• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF PENDENGAR MENJADI CITIZEN JOURNALISM PADA RADIO SUARA SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF PENDENGAR MENJADI CITIZEN JOURNALISM PADA RADIO SUARA SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya)."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya )

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

AKBAR TRY SUTRISNO 0743010004

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Journalism Pada Radio Suara Surabaya) Oleh :

AKBAR TRY SUTRISNO 0743010004

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 12 Mei 2011

Tim Penguji 1. Ketua

Dra. Sumardjijati, M.Si NIP. 19620323 199309 2 00 1 2. Sekretaris

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si NIP. 19641225 199309 2 00 1 3. Anggota

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1 Pembimbing Utama

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1

Mengetahui, DEKAN

(3)

(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya)

Disusun oleh : AKBAR TRY SUTRISNO

0743010004

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Pembimbing Utama

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1

Mengetahui, DEKAN

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(4)

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, penulis sampaikan karena dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, Skripsi yang berjudul “Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya” dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban penulis.

Dalam proses penulisan Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Rasulullah Muhammad SAW untuk inspirasi serta tuntunan yang senantiasa

mengilhami penulis dalam rangka “perjuangan” memaknai hidup.

2. Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jatim.

3. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

4. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP

UPN “Veteran” Jatim.

5. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

6. Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis.

Terima kasih atas segala kontribusi Ibu terkait penyusunan Skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan

(5)

penelitian.

9. Orang tua Bapak Priyanto S. Basuki dan Subakmini, Maaf dan Terima kasih

yang tiada hentinya atas segala doa, pengorbanan dan perjuangan tulus suci

untuk menjadikanku manusia yang belajar memahami hidup dan kehidupan .

10. Nur Alinda, Evan, Irfan, Dwi Yulianti, Apiek, dan Axa, terhadap kesetiaan

yang luar biasa dalam menemani langkah penulis. “Because of you…I’m not

alone.”

11. Seluruh teman – teman UPN Televisi yang telah menjadi inspirasi serta

motivasi besar bagi penulis dalam menempuh pendidikan di UPN “Veteran”

Jawa Timur.

12. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman

ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima

kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis harapkan demi tercapainya hal

terbaik dari Skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga Skripsi ini dapat

memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak.

Amin.

Surabaya, April 2011

(6)

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI...ii

KATA PENGANTAR ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

ABSTRAKSI...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...9

1.3 Tujuan Penelitian ...10

1.4 Manfaat Penelitian ...10

1.4.1 Kegunaan Teoritis ...10

1.4.2 Kegunaan Praktis ...10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...11

2.1 Landasan Teori ...11

2.1.1 Komunikasi Massa ...11

2.2 Motif ...16

(7)

2.2.4 Reportase Efektif ...23

2.2.5 Khalayak Pendengar ...26

2.2.6 Teknologi Informasi Komunikasi ...27

2.3 Jurnalistik Radio ...28

2.3.1 Ciri – ciri Jurnalistik Radio ...30

2.3.2 Karekteristik Radio ...31

2.3.3 Prinsip Radio Siaran ...32

2.3.4 Peran Jurnalistik Radio ...33

2.4 Pengertian Citizen Journalism...34

2.4.1 Implikasi Citizen Journalism ...35

2.4.2 Dampak Citizen Journalism ...37

2.4.3 Fungsi Citizen Journalism ...38

2.4.4 Kelemahan dan Kelebihan Citizen Journalism ...38

2.4.5 Peluang dan Tantangan Citizen Journalism ...38

2.4.6 Peranan Citizen Journalism ...39

2.5 Kerangka Berfikir ...40

BAB III METODE PENELITIAN ...44

3.1 Metode Penelitian ...44

3.2 Unit Analisis Data ...45

3.3 Teknik Pengumpulan Data ...46

(8)

4.1 Gambaran Objek Penelitian ...49

4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ...49

4.1.1.1 Radio Suara Surabaya ...49

4.1.1.2 Citizen Journalism ...51

4.1.2 Identitas Informan ...54

4.1.3 Penyajian Data dan Analisis Data ...56

4.1.3.1 Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya ...57

4.1.3.2 Peran Teknologi Komunikasi (Handphone/Telepon Genggam) sebagai Sarana Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya ...77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...92

5.1 Kesimpulan ...92

5.2 Saran ...93

DAFTAR PUSTAKA...95

(9)

Halaman

(10)

Halaman

Lampiran 1. Interview Guide ... 97

Lampiran 2. Transkrip Wawancara Informan 1 ...98

Lampiran 3. Transkrip Wawancara Informan 2 ...101

Lampiran 4. Transkrip Wawancara Informan 3 ...105

Lampiran 5.Transkrip Wawancara Informan 4 ...108

Lampiran 6. Transkrip Wawancara Informan 5 ...111

Lampiran 7. Foto Wawancara dengan Informan 1 ...115

Lampiran 8. Foto Wawancara dengan Informan 2 ...116

Lampiran 9. Foto Wawancara dengan Informan 3 ...117

Lampiran 10. Foto Wawancara dengan Informan 4 ...118

Lampiran 11. Foto Wawancara dengan Informan 5 ...119

Lampiran 12 Transkrip Pernyataan Penelitian ...120

Lampiran 13 Transkrip Jadwal Siaran Suara Surabaya ………..121

(11)

(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism Pada Radio Suara Surabaya)

Penelitian ini berdasarkan adanya fenomena Citizen Journalism yang dilakukan pendengar Radio Suara Surabaya. Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya memiliki kecepatan dan keakuratan dalam melaporkan berita di lokasi kejadian secara langsung melalui handphone atau telepon genggam. Hal itu dibuktikan oleh beberapa pendengar Radio Suara Surabaya dalam mencari dan melaporkan peristiwa yang diliput kepada radio salah satunya yaitu melaporkan kendala jalan melalui program kelana kota pada Radio Suara Surabaya.

Dalam melakukan suatu tindakan tanpa perbuatan pasti didasarkan pada motif. Motif diartikan timbulnya dorongan agar individu itu berbuat, bertindak atau bertingkah laku untuk mencapai beberapa tujuan dari tingkat tertentu. Penelitian menaruh perhatian pada pendengar Radio Suara Surabaya menjadi Citizen Journalism, baik berupa kemampuan pendengar dalam memperoleh berita dengan teknologi yang sederhana. Teori yang digunakan adalah Teori Jurnalistik

Walter Lippmann dan John Dewey serta New Media Theories of Citizen

Journalism.

Metode dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini ialah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata dan gambar.

Hasil penelitian mengenai motif pendengar menjadi Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya antara lain menginformasikan peristiwa secara aktual, kepedulian masyarakat dalam mengabarkan informasi dan menyampaikan aspirasi serta pengalaman masyarakat. Selain itu, peran teknologi komunikasi yang

digunakan dalam aktivitas Citizen Journalism yaitu berupa telepon genggam

(Handphone). Fitur Handphone berupa telepon dan sms menjadi fitur yang efektif

dalam melakukan aktivitas Citizen Journalism.

Kesimpulan yang dihasilkan yakni, Dalam hal ini kelima informan

melakukan aktivitas Citizen Journalism dengan menggunakan teknologi

komunikasi berupa telepon genggam atau handphone untuk melaporkan berita kepada Radio Suara Surabaya. Motif pendengar Radio Suara Surabaya (informan

penelitian) melakukan aktivitas Citizen Journalism pada Radio Suara Surabaya

(12)

1.1 Latar Belakang

Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini peranan dan pengaruh

informasi dan komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan yang dilakukan di

dalam dan oleh masyarakat yang tidak memerlukan informasi. Kenyataan tersebut

diatas tidak dapat dipungkiri kebenarannya. Hanya orang atau bangsa yang

mempunyai banyak informasi yang dapat berkembang dengan pesat. Dalam hal

ini Negara yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi serta informasi akan lebih memperoleh kesempatan memiliki

system komunikasi yang dapat menunjang kepentingan nasional, ideologi, dan

pandangan hidupnya.

Salah satu kebutuhan utama masyarakat adalah informasi, dalam

perkembangan yang terjadi saat ini semakin banyak individu maupun kelompok

yang membutuhukan informasi. Informasi tidak hanya digunakan sebagai

kebutuhan semata, melainkan juga alat untuk mendapatkan kesuksesan.

Penguasaan terhadap media informasi mampu menjadikan kita sebagai penguasa.

