuk Soal pre-Test) ... 70

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hampir dapat dipastikan bahwa dalam kehidupan sehari hari tidak terlepas

dari kegiatan berbicara atau berkomunikasi antara seseorang atau satu kelompok

dan kelompok yang lain. Berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan.

dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, seseorang dapat membuat orang lain

yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Peristiwa komunikasi

atau kontak tersebut baik disadari maupun tidak disadari tentu didasarkan oleh

adanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Pada hakikatnya, berbicara

adalah keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Salah satu ciri khusus

berbicara ialah fana (transitory). Kefanaan atau keberlangsungan terbatas. Hal ini

menjadi karakteristik bicara sehingga berbicara itu sendiri sulit dilakukan

penilaian. Berbicara ialah kemampuan yang kompleks yang sekaligus melibatkan

beberapa aspek. Aspek-aspek itu beragam dan perkembangannya pun seiring

perubahan dan pergantian masa sehingga mengakibatkan berbeda, dengan

kecepatan perkembangan yang berbeda pula.

Berdasarkan kenyataan berbahasa, lebih banyak berkomunikasi secara

lisan dibandingkan dengan cara yang lain. Lebih dari separuh waktu kita gunakan

untuk berbicara dan mendengarkan, dan selebihnya untuk menulis dan membaca.

Pada hakikatnya berbicara merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh

manusia. Setelah awal proses pemerolehan bahasa, manusia menyimak setiap

(14)

pemerolehan bahasa (Laguange Device), yang selanjutnya akan dikeluarkan dalam bentuk

perkataan. Tidak bisa kita pungkiri separuh hidup manusia dihabiskan untuk berbicara, sebagai

modal bagi manusia untuk melanjutkan kehidupannya.

Berdasarkan kodratnya manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang

memiliki kecenderungan untuk selalu berinteraksi sosial dengan sesamanya. Sebab tidak ada

satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Agar dapat

berinteraksi sosial berarti manusia harus saling berkomunikasi, sebab dengan melakukan

komunikasi manusia dapat menyampaikan maksud atau pesan kepada orang lain, sehingga akan

tejalin suatu suasana yang saling memahami antara manusia yang satu dengan yang lainnya.

Demikian pentingnya keterampilan berbicara dalam kehidupan manusia sehingga

diperlukan suatu kegiatan ataupun pembelajaran yang berfungsi untuk mengasah keterampilan

berbicara manusia. Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi, merupakan wadah yang

sangat tepat untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Sehingga siswa dapat menggali segala

potensi yang ada pada dirinya melalui berbagai kegiatan berbicaraa yang dapat bermanfaat

baginya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah keterampilan berbicara siswa

sangatlah rendah. Hal ini seperti dikutip dalam

(http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0712/17/humaniora/) yang dalam salah satu artikelnya menyatakan rendahnya

keterampilan berbicara siswa saat ini. Ditandas pula oleh Charles Bonar Sirait, penulis buku The

Power of Public Speaking: Kiat Sukses Berbicara di Depan Publik,” saat ini public speaking

sedang menjadi tren, mulai dari anak-anak sampai orang tua ingin mempelajarinya, khususnya

(15)

Hal ini dapat dibuktikan dengan pemberian pre-tes kepada siswa kelas IX SMP Pahlawan

Nasional Medan memperoleh hasil dengan rata-rata 64,92 dengan ferkuensi relatif 32,5%

berkategori kurang mampu berpidato.

Menurut Moedjono (2001:1) ” Salah satu faktor yang menjadi penyebab rendahnya

keterampilan berbicara siswa adalah kurang optimalnya guru dalam menerapkan strategi

pembelajaran”. Kuat dugaan bahwa rendahnya keterampilan berbicara siswa disebabkan karena

siswa yang memiliki konsep yang jelas tentang sesuatu yang akan dibicarakannya, sehingga

muncul kekhawatiran pada diri siswa bahwa apa yang diungkapkannya tidak jelas serta tidak

punya konsep yang baik, sehingga guru dan teman-temannya sulit memahami apa yang ia

bicarakan. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka dikhawatirkan keterampilan berbicara

siswa akan sangat sulit terasah.

