• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU : Penelitian subjek tunggal pada anak tunarungu kelas iii di sd mutiara bunda bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU : Penelitian subjek tunggal pada anak tunarungu kelas iii di sd mutiara bunda bandung."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA

ANAK TUNARUNGU

(Penelitian Subjek Tunggal pada Anak Tunarungu Kelas III di SD Mutiara Bunda Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

NENI DEWI ISNAENI 1004964

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014

(2)

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA

ANAK TUNARUNGU

(Penelitian Subjek Tunggal Pada Anak Tunarungu Kelas III di SD Mutiara Bunda Bandung)

Oleh: Neni Dewi Isnaeni

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©Neni Dewi Isnaeni 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

(Penelitian Subjek Tunggal pada Anak Tunarungu Kelas III di SD Mutiara Bunda Bandung)

Oleh: Neni Dewi Isnaeni

1004964

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Drs. Endang Rusyani, M.Pd NIP.195705101985031003

Pembimbing II

Dr. Nia Sutisna, M.Si NIP.195701311986031001

Mengetahui,

Ketua Departeman Pendidikan Khusus

(4)
(5)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA

ANAK TUNARUNGU

(Penelitian Subjek Tunggal pada Anak Tunarungu Kelas III di SD Mutiara Bunda Bandung)

Dampak dari kehilangan pendengaran pada anak tunarungu yaitu terhambatnya perkembangan bahasa. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan membaca yang rendah. Salah satu cara yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca pada anak tunarungu adalah dengan menggunakan teknik membaca ideovisual. Kelebihan dari teknik ini adalah anak tidak harus kenal huruf dahulu tapi langsung membaca kata atau kalimat yang berdasarkan bacaan percakapan yang sudah dipahaminya karena merupakan ide/pikiran ataupun pengalaman anak sendiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan menggunakan desain penelitian subjek tunggal (single subject research),

dengan desain A-B-A. Desain A-B-A ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap baseline-1 (A-1), intervensi (B) dan baseline-2 (A-2). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan kemampuan membaca permulaan pada subjek. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan mean level subjek untuk membaca kata mengalami peningkatkan dari 53,3 pada fase baseline-1(A-1) menjadi 79 pada fase intervensi (B). Mean level subjek untuk membaca kalimat sederhana mengalami peningkatan dari 40 pada fase baseline-1 (A-1) menjadi 76,8 pada fase intervensi (B). Penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan bagi para pendidik untuk dapat menggunakan teknik membaca ideovisual dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak tunarungu di sekolah.

(6)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

APPLYING OF IDEOVISUAL READING TECHNIQUE IN IMPROVING READ ABILITY START IN IMPROVING ABILITY THE DEAF CHILD

(Research Single Subject The Deaf Child Class III in SD Mutiara Bunda Bandung)

The impact of hearing loss at The Deaf Child is pursuing of growth of the Ianguage. Including in it is ability to read the lowering. One of the done ways to be able to improve reading ability at The Deaf Child is by using ideovisual reading technique. Excess of this technique is child don't have to recognize the letter ahead direct to but read the sentence or word pursuant to conversation reading which have been comprehended it because the idea or experience of child alone. The method used in this research is experiment method by using design research single subject (single subject research), with design A. Design A-B-A this consist of three step that is phase baseline-1 (A-B-A-1), intervention (B) and baseline-2 (A-2). Result of from this research is there is improvement of reading ability start at subject. This matter visible of improvement mean level subject to read the natural word improvement from 53,3 at phase baseline-1(A-1) become 79 at intervention phase (B). Mean level subject to read the sentence modestly experience of improvement from 40 at phase baseline-1 (A-1) become 76,8 at intervention phase (B). This research presumably can become the input to all educators to be able to use the ideovisual reading technique in read study start at The Deaf Child in school.

(7)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABBIB

PENDAHULUANB B

A. BLatarBBelakangBMasalahB

Membaca adalah hal yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran, terutama di sekolah. Ilmu pengetahuan akan mudah diperoleh salah satunya dengan membaca. Apabila seorang anak/siswa tidak dapat membaca dengan baik atau memiliki hambatan dalam membaca maka ia akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan yang ia butuhkan. Oleh karena itu kecakapan membaca merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seorang anak untuk memperoleh pengetahuan.

