Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J urusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur Padatanggal 24 Desember 2013
SKRIPSI
Oleh :
MELIANA BOUTY
NPM. 0943010253
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Disusun Oleh :
MELIANA BOUTY NPM. 0943010253
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
PembimbingUtama
Dr s. Saifuddin Zuhr i, M.Si NPT. 3 7006 94 00351
Mengetahui
D E K A N
Oleh :
MELIANA BOUTY NPM. 0943010253
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur Pada tanggal 24 Desember 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji :
1. Ketua
Ir. DidiekTranggono, M. Si
Dr s. SaifuddinZuhr i, M.Si NIP. 195812251990011001
NPT. 3 7006 94 00351
2.Sekr etaris
Dr s. SaifuddinZuhr i, M.Si NPT. 3 7006 94 00351
3. Anggota
Dra. Diana Amelia, M. Si NIP 19630907 199103 2001
Mengetahui, DEKAN
karunia dan hidayahnya kepada penulis, sehingga skripsi dengan judul
“KREDIBILITAS PRESENTER BERITA TV LOKAL” (Analisis Deskr iptif
Mengenai Kredibilitas Pr esenter Berita pada TV Lokal J TV Sur abaya) dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si
selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak
menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun
materiil.Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih
yang sebesar-sebesarnya kepada :
1. Allah SWT, pemilik roh dan seluruh kehidupan lahir dan batin, atas ijinnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta Nabi Muhammad SAW, sosok idola
yang member inspirasi, panutan dan makna dalam kehidupan.
2. Prof. DR. Ir. TeguhSoedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UPN “Veteran” JawaTimur.
4. Bapak Juwito, M.Si.,Ketua Program Studi IlmuKomunikasi FISIP UPN “Veteran”
Jawa Timur.
5. Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi
FISIP UPN “Veteran” Jatim, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak membantu penulis dalam proses menyelesaikan Skripsi, baik petunjuk,
bimbingan, dorongan dan doa-nya.
6. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan FISIP
hingga UPN “Veteran” Jatim.
7. Abbiy, Ummy dan kakak, adik serta keluarga besar Bouty yang telah member
doa, dorongan, semangat dan selalu membantu menyajikan kopi saat penulis
mengerjakan penelitian ini.
8. Wanita – wanita Superku, Ries Damayanti, Nita Setiabudi, Ajeng Retna, Jennifer
Zefanya, Dyah Anjarsari, Harlin Oktavianti, Andi Afdilla, Adisty Machmudah,
Elshacha, Fenny, Fiyna, Rara, dan kawan – kawanlainnya.
9. Lelaki hebatku ,Mirza, Awalu, Fawji, Evan, Erick, Kak Jilly, dan lainnya.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak umumnya dan penulis pada khususnya.
Sur abaya, 09 Desember 2013
HALAMAN PERSETUJ UAN ………...
HALAMAN PENGESAHAN ………
KATA PENGANTAR ……….……
DAFTAR ISI ……….…...
DAFTAR TABEL ………...
DAFTAR GAMBAR ……….…..
DAFTAR LAMPIRAN ………
ABSTRAK ………
ABSTRACT ………
BAB I. PENDAHULUAN ………..………….…...
1.1. Latar Belakang Masalah ………..….……….……
1.2. Perumusan Masalah ……….……...……...…
1.3. Tujuan Penelitian ……….……….…………...…...
1.4. Manfaat Penelitian ………..…….…….…....
BAB II. KAJ IAN PUSTAKA ………..………….…..
2.1. PenelitianTerdahulu ……….….…………
2.2. Landasan Teori ……….……….
2.2.1. Pengertian Komunikasi ………...
2.2.2. Unsur – Unsur dalam Proses Komunikasi ………..…
2.2.3. Faktor Penunjang Komunikasi Efektif ………..…
2.2.4. Komunikasi Non Verbal ……….………….…
2.2.5. Tujuan Komunikasi ………..….
2.2.6. Gangguan Komunikasi ………..…
2.3.Komunikasi Massa ……….……..…..…
2.3.1. Ciri – cirri Komunikasi Massa ………....…..
2.3.2. Media Massa ………...….
2.3.3. Televisi ………..…………..…
2.4. Program Berita ………..…
2.4.1. Acara Langsung ………...………..….
2.5. Presenter ………...
2.5.1. Presenter Berita ……….……....
2.5.2. Komunikasi NonVerbal Presenter Berita ……..…...
2.5.3 Vokal Presenter Berita ……….……….….……
2.6. Komunikator ……….
2.6.1. Model Aristoteles ……….….
2.6.2. Kredibilitas………….……….……….
2.7. Kerangka Berpikir ………..……….…..…
BAB III. METODE PENELITIAN ………..…………
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ….…..…...…
3.1.2. Pengukuran Variabel ……….………...
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ………
3.2.1. Populasi…………...……….………...
3.2.2. Sampel ………..…...
3.2.3. Teknik Penarikan Sampel ………
3.3. Teknik Pengumpulan Data ………..
3.4. Metode Analisis Data ………...
BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….…..
4.1. Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data ……….
4.1.1. Deskripsi JTV Surabaya ……….
4.1.1.2. Visi dan Misi JTV Surabaya ……….
4.1.2. Penyajian Data ………
4.1.2.1. Identitas Responden ………
4.1.2.2. Deskripsi Variabel Kredibilitas Presenter Berita JJ
4.2. Analisis Data ……….….
4.2.1. Analisis Indikator Kemampuan Presenter ………….……
4.2.2. Analisis Indikator KepercayaanPemirsa ……..….……...
4.2.3. Analisis Indikator Dinamisme Presenter ……….….…….
4.2.4. Analisis Variabel Kredibilitas Presenter ………
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….
5.1. Kesimpulan ……….…… .
5.2. Saran ………
DAFTAR PUSTAKA ……….…...……
LAMPIRAN ………...….……….. 131
131
133
134
Pada tahun 80-an, penyajian program berita televisi sekedar membacakan berita. Namun, saat memasuki era 90-an Presenter berita memiliki tuntutan kemampuan yang lebih dalam membawakan program berita. Diantaranya, memiliki keahlian dalam menggunakan berbagai bahasa, menterjemahkan gambar, skill wawancara narasumber, manajemen durasi, tidak terikat pada teks namun tidak mengubah informasi. Kredibilitas yang tinggi dapat meyakinkan penonton mengenai informasi yang disampaikan.
Penelitian ini menggunakan variabel kredibilitas menggunakan model aristoteles yang terdiri daritiga indikator : kemampuan presenter berita, kepercayaan pemirsadan dinamisme presenter berita. Pengukuran variabel menggunakan skala pengukuran rating-scale. Metode analisis data yang digunakan adalah editing atau seleksi angket, coding, dan tabulating.
Berdasarkan hasil analisis yang dapat diketahui Variabel kredibilitas diperoleh 67% menyatakan presenter berita JTV Surabaya memiliki kredibilitas yang sangat tinggi bagi khalayak.
Kata Kunci :Model Aristoteles, Kredibilitas, Presenter Berita
ABSTRACT
MELIANABOUTY, CREDIBILITY LOCAL TV NEWS PRESENTER (Quantitative Descriptive Study about Credibility of the Local TV News Pr esenter J TV Surabaya).
In the 80s, the presentation of television news programs just read the news. However, upon entering the era of the 90s have news presenter demands a greater ability to bring news program. Among them, have expertise in using different languages, translate drawings, skill informant interviews, duration management, not tied to the text but does not change the information. High credibility to convince the audience of the information submitted .
This study uses a model variable using Aristotle credibility consisting of three indicators : news presenter ability, confidence and dynamism viewers news presenter. Measurement variables using rating- scale measurement scale. Data analysis methods used are editing or selection questionnaire, coding and tabulating.
Based on the results of the analysis can be known variable credibility gained 67 % said the news presenter JTV Surabaya has very high credibility to the audience.