Salah satu materi pelajaran yang berhubungan dengan keterampilan berbicara yang dirasa

siswa sangatlah sulit untuk melakukannya adalah berpidato. Pada dasarnya berpidato adalah

keterampilan berbicara yang memerlukan keahlian khusus, memerlukan teknik yang tepat, serta

pengalaman juga dapat mendukung dalam hal keberhasilan seseorang berpidato. Artinya

semakin sering siswa berpidato ataupun melihat dan mendengar orang yang berpidato maka

kemungkinan keahlian berpidatonya juga akan semakin terasah dengan baik.

Faktanya masih banyak siswa merasa takut bila harus berpidato dalam forum formal di

depan banyak orang (publik). Baik pada diskusi, ceramah, presentasi, maupun pidato perpisahan,

bahkan pidato di depan teman sekelasnya. Hal ini merupakan salah satu faktor perubahan

pengajaran pidato yang selalu menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang mendapat

kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih banyak bersifat teori.

(16)

Keterampilan berbicara bisa merupakan bakat, tetapi kemampuan berbicara yang baik

memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memperhatikan cara dan bentuk pikiran yang

dikenakannya, agar kelihatan pantas, tetapi ia sering lupa memperhatikan cara dan bentuk

pembicaraan yang diucapkannya supaya kedengaran baik. Berbicara menunjukkan bangsa, dari

berbicara seseorang dapat dilihat apakah orang tersebut adalah orang terpelajar atau kurang ajar.

Oleh sebab itulah manusia sebagai mahluk hidup sering berinteraksi dengan sesamanya

melalui media bahasa sebagai alat komunikasi individu dengan individu, individu dengan

kelompok dan lingkungan masyarakat.

Interaksi ruangan kelas antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa dapat

mendukung pembelajaran dan prestasi belajar siswa, sebab tujuan pendidikan bahasa adalah

untuk membina kemampuan berbahasa. Aspek vital dan kemampuan berbahasa itu adalah

kemampuan berbicara. Tetapi dari pengalaman yang dialami tidak jarang para guru menemui

ketidakmampuan siswa dalam berbicara karena seseorang pembicara khususnya dalam berpidato

harus berhadapan dengan orang banyak untuk menyampaikan gagasan di depan umum.

Bagi siswa yang pemalu hal seperti ini dapat membuat seseorang gemetaran, pucat, beban

terasa berat, dan tidak mampu berbicara. Sementara untuk memiliki kemampuan bebricara

adalah dengan kebiasaan melatih diri. Dalam hal ini, kemampuan berbicara adalah dengan

kebiasaan melatih diri. Seperti yang kita ketahui bahwa latihan tersebut dapat diperoleh dari

interaksi dengan guru dan teman sekelas.

Oleh karena itu sudah selayaknya dalam kegiatan belajar mengajar, guru memvariasikan

cara mengajarnya dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif

digunakan untuk mempengaruhi perhatian siswa, agar sepenuhnya tertuju dalam kegiatan belajar

(17)

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan menarik perhatian

siswa adalah model pembelajaran kooperatif Time Token. Model pembelajaran ini melibatkan

semua siswa dalam pelaksanaannya, sehingga pikiran dan perhatian siswa akan tetap tertuju pada

kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Model pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan

pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajran yang demokratis adalah proses

belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan

kearah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham,

dan dari tidak tahu menjadi tahu. Disepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik

perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan

untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalah yang ditemui. Model ini

digunakan (Arends,1998) dalam Suprijono (2009:133) dan Istarani (2011:194) untuk melatih

dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam

sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 2 atau 3 menit per kupon

pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap

tampil berbicara satu kupon siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.

Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memengang kupon

harus bicara sampai semua kuponnya habis.

Dengan demikian model pembelajaran ini digunakan dalam rangka meningkatkan

kemampuan siswa untuk berbicara di depan orang lain atau di depan umum, sehingga ia

memiliki skill atau kemampuan utuk mengemukakan pendapatnya di depan orang banyak.

