SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
Tania Novita I
0443010474
YAYASAN KESEJAHTERAAN,PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Pemberitaan Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos Edisi Maret – April 2010)
Disusun Oleh:
Tania Novita I 0443010474
Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi :
Menyetujui, Pembimbing
Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi NPT. 3 7006 94 00351
Mengetahui, DEKAN FISIP
Disusun Oleh: Tania Novita I 0443010474
Telah depertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 09 Juni 2010
Menyetujui,
Pembimbing Utama Tim Penguji
1. Ketua
Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi Ir. Didiek Tranggono, MSi
NPT. 3 7006 94 00351 NIP. 199012251990011001
2. Sekretaris
Zainal Abidin. A, S.sos. MSi, M.Ed
NPT. 3 7305 99 01701
3. Anggota
Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi NPT. 3 7006 94 00351 Mengetahui,
DEKAN
Kata pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan
rahmat serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT
SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN PILWALI 2010 DI JAWA POS dan diharapkan skripsi ini bisa memberikan gambaran nyata kepada masyarakat, khususnya di Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini, baik secara moral
maupun tenaga antara lain kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, Msi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito, S.sos, Msi, Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran”
Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, Msi, Selaku Dosen Pembimbing
Utama yang senantiasa memberikan waktu pada penulis dalam
4. Kedua Orang Tua, dan Adikku tercinta, terima kasih atas
semangat, dan nasehatnya selama ini
5. Seseorang yang Penulis sayangi Oknis Widiyarto, yang selalu
memberikan semangat, bantuan dan masukan-masukan dalam
menyelesaikan Skripsi ini.
6. Dosen-Dosen Progdi Ilmu Komunikasi, terima kasih atas semua
materi yang di berikan selama kuliah.
7. Buat keluarga Anang Subiyakto, buat terima kasih atas
dukungan dan bantuannya selama ini. Buat ‘dek Yanti, thanx
buat dukungannya.
8. Keluarga Besar H. Munawar Shaleh, Emak, Budhe, Pakdhe,
Om, Tante, dan sepupu-sepupuku terima kasih atas dukungan,
bantuan dan do’anya.
9. Keluarga Besar S.Sudirman: mbah uti, papa, mama, pakdhe,
budhe, om, bulek, sepupuku.
10. Buat sahabat-sahabatku tercinta: Molly, Shelly, Eko, Feri, Mbah
Gembol, Mbak Tin dan para pecinta burung (Martilam Bird
Club), thanx atas dukungannya dan bantuannya.
11. Seluruh Anak-anak Komunikasi Angkatan 2004 Terima kasih
Semoga Tuhan YME melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas
jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis baik secara moril maupun
materiil.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna.
Dengan harapan bahwa Skripsi ini insya Allah akan berguna bagi
rekan-rekan di progdi Ekonomi Pembangunan. Karena apabila terdapat
kekurangan didalam penyusunan Skripsi ini, peneliti dengan senang
hati menerima segala saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.
Terima kasih.
Surabaya, Mei 2010
Daftar Isi ... iii
Daftar Gambar ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 12
1.3. Tujuan Penelitian ... 12
1.4. Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 14
2.1.1. Definisi Media Massa ... 14
2.1.2. Peran Media Massa ... 16
2.1.3. Definisi Surat Kabar ... 17
2.1.4. Surat Kabar sebagai Kontrol Sosial ... 18
2.1.5. Ciri-ciri Surat Kabar ... 20
2.1.6. Definisi Berita ... 21
2.1.7. Jenis Berita ... 21
2.1.8. Berita Mengenai Pilwali 2010 ... 21
2.1.9. Pengetahuan ... 23
2.1.10. Remaja sebagai Khalayak ... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian ... 30
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30
3.2.1. Definisi Operasional ... 30
3.2.2. Tingkat Pengetahuan Remaja Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos ... 32
3.2.3. Pengukuran Variabel. ... 33
3.3. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 34
3.3.1. Populasi ... 34
3.3.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 35
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.5. Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 37
4.1.1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos ... 37
4.2. Penyajian Dan Analisis Data ... 43
4.2.1. Identitas Responden ... 43
4.2.1.1. Usia Responden ... 44
Kabar Jawa Pos ... 45
4.3. Tingkat Pengetahuan Remaja Surabaya Mengenai Berita
Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos ... 47
4.3.1. Responden Tahu Berita Mengenai Pilwali Surabaya
2010 di Harian Jawa Pos ... 47
4.3.2. Responden Tahu Kapan Akan di Selenggarakannya
Pilwali Surabaya 2010 yang di Muat di Jawa Pos ... 48
4.3.3. Responden Mengetahui Jumlah Calon Walikota
Surabaya 2010 yang di Muat di Harian Jawa Pos ... 49
4.3.4. Responden Mengetahui Profil dari Calon Walikota
Surabaya 2010 Melalui Pemberitaan di Harian
Jawa Pos ... 51
4.3.5. Responden Mengetahui Setiap Calon Walikota
Berasal dari Partai Apa ... 52
4.3.6. Responden Mengetahui Visi dan Misi dari Setiap
Calon Walikota Surabaya 2010 yang di Beritakan
Di Jawa Pos ... 53
4.3.7. Responden Tahu Berapa Jumlah Suara Yang
Dibutuhkan Calon Walikota untuk Terpilih
Pemilih Tetap (DPT) ... 58
4.3.10. Respinden Mengetahui Syarat untuk Menjadi
Daftar pemilih Tetap (DPT) ... 59
4.3.11. Responden Tahu Ciri-ciri Surat di Anggap Sah ... 60
4.3.12. Responden Tahu Ciri-ciri Suara yang di Anggap
Gugur ... 62
4.4. Pengetahuan Remaja Surabaya Mengenai Berita Pilwali
Surabaya 2010 di Jawa Pos ... 64
BAB V KESIMPILAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 67
5.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir ...45
Tabel 4.3 Frekwensi Responden Membaca Berita Pilwali di Jawa Pos ...46
Tabel 4.4 Pertanyaan Kuisioner 1 ...48
Tabel 4.5 Pertanyaan Kuisioner 2 ...49
Tabel 4.6 Pertanyaan Kuisioner 3 ...50
Tabel 4.7 Pertanyaan Kuisioner 4 ...51
Tabel 4.8 Pertanyaan Kuisioner 5 ...53
Tabel 4.9 Pertanyaan Kuisioner 6 ...54
Tabel 4.10 Pertanyaan Kuisioner 7 ...55
Tabel 4.11 Pertanyaan Kuisioner 8 ...57
Tabel 4.12 Pertanyaan Kuisioner 9 ...58
Tabel 4.13 Pertanyaan Kuisioner 10 ...60
Tabel 4.14 Pertanyaan Kuisioner 11 ...61
Tabel 4.15 Pertanyaan Kuisioner 12 ...63
Lampiran 2 : Jawaban Responden ... 4
Tabel 1 Usia responden ...45
Tabel 2 Pendidikan Terakhir ... 46
Tabel 3 Frekwensi Responden Membaca Berita Pilwali di Jawa Pos ...47
Tabel 4 Pertanyaan Kuisioner 1 ...49
Tabel 5 Pertanyaan Kuisioner 2... 50
Tabel 6 Pertanyaan Kuisioner 3... 51
Tabel 7 Pertanyaan Kuisioner 4... 52
Tabel 8 Pertanyaan Kuisioner 5... 53
Tabel 9 Pertanyaan Kuisioner 6... 55
Tabel 10 Pertanyaan Kuisioner 7... 56
Tabel 11 Pertanyaan Kuisioner 8... 58
Tabel 12 Pertanyaan Kuisioner 9... 59
Tabel 13 Pertanyaan Kuisioner 10... 60
Tabel 14 Pertanyaan Kuisioner 11 ...61
Tabel 15 Pertanyaan Kuisioner 12 ...63
Kuantitatif Tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos)
Sebagai media informasi harian Jawa Pos memberikan informasi seputar Pilwali Surabaya 2010 dalam rubric khusus “Pilwali 2010” yang diberitakan setiap hari. Kemudian bagaimana berita tersebut dapat mempengaruhi pengetahuan (aspek kognisi) khalayak yang dalam penelitian ini ditentukan berusia 17 – 18 tahun dan sebagai pemula dalam partisipasi Pilwali Surabaya. Sebagai seorang pemula mereka sangat membutuhkan informasi terkait pelaksanaa Pilwali Surabaya 2010.