Dampak dari kehilangan pendengaran pada anak tunarungu yaitu terhambatnya perkembangan bahasa. Hal ini akan membawa kepada suatu kebutuhan pendidikan yang tidak dimiliki oleh anak yang tidak mengalami ketunarunguan. Kelemahan anak tunarungu tidak hanya dalam berbahasa lisan namun mereka juga mengalami kesulitan untuk memahami bahasa tulis/membaca.

(8)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengisi kata-kata yang telah dihilangkan itu dengan kata yang tepat atau sinonimnya. Ternyata tingkat pemahaman membaca siswa kelas VI SDLB berada jauh dibawah kemampuan siswa kelas VI SD, nilai rata-rata siswa SDLB adalah 25,7 dibandingkan dengan nilai anak SD sebesar 68,28 bahkan anak SDLB masih tertinggal dari siswa SD kelas IV yang memperoleh nilai rata-rata 46,96. (Bunawan, 2000:52)

Kemampuan membaca (memahami isi tulisan) adalah penting untuk anak tunarungu karena merupakan sarana yang terbaik bagi anak tunarungu untuk memperoleh akses yang lengkap tentang bahasa. Membaca juga merupakan cara untuk memantapkan dan memperluas kemampuan bahasa serta memperoleh pengetahuan.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada seorang anak tunarungu kelas tiga di sebuah sekolah inklusi di Bandung, didapati bahwa anak tunarungu tersebut memiliki kemampuan membaca yang rendah. Cara belajar membacanya sama dengan anak mendengar, yaitu mulai dari pengenalan huruf, suku kata, kata lalu meningkat pada kalimat. Penulis melihat cara ini kurang efektif untuk anak tersebut.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menggunakan cara/teknik membaca yang tepat untuk dapat membantu anak tunarungu agar dapat membaca dengan baik. Perlu sekali untuk memilih teknik pembelajaran yang paling sesuai dan cocok untuk digunakan dalam mengajar membaca permulaan.

Anak tunarungu dengan karakteristiknya yang unik, membutuhkan cara atau pendekatan tersendiri untuk dapat belajar membaca. Diperlukan cara, metode atau pendekatan yang tepat saat belajar, sehingga anak tuna rungu dapat dengan mudah belajar membaca dan meningkatkan kemampuan membacanya.

(9)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengajar secara visual, termasuk belajar membaca permulaan karena anak tunarungu adalah anak pemata atau anak visual yang mengandalkan visual/penglihatan untuk memperoleh bahasa ataupun pengetahuan lainnya.

Salah satu metode yang ada untuk membantu anak tunarungu dalam belajar membaca permulaan adalah dengan Metode Maternal Reflektif (MMR) dengan menggunakan teknik membaca ideovisual. Penulis melihat peluang teknik membaca ideovisual ini akan berhasil digunakan pada subjek karena sesuai dengan modal/kekuatan belajar yang dimiliki anak tunarungu yaitu belajar secara visual/penglihatan.

Membaca ideovisual adalah membaca pikiran atau gagasan atau ide sendiri yang telah dituangkan dalam bentuk tulisan atau grafis sehingga dapat ditangkap secara visual. (Bunawan, 2000:133).

Dalam kegiatan membaca ideovisual belum ada tuntuan pada anak untuk dapat membaca huruf atau kata atau kalimat, tetapi hanya dituntut untuk dapat memahami isi tulisan secara global. Karena isi tulisan tersebut adalah pikirannya sendiri, maka anak tidak akan mengalami kesulitan untuk mengatakan kembali isi pikirannya dengan atau sambil membaca tulisan. Anak menebak isi tulisan berdasarkan pemahaman yang ada di dalam pikirannya sendiri. (Bunawan, 2000:133).

B.BIdentifikasiBMasalahB

Adanya kesulitan dalam belajar membaca permulaan yang dialami oleh anak tunarungu disebabkan oleh hambatan (kehilangan pendengaran) yang dimilikinya.