Berbicara sebagai suatu bentuk aktivitas berbahasa, diperoleh setelah berbicara

(18)

berbicara jelas lebih sulit dari pada belajar memahami ujaran orang lain. Dengan kata lain aspek

produktif lebih sulit dari aspek reseptif. Berbicara lebih banyak menyerap waktu dan tenaga

karena membutuhkan berbagai variasi.

Seorang yang igin mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapatnya kepada orang lain,

memerlukan penguasaan kosa kata yang cukup. Dengan demikian, semakin banyak kata yang

dikuasai, maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasainya dan sanggup

diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan yang diiringi pula dengan luasnya

kosa kata yang dikuasainya, maka dengan mudah mengadakan komunikasi dengan orang lain.

Demikian pula sebaliknya, bila seseorang mempunyai banyak ide tetapi tidak mempunyai

pendaharaan kata-kata untuk mengungkapkannya, maka hal tersebut tidak berguna. Berbicara

sangat berperan di hadapan suatu kelompok pendengar. Seseorang yang memiliki keterampilan

berbicara akan dapat dengan mudah menyampaikan ide dan gagasannya.

Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu

dimiliki oleh siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di dalam Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP tahun 2006, dicantumkan bahwa pembelajaran Bahasa

Indonesia menggunakan pendekatan komunikatif. Hal ini disebabkan oleh hakikat belajar bahasa

yang mengacu pada belajar komunikasi. Setiap orang terlibat dan ingin mempertahankan diri

dalam kehidupan sosial harus memiliki keterampilan berbahasa.

Berdasarkan kenyataan di atas dipandang perlu untuk membiasakan setiap siswa untuk

berbicara. Pemberian materi berbicara khususnya berpidato harus selalu diupayakan agar setiap

siswa dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya sebagai acuan peningkatan mutu

(19)

Hal ini pulalah yang mendasari sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Terhadap Kemampuan Berpidato

Siswa Kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan identifikasi penelitian ini terdapat empat hal masalah.

1. Kemampuan berpidato siswa masih rendah.

2. Rendahnya rasa keberanian siswa untuk tampil berbicara di depan umum.

3. Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya pada materi pembelajaran berbicara.

4. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru

(teacher oriented).

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah adalah penyempitan masalah karena kompleksnya masalah yang

diteliti. Masalah penelitian ini dibatasi pada pengaruh model pembelajaran Time Token terhadap

kemampuan pidato persuasif (mempengaruhi/menghimbau) siswa kelas IX SMP Pahlawan

Nasional Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini terdapat tiga hal.

1. Bagaimana kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Tahun

(20)

2. Bagaimana kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Tahun

Pembelajaran 2013/2014 sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token?

3. Apakah penerapan model pembelajaran Time Token berpengaruh signifikan terhadap

kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun

Pembelajaran 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini terdapat tiga hal adalah:

1. untuk mengetahui kemampuan berpidato siswa sebelum menggunakan model

pembelajaran Time Token siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Tahun Pembelajaran

2013/2014,

2. untuk mengetahui kemampuan berpidato siswa sesudah menggunakan model

pembelajaran Time Token siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Tahun Pembelajaran

2013/2014,

3. untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Time Token berpengaruh signifikan

terhadap kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun

Pembelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.

Kedua hal ini diuraikan lebih lanjut:

(21)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi teori pembelajaran

berbidato. Sehingga dengan demikian, hasil belajar siswa, khhususnya kemampuan

berpidato dapat ditingkatkan.

2. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini, diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti

seperti terlihat dibawah ini:

a. Bagi Siswa

Dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan pembelajaran, khususnya

dalam hal keterampilan berpidato, memotivasi siswa untuk belajar, dan melatih

siswa untuk melakukan kegiatan berpidato.

b. Bagi Guru

Dapat menjadi bahan masukan dari pertimbangan dalam menerapkan model

pembelajaran Time Token untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpidato.

c. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan bahan masukan dalam meningkatkan kemampuan berpidato

siswa khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia.

d. Bagi Peneliti

Dapat memperkaya ilmu pengetahuan peneliti dan memperkaya wawasan

mengenai penggunaan model pembelajaran Time Token sebagai upaya untuk

(22)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpidato siswa sebelum menggunakan model pembelajaran

Time Token termasuk kategori kurang, yaitu terdapat 13 orang siswa atau 32% yang berada dalam kategori kurang.