Key Words:ModelsAristoteles, Credibility, NewsPresenter
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Media televisi kini menjadi kebutuhan pokok bagi kehidupan
manusia. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Wirodono (2005), bahwa
penetrasi media televisi mencapai 90,7%, sedangkan jenis media lain
seperti radio mencapai 39%, surat kabar 29,8%, majalah 22,4%, internet
8,8% dan orang menonton bioskop 15%.
Televisi pertama di Indonesia adalah Televisi Republik Indonesia
yang mulai beroperasi pada tanggal 17 Agustus 1962. Pada saat itu, sistem
pengembangan televisi di Indonesia berdasarkan 3 pilar utama, yaitu :
TVRI (pemerintah), Televisi Swasta, dan TV Pendidikan. Namun
dominasi tersebut pudar seiring dengan dikeluarkannya ijin pendirian
televisi swasta.
Televisi lokal mulai mempunyai harapan saat Undang - Undang
No. 32 Tahun 2002 Penyiaran diluncurkan pada 28 November 2002.
Peraturan ini memberi pengakuan hukum atas eksistensi lembaga
penyiaran lokal, baik swasta, komunitas, maupun publik. Bahkan, ada satu
klausul yang membatasi siaran televisi nasional dengan mengharuskannya
berjaringan dengan televisi - televisi lokal (Sudibyo, 2004: 102). Seiring
Tujuan UU ini adalah mengatur tentang Sistem Siaran Berjaringan untuk
meletakkan pondasi bagi sistem desentralisasi penyiaran, yaitu memberikan
keleluasaan untuk pembangunan ekonomi, kesejahteraan masyarakat di daerah,
juga agar tidak terkonsentrasi dipusat (Setiakarya, 2008).
Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Suku Jawa
adalah suku mayoritas (83,68%), tetapi Surabaya juga menjadi tempat tinggal
berbagai suku bangsa di Indonesia, termasuk suku Madura (7,5%), Tionghoa
(7,25%), Arab (2,04%), dan sisanya merupakan suku bangsa lain seperti Bali,
Batak, Bugis, Manado, Minangkabau, Dayak, Toraja, Ambon, dan Aceh atau
warga asing. Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan
perekonomian di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Banyak perusahaan besar
yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk, Maspion, Wing's
Group, Unilever, Pakuwon Group, Jawa Pos Group dan PT PAL.
Menurut Morissan (2008), segmentasi khalayak atau audien adalah suatu
strategi untuk memahami struktur audiens. Dengan adanya segmentasi ini, maka
khalayak yang dituju akan lebih spesifik. Program yang disajikanpun bisa tepat
sasaran, sehingga masyarakat merasakan adanya proximity atau kedekatan dan
rasa memiliki terhadap program yang disajikan. Pemetaan khalayak TV lokal
termasuk dalam geodemografis, yang merupakan gabungan dari demografis dan
geografis maka dalam masyarakat terdapat adanya kebutuhan yang sama dalam
hal informasi mengenai daerahnya sendiri, baik itu berupa berita, kebudayaan,
hiburan, dan sebagainya. Hal ini senada dengan Shrimp (2003 : 149), bahwa dasar
misalnya tetangga atau dalam zona kode area, juga memiliki persamaan dalam
demografi dan gaya hidup.
Sebagai lembaga penyiaran publik maka dalam penyiarannya, TV Lokal
Surabaya harus menggunakan empat prinsip dasar penyiaran yang berdasar pada
UU Penyiaran No.32 / 2002 yaitu bersifat independen, netral, tidak komersil, dan
berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat. Independen berarti
tidak tergantung pada pemerintah atau pihak lain dan tidak dipengaruhi oleh pihak
lain. Sedangkan netral bisa berarti dalam menjalankan fungsi penyiarannya lepas
dari keberpihakan pihak manapun (berfungsi sebagai fasilitator / mediator). Tidak
komersial bisa dipahami TV lokal Surabaya beroperasi tidak semata - mata
mencari keuntungan namun lebih menguntungkan peningkatan layanan
masyarakat.
Dalam fungsinya sebagai lembaga penyiaran publik, TV lokal Surabaya
mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang
sehat, kontrol dan perekat sosial. Selain itu juga melestarikan budaya bangsa
untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat yang menjangkau seluruh wilayah
NKRI. Target TV lokal Surabaya ingin membuka ruang publik dengan
memberikan hak memperoleh informasi yang benar dan menyampaikan pendapat
umum atau aspirasi bagi masyarakat sehingga menempatkan masyarakat sebagai
pemilik TV lokal. Sebagai media penyiaran, produk yang dijual oleh TV lokal
adalah program acara yang mengusung nilai - nilai lokalitas Jawa Timur.
Kompas TV, Jawa Pos TV (JTV), SBO TV, Surabaya TV, TV Edukasi, MN TV
(B-Channel), BBS TV, MH TV (Medical & Health TV), TV 9, dan TV Anak
Spacetoon
Dari beberapa TV Lokal Di Surabaya, JTV Surabaya merupakan salah
satu stasiun televisi yang penyiarannya sesuai dengan Undang - Undang No. 32
Tahun 2002 yang ditetapkan pada tanggal 28 November 2002. Stasiun Televisi
Jawapos (JTV) merupakan sebuah stasiun TV swasta lokal dengan moto “Seratus
Persen Jawa Timur”, berdiri sejak tanggal 8 November 2001 di Kota Surabaya,
Jawa Timur. JTV membuat stasiun-stasiun TV lokal JTV langsung di kesembilan
pemancar relaynya plus satu TV lokal. JTV melangkah bahkan sudah melampaui
Televisi dari Jakarta yang sebenarnya mampu melakukan hal yang sama. Bahkan,
ada beberapa TV Nasional yang hanya memiliki satu TV lokal di Surabaya tanpa
menjadikannya se - provinsi, dan tidak punya TV lokal di kota lain.
JTV adalah televisi swasta regional pertama di Indonesia sekaligus yang
terbesar hingga saat ini. Jangkauan JTV meliputi hampir seluruh provinsi Jawa
Timur secara terestrial, juga bisa diterima diseluruh Indonesia, Malaysia, Brunei
Darussalam, Filipina dan sebagian Australia melalui parabola Satelit Telkom 1
freq 4096 symbol rate 3125 horizontal, TV cable TelkomVision dan Kabelvision
Surabaya CH 30. Jaringan Lokal JTV Surabaya adalah JTV Malang (awalnya
bernama JBTV), JTV Madiun, JTV Jember, JTV Madura, JTV Situbondo, JTV
Banyuwangi, JTV Bojonegoro, JTV Kediri, JTV Pacitan, Citra TV (TV lokal asli
Lamongan). Hampir semua TV lokal milik JTV sudah memiliki standar produksi
Di Jawa Timur sendiri, JTV merupakan media yang banyak ditonton oleh
masyarakat. Menurut Fatekhul Mujib, M.Si, peneliti Republik Institut, JTV
termasuk televisi lokal yang fenomenal karena ditonton oleh lebih dari 57%
masyarakat Jawa Timur. Beragam Program acara dikemas secara menarik dengan
mengusung nilai lokal. Program berita Pojok Kampung memperoleh penghargaan
dari Surabaya Heritage pada Senin (7/7) di JTV. ''Penghargaan itu bisa dikatakan
salah satu pembuktian bahwa Pojok Kampung adalah aset Jawa Timur dan JTV
Surabaya sangat mengedepankan konten budaya kelokalan. Kehadiran stasiun
televisi lokal diharapkan dapat mengangkat budaya dan kearifan lokal (local
genius) yang hidup dan berkembang di masyarakat, sehingga akan terjadi proses
pembelajaran dan penanaman nilai-nilai (positif) budaya setempat untuk
mempertahankan eksistensinya serta mengembangkan reputasi sebagai salah satu
stasiun televise lokal yang terkemuka.
