• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREDIBILITAS PRESENTER BERITA TV LOKAL (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Kredibilitas Presenter Berita pada TV Lokal JTV Surabaya).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KREDIBILITAS PRESENTER BERITA TV LOKAL (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Kredibilitas Presenter Berita pada TV Lokal JTV Surabaya)."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur Padatanggal 24 Desember 2013

SKRIPSI

Oleh :

MELIANA BOUTY

NPM. 0943010253

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

Disusun Oleh :

MELIANA BOUTY NPM. 0943010253

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

PembimbingUtama

Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 3 7006 94 00351

Mengetahui

D E K A N

(3)

Oleh :

MELIANA BOUTY NPM. 0943010253

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur Pada tanggal 24 Desember 2013

Pembimbing Utama Tim Penguji :

1. Ketua

Ir. DidiekTranggono, M. Si

Dr s. SaifuddinZuhr i, M.Si NIP. 195812251990011001

NPT. 3 7006 94 00351

2.Sekr etaris

Dr s. SaifuddinZuhr i, M.Si NPT. 3 7006 94 00351

3. Anggota

Dra. Diana Amelia, M. Si NIP 19630907 199103 2001

Mengetahui, DEKAN

(4)

karunia dan hidayahnya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul

“KREDIBILITAS PRESENTER BERITA TV LOKAL” (Analisis Deskr iptif

Mengenai Kredibilitas Pr esenter Berita pada TV Lokal J TV Sur abaya) dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si

selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak

menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun

materiil.Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih

yang sebesar-sebesarnya kepada :

1. Allah SWT, pemilik roh dan seluruh kehidupan lahir dan batin, atas ijinnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta Nabi Muhammad SAW, sosok idola

yang member inspirasi, panutan dan makna dalam kehidupan.

2. Prof. DR. Ir. TeguhSoedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UPN “Veteran” JawaTimur.

4. Bapak Juwito, M.Si.,Ketua Program Studi IlmuKomunikasi FISIP UPN “Veteran”

Jawa Timur.

(5)

5. Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi

FISIP UPN “Veteran” Jatim, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

banyak membantu penulis dalam proses menyelesaikan Skripsi, baik petunjuk,

bimbingan, dorongan dan doa-nya.

6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP

hingga UPN “Veteran” Jatim.

7. Abbiy, Ummy dan kakak, adik serta keluarga besar Bouty yang telah member

doa, dorongan, semangat dan selalu membantu menyajikan kopi saat penulis

mengerjakan penelitian ini.

8. Wanita – wanita Superku, Ries Damayanti, Nita Setiabudi, Ajeng Retna, Jennifer

Zefanya, Dyah Anjarsari, Harlin Oktavianti, Andi Afdilla, Adisty Machmudah,

Elshacha, Fenny, Fiyna, Rara, dan kawan – kawanlainnya.

9. Lelaki hebatku ,Mirza, Awalu, Fawji, Evan, Erick, Kak Jilly, dan lainnya.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat

diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala

keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

Sur abaya, 09 Desember 2013

(6)

HALAMAN PERSETUJ UAN ………...

HALAMAN PENGESAHAN ………

KATA PENGANTAR ……….……

DAFTAR ISI ……….…...

DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR GAMBAR ……….…..

DAFTAR LAMPIRAN ………

ABSTRAK ………

ABSTRACT ………

BAB I. PENDAHULUAN ………..………….…...

1.1. Latar Belakang Masalah ………..….……….……

1.2. Perumusan Masalah ……….……...……...…

1.3. Tujuan Penelitian ……….……….…………...…...

1.4. Manfaat Penelitian ………..…….…….…....

BAB II. KAJ IAN PUSTAKA ………..………….…..

2.1. PenelitianTerdahulu ……….….…………

2.2. Landasan Teori ……….……….

2.2.1. Pengertian Komunikasi ………...

(7)

2.2.2. Unsur – Unsur dalam Proses Komunikasi ………..…

2.2.3. Faktor Penunjang Komunikasi Efektif ………..…

2.2.4. Komunikasi Non Verbal ……….………….…

2.2.5. Tujuan Komunikasi ………..….

2.2.6. Gangguan Komunikasi ………..…

2.3.Komunikasi Massa ……….……..…..…

2.3.1. Ciri – cirri Komunikasi Massa ………....…..

2.3.2. Media Massa ………...….

2.3.3. Televisi ………..…………..…

2.4. Program Berita ………..…

2.4.1. Acara Langsung ………...………..….

2.5. Presenter ………...

2.5.1. Presenter Berita ……….……....

2.5.2. Komunikasi NonVerbal Presenter Berita ……..…...

2.5.3 Vokal Presenter Berita ……….……….….……

2.6. Komunikator ……….

2.6.1. Model Aristoteles ……….….

2.6.2. Kredibilitas………….……….……….

2.7. Kerangka Berpikir ………..……….…..…

BAB III. METODE PENELITIAN ………..…………

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ….…..…...…

(8)

3.1.2. Pengukuran Variabel ……….………...

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ………

3.2.1. Populasi…………...……….………...

3.2.2. Sampel ………..…...

3.2.3. Teknik Penarikan Sampel ………

3.3. Teknik Pengumpulan Data ………..

3.4. Metode Analisis Data ………...

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….…..

4.1. Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data ……….

4.1.1. Deskripsi JTV Surabaya ……….

4.1.1.2. Visi dan Misi JTV Surabaya ……….

4.1.2. Penyajian Data ………

4.1.2.1. Identitas Responden ………

4.1.2.2. Deskripsi Variabel Kredibilitas Presenter Berita JJ

4.2. Analisis Data ……….….

4.2.1. Analisis Indikator Kemampuan Presenter ………….……

4.2.2. Analisis Indikator KepercayaanPemirsa ……..….……...

4.2.3. Analisis Indikator Dinamisme Presenter ……….….…….

4.2.4. Analisis Variabel Kredibilitas Presenter ………

(9)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….

5.1. Kesimpulan ……….…… .

5.2. Saran ………

DAFTAR PUSTAKA ……….…...……

LAMPIRAN ………...….……….. 131

131

133

134

(10)

Pada tahun 80-an, penyajian program berita televisi sekedar membacakan berita. Namun, saat memasuki era 90-an Presenter berita memiliki tuntutan kemampuan yang lebih dalam membawakan program berita. Diantaranya, memiliki keahlian dalam menggunakan berbagai bahasa, menterjemahkan gambar, skill wawancara narasumber, manajemen durasi, tidak terikat pada teks namun tidak mengubah informasi. Kredibilitas yang tinggi dapat meyakinkan penonton mengenai informasi yang disampaikan.

Penelitian ini menggunakan variabel kredibilitas menggunakan model aristoteles yang terdiri daritiga indikator : kemampuan presenter berita, kepercayaan pemirsadan dinamisme presenter berita. Pengukuran variabel menggunakan skala pengukuran rating-scale. Metode analisis data yang digunakan adalah editing atau seleksi angket, coding, dan tabulating.

Berdasarkan hasil analisis yang dapat diketahui Variabel kredibilitas diperoleh 67% menyatakan presenter berita JTV Surabaya memiliki kredibilitas yang sangat tinggi bagi khalayak.

Kata Kunci :Model Aristoteles, Kredibilitas, Presenter Berita

ABSTRACT

MELIANABOUTY, CREDIBILITY LOCAL TV NEWS PRESENTER (Quantitative Descriptive Study about Credibility of the Local TV News Pr esenter J TV Surabaya).

In the 80s, the presentation of television news programs just read the news. However, upon entering the era of the 90s have news presenter demands a greater ability to bring news program. Among them, have expertise in using different languages, translate drawings, skill informant interviews, duration management, not tied to the text but does not change the information. High credibility to convince the audience of the information submitted .

This study uses a model variable using Aristotle credibility consisting of three indicators : news presenter ability, confidence and dynamism viewers news presenter. Measurement variables using rating- scale measurement scale. Data analysis methods used are editing or selection questionnaire, coding and tabulating.