Landasan teori yang dipakai yaitu Teori S-O-R. Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi.
Metode penelitian ini menggunakan adalah sampel purposive, dimana peneliti membuat criteria tertentu dalam menentukan sampel yang akan dijadikan responden. pembuatan criteria tersebut bertujuan untuk mendukung tujuan penelitian. Kriterianya adalah masyarakat Surabaya yang berusia 17 – 18 tahun dan baru memiliki hak pilih (pemula) dalam Pilwali.
Setelah melalui pengolahan data dari hasil kuisioner yang dibagikan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai berita Pilwali Surabaya 2010 terdapat pada kategori sedang. Dimana pemberitaan di Jawa Pos dapat menambah pengetahuan mereka tentang pelaksanaan Pilwali tetapi tidak secara keseluruhan mereka memahami Pilwali Surabaya 2010.
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini dalam perkembangannya, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan
masyarakat dunia. Penggunaan media massa untuk penyampaian pesan
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komunikasi yang ada, sehingga
timbul komunikasi melalui media massa.
Komunikasi massa adalah komunikasi yang sangat mengandalkan
pada ketepatan jumlah pesan yang disampaikan dalam waktu yang singkat.
Pada masa sekarang ini, komunikasi massa memberikan informasi,
gagasan dan sikap pada khalayak yang beragam dan besar jumlahnya
dengan menggunakan media. Hal ini yang mempengaruhi perkembangan
media massa yang menguntungkan.
Salah satu media yang paling besar digemari adalah Koran karena
mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan yang lain. Yaitu
dapat dibaca berulang kali dan menjangkau khalayak luas karena harganya
yang relatif murah. Untuk memberikan pelayanan informasi pada
masyarakat, pers diharapkan mampu mencerdaskan masyarakat melalui
muatan informasi yang memiliki kebenaran, kepentingan, dan manfaat
untuk masyarakat. Pada sebuah wacana informasi tidak lagi semata-mata
berbagai pertimbangan. Dalam konteks komunikasi informasi adalah
proses kesinambungan hidup. Secara ekstrim para ahli komunikasi bahkan
menyamakan informasi dengan udara yang sangat dibutuhkan manusia
untuk hidup. (Effendi, 2002: 54-56)
Sistem media massa di Indonesia merupakan sub sistem dari sistem
politik yang ada. Artinya bahwa sistem media massa berada di bawah
sistem politik dan harus mengikuti kemana sistem politik itu berarah. Hal
ini menyebabkan hubungan antara pers dan penguasa mempunyai
kecenderungan yang bersifat paternalistik, seperti halnya Pilwali 2010
sehingga perkembangan media di satu pihak mengikuti arus sistem politik
yang ada.
Kondisi pada kehidupan sosial, politik, budaya di Indonesia
mengalami perubahan yang dinamis dari massa ke massa. Hal itu
merupakan imbas dari demokrasi yang diterapkan. Perubahan tersebut
diantaranya tidak terlepas dari keterkaitan erat antara peran yang
dimainkan oleh pemerintah yang berkuasa, pers dan masyarakat. Sebagai
institusi, pers dalam perkembangannya secara dominan tidak lepas dari
pengaruh kekuasaan di luar institusinya, seperti kekuasaan ekonomi,
politik dimana pers tersebut berada. Sistem pers Indonesia di masa lampau
adalah sistem otoritarian, melalui sejarah dapat diketahui bahwa pers
disalahgunakan dalam pemerintahan orla dan orba sebagai aktor dan
Seiring dengan runtuhnya orba dan bergulir ke era reformasi, pers
mendapat kebebasan dalam pemberitaannya serta bebas menjalankan
fungsi dan perannya tanpa khawatir dengan segala bentuk tindakan
represif dari pemerintah. Upaya untuk mewujudkan kebebasan pers ini
sangat penting, karena pers merupakan alat yang digunakan oleh
masyarakat untuk menyatakan berbagai pikirannya. Dengan demikian
diharapkan pers dapat mengabdi pada masyarakat dan membantu
terciptanya kebebasan yang lain.
Salah satu media yang sifatnya statis dan mengutamakan
pesan-pesan visual adalah media cetak. Media cetak terdiri dari dua macam yaitu
surat kabar dan majalah. Surat kabar dinilai lebih up to date dalam
menyajikan berita yang akan disampaikan kepada khalayak jika
dibandingkan dengan majalah. Surat kabar adalah penerbitan yang berupa
lembaran-lembaran yang berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan
yang dicetak dan terbit secara tetap dan periodik serta dijual untuk umum.
(Assegaf, 1991: 140)
Definisi dari surat kabar adalah penerbitan yang berupa
lembaran-lembaran yang berisi berita, karangan dan iklan yang disusun, dicetak, dan
terbit secara periodik, serta di jual untuk umum. (Assegaf, 1991: 140).
Sedangkan secara harfiah (menurut kamus bahasa Indonesia) surat kabar
adalah kertas yang bertuliskan dan berisi laporan mengenai kejadian,
Surat kabar menjadi salah satu media massa paling dikenal karena
kelebihan-kelebihannya yang tidak dimiliki oleh media lain. Informasi
yang disampaikan oleh surat kabar lebih lengkap, terperinci, dan tidak
hilang. Artinya informasi tersebut bisa dibaca berulang-ulang dan
memungkinkan pembaca untuk menyimpannya secara utuh. Ini berbeda
dengan televisi dan radio yang pesannya hanya sekilas dan untuk
menikmatinya pun harus berada di tempat tertentu. Menurut Effendy
(2000: 155-156), surat kabar mempunyai sifat:
1. Terekam
Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar
tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas
huruf-huruf yang dicetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau
hal yang diberitakan sedemikian rupa, sehingga dapat dibaca setiap
saat dapat dikaji ulang, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai
sebagai bukti untuk keperluan tertentu.
2. Menimbulkan Perangkat Mental secara Aktif
Karena berita surat kabar yang di dokumentasikan kepada
khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak “mati” di
kertas, maka untuk dapat mengerti maknanya pembaca harus
menggunakan perangkat mentalnya untuk mengerti.
Berita-berita media cetak pada umumnya seputar kejadian atau
peristiwa yang terjadi di masyarakat atau bahkan di dalam pemerintahan,
dalam pemerintahan. Pada masa orde baru terjadi pemberhangusan
kebebasan pers, hal ini dapat kita lihat dari pemberendelan berbagai
media. Penghapusan dan pembatalan SIUPP oleh pemerintah kepada
berbagai media yang pemberitaannya dinilai mengganggu stabilitas
nasional. Sehingga masyarakat tidak mengetahui kejadian yang
sebenarnya.