Komunikasi yang tepat bukan hanya komunikasi yang melibatkan
komunikator dan komunikan sebagai pemberi dan penerima pesan, namun juga
bagaimana seorang komunikan dapat menafsirkan pesan yang disampaikan oleh
komunikator serta bagaimana seorang komunikator dapat menympaikan pesan
yang dimengerti oleh komunikan. Seperti dikemukakan oleh Thomas M. Scheidel,
bahwa berkomunikasi adalah untuk menyatakan dan mendukung identitas diri
untuk membangun kontak sosial dengan orang di sekitar dan untuk mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berfikir atau berperilaku seperti yang kita inginkan
Di era tahun 80-an, program berita mempunyai banyak peminat karena
berbagai informasi berita dapat disaksikan oleh masyarakat di seluruh dunia
secara langsung melalui siaran berita televisi. Pada masa dimana masyarakat
dunia saat ini semakin global maka program berita pun memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat. Baik stasiun televisi lokal maupun
internasional, menyajikan berbagai peristiwa-peristiwa penting yang menarik bagi
pemirsanya. Berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki
nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan
melalui media massa.
Dalam industri pertelevisian, bukan hanya isi berita yang menentukan
tingkat ketertarikan pemirsa untuk menyaksikan program berita suatu stasiun
televisi. Diantaranya adalah diperlukan tampilnya seorang penyiar berita dengan
daya tarik yang tinggi untuk menyampaikan berita pada pemirsa. Oleh karena itu,
berbagai stasiun televisi dalam usaha menarik perhatian pemirsa untuk
menyaksikan siaran berita tidak cukup hanya dengan pengemasan paket berita
yang baik, tetapi juga harus menampilkan penyiar yang memiliki kredibilitas
tinggi.
Hal tersebut dikarenakan, presenter berita merupakan salah satu tenaga
profesional di industri penyiaran televisi yang menempati peran sangat vital dan
menjadi tolok ukur menilai citra televisi di mata masyarakat. Sehingga untuk
menjadi presenter berita harus memperhatikan banyak hal, modal utamanya
adalah kredibilitas. Menurut presenter talkshow Tina Talisa, dalam acara
UGM. Pengetahuan yang luas sangat penting karena kita tidak bisa
menyampaikan informasi kepada pemirsa televisi, jika wawasan sempit atau
terbatas. Dalam hal ini, yang dibutuhkan tidak hanya keterampilan seorang
reporter yang ahli dalam menggali sebuah berita, tetapi juga kemampuan seorang
penyiar berita dalam menyampaikan berita itu.
Kredibilitas presenter berita dapat dinilai dari kepribadiannya. Setelah hal
itu dipenuhi barulah komposisi wajah yang dipertimbangkan. Tentunya bentuk
wajah yang good looking (camera face) baik in - frame maupun out - frame.
Wajah tampan dan cantik para presenter berita menjadi nilai plus yang membuat
pemirsa menantikan kehadiran mereka di depan televisi. Tidak dipungkiri, hal itu
pula yang membuat para pembawa berita menjadi selebriti baru di layar kaca dan
bahkan bisa disandingkan dengan selebriti dunia hiburan. Keduanya memiliki
penggemar fanatik yang jumlahnya bisa puluhan ribu bahkan ada juga yang
memberikan perhatian khusus kepada pembawa berita dengan membuat blog
khusus yang berhubungan dengan aktivitas dan penampilan news presenter
http://newsanchoradmirer.wordpress.com, dengan tag mereka : blog komunitas
fans news person. Sebagian besar pembawa berita dari semua televisi swasta
mendapat tempat di sini. Tidak hanya mengomentari penampilan, bahkan pemilik
blog juga tahu jika ada baju yang dipakai oleh presenter A dan B sama dalam satu
hari, selain itu juga memasukkan artikel – artikel yang berhubungan dengan profil
news presenter tersebut. Ada juga blog http://presentercantik.blogspot.com yang
lebih fokus pada presenter berita yang dianggap cantik dan berprestasi bagi
Selain itu, kredibilitas berhubungan dengan gaya penyajian berita oleh
presenter berita yang juga memainkan peranan penting menyampaikan berita.
Setiap stasiun televisi memiliki karakteristik masing-masing yang diharapkan
dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan masyarakat akan berita yang
disampaikan. Presenter berita televisi, kini telah memasuki era komunikator dan
meninggalkan zaman announcer (Hausman, 2003:13). Menurut Carl Hausman,
Lewis N. O’Donnel dan Philipe Benoit dalam bukunya Announcing – Broadcast
Communicating Today, On-air performer tidak hanya sekedar mengumumkan
sesuatu melainkan menghibur, bertutur, memberi informasi sekaligus menjadi
teman dan tidak lagi mengumumkan sesuatu dengan cara yang terlalu resmi dan
bergaya seperti masa lalu.
J.B. Wahyudi (1996) dalam bukunya Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi
mengatakan, seiring dengan gelombang perubahan yang terjadi di Indonesia
membawa nuansa lain bagi pertelevisian di Indonesia. Sebelum terjadi reformasi
(gelombang perubahan) berbagai informasi yang disajikan terkesan kaku dan
berjarak dengan penonton. Namun saat ini, news atau program berita seringkali
disajikan dengan cara yang menghibur namun tetap terpercaya. Dengan gaya
penyajian yang seperti itu, program news diharapkan membawa nuansa baru yang
bisa lebih diterima masyarakat.
Sesuai dengan Dosen Jurusan Komunikasi UGM, Nyarwi Ahmad yang
mengatakan bahwa industri pertelevisian adalah panggung pertunjukan, karena itu
Untuk itu, siapa saja dan apapun materi yang ditampilkan di dalam dunia televisi,
haruslah dipersiapkan dengan maksimal.
Menurut pengamat media dan komunikasi, Tomy Satryatomo, Peralatan
dan teknologi bisa mudah dibeli dengan cepat. Tetapi sumber daya manusia
(SDM) berkualitas, baik di balik layar maupun di depan layar bukan perkara
mudah. Ironisnya, banyak stasiun televisi baru bermunculan. Meski tak semua
stasiun televisi baru mengkhususkan diri sebagai televisi berita, tetapi tetap butuh
presenter berita yang memiliki jam terbang. Sebab, stasiun televisi tersebut ingin
memperlihatkan diri memiliki SDM berkualitas saat menyampaikan berita.
Remaja ditahun 80-an tidak memiliki banyak pilihan, berita merupakan
konsumsi orang tua yang mau tidak mau tetap ditonton oleh kalangan remaja.
Dulu rasanya mereka biasa saja, baca berita ya memang harusnya seperti itu.
Tetapi setelah masuk ke era 90-an, mulai ada stasiun televisi swasta. Acara berita
mulai beragam dan presenter pun mulai banyak. Acara berita dikemas sedemikian
rupa sehingga menjadi menarik dan karena persaingan segala aspek benar benar
dibenahi. Banyak muka baru dan segar, gaya membawakan berita juga banyak
inovasi. Presenter berita masa kini dituntut untuk dapat tampil cantik, cerdas,
berani dan tangkas.
Bagi pemirsa, yang menarik dalam program berita saat ini adalah
bagaimana para presenter itu tampil membawakan berita dengan sebaik mungkin
dengan tetap mengindahkan kaidah kaidah jurnalistik. Banyak orang berpendapat,
kalau anda cantik dan cerdas maka jadilah presenter. Hal tersebut dikarenakan
saat ini memiliki skill dan kemampuan yang unik dan tidak biasa yakni adanya
penyajian program berita yang lebih bervariasi yakni tidak hanya membaca berita
yang telah dikemas oleh scriptwriter tetapi juga memberikan informasi kepada
pemirsa dengan segmen dialog. Pada segmen tersebut, produser mengundang
narasumber untuk ber-interaksi dengan presenter secara langsung (tatap muka)
dimana perbincangan keduanya sangat berguna dan bermanfaat bagi pemirsa. Ini
adalah salah satu format penyajian yang dapat menarik perhatian pemirsa untuk
mengikuti program berita tersebut. Stasiun TV Lokal juga mulai menggunakan
format penyajian program berita dengan memberi segmen dialog dengan berbagai
macam konsep sesuai dengan topik yang akan dibahas dan pemilihan
narasumbernya pun harus sesuai dengan topik dialog tatap muka maupun dialog
interaktif. Hal ini sangat penting untuk meyakinkan pemirsa agar menerima
informasi tersebut dengan baik. Oleh karena itu, presenter berita masa kini harus
memiliki tuntutan kemampuan yang lebih dalam membawakan program berita.
