PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA
KELAS IX SMP PAHLAWAN NASIONAL
MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN
2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
FITRIANI SARAGI
081222110008
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Pengaruh
Model Pembelajaran Time Token terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014”. Skripsi ini merupakan sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan, Fakultas Bahasa dan Seni.
Penulis menyadari bahwa keberadaan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun, dalam penyelesaiannya sangat banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Selanjutnya peneliti sadar bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu peneliti menyampaikan mohon maaf yang sebesar-besarnya dan tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan,
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,
3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan,
4. Drs. Sanggup Barus, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Juga sebagai Dosen Pembimbing Akademik,
5. Dr. Wisman Hadi, M.Hum. selaku Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
6. Drs. Syahnan Daulay, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
7. Seluruh Staf Pengajar dan Pengawai di Lingkungan Fakultas Bahasa dan Seni, 8. H.Suharto, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Pahlawan Nasional Medan,
9. Saiful Amri, S.Pd. selaku Guru bidang studi Bahasa Indonesia SMP Pahlawan Nasional Medan,
11.Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan kepada saya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Medan, April 2014
Penulis,
Fitriani Saragi
ABSTRAK
Fitriani Saragi, NIM 081222110008. Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas IX SMP Pahlawan Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Time Token
terhadap Kemampuan Berpidato Siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Desain penelitian menggunakan One Group Pre-test Post-test Design.
Populasi pada penelitian ini berjumlah 251 orang dengan sampel 40 orang yang hanya satu kelas saja tetapi memperoleh dua kali perlakuan. Perlakuan pertama yaitu sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token dan sesudah menggunakan model pembelajaran
Time Token. Penelitian ini menggunakan rumus simpangan baku sebelum dan sesudah perlakuan, uji normalitas, uji homogenetas dan uji beda.
Analisis data dapat ditemukan bahwa skor rata-rata sebelum menerapkan model pembelajaran Time Token terhadap kemampuan berpidato adalah sebesar 64,92 sedangkan rata-rata pembelajaran berpidato sesudah menerapkan model pembelajaran Time Token terhadap kemampuan berpidato adalah 81,62.
Analisis pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan uji statistic “t” selanjutnya
dari perhitungan hipotesis diperoleh harga thitung diperoleh = 6,60 sedangkan tabel
t dengan α =
5% dan (N-1) = 40-1 = 39 diperoleh ttabel = 1,68. Jadi thitung > tabel
t = 6,60 > 1,68, Berarti ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan berpidato siswa sebelum menggunakan model pembelajaran Time Token dengan sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token.
DAFTAR ISI
BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teoritis ... 11
1. Model Pembelajaran Time Token ... 11
2. Penerapan Model Time Token ... 13
3. Keunggulan dan Kelemahan Model Time Token ... 14
a. Keunggulan Model Time Token ... 14
b. Kelemahan Model Time Token ... 14
4. Hakikat Kemampuan Berpidato ... 15
a. Pengertian Kemampuan Berpidato ... 15
b. Persiapan Pidato ... 16
c. Unsur-Unsur Pidato ... 20
d. Struktur Pidato ... 23
5. Maksud dan Tujuan Pidato ... 24
6. Jenis-jenis Pidato ... 25 A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
B. Populasi dan Sampel ... 37
1. Populasi Penelitian ... 37
2. Sampel Penelitian ... 38
C. Metode Penelitian ... 39
D. Desain Penelitian ... 40
E. Defenisi Operasional ... 41
F. Instrumen Penelitian ... 42
H. Organisasi Pengolahan Data ... 49 I. Teknik Analisis Data ... 50
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
I Rincian Populasi Siswa... 38
II Desain Penelitian ... 41
III Kisi-Kisi Penilaian ... 43
IV Identifikasi Kecenderungan Kemampuan Siswa ... 46
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Silabus ... 54
Lampiran II Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 57
Lampiran III Tes Kemampuan Berpidato Siswa ... 66
Berpidato Siswa (untuk Soal pre-Test) ... 70
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hampir dapat dipastikan bahwa dalam kehidupan sehari hari tidak terlepas
dari kegiatan berbicara atau berkomunikasi antara seseorang atau satu kelompok
dan kelompok yang lain. Berbicara berarti mengungkapkan pikiran secara lisan.