Seperti yang ada dalam pandangan umum bahwa penguasa media informasi

merupakan penguasa masa depan. (Romli 1999:26)

Dalam kemajuan teknologi komunikasi terutama pasca runtuhnya rezim

orde baru, masyarakat Indonesia memiliki kebebasan dalam mengakses dan

(13)

Sekat – sekat ruang dan waktu dalam mendapatkan berita semakin tipis, era

reformasi memberikan kebebasan yang sangat luas kepada siapapun dalam

mendapatkan maupun menyebarluaskan informasi. Keadaan ini ditandai dengan

banyaknya stasiun radio swasta di Indonesia.

Kebebasan di era reformasi juga sangat berpengaruh positif terhadap

jurnalisme di Indonesia, kemunculan stasiun radio dan perkembangan teknologi

sangat member peran positif terutama jurnalisme. Jurnalisme sendiri telah

berevolusi mengikuti teknologi dimana media penyebarluasannya sekarang ini

semakin bervariasi, bisa lewat radio, televisi, maupun media cetak lainnya.

Perkembangan teknologi telah memberikan suatu terobosan terhadap jurnalisme.

Citizen Journalism merupakan fenomena bagi siapapun yang mengamati

perkembangan media, mereka yang berada di lingkup seperti akademisi, para

praktisi, crew dan pemilik media maupun mereka yang berada di luar media,

seperti para pengamat media dan pemirsa.

Bagi yang sudah lama mencermati dinamika dunia jurnalistik dari

esensinya yang paling dalam, mengetahui bahwa Citizen Journalism sebenarnya

hanya masalah beda istilah. Prinsipnya tetap sama dengan Public Journalism atau

civic journalism yang terkenal pada tahun 80-an. Yakni mengenai bagaimana

menjadikan jurnalisme bukan lagi sebuah ranah yang semata – mata dikuasi oleh

para jurnalis dan penguasa media. Di kuasai dalam arti diproduksi, dikelola, dan

di sebarluaskan oleh institusi media, atas nama bisnis ataupun kepentingan politis.

Pada dasarnya, tidak ada yang berubah dari kegiatan jurnalisme yang di

(14)

berita. Citizen Journalism pada dasarnya melibatkan kegiatan seperti itu. Hanya

saja, kalau dalam pemaknaan jurnalisme konvensional yang melakukan aktivitas

tersebut adalah wartawan.

Citizen Journalism adalah bentuk spesifik dari Citizen Media dengan

content yang berasal dari publik. Di Indonesia, istilah yang dimunculkan untuk

Citizen Journalism adalah jurnalisme partisipatoris atau jurnalisme warga.

Setidaknya ada beberapa hal yang memunculkan corak Citizen Journalism seperti

sekarang ini. Pertama, komitmen pada suara – suara publik. Kedua, kemajuan

teknologi yang mengubah sudut pandang modus komunikasi. (Imam, 2010:29)

Citizen journalism tentu berbeda dengan jurnalis professional. Dalam hal

ini, jurnalis professional yang dimaksudkan adalah jurnalis yang bekerja untuk

sebuah media tertentu. Segmen dan tuntutan tugas keduanya berbeda. Pada

jurnalisme professional, kedalaman, kelengkapn, dan akurasi adalah syarat yang

mutlak dalam penyampaian berita. Sebaliknya, pada citizen journalism kecepatan

informasi yang menjadi penanda utama, selain nilai berita yang disampaikan

tentunya. Hanya saja karena kurangnya pengetahuan terhadap suatu isu, maka

informasi yang disajikan menjadi kurang akurat. Ketidak akuratan berita yang

disampaikan dapat mengarah pada berita bohong, fitnah, pencemaran nama baik,

dan perbuatan tidak menyenangkan. Berita yang baik tentu harus memenuhi unsur

penyampaian berita dan juga tidak hanya mewakili satu pihak yang diberitakan.

Citizen journalism bukanlah hal yang mengancam bagi jurnalis professional,

bahkan keduanya dapat berjalan berdampingan. Citizen journalism dapat menjadi

(15)

pengumpulan berita. Selanjutnya, dengan riset yang matang, analisis yang cermat

dan tepat maka berita dapat disajikan dengan lengkap dan akurat.

Kegiatan media massa yang mengikuti perkembangan teknologi

komunikasi salah satunya adalah kebijakan pengaturan di bidang komunikasi

massa tidak terkecuali dunia siaran radio. faktor terbesar yang bisa menunjang

penyebaran informasi kepada khalayak adalah media massa. Media massa telah

menjadi fenomena tersendiri dalam proses komunikasi. Hal ini bisa tergambar

dari realita yang ada saat ini banyak frekuensi radio baru, stasiun televisi baru,

dan berbagai sarana media massa lain. Masing – masing media mempunyai

kelebihan dan kekurangan tersendiri.

Salah satu kelebihan radio mampu menandingi bahkan mengalahkan

media lain dalam bidangnya. Radio seharusnya didesain cukup besar, kuat dan

tangguh, sehingga berkemampuan cukup dan sanggup berperan dan bisa menjadi

andalan. Setidaknya dalam hal aktualitas menang duluan menyampaikan pesan

meski tak mungkin detail. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya Citizen

Journalism yang ada dalam radio Suara Surabaya.

Sejak awal radio Suara Surabaya (Radio SS) menerapkan format siaran

jurnalisme radio, dan menjadi jajaran radio swasta pertama di Indonesia yang

berkonsep radio informasi, di tengah – tengah dominasi radio musik dan

sandiwara radio. Siarannya berfilosofi “News-Interaktif-Solutif”. News adalah

sebuah berita yang fokus produksi informasi. Interaktif bermakna pola

komunikasi yang multi arah. Sedangkan Solutif berorientasi dampak siaran yang

(16)

kata (Talk), ajang informasi dan dialog antara komponen masyarakat tanpa batas,

demi mencapai solusi atas segala masalah yang ada di masyarakat.

Radio Suara Surabaya (Radio SS) mengembangkan siaran interaktif yang

berbasis jurnalistik yang beberapa tahun kemudian diformulasikan sebagai

Citizen Journalism”. Pendengar yang secara sukarela menjadi reporter dan

informan, jumlahnya mencapai sekitar 330.000 di tahun 2009. Lingkup dan

dampak siarannya melampaui peran radio secara konvensional. Radio Suara

Surabaya kemudian dikenal sebagai penggerak partisipasi public, penggalang

kekerabatan sosial, sumber solusi permasalahan publik, dan inspirator kebijakan

kota. Khalayak menyebut Radio Suara Surabaya sebagai inspirasi komunikasi dan

demokratisasi publik.

Selama ini pendengar radio suara Surabaya belum mengetahui bahwa

dirinya merupakan salah satu dari citizen journalism atau jurnalisme warga yang

aktif dalam melaporkan berita atau peristwa yang terjadi untuk dipublikasikan

melalui radio suara Surabaya. Meskipun demikian, ini semua tidak mempengaruhi

pendengar dalam melaporkan peristiwa yang terjadi. Sampai saat ini, pihak radio

suara Surabaya menganggap pendengar yang melaporkan berita hanya sebagai

citizen journalism atau jurnalisme warga yang biasa dan tidak mempunyai

identitas sebagai reporter yang profesional.

Banyak manfaat mengapa pendengar atau citizen journalism suara

Surabaya berminat untuk berbagi berita atau informasi dalam media tersebut.

(17)

memperbaiki konsep pemberitaan di media yang bersangkutan dapat secara

langsung melibatkan masyarakat dalam prosesnya.

Dalam hal ini kedatangan citizen journalism pada radio suara Surabaya

membawa nilai positif terhadap perkembangan jurnalistik radio terutama pada

radio suara Surabaya yang menerapkan hal tersebut. Citizen journalism pada radio

suara Surabaya bisa menandingi reporter radio suara Surabaya dengan kecepatan

dan keakuratan dalam melaporkan berita di lokasi kejadian secara langsung. Hal

ini memicu persaingan antara citizen journalism dengan reporter radio suara

Surabaya dalam mendapatkan berita atau peristiwa secara cepat dan memenuhi

unsur – unsur berita yang ada. Sehingga pihak radio suara Surabaya berkeinginan

menutup divisi bidang reporter apabila reporter tersebut tidak bisa menandingi

kecepatan dalam mendapatkan berita dan minimnya reporter dibandingkan dengan

citizen journalism atau pendengar yang aktif pada radio suara Surabaya. Selain

permasalahan reporter, mekanisme kontrol kontribusi pendengar dalam menindak

lanjuti berita yang disampaikan oleh pendengar atau citizen journalism kurang

mendapat dukungan yang baik dari sumber daya manusia dari pihak suara

Surabaya. Sehingga tidak semua citizen journalism suara Surabaya bisa

mendapatkan solusi untuk mengatasi suatu permasalahan yang jelas. Namun hal

ini bagi citizen journalism suara Surabaya tidak menjadi penghalang dalam

mencari berita atau peristiwa untuk di siarkan secara langsung oleh media

tersebut.