Pers kini muncul dengan keberanian dan kejujuran dalam
menentukan sikap dan pandangan. Menyikapi kondisi tersebut, secara
sadar dapat ditarik kesimpulan bahwa pers saat ini selain dapat digunakan
sebagai saluran informasi politik, juga memiliki kekuatan potensial
sebagai aktor politik itu sendiri. Pers memberikan alternatif pemahaman
atas suatu realitas melalui wacana yang dikembangkan dalam
pemberitaannya, khususnya mengenai masalah politik. Sehingga
diharapkan dapat memberikan kesadaran dan pendidikan politik kepada
khalayak pembaca.
Tidak setiap peristiwa dapat dijadikan berita, hanya berita yang
mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa bisa disebut
sebagai berita. Nilai berita tersebut menyediakan standar dan ukuran bagi
wartawan sebagai kriteria dalam praktek kerja jurnalis. Sebuah peristiwa
yang tidak mempunyai unsur nilai berita atau setidaknya nilai berita tidak
besar akan dibuang.
Berita adalah arti dari proses kompleks yang menyortir
kategori tertentu. Peristiwa harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa
tersebut memenuhi kriteria nilai berita, nilai-nilai berita menentukan bukan
hanya peristiwa apa saja yang akan diberikan, melainkan juga bagaimana
peristiwa tersebut dikemas.
Berbicara mengenai politik, peristiwa Pilwali Surabaya yang
berlangsung pada 2 Juni 2010 merupakan momen yang sangat
representatif dan mutakhir dalam konteks tersebut. Pelaksanaan Pilwali
mengandung parameter sebagai bentuk penerapan demokrasi di Indonesia,
dan secara representatif dapat mewakili kondisi sosial, politik dan budaya
dewasa ini.
Pilwali Surabaya 2010 adalah potret demokrasi saat ini. Kota
Surabaya merupakan kota terpadat di seluruh Jawa Timur, dengan luas
wilayah 374,36 km persegi yang di huni penduduk kurang lebih 3.282.156
jiwa dengan jumlah pemilih tetap sebanyak 2.460.320 jiwa. Jadilah Kota
Surabaya sebagai wilayah terpadat kedua di Indonesia setelah Jakarta.
Data terakhir yang dipegang KPU, ada 2.159.171 orang dalam
DPS. Terdiri atas 1.061.391 pemilih laki-laki dan 1.097.780 perempuan.
Kecamatan dengan jumlah pemilih terbanyak adalah Tambaksari, yakni
171.316 orang. Selanjutnya, ada Sawahan dengan 160.753 pemilih.
Sementara itu, kecamatan dengan pemilih terminim adalah Bulak, yakni
25.475 orang. Di atasnya, ada Kecamatan Asemrowo dengan 27.515
Cawali Fandi Utomo dan Cawawali Yulius Bustami menargetkan
minimal 300 ribu suara. Suara sebanyak itu berasal dari sumbangan koalisi
parpol. PKS diperkirakan mendulang 100 ribu suara, PDS 90 ribu suara,
serta PPP dan PKNU bias mendatangkan 150 suara. (Jawa Pos, 27 Maret
2010)
Pasangan Cawali dan Cawawali Arif Afandi dan Adies Kadir resmi
mendapat dukungan baru. Kemarin, 16 parpol yang tergabung dalam
Aliansi Partai Politik Nonparlementer mendukung penuh pasangan yang
diusung partai Demokrat dan Golkar tersebut. Deklarasi dukungan
dilaksanakan di Hotel Tunjungan Surabaya. Semua fungsionaris parpol
yang tergabung dalam aliansi hadir. Diantaranya, PBR, PNBK, PDP,
Parrtai Pelopor, dan PPRN. Ada juga PKP, Partai Buruh, Partai Merdeka,
Republikan, PPPI, dan PMB. Tidak ketinggalan, Partai Patriot, PSI, PNI
Marhaenisme, PDK, serta PPDI. (Jawa Pos, 25 Maret 2010)
Mayoritas perempuan pilih Risma. Perempuan bias menjadi
penentu dalam pilwali. Sebab, tingkat partisipasi perempuan cenderung
lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria. Hal itu diungkapkan anggota
KPU Divisi Teknik Penyelenggaraan, Edward Dewaruci “dalam pemilu
apapun, perempuan memang lebih partisipatif”. (Jawa Pos, 8 April 2010)
Populasi warga Madura di Surabaya memang tidak banyak.
Berdasar situs Wikipedia, jumlahnya sekitar 7,5 persen dari penduduk
metropolis yang mencapai 3 juta jiwa. Itu berarti sekitar 225 ribu jiwa.
dukungan dari mereka. Itu juga dilakukan pasangan Bagio Fandi Sutadi
dan Mazlan Mansur (Dimaz). Dua partai pengusung Dimaz, yakni PKB
dan Gerindra, bakal mengoptimalkan potensi dari Etnis Madura tersebut.
Pasangan tersebut juga terus menyosialisasikan visi-misinya. Salah satu
program yang gencar dipromosikan adalah janji melepas tanah berstatus
surat ijo. (Jawa Pos, 19 Maret dan 2 April 2010)
Ratusan warga dari 14 kelurahan di Surabaya kemarin tumplek-blek
di Gedung Astranawa. Mereka mendapat pelatihan singkat penggalangan
massa dari Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz. Setelah
pelatihan mereka sepakat memenangkan pasangan independen Fitradjaja
Purnama dan Naen Suryono. Dia mengungkapkan, program yang diusung
amat memperhatikan kehidupan warga miskin di Surabaya. “Saya
bermimpi membangun Surabaya sebagai kota global yang prorakyat
miskin,” katanya. Menurut dia, pembangunan kota global tidak terlepas
dari pembangunan infrastruktur. “Tapi, konsep pembangunan saya anti
penggusuran,” katanya. (Jawa pos, 1 April 2010)
Anggota KPU, Edward Dewaruci menjelaskan, kelurahan telah
berupaya maksimal untuk menyusun DPT, terutama dalam menghilangkan
pemilih siluman (ghost voter). "Sangat mungkin jumlahnya berkurang,"
ucap dia. Sebagaimana diketahui, tiga hari lalu ghost voter yang bisa
diidentifikasi mencapai 19 ribu orang.
KPU kemarin membeberkan beberapa desain surat suara. Ada
berwarna putih, sesuai dengan hasil kesepakatan bersama tim
pe-menangan. Warna baju yang dikenakan pasangan dengan nomor urut 1
(Bagio Fandi Sutadi-Mansur Mazlan) adalah hijau, Fandi Utomo-Yulius
Bustami (hitam), Arif Afandi-Adies Kadir (putih), Tri
Rismaharini-Bambang D.H. (merah), dan Fitradjaja -Naen Suryono (biru). (Jawa Pos
edisi 20 April 2010)
Yang tidak kalah penting dalam sebuah pemilihan adalah
kampanye. Kegiatan kampanye merupakan agenda rutin yang tak pernah
ditinggalkan. Melalui kampanye, tiap pasangan Cawali dan Cawawali
memiliki kesempatan menggambarkan visi-misinya secara jelas dan
terperinci. Kampanye dapat dilaksanakan dalam Sembilan bentuk aktifitas,
yaitu pertemuan terbatas, tatap muka dan dialog, penyebaran melalui
media cetak maupun elektronik, siaran radio dan televisi, menyebarkan
bahan kampanye ke publik, pemasangan alat peraga di tempat umum,
rapat umum, debat publik antar calon dan kegiatan lain. Kegiatan lain ini,
diterangkan seperti hiburan yang mengandung unsur budaya. Kampanye
dan Pemilu merupakan sumber legitimasi pemerintahan yang akan
dibentuk dengan rakyatnya, melalui azas demokrasi.