dengan mengungkapkan apa yang dipikirkan, seseorang dapat membuat orang lain
yang diajak bicara mengerti apa yang ada dalam pikirannya. Peristiwa komunikasi
atau kontak tersebut baik disadari maupun tidak disadari tentu didasarkan oleh
adanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Pada hakikatnya, berbicara
adalah keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Salah satu ciri khusus
berbicara ialah fana (transitory). Kefanaan atau keberlangsungan terbatas. Hal ini
menjadi karakteristik bicara sehingga berbicara itu sendiri sulit dilakukan
penilaian. Berbicara ialah kemampuan yang kompleks yang sekaligus melibatkan
beberapa aspek. Aspek-aspek itu beragam dan perkembangannya pun seiring
perubahan dan pergantian masa sehingga mengakibatkan berbeda, dengan
kecepatan perkembangan yang berbeda pula.
Berdasarkan kenyataan berbahasa, lebih banyak berkomunikasi secara
lisan dibandingkan dengan cara yang lain. Lebih dari separuh waktu kita gunakan
untuk berbicara dan mendengarkan, dan selebihnya untuk menulis dan membaca.
Pada hakikatnya berbicara merupakan kegiatan utama yang dilakukan oleh
manusia. Setelah awal proses pemerolehan bahasa, manusia menyimak setiap
pemerolehan bahasa (Laguange Device), yang selanjutnya akan dikeluarkan dalam bentuk
perkataan. Tidak bisa kita pungkiri separuh hidup manusia dihabiskan untuk berbicara, sebagai
modal bagi manusia untuk melanjutkan kehidupannya.
Berdasarkan kodratnya manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang
memiliki kecenderungan untuk selalu berinteraksi sosial dengan sesamanya. Sebab tidak ada
satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. Agar dapat
berinteraksi sosial berarti manusia harus saling berkomunikasi, sebab dengan melakukan
komunikasi manusia dapat menyampaikan maksud atau pesan kepada orang lain, sehingga akan
tejalin suatu suasana yang saling memahami antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Demikian pentingnya keterampilan berbicara dalam kehidupan manusia sehingga
diperlukan suatu kegiatan ataupun pembelajaran yang berfungsi untuk mengasah keterampilan
berbicara manusia. Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi, merupakan wadah yang
sangat tepat untuk melatih keterampilan berbicara siswa. Sehingga siswa dapat menggali segala
potensi yang ada pada dirinya melalui berbagai kegiatan berbicaraa yang dapat bermanfaat
baginya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun yang menjadi permasalahan saat ini adalah keterampilan berbicara siswa
sangatlah rendah. Hal ini seperti dikutip dalam
(http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0712/17/humaniora/) yang dalam salah satu artikelnya menyatakan rendahnya
keterampilan berbicara siswa saat ini. Ditandas pula oleh Charles Bonar Sirait, penulis buku The
Power of Public Speaking: Kiat Sukses Berbicara di Depan Publik,” saat ini public speaking
sedang menjadi tren, mulai dari anak-anak sampai orang tua ingin mempelajarinya, khususnya
Hal ini dapat dibuktikan dengan pemberian pre-tes kepada siswa kelas IX SMP Pahlawan
Nasional Medan memperoleh hasil dengan rata-rata 64,92 dengan ferkuensi relatif 32,5%
berkategori kurang mampu berpidato.