Teknologi merupakan sesuatu yang dapat dipakai untuk mengurangi

(18)

inginkan, selain itu teknologi komunikasi dapat membuka jendela dalam membuat

kita mengetahui berbagai macam peristiwa yang sesungguhnya kita tidak

mengalaminya secara langsung. Disamping hal tersebut diatas banyak warga atau

masyarakat sekitar belum mengetahui bahwa masyarakat tersebut bisa melaporkan

peristiwa penting dan mempunyai nilai berita dengan menggunakan peralatan

elektronik yang masyarakat gunakan seperti Handphone, kamera digital,

handycam sampai dengan menggunakan sms.

Handphone atau telepon genggam bagi citizen journalism suara Surabaya

kini menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gaya hidup manusia, padahal fungsi

utamanya hanya untuk mempermudah komunikasi, dan kini handphone

dilengkapi dengan berbagai macam tampilan yang lebih canggih. Namun

kecanggihan ini sering kali tidak dipergunakan untuk hal-hal yang lebih

bermanfaat seperti mencari informasi sebanyak mungkin dengan akses yang lebih

mudah dan terjangkau.

Radio berita seperti suara Surabaya membutuhkan peran dari masyarakat.

Masyarakat menjadi sumber informasi yang bisa menyampaikan kabar yang

terjadi di wilayahnya untuk menjadi referensi bagi masyarakat di daerah lainnya.

Dengan menggunakan telepon genggam yang dilengkapi dengan fasilitas kamera,

maka setiap warga bisa merekam dan mengabarkan kejadian penting yang ada di

dekatnya.

Kekuatan dari Citizen Jurnalism pada radio suara Surabaya adalah

masyarakat tersebut memiliki kecepatan menerima informasi dari segi pandangan

(19)

bohong, namun kecepatan dari public menyampaikan berita merupakan hal yang

paling bermanfaat bagi radio berita seperti radio suara Surabaya menerima dan

mengolah informasi. Hal ini yang dapat mendorong minat masyarakat untuk

menjadi jurnalis profesional bermula peran aktif citizen journalism radio suara

Surabaya.

Motif dalam hal ini dapat diartikan sebagai suatu kondisi (kekuatan atau

dorongan) yang menggerakkan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan

atau beberapa tujuan dari tingkat tertentu atau dengan kata lain motif itu yang

menyebabkan timbulnya semacam kekuatan agar individu itu berbuat, bertindak

atau bertingkah laku.

Saat ini yang mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas citizen

journalism berawal dari jurnalisme warga yang hadir untuk melepaskan dahaga

para masyarakat yang hobi menulis. Artinya disini mereka tidak lagi menjadi

pendengar, pemirsa, atau penikmat berita melainkan telah menjadi subyek atau

pelaku berita. Selain itu manusia mempunyai naluri ingin tahu dan naluri ingin

memberi tahu seperti apa yang dilakukan oleh citizen journalism dalam

memperoleh suatu berita dan mengabarkan kepada media.

Maraknya citizen journalism di Indonesia tak terbatas pada kalangan

wartawan saja. Banyak pula masyarakat yang tidak berprofesi sebagai wartawan,

namun memedulikan obyektifitas dan kualitas dari sebuah informasi yang hendak

disampaikan, dengan menulis dalam situs (blog) untuk memberikan informasi

(20)

Ketertarikan masyarakat terhadap situs-situs (blog-blog) ini layaknya

mengakomodir perkembangan citizen journalism yang begitu pesat di Indonesia.

Koneksi internet yang semakin meluas pun turut andil dalam perkembangnya.

Faktor-faktor ini memperkuat kemungkinan masyarakat untuk “aktif” dalam

dunia maya”. “Ketidakpercayaan” masyarakat terhadap obyektivitas dan

independensi media massa populer pun membuat maraknya “aktivitas” di dunia

maya ini semakin mengarah pada citizen journalism.

Dari fenomena diatas maka peneliti ingin mencari alasan atau motif dari

pendengar radio Suara Surabaya yang dengan antusias menjadi Citizen

Journalism. Dari data terakhir menunjukkan bahwa jumlah Citizen radio Suara

Surabaya pada tahun 2009 sekitar 330.000 orang. Hal ini menarik, karena

pendengar atau Citizen Journalism pada radio suara Surabaya menjadi aktif dalam

mencari dan melaporkan berita yang hanya bermodalkan handphone atau telepon

genggam yang memiliki kamera. Hal tersebut sangat berbeda dibandingkan

dengan wartawan profesional yang ada di radio suara Surabaya yang

menggunakan tape recorder atau handycam. maka dari itu peneliti tertarik untuk

meneliti “motif pendengar menjadi citizen journalism pada radio suara Surabaya”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas yang melandasi

penelitian ini, maka peneliti memperoleh permasalahan yang dapat dirumuskan

sebagai berikut : “Bagaimanakah Motif pendengar menjadi Citizen Journalism

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui motif pendengar menjadi Citizen Journalism yang ada di pada

radio suara Surabaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diambil peneliti, maka manfaat

dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Menambah kajian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan penelitian

motif pendengar menjadi Citizen Journalism pada radio suara Surabaya,

sehingga hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi landasan pemikiran

untuk penelitian – penelitian selanjutnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan bagi radio suara

Surabaya di dalam mengetahui motif pendengar menjadi Citizen

Journalism saat ini.

(22)

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komunikasi Massa

Didalam mengarungi kehidupan, manusia tidak lepas dari berkomunikasi

baik dengan diri sendiri, orang lain maupun dengan media massa. Komunikasi

telah mencapai tingkat dimana orang berbicara secara serempak dan serentak

dengan jutaan manusia. Hal itu dilakukan melalui media massa atau disebut

komunikasi massa. Komunikasi massa menurut Bittner (Rakhmat,2001)

mass communication is message communication through a mass medium

to large number of people”

(Komunikas massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa

pada sejumlah besar orang).

Sedangkan menurut Devito yang dikutip dari Effendy (2001)

mendefinisikan komunikasi massa sebagai

“First mass communication is communication addressed to tha masses to an extremely large audience. This does not mean that the audience include all people or everyone who reads or everyone who whatches television, rather it means am audience that is large an generally rather people defined. Second, mass communication isperhap most easilu logically defined by its forms : television, radio, newspaper, magazine,film, books, and tapes”.

(pertama komunikasi masa adalah komunikasi yang ditujukan kepada

(23)

khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang menonton televisi,

agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pula umumnya agak sukar untuk

didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh

pemancar – pemancar yangaudio dan visual. Komunikasi massa barangkali akan

lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio,

surat kabar, tabloid, film, buku dan pita).

Lebih lanjut Effendy (2001) menegaskan tentang pengertian komunikasi

massa yaitu :

“Mass communication is process by which a message is transmitted throught one more of the mass media (newspaper, radio, television, movies, magazine, and books) to an audience that is relatively large an animous”

Jadi komunikasi massa adalah proses penyebaran pesan melalui salah satu

media massa (surat kabar, radio, televisi, bioskop, tabloid dan buku – buku)

kepada khalayak luas yang tidak di kenal.

Mc.Quail (2001) dalam bukunya teori komunikasi massa merupakan suatu

pengantar menjabarkan tentang ciri - ciri komunikasi massa yaitu sumber

komunikasi massa bukanlah satu orang tetapi organisasi formal, “sang

pengirimnya” seringkali merupakan komunikator professional. Komunikan

(penerima) adalah bagian dari khalayak luas. Pesannya tidak unik beraneka ragam

dapat diperkirakan. Seringkali diproses, di standarisasikan dan selalu diperbanyak.

Pesan itu juga merupakan suatu produk dan komodisi yang mempunyai

(24)

antara pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat

interaktif. Komunikasi massa sering sekali mencakup kontak secara serentak

antara satu pengiriman dengan banyak penerimaan, menciptakan pengaruh luas

dalam waktu singkat, dan menimbulkan respon seketika dari banyak orang

serentak.

Senada dengan McQuail, Effendy (2001) memberikan ciri – ciri tentang

komunikasi massa yaitu :

1. Komunikator Pada Komunikasi Massa

Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga

yaitu satu institusi atau organisasi, maka komunikatornya melembaga

( Institusionalized Communication / Organazied Communicator ).