(10)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Metode, teknik/cara guru dalam mengajarkan membaca permulaan pada anak tunarungu yang kurang tepat sehingga potensi yang ada pada anak tunarungu kurang tergali yang menyebabkan anak tersebut kurang menguasai kemampuan untuk membaca.

2. Pengetahuan dan ketrampilan guru dalam menguasai metode, teknik/cara yang tepat untuk anak tunarungu dalam belajar membaca sangat terbatas.

3. Belum diterapkannya teknik membaca ideovisual sebagai salah satu cara/teknik dalam mengajarkan membaca permulaan pada anak tunarungu, padahal teknik ini memiliki peluang yang cukup besar untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunarungu.

C. BatasanBMasalahB

Berberapa identifikasi masalah diatas agar lebih fokus dan terarah, peneliti membatasi masalah pada metode, teknik/cara membaca ideovisual dalam mengajarkan membaca permulaan pada anak tunarungu.

D. RumusanBMasalahB

Berdasarkan gambaran pada latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Apakah Penerapan Teknik Membaca Ideovisual dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan pada Anak Tunarungu?”

E. TujuanBPenelitianBdanBKegunaanBPenelitianB

1. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum

(11)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tujuan Khusus

Membantu memudahkan anak tunarungu untuk belajar membaca karena bacaan yang dibacanya berdasarkan pengalaman, ide/pikiran anak sendiri yang dituangkan secara visual (gambar, kata/kalimat) dan anak dapat membacanya secara global.

2. Kegunaan Penelitian a. Secara Praktis

Dapat menjadi bahan masukan bagi guru untuk menggunakan sebuah metode dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak tunarungu.

b. Secara Teoritis

Memberikan acuan kepada guru dalam memberikan pembelajaran membaca permulaan pada anak tunarungu.

3. Manfaat bagi Peneliti

Penulis sebagai peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman dalam mengajarkan membaca permulaan pada anak tunarungu dengan teknik ideovisual.

(12)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABBIIIB

METODEBPENELITIANB B

A. VariabelBPenelitianB

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”( Sugiyono 2009 : 61)

Penelitian ini terdiri dari dua variable yaitu sebagai berikut. 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi (Sugiyono, 2005 : 3). Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah “teknik membaca ideovisual”. Pada membaca ideovisual ini anak menvisualisasikan dari hasil percakapan yang berisi pengalaman anak sendiri. Dalam membaca anak menebak isi tulisan berdasarkan pemahaman yang ada di pikirannya , dengan intuisinya ia menyamakan tulisan dengan penghayatan langsung yang sudah diutarakan dalam percakapan.

2. Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. (Sugiyono, 2005 : 3). Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah “kemampuan membaca

permulaan”. Membaca permulaan dapat dikatakan sebagai membaca tahap

awal. Ritawati (1996:43) mengungkapkan:

(13)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Ritawati (1996:43) tujuan pengajaran membaca permulaan adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat. Pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik. Dalam hal ini maka pengajaran membaca permulaan disesuaikan dengan kemampuan anak tunarungu.

B. MetodeBPenelitianB

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang bertujuan mencari tahu pengaruh penerapan teknik membaca ideovisual untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunarungu.

Metode eksperimen dalam penelitian ini menggunakan desain subjek tunggal (Single Subject Research/SSR), yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan yang diberikan secara berulang – ulang dalam waktu tertentu.

(14)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fungsional antara variabel bebas (teknik membaca ideovisual) dan variabel terikat (kemampuan membaca permulaan).

Disain A-B-A ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi) terhadap variabel tertentu yang diberikan pada subjek dengan membandingkan kondisi baseline sebelum intervensi dan baseline sesudah intervensi.

Untuk lebih jelasnya disain A-B-A dapat digambarkan sebagai berikut:

Baseline (A1) Intervensi (B) Baseline (A2)

[image:14.595.166.447.342.453.2]

Sesi (waktu)

Grafik 3.1 Tampilan Disain A-B-A

A1 (keadaan baseline-1) yaitu keadaan subjek sebelum diberi intervensi. Dalam penelitian ini mengenai kemampuan membaca permulaan subjek sebelum diberikan intervensi/perlakuan dengan teknik membaca ideovisual.