Based on the results of the analysis can be known variable credibility gained 67 % said the news presenter JTV Surabaya has very high credibility to the audience.

Key Words:ModelsAristoteles, Credibility, NewsPresenter

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Media televisi kini menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan

manusia. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Wirodono (2005), bahwa

penetrasi media televisi mencapai 90,7%, sedangkan jenis media lain

seperti radio mencapai 39%, surat kabar 29,8%, majalah 22,4%, internet

8,8% dan orang menonton bioskop 15%.

Televisi pertama di Indonesia adalah Televisi Republik Indonesia

yang mulai beroperasi pada tanggal 17 Agustus 1962. Pada saat itu, sistem

pengembangan televisi di Indonesia berdasarkan 3 pilar utama, yaitu :

TVRI (pemerintah), Televisi Swasta, dan TV Pendidikan. Namun

dominasi tersebut pudar seiring dengan dikeluarkannya ijin pendirian

televisi swasta.

Televisi lokal mulai mempunyai harapan saat Undang - Undang

No. 32 Tahun 2002 Penyiaran diluncurkan pada 28 November 2002.

Peraturan ini memberi pengakuan hukum atas eksistensi lembaga

penyiaran lokal, baik swasta, komunitas, maupun publik. Bahkan, ada satu

klausul yang membatasi siaran televisi nasional dengan mengharuskannya

berjaringan dengan televisi - televisi lokal (Sudibyo, 2004: 102). Seiring

(12)

Tujuan UU ini adalah mengatur tentang Sistem Siaran Berjaringan untuk

meletakkan pondasi bagi sistem desentralisasi penyiaran, yaitu memberikan

keleluasaan untuk pembangunan ekonomi, kesejahteraan masyarakat di daerah,

juga agar tidak terkonsentrasi dipusat (Setiakarya, 2008).

Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Suku Jawa

adalah suku mayoritas (83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal

berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk suku Madura (7,5%), Tionghoa

(7,25%), Arab (2,04%), dan sisanya merupakan suku bangsa lain seperti Bali,

Batak, Bugis, Manado, Minangkabau, Dayak, Toraja, Ambon, dan Aceh atau

warga asing. Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan

perekonomian di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Banyak perusahaan besar

yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk, Maspion, Wing's

Group, Unilever, Pakuwon Group, Jawa Pos Group dan PT PAL.

Menurut Morissan (2008), segmentasi khalayak atau audien adalah suatu

strategi untuk memahami struktur audiens. Dengan adanya segmentasi ini, maka

khalayak yang dituju akan lebih spesifik. Program yang disajikanpun bisa tepat

sasaran, sehingga masyarakat merasakan adanya proximity atau kedekatan dan

rasa memiliki terhadap program yang disajikan. Pemetaan khalayak TV lokal

termasuk dalam geodemografis, yang merupakan gabungan dari demografis dan

geografis maka dalam masyarakat terdapat adanya kebutuhan yang sama dalam

hal informasi mengenai daerahnya sendiri, baik itu berupa berita, kebudayaan,

hiburan, dan sebagainya. Hal ini senada dengan Shrimp (2003 : 149), bahwa dasar

(13)

misalnya tetangga atau dalam zona kode area, juga memiliki persamaan dalam

demografi dan gaya hidup.

Sebagai lembaga penyiaran publik maka dalam penyiarannya, TV Lokal

Surabaya harus menggunakan empat prinsip dasar penyiaran yang berdasar pada

UU Penyiaran No.32 / 2002 yaitu bersifat independen, netral, tidak komersil, dan

berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Independen berarti

tidak tergantung pada pemerintah atau pihak lain dan tidak dipengaruhi oleh pihak

lain. Sedangkan netral bisa berarti dalam menjalankan fungsi penyiarannya lepas

dari keberpihakan pihak manapun (berfungsi sebagai fasilitator / mediator). Tidak

komersial bisa dipahami TV lokal Surabaya beroperasi tidak semata - mata

mencari keuntungan namun lebih menguntungkan peningkatan layanan

masyarakat.

Dalam fungsinya sebagai lembaga penyiaran publik, TV lokal Surabaya

mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang

sehat, kontrol dan perekat sosial. Selain itu juga melestarikan budaya bangsa

untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat yang menjangkau seluruh wilayah

NKRI. Target TV lokal Surabaya ingin membuka ruang publik dengan

memberikan hak memperoleh informasi yang benar dan menyampaikan pendapat

umum atau aspirasi bagi masyarakat sehingga menempatkan masyarakat sebagai

pemilik TV lokal. Sebagai media penyiaran, produk yang dijual oleh TV lokal

adalah program acara yang mengusung nilai - nilai lokalitas Jawa Timur.

(14)

Kompas TV, Jawa Pos TV (JTV), SBO TV, Surabaya TV, TV Edukasi, MN TV

(B-Channel), BBS TV, MH TV (Medical & Health TV), TV 9, dan TV Anak

Spacetoon

Dari beberapa TV Lokal Di Surabaya, JTV Surabaya merupakan salah

satu stasiun televisi yang penyiarannya sesuai dengan Undang - Undang No. 32

Tahun 2002 yang ditetapkan pada tanggal 28 November 2002. Stasiun Televisi

Jawapos (JTV) merupakan sebuah stasiun TV swasta lokal dengan moto “Seratus

Persen Jawa Timur”, berdiri sejak tanggal 8 November 2001 di Kota Surabaya,

Jawa Timur. JTV membuat stasiun-stasiun TV lokal JTV langsung di kesembilan

pemancar relaynya plus satu TV lokal. JTV melangkah bahkan sudah melampaui

Televisi dari Jakarta yang sebenarnya mampu melakukan hal yang sama. Bahkan,

ada beberapa TV Nasional yang hanya memiliki satu TV lokal di Surabaya tanpa

menjadikannya se - provinsi, dan tidak punya TV lokal di kota lain.

JTV adalah televisi swasta regional pertama di Indonesia sekaligus yang

terbesar hingga saat ini. Jangkauan JTV meliputi hampir seluruh provinsi Jawa

Timur secara terestrial, juga bisa diterima diseluruh Indonesia, Malaysia, Brunei

Darussalam, Filipina dan sebagian Australia melalui parabola Satelit Telkom 1

freq 4096 symbol rate 3125 horizontal, TV cable TelkomVision dan Kabelvision

Surabaya CH 30. Jaringan Lokal JTV Surabaya adalah JTV Malang (awalnya

bernama JBTV), JTV Madiun, JTV Jember, JTV Madura, JTV Situbondo, JTV

Banyuwangi, JTV Bojonegoro, JTV Kediri, JTV Pacitan, Citra TV (TV lokal asli

Lamongan). Hampir semua TV lokal milik JTV sudah memiliki standar produksi

(15)

Di Jawa Timur sendiri, JTV merupakan media yang banyak ditonton oleh

masyarakat. Menurut Fatekhul Mujib, M.Si, peneliti Republik Institut, JTV

termasuk televisi lokal yang fenomenal karena ditonton oleh lebih dari 57%

masyarakat Jawa Timur. Beragam Program acara dikemas secara menarik dengan

mengusung nilai lokal. Program berita Pojok Kampung memperoleh penghargaan

dari Surabaya Heritage pada Senin (7/7) di JTV. ''Penghargaan itu bisa dikatakan

salah satu pembuktian bahwa Pojok Kampung adalah aset Jawa Timur dan JTV

Surabaya sangat mengedepankan konten budaya kelokalan. Kehadiran stasiun

televisi lokal diharapkan dapat mengangkat budaya dan kearifan lokal (local

genius) yang hidup dan berkembang di masyarakat, sehingga akan terjadi proses

pembelajaran dan penanaman nilai-nilai (positif) budaya setempat untuk

mempertahankan eksistensinya serta mengembangkan reputasi sebagai salah satu

stasiun televise lokal yang terkemuka.

