• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM

PEMBELAJARAN IPA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Tri Budi Nurhasanah 1103692

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Tri Budi Nurhasanah, 2015

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan Cooperative Learning

tipe TGT untuk Meningkatkan

Keaktifan Siswa dalam

Pembelajaran IPA

Oleh

Tri Budi Nurhasanah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Tri Budi Nurhasanah 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

TRI BUDI NURHASANAH

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing

Dr. Babang Robandi, M.Pd NIP.19610814 198603 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(4)

Tri Budi Nurhasanah, 2015

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

(5)

Penerapan coopeartive learning tipe TGT untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPA

Oleh:

Tri Budi Nurhasanah 1103692

Pembelajaran hakikatnya dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Maka dari itu ketika pembelajaran itu dilakukan oleh siswa sudah menjadi keharusan siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pada prakteknya, pembelajaran yang berlangsung masih mengedepankan guru sebagai pusat perhatian, sehingga keaktifan siswa tidak dapat dimunculkan. Berdasarkan pengamatan peneliti di SDN di Kota Bandung pada siswa keals IV yang berjumlah 35 siswa, menunjukan permasalahan keaktifan dalam proses pembelajaran. Untuk memperbaiki hal tersebut, maka perlu dipilih model-model atau metode pembelajaran yang mendukung siswa melakukan keaktifan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran yaitu cooperative learning tipe TGT dimana model ini mengedepankan proses keaktifan siswa di dalam kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan siswa. Kegiatan penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV SD. Hasil penelitian yang dilakukan, siswa kelas IV mengalami peningkatan keaktifan yang awalnya hanya 5 dari 35 siswa yang aktif dalam kelas menjadi 8 siswa, kemudian naik pada siklus II menjadi 30 siswa. Persentase kenaikan rata-rata keaktifan siswa sebesar 48% dari siklus I 46% ke siklus II menjadi 94%. Untuk hasil keaktifan siswa pada siklus I, rata-rata siswa mendapatkan skor keaktifan sebesar 67% dan meningkat pada siklus II menjadi 78%.

(6)

Tri Budi Nurhasanah, 2015

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

The Application of Cooperative Learning type TGT to Increase Students To Be Active in Sciences

Tri Budi Nurhasanah 1103692

Learning has to be done by student, not made for student. Learning is basically an effort from teacher to help students do the learning activities. The purpose of learning is to create the efficiency and the effectiveness of learning process done by the students. Therefore, when the learning is done by the student, students have to be active in learning process. In fact, learning is still setting out the teacher as a center so that the students cannot be active in class. Based on experiment done by the researcher to the 35 fifth grader of elementary school in Bandung, it shows that being active becomes a problem in learning process. To improve these things, model and methods for learning process must be chosen to support students to be active in classroom. One of a method that is used to improve students to become active in learning is cooperative learning type TGT where this model has a priority to encourage or to support students to be active in classroom. This research aims to describe the model of cooperative learning type TGT can increase students to be active. The research is done to the fifth grade of elementary school. The results shows that the students become more active because in the beginning, there are only 5 out of 35 students who actively learn become 8 out of 35 students, then it is increasing again in the cycle II and become 30 out of 35 students who become more active or actively learn. The average percentage of students is increasing 48% from cycle I, 46% to cycle II become 94%. For the result of students who actively learn in cycle I is 67% and it is increasing and become 78%.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

ABSTRACT

LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... iii DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 1. Landasan Teori ... Error! Bookmark not defined. A. Model Cooperative Learning ... Error! Bookmark not defined. B. Model Cooperative Learning Tipe Teams-Games-Tournament (TGT)

Error! Bookmark not defined.

C. Konsep Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran ... Error! Bookmark not

defined.

(8)

Tri Budi Nurhasanah, 2015

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. G. Prosedur Penelitian... Error! Bookmark not defined. H. Rencana pengolahan dan uji keabsahan data ... Error! Bookmark not

defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not

defined.

(9)

1

BAB I

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Maka dari itu ketika pembelajaran itu dilakukan oleh siswa sudah menjadi keharusan siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya mendengarkan dan menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosof kenamaan

dari Cina, Confusius, “Apa yang saya dengar, saya lupa.Apa yang saya lihat, saya ingat. Apa yang saya lakukan, saya paham”. Pernyataan tersebut di zaman modern

ini kemudian dimodifikasi dan diperluas oleh Mel Silberman (dalam, Hosnan, hlm. 212) menjadi apa yang disebutnya belajar akitf. Sudah menjadi keharusan pembelajaran yang terjadi haruslah berpusat pada siswa. Siswa yang terlibat langsung, merasakan, melihat, mencoba, mengemukakan apa yang mereka alami ketika pembelajaran. Terutama pada pembelajaran IPA yang berisi konsep yang harus dipahami oleh siswa. Konsep IPA hanya akan diingat sesaat apabila siswa tidak mengalami langsung, mencoba apa yang terdapat dalam buku mereka, terutama mengenai eksperimen IPA.