Komunikator pada komunikasi massa misalnya wartawan tabloid,

karena media yang digunakan adalah suatu lembaga. Dalam

menyebarluaskan pesan komunikasinya bertindak atas nama lembaga,

sejalan dengan kebijakan (policy) tabloid yang diwakilinya. Ia tidak

mempunyai kebebasan individual, jadi kebebasan mengemukakan

pendapat (Freedom of Expression or Freedom of Opinion) merupakan

kebebasan terbatas (Restricted Freedom).

2. Komunikan Pada Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan bersifat heterogen karena didalam keberadaanya secara

terpisah – pisah, dimana satu sama lainnya tidak saling mengenal dan

tidak memiliki kontak pribadi, masing – masing berbeda dalam

(25)

pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup,

keinginan dari komunikan satu – satunya cara untuk mendekati

keinginan selalu khalayak adalah dengan mengelompokkan mereka

menurut jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan,

kebudayaan, hobby, dan lain – lain. Hamper semua tabloid, surat

kabar, radio, televisi, menyajikan acara atau rubrik tertentu yang

diperuntukkan bagi anak – anak, remaja, dewasa, wanita dewasa,

remaja putri, pedagang, petani, ABRI, AU, pemeluk agama islam,

Kristen, budha, hindu, dan lain – lainnya.

3. Pesan Pada Komunikasi Massa Bersifat Umum

Pesannya bersifat umum karena ditujukan kepada umum dan mengenai

kepentingan umum. Missalnya media massa akan menyiarkan berita

seorang menteri yang meresmikan proyek pembangunan tetapi tidak

menyiarkan berita seorang menteriyang menyelenggarakan khitanan

putranya.

4. Komunikasi Massa Berlangsung Satu Arah

Ini berarti bahwa tidak terdapat arus balik atau feed back dari

komunikan kepada komunikator. wartawan sebagai komunikator tidak

mengetahui tanggapan pembaca terhadap pesan atau berita yang

disiarkan. Yang dimaksudkan dengan “tidak mengetahui” adalah tidak

mengetahui pada waktu proses komunikasi itu berlkangsung. Mungkin

saja komunikator mengetahui juga, misalnya melalui rubric “suara

(26)

maupun surat kabar yang lainnya. Tetapi semua itu terjadi setelah

komunikasi dilancarkan ke komunikator, sehingga komunikator tidak

bisa memperbaiki gaya komunikasi seperti yang biasa terjadi pada

komunikasi tatap muka. Untuk menghindari hal tersebut maka

komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian

rupa sehingga pesan yang disampaikan kepada komunikasi haruslah

komunikatif.

5. Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakkan

Poster dan papan pengumuman adalah media komunikasi tetapi bukan

media komunikasi massa karena tidak mengandung ciri

keserempakkan. Pesan yang disampaikan tidak diterima oleh khalayak

dengan melihat poster atau papan pengumuman secara serempak atau

bersama – sama. Lain dengan radio, televisi, tabloid, surat kabar, pesan

yang disampaikan secara serempak bisa diterima oleh khalayak.

6. Hubungan Komunikator dengan Komunikan Bersifat Non – Pribadi

Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan

komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikan yang anonim

dicapai oleh orang – orang yang dikenal hanya dalam perannya yang

bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non-pribadi ini timbul

disebabkan teknologi dari penyebaran yang missal dan sebagian lagi

dikarenakan syarat – syarat bagi peranan komunikator yang bersifat

(27)

dalam memilih dan menanggapi pesan komunikasi yang mempunyai

norma – norma penting.

2.2 Motif

Dalam melakukan suatu tindakan tanpa perbuatan pasti didasarkan pada

motif-motif tertentu pengartian motif tidak dapat dipastikan dipisahkan dengan

dari pada kebutuhan (need) seseorang atau suatu organism yang berbuat atau

melakukan sesuatu sedikit banyaknya ada kebutuhan didalam dirinya atau ada

sesuatu yang hendak dicapai.

Dalam masalah motivasi ada istilah yang hampir sama (identik)

pengertiannya suatu motivasi, drives, needs. Menurut filmor Sanford dalam

Usman Effendi dan Junaya. S Praja. (1989 : 60). Motivasi akar katanya adalah

motif, sehhingga motivasi diartikan sebagai berikut :

“motivation is an eviergizing condition of the organism that serves to direct that organism to word the goals of a certain class”

Motif diartikan sebagai suatu kondisi (kekuatan atau dorongan) yang

menggerakkan organisme (individu) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa

tujuan dari tingkat tertentu atau dengan kata lain motif itu yang menyebankan

timbulnya semacam kekuatan agar individu itu berbuat, bertindak atau bertingkah

laku.

Menurut Winkel dan Azwar (dalam DR. Nyayu Khodijah, 2006), motif

(28)

dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai

tujuan tertentu.

Motif terdiri atas dua dimensi, yaitu :

1. Kekuatan (Intensitas)

Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan

kekuatan motif yang lain. Kekuatan motif juga dapat dilihat dari

tingginya intensitas suatu motif daripada motif lainnya.

2. Jenis

Manusia tergolong makhluk yang dihadapkan pada banyak keadaan,

kebutuhan, dorongan, atau kekuatan dari dalam dirinya. Hal itu

mempengaruhi jenis motif yang timbul.

Untuk mempermudah pengukuran maka dalamn penelitian ini digunakan

kategori motif menurut Blamer dalam Rakhmat (1999 : 66) yaitu :

1. Motif kognitif (kebutuhan dan informasi)

Individu dalam memilih handphone atau telepon genggam sebagai alat

untuk mencari informasi, dan online. Demikian juga responden dalam

penelitian ini memakai handphone atau telepon genggam digunakan untuk

mencari dan melaporkan berita kepada media serta digunakan untuk online

agar mendapat informasi yang terbaru, antara lain facebook, twitter,

(29)

2. Motif diversi (kebutuhan akan hiburan)

Motif ini berkaitan dengan ketertarikan dalam pemilihan media yang di

inginkan yang berhubungan dengan kebutuhan yang bisa membuat

pemakai terhibur sehingga menimbulkan kenyamanan.

3. Motif identitas personal

kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau untuk

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak

sendiri. Dalam hal ini ketertarikan dengan dorongan individu untuk

mengikuti atau menyesuakan diri dengan limgkungannya.

2.2.1 Teori Jurnalistik Walter Lippmann dan John Dewey

Pada 1920, ketika jurnalisme modern baru saja mengambil bentuk,

seorang penulis bernama Walter Lippmann dan seorang filsuf Amerika John

Dewey berdebat mengenai peran jurnalisme. Teori jurnalistik mereka berdua

masih menjadi poin utama dalam perdebatan tentang peran jurnalisme dalam

masyarakat.

Lippmann memahami peran jurnalisme pada saat itu adalah untuk

bertindak sebagai mediator atau penerjemah antara masyarakat dan elit pembuat

kebijakan. Wartawan menjadi perantara. Ketika elit berbicara, wartawan

mendengarkan dan mencatat informasi, menyaring, dan memberikannya kepada

masyarakat untuk dikonsumsi.

Alasannya adalah bahwa masyarakat tidak dalam posisi untuk

(30)

masyarakat modern, dan karena itu perantara dibutuhkan untuk menyaring berita

bagi masyarakat.

Selain itu, masyarakat sudah cukup tersibukkan dengan kehidupan

sehari-hari mereka untuk peduli pada kebijakan publik yang kompleks. Karena itu,

seseorang yang dibutuhkan masyarakat untuk menafsirkan keputusan atau

kebijakan para elit menjadi informasi yang jelas dan sederhana. Itulah peran

wartawan.

Lippmann percaya bahwa masyarakat akan mempengaruhi pengambilan

keputusan dari elit dengan suara mereka. Sementara itu, para elit (politisi yaitu

pembuat kebijakan, birokrat, ilmuwan, dll) akan menjaga agar kekuasaan berjalan.

Dalam pemikiran Lippmann, peran wartawan adalah untuk menginformasikan

publik tentang apa yang elit lakukan.

Karena wartawan juga bertindak sebagai pengawas atas elit, ketika

masyarakat memilih dengan suara mereka. Inilah membuat masyarakat di rantai

kekuasaan paling bawah, dapat menangkap arus informasi yang diturunkan dari

para ahli/elit secara efektif.

Dewey percaya, wartawan harus melakukan lebih dari sekadar

menyampaikan informasi. Dia percaya bahwa wartawan harus

mempertimbangkan konsekuensi dari kebijakan yang berlaku. Seiring waktu,

gagasannya telah diimplementasikan di berbagai tingkat, dan lebih dikenal

sebagai "jurnalisme komunitas".