Diantaranya, memiliki keahlian dalam menggunakan berbagai bahasa,
menterjemahkan gambar, skill wawancara narasumber, manajemen durasi, juga
skill wawancara commoner (wawancara dengan warga biasa, bukan narasumber
ahli), tidak terikat pada teks namun tidak mengubah informasi, go with the flow
(seolah-olah tahu kemana pembicaraan seseorang dan selalu bisa
Hal inilah yang melatar belakangi penulis sehingga tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai kredibilitas presenter berita TV Lokal JTV
Surabaya.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka permasalahannya dapat dirumuskan
sebagai berikut :
“Bagaimana kredibilitas presenter berita pada TV Lokal JTV Surabaya” ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah :
“Untuk mengetahui bagaimana kredibilitas presenter berita pada TV Lokal
JTV Surabaya”.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah khasanah
pengetahuan dunia pertelevisian, khususnya tentang kredibilitas
presenter berita TV Lokal JTV Surabaya.
2. Secara praktis, peneliti berharap dapat mendorong para peneliti lain
untuk lebih meningkatkan inovasi baru dan mengembangkan
2.1 Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu yang berjudul Kredibilitas, Daya Tarik,
dan Kewenangan Pimpinan sebagai Komunikator terhadap Etos Kerja
Karyawan, oleh Rusmadi Awza Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Riau. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pengaruh kredibilitas, daya tarik, wewenang pimpinan sebagai
komunikator terhadap etos kerja karyawan pada Hotel Mutiara Merdeka
Pekanbaru. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan tipe penelitian yang digunakan adalah survey (explanatory survey),
yakni penelitian yang mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang
terjadi dan mencari faktor-faktor yang mugkin menjadi penyebabnya
melalui data tertentu. Data diperoleh dari hasil angket dari responden yang
terpilih melalui random dan juga melalui wawancara sebagai data
pendukung. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling acak
distatifikasi (stratified random sampling). Pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang diberikan kepada semua anggota sampel
terdiri dari 51 pertanyaan dan pernyataan dengan skala pengukuran
ordinal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial
kredibilitas, daya tarik dan kewenangan berhubungan dengan etos kerja
Setelah diuji ternyata kredibilitas sangat berhubungan dengan etos kerja,
daya tarik termasuk kategori yang tidak bermakna, berarti daya tarik tidak ada
hubungannya dengan etos kerja. Sementara kewenangan pimpinan setelah diuji
ternyata paling berpengaruh positif terhadap etos kerja, berarti kewenangan
mempunyai hubungan sangat berpengaruh terhadap etos kerja karyawan hotel.
Secara simultan ternyata kredibilitas dan kewenangan berpengaruh positif
terhadap etos kerja karyawan hotel. Kedua variabel tersebut sangat berhubungan
dengan etos kerja karyawan hotel, sedangkan daya tarik baik secara parsial
maupun secara simultan tidak ada hubungannya dengan etos kerja karyawan
hotel. Melihat kewenangan pimpinan pengaruhnya besar terhadap etos kerja
karyawan, maka disarankan kepada pimpinan untuk menggunakan kewenangan
tersebut dengan sebaik-baiknya dengan berpatokan kepada aturan yang telah
berlaku, namun tidak bertindak semena-mena atau bahkan otoriter. Kalau sifat
otoriter terjadi dikhawatirkan justru kewenangan ini akan menjadi counter
productive bagi etos kerja karyawan.
Penelitian kedua yang berjudul Pengaruh Kredibilitas Endorser dan
Kreatifitas Iklan terhadap Efektivitas Iklan yang Mempengaruhi Sikap Terhadap
Merek, yang dilakukan oleh Rudolph Setiaji Handoko, 2006. Metode Penelitian
yang digunakan adalah Metode Penelitian Kuantitatif. Dalam penelitian ini,
peneliti menerapkan metode penelitian non parametric dengan data yang berasal
dari observasi dan wawancara. Variabel yang digunakan berupa kredibilitas,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa endorser yang memiliki
kredibilitas tinggi dan dipergunakan untuk membintangi sebuah iklan
merupakan salah satu sarana pencapaian iklan yang efektif, kreatifitas
dalam iklan merupakan atribut yang penting untuk mencapai efektifitas
iklan yang tinggi, sehingga agar sikap konsumen positif terhadap merek
maka efektifitas yang tiggi perlu dicapai. Dari kedua penelitian diatas
memiliki persamaan dengan penelitian yang sedang dilakukan oleh
peneliti saat ini yaitu menggunakan metode penelitian kuantitatif dan
sama-sama mendeskripsikan kredibilitas komunikator.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah ilmu yang mempelajari tentang
hubungan antar manusia atau individu maupun kelompok. Setiap
komunikasi yang dilakukan selalu mempunyai proses. Komunikasi
dapat berjalan efektif dengan menyatukan tujuan dan menciptakan
suatu pengertian.
Secara terminologis, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Dari pengertian ini jelas bahwa komunikasi melibatkan sejumlah
orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain.
Komunikasi didefinisikan secara luas sebagai “Berbagi Pengalaman”
sampai batas tertentu, setiap makhluk dapat dikatakan melakukan komunikasi
dalam pengertian berbagi pengalaman (Mulyana, 2001:42). Agar komunikasi
berlangsung dengan baik, pesan yang merupakan perangsang bagi seorang
penerima, harus dikirim dan diterima secara baik pula. Pesan-pesan tersebut dapat
berupa hal yang dapat didengar, dilihat, dirasakan, dibaui, atau gabungan dari
hal-hal tersebut. Komunikasi tidak harus menggunakan mulut, melainkan juga dapat
menggunakan gerak isyarat, sentuhan, bau-bauan, sama halnya dengan
menggunakan suara (Winarso, 2005:9).
Shannon & Weaver (dikutip dari Arifin, 2003: 21) mendefinisikan
komunikasi adalah “Bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lainya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi
menggunakan verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan seni, dan
teknologi ( non verbal ).”
Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang
dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi
pernyataan dinamakan pesan, orang yang menyampaikan pesan disebut
Komunikator, sedangkan orang yang menerima pernyataan diberi nama
Komunikan. Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh
2.2.2. Unsur – Unsur dalam Pr oses Komunikasi
Komunikasi dinyatakan sebagai suatu proses dimana di dalamnya
terdapat unsur - unsur yang menjadi prasyarat terjadinya komunikasi.
Secara linear, proses komunikasi setidaknya melibatkan empat unsur
(Deddy Mulyana, 2004: 15) dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar, diantaranya :
1. Komunikator, yaitu pihak pengirim pesan.
2. Pesan, yaitu pernyataan yang ingin disampaikan dalam bentuk
lambang atau tanda seperti kata-kata tertulis atau lisan, gambar,
angka dan gesture.
3. Saluran (media) yaitu sesuatu yang digunakan sebagai alat
penyampaian pesan, misalnya seperti televisi, radio, telepon.
4. Komunikan, yaitu pihak yang menjadi sasaran komunikasi, disebut
juga sebagai pihak penerima pesan.
2.2.3. Faktor-Faktor Penunjang Komunikasi Efektif
Faktor-faktor penunjang komunikasi efektif, terletak pada pelaku
komunikasi itu sendiri yakni Komunikan dan Komunikator adalah :
1. Faktor pada komponen Komunikan
Komunikator harus mengenal dan mengetahui tujuan Komunikan,
sebabnya adalah karena sangat penting mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
b. Bahasa yang dipergunakan agar pesan dapat dimengerti.
c. Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif.
d. Jenis kelompok dimana komunikasi akan dilaksanakan.