Menurut Moedjono (2001:1) ” Salah satu faktor yang menjadi penyebab rendahnya
keterampilan berbicara siswa adalah kurang optimalnya guru dalam menerapkan strategi
pembelajaran”. Kuat dugaan bahwa rendahnya keterampilan berbicara siswa disebabkan karena
siswa yang memiliki konsep yang jelas tentang sesuatu yang akan dibicarakannya, sehingga
muncul kekhawatiran pada diri siswa bahwa apa yang diungkapkannya tidak jelas serta tidak
punya konsep yang baik, sehingga guru dan teman-temannya sulit memahami apa yang ia
bicarakan. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka dikhawatirkan keterampilan berbicara
siswa akan sangat sulit terasah.
Salah satu materi pelajaran yang berhubungan dengan keterampilan berbicara yang dirasa
siswa sangatlah sulit untuk melakukannya adalah berpidato. Pada dasarnya berpidato adalah
keterampilan berbicara yang memerlukan keahlian khusus, memerlukan teknik yang tepat, serta
pengalaman juga dapat mendukung dalam hal keberhasilan seseorang berpidato. Artinya
semakin sering siswa berpidato ataupun melihat dan mendengar orang yang berpidato maka
kemungkinan keahlian berpidatonya juga akan semakin terasah dengan baik.
Faktanya masih banyak siswa merasa takut bila harus berpidato dalam forum formal di
depan banyak orang (publik). Baik pada diskusi, ceramah, presentasi, maupun pidato perpisahan,
bahkan pidato di depan teman sekelasnya. Hal ini merupakan salah satu faktor perubahan
pengajaran pidato yang selalu menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang mendapat
kesempatan melakukan praktik berbicara di depan orang lain, karena lebih banyak bersifat teori.
Keterampilan berbicara bisa merupakan bakat, tetapi kemampuan berbicara yang baik
memerlukan pengetahuan dan latihan. Orang sering memperhatikan cara dan bentuk pikiran yang
dikenakannya, agar kelihatan pantas, tetapi ia sering lupa memperhatikan cara dan bentuk
pembicaraan yang diucapkannya supaya kedengaran baik. Berbicara menunjukkan bangsa, dari
berbicara seseorang dapat dilihat apakah orang tersebut adalah orang terpelajar atau kurang ajar.
Oleh sebab itulah manusia sebagai mahluk hidup sering berinteraksi dengan sesamanya
melalui media bahasa sebagai alat komunikasi individu dengan individu, individu dengan
kelompok dan lingkungan masyarakat.
Interaksi ruangan kelas antara siswa dengan guru ataupun siswa dengan siswa dapat
mendukung pembelajaran dan prestasi belajar siswa, sebab tujuan pendidikan bahasa adalah
untuk membina kemampuan berbahasa. Aspek vital dan kemampuan berbahasa itu adalah
kemampuan berbicara. Tetapi dari pengalaman yang dialami tidak jarang para guru menemui
ketidakmampuan siswa dalam berbicara karena seseorang pembicara khususnya dalam berpidato
harus berhadapan dengan orang banyak untuk menyampaikan gagasan di depan umum.
Bagi siswa yang pemalu hal seperti ini dapat membuat seseorang gemetaran, pucat, beban
terasa berat, dan tidak mampu berbicara. Sementara untuk memiliki kemampuan bebricara
adalah dengan kebiasaan melatih diri. Dalam hal ini, kemampuan berbicara adalah dengan
kebiasaan melatih diri. Seperti yang kita ketahui bahwa latihan tersebut dapat diperoleh dari
interaksi dengan guru dan teman sekelas.
Oleh karena itu sudah selayaknya dalam kegiatan belajar mengajar, guru memvariasikan
cara mengajarnya dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
digunakan untuk mempengaruhi perhatian siswa, agar sepenuhnya tertuju dalam kegiatan belajar
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan menarik perhatian
siswa adalah model pembelajaran kooperatif Time Token. Model pembelajaran ini melibatkan
semua siswa dalam pelaksanaannya, sehingga pikiran dan perhatian siswa akan tetap tertuju pada
kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Model pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan
pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajran yang demokratis adalah proses
belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan
kearah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham,
dan dari tidak tahu menjadi tahu. Disepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik
perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan
untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalah yang ditemui. Model ini
digunakan (Arends,1998) dalam Suprijono (2009:133) dan Istarani (2011:194) untuk melatih
dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam
sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 2 atau 3 menit per kupon
pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap
tampil berbicara satu kupon siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya.
Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memengang kupon
harus bicara sampai semua kuponnya habis.
Dengan demikian model pembelajaran ini digunakan dalam rangka meningkatkan
kemampuan siswa untuk berbicara di depan orang lain atau di depan umum, sehingga ia
memiliki skill atau kemampuan utuk mengemukakan pendapatnya di depan orang banyak.
Berbicara sebagai suatu bentuk aktivitas berbahasa, diperoleh setelah berbicara
berbicara jelas lebih sulit dari pada belajar memahami ujaran orang lain. Dengan kata lain aspek
produktif lebih sulit dari aspek reseptif. Berbicara lebih banyak menyerap waktu dan tenaga
karena membutuhkan berbagai variasi.
Seorang yang igin mengungkapkan gagasan, ide, dan pendapatnya kepada orang lain,
memerlukan penguasaan kosa kata yang cukup. Dengan demikian, semakin banyak kata yang
dikuasai, maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasainya dan sanggup
diungkapkannya. Mereka yang menguasai banyak gagasan yang diiringi pula dengan luasnya
kosa kata yang dikuasainya, maka dengan mudah mengadakan komunikasi dengan orang lain.
Demikian pula sebaliknya, bila seseorang mempunyai banyak ide tetapi tidak mempunyai
pendaharaan kata-kata untuk mengungkapkannya, maka hal tersebut tidak berguna. Berbicara
sangat berperan di hadapan suatu kelompok pendengar. Seseorang yang memiliki keterampilan
berbicara akan dapat dengan mudah menyampaikan ide dan gagasannya.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang perlu
dimiliki oleh siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP tahun 2006, dicantumkan bahwa pembelajaran Bahasa
Indonesia menggunakan pendekatan komunikatif. Hal ini disebabkan oleh hakikat belajar bahasa
yang mengacu pada belajar komunikasi. Setiap orang terlibat dan ingin mempertahankan diri
dalam kehidupan sosial harus memiliki keterampilan berbahasa.
Berdasarkan kenyataan di atas dipandang perlu untuk membiasakan setiap siswa untuk
berbicara. Pemberian materi berbicara khususnya berpidato harus selalu diupayakan agar setiap
siswa dapat mengembangkan bakat yang dimilikinya sebagai acuan peningkatan mutu
Hal ini pulalah yang mendasari sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Time Token Terhadap Kemampuan Berpidato
Siswa Kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan identifikasi penelitian ini terdapat empat hal masalah.
1. Kemampuan berpidato siswa masih rendah.
2. Rendahnya rasa keberanian siswa untuk tampil berbicara di depan umum.
3. Rendahnya motivasi belajar siswa khususnya pada materi pembelajaran berbicara.
4. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru
(teacher oriented).
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah penyempitan masalah karena kompleksnya masalah yang
diteliti. Masalah penelitian ini dibatasi pada pengaruh model pembelajaran Time Token terhadap
kemampuan pidato persuasif (mempengaruhi/menghimbau) siswa kelas IX SMP Pahlawan
Nasional Medan Tahun Pembelajaran 2013/2014.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini terdapat tiga hal.
1. Bagaimana kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Tahun
2. Bagaimana kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Tahun
Pembelajaran 2013/2014 sesudah menggunakan model pembelajaran Time Token?