Menurut Assegaf (1991:11) Pemberitaan melalui media merupakan
kesempatan yang bagus bagi partai politik untuk menggambarkan visi dan
misinya. Pemberitaan melalui media dapat dijadikan dasar penilaian
masyarakat untuk memilih pasangan Cawali dan Cawawali yang
dapat diketahui visi-misi, ideologi maupun pandangan tiap calon dalam
menyerap berbagai macam problematika dan aspirasi masyarakat. Tiap
individu berhak memilih pasangan calon yang visi-misinya sesuai aspirasi
atau secara singkat mewakili kepentingannya dan dapat membawa Kota
Surabaya menjadi lebih maju lagi.
Pemberitaan berita politik salah satunya melalui media massa.
Lewat media, partai politik bisa menjangkau sejumlah besar khalayak
yang tersebar luas. Sifat media yang mampu menarik perhatian khalayak,
bahkan mampu menyajikan rangkaian dan pilihan berita yang peka
terhadap lingkungannya patut dipertimbangkan oleh partai politik dalam
mencapai tujuannya.
Berdasarkan pentingnya surat kabar bagi partai politik sebagai
media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, dan besarnya
perhatian yang diberikan terhadap peristiwa ini, serta untuk mengetahui
kecenderungan pemberitaan surat kabar dalam memuat berita Pilwali
Surabaya 2010, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
tingkat pengetahuan remaja Surabaya tentang pemberitaan Pilwali
Surabaya 2010 dimulai bulan Maret sampai dengan saat ini. Liputan
berita-berita Pilwali Surabaya yang diteliti adalah yang terdapat di rubrik
“Pilwali 2010” pada surat kabar Jawa Pos.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori SOR,
dimana teori ini stimulus berupa pesan yaitu rubrik pilwali di media
memberikan informasi terkait Pilwali yang akan di selenggarakan tanggal
2 Juni 2010, maka masyarakat akan menganggap bahwa permasalahan
yang berkaitan dengan pilwali Surabaya 2010 merupakan permasalahan
yang patut mendapat perhatian dari seluruh lapisan masyarakat.
Alasan peneliti mengambil surat kabar Jawa pos dikarenakan
sebagai salah satu media cetak terbesar yang terbit di Pulau Jawa dan
beredar di seluruh pelosok Jawa Timur. Selain itu, Jawa Pos yang
mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotakan latar belakang
suku, agama, ras, dan golongan. (www.Jawapos.co.id,8/10/2007). Jawa
Pos merupakan surat kabar yang sifatnya menasional dengan peredaran
lebih dari 1 juta eksemplar per hari yang paling berpengaruh. Oleh karena
peredarannya yang luas maka Jawa Pos menjadi sangat diakui
keberadaannya di Indonesia. Selain itu, surat kabar Jawa Pos juga
memberikan perhatian khusus terhadap peristiwa Pilwali Surabaya. Hal ini
dibuktikan dengan dimuatnya berita tersebut di dalam satu rubrik tentang
Pilwali Surabaya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap rubrik Pilwali Surabaya 2010 dalam harian
Jawa Pos periode Maret sampai April, dalam rentan waktu tersebut banyak
terjadi peristiwa-peristiwa menarik dan dipilih karena alasan. Di bulan
Februari awal pendaftaran bagi Cawali dan Cawawali Pilwali Surabaya
penentuan nomor urut pasangan calon, sedangkan bulan Mei sampai Juni
merupakan masa kampanye dan pelaksanaan Pilwali Surabaya
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan dan
diuraikan di atas, maka penelitian dirumuskan sebagai berikut:
“bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja Surabaya tentang pemberitaan
Pilwali 2010 di Jawa Pos edisi maret – April”
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan remaja
Surabaya tentang pemberitaan Pilwali 2010 di Jawa Pos.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian yaitu:
1. Kegunaan secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana dan memberikan
informasi serta sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
komunikasi sebagai bahan masukan atau referensi untuk penelitian
2. Manfaat secara Praktis
Yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada
masyarakat tentang pilwali 2010. Sehingga masyarakat dapat
mengenali Cawali dan Cawawali dengan baik serta motifnya dalam
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Definisi Media Massa
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi melalui media
massa modern, dengan kata lain komunikasi dapat diartikan sebagai suatu
proses dimana komunikator secara profesional menggunakan media massa
dalam menyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak.
Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada
komunikan yang beragam pada jumlah banyak dengan menggunakan
media. (Effendi, 2003:79-80)
Media massa merupakan sumber kekuatan sebagai alat kontrol
manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan
sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya yang lain. Media merupakan
lokasi (forum) yang semakin berperan untuk menampilkan
peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun
internasional. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan
kebudayaan bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan
simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya
hidup dan norma-norma. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja
bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial tetapi
hiburan. (Mc. Quail, 2005:3)
Secara garis besar media massa dapat dibedakan menjadi dua,
yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media massa cetak
maupun elektronik merupakan media massa yang banyak digunakan oleh
masyarakat di berbagai lapisan sosial, terutama di masyarakat kota.
Keberadaan media massa seperti halnya pers, radio, televisi, film, dan
lain-lain, tidak terlepas kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat. Media massa dapat menjadi jembatan yang
menghubungkan komunikator dengan komunikan yang melintasi jarak,
waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. (Sugiharti, 2000:3)
Media komunikasi massa bersifat tidak langsung dan oleh
karenanya perencanaan, pengolahan, dan penyampaian pesan baik itu
bersifat informasi, edukasi, persuasi, dan hiburan kepada khalayak dibuat
sedemikian rupa sehingga mencapai sasaran yang dikehendaki.
Komunikasi massa bersifat satu arah (one way traffic). Begitu pesan
disebarkan komunikator, tidak diketahuinya apakah pesan itu diterima,
dimengerti, atau dilakukan oleh komunikan. (Effendi, 2003:314)
Media massa yang digunakan sebagai sumber berita tentang
Kampanye Antisuap dalam penelitian ini yaitu media cetak berupa surat
kabar yang menginformasikan tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan Kampanye Antisuap baik berupa informasi, himbauan ataupun
Media massa adalah institusi yang berperan sebagai agent of
change, yaitu sebagai institusi pelopor perubahan. Ini adalah paradigma
utama media massa. Dalam menjalankan paradigmanya, peran media
massa adalah (Bungin, 2006:85) :
1. Sebagai institusi pencerahan, yaitu perannya sebagai media edukasi.
Media massa menjadi media yang setiap saat mendidik masyarakat
supaya cerdas, terbuka pikirannya dan menjadi masyarakat yang
maju.
2. Selain itu media massa juga menjadi media informasi, yaitu media
yang setiap saat menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Dengan informasi yang terbuka, jujur dan benar disampaikan media
massa kepada masyarakat, maka masyarakat akan menjadi
masyarakat yang kaya dengan informasi, masyarakat yang terbuka
dengan informasi, sebaliknya pula masyarakat akan menjadi
masyarakat informatif, masyarakat yang dapat menyampaikan
informasi dengan jujur kepada media massa. Selain itu, informasi
yang banyak dimiliki oleh masyarakat, menjadikan masyarakat
sebagai masyarakat dunia yang dapat berpartisipasi dengan berbagai
kemampuannya.
3. Terakhir media massa sebagai media hiburan. Sebagai agent of
change, media massa juga menjadi institusi budaya, yaitu institusi
adalah juga mendorong agar perkembangan budaya itu bermanfaat
bagi manusia bermoral dan masyarakat sakinah. Dengan demikian
media masa juga berperan untuk mencegah berkembangnya
budaya-budaya yang justru merusak peradaban manusia dan masyarakatnya.