Komunikasi yang tepat bukan hanya komunikasi yang melibatkan

komunikator dan komunikan sebagai pemberi dan penerima pesan, namun juga

bagaimana seorang komunikan dapat menafsirkan pesan yang disampaikan oleh

komunikator serta bagaimana seorang komunikator dapat menympaikan pesan

yang dimengerti oleh komunikan. Seperti dikemukakan oleh Thomas M. Scheidel,

bahwa berkomunikasi adalah untuk menyatakan dan mendukung identitas diri

untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar dan untuk mempengaruhi

orang lain untuk merasa, berfikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan

(16)

Di era tahun 80-an, program berita mempunyai banyak peminat karena

berbagai informasi berita dapat disaksikan oleh masyarakat di seluruh dunia

secara langsung melalui siaran berita televisi. Pada masa dimana masyarakat

dunia saat ini semakin global maka program berita pun memegang peranan

penting dalam kehidupan masyarakat. Baik stasiun televisi lokal maupun

internasional, menyajikan berbagai peristiwa-peristiwa penting yang menarik bagi

pemirsanya. Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki

nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan

melalui media massa.

Dalam industri pertelevisian, bukan hanya isi berita yang menentukan

tingkat ketertarikan pemirsa untuk menyaksikan program berita suatu stasiun

televisi. Diantaranya adalah diperlukan tampilnya seorang penyiar berita dengan

daya tarik yang tinggi untuk menyampaikan berita pada pemirsa. Oleh karena itu,

berbagai stasiun televisi dalam usaha menarik perhatian pemirsa untuk

menyaksikan siaran berita tidak cukup hanya dengan pengemasan paket berita

yang baik, tetapi juga harus menampilkan penyiar yang memiliki kredibilitas

tinggi.

Hal tersebut dikarenakan, presenter berita merupakan salah satu tenaga

profesional di industri penyiaran televisi yang menempati peran sangat vital dan

menjadi tolok ukur menilai citra televisi di mata masyarakat. Sehingga untuk

menjadi presenter berita harus memperhatikan banyak hal, modal utamanya

adalah kredibilitas. Menurut presenter talkshow Tina Talisa, dalam acara

(17)

UGM. Pengetahuan yang luas sangat penting karena kita tidak bisa

menyampaikan informasi kepada pemirsa televisi, jika wawasan sempit atau

terbatas. Dalam hal ini, yang dibutuhkan tidak hanya keterampilan seorang

reporter yang ahli dalam menggali sebuah berita, tetapi juga kemampuan seorang

penyiar berita dalam menyampaikan berita itu.

Kredibilitas presenter berita dapat dinilai dari kepribadiannya. Setelah hal

itu dipenuhi barulah komposisi wajah yang dipertimbangkan. Tentunya bentuk

wajah yang good looking (camera face) baik in - frame maupun out - frame.

Wajah tampan dan cantik para presenter berita menjadi nilai plus yang membuat

pemirsa menantikan kehadiran mereka di depan televisi. Tidak dipungkiri, hal itu

pula yang membuat para pembawa berita menjadi selebriti baru di layar kaca dan

bahkan bisa disandingkan dengan selebriti dunia hiburan. Keduanya memiliki

penggemar fanatik yang jumlahnya bisa puluhan ribu bahkan ada juga yang

memberikan perhatian khusus kepada pembawa berita dengan membuat blog

khusus yang berhubungan dengan aktivitas dan penampilan news presenter

http://newsanchoradmirer.wordpress.com, dengan tag mereka : blog komunitas

fans news person. Sebagian besar pembawa berita dari semua televisi swasta

mendapat tempat di sini. Tidak hanya mengomentari penampilan, bahkan pemilik

blog juga tahu jika ada baju yang dipakai oleh presenter A dan B sama dalam satu

hari, selain itu juga memasukkan artikel – artikel yang berhubungan dengan profil

news presenter tersebut. Ada juga blog http://presentercantik.blogspot.com yang

lebih fokus pada presenter berita yang dianggap cantik dan berprestasi bagi

(18)

Selain itu, kredibilitas berhubungan dengan gaya penyajian berita oleh

presenter berita yang juga memainkan peranan penting menyampaikan berita.

Setiap stasiun televisi memiliki karakteristik masing-masing yang diharapkan

dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat akan berita yang

disampaikan. Presenter berita televisi, kini telah memasuki era komunikator dan

meninggalkan zaman announcer (Hausman, 2003:13). Menurut Carl Hausman,

Lewis N. O’Donnel dan Philipe Benoit dalam bukunya Announcing – Broadcast

Communicating Today, On-air performer tidak hanya sekedar mengumumkan

sesuatu melainkan menghibur, bertutur, memberi informasi sekaligus menjadi

teman dan tidak lagi mengumumkan sesuatu dengan cara yang terlalu resmi dan

bergaya seperti masa lalu.

J.B. Wahyudi (1996) dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi

mengatakan, seiring dengan gelombang perubahan yang terjadi di Indonesia

membawa nuansa lain bagi pertelevisian di Indonesia. Sebelum terjadi reformasi

(gelombang perubahan) berbagai informasi yang disajikan terkesan kaku dan

berjarak dengan penonton. Namun saat ini, news atau program berita seringkali

disajikan dengan cara yang menghibur namun tetap terpercaya. Dengan gaya

penyajian yang seperti itu, program news diharapkan membawa nuansa baru yang

bisa lebih diterima masyarakat.

Sesuai dengan Dosen Jurusan Komunikasi UGM, Nyarwi Ahmad yang

mengatakan bahwa industri pertelevisian adalah panggung pertunjukan, karena itu

(19)

Untuk itu, siapa saja dan apapun materi yang ditampilkan di dalam dunia televisi,

haruslah dipersiapkan dengan maksimal.

Menurut pengamat media dan komunikasi, Tomy Satryatomo, Peralatan

dan teknologi bisa mudah dibeli dengan cepat. Tetapi sumber daya manusia

(SDM) berkualitas, baik di balik layar maupun di depan layar bukan perkara

mudah. Ironisnya, banyak stasiun televisi baru bermunculan. Meski tak semua

stasiun televisi baru mengkhususkan diri sebagai televisi berita, tetapi tetap butuh

presenter berita yang memiliki jam terbang. Sebab, stasiun televisi tersebut ingin

memperlihatkan diri memiliki SDM berkualitas saat menyampaikan berita.

Remaja ditahun 80-an tidak memiliki banyak pilihan, berita merupakan

konsumsi orang tua yang mau tidak mau tetap ditonton oleh kalangan remaja.

Dulu rasanya mereka biasa saja, baca berita ya memang harusnya seperti itu.

Tetapi setelah masuk ke era 90-an, mulai ada stasiun televisi swasta. Acara berita

mulai beragam dan presenter pun mulai banyak. Acara berita dikemas sedemikian

rupa sehingga menjadi menarik dan karena persaingan segala aspek benar benar

dibenahi. Banyak muka baru dan segar, gaya membawakan berita juga banyak

inovasi. Presenter berita masa kini dituntut untuk dapat tampil cantik, cerdas,

berani dan tangkas.

Bagi pemirsa, yang menarik dalam program berita saat ini adalah

bagaimana para presenter itu tampil membawakan berita dengan sebaik mungkin

dengan tetap mengindahkan kaidah kaidah jurnalistik. Banyak orang berpendapat,

(20)

kalau anda cantik dan cerdas maka jadilah presenter. Hal tersebut dikarenakan

saat ini memiliki skill dan kemampuan yang unik dan tidak biasa yakni adanya

penyajian program berita yang lebih bervariasi yakni tidak hanya membaca berita

yang telah dikemas oleh scriptwriter tetapi juga memberikan informasi kepada

pemirsa dengan segmen dialog. Pada segmen tersebut, produser mengundang

narasumber untuk ber-interaksi dengan presenter secara langsung (tatap muka)

dimana perbincangan keduanya sangat berguna dan bermanfaat bagi pemirsa. Ini

adalah salah satu format penyajian yang dapat menarik perhatian pemirsa untuk

mengikuti program berita tersebut. Stasiun TV Lokal juga mulai menggunakan

format penyajian program berita dengan memberi segmen dialog dengan berbagai

macam konsep sesuai dengan topik yang akan dibahas dan pemilihan

narasumbernya pun harus sesuai dengan topik dialog tatap muka maupun dialog

interaktif. Hal ini sangat penting untuk meyakinkan pemirsa agar menerima

informasi tersebut dengan baik. Oleh karena itu, presenter berita masa kini harus

memiliki tuntutan kemampuan yang lebih dalam membawakan program berita.