3. Apakah penerapan model pembelajaran Time Token berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun
Pembelajaran 2013/2014?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini terdapat tiga hal adalah:
1. untuk mengetahui kemampuan berpidato siswa sebelum menggunakan model
pembelajaran Time Token siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Tahun Pembelajaran
2013/2014,
2. untuk mengetahui kemampuan berpidato siswa sesudah menggunakan model
pembelajaran Time Token siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Tahun Pembelajaran
2013/2014,
3. untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Time Token berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan berpidato siswa kelas IX SMP Pahlawan Nasional Medan Tahun
Pembelajaran 2013/2014.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
Kedua hal ini diuraikan lebih lanjut:
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi teori pembelajaran
berbidato. Sehingga dengan demikian, hasil belajar siswa, khhususnya kemampuan
berpidato dapat ditingkatkan.
2. Manfaat Praktis
Hasil Penelitian ini, diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah dan peneliti
seperti terlihat dibawah ini:
a. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan pembelajaran, khususnya
dalam hal keterampilan berpidato, memotivasi siswa untuk belajar, dan melatih
siswa untuk melakukan kegiatan berpidato.
b. Bagi Guru
Dapat menjadi bahan masukan dari pertimbangan dalam menerapkan model
pembelajaran Time Token untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpidato.
c. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan bahan masukan dalam meningkatkan kemampuan berpidato
siswa khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia.
d. Bagi Peneliti
Dapat memperkaya ilmu pengetahuan peneliti dan memperkaya wawasan
mengenai penggunaan model pembelajaran Time Token sebagai upaya untuk
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpidato siswa sebelum menggunakan model pembelajaran
Time Token termasuk kategori kurang, yaitu terdapat 13 orang siswa atau 32% yang berada dalam kategori kurang.
2. Kemampuan berpidato siswa sesudah menggunakan model pembelajaran
Time Token termasuk kategori sangat baik, yaitu terdapat 23 siswa atau
57,5% yang berada dalam kategori sangat baik.
3. Model pembelajaran Time Token berpengaruh signifikan terhadap
kemampuan berpidato siswa. Hal ini terlihat berdasarkan hasil pengujian
hipotesis yaitu thitung diperoleh = 6,60 sedangkan tabel
t dengan α = 5% dan
(N-1) = 40-1 = 39 diperoleh ttabel = 1,68. Jadi thitung > tabel
t = 6,60 > 1,68.
Berarti model pembelajaran Time Token sangat berpengaruh terhadap
kemampuan berpidato siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disarankan:
1) Kepada guru bahasa Indonesia agar menggunakan model
pembelajaran Time Token dalam pembelajaran berpidato karena
model pembelajarann Time Token lebih efektif dalam pembelajaran
2) Sebaiknya guru memberikan prioritas kepada pembelajaran yang Berhubungan
dengan keterampilan berbicara, khususnya berpidato, Sebab akan mampu melatih
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT. Rineka Cipta
Djiwandono, M.Soenardi.2008.Tes Bahasa Pengangan Bagi Pengajar Bahasa.
Jakarta: PT. Indeks
Hardaniwati, Menuk. 2003. Kamus Pelajar. Jakarta: Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional
Idrus. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Greisinda Press
Istarani. 2011. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada
Laksono, Hanung.2009. Pintar Berpidato dalam 1 Hari. Jakarta:Visi7
Rumpoko, Hadi. 2012. Panduan Pidato Luar Biasa. Yogyakarta: Megabooks
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sudjana.2002. Metoda Statistika. Bandunng: PT.Tarsito
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suprijono, Agus. 2009. Coperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Triningsih, Erna, Diah. 2007. Berani Bicara. Yogyakarta: CV. Kompetensi Terapan Sinergi Pustaka
Wibisono. Bayu. 2012. Kiat Sukses MC&Pidato. Surabaya: Karya Agung
Yanuarita, Andri. 2012. Langkah Cerdas Mempersiapkan Pidato dan MC. Yogyakarta. Teeranova Books
http://www2.compas.com/compas-cetak/0712/17humaniora/org diakses 4 April 2012