Dalam penelitian ini, media massa yang digunakan adalah media
cetak berperan sebagai media edukasi dan media informasi bagi
masyarakat sebagai khalayak. Artinya media massa berperan sebagai
media yang setiap saat mendidik masyarakat supaya lebih cerdas dan
terbuka pikirannya akan berbagai informasi seperti halnya informasi
tentang Kampanye Antisuap. Diharapkan media massa dapat menjadi
media yang dapat menyalurkan berbagai informasi penting kepada
masyarakat tentang Kampanye Antisuap sehingga pada akhirnya dapat
merubah perilaku masyarakat jika melanggar peraturan untuk tidak
melakukan suap kepada aparat yang berwenang.
2.1.3. Definisi Surat Kabar
Menurut Junaedhie (2002:12) pers disebut sebagai surat kabar,
sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak
seperti lembaran kerja berisi berita-berita, karangan-karangan dan iklan
dan diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta
diedarkan secara umum. Sedangkan surat kabar menurut Sutisna
sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.
2.1.4. Surat Kabar Sebagai Kontrol Sosial
Kontrol Sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial
(1987:2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak yang
mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai
kehidupan kelompok.
Dari definisi ini menonjol sifat kolektif dan usaha kelompok untuk
mempengaruhi individu agar tidak menyimpang dari apa yang oleh
kelompok dinilai sangat baik. Dalam hubungan ini individu bahkan dapat
dipaksa untuk kalau perlu bertindak bertentangan dengan keinginannya
untuk mengikuti nilai-nilai yang benar menurut kepentingan bersama.
Sedangkan pengertian lain dari kontrol sosial adalah tekanan mental
terhadap individu dalam bersikap dan bertindak sesuai penilaian
kelompok. (Susanto, 2000 :115). Dalam hal ini sebenarnya kontrol sosial
bertujuan :
1. Menyadarkan individu tentang apa yang sedang dilakukannya.
2. Mengadakan himbauan kepada individu untuk mengubah sikap diri.
3. Perubahan sikap yang kemudian diusahakan untuk menjadi norma baru
(Susanto, 2000: 116)
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat
dengan melakukan komunikasi dan peran serta positif dari masyarakat itu
sendiri. (Effendy, 2003: 149)
Sementara (Sumadiria, 2005 : 32-35) dalam Jurnalistik Indonesia
menunjukkan 5 fungsi dari pers yaitu :
1. Fungsi Informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi
secepat cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang actual,
akurat, faktual dan bermanfaat.
2. Fungsi Edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers
hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers
harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru pers.
3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai
wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi
semua lapisan masyarakat.
4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai
pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa
menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan dalam
suatu masyarakat atau negara.
5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi, pers mampu menjadi fasilitator
atau mediator menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain,
peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu
Ciri-ciri surat kabar menurut Effendy (2003:91) adalah sebagai berikut :
a. Publisitas
Yaitu penyebarannya kepada publik atau khalayak dan bersifat umum.
Dengan ciri ini, maka penerbitan yang bentuk dan fisiknya sama
dengan surat kabar tidak bisa disebut surat kabar apabila
diperuntukkan untuk sekelompok orang atau segolongan orang.
Penerbitan yang sifatnya khusus, tidak termasuk surat kabar.
b. Periodesitas
Yaitu keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, dua kali
sehari, dapat pula satu kali atau dua kali dalam seminggu. Kalaupun
ada yang diterbitkan lebih dari satu kali, terbitnya tidak teratur.
c. Universalitas
Yaitu kesemastaan isinya, beraneka ragam dari seluruh dunia. Isi surat
kabar haruslah berita-berita yang mencakup berita yang ada dari dalam
maupun luar negeri, sehingga khalayak (audience) mengetahui segala
jenis kejadian atau peristiwa yang sedang terjadi di seluruh dunia.
d. Aktualitas
Yaitu laporan mengenai peristiwa yang terjadi dan dilaporkan harus
benar atau bisa juga kecepatan laporan tanpa mengesampingkan
Menurut Mitchel V. Charnley, berita adalah laporan yang tepat
waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting
atau kedua-duanya bagi masyarakat luas. (Deddy Iskandar 2005:22)
2.1.7. Jenis Berita
Menurut Deddy Iskandar dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik
Televisi, berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian,
yaitu :
a. Hard News (Berita berat), adalah berita tentang peristiwa yang
dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok,
maupun organisasi.
b. Sofat News (Berita ringan, adalah berita yang tidak terikat dengan
aktualisasi namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya.
c. Investigasi Reports (Laporan penyelidikan), adalah jenis berita yang
eksklusif karena datanya didapat melalui proses penyelidikan.
2.1.8. Berita Mengenai Pilwali Surabaya 2010
Pada penelitian ini berita yang dimaksud adalah berita tentang
Pilwali Surabaya 2010 yang dimuat pada harian Jawa Pos mulai tanggal
10 Maret hingga 20 April 2010. Dalam tanggal tersebut banyak terdapat
informasi mengenai berbagai hal atau informasi yang berhubungan dengan
disajikan oleh Jawa Pos untuk memberikan informasi pada masyarakat
secara umum, khususnya masyarakat Surabaya terkait penyelenggaraan
Pilwali, kapan penyelenggaraannya, siapa saja calonnya, cara
pemlilihannya dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan Pilwali
Surabaya 2010.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surabaya akhirnya menetapkan
pasangan yang berhak mengikuti perebutan kursi wali kota-wakil wali
kota. Sesuai prediksi banyak pihak, lima diantara enam pasangan
dinyatakan memenuhi syarat untuk maju pilwali. Satu pasangan,
Alisjahbana-Chrisman Hadi, dicoret karena gagal memenuhi syarat
pendaftaran. Keputusan tersebut tertuang dalam pengumuman KPU
Nomor 65/KPU-Kota-014.329945/III/2010 tertanggal 31 Maret 2010.
Pemutakhiran Daftar Pemilih Sementara (DPS) menjadi salah satu
isu penting dalam tahap Pilwali saat ini. Maklum, 18 April nanti, DPS
dipisahkan menjadi Daftar Pemilih Tetap (DPT). Biasanya, kisruh soal
coblosan sering terjadi karena ketidakberesan DPT. Sebelum Panitia
Pemungutan Suara (PPS) mengesahkan DPT pada 18 April mendatang,
siapa pun bisa meminta dilakukan perbaikan data.
Dari pemberitaan mengenai Pilwali tersebut maka diharapkan
dapat memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat Surabaya
mereka sangat penting untuk perkembangan kota Surabaya ke depannya.
2.1.9. Pengetahuan
Pengetahuan adalah konsep yang merupakan salah satu akibat dari
perubahan yang terjadi dari efek komunikasi massa, yang diklasifikasikan
dalam efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui
atau dipahami dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan
transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan atau informasi
(Rakhmat, 2004: 219). Efek kognitif berhubungan dengan pikiran atau
penalaran sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak
mengerti, yang tadinya binggung menjadi merasa jelas.
(Effendy,2003:318)
Pada kamus besar bahasa Indonesia (Poerwodarminto,1982:214),
pengetahuan berasal dari kata “tahu” dimana arti pengetahuan itu sendiri
adalah segala apa yang diketahui/akan diketahui yang berkenaan dengan
sesuatu hal. Definisi pengetahuan mengacu pada apakah seseorang cukup
intens mengetahui informasi dari suatu isu tertentu, sehingga ia dapat
secara jelas menindak lanjuti informasi yang telah diketahui.
(Eriyanto,1999:238)
Penelitian mengenai pengetahuan mengkaji sejauh mana komunikan
menerima dan mengingat pesan dari komunikator berupa sebuah
melalui akal pikirannya. Sehingga akal pikirannya terus berkembang
mencari sesuatu yang ingin diketahuinya melalui proses berpikir. Menurut
Suriasumantri (1998), pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap
apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu dan merupakan segenap
khasanah kekayaan mental yangh secara tidak langsung maupun tidak
langsung turut memperkaya kehidupan.