Diantaranya, memiliki keahlian dalam menggunakan berbagai bahasa,

menterjemahkan gambar, skill wawancara narasumber, manajemen durasi, juga

skill wawancara commoner (wawancara dengan warga biasa, bukan narasumber

ahli), tidak terikat pada teks namun tidak mengubah informasi, go with the flow

(seolah-olah tahu kemana pembicaraan seseorang dan selalu bisa

(21)

Hal inilah yang melatar belakangi penulis sehingga tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai kredibilitas presenter berita TV Lokal JTV

Surabaya.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka permasalahannya dapat dirumuskan

sebagai berikut :

“Bagaimana kredibilitas presenter berita pada TV Lokal JTV Surabaya” ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah :

“Untuk mengetahui bagaimana kredibilitas presenter berita pada TV Lokal

JTV Surabaya”.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah khasanah

pengetahuan dunia pertelevisian, khususnya tentang kredibilitas

presenter berita TV Lokal JTV Surabaya.

2. Secara praktis, peneliti berharap dapat mendorong para peneliti lain

untuk lebih meningkatkan inovasi baru dan mengembangkan

(22)
(23)

2.1 Penelitian Terdahulu

Dari penelitian terdahulu yang berjudul Kredibilitas, Daya Tarik,

dan Kewenangan Pimpinan sebagai Komunikator terhadap Etos Kerja

Karyawan, oleh Rusmadi Awza Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP

Universitas Riau. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

pengaruh kredibilitas, daya tarik, wewenang pimpinan sebagai

komunikator terhadap etos kerja karyawan pada Hotel Mutiara Merdeka

Pekanbaru. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif

dengan tipe penelitian yang digunakan adalah survey (explanatory survey),

yakni penelitian yang mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang

terjadi dan mencari faktor-faktor yang mugkin menjadi penyebabnya

melalui data tertentu. Data diperoleh dari hasil angket dari responden yang

terpilih melalui random dan juga melalui wawancara sebagai data

pendukung. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling acak

distatifikasi (stratified random sampling). Pengumpulan data

menggunakan kuesioner yang diberikan kepada semua anggota sampel

terdiri dari 51 pertanyaan dan pernyataan dengan skala pengukuran

ordinal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial

kredibilitas, daya tarik dan kewenangan berhubungan dengan etos kerja

(24)

Setelah diuji ternyata kredibilitas sangat berhubungan dengan etos kerja,

daya tarik termasuk kategori yang tidak bermakna, berarti daya tarik tidak ada

hubungannya dengan etos kerja. Sementara kewenangan pimpinan setelah diuji

ternyata paling berpengaruh positif terhadap etos kerja, berarti kewenangan

mempunyai hubungan sangat berpengaruh terhadap etos kerja karyawan hotel.

Secara simultan ternyata kredibilitas dan kewenangan berpengaruh positif

terhadap etos kerja karyawan hotel. Kedua variabel tersebut sangat berhubungan

dengan etos kerja karyawan hotel, sedangkan daya tarik baik secara parsial

maupun secara simultan tidak ada hubungannya dengan etos kerja karyawan

hotel. Melihat kewenangan pimpinan pengaruhnya besar terhadap etos kerja

karyawan, maka disarankan kepada pimpinan untuk menggunakan kewenangan

tersebut dengan sebaik-baiknya dengan berpatokan kepada aturan yang telah

berlaku, namun tidak bertindak semena-mena atau bahkan otoriter. Kalau sifat

otoriter terjadi dikhawatirkan justru kewenangan ini akan menjadi counter

productive bagi etos kerja karyawan.

Penelitian kedua yang berjudul Pengaruh Kredibilitas Endorser dan

Kreatifitas Iklan terhadap Efektivitas Iklan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap

Merek, yang dilakukan oleh Rudolph Setiaji Handoko, 2006. Metode Penelitian

yang digunakan adalah Metode Penelitian Kuantitatif. Dalam penelitian ini,

peneliti menerapkan metode penelitian non parametric dengan data yang berasal

dari observasi dan wawancara. Variabel yang digunakan berupa kredibilitas,

(25)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa endorser yang memiliki

kredibilitas tinggi dan dipergunakan untuk membintangi sebuah iklan

merupakan salah satu sarana pencapaian iklan yang efektif, kreatifitas

dalam iklan merupakan atribut yang penting untuk mencapai efektifitas

iklan yang tinggi, sehingga agar sikap konsumen positif terhadap merek

maka efektifitas yang tiggi perlu dicapai. Dari kedua penelitian diatas

memiliki persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh

peneliti saat ini yaitu menggunakan metode penelitian kuantitatif dan

sama-sama mendeskripsikan kredibilitas komunikator.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang

hubungan antar manusia atau individu maupun kelompok. Setiap

komunikasi yang dilakukan selalu mempunyai proses. Komunikasi

dapat berjalan efektif dengan menyatukan tujuan dan menciptakan

suatu pengertian.

Secara terminologis, komunikasi berarti proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah

orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.

(26)

Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “Berbagi Pengalaman”

sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi

dalam pengertian berbagi pengalaman (Mulyana, 2001:42). Agar komunikasi

berlangsung dengan baik, pesan yang merupakan perangsang bagi seorang

penerima, harus dikirim dan diterima secara baik pula. Pesan-pesan tersebut dapat

berupa hal yang dapat didengar, dilihat, dirasakan, dibaui, atau gabungan dari

hal-hal tersebut. Komunikasi tidak harus menggunakan mulut, melainkan juga dapat

menggunakan gerak isyarat, sentuhan, bau-bauan, sama halnya dengan

menggunakan suara (Winarso, 2005:9).

Shannon & Weaver (dikutip dari Arifin, 2003: 21) mendefinisikan

komunikasi adalah “Bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu

sama lainya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi

menggunakan verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan seni, dan

teknologi ( non verbal ).”

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang

dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi

pernyataan dinamakan pesan, orang yang menyampaikan pesan disebut

Komunikator, sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama

Komunikan. Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh

(27)

2.2.2. Unsur – Unsur dalam Pr oses Komunikasi

Komunikasi dinyatakan sebagai suatu proses dimana di dalamnya

terdapat unsur - unsur yang menjadi prasyarat terjadinya komunikasi.

Secara linear, proses komunikasi setidaknya melibatkan empat unsur

(Deddy Mulyana, 2004: 15) dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu

Pengantar, diantaranya :

1. Komunikator, yaitu pihak pengirim pesan.

2. Pesan, yaitu pernyataan yang ingin disampaikan dalam bentuk

lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau lisan, gambar,

angka dan gesture.

3. Saluran (media) yaitu sesuatu yang digunakan sebagai alat

penyampaian pesan, misalnya seperti televisi, radio, telepon.

4. Komunikan, yaitu pihak yang menjadi sasaran komunikasi, disebut

juga sebagai pihak penerima pesan.

2.2.3. Faktor-Faktor Penunjang Komunikasi Efektif

Faktor-faktor penunjang komunikasi efektif, terletak pada pelaku

komunikasi itu sendiri yakni Komunikan dan Komunikator adalah :

1. Faktor pada komponen Komunikan

Komunikator harus mengenal dan mengetahui tujuan Komunikan,

sebabnya adalah karena sangat penting mengetahui hal-hal sebagai

berikut :

(28)

b. Bahasa yang dipergunakan agar pesan dapat dimengerti.

c. Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif.

d. Jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan.