Konsep jurnalisme komunitas merupakan perkembangan baru dalam

(31)

ahli atau elit dalam berita. Sangat penting untuk dicatat bahwa meski terlihat ada

asumsi kesetaraan, Dewey masih menghargai keahlian.

Dewey percaya bahwa pengetahuan bersama jauh lebih unggul untuk

pengetahuan individu. Filsafat jurnalistik Lippmann mungkin lebih diterima oleh

para pemimpin pemerintahan. Sedang pendekatan Dewey menjadi gambaran yang

lebih baik tentang bagaimana wartawan melihat peran mereka dalam masyarakat,

dan, pada gilirannya, masyarakat mengharapkan fungsi jurnalistik dapat berjalan.

Banyak kritik masyarakat terhadap akibat pemberitaan dilakukan oleh wartawan,

tetapi mereka tetap mengharapkan wartawan untuk menjadi pengawas

pemerintah, memungkinkan orang untuk mengambil keputusan mengenai isu-isu

yang sedang terjadi. (www.AnneAhira.com)

2.2.2 New Media Theories of Citizen Journalism

New Media teoretisi seperti Dan Gillmor, Henry Jenkins, Jay Rosen dan

Jeff Howe baru-baru ini disebut-sebut Citizen Journalism (CJ) sebagai inovasi

terbaru dalam jurnalisme abad ke-21. "Partisipatif jurnalisme" dan "jurnalisme

user-driven" adalah istilah lain untuk menggambarkan Citizen Journalism dalam

mendapatkan nilai-nilai berita dan "objektif" reportase.

Ada dua perspektif: (1) model tiga-tahap teori-bangunan untuk

mengevaluasi klaim yang dibuat tentang Citizen Journalism, dan (2) wawasan

penelitian diri refleksif dari mengedit informasi situs berita yang berbasis di AS

(32)

membuat "disonansi kognitif" ketika penjelasan mereka praktek Citizen

Journalism dibandingkan dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Paulus Carlile dan Clayton M. Christensen model menawarkan satu

kerangka yang dapat digunakan untuk mengevaluasi teori-teori baru media pada

Citizen Journalism. Kerangka ini digunakan di bawah ini untuk menyoroti

masalah memilih dan kesenjangan dalam kerangka saat ini Citizen Journalism

dan teori. Carlile & Christensen menunjukkan bahwa teori bangunan-kuat

muncul melalui tiga tahap: Deskriptif, Pengelompokan dan Normatif. Ada tiga

sub-tahap dalam teori pembangunan Deskriptif, yaitu pengamatan fenomena,

klasifikasi induktif dan taksonomi, serta hubungan korelatif untuk

mengembangkan model. Setelah penyebab didirikan, teori normatif berkembang

melalui logika deduktif.

Para pendukung menempatkan Citizen Journalism sebagai Pengelompokan

atau agenda jurnalisme baru yang menimbulkan pergeseran paradigma. teori

Citizen Journalism kemudian mendukung keyakinan normatif, nilai-nilai dan

pandangan dunia. Hubungan korelatif juga digunakan untuk membedakan Citizen

Journalism dari sisi mengadopsi sikap pelopor. Untuk mendukung hal ini, para

pendukung Citizen Journalism mengutip penelitian tentang perilaku kolektif.

Namun, penelitian ini lebih lanjut diperlukan untuk tiga alasan: hipotesis perilaku

kolektif muncul mungkin tidak benar-benar menginformasikan praktek Citizen

Journalism, teori yang ada mungkin memiliki "korelasi tidak menyebabkan"

kesalahan, dan link mungkin karena efek jaringan kutipan antara teori Citizen

(33)

Citizen Journalsim yang mengandalkan klasifikasi dan klaim normatif

akan bermasalah tanpa landasan yang kuat dalam pengamatan deskriptif.

Pendukung Citizen Journalism tampaknya menyiratkan bahwa hal itu dapat

diterapkan di mana saja dan dalam setiap pernyataan yang hampir membuatnya

menjadi mode. Demikian pula, pendukung Citizen Journalism yang mengadopsi

Profesional Amatir” mungkin menghadapi jurang yang sama ketika membuat

perbandingan dengan wartawan profesional dan lingkungan produksi dalam

organisasi media.

(http://journal.mediaculture.org.au/index.php/mcjournal/article/viewarticle/30)

2.2.3 Informasionalisme dan Jaringan Masyarakat

Castells memeriksa kemunculan masyarakat, kultur, dan ekonomi yang

baru dari sudut pandang revolusi teknologi informasi (televise, computer,

handphone dan sebagainya), yang dimulai di Amerika pada 1970-an. Revolusi ini

pada gilirannya mengakibatkan restrukturisasi fundamental terhadap sistem

kapitalis yang dimulai pada 1980-an dan memunculkan apa yang oleh Castells

disebut dengan “kapitalisme informasional”. Yang juga muncul adalah

“masyarakat informasional” (meskipun ada perbedaan cultural dan institusional

penting diantara masyarakat). Keduanya didasarkan pada “informasionalisme”

(sebuah metode untuk mengoptimalkan kombinasi dan penggunaan faktor-faktor

produksi berbasis pengetahuan dan informasi (Castells, 1998:7).

Di jantung analisis Castells adalah apa yang dinamakan paradigma

(34)

1. Teknologi yang bereaksi berdasarkan informasi.

2. Informasi adalah bagian dari aktifitas manusia, teknologi-teknologi ini

mempunyai efek pervasive.

3. Semua sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan

oleh “logika jaringan” yang membuatnya bisa mempengaruhi berbagai

proses organisasi.

4. Teknologi baru sangatlah fleksibel, membuatnya bisa beradaptasi dan

berubah secara konstan.

5. Teknologi spesifik yang diasiosiasikan dengan informasi berpadu

dengan sistem yang terintegrasi.

2.2.4 Reportase Efektif

Dalam dunia jurnalistik, reportase adalah salah satu hal yang harus

dilakukan seorang reporter untuk mengumpulkan data dan fakta suatu peristiwa

untuk penulisan berita.

Setiap peristiwa mengandung 5W+1H

a. What (apa) : Apa peristiwa yang terjadi?

b. Who (siapa) : Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?

c. When (kapan) : Kapan peristiwa itu terjadi?

d. Where (dimana) : Dimana peristiwa itu terjadi?

e. Why (mengapa) : Mengapa peristiwa itu terjadi?

(35)

Unsur berita 5W+1H ini merupakan pertanyaan dasar yang harus terjawab dalam

sebuah reportase. Data dan fakta dapat dikumpulkan sebanyak-banyaknya dengan

mengembangkan 5W+1H tersebut.

Dalam melakukan reportase, ada etika yang harus ditaati oleh reporter,

antara lain:

1. Cocer both side. Meliput semua pihak yang terkait, tanpa membedakan.

2. Fairness. tidak memanipulasi fakta.

3. Balance. Keseimbangan dalam pencarian data dan pemberitaan.

4. Mematuhi Kode Etik Jurnalistik.

5. Tidak mempublikasikan identitas atau pernyaat nara sumber jika

narasumber meminta off the record.

Teknik Reportase dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan bentuk reportase dengan cara

mengumpulkan data berupa pendapat, pandangan, dan pengamatan

seseorang tentang suatu peristiwa. Dalam melakukan reportase, reporter

harus pintar memilah-milah narasumber yang nantinya akan

melengkapi bahan penulisan berita. Narasumber dapat dipilah menjadi

narasumber primer dan narasumber sekunder. Narasumber primer

merupakan narasumber yang memegang peran penting dalam sebuah

peristiwa. Narasumber Sekunder berfungsi untuk melengkapi dan

(36)

Ketika melakukan wawancara, ada tiga hal yang tidak boleh dilupakan

oleh reporter:

a. Identitas dan atribut narasumber.

b. Pendapat narasumber terhadap peristiwa.

c. Kesan narasumber terhadap peristiwa.

Beberapa persiapan yang dilakukan reporter agar wawancara berjalan

lancar dan efektif, antara lain:

a. Menguasai tema yang akan ditanyakan kepada narasumber. Jika

pengetahuan reporter tentang tema sedikit, maka akan timbul

banyak kesulitan saat melakukan wawancara.

b. Membawa alat perekam. Selain berfungsi untuk memudahkan

reporter menulis hasil wawancara, alat perekam juga dapat

berfungsi sebagai bukti jika sewaktu-waktu narasumber mengelak

dan protes terhadap berita yang ditulis.

c. Menghargai narasumber dan membuat janji. Membuat janji dengan

narasumber itu penting. Karena ada beberapa narasumber yang

enggan melakukan wawancara langsung tanpa membuat janji. Ingat,

menjaga hubungan baik dengan narasumber itu sangat penting

untuk kemudian hari. Banyak narasumber yang kecewa dan enggan

bertemu repoter tertentu.