2. Faktor pada komponen Komunikator
Pada komponen Komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif
terdapat dua faktor penting pada diri Komunikator, yaitu :
a. Kepercayaan kepada Komunikator (Source Credibility)
Kepercayaan kepada Komunikator ditentukan oleh keahliannya
dan dapat tidaknya Komunikator untuk dipercaya. Kepercayaan
yang besar dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan
kepercayaan yang rendah akan mengurangi daya perubahan yang
menyenangkan. Kepercayaan kepada Komunikator mencerminkan
bahwa pesan yang diterima Komunikan dianggap benar dan sesuai
dengan kenyataan empiris.
b. Daya tarik Komunikator (Source Tractiveness)
Seorang Komunikator akan mempunyai kemampuan untuk
melakukan perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik, jika
pihak Komunikan merasa bahwa Komunikator ikut serta
merasakan apa yang dirasakan Komunikan. Misalnya,
Komunikator dianggap memiliki kesamaan tertentu dengan
Komunikan, sehingga Komunikan bersedia untuk tunduk kepada
2.2.4. Komunikasi Non Verbal
Bahasa non verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang
sering digunakan dalam presentasi, dimana penyampaiannya bukan
dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan - gerakan anggota
tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body
language. Selain itu juga, penggunaan bahasa non verbal dapat melalui
kontak mata, ekspresi wajah, penggunaan objek seperti pakaian, potongan
rambut dan sebagainya, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan,
kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Menurut Atep Adya Barata mengemukakan bahwa: “Komunikasi
non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan melalui pakaian dan setiap
kategori benda lainnya (the object language), komunikasi dengan gerak
(gesture) sebagai sinyal (sign language), dan komunikasi dengan tindakan
atau gerakan tubuh (action language).
2.2.5. Tujuan Komunikasi
Menurut Effendy di dalam bukunya berjudul “Ilmu Komunikasi dan
Filsafat Komunikasi” (2003:55), Komunikasi memiliki beberapa tujuan
utama yakni :
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah opini atau pendapat atau pandangan (to change the opinion)
3. Mengubah perilaku (to change the behaviour)
2.2.6. Hambatan Komunikasi
Di dalam penyampaian suatu pesan pasti terdapat suatu hambatan
yang dapat mengganggu berjalannya proses komunikasi, diantaranya
adalah (Napitupulu,2011) :
1. Gangguan
Terdapat dua jenis gangguan, yaitu :
a. Gangguan mekanik atau mechanical noise ialah gangguan yang
disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat
fisik. Sebagai contoh, bunyi menggaung pada pengeras suara,
riuh hadirin, atau bunyi kendaraan yang lewat ketika seseorang
sedang berpidato dalam suatu pertemuan.
b. Gangguan semantik atau semantic noise berkaitan dengan pesan
komunikasi yang pengertiannya menjadi rusak atau tidak sesuai
dengan apa yang dimaksudkan oleh Komunikator.
2. Kepentingan
Kepentingan (interest) akan membuat seseorang selektif dalam
menanggapi suatu pesan. Orang akan hanya memperhatikan
perangsang yang ada hubungannya dengan kepentingannya.
Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian komunikan saja
tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran, dan tingkah
laku komunikan juga merupakan sifat reaktif terhadap segala
perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu
3. Motivasi terpendam
Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan seseorang berbeda satu sama
lain dari waktu ke waktu, karenanya motivasi yang muncul dari
dalam diri seseorang pun berbeda-beda dalam intensitasnya.
4. Prasangka
Prasangka (prejudice) merupakan salah satu rintangan berat bagi
kegiatan komunikasi. Alasannya, orang yang mempunyai prasangka
sudah terlebih dahulu akan menempatkan penilaian negatif misalnya
seperti kecurigaan terhadap komunikator yang sedang
menyampaikan pesan.
2.3. Komunikasi Massa
Menurut Defleur dan Dennis, komunikasi massa adalah suatu proses
dimana komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan
secara luas dan secara terus-menerus menciptakan makna-makna yang
diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda.
Definisi tersebut menonjolkan pada segi pengemasan dan penyajian isi
pesan di dalam media massa. Dengan cara dan gaya tertentu dapat
menciptakan makna terhadap peristiwa sehingga memepengaruhi khalayak.
Komunikasi yang bersifat informatif mengharapkan adanya penambahan
pengetahuan dan pemahaman dari komunikannya.
Umpan balik yang terjadi dalam proses komunikasi massa dapat
diuraikan sebagai berikut :
Umpan balik yang diterima oleh komunikator datang dari pesan itu atau
dari komunikator itu sendiri. Ketika menyampaikan pesan, komunikator
menyadari telah melakukan kesalahan (salah ucap, salah baca, salah
menyebut nama, dan sebagainya), kemudian ia meminta maaf dan
memperbaiki kesalahan tersebut.
2. External feedback
Audiens komunikasi massa berjumlah sangat banyak, maka untuk
mengukur feedback dapat diambil sampel dari sekian persen audiens
yang mewakili. Selain itu, respon yang didapatkan biasanya melalui
pihak ketiga, misalnya perusahaan rating seperti AC Nielsen. Apabila
mereka mendapatkan respon secara langsung, misalnya melalui telepon
atau surat.
2.3.1. Ciri – cir i komunikasi massa
Ciri-ciri komunikasi massa menurut Joseph A. Devito dalam
bukunya Komunikasi Antar Manusia adalah : komunikasi massa
merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak luar yang luar
biasa banyaknya, yang dimaksud adalah semua orang yang membaca atau
semua orang yang menonton televisi. Ciri – ciri lain komunikasi massa
yang dikutip dalam buku Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek dan
dijelaskan oleh Werner I. Severin dan James Tankard dalam bukunya yang
berjudul “Communication Theories, Origins, Methods, Uses adalah :
komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan
teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari. Jadi, ciri – cirri
komunikasi massa adalah :
1. Komunikasi massa berlangsung satu arah
Dalam komunikasi massa tidak terdapat umpan balik dari komunikan
kepada komunikator. Dengan kata lain, presenter tidak mengetahui
tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya pada saat terjadinya proses
komunikasi.
2. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum
Pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum, yakni
ditujukan kepada umum dan untuk kepentingan umum.
3. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen
Khalayak yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran
yang dituju komunikator bersifat heterogen. Heterogen yang dimaksud,
yakni komunikator dan khalayak yang tidak saling mengenal dan tidak
memiliki kontak pribadi.
4. Umpan balik tertunda
Umpan balik tertunda atau lebih sering disebut dengan feedback
merupakan faktor penting dalam membentuk komunikasi apapun. Ini
berguna agar mengetahui apakah khalayak mengerti apa pesan yang
disampaikan. Akan tetapi, dalam hal ini umpan balik tidak dapat diterima
2.3.2. Media Massa
Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisasi untuk
berkomunikasi secara terbuka dan dalam jarak jauh kepada banyak orang,
dalam jangka waktu yang singkat. Media massa merupakan sarana
penyampaian informasi dan komunikasi secara masal dan dapat diakses
oleh masyarakat secara luas. Dengan demikian, maka informasi massa
adalah milik publik, bukan ditujukan kepada individu masing-masing.
(Apriadi Tambukara,2012: 13).
2.3.3. Televisi
Televisi sebagai media massa dengan kekuatan paling besar karena
menghadirkan kualitas penyampaian pesan secara sempurna yakni
menggunakan audio dan visual bersamaan. Isi pesan audiovisual gerak
memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola
pikir, dan perilaku individu” (Baksin, 2006: 16). Media elektronik
memiliki ciri sebagaimana percakapan lisan atau penerimaan informasi
yang bersifat segera dan singkat.
Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa yang
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar
secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur
dan berkesinambungan. Televisi memiliki beragam program yang variatif,
informatif dan edukatif sebagai sarana media menyampaikan pesan.