2. Faktor pada komponen Komunikator

Pada komponen Komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif

terdapat dua faktor penting pada diri Komunikator, yaitu :

a. Kepercayaan kepada Komunikator (Source Credibility)

Kepercayaan kepada Komunikator ditentukan oleh keahliannya

dan dapat tidaknya Komunikator untuk dipercaya. Kepercayaan

yang besar dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan

kepercayaan yang rendah akan mengurangi daya perubahan yang

menyenangkan. Kepercayaan kepada Komunikator mencerminkan

bahwa pesan yang diterima Komunikan dianggap benar dan sesuai

dengan kenyataan empiris.

b. Daya tarik Komunikator (Source Tractiveness)

Seorang Komunikator akan mempunyai kemampuan untuk

melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika

pihak Komunikan merasa bahwa Komunikator ikut serta

merasakan apa yang dirasakan Komunikan. Misalnya,

Komunikator dianggap memiliki kesamaan tertentu dengan

Komunikan, sehingga Komunikan bersedia untuk tunduk kepada

(29)

2.2.4. Komunikasi Non Verbal

Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang

sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan

dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan - gerakan anggota

tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body

language. Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui

kontak mata, ekspresi wajah, penggunaan objek seperti pakaian, potongan

rambut dan sebagainya, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan,

kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.

Menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa: “Komunikasi

non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap

kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak

(gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan

atau gerakan tubuh (action language).

2.2.5. Tujuan Komunikasi

Menurut Effendy di dalam bukunya berjudul “Ilmu Komunikasi dan

Filsafat Komunikasi” (2003:55), Komunikasi memiliki beberapa tujuan

utama yakni :

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

2. Mengubah opini atau pendapat atau pandangan (to change the opinion)

3. Mengubah perilaku (to change the behaviour)

(30)

2.2.6. Hambatan Komunikasi

Di dalam penyampaian suatu pesan pasti terdapat suatu hambatan

yang dapat mengganggu berjalannya proses komunikasi, diantaranya

adalah (Napitupulu,2011) :

1. Gangguan

Terdapat dua jenis gangguan, yaitu :

a. Gangguan mekanik atau mechanical noise ialah gangguan yang

disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat

fisik. Sebagai contoh, bunyi menggaung pada pengeras suara,

riuh hadirin, atau bunyi kendaraan yang lewat ketika seseorang

sedang berpidato dalam suatu pertemuan.

b. Gangguan semantik atau semantic noise berkaitan dengan pesan

komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak atau tidak sesuai

dengan apa yang dimaksudkan oleh Komunikator.

2. Kepentingan

Kepentingan (interest) akan membuat seseorang selektif dalam

menanggapi suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan

perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya.

Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian komunikan saja

tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah

laku komunikan juga merupakan sifat reaktif terhadap segala

perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu

(31)

3. Motivasi terpendam

Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan seseorang berbeda satu sama

lain dari waktu ke waktu, karenanya motivasi yang muncul dari

dalam diri seseorang pun berbeda-beda dalam intensitasnya.

4. Prasangka

Prasangka (prejudice) merupakan salah satu rintangan berat bagi

kegiatan komunikasi. Alasannya, orang yang mempunyai prasangka

sudah terlebih dahulu akan menempatkan penilaian negatif misalnya

seperti kecurigaan terhadap komunikator yang sedang

menyampaikan pesan.

2.3. Komunikasi Massa

Menurut Defleur dan Dennis, komunikasi massa adalah suatu proses

dimana komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan

secara luas dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna yang

diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda.

Definisi tersebut menonjolkan pada segi pengemasan dan penyajian isi

pesan di dalam media massa. Dengan cara dan gaya tertentu dapat

menciptakan makna terhadap peristiwa sehingga memepengaruhi khalayak.

Komunikasi yang bersifat informatif mengharapkan adanya penambahan

pengetahuan dan pemahaman dari komunikannya.

Umpan balik yang terjadi dalam proses komunikasi massa dapat

diuraikan sebagai berikut :

(32)

Umpan balik yang diterima oleh komunikator datang dari pesan itu atau

dari komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator

menyadari telah melakukan kesalahan (salah ucap, salah baca, salah

menyebut nama, dan sebagainya), kemudian ia meminta maaf dan

memperbaiki kesalahan tersebut.

2. External feedback

Audiens komunikasi massa berjumlah sangat banyak, maka untuk

mengukur feedback dapat diambil sampel dari sekian persen audiens

yang mewakili. Selain itu, respon yang didapatkan biasanya melalui

pihak ketiga, misalnya perusahaan rating seperti AC Nielsen. Apabila

mereka mendapatkan respon secara langsung, misalnya melalui telepon

atau surat.

2.3.1. Ciri – cir i komunikasi massa

Ciri-ciri komunikasi massa menurut Joseph A. Devito dalam

bukunya Komunikasi Antar Manusia adalah : komunikasi massa

merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak luar yang luar

biasa banyaknya, yang dimaksud adalah semua orang yang membaca atau

semua orang yang menonton televisi. Ciri – ciri lain komunikasi massa

yang dikutip dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek dan

dijelaskan oleh Werner I. Severin dan James Tankard dalam bukunya yang

berjudul “Communication Theories, Origins, Methods, Uses adalah :

komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan

(33)

teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari. Jadi, ciri – cirri

komunikasi massa adalah :

1. Komunikasi massa berlangsung satu arah

Dalam komunikasi massa tidak terdapat umpan balik dari komunikan

kepada komunikator. Dengan kata lain, presenter tidak mengetahui

tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya pada saat terjadinya proses

komunikasi.

2. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum

Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum, yakni

ditujukan kepada umum dan untuk kepentingan umum.

3. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen

Khalayak yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran

yang dituju komunikator bersifat heterogen. Heterogen yang dimaksud,

yakni komunikator dan khalayak yang tidak saling mengenal dan tidak

memiliki kontak pribadi.

4. Umpan balik tertunda

Umpan balik tertunda atau lebih sering disebut dengan feedback

merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun. Ini

berguna agar mengetahui apakah khalayak mengerti apa pesan yang

disampaikan. Akan tetapi, dalam hal ini umpan balik tidak dapat diterima

(34)

2.3.2. Media Massa

Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk

berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada banyak orang,

dalam jangka waktu yang singkat. Media massa merupakan sarana

penyampaian informasi dan komunikasi secara masal dan dapat diakses

oleh masyarakat secara luas. Dengan demikian, maka informasi massa

adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.

(Apriadi Tambukara,2012: 13).

2.3.3. Televisi

Televisi sebagai media massa dengan kekuatan paling besar karena

menghadirkan kualitas penyampaian pesan secara sempurna yakni

menggunakan audio dan visual bersamaan. Isi pesan audiovisual gerak

memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola

pikir, dan perilaku individu” (Baksin, 2006: 16). Media elektronik

memiliki ciri sebagaimana percakapan lisan atau penerimaan informasi

yang bersifat segera dan singkat.

Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa yang

menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar

secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur

dan berkesinambungan. Televisi memiliki beragam program yang variatif,

informatif dan edukatif sebagai sarana media menyampaikan pesan.

Program televisi terdiri dari dua jenis, yaitu program berita dan program

(35)

2.4. Pr ogram Berita

Dalam penyelenggaraan siaran televisi, program berita merupakan

salah satu jenis “produk” siaran. Menurut Baksin (2006: 79), dalam hal

penyelenggaraan siaran program berita digolongkan ke dalam jenis karya

jurnalistik. Yang dimaksud dengan karya jurnalistik, yaitu produksi acara

televisi dengan pendekatan jurnalistik yang mengutamakan kecepatan

penyampaian informasi, realitas atau peristiwa yang terjadi.

Menurut Wibowo, Fred dalam bukunya “Tehnik Produksi Program

Televisi” (2007), dalam program berita televisi penonton dapat melihat

peristiwa yang sedang terjadi dengan ditampilkannya gambar nyata dan

mendengarkan informasi berupa narasi dari berita atau gambar yang

disajikan. Berita yang disajikan haruslah memenuhi kriteria layak berita,

yaitu hangat, aktual, fakta, mengandung unsur human interest, memiliki

kedekatan dengan pemirsa, dan memiliki dampak yang luas. Secara garis

besar program berita dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu hard news dan

soft news (Wibowo, 2007: 53-225). Tujuan utama penyiaran berita adalah

menginformasikan berita penting sebagai upaya untuk memberikan daya

tarik agar orang mau menonton sajian berita tersebut.