2. Observasi

Observasi (pengamatan) merupakan teknik reportase dengan cara

(37)

terjun langsung ke lapangan, reporter akan merasakan langsung

peristiwa yang terjadi dilapangan sehingga ia bisa menyampaikan

informasi yang valid kepada para pembaca.

3. Riset Dokumentasi

Riset Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data

dan fakta dengan riset melalui buku, internet, dan sumber-sumber

dokumentasi data lainnya. (Http://phianiezt.wordpress.com)

2.2.5 Khalayak Pendengar

Komunikasi yang berfungsi untuk menjelaskan fenomena yang terjadi

dalam kehidupan kita tidak hanya dilakukan antar pribadi, tetapi juga dapat

dilakukan melalui media radio sebagai salah satu media massa tertua sebelum

ditemukan film dan TV. Namun radio siaran ini memiliki keterbatasan karena

hanya dapat dinikmati secara auditif. Salah satu kelebihan radio siaran ini ialah

mampu memberikan informasi yang lebih cepat dan bisa didengarkan sambil

beraktivitas, meskipun ada juga kelemahannya yaitu tidak terdokumentasi

sehingga tidak mudah diperoleh bila diperlukan, kecuali kita telah merekam sajian

informasi di radio tersebut. Dalam lima orang berkumpul minimal ada satu orang

yang sudah mendengarkan siaran radio hari itu dan dalam sepuluh orang minimal

ada satu orang yang menjadi pendengar setia (Romli, 2004 : 21).

Asep Syamsul M. Romli dalam bukunya Broadcast Journalism (2004 :

26), khalayak pendengar radio memiliki karakteristik yang sangat unik, antara

(38)

A. Heterogen

Massa pendengar terdiri dari orang-orang yang berbeda usia, ras, suku,

agama, strata sosial, latar belakang sosial-politik-budaya, dan kepentingan.

B. Pribadi

Radio is personal, sehingga pendengarnya adalah individu-individu

bukan tim atau organisasi. Oleh karena itu komunikasi yang berlangsung

bersifat interpersonal (antarpribadi), yakni interaksi antara penyiar dengan

pendengar dengan gaya ”ngobrol" seolah-olah penyiar sedang berbicara

kepada satu orang pendengar saat menjalankan tugas siaran.

C. Aktif

Pendengar radio siaran tidak pasif, tetapi mereka selalu aktif berpikir,

dapat melakukan interpretasi, dan menilai apa saja yang didengarnya

melalui siaran radio, bahkan bisa berinteraksi langsung dengan penyiar via

telepon atau SMS.

D. Selektif

Pendengar dengan leluasa dapat memilih frekuensi stasiun radio mana

saja sesuai seleranya. Penyiar tidak bisa memaksa mereka untuk tetap setia

mendengarkan gelombang radio yang sama setiap saat.

2.2.6 Teknologi Informasi Komunikasi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris

dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT),

(39)

memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu

teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi

segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,

manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah

segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses

dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya.

Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua

buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi

mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan

pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_Informasi_Komunikasi)

Banyak bentuk informasi komunikasi yang menggunakan sistem analog,

perangkatnya pun menggunakan perangkat analog. Seperti alat komunikasi

telepon, televisi dan radio dari yang sebelumnya berbasis teknologi analog

menjadi teknologi digital. (http://www.elektroindonesia.com/elektro/no5a.html)

2.3 Jurnalistik Radio

Radio merupakan salah satu bagian dari surat kabar, karena itu, dalam

beberapa hal jurnalistik radio mempunyai persamaan dengan jurnalistik surat

kabar. Istilah jurnalistiknya sendiri mempunyai pengertian yang sama. Jurnalistik

berasal dari istilah bahasa belanda “journalistiek” atau dalam bahasa Inggris

(40)

segala aspeknya, mulai dari mencari, mengolah, sampai kepada menyebarluaskan

catatan harian tersebut atau sering disebut sebagai berita. (Effendy, 1990:140)

Radio mendapat julukan sebagai kekuasaan kelima atau “the fifth estate

merupakan kekuasaan kelima setelah surat kabar. Radio siaran dalam arti kata

broadcast dimulai pada tahun 1920 oleh stasiun radio KDKA Pittsburg di

Amerika Serikat. Memang pada waktu itu radio dirasakan sebagai hasil penemuan

yang penting artinya bagi kehidupan manusia yang pengaruhnya dapat dirasakan

dalam berbagai bidang.

Lebih – lebih pada saat berlangsungnya perang dunia II itu, perang radio

semakin banyak, karena Negara maju juga turut melibatkan dirinya dalam bidang

siaran radio. Dalam rangka perang radio tersebut, siaran – siaran tidak saja

digunakan untuk propaganda, akan tetapi juga digunakan untuk “jamming” yakni

mengganggu siaran lain dengan berbagai suara, sehingga isi siaran radio lain tidak

dapat dimengerti. (Effendy, 1993:137)

Ada beberapa faktor yang menjadikan radio siaran tersebut sebagai

kekuasaan :

1. Radio Siaran Bersifat Langsung

Untuk mencapai sasarannya, yakni pendengar, sesuatu hal atau

program yang akan disampaikan tidaklah mengalami proses yang

kompleks. Dengan medium radio jauh lebih mudah dan cepat

(41)

2. Radio Siaran Menembus Jarak dan Rintangan

Selain waktu dan ruang bagi radio siaran tidak merupakan suatu

masalah. Bagaimana pun jauhnya sasaran audience yang dituju,

dengan media massa radio semua dapat tercapau dengan mudah dan

tidak ada rintangan yang menghalangi.

3. Radio Siaran Mengandung Daya Tarik

faktor ketiga yang menyebabkan radio siaran mempunyai kekuasaan

ialah daya tarik yang kuat pada radio. Daya tarik tersebut disebabkan

sifatnya yang serba hidup berkat ketiga unsur yang ada pada radio,

yakni : musik, kata – kata, dan efek suara. (Effendy, 1993:139)

2.3.1 Ciri – Ciri Jurnalistik Radio

Dalam hubungan ini, ciri jurnalistik radio ialah bahwa berita yang

disiarkan adalah berita yang benar, obyektif dan bersusila, yang disusun dengan

bahasa sederhana sedemikian rupa, sehingga dapat dimengerti oleh khalayak

dalam sekilas dengar.

1. Berita Radio Harus Benar

Bahwa berita radio itu harus benar ini mutlak, karena sekali berita itu

disiarkan, tidak mungkin diralat kembali. Selain itu sifat radio yang

menyebarkan berita itu auditif. Pendengar hanya mendengar ralatnya

saja, tidak pernah mendengar apa yang tekah diralat oleh radio

tersebut.

(42)

2. Berita Radio harus Obyektif

Berita adalah laporan faktual mengenai suatu hal atau peristiwa.

Sebagai laporan yang faktual, radio harus memaparkan sebagaimana

adanya, tanpa maksud tertentu, tanpa tujuan untuk keuntungan orang

tertentu atau wartawan. Berita yang obyektif adalah berita yang tidak

memihak, tidak cacat, tidak diwarnai.

3. Berita harus Berasusila

Berita radio adalah untuk pendengar umum. Dari sekian banyak acara

yang disiarkan oleh setiap stasiun radio, ada yang diperuntukkan oleh

golongan tertentu, untuk anak – anak, untuk remaja dewasa,

wanita,dan lain – lain. Berdasarkan sifat radio siaran seperti itu, maka

kisah berita harus disusun sedemikian rupa, sehingga tidak

menimbulkan asosiasi kepada hal yang asusila. (Effendy, 1990:143)

2.3.2 Karakteristik Radio Siaran

Jurnalisme radio ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) Auditif, untuk didengarkan, untuk telinga, untuk dibacakan atau

disuarakan.

(2) Spoken Language, menggunakan bahasa tutur atau kata-kata yang

biasa diucapkan dalam obrolan sehari-hari (spoken words). Kata-kata

yang dipilih mesti sama dengan kosakata pendengar biar langsung

(43)

(3) Sekilas, tidak bisa diulang, karenanya harus jelas, sederhana, dan

sekali ucap langsung dimengerti.