(10)

2

Tri Budi Nurhasanah, 2015

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

throwing, dan kontruktivisme namun tetap saja 35 siswa di dalam kelas IV,

kurang dari 5 orang yang aktif menjawab pertanyaan guru.

Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, guru dapat melaksanakan beberapa perilaku, diantaranya: 1) menggunakan multimetode dan multi media, 2) memberikan tugas secara individual dan kelompok, 3) memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil, 4) memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas, 5) mengadakan diskusi dan tanya jawab (Hosnan, hlm. 15). Selain itu, guru juga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan penelitian sederhana pada pelajaran IPA agar anak tidak bosan dan jenuh. Kurangnya inovasi dan kreativitas guru dalam pembelajaran menjadikan permasalahan di dalam kelas. Siswa akan merasa bosan dan malas untuk mengikuti pembelajaran. Metode ceramah yang sering digunakan pun membuat siswa banyak pasif dalam kelas sehingga siswa tidak terlatih untuk berbicara di depan kelas, menyampaikan pendapat, berdiskusi, dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadikan siswa terbiasa duduk diam tanpa banyak bicara, ketika bosan siswa akan cenderung mengantuk dan pembelajaran pun tidak tercapai pada tujuan yang seharusnya dikejar.

Maka dari itu, adanya fenomena di atas, mendorong peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

cooperative learning tipe Teams Games Tournament yang memiliki manfaat

seperti yang dikemukakan Hosnan (2014, hlm. 262)“1) Meningkatkan harga diri

tiap individu, 2) penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar, 3) konflik antar pribadi berkurang, 4) sikap apatis berkurang, 5) pemahaman yang lebih mendalam, 6) retensi atau penyimpanan yang lebih lama, 7) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi” melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK

(11)

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang akan menjadi fokus masalah penelitian adalah Penerapan Model

Cooperative Learning tipe Team Game Tournament (TGT) untuk meningkatkan

keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Berdasarkan rumusan umum di atas, maka secara khusus dibuat tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam melalui penerapan model cooperativelearning tipe TGT?

2. Bagaimanakah peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam melalui penerapan model cooperative

learning tipe TGT?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe TGT pada siswa kelas IV. Adapun tujuan penelitian ini secara khusus diantara lain:

1. Mengetahui proses pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam melalui penerapan model cooperative learning tipe TGT.

2. Mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa pada pembelajaran IPA materi Sumber Daya Alam melalui penerapan model cooperative learning tipe TGT.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perseorangan dan ataupun institusi secara teoritis dan secara praktis, seperti di bawah ini:

1. Manfaat Teoritis

(12)

4

Tri Budi Nurhasanah, 2015

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wawasan mengenai pendidikan yang berhubungan dengan proses pembelajaran IPA.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu:

a. Bagi Siswa

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar sehingga kompetensi dalam mata pelajaran IPA dapat tercapai secara optimal.

b. Bagi Guru

Sebagai salah satu masukan terhadap guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, dapat mengembangkan dan menerapkan cooperative learning tipe TGT pada mata pelajaran lain, mendorong guru agar bisa lebih kreatif dalam memilih model pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja alat penggiling biji kopi tipe flat burr mill ini, menggunakan dua besi berbentuk bulat ( flat burr ) yang terdapat gerigi disekelilingnya berukuran lebih kecil

Masalah yang dihadapi perusahaan tersebut saat ini adalah pada sistem pengendalian material yang masih menggunakan cara manual yang sering kali mengakibatkan kesalahan, baik

12 Pasal 5 Tahun 2012 yaitu, mengembangkan potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,

INHUTANI III Perwakilan Palangka Raya khususnya dalam hal administrasi surat (kearsipan) baik itu surat yang dikeluarkan maupun surat yang diterima, pertama-tama ditulis di dalam

 Koordinasi dengan demikian merupakan Koordinasi dengan demikian merupakan g g p p upaya untuk menghasilkan pembangunan upaya untuk menghasilkan pembangunan yang efisien

Rekening yang disertakan / Account to be included Rekening yang tidak disertakan / Account to be excluded Berikut adalah perubahan rekening perusahaan (termasuk rekening

The reason brand name is used by consumers to “infer” quality of an unfamiliar product is because that brand name has built, based on its association with other quality

Menurut temuan terbaru WHO, lebih dari 1,1 milyar orang pada wilayah pedesaan dan perkotaan kini kekurangan akses terhadap air minum dari sumber yang berkembang dan 2,6 milyar