2.4.1. Acara Langsung (Live Show)

Acara langsung merupakan program acara yang

ditayangkan secara langsung baik itu dilakukan di dalam studio

(36)

pengulangan baik itu pengambilan gambar, artis, ataupun audio.

Konsep live sering disebut sebagai “Gambaran hidup yang tidak

bisa diulang” (Naratama, 2004: 120).

2.5. Pr esenter

Presenter adalah seorang yang membawakan dan menyampaikan

informasi atau narasi dalam sebuah program acara di stasiun televisi (Hendi

Triono, S.IP, 2007). Ada lima modal dasar yang perlu dimiliki seorang

presenter, yaitu (Sony Tulung, 2007) :

1. Impian adalah modal dasar pertama, impian menggambarkan suatu

keinginan yang memiliki kemungkinan untuk diraih.

2. Memiliki wawasan yang luas, wawasan tersebut didapatkan melalui

pengalaman hidup, membaca buku, mendengarkan informasi, bergaul

dan sebagainya. Karena suatu acara dinilai berhasil atau tidaknya

tergantung dari penampilan presenter (AA Kunto A, 2007).

3. Dengan suara seorang presenter mendapat nilai berkualitas. Misalnya,

suara yang lantang dan teratur dapat membuat penonton tertarik untuk

mendengarnya. Suara merupakan pembawaan sejak lahir tetapi suara

dapat dilatih. Suara dapat membangun theater mind (penciptaan suatu

gambaran dalam benak seseorang mengenai suatu hal)

4. Keahlian berkomunikasi juga berhubungan dengan kemampuan

(37)

penonton karena tidak semua penonton memiliki pengetahuan yang

sama.

5. Modal dasar terakhir adalah sikap. Sikap positif diantaranya adalah

rendah hati, tidak mudah menyerah, disiplin, mau mendengarkan orang

lain (open minded), jujur, menghargai orang lain, dll. Sikap seorang

presenter dapat dilihat dari hal-hal kecil, misalnya seorang presenter

tidak menjadikan berita sebagai bahan lelucon, apalagi jika berita

tersebut merupakan berita duka (Sonny Tulung, 2007).

Kendala terbesar yang dihadapi seorang calon presenter (RM Hartoko, 1999)

adalah :

1. Dilanda 3 demam, yaitu demam microfon, demam kamera, dan demam

panggung. Kebanyakan orang akan merasa malu (self conscous) atau

gugup (nervous) saat dihadapkan pada microfon dan kamera TV.

2. Presenter televisi harus bisa mengendalikan sikap dan perasaan

(motions & emotions) dalam memelihara kedekatan dengan pemirsa

melalui kontak mata.

3. Masalah mental yang dihadapi setiap presenter televisi adalah

bagaimana supaya merasa akrab setulusnya dengan pemirsa heterogen.

Pendekatannya adalah dengan memiliki rasa hubungan perorangan,

berbicara kepada lensa kamera dengan nada percakapan (conversation

(38)

Menurut Becky Tumewu, Erwin Parengkuan, dan Alexander

Sriewijono dalam bukunya “Talk-Inc Points”, Presenter yang baik adalah

seorang presenter yang selalu memperhatikan dan menjaga dengan

sungguh-sungguh performanya, mulai dari penampilan sampai sikap.

Sikap dan perilaku professional menunjukkan kredibilitas seorang

presenter, serta akan membangun kepercayaan para penonton terhadap

kata – kata yang keluar dari mulut dan pikiran presenter.

2.5.1. Pr esenter Berita

Presenter berita adalah seorang yang tampil di depan kamera dan

membacakan berita dari studio (Askurifai Baskin, 2006). Faktor penyaji

berita ini berperan penting agar isi berita dapat sampai kepada khalayak

secara jelas. Menurut Deddy Iskandar Muda dalam bukunya “Jurnalistik

Televisi”, dalam Bahasa Indonesia, “Telangkai” adalah presenter berita

yang merangkai dari satu topik berita ke topik berita yang lain dengan

membacakan lead (teras berita) dari masing-masing berita. Presenter berita

dapat menambah atau mengurangi kalimat yang akan ia bacakan sejauh

hal tersebut disetujui oleh redaktur berita, karena isi bulletin berita adalah

tanggung jawab produser berita yang dibantu para redaktur. Menurut

Nancy Reardon dalam bukunya “On Camera”, membaca berita merupakan

keterampilan yang dibangun atas pengalaman dan kerja keras. Jika

dilakukan dengan baik, hal tersebut dapat memberikan inspirasi. Sebagian

(39)

Kredibilitas merupakan hal yang penting bagi seorang presenter berita.

Kepercayaan pemirsa dapat hilang dalam waktu satu menit hanya karena

penyampaian berita yang tampak dibuat-buat. Walaupun presenter berita

membaca dari teleprompter namun pemirsa tidak boleh merasa nada presenter

berita sedang membaca dari teleprompter. Presenter memiliki keterampilan, tahu

bagaimana berbicara dengan jelas dan berintonasi, hadir dengan energi yang lebih

terfokus daripada yang akan digunakan jika tidak ada kamera.

Presenter berita adalah awal terciptanya jurnalisme televisi, di mana media

ini memperlihatkan satu orang saja yang terlibat dalam penyajian berita. Presenter

berita menduduki posisi terpenting di depan kamera dalam dunia pertelevisian

karena memiliki tanggung jawab yang besar, pekerjaan besar dan bermanfaat

secara professional dan pribadi. Dalam banyak kasus, presenter berita telah

menjadi wajah stasiun TV atau jaringan yang bersangkutan (Flynn T, 2009).

Sebagian besar kendala saat siaran berada di luar kendali presenter, namun

memperhalus keadaan merupakan kendali presenter. Bahkan penanganan teknis

atau masalah komunikasi merupakan bagian dari pekerjaan presenter berita.

Presenter berita dari bursa New York (Jim Jensen) mengenai penanganan

kesalahan teknis, mengatakan : “mereka tidak membayar saya untuk segala

sesuatu yang berjalan dengan benar, tetapi mereka membayar saya untuk saat

terjadi kesalahan. Misalnya, sound tiba – tiba terpotong sehingga orang - orang di

rumah tidak mendengar suara presenter. Presenter harus tahu bagaimana

(40)

berfungsi kembali, presenter dapat memberi penjelasan kepada para pemirsa agar

mereka tidak berpikir bahwa kesalahan terjadi karena televisi penonton.

2.5.2. Komunikasi Non Verbal Pr esenter Berita

Seorang pembicara dalam konteks ini adalah presenter berita, harus

mampu melakukan komunikasi non verbal secara efektif (Askurifai

Baskin, 2006). Bahasa tubuh merupakan komunikasi non verbal, yaitu

proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana pesan yang disampaikan

dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, suara, serta postur

dan gerakan tubuh (Sasa Djuarsa,2001).Bahasa non verbal presenter berita

diantaranya (Nancy Reardon, 2009) :

1. Postur atau gerakan tubuh

Postur atau gerakan tubuh akan memberikan gambaran sikap, namun

gerakan tangan saat tampil di depan kamera sebaiknya tidak

berlebihan. Akan tetapi yang diperlukan adalah menatap bola mata

pemirsa secara langsung, yakni menatap langsung ke kamera dengan

tidak sering berkedip.

2. Kontak mata

Kontak mata adalah kontrol yang ampuh untuk mengetahui apakah

pembicara membosankan atau menyenangkan. Cara seseorang

menatap khalayak atau bagi seorang presenter televisi adalah kamera.

Kamera dapat mengatakan apakah presenter tersebut merasa nyaman

(41)

baik adalah gerakan dan kontak mata yang spontan, melihat secara

langsung kepada khalayak / kamera saat berbicara, tidak menatap

dengan tatapan kosong, tidak menatap terlalu tajam (Menjadi Presenter

Televisi yang Baik : wordpress.com).