(4) Global, atau tidak detail, tidak rumit. Angka-angka dibulatkan,

fakta-fakta diringkaskan.

2.3.3 Prinsip Radio Siaran

Prinsip-prinsip mengerjakan produksi acara radio sebagai media publik,

menurut Robert McLeish (dalam Masduki, 2004 : 10) adalah :

(1) Untuk memaparkan semua ide baik yang radikal, tradisional, maupun

prokemapanan.

(2) Membantu individu dan kelompok dalam masyarakat untuk bisa

saling berbicara dan mengembangkan sikap peduli sebagai anggota

masyarakat majemuk.

(3) Memobilisasi sumber daya publik dan pribadi baik dalam situasi

darurat maupun normal sehingga terjadi distribusi kekayaan,

kesejahteraan, dan keamanan secara merata.

(4) Membantu pendengar mengembangkan persetujuan objektif dan

menentukan pilihan politik, membantu terjadinya debat sosial dan

politik, mengekspos isu-isu dan pilihan-pilihan rasional bagi publik

dalam melakukan aksi.

(5) Berfungsi sebagai anjing penjaga atau pengontrol terhadap pengelola

kekuasaan, menjalin kontak dengan publik dalam proses komunikasi

(44)

2.3.4 Peran Jurnalistik Radio

Radio siaran harus menyatu situasi aktual di sekitar stasiun radio itu

berada, tidak membawa kultur lain yang menyebabkan dislokasi sosial atau

elitisme. Peran sosial radio sebagai institusi di ruang publik sebagai

berikut(Masduki, 2004 : 11) :

(1) Sosialisasi

Menyebarluaskan informasi dan hiburan yang membuat optimisme

serta menjalin interaksi dialogis antar pendengar. Selain itu, radio

siaran juga harus mampu menjalin komunikasi untuk saling berkarya,

mengubah berbagai persepsi dan keurigaan yang tidak perlu.

(2) Aktualisasi

Menyegarkan memori pendengar terhadap peristiwa aktual dan

momentum yang penting bagi kehidupan mereka. Dilanjutkan dengan

mengagendakan masalah-masalah sosial agar menjadi isu dan

keprihatinan bersama.

(3) Advokasi

Mendesak semakin terbukanya kebijakan politik-ekonomi bagi

partisipasi seluruh lapisan pendengar. Kemudian radio siaran juga

diharapkan dapat memediasi antar berbagai pihak yang sedang terlibat

(45)

2.4 Pengertian Citizen Journalism

Citizen Journalism atau jurnalisme warga adalah perwujudan dari evolusi

jurnalisme dalam dunia modern, D. Lasica lewat tulisannya dalam online

journalism review (2003) membagi media untuk citizen journalism dalam

beberapa bentuk :

1. Partisipasi audiens (seperti komentar – komentar) pengguna yang

dilampirkan untuk mengomentari kisah berita, blog pribadi, photo atau

gambar video.

2. Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website seperti

Consumer Reports, Drudge Report.

3. Partisipasi diberita situs, berisi komentar – komentar pembaca atas

sebuah berita yang disiarkan oleh media tertentu.

4. Tulisan ringan seperti dalam mailing list, newsletter e-mail.

5. Situs pemancar pribadi (video situs pemancar).

Citizen Journalism merupakan fenomena bagi siapapun yang mengamati

perkembangan media, mereka yang berada di lingkup seperti akademisi, para

praktisi, crew dan pemilik media maupun mereka yang berada di luar media,

seperti para pengamat media dan pemirsa.

Bagi yang sudah lama mencermati dinamika dunia jurnalistik dari

esensinya yang paling dalam, mengetahui bahwa Citizen Journalism sebenarnya

hanya masalah beda istilah. Prinsipnya tetap sama dengan Public Journalism atau

civic journalism yang terkenal pada tahun 80-an. Yakni mengenai bagaimana

(46)

para jurnalis dan penguasa media. Di kuasai dalam arti diproduksi, dikelola, dan

di sebarluaskan oleh institusi media, atas nama bisnis ataupun kepentingan politis.

(Imam, 2010:8)

2.4.1 Implikasi Citizen Journalism

Kebabasan yang ditawarkan Citizen Journalism dalam menyebarluaskan

berita tidak dimiliki oleh jurnalisme konvensional. Kebebasan ini merupakan

kelebihan dari jurnalisme warga, memilih dunia maya sebagai wadah Citizen

Journalism merupakan pilihan terbaik, selain akses yang mudah, internet telah

menjadi kebutuhan bagi beberapa masyarakat dunia. Dalam Citizen Journalism

siapapun dapat menjadi pewarta, dimana seorang pewarta tanpa harus memiliki

pendidikan yang relevan dapat menyebarluaskan hasil liputannya. Bila pada

media konvensional ketika sebuah berita dikirimkan tentu harus melalui proses

editing. Tidak halnya pada Citizen Journalism, semua jenis berita dapat

diterbitkan, baik berupa keluh kesal pribadi penulis maupun artikel yang lebih

serius serta peristiwa yang terjadi secara spontan yang ada dihadapan pewarta

yang mendokumentasikan kejadian tersebut dan setiap orang bisa memberi

tambahan atau komentar terhadap berita yang ditampilakan.

Di Indonesia, bentuk familiar dari Citizen Journalism adalah media

elektronik berupa radio, karena sebagian besar penduduk Indonesia lebih

mengenal radio ketimbang dunia internet. Meskipun demikian lambat laun

jurnalisme warga semakin mendapat tempat tersendiri di ranah jurnalisme.

(47)

merupakan daya tarik tersendiri karena langsung terlibat berpartisipasi dalam

kegiatan jurnalisme tersebut.

Perkembangan Citizen Journalism belakangan ini sangat pesat. Buat yang

dalam tradisi “Old School Journalism” karena mengandung sejumlah implikasi

yang tidak kecil :

1. Opening Source Reporting

Perubahan modus pengumpulan berita. Wartawan tidak lagi menjadi

satu – satunya pengumpul informasi. Tetapi, wartawan dalam konteks

tertentu juga hatus “bersaing” dengan khalayak yang menyediakan

firsthand reporting dari lapangan.

2. Perubahan modus pengolahan berita

Tidak hanya mengandalkan opening source reporting, media kini tidak

lagi menjadi satu – satunya pengelola berita, tetapi juga harus bersaing

dengan situs – situs pribadi, blog dan media yang didirikan oleh warga

demi kepentingan publik sebagai pelaku Citizen Journalism.

3. Mengaburnya batas produsen dan konsumen berita

Media yang lazimnya memposisikan diri sebagai produsen berita, kini

juga menjadi konsumen berita dengan mengutip berita – berita dari

khalayak aktif. Demikian pula sebaliknya, khalayak yang lazimnya

diposisikan sebagai konsumen berita, dalam lingkup Citizen

Journalism menjadi produsen berita yang contentnya di akses pula

(48)

4. Tiga point sebelumnya memperlihatkan khalayak sebagai partisipan

aktif dalam memproduksi, mengkreasi, maupun menyebarkan berita

dan informasi. Pada gilirannya factor ini memunculkan ”a new balance

of power” distribusi kekuasaan yang baru. Ancaman power yang baru

bagi institusi pers bukan berasal dari pemerintah dan ideologi, atau

sesama kompetitor, tetapi dari khalayak atau konsumen yang biasanya

mereka layani. (Imam, 2010:32)

2.4.2 Dampak Citizen Journalism

Menurut We Media, yang ditulis oleh Shayne Bowman dan Chris Wilis

(http://www.hypergene.net/wemedia/weblog.php), beberapa dampak positif dari

Citizen Journalism sebagai berikut :

1. Partisipasi aktif dari warga dalam hal ini pembaca, pendengar, pemirsa

lebih penting daripada konsumen berita yang pasif, audiens akan

merasa lebih tergerak untuk melakukan perubahan. Dari hal ini warga

yang aktif bisa dikatan sebagai Citizen Jounalism atau jurnalisme

warga.

2. Bagi media, Citizen Journalism atau jurnalisme warga menyediakan

potensi untuk meningkatkan loyalitas dan hubungan saling percaya

dengan audiensnya. Jurnalisme warga merupakan sebuah semangat

(49)

2.4.3 Fungsi Citizen Journalism

1. Membuka ruang untuk komentar publik, dimana pembaca bisa

bereaksi, memuji,mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan

jurnalis professional.

2. Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang

ditulis jurnalis professional.

3. Kolaborasi antara jurnalis professional dengan non jurnalis yang

memiliki kemampuan dalam materi/ bidang yang akan dibahas dalam

artikel tersebut.