Program televisi terdiri dari dua jenis, yaitu program berita dan program
2.4. Pr ogram Berita
Dalam penyelenggaraan siaran televisi, program berita merupakan
salah satu jenis “produk” siaran. Menurut Baksin (2006: 79), dalam hal
penyelenggaraan siaran program berita digolongkan ke dalam jenis karya
jurnalistik. Yang dimaksud dengan karya jurnalistik, yaitu produksi acara
televisi dengan pendekatan jurnalistik yang mengutamakan kecepatan
penyampaian informasi, realitas atau peristiwa yang terjadi.
Menurut Wibowo, Fred dalam bukunya “Tehnik Produksi Program
Televisi” (2007), dalam program berita televisi penonton dapat melihat
peristiwa yang sedang terjadi dengan ditampilkannya gambar nyata dan
mendengarkan informasi berupa narasi dari berita atau gambar yang
disajikan. Berita yang disajikan haruslah memenuhi kriteria layak berita,
yaitu hangat, aktual, fakta, mengandung unsur human interest, memiliki
kedekatan dengan pemirsa, dan memiliki dampak yang luas. Secara garis
besar program berita dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu hard news dan
soft news (Wibowo, 2007: 53-225). Tujuan utama penyiaran berita adalah
menginformasikan berita penting sebagai upaya untuk memberikan daya
tarik agar orang mau menonton sajian berita tersebut.
2.4.1. Acara Langsung (Live Show)
Acara langsung merupakan program acara yang
ditayangkan secara langsung baik itu dilakukan di dalam studio
pengulangan baik itu pengambilan gambar, artis, ataupun audio.
Konsep live sering disebut sebagai “Gambaran hidup yang tidak
bisa diulang” (Naratama, 2004: 120).
2.5. Pr esenter
Presenter adalah seorang yang membawakan dan menyampaikan
informasi atau narasi dalam sebuah program acara di stasiun televisi (Hendi
Triono, S.IP, 2007). Ada lima modal dasar yang perlu dimiliki seorang
presenter, yaitu (Sony Tulung, 2007) :
1. Impian adalah modal dasar pertama, impian menggambarkan suatu
keinginan yang memiliki kemungkinan untuk diraih.
2. Memiliki wawasan yang luas, wawasan tersebut didapatkan melalui
pengalaman hidup, membaca buku, mendengarkan informasi, bergaul
dan sebagainya. Karena suatu acara dinilai berhasil atau tidaknya
tergantung dari penampilan presenter (AA Kunto A, 2007).
3. Dengan suara seorang presenter mendapat nilai berkualitas. Misalnya,
suara yang lantang dan teratur dapat membuat penonton tertarik untuk
mendengarnya. Suara merupakan pembawaan sejak lahir tetapi suara
dapat dilatih. Suara dapat membangun theater mind (penciptaan suatu
gambaran dalam benak seseorang mengenai suatu hal)
4. Keahlian berkomunikasi juga berhubungan dengan kemampuan
penonton karena tidak semua penonton memiliki pengetahuan yang
sama.
5. Modal dasar terakhir adalah sikap. Sikap positif diantaranya adalah
rendah hati, tidak mudah menyerah, disiplin, mau mendengarkan orang
lain (open minded), jujur, menghargai orang lain, dll. Sikap seorang
presenter dapat dilihat dari hal-hal kecil, misalnya seorang presenter
tidak menjadikan berita sebagai bahan lelucon, apalagi jika berita
tersebut merupakan berita duka (Sonny Tulung, 2007).
Kendala terbesar yang dihadapi seorang calon presenter (RM Hartoko, 1999)
adalah :
1. Dilanda 3 demam, yaitu demam microfon, demam kamera, dan demam
panggung. Kebanyakan orang akan merasa malu (self conscous) atau
gugup (nervous) saat dihadapkan pada microfon dan kamera TV.
2. Presenter televisi harus bisa mengendalikan sikap dan perasaan
(motions & emotions) dalam memelihara kedekatan dengan pemirsa
melalui kontak mata.
3. Masalah mental yang dihadapi setiap presenter televisi adalah
bagaimana supaya merasa akrab setulusnya dengan pemirsa heterogen.
Pendekatannya adalah dengan memiliki rasa hubungan perorangan,
berbicara kepada lensa kamera dengan nada percakapan (conversation
Menurut Becky Tumewu, Erwin Parengkuan, dan Alexander
Sriewijono dalam bukunya “Talk-Inc Points”, Presenter yang baik adalah
seorang presenter yang selalu memperhatikan dan menjaga dengan
sungguh-sungguh performanya, mulai dari penampilan sampai sikap.
Sikap dan perilaku professional menunjukkan kredibilitas seorang
presenter, serta akan membangun kepercayaan para penonton terhadap
kata – kata yang keluar dari mulut dan pikiran presenter.
2.5.1. Pr esenter Berita
Presenter berita adalah seorang yang tampil di depan kamera dan
membacakan berita dari studio (Askurifai Baskin, 2006). Faktor penyaji
berita ini berperan penting agar isi berita dapat sampai kepada khalayak
secara jelas. Menurut Deddy Iskandar Muda dalam bukunya “Jurnalistik
Televisi”, dalam Bahasa Indonesia, “Telangkai” adalah presenter berita
yang merangkai dari satu topik berita ke topik berita yang lain dengan
membacakan lead (teras berita) dari masing-masing berita. Presenter berita
dapat menambah atau mengurangi kalimat yang akan ia bacakan sejauh
hal tersebut disetujui oleh redaktur berita, karena isi bulletin berita adalah
tanggung jawab produser berita yang dibantu para redaktur. Menurut
Nancy Reardon dalam bukunya “On Camera”, membaca berita merupakan
keterampilan yang dibangun atas pengalaman dan kerja keras. Jika
dilakukan dengan baik, hal tersebut dapat memberikan inspirasi. Sebagian
Kredibilitas merupakan hal yang penting bagi seorang presenter berita.
Kepercayaan pemirsa dapat hilang dalam waktu satu menit hanya karena
penyampaian berita yang tampak dibuat-buat. Walaupun presenter berita
membaca dari teleprompter namun pemirsa tidak boleh merasa nada presenter
berita sedang membaca dari teleprompter. Presenter memiliki keterampilan, tahu
bagaimana berbicara dengan jelas dan berintonasi, hadir dengan energi yang lebih
terfokus daripada yang akan digunakan jika tidak ada kamera.
Presenter berita adalah awal terciptanya jurnalisme televisi, di mana media
ini memperlihatkan satu orang saja yang terlibat dalam penyajian berita. Presenter
berita menduduki posisi terpenting di depan kamera dalam dunia pertelevisian
karena memiliki tanggung jawab yang besar, pekerjaan besar dan bermanfaat
secara professional dan pribadi. Dalam banyak kasus, presenter berita telah
menjadi wajah stasiun TV atau jaringan yang bersangkutan (Flynn T, 2009).
Sebagian besar kendala saat siaran berada di luar kendali presenter, namun
memperhalus keadaan merupakan kendali presenter. Bahkan penanganan teknis
atau masalah komunikasi merupakan bagian dari pekerjaan presenter berita.
Presenter berita dari bursa New York (Jim Jensen) mengenai penanganan
kesalahan teknis, mengatakan : “mereka tidak membayar saya untuk segala
sesuatu yang berjalan dengan benar, tetapi mereka membayar saya untuk saat
terjadi kesalahan. Misalnya, sound tiba – tiba terpotong sehingga orang - orang di
rumah tidak mendengar suara presenter. Presenter harus tahu bagaimana
berfungsi kembali, presenter dapat memberi penjelasan kepada para pemirsa agar
mereka tidak berpikir bahwa kesalahan terjadi karena televisi penonton.