3. Ekspresi wajah

Televisi cenderung membuat gerakan kecil menjadi tampak seperti

gerakan besar yang dapat mengganggu. Raut wajah yang bermuka

masam akan mengalihkan perhatian pemirsa dari berita yang

disampaikan presenter. Saat menyampaikan berita, para presenter

berita papan atas dapat membuat dirinya tampak seolah-olah peduli

dengan berita yang disampaikan atau mengetahui persis

masing-masing berita. Ekspresi wajah yang baik adalah mimik wajah yang

ekspresif dan tenang, senyum yang tepat dengan situasi dan

berkesinambungan, ekspresi yang sesuai dengan emosi dari peristiwa

yang dilaporkan atau dibacakan, menghindari raut wajah kaku, dingin,

senyum yang tidak tepat situasi, dan memberi reaksi emosional yang

berlebihan. Ketika sedang berbicara tidak perlu membuka mulut

sebesar mungkin, cukup hanya lidah yang bekerja.

4. Vokal atau paralanguage

Unsur non verbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya

adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan

(42)

5. Penekanan kata

Ketika sedang menyampaikan berita harus tahu kapan saatnya harus

melakukan penekanan / subordinasi dan subteks. Subteks adalah

mengatakan sesuatu dengan perasaan, baik indah maupun buruk.

Sebuah trik yang dapat membantu untuk lebih rileks adalah melakukan

parafrasa. Parafrasa berita yang berarti penyampaian berita dengan

menggunakan kata-kata lain sebagian dari pikiran sendiri akan

membantu untuk berbicara secara alami, lebih menyenangkan dan

menjadi santai. Menekan kata-kata yang paling penting dan biarkan

suara turun naik agar nada tidak monoton.

6. Tata Rias / Make up

Di televisi begitu banyak lampu yang sangat panas seringkali membuat

presenter terlihat pucat sehingga diperlukan tata rias agar terlihat

warna kulit normal seperti semula. Setiap wanita yang mengudara

harus terlihat cantik dan menakjubkan. Gaya rambut bagi pembaca

berita merupakan hal penting, hair spray dapat digunakan agar rambut

tidak tampak berantakan dan terlihat natural

7. Busana

Biasanya setiap stasiun televisi menyediakan make-up artis untuk

melakukan tata rias dan pakaian bagi seluruh pekerja di depan kamera.

Namun, tetap presenter yang lebih mengetahui wajah sendiri dan yang

terlihat baik bagi diri sendiri maka tidak ada salahnya jika membantu

(43)

2.5.3. Vokal Presenter Berita

Presenter berita membacakan berita dengan suara yang jauh lebih

dalam dari suara aslinya. Suara akan membantu menarik perhatian

penonton dan terus mempertahankan ketertarikan itu ( Boyd, 1990). Hal

ini membantu menjaga perhatian pemirsa dengan menghindari hal yang

monoton dan membosankan. Tempo cepat diperlukan untuk menunjukkan

sikap energik, sedangkan tempo lambat diperlukan pada topik-topik

penting. Perubahan gaya dan ritme disesuakan dengan perubahan berita,

tetapi suara akan tetap sama. Ada saatnya presenter berita melunakkan

suara agar menjadi lebih dekat dengan pemirsa, misalnya untuk berita

kematian. Di lain waktu membaca dilakukan dengan cepat dan berapi-api

seperti saat menyampaikan berita polisi yang mengejar penjahat.

Selain itu diperlukan resonansi. Resonansi adalah warna suara,

seperti suara berat, suara tinggi, suara tertahan dalam tenggorokan, dll.

Suara tinggi dan tipis disebabkan oleh ketegangan yang diperburuk oleh

teknik pernapasan yang tidak memadai. Presenter berita perlu memiliki

napas yang cukup untuk berbicara dalam waktu yang lama tanpa

mengambil banyak napas pendek yang akan memotong teks dan membuat

pemirsa sulit mengerti materi yang dibacakan (Nancy, 2009). Saat

menyampaikan berita, suara harus terdengar berwibawa, tetapi juga

terdengar akrab agar dapat terhubung dengan pemirsa.

(44)

pertama. Phrasing (pemenggalan kalimat) harus diperhatikan tidak hanya

untuk mengatur nafas, tetapi juga dalam penyampaian makna karena arti

kalimat akan berbeda jauh dengan makna sebenarnya jika salah memenggal

kata atau kalimatnya (Flynn, 2009). Saat closing program, salam perpisahan

harus diucapkan dengan hangat, bagaikan memberikan sebuah undangan

untuk pemirsa agar kembali menyaksikan siaran tersebut. Bicara dengan

lembut memberikan suasana kedekatan yang efektif untuk penutupan acara.

2.6. Komunikator

Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila

ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber

kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan komunikan kepada komunikator

ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya.

Komunikator berperan penting dalam proses komunikasi karena

komunikator yang mengelola, mengatur, dan menyusun pesan sehingga

pesan tersebut dapat dicapai ditandai dengan adanya perubahan sikap

khalayak.

Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang

disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan

kenyataan empiris. Jadi, seorang komunikator menjadi source credibility

disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh

Aristoteles yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good

(45)

diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions) dan dapat dipercaya

(thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampuan (competence or

expertness) (Effendi, 2007:306).

Dalam hal ini, komunikator haruslah bisa menarik minat khalayak untuk

menonton program mereka. Minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak

timbulnya hasrat untuk melakukan tindakan yang diharapkan (Effendy, 2000:13).

Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1998:53), minat diartikan

sebagai perhatian, ketertarikan, kecenderungan hati, yang dimiliki oleh individu

secara mendalam untuk mendapat sesuatu yang diinginkan dengan cara membayar

pengorbanan atau pengorbanan lainnya. Minat berkembang karena 3 aspek yaitu :

1. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga

khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang

tadinya bingung menjadi merasa jelas.

2. Efek afektif yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat

kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau

film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.

3. Efek behavioral

Efek behavioral yang dihasilkan dalam perilaku seseorang yaitu memiliki

kemampuan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila timbul kesamaan arti pesan dari

komunikator dengan komunikan (Malik, 1994). Fungsi komunikator adalah

(46)

komunikan menjadi tahu atau berubah sikap, pendapat, atau perilakunya. Agar

dapat dipercaya orang lain yang diperlukan bukan hanya dapat berbicara tetapi

juga memerlukan “penampilan” yang meyakinkan. He doesn’t communicate what

he says, he communicates what he is, artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar

hanya memperhatikan apa yang ia katakan, karena pendengar juga akan

memperhatikan siapa yang menyampaikan pesan-pesan tersebut. Bahkan

kadang-kadang unsur “siapa” ini lebih penting dari unsur “apa”. Ketika komunikator

berkomunikasi, yang berpengaruh terhadap khalayak bukan saja apa yang ia

katakan (pesan), tetapi penampilannya, keadaan dirinya, cara berpakaiannya,

model rambutnya juga berpengaruh terhadap khalayak atau mendapat penilaian

dari khalayak pada saat itu.

2.6.1. Model Aristoteles

Ethos Keahlian / kompetensi

Komunikator : Credibility Kepercayaan / keamanan

Dinamisme / elistropesian

Logos Pathos

Message : Consistency Audiens : Emotion

Sumber : Michaell Burgoon. Approaching Specch / Communications. New York: Holt, Rinehart & Winston, 1974, hlm. 10.

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang

(47)

Sebagai seorang filsuf Yunani, Aristoteles mengartikan kredibilitas sebagai ethos

yang terdiri atas :

1. Prior Ethos (Initial Credibility)

Kredibilitas awal dari seorang komunikator, yakni mengenai persepsi

khalayak terhadap komunikator sebelum terjadi proses komunikasi.

2. Intrinsik Ethos (Derived Credibility)

Kredibilitas yang timbul selama komunikator berkomunikasi atau persepsi

khalayak terhadap komunikator ketika komunikator menyampaikan pesan.