Dalam penelitian ini mengukur pengetahuan remaja Surabaya
terhadap berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos.
2.1.10. Remaja Sebagai Khalayak
Remaja merupakan sasaran komunikasi massa melalui media cetak.
Komunikasi dapat efektif, apabila pembaca terpikat perhatiannya, tertarik
minatnya, dan mengerti apa yang ingin disampaikan oleh komunikator.
Dalam penelitian masyarakat adalah yang membaca surat kabar Jawa Pos.
Dengan demikian untuk memenuhi sebagian kebutuhannya, khalayak
bebas untuk memilih dan menggunakan sejumlah media beserta isinya
atau sumber-sumber rujukan lainnya (non media) sepanjang itu dapat
menunjang atau memperteguh (reinforcement) nilai, sikap dan pengalaman
Pilkada atau Pilwali merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan kabupaten atau kota berdasarkan pancasila
dan undang undang dasar Negara republic Indonesia tahun 1945 untuk
memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah. (pasal 1 ayat (1) PP No.
6/2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan dan pemberhentian
kepala daerah dan wakil kepala daerah).
Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah gubernur dan wakil
gubernur untuk provinsi, bupati dan wakil bupati untuk kabupaten, dan
walikota dan wakil walikota untuk kota. (pasal 1 ayat (2) PP No. 6/2005
tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala
daerah dan wakil kepala daerah).
Penetapan kepala daerah, pertama wakil kepala daerah yang
memperoleh suara lebih dari 50% dari jumlah suara yang sah ditetapkan
sebagai pasangan calon terpilih. Kedua, pasangan calon yang memperoleh
lebih dari 25% dari jumlah suara yang sah, pasangan calon dengan
perolehan suara terbesar ditetapkan sebagai calon terpilih.
2.1.13. Teori SOR
Teori SOR sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini
semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori
komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.
Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi
khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan
dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi
unsur-unsur dalam model ini adalah :
a. Pesan (stimulus, S)
b. Komunikan (Organism, O)
c. Efek (Response, R)
Dalam proses komunikasi, berkenaan dengan perubahan sikap adalah
aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate,
dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap
komunikan.
Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah
hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr.
Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya,
mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa
dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu :
a. Perhatian
b. Pengertian
Organism :
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
Stimulus
Response (perubahan
sikap)
Gambar 2.2. Teori SOR
Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung
pada proses yang terjadi pada individu. Stimulus atau pesan yang
disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak.
Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses
berikutnya, komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang
melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan
menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap.
Pada penelitian ini, masyarakat yang menjadi obyek dalam penelitian
ini berfungsi sebagai organisme yaitu pihak yang menerima rangsangan
atau stimulus dari surat kabar berupa berita seputar Pilwali Surabaya 2010.
Selanjutnya masyarakat akan memproses stimulus yang diterimanya dan
pada akhirnya akan memberikan pengetahuan yang lebih dalam mengenai
Pilwali Surabaya 2010 akan diselenggarakan pada 2 Juni 2010.
Setiap Cawali dan Cawawali sudah mulai melakukan kampanye politik
terkait dengan pencalonan mereka sebagai orang nomor satu di Kota
Surabaya yang akan dipilih oleh masyarakat Surabaya, khususnya remaja
Surabaya. Namun apakah selama ini kampanye yang mereka lakukan
sudah cukup memberitahukan pada masyarakat Surabaya tentang
kelayakan mereka sebagai calon pemimpin Surabaya. Tidak sedikit remaja
Surabaya belum mengenal sosok Cawali Surabaya, bahkan nama
Cawalinya saja mereka belum mengetahui. Kemudian terkait dengan
penyelenggaraan Pilwali 2010 banyak pula dari remaja yang tidak
mengetahui kapan dan tanggal berapa Pilwali akan diselenggarakan.
Kenyataan ini menunjukkan kurangnya pengetahuan remaja
Surabaya tentang Pilwali yang rencananya akan diselenggarakan pada 2
Juni mendatang. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh bagi antusiasme
masyarakat terhadap penyelenggaraan Pilwali. Sungguh ironis, padahal
cawali yang terpilih akan menentukan masa depan Surabaya ke depannya.
Akan tetapi harian Jawa Pos hadir dengan menyajikan berita seputar
penyelenggaraan Pilwali Surabaya 2010. Surat kabar harian yang lokasi
produksinya bertempat di Surabaya ini berusaha untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan informasi penyelenggaraan Pilwali Surabaya.
Yang meliputi penyelenggaraannya serta sosok Cawali dan Cawawali
SURABAYA 2010” dan selalu diberitakan setiap hari.
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka
kerangka berpikir yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tingkat pengetahuan
masyarakat Surabaya tentang Pilwali Surabaya 2010 melalui pemberitaan di Jawa Pos:
a. Tinggi
b. Sedang
c. Rendah
Masyarakat Surabaya
- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan
Stimulus yang berupa berita mengenai Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos
3.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif,
dimana dalam pendekatan deskriptif kuantitatif akan dapat
menginterpretasikan secara rinci pengetahuan masyarakat Surabaya
tentang Pilwali Surabaya 2010 yang diberitakan oleh harian Jawa Pos
secara berlanjut, namun dalam penelitian ini mulai bulan Maret sampai
April 2010.
Dengan menggunakan metode analisis tabel frekuensi, pengetahuan
masyarakat Surabaya tentang Pilwali Surabaya 2010 melalui pemberitaan
di Jawa Pos yang dilakukan peneliti dapat menghasilkan uraian yang
mendalam tentang hasil pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang
diberikan peneliti.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.2.1 Definisi Operasional
Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan
indikator-indikator dari variabel-variabel penelitian. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan
melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara
melalui pemberitaan di Jawa Pos merupakan suatu pengetahuan
masyarakat di Surabaya yang berumur 17 tahun ke atas dalam menerima
arus informasi atau pesan tentang Pilwali Surabaya 2010 di surat kabar
Jawa Pos, yang dinyatakan melalui pernyataan verbal setelah diberikan
pertanyaan meliputi pengetahuan mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan Pilwali Surabaya 2010 melalui pemberitaan di di
surat kabar Jawa Pos. Sehingga dari pengetahuan masyarakat Surabaya
tentang Pilwali Surabaya 2010 yang diberitakan di surat kabar Jawa Pos
dapat dioperasionalisasikan sebagai berikut :
a. Berita Pilwali Surabaya 2010
Berita tentang Pilwali Surabaya 2010 yang disajikan oleh surat kabar
Jawa Pos meliputi penyelenggaraan dan Cawali yang berkompetisi
dalam Pilwali tersebut. Informasi mengenai Pilwali Surabaya 2010
mempunyai rubrik khusus yang selalu diberitakan setiap hari oleh
Jawa Pos mengingat penyelenggaraan Pilwali sudah dekat.
b. Berita Pilwali Surabaya 2010 dimuat mulai 10 Maret s/d 20 April
2010.
Berita tentang Pilwali Surabaya 2010 yang dimuat di Jawa Pos pada
tanggal 10 Maret s/d 20 April yang memuat tentang penyelenggaraan
serta Cawali yang berkompetisi dalam Pilwali Surabaya 2010.
suaranya dan sosok dari setiap Cawali yang mencalonkan diri.