2.5.2. Komunikasi Non Verbal Pr esenter Berita
Seorang pembicara dalam konteks ini adalah presenter berita, harus
mampu melakukan komunikasi non verbal secara efektif (Askurifai
Baskin, 2006). Bahasa tubuh merupakan komunikasi non verbal, yaitu
proses pertukaran pikiran dan gagasan dimana pesan yang disampaikan
dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, suara, serta postur
dan gerakan tubuh (Sasa Djuarsa,2001).Bahasa non verbal presenter berita
diantaranya (Nancy Reardon, 2009) :
1. Postur atau gerakan tubuh
Postur atau gerakan tubuh akan memberikan gambaran sikap, namun
gerakan tangan saat tampil di depan kamera sebaiknya tidak
berlebihan. Akan tetapi yang diperlukan adalah menatap bola mata
pemirsa secara langsung, yakni menatap langsung ke kamera dengan
tidak sering berkedip.
2. Kontak mata
Kontak mata adalah kontrol yang ampuh untuk mengetahui apakah
pembicara membosankan atau menyenangkan. Cara seseorang
menatap khalayak atau bagi seorang presenter televisi adalah kamera.
Kamera dapat mengatakan apakah presenter tersebut merasa nyaman
baik adalah gerakan dan kontak mata yang spontan, melihat secara
langsung kepada khalayak / kamera saat berbicara, tidak menatap
dengan tatapan kosong, tidak menatap terlalu tajam (Menjadi Presenter
Televisi yang Baik : wordpress.com).
3. Ekspresi wajah
Televisi cenderung membuat gerakan kecil menjadi tampak seperti
gerakan besar yang dapat mengganggu. Raut wajah yang bermuka
masam akan mengalihkan perhatian pemirsa dari berita yang
disampaikan presenter. Saat menyampaikan berita, para presenter
berita papan atas dapat membuat dirinya tampak seolah-olah peduli
dengan berita yang disampaikan atau mengetahui persis
masing-masing berita. Ekspresi wajah yang baik adalah mimik wajah yang
ekspresif dan tenang, senyum yang tepat dengan situasi dan
berkesinambungan, ekspresi yang sesuai dengan emosi dari peristiwa
yang dilaporkan atau dibacakan, menghindari raut wajah kaku, dingin,
senyum yang tidak tepat situasi, dan memberi reaksi emosional yang
berlebihan. Ketika sedang berbicara tidak perlu membuka mulut
sebesar mungkin, cukup hanya lidah yang bekerja.
4. Vokal atau paralanguage
Unsur non verbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya
adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan
5. Penekanan kata
Ketika sedang menyampaikan berita harus tahu kapan saatnya harus
melakukan penekanan / subordinasi dan subteks. Subteks adalah
mengatakan sesuatu dengan perasaan, baik indah maupun buruk.
Sebuah trik yang dapat membantu untuk lebih rileks adalah melakukan
parafrasa. Parafrasa berita yang berarti penyampaian berita dengan
menggunakan kata-kata lain sebagian dari pikiran sendiri akan
membantu untuk berbicara secara alami, lebih menyenangkan dan
menjadi santai. Menekan kata-kata yang paling penting dan biarkan
suara turun naik agar nada tidak monoton.
6. Tata Rias / Make up
Di televisi begitu banyak lampu yang sangat panas seringkali membuat
presenter terlihat pucat sehingga diperlukan tata rias agar terlihat
warna kulit normal seperti semula. Setiap wanita yang mengudara
harus terlihat cantik dan menakjubkan. Gaya rambut bagi pembaca
berita merupakan hal penting, hair spray dapat digunakan agar rambut
tidak tampak berantakan dan terlihat natural
7. Busana
Biasanya setiap stasiun televisi menyediakan make-up artis untuk
melakukan tata rias dan pakaian bagi seluruh pekerja di depan kamera.
Namun, tetap presenter yang lebih mengetahui wajah sendiri dan yang
terlihat baik bagi diri sendiri maka tidak ada salahnya jika membantu
2.5.3. Vokal Presenter Berita
Presenter berita membacakan berita dengan suara yang jauh lebih
dalam dari suara aslinya. Suara akan membantu menarik perhatian
penonton dan terus mempertahankan ketertarikan itu ( Boyd, 1990). Hal
ini membantu menjaga perhatian pemirsa dengan menghindari hal yang
monoton dan membosankan. Tempo cepat diperlukan untuk menunjukkan
sikap energik, sedangkan tempo lambat diperlukan pada topik-topik
penting. Perubahan gaya dan ritme disesuakan dengan perubahan berita,
tetapi suara akan tetap sama. Ada saatnya presenter berita melunakkan
suara agar menjadi lebih dekat dengan pemirsa, misalnya untuk berita
kematian. Di lain waktu membaca dilakukan dengan cepat dan berapi-api
seperti saat menyampaikan berita polisi yang mengejar penjahat.
Selain itu diperlukan resonansi. Resonansi adalah warna suara,
seperti suara berat, suara tinggi, suara tertahan dalam tenggorokan, dll.
Suara tinggi dan tipis disebabkan oleh ketegangan yang diperburuk oleh
teknik pernapasan yang tidak memadai. Presenter berita perlu memiliki
napas yang cukup untuk berbicara dalam waktu yang lama tanpa
mengambil banyak napas pendek yang akan memotong teks dan membuat
pemirsa sulit mengerti materi yang dibacakan (Nancy, 2009). Saat
menyampaikan berita, suara harus terdengar berwibawa, tetapi juga
terdengar akrab agar dapat terhubung dengan pemirsa.
pertama. Phrasing (pemenggalan kalimat) harus diperhatikan tidak hanya
untuk mengatur nafas, tetapi juga dalam penyampaian makna karena arti
kalimat akan berbeda jauh dengan makna sebenarnya jika salah memenggal
kata atau kalimatnya (Flynn, 2009). Saat closing program, salam perpisahan
harus diucapkan dengan hangat, bagaikan memberikan sebuah undangan
untuk pemirsa agar kembali menyaksikan siaran tersebut. Bicara dengan
lembut memberikan suasana kedekatan yang efektif untuk penutupan acara.
2.6. Komunikator
Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila
ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber
kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan komunikan kepada komunikator
ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya.
Komunikator berperan penting dalam proses komunikasi karena
komunikator yang mengelola, mengatur, dan menyusun pesan sehingga
pesan tersebut dapat dicapai ditandai dengan adanya perubahan sikap
khalayak.
Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang
disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan
kenyataan empiris. Jadi, seorang komunikator menjadi source credibility
disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh
Aristoteles yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good
diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions) dan dapat dipercaya
(thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampuan (competence or
expertness) (Effendi, 2007:306).
Dalam hal ini, komunikator haruslah bisa menarik minat khalayak untuk
menonton program mereka. Minat adalah perhatian yang merupakan titik tolak
timbulnya hasrat untuk melakukan tindakan yang diharapkan (Effendy, 2000:13).
Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1998:53), minat diartikan
sebagai perhatian, ketertarikan, kecenderungan hati, yang dimiliki oleh individu
secara mendalam untuk mendapat sesuatu yang diinginkan dengan cara membayar
pengorbanan atau pengorbanan lainnya. Minat berkembang karena 3 aspek yaitu :
1. Efek kognitif, yaitu berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga
khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti yang
tadinya bingung menjadi merasa jelas.
2. Efek afektif yaitu berkaitan dengan perasaan. Akibat dari membaca surat
kabar atau majalah, mendengarkan radio, menonton acara televisi atau
film bioskop dapat menimbulkan perasaan tertentu pada khalayak.
3. Efek behavioral
Efek behavioral yang dihasilkan dalam perilaku seseorang yaitu memiliki
kemampuan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila timbul kesamaan arti pesan dari
komunikator dengan komunikan (Malik, 1994). Fungsi komunikator adalah
komunikan menjadi tahu atau berubah sikap, pendapat, atau perilakunya. Agar
dapat dipercaya orang lain yang diperlukan bukan hanya dapat berbicara tetapi
juga memerlukan “penampilan” yang meyakinkan. He doesn’t communicate what
he says, he communicates what he is, artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar
hanya memperhatikan apa yang ia katakan, karena pendengar juga akan
memperhatikan siapa yang menyampaikan pesan-pesan tersebut. Bahkan
kadang-kadang unsur “siapa” ini lebih penting dari unsur “apa”. Ketika komunikator
berkomunikasi, yang berpengaruh terhadap khalayak bukan saja apa yang ia
katakan (pesan), tetapi penampilannya, keadaan dirinya, cara berpakaiannya,
model rambutnya juga berpengaruh terhadap khalayak atau mendapat penilaian
dari khalayak pada saat itu.