B (intervensi) yaitu suatu keadaan dimana subjek diberi perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang untuk mengetahui kondisi kemampuan membaca permulaan setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan teknik membaca ideovisual.

Pe

ril

aku s

as

ara

n

(15)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A2 merupakan pengulangan kondisi baseline 1(A1) yang dilakukan untuk mengetahui hasil intervensi yang diberikan pada subjek, atau sebagai evaluasi setelah dilakukannya intervensi. Melalui tahap ini dapat diketahui kemampuan membaca permulaan subjek setelah diberi teknik membaca ideovisual.

.. SubjekBPenelitanBdanBLokasiBPenelitianB

SubjekBPenelitianB

Subjek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki dengan nama berinisial TA kelas 3 SD berusia 9 tahun dengan hambatan tunarungu yang kondisi saat ini sudah mengenal huruf a-z namun belum dapat membaca.

LokasiBPenelitianB

Penelitian dilaksanakan di SD Mutiara Bunda Bandung yang beralamat di jalan Arcamanik Endah nomor 3 Arcamanik Bandung.

D. InstrumenBdanBTeknikBPengumpulanBDataB

InstrumenBB

Instrumen penelitian menurut Suharsimi adalah “... alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data pada suatu penelitian agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan hasilnya menjadi lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga mudah diolah.” (Suharsimi Arikunto, 2006:160).

(16)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah-langkah penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan dan penilaian soal tes

Pembuatan soal tes disesuaikan dengan silabus Bahasa Indonesia untuk membaca permulaan kelas satu SD. Soal tes yang digunakan yaitu berupa kegiatan membaca nyaring kata dan kalimat sederhana. Soal tes membaca kata yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Tes membaca kata.

Pada tes ini subjek diminta untuk membaca kata berdasarkan bacaan deposit yang telah dibahas bersama dengan peneliti. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan subjek dalam membaca kata. Satuan ukur yang digunakan adalah presentase. Presentase dalam tes ini menunjukkan jumlah jawaban yang benar dibandingkan dengan keseluruhan jawaban benar dikalikan 100%. Soal tes membaca kata pada subjek adalah sebagi berikut.

Bacalah kata dibawah ini.

No Kata Penilaian

0 1 2

(17)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Sepatu 8. Botol 9. Baju 10. Buku

Keterangan:

2 = dapat membaca kata dengan jelas.

1 = dapat membaca kata namun kurang jelas. 0 = tidak dapat membaca.

b. Tes membaca kalimat sederhana.

Pada tes ini subjek diminta untuk membaca kalimat sederhana berdasarkan bacaan deposit yang telah dibahas bersama dengan peneliti. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan subjek dalam membaca kalimat sederhana. Satuan ukur yang digunakan adalah presentase. Presentase dalam tes ini menunjukkan jumlah jawaban yang benar dibandingkan dengan keseluruhan jawaban benar dikalikan 100%. Soal tes membaca kalimat sederhana pada subjek adalah sebagi berikut.

Bacalah kalimat dibawah ini.

No. Kalimat Penilaian

0 1 2 3

1. Tas Tata besar. B B

(18)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Tas siapa ini? B B

4. Tas Tata warna biru. B B

5. Tas Miko warna coklat.

B B

6.B Ada baju dan sepatu. B B B B

7.B Ada uang di tas. B B B B

8.B Ada apa di tas Tata? B B B B

9.B Ada misting makanan. B B B B

10B Ada botol minum. B B B B

Keterangan:

3 = dapat membaca semua kata dalam kalimat dengan jelas. 2 = dapat membaca dua kata dalam kalimat dengan jelas.

1 = dapat membaca satu kata dalam kalimat dengan jelas. 0 = tidak dapat membaca.

2. Uji Validitas instrumen

Validitas merupakan ketetapan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data. Uji validitas menggunakan validitas isi berupa

expert judgment dalam hal ini adalah pakar dan guru. Penilaian

dilakukan oleh tiga orang dan data yang diperoleh melalui expert

judgment dihitung dengan rumus:

Presentase = X 100%

Keterangan penilai:

(19)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Ibu Rr. Budi Handayani, S.Pd (Manajer Inklusi Sekolah Mutiara Bunda).