2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan Citizen Journalism

Kelebihan : Kelebihan dari Citizen Journalism adalah kecepatan menerima

informasi dari segi pandangan masyarakat yang biasanya cenderung objektif

meskipun ada kemungkinan berita bohong, namun kecepatan dari public

menyampaikan berita merupakan hal yang paling cepat dan mudah bagi instasi

berita menerima dan mengolah informasi.

Kelemahan : Kelemahan dari Citizen Journalist adalah kemungkinan untuk

mendapatkan informasi yang setengah-setengah dan kemungkinan berita bohong.

2.4.5 Peluang dan Tantangan Citizen Journalism

1. Peluang

Peluang Citizen Journalism untuk kedepanya pasti akan terbuka

(50)

Journalist dapat mengalahkan berita dari jurnalis itu sendiri dengan

berkembangannya teknologi informasi media dan etika serta tata cara

penulisan berita di masyarakat dan perkembangan intelektual dan

keinginan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

2. Tantangan

Tantangan bagi Citizen Journalism adalah bagaimana lebih

professional dalam memeberikan informasi kepada instansi dan

memberikan objektivitas yang tinggi terhadapa informasi yang

diberikan, jadi benar memberikan suatu informasi tanpa ada suatu

kesubjektifitasan berita.

2.4.6 Peranan Citizen Journalism

Peranan citizen journalism mengarahkan atau memeriksa keakuratan

artikel. citizen journalism di Indonesia lebih popular di radio dibandingkan

internet. perwujudan jurnalis publik di Indonesia lebih kepada adanya simbiosis

mutualisme. Seorang warga dengan suka rela menjadi pewarta karena merasa

terbantu dengan adanya jaringan informasi lalu lintas seperti di radio ini.

Bayangkan saja dengan kemacetan yang terjadi di dalam tol dalam kota bila ada

kecelakaan di dalamnya, salah pilih jalan membuat kita bisa terjebak berjam-jam

tak bergerak. Mungkin di luar itu ada juga keinginan menjadi pahlawan,

membantu orang lain agar tidak terjebak macet, tetapi kecenderungan terbesar

adalah adanya faktor saling membantu tersebut. Jam-jam macet yang menyiksa,

(51)

pada satu saluran informasi, dan ikut berpatisipasi dalam acara-acara lain yang

diudarakan radio tersebut. Berbeda ditingkat mahasiswa ,pelaku terpenting dalam

citizen journalism atau jurnalisme publik terbesar ada di tingkat mahasiswa karena

merekalah yang selama ini paling banyak memiliki akses terhadap internet, paling

banyak memiliki akses terhadap dunia baru yang bergerak dan berubah di

sekeliling mereka. Dan mereka pulalah yang memiliki perkawanan yang luas, baik

secara konvensional maupun virtual, sehingga informasi yang mereka sampaikan

bisa bermanfaat bagi lebih banyak orang. (Http://www.Lapmiwordpress.com)

2.5 Kerangka Berfikir

Teknologi komunikasi merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan

jurnalistik. Kegiatan jurnalistik yang pada intinya adalah suatu proses mencari,

mengolah dan mempublikasikan suatu peristiwa akan menjadi lebih bermakna

dengan hadirnya teknologi komunikasi. Teknologi tersebut adalah handphone atau

telepon genggam yang merupakan jaringan komunikasi yang memungkinkan

terjadinya pertukaran informasi tanpa hambatan jatak dan waktu. Kemuculan

handphone atau yang disebut dengan media komunikasi memberikan peluang bagi

non jurnalis (citizen journalism) untuk melakukan publiaksi berita mereka di

media.

Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan

telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang

kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Inisiatif

(52)

penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh

Indonesia.

kehadiran citizen journalism merupakan respons lanjutan dari peradaban

masyarakat informasi yang memang tatanan sosio-kultural dan infrastrukturnya

telah siap. Kehadirannya menunjukkan peran berarti dalam mendekonstruksi

sistem media tradisional, mendobrak tatanan konservatisme dalam produksi dan

distribusi berita, serta menawarkan geliat ruang berdemokrasi yang merata. Hal

inilah yang kemudian menjadi pertanyaan besar bagi bangsa ini dalam menyikapi

keberadaan citizen journalism. Dalam citizen journalism siapapun dapat menjadi

pewarta, dimana seorang pewarta tanpa harus memiliki pendidikan yang relevan

dapat menyebarluaskan hasil liputannya. Bila pada media konvensional ketika

sebuah berita dikirimkan tentu harus melalui proses editing. Tidak halnya pada

Citizen Journalism, semua jenis berita dapat diterbitkan, baik berupa keluh kesal

pribadi penulis maupun artikel yang lebih serius serta peristiwa yang terjadi

secara spontan yang ada dihadapan pewarta yang mendokumentasikan kejadian

tersebut dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar terhadap berita

yang ditampilakan.

Dari segi aktualitas, media cetak memang tidak akan mampu menandingi

kecepatan media elektronik dalam hal menyiarkan berita. Meski begitu, media

cetak tetap bisa mengedepankan sisi lain yang menjadi kelebihannya, yaitu aspek

kedalaman informasi. Radio memang luar biasa cepat dalam mengendus informasi

dan segera menyiarkan kepada pendengarnya. Karena itulah, radio disebut sebagai

(53)

tentang apa yang terjadi meskipun hanya berupa gasir besar. Sedangkan, televisi

dengan aspek visualnya mampu menjadi involving medium, yaitu media yang

mampu mengikat emosi pemirsanya lebih kuat dibanding bentuk media lainnya.

Di sinilah kemudian media cetak memainkan perannya sebagai informing

medium, yakni media yang mampu menangani hal-hal yang kompleks karena

memiliki kesempatan dan ruang untuk menggali aspek kedalaman informasi

sebelum memuat dan mengedarkannya (Davison dalam Ishwara, 2005: 48-49).

Citizen journalism akan menggantikan posisi wartawan? Inilah yang saat

ini dialami oleh media elekronik radio. Pendengar yang secara sukarela menjadi

reporter dan informan, jumlahnya mencapai sekitar 330.000 di tahun 2009. Hal ini

bisa memicu adanya persaingan antara wartawan profesional dengan citizen

journalism pada radio suara Surabaya. Dalam hal ini kedatangan citizen

journalism pada radio suara Surabaya membawa nilai positif terhadap

perkembangan jurnalistik radio terutama pada radio suara Surabaya yang

menerapkan hal tersebut. Citizen journalism pada radio suara Surabaya bisa

menandingi reporter radio suara Surabaya dengan kecepatan dan keakuratan

dalam melaporkan berita di lokasi kejadian secara langsung. Hal ini memicu

persaingan antara citizen journalism dengan reporter radio suara Surabaya dalam

mendapatkan berita atau peristiwa secara cepat dan memenuhi unsur – unsur

berita yang ada. Sehingga pihak radio suara Surabaya berkeinginan menutup

divisi bidang reporter apabila reporter tersebut tidak bisa menandingi kecepatan

(54)

Dari fenomena yang ada peneliti tertarik untuk meneliti dan mengulas

secara mendalam mengenai “Motif Pendengar Menjadi Citizen Journalism pada

Gambar

Tabel 1. Analisis isi Topik Berita Informan Penelitian …………………88
gambar video.
gambar video.
Tabel 1. Analisis isi Topik Berita Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

strategi untuk menarik minat kaum muda sebagai calon pendengar Radio

pendengar radio Suara Surabaya , didominasi oleh mereka yang memiliki. pengeluaran

Penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan yang diperoleh pendengar terhadap program / acara campur sari di 88,9 radio JT FM berdasarkan pada perbandingan antara

Namun, penerapan citizen journalism pada akun Twitter GNFI peneliti anggap tidak diterapkan secara maksimal karena sumber berita dari portal berita, yang adalah karya seseorang

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Nanda Riza Dania (2015) dengan judul “Motif Masyarakat Surabaya dalam Mendengarkan Program Radio

Dari penggalan wawancara dan gambar tersebut sebenarnya fungsi dari Radio Suara Surabaya bukan hanya sebagai media penyiaran, pengawasan, hiburan ataupun sosialisasi, akan

”Afternoon Show” yang disiarkan radio Prambors FM Surabaya merupakan program acara yang menjunjung konsep FUN and FRESH dengan karakter siaran yang friendly, fashionable,

Radio Suara Surabaya ini yang telah melakukan konvergensi media yang hadir melalui website dan media sosial tidak kehilangan pendengar radio konvensionalnya dan sebaliknya