2.6.1. Model Aristoteles
Ethos Keahlian / kompetensi
Komunikator : Credibility Kepercayaan / keamanan
Dinamisme / elistropesian
Logos Pathos
Message : Consistency Audiens : Emotion
Sumber : Michaell Burgoon. Approaching Specch / Communications. New York: Holt, Rinehart & Winston, 1974, hlm. 10.
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang
Sebagai seorang filsuf Yunani, Aristoteles mengartikan kredibilitas sebagai ethos
yang terdiri atas :
1. Prior Ethos (Initial Credibility)
Kredibilitas awal dari seorang komunikator, yakni mengenai persepsi
khalayak terhadap komunikator sebelum terjadi proses komunikasi.
2. Intrinsik Ethos (Derived Credibility)
Kredibilitas yang timbul selama komunikator berkomunikasi atau persepsi
khalayak terhadap komunikator ketika komunikator menyampaikan pesan.
3. Terminal Ethos (Terminal Credibility)
Merupakan persepsi khalayak terhadap komunikator setelah terjadi proses
komunikasi.
Sementara komponen atau unsur–unsur dari ethos atau kredibilitas itu sendiri
menurut Aristoteles terbagi menjadi 3 (tiga) aspek, yakni sebagai berikut :
1. Keahlian / kemampuan (competence & expertness).
Keahlian adalah asumsi yang mengatakan bahwa seorang dianggap tinggi
dimensi kompetensinya akan dianggap sebagai sumber atau komunikator
yang memiliki banyak keahlian, berpengalaman dan terlatih.
2. Kepercayaan (trustwordthinnes)
Faktor ini memusatkan pada dasar kepribadian komunikator yang
berkaitan dengan kejujuran, baik hati, sopan, ramah dan menjunjung tinggi
3. Dinamisme
Ekspresi fisikal dan komitmen psikologis komunikator terhadap topik,
yakni gerakan (body language) harus sinkron dengan apa yang diucapkan.
Unsur verbal dan non verbal harus saling mendukung dan selaras.
Dinamisme merupakan suatu ukuran validitas dari energi komunikator
yang dianggap agresif, empati, kuat, aktif, tegas dengan menghindari sikap
malu-malu, ragu, malas dan difensif.
Pendapat Aristoteles ini juga diuji secara ilmiah oleh Carl Hovland dan Walter
Weiss pada tahun 1951. Mereka melakukan eksperimen pertama tentang psikologi
komunikator. Kepada sejumlah besar subjek disampaikan pesan tentang
kemungkinan membangun kapal selam yang digerakkan oleh tenaga atom (waktu
itu, menggunakan energi atom masih merupakan impian). Hovland dan Weiss
menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari dua unsur : Expertise (keahlian)
dan trustworthiness (dapat dipercaya).
1. Keahlian adalah kesan yang dibentuk oleh komunikan tentang kemampuan
komunikator dalam hubunganya dengan topik yang dibicarakan.
Indikatornya adalah cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman,
atau terlatih.
2. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang
berkaitan dengan wataknya. Indikatornya adalah jujur, tulus, bermoral,
2.6.2. Kredibilitas
Dalam komunikasi massa, komunikator dituntut adalah seorang
professional komunikator, yakni orang terpecaya dalam kelompoknya
untuk membantu menyebarkan pesan (Jeremy Tunshall, 1975). Secara
harfiah yang dimaksud dengan istilah kredibilitas adalah persepsi
khalayak. Kredibilitas tersebut tidak melekat pada komunikator namun
terletak pada persepsi khalayak. Persepsi adalah proses menafsirkan
informasi indrawi (Rudolph F. Verderber). Kredibilitas adalah tingkat di
mana komunikator dipersepsikan sebagai suatu kepercayaan dan
kemampuan oleh penerima (Rogers, 1983). Kredibilitas adalah sejauh
mana penerima melihat sumber memiliki pengetahuan yang relevan,
keterampilan atau pengalaman dan mempercayai sumber untuk
memberikan informasi yang obyektif (www.kamusbesar.com).
Jalaluddin Rachmat (1989) mengemukakan bahwa kredibilitas
adalah seperangkat persepsi tentang sifat-sifat komunikator. Kredibilitas
tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa kredibilitas meliputi keahlian, kepercayaan,
dinamisme, dan charisma. Kredibilitas merupakan salah satu unsur
penyebab timbulnya pengaruh komunikator terhadap komunikan. Hovlan
dan Weis (1951) mengatakan bahwa komunikator yang dapat dipercaya
dapat mengubah pandangan komunikan sebanyak 23%, sesuai dengan arah
Dalam berkomunikasi, yang berpengaruh terhadap komunikan bukan
hanya apa yang disampaikan tetapi juga keadaan komunikator secara keseluruhan
(Rakhmat, 1989). Jadi ketika suatu pesan disampaikan, komunikan tidak hanya
mendengarkan apa yang dikatakan tetapi ia juga memperhatikan siapa yang
mengatakan.
Kredibilitas seorang komunikator sangat berperan dalam menghasilkan
komunikasi yang efektif. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Gilling dan
Greenwald yang melakukan penelitian untuk meneliti apakah khalayak menolak
pesan persuasive atas dasar isi pesan atau sumber (komunikator). Respon setuju
lebih banyak pada sumber yang berkredibilitas tinggi dari pada sumber yang
berkredibilitas rendah (Watt dan Berg, 1995). Penelitian lain yang dilakukan
Hovland dan Weiss menyatakan bahwa sumber yang berkredibilitas tinggi lebih
banyak menghasilkan perubahan sikap daripada sumber yang berkredibilitas
rendah sesuai presentasi pesan. (Saverin & Tankard, 1995). Semakin tingginya
penilaian terhadap sumber komunikasi yang sesuai, maka semakin besar pula
kemungkinan terjadinya perubahan sikap pada komunikan, yang berarti
komunikasi yang dilakukan berjalan efektif. Jadi, kredibilitas adalah seberapa
besar konsumen melihat sumber memiliki pengetahuan, keterampilan, atau
pengalaman yang relevan dan mempercayai sumber tersebut untuk memberikan
infotmasi yang tidak bias dan obyektif. Informasi dari sumber yang kredibel
mempengaruhi keyakinan, opini, sikap, dan / atau perilaku melalui suatu proses
internalisasi, yang terjadi saat audiens selalu menonton program berita yang
Menurut Clow & Baack (2007), kredibilitas komunikator terdiri dari
gabungan daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan
(trustworthiness) dan keahlian (expertise). Kredibilitas adalah seperangkat
persepsi komunikasi tentang sifat-sifat komunikator. Dari definisi ini terkandung
dua hal, yaitu :
1. Kredibilitas adalah persepsi komunikan, jadi tidak inheren dalam diri
komunikator.
2. Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator
(komponen-komponen kredibilitas).
Oleh karena itu persepsi berubah-ubah tergantung kepada pelaku persepsi
(komunikan), topik yang dibahas, dan situasi. Karena persepsi merupakan
pandangan orang lain (komunikan), maka persepsi itu dapat dimanipulasi dengan
cara menggunakan beragam atribut/asesoris yang dapat mengubah persepsi orang
lain terhadap komunikator. Misalnya, seorang profesor dari perguruan tinggi
terkemuka didandani pakaian robek-robek, lusuh dan dekil. Maka kita dapat
meramalkan kredibilitas sang profesor tersebut akan jatuh, lain halnya apabila
sang profesor tersebut mengunakan jas dan dasi