3. Ibu Dewi Nurhayati, S.Pd (Guru Kelas Unit Stimulasi Anak SD Mutiara Bunda).

Dari hasil expert judgment (terlampir) diperoleh tiga penilai menyatakan semua aspek cocok sehingga diperoleh hasil sebagai berikut.

Presentase = X 100% = 100 %

Dengan demikian, instrumen yang digunakan diharapkan dapat mengukur kemampuan membaca kata dan kalimat sederhana pada subjek dengan baik.

PengumpulanBDataB

Pengumpulan data dilakukan melalui tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes lisan yaitu melihat kemampuan anak dalam membaca permulaan.

Peneliti menggunakan tes membaca mulai dari kondisi baseline (A1), intervensi (B), dan kondisi baseline (A2) untuk mendapatkan skor dari tes yang diberikan.setelah semua data terkumpul lalu dijumlahkan. Untuk menghitung nilai kemampuan membaca dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

X 100

Pemberian tes yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut.

(20)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada tes membaca kalimat sederhana. Setiap sesi berlangsung selama 30 menit.

2. Setelah mendapat data yang stabil pada fase baseline lalu dilanjutkan dengan intervensi (B). Fase intervensi ini dilakukan sebanyak enam sesi dan masing-masing sesi selama 30 menit.

3. Setelah data pada fase intervensi (B) stabil dilanjutkan fase baseline-2 (A-2). Fase baseline-2 ini dilakukan sebanyak tiga sesi, masing-masing sesi selama 30 menit.

E. TeknikBPengolahanBDataB

Setelah semua data terkumpul, data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskripsif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan grafik pada penelitian SSR. Statistik deskriptif ini digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikannya.

Menurut Sunanto (2006: 65-76) ada dua cara dalam menganalisis data yang telah didapat yaitu analisis dalam kondisi dan analisis dalam kondisi. 1. Analisis dalam kondisi

Analisis dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi baseline atau intervensi. Komponennya meliputi:

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut. Banyaknya data dalam kondisi juga menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada kondisi tersebut. Data dalam kondisi dikumpulkan sampai menunjukkan stabilitas dan arah yang jelas. b. Kecenderungan Arah

(21)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, yaitu metode tangan bebas (freehand) dan metode belah tengah

(spilt-middle). Bila menggunakan metode freehand cara yang digunakan

yaitu menarik garis lurus yang membagi dua point (sesi) pada suatu kondisi menjadi dua bagian sama banyak yang terletak diatas dan dibawah garis tersebut. Sedang bila menggunakan metode

spilt-middle yaitu dengan cara membuat garis lurus yang membelah data

dalam suatu kondisi berdasarkan median. c. Kecenderungan Stabilitas

Kecenderungan stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Adapun tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% diatas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil.

d. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari satu data ke data lain dalam satu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, mendatar, atau menurun. Kesimpulan mengenai hal ini sama dengan yang ditunjukkan oleh analisis pada kecenderungan arah.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Rentang merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir pada suatu kondisi yang dapat memberikan informasi. Informasi yang didapat akan sama dengan informasi pada analisis tentang perubahan level (level change).

(22)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perubahan level dapat menunjukkan besarnya perubahjan antara dua data. Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi maupun data antar kondisi. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. Sementara tingkat perubahan data antarkondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi berikutnya. 2. Analisis antarkondisi

Analisis antarkondisi dilakukan untuk melihat perubahan data antar kondisi, misalnya peneliti akan menganalisis perubahan data antar kondisi baseline dengan intervensi. Jadi sebelum melakukan analisis, peneliti harus menentukan terlebih dahulu kondisi mana yang akan dibandingkan. Komponen analisis antarkondisi adalah sebagai berikut. a. Variabel yang diubah

Dalam analisis data antarkondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

(23)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Perubahan Stabilitas dan Efeknya.

Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukkan arah (mendatar, menaik atau menurun) secara konsisten. Untuk memulai menganalisis perubahan antarkondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisis.

d. Perubahan Level Data

Perubahan level data menunjukkan seberapa besar data berubah.Tingkat perubahan data antarkondisi ditunjukkan dengan selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya(intervensi). Nilai selisih menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh intervensi.

e. Data yang Tumpang Tindih (overlap)

Data tumpang tindih adalah terjadi data yang sama pada dua kondisi. Data yang tumpang tindih menunjukkan tidak adanya perubahan pada dua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindah semakinmenguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada dua kondisi. Jika data pada suatu kondisi baseline lebih dari 90% yang tumpang tindih pada kondisi intervensi, hal ini memberi isyarat bahwa pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku tidak dapat diyakini.

Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

(24)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline 1, kondisi intervensi dan kondisi baseline 2.

5. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline1, skor intervensi dan

6. Membuat analisis data bentuk grafik sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.

7. Membuat analisis dalam kondisi dan antar kondisi.

B B

B

(25)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BABBVB

KESIMPULANBDANBREKOMENDASIB

A. KesimpulanB

Berdasarkan analisa data dari penelitian yang peneliti laksanakan, diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan kemampuan membaca permulaan pada subjek, baik dalam membaca kata maupun dalam membaca kalimat sederhana. Peningkatan ini terlihat dari perubahan mean level subjek, baik pada mean level pada kemampuan membaca kata saat fase Baseline-1(A-1) ke intervensi (B) maupun mean level pada kemampuan membaca kalimat sederhana saat fase Baseline-1(A-1) ke intervensi (B).

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa teknik membaca ideovisual dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak tunarungu subjek TA.

B. RekomendasiB

Berdasarkan kesimpulan yang peneliti paparkan diatas, maka peneliti memberikan rekomendasi pada pihak-pihak terkait untuk dapat menggunakan ataupun menindaklanjuti hasil penelitian ini.

1. Rekomendasi bagi para pendidik

Penelitian ini kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pendidik umumnya dan khususnya bagi guru-guru di SD Mutiara Bunda untuk menggunakan teknik membaca ideovisual dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak tunarungu di sekolah. 2. Rekomendasi bagi para peneliti

Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian menggunakan teknik membaca ideovisual pada subjek yang berbeda dengan hambatan yang sama ataupun yang berbeda.

(26)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B

B

(27)

NENI DEWI ISNAENI,2014

PENERAPAN TEKNIK MEMBACA IDEOVISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNARUNGU

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bunawan, L. (2000). Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta:Yayasan Santi Rama.

Iskandarwassid. (2008) Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda

Rahim, F. (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Ritawati. (1996). Bahan Ajar Pendidikan di Kelas-Kelas Rendah SD. Padang.IKIP.

Setiana, E. (2011). Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif Dalam

Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Siswa Tunarungu Skripsi

Sarjana pada PLB-UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Somad, P dan Hernawati,T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Somantri,T. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT Refika Aditama.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sunanto, J. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung : UPI Press.

Tim Dewan Skripsi PLB. (2011). Pedoman Penulisan Sripsi dan Makalah. Bandung : tidak diterbitkan.

Gambar

Grafik 3.1 Tampilan Disain A-B-A

Referensi

Dokumen terkait

Berikut perkembanganpengguna alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK). Dalam menghimpun dana dari masyarakat, pihak bank mempunyai kemampuan untuk menarik

Berdasarkan hasil dari prapenelitian yang telah dilakukan dengan hasil ada hubungan signifikan antara kebutuhan bimbingan pribadi dengan konsep diri siswa SMK Teknologi Dan

Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada menu DIRECTION dan Posisi Awal diisi ATAS dan BARA dan ketika pengguna menekan ENTER maka robot yang pertama muncul di posisi gedung BARA

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan Likuiditas Saham, Return Saham, dan Bid Ask Spread Sebelum dan Setelah

The descriptive method with an ex post facto design was used to find out the students’ problems in reading and their reading achievement and then to see the correlation between

semata-mata pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa sekalipun secara formal berlaku resmi dalam kehidupan pemerintahan tetapi secara substansial UUD 1945 tidak lagi berfungsi

Dalam penelitian yang berjudul “meningkatkan gerak dasar lompat tinggi dengan menggunakan permainan lompat karet pada siswa kelas V SDN. Karanganyar Kecamatan Darmaraja

Dyah Karmiati, Psi berpesan selain melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, aktifitas yang perlu dilakukan oleh peserta KKN ialah; pertama, peserta harus