3.2.2 Pengukuran Variabel
Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat Surabaya Surabaya
yang berumur 17 tahun ke atas tentang Pilwali Surabaya 2010 melalui
pemberitaan di Surat kabar Jawa Pos dengan alternatif pilihan yang
dinyatakan dalam jumlah skor atas pertanyaan atau kuesioner yaitu :
1. Bila jawaban responden benar maka dikategorikan pada jawaban
“Tahu” diberi skor 2
2. Bila jawaban responden salah maka dikategorikan pada jawaban
“Tidak Tahu” diberi skor 1
Maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar
interval dari pertanyaan yang akan dijawab yaitu tinggi, sedang, dan
rendah dengan menggunakan rumus :
ragu atau kurang setuju (undecided), alasannya adalah sebagai berikut :
a. Kategori ragu-ragu (undecided) memiliki arti ganda, ganda disini dapat
diartikan belum dapat memberikan jawaban (nisa netral bisa
ragu-ragu). Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable)
ini tidak diharapkan dalam instrumen).
b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan
menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka
yang ragu-ragu akan kecenderungan jawaban.
c. Disediakan jawaban ragu-ragu ditengah akan menghilangkan
benyaknya data peneliti sehingga mengurangi banyaknya informasi
yang dapat dijaring oleh responden. ( Hadi, 1981:20)
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
masyarakat Surabaya yang membaca berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa
Pos yang menjadi khalayak sasaran (target audience). Masyarakat sasaran
dalam penelitian ini dilakukan pada responden yang berusia 17 tahun ke
atas. Dengan alasan karena pada usia 17 tahun setiap warga negara
mempunyai hak pilih. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan
Pemirsa atau responden bertempat tinggal di kota Surabaya. Sedangkan
berdasarkan rumus rumus Yamane maka dipilih 100 responden yang
representative, yaitu sebagai berikut :
1
d = Presisi (derajat ketelitian 10% = 0,1)
1 = angka konstan
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sampling purposif (purposive sampling). Teknik ini mencakup
orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat
peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui tingkat pengetahuan masayarakat Surabaya terhadap
pemberitaan Pilwali Surabaya 2010 di surat kabar Jawa Pos. Maka kriteria
yang ditentukan peneliti adalah masyarakat Surabaya yang baru pertama
kali menggunakan hak pilih (pemula), yang membaca surat kabar Jawa
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
responden berdasarkan data primer dan data sekunder. Yang dimaksud
data primer adalah data yang berupa jawaban dari kuisioner yang
diberikan berupa jawaban yang diberikan sementara data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari buku-buku penunjang.
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel
frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari
hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh
responden.
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan diolah
untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil
kuesioner terdiri dari: mengedit, mengkode, dan memasukkan data
tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos
Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949
oleh perusahaan bernama PT. Jawa Pos Concern Ltd. berlokasi di Jalan Kembang
Jepun 166-169. Pendirinya seorang warga negara Indonesia keturunan, kelahiran
Bangka, bernama The Chung Shen (Soeseno Tedjo). Sebagai perintis berdirinya
Jawa Pos, Soeseno Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno
Tedjo bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya
lancar dan dari situ, ia mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata
menguntungkan, maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat kabar dengan nama Jawa
Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa
dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok.
Sejak tahun 1951 pemimpin redaksinya adalah Thio Oen Sik. Keduanya
dikenal sebagai orang-orang Republikan yang tak pernah goyang. Pada saat itu
The Chung Shen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar
yang diterbitkan dengan tiga bahasa berbeda. Surat kabar yang berbahasa
Indonesia bernama Jawa Post, yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau
Pada tahun 1962 harian Van Vrije Pers dilarang terbit berkenaan dengan
peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Jaya dari tangan Belanda. Sebagai
gantinya diterbitkan surat kabar berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily
News pada tahun 1981 terpaksa beerhenti karena minimnya iklan. Sedangkan
meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada
harian Huo Chiau Shin Wan. Maka pada tahun 1981 hanya Jawa Pos yang tetap
bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya
10.000 eksemplar.
Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari
dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak
di percetakan Aqil di Jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 1000
eksemplar. Sejak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan De Virje Pers di
Jalan Kaliasin 52 Surabaya dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya
mengalami peningkatan.
Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar 4000 eksemplar dan
mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan
ejaan pada tahun 1958 Jawa Pos berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun
1961 berubah menjadi Jawa Pos. Pada periode tahun 1971-1981 oplah tercatat
pada 10.000 eksemplar, namun pada tahun1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700
eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya
dan sisanya pada kota lain. Penurunan tersebut terjadi karena sistem manajemen
Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan mnerima tawaran untuk menjual
mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafiti Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal 1
April 1982, pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan Utama
dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers, Eric Samola, SH untuk membenahi
kondisi PT. Jawa Pos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa
Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan sejak itulah perkembangan Jawa Pos
semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya.
Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.
Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Lim Shien Hwa,
SH No. 8 Pasal 4 menyatakan nama PT. Jawa Pos Concern Ltd. diganti dengan
nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat Menpen No.I/Per 1/Menpen/84
mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20 persen dari saham harus
dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.
Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak lepas dari perjuangan dan
kepopuleran Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya, pada khususnya
dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat
membaca Koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya sore
hari. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak warga yang menertawai
“Koran kok pagi” banyak diantaranya menolak. Banyak agen dan loper yang
menolak. Manajemen memutar otak kalau tidak ada loper dan agen, lewat apa
Koran ini dipasarkan?. Akhirnya ditemukan cara lain: istri-istri atau keluarga
masih kecil, dengan cara ini keluarga Jawa Pos akan menambah pendapatan.
Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran Jawa Pos atau
usaha suaminya dan kelak di kemudia hari beberapa istri atau keluarga wartawan
ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos.
Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk
perubahan mendasar di keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih
Koran Jawa Pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka
250.000 eksemplar per hari. Sampai dengan tahun 1985, harian Jawa Pos terbit 16
halaman setiap harinya dan ditambah suplemen Ronce setiap hari Senin, Rabu,
Sabtu.
Pada perkembangan selanjutnya, untuk memenangkan persaingan atas
ketatnya kompetisi antara lembaga media maka Jawa Pos melakukan berbagai
terobosan, diantaranya terbit 24 halaman setiap harinya. Dengan terbit 24 halaman
ini, harian Jawa Pos terbagi dalam tiga sesi.
Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi
sebuah kelompok media yang sangat besar adalah adanya JPNN (Jawa Pos News
Networking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung
berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita
berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa
Pos, sehingga berita luar daerah tidak perlu mengerjakan layoutnya di Surabaya
dan mengirimkan ke JPNN. Ketika media online sedang berkembang, Jawa Pos
Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas
100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi, akhirnya Jawa Pos
“bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1 juta eksemplar. Berbagai
upaya dilakukan baik dengan redaksi pemasaran maupun lainnya untuk
menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000
eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dana yang
dimiliki tetap optimal. Lalu muncullah ide ekspansi yakni membuat koran di
daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskan usai studi di
Amerika dan negara maju lainnya dimana setiap kota mempunyai satu koran. Ia
berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu koran dan ini
dilakukan. Dikirimlah orang-orang terbaik Jawa Pos untuk mendirikan koran di
berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha koran yang mau
gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerja sama dan banyak
diantaranya yang didirikan Jawa Pos.
Berhasil di satu kota dilakukan, di kota lain gagal, mencoba lagi di kota
lain dan April 2001 anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 99 grup.
Koran-koran yang dahulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos kini juga mendirikan
koran-koran, majalah, atau tabloid-tabloid yang menjadi cucu dari Jawa Pos.