3. Terminal Ethos (Terminal Credibility)

Merupakan persepsi khalayak terhadap komunikator setelah terjadi proses

komunikasi.

Sementara komponen atau unsur–unsur dari ethos atau kredibilitas itu sendiri

menurut Aristoteles terbagi menjadi 3 (tiga) aspek, yakni sebagai berikut :

1. Keahlian / kemampuan (competence & expertness).

Keahlian adalah asumsi yang mengatakan bahwa seorang dianggap tinggi

dimensi kompetensinya akan dianggap sebagai sumber atau komunikator

yang memiliki banyak keahlian, berpengalaman dan terlatih.

2. Kepercayaan (trustwordthinnes)

Faktor ini memusatkan pada dasar kepribadian komunikator yang

berkaitan dengan kejujuran, baik hati, sopan, ramah dan menjunjung tinggi

(48)

3. Dinamisme

Ekspresi fisikal dan komitmen psikologis komunikator terhadap topik,

yakni gerakan (body language) harus sinkron dengan apa yang diucapkan.

Unsur verbal dan non verbal harus saling mendukung dan selaras.

Dinamisme merupakan suatu ukuran validitas dari energi komunikator

yang dianggap agresif, empati, kuat, aktif, tegas dengan menghindari sikap

malu-malu, ragu, malas dan difensif.

Pendapat Aristoteles ini juga diuji secara ilmiah oleh Carl Hovland dan Walter

Weiss pada tahun 1951. Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi

komunikator. Kepada sejumlah besar subjek disampaikan pesan tentang

kemungkinan membangun kapal selam yang digerakkan oleh tenaga atom (waktu

itu, menggunakan energi atom masih merupakan impian). Hovland dan Weiss

menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua unsur : Expertise (keahlian)

dan trustworthiness (dapat dipercaya).

1. Keahlian adalah kesan yang dibentuk oleh komunikan tentang kemampuan

komunikator dalam hubunganya dengan topik yang dibicarakan.

Indikatornya adalah cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman,

atau terlatih.

2. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang

berkaitan dengan wataknya. Indikatornya adalah jujur, tulus, bermoral,

(49)

2.6.2. Kredibilitas

Dalam komunikasi massa, komunikator dituntut adalah seorang

professional komunikator, yakni orang terpecaya dalam kelompoknya

untuk membantu menyebarkan pesan (Jeremy Tunshall, 1975). Secara

harfiah yang dimaksud dengan istilah kredibilitas adalah persepsi

khalayak. Kredibilitas tersebut tidak melekat pada komunikator namun

terletak pada persepsi khalayak. Persepsi adalah proses menafsirkan

informasi indrawi (Rudolph F. Verderber). Kredibilitas adalah tingkat di

mana komunikator dipersepsikan sebagai suatu kepercayaan dan

kemampuan oleh penerima (Rogers, 1983). Kredibilitas adalah sejauh

mana penerima melihat sumber memiliki pengetahuan yang relevan,

keterampilan atau pengalaman dan mempercayai sumber untuk

memberikan informasi yang obyektif (www.kamusbesar.com).

Jalaluddin Rachmat (1989) mengemukakan bahwa kredibilitas

adalah seperangkat persepsi tentang sifat-sifat komunikator. Kredibilitas

tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kredibilitas meliputi keahlian, kepercayaan,

dinamisme, dan charisma. Kredibilitas merupakan salah satu unsur

penyebab timbulnya pengaruh komunikator terhadap komunikan. Hovlan

dan Weis (1951) mengatakan bahwa komunikator yang dapat dipercaya

dapat mengubah pandangan komunikan sebanyak 23%, sesuai dengan arah

(50)

Dalam berkomunikasi, yang berpengaruh terhadap komunikan bukan

hanya apa yang disampaikan tetapi juga keadaan komunikator secara keseluruhan

(Rakhmat, 1989). Jadi ketika suatu pesan disampaikan, komunikan tidak hanya

mendengarkan apa yang dikatakan tetapi ia juga memperhatikan siapa yang

mengatakan.

Kredibilitas seorang komunikator sangat berperan dalam menghasilkan

komunikasi yang efektif. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Gilling dan

Greenwald yang melakukan penelitian untuk meneliti apakah khalayak menolak

pesan persuasive atas dasar isi pesan atau sumber (komunikator). Respon setuju

lebih banyak pada sumber yang berkredibilitas tinggi dari pada sumber yang

berkredibilitas rendah (Watt dan Berg, 1995). Penelitian lain yang dilakukan

Hovland dan Weiss menyatakan bahwa sumber yang berkredibilitas tinggi lebih

banyak menghasilkan perubahan sikap daripada sumber yang berkredibilitas

rendah sesuai presentasi pesan. (Saverin & Tankard, 1995). Semakin tingginya

penilaian terhadap sumber komunikasi yang sesuai, maka semakin besar pula

kemungkinan terjadinya perubahan sikap pada komunikan, yang berarti

komunikasi yang dilakukan berjalan efektif. Jadi, kredibilitas adalah seberapa

besar konsumen melihat sumber memiliki pengetahuan, keterampilan, atau

pengalaman yang relevan dan mempercayai sumber tersebut untuk memberikan

infotmasi yang tidak bias dan obyektif. Informasi dari sumber yang kredibel

mempengaruhi keyakinan, opini, sikap, dan / atau perilaku melalui suatu proses

internalisasi, yang terjadi saat audiens selalu menonton program berita yang

(51)

Menurut Clow & Baack (2007), kredibilitas komunikator terdiri dari

gabungan daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan

(trustworthiness) dan keahlian (expertise). Kredibilitas adalah seperangkat

persepsi komunikasi tentang sifat-sifat komunikator. Dari definisi ini terkandung

dua hal, yaitu :

1. Kredibilitas adalah persepsi komunikan, jadi tidak inheren dalam diri

komunikator.

2. Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator

(komponen-komponen kredibilitas).

Oleh karena itu persepsi berubah-ubah tergantung kepada pelaku persepsi

(komunikan), topik yang dibahas, dan situasi. Karena persepsi merupakan

pandangan orang lain (komunikan), maka persepsi itu dapat dimanipulasi dengan

cara menggunakan beragam atribut/asesoris yang dapat mengubah persepsi orang

lain terhadap komunikator. Misalnya, seorang profesor dari perguruan tinggi

terkemuka didandani pakaian robek-robek, lusuh dan dekil. Maka kita dapat

meramalkan kredibilitas sang profesor tersebut akan jatuh, lain halnya apabila

sang profesor tersebut mengunakan jas dan dasi

Gambar

Gambar. 4.1
TABEL 4.1
TABEL 4.2
TABEL 4.3 KLASIFIKASI RESPONDEN BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagian besar entrepreneur yang merupakan alumni Universitas "X" di kota Surabaya tergolong Pessimistic

Hasil penelitian diketahui bahwa sikap komunitas film Surabaya mengenai pengesahan undang undang perfilman melalui pemberitaan surat kabar Jawa Pos adalah netral Kenyataan ini

Respon responden 28% atau 28 orang menyatakan sangat setuju karena acara ini bernilai postif dan hanya sekedar untuk menghibur dan dapat memberikan acara hiburan yang

Kedua program ini di persepsikan sangat sering mengulangi penyiaran berita, akan tetapi responden masih memilih kedua program berita ini dalam memenuhi kebutuhan informasi

Kemudian dalam format penyajian berita Pemilu, walaupun data yang diperoleh selama peneltian menunjuan Metro TV hanya menggunakan satu format penyiaran berita, yaitu:

Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan Judul: Persepsi Mahasiswa Pada Siaran Berita di Stasiun Televisi Lokal di Lombok TV (Studi pada Mahasiswa

Sedangkan 13,4% dari responden yang memiliki pengetahuan terhadap perusahaan tinggi, menyatakan intensitas pesan siaran Dialog Interaktif PDAM Kota Bandung tidak baik

Setelah dilakukan penghitungan, menunjukkan bahwa penonton remaja di Surabaya yang menonton Tonight Show, memiliki kepuasan yang tinggi pada motif informasi dan