2. Kemampuan berpidato siswa sesudah menggunakan model pembelajaran

Time Token termasuk kategori sangat baik, yaitu terdapat 23 siswa atau

57,5% yang berada dalam kategori sangat baik.

3. Model pembelajaran Time Token berpengaruh signifikan terhadap

kemampuan berpidato siswa. Hal ini terlihat berdasarkan hasil pengujian

hipotesis yaitu thitung diperoleh = 6,60 sedangkan tabel

t dengan α = 5% dan

(N-1) = 40-1 = 39 diperoleh ttabel = 1,68. Jadi thitung > tabel

t = 6,60 > 1,68.

Berarti model pembelajaran Time Token sangat berpengaruh terhadap

kemampuan berpidato siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disarankan:

1) Kepada guru bahasa Indonesia agar menggunakan model

pembelajaran Time Token dalam pembelajaran berpidato karena

model pembelajarann Time Token lebih efektif dalam pembelajaran

(23)

2) Sebaiknya guru memberikan prioritas kepada pembelajaran yang Berhubungan

dengan keterampilan berbicara, khususnya berpidato, Sebab akan mampu melatih

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT. Rineka Cipta

Djiwandono, M.Soenardi.2008.Tes Bahasa Pengangan Bagi Pengajar Bahasa.

Jakarta: PT. Indeks

Hardaniwati, Menuk. 2003. Kamus Pelajar. Jakarta: Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional

Idrus. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Greisinda Press

Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Laksono, Hanung.2009. Pintar Berpidato dalam 1 Hari. Jakarta:Visi7

Rumpoko, Hadi. 2012. Panduan Pidato Luar Biasa. Yogyakarta: Megabooks

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sudjana.2002. Metoda Statistika. Bandunng: PT.Tarsito

Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suprijono, Agus. 2009. Coperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Triningsih, Erna, Diah. 2007. Berani Bicara. Yogyakarta: CV. Kompetensi Terapan Sinergi Pustaka

Wibisono. Bayu. 2012. Kiat Sukses MC&Pidato. Surabaya: Karya Agung

Yanuarita, Andri. 2012. Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan MC. Yogyakarta. Teeranova Books

http://www2.compas.com/compas-cetak/0712/17humaniora/org diakses 4 April 2012

Gambar

Tabel
 diperoleh = 6,60 sedangkan ttabelthitung

Referensi

Dokumen terkait

Grafik Daya Sebar Krim Ekstran Etanolik Buah Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ... Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)

Perubahan keadaan domestik Tiongkok dalam konteks persepsi pemimpin menjelaskan bahwa ketika saat itu Tiongkok dibawah kepemimpinan Xi Jinping

Metode yang digunakan dalam penyelesaian rancang bangun model alat uji teras reaktor pada susunan sub buluh segi enam ialah dengan menggunakan konsep desain yang sudah

Dengan demikian, profesionalisme adalah sebuah profesi atau pekerjaan yang ditekuni sesuai dengan bidang keahlian, ditandai dengan adanya ijazah atau sertifikat dari

Tujuan penulisan adalah membangun suatu sistem pendukung keputusan (SPK) untuk penentuan harga beli mobil bekas di seluruh cabang Mobil88 di Jakartav. Sistem yang dibuat

In this approach, rather than emulate a com- plete hardware environment, the virtualization software is a thin layer that multiplexes access by guest operating systems to the

MVC As We Know It | 9.. show the photo with that ID, and to define what application behavior should be run in response to that request. Routers can contain traditional

Sehubungan dengan telah selesainya koreksi aritmatik yang dilakukan oleh Pokja V Unit Layanan.. Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Musi Banyuasin