Kini hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat Jawa Pos Group
kecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya koran namun juga percetakan,
pabrik kertas, real estate, hotel, bursa sampai travel agen ini semua berada
Dicetak diatas 360.000 eksemplar setiap hari, Jawa Pos kini menduduki
peringkat kedua dalam urutan sepuluh koran besar di Indonesia. Basis pemasaran
terkuat berada di Jawa Timur, menyusul berkembang di Kalimantan, Sulawesi,
NTB, NTT, hingga Papua. Dengan orientasi segmentasi menengah atas, Untuk
meningkatkan kualitas layanan pembaca, Jawa Pos melakukan cetak jarak jauh
dengan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di Bali, Banyuwangi, Nganjuk, Solo,
Jakarta, Balikpapan, Banjarmasin, dan dipersiapkan di beberapa kota lain di
Indonesia. Jawa Pos mulai diminati warga Indonesia yang tinggal di Malaysia dan
Arab Saudi. Kini Jawa Pos terbit 48 halaman.
1. Koran 1 (Bagian utama) memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa
nasional maupun internasional.
2. Koran 2 (Olah raga / sportivo) memuat berita seputar olah raga.
3. Koran 3 (Metropolis) memuat berita-berita tentang daerah Surabaya dan
seputar Jawa Timur.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyedia informasi surat kabar
Jawa Pos memberikan rubric khusus seputar Pilwali kota Surabaya. Dalam rubric
tersebut berbagai informasi terkait pemilihan walikota Surabaya diberitakan,
misalnya profil calon walikota, mekanisme pemilihan dan sebagainya. Yang
dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini adalah pemberitaan Pilwali kota
Surabaya di surat kabar Jawa Pos edisi 10 Maret s/d 20 April.
pemberitaan mengenai Pilwali kota Surabaya. Dalam penelitian ini peneliti
menentukan criteria pada sampel yang akan diteliti. Sampel yang akan diteliti
adalah masyarakat Surabaya yang berumur 17 tahun dan 18 tahun dan baru
pertama kali mempunyai hak pilih (pemula). Tentunya mereka lebih
membutuhkan informasi mengenai pelaksanaan Pilwali kota Surabaya.
4.2 Penyajian dan Analisis Data 4.2.1 Identitas Responden
Data yang ada pada bagian ini adalah data-data yang diperoleh
berdasarkan karakteristik responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan
terakhir dan pekerjaan/kesibukan responden. Data ini diperlukan untuk dapat
menjelaskan secara umum responden yang ada selengkapnya tertera pada
tabel-tabel berikut ini :
4.2.1.1 Usia Responden
Dari hasil kuesioner yang dapat diketahui bahwasannya dari 100
responden yang membaca berita mengenai Pilwali kota Surabaya 2010 di surat
kabar Jawa Pos mempunyai jenjang usia 17 tahun sampai 18 tahun.
Tabel 4.1
Dari hasil tabel 4.2 dapat dilihat bahwa responden yang diperoleh oleh
peneliti berjumlah 100 responden dengan usia berbeda tapi sebagai pemula dalam
pemilu. Antara lain pada tabel No 1 menjelaskan bahwa responden yang berusia
17 yaitu sebanyak 54 orang atau 54% dari keseluruhan jumlah responden.
Sedankan responden yang berusia 18 tahun sebanyak 46 orang atau 46% dari total
keseluruhan responden.
4.2.1.2 Pendidikan Terakhir Responden
Pada tabel 4.3 dibawah ini menjelaskan tentang identitas responden
mengenai pendidikan terakhir yang disandang oleh responden, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Sumber : kuesioner I.2
Dari hasil tabel 4.3 diketahui bahwa sebesar 61% responden memiliki
pendidikan terakhir adalah SMA (Sekolah Menengah Atas), 39% responden
pendidikan terakhirnya yaitu SMP (Sekolah Menengah Pertama). Sedangkan 0%
responden dengan pendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar). Kebanyakan dari
responden saat ini sedang melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dengan
4.2.2 Terpaan Surat Kabar Jawa Pos
4.2.2.2 Frekuensi Masyarakat Surabaya Membaca Berita Pilwali Kota Surabaya 2010 di Surat Kabar Jawa Pos
Frekuensi masyarakat dalam membaca berita mengenai Pilwali kota
Surabaya 2010 di surat kabar Jawa Pos terbagi menjadi empat kategori untuk
memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan tentang berapa kali dalam
seminggu mereka membaca berita tersebut. Dari tabel ini dapat diketahui
frekuensi responden dalam membaca berita mengenai Pilwali kota Surabaya 2010
di surat kabar Jawa Pos :
Tabel 4.3
Frekuensi Membaca Berita Mengenai Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos Dalam Satu Minggu
(n=100)
Sumber : kuesioner I.3
Penjelasan yang diperoleh dari tabel 4.6 diatas adalah kebanyakan
responden pernah membaca berita mengenai Pilwali 2010 di surat kabar Jawa Pos
lebih dari 6 kali dalam seminggu yaitu sebanyak 25 responden (25%). Hal ini
sangat membantu dalam penelitian ini karena terpaan yang berulang-ulang akan
nantinya akan menimbulkan ingatan yang kuat terhadap isi dari berita mengenai
Pilwali 2010 tersebut, sehingga responden nantinya akan lebih memahami daftar
pertanyaan yang diajukan peneliti pada lembar kuesioner.
4.3 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya Mengenai Berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos
Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya
mengenai pemberitaan Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos peneliti
membuat 12 pertanyaan yang akan diajukan pada 100 responden. Pertanyaan
tersebut berpedoman pada isi berita dalam rubrik khusus Pilwali Surabaya 2010
harian Jawa Pos. Responden diharuskan menjawab pertanyaan dengan opsi dua
pilihan yaitu “tahu” diberikan skor 2 dan “tidak tahu” diberikan skor 1. Dalam hal
ini bagaimana pemberitaan di Jawa Pos dapat mempengaruhi pengetahuan
(kognisi) masyarakat Surabaya tentang Pilwali Surabaya 2010. Berikut ini akan
disajikan tabel – tabel tentang bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat
Surabaya mengenai berita Pilwali Surabaya 2010 di Jawa Pos. Selengkapnya
sebagai berikut ini:
1. Responden tahu berita mengenai Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos
Harian Jawa Pos terbilang aktif dalam memberitakan seputar Pilwali
Surabaya 2010, khususnya pada bulan Maret sampai dengan April 2010. Bahkan
harian yang berlokasi di Surabaya ini mempunyai rubrik khusus “Pilwali
periodik. Kemudian sejauh mana responden yang merupakan masyarakat
Surabaya mengetahui mengenai berita Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos.
Tabel 4.4
Responden tahu berita mengenai Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos
Keterangan Frekuensi Persentase (%)
Tahu 100 100%
Tidak Tahu 0 0%
Jumlah 100 100%
Sumber : Data Kuesioner I.5
Tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini
menjawab tahu dengan adanya berita Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos.
Terbukti dengan dengan semua responden yang menjawab tahu, yaitu 100%
responden dengan pertanyaan bahwa mereka mengetahui berita Pilwali Surabaya
2010 di harian Jawa Pos. Hal ini disebabkan dalam penelitian ini yang akan
dijadikan responden adalah masyarakat yang mengetahui dan membaca berita
Pilwali Surabaya 2010 di harian Jawa Pos.
2. Responden tahu kapan akan diselenggarakannya Pilwali Surabaya 2010 yang di muat di Jawa Pos
Berikut ini akan disajikan mengenai tingkat pengetahuan responden
mengenai kapan diselenggarakannya Pilwali Surabaya 2010 yang dimuat di harian
Jawa Pos. Pelaksanaan Pilwali Surabaya 2010 diadakan pada bulan Juni, tepatnya