• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEINGINAN NIAT KELUAR KERJA KARYAWAN INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEINGINAN NIAT KELUAR KERJA KARYAWAN INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Yoggi Prasetya 0812010133 / FE /EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`

J AWA TIMUR

(2)

INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Oleh:

Yoggi Prasetya 0812010133 / FE /EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`

J AWA TIMUR

(3)

Yang diajukan

Yoggi Prasetya 0812010133 / FE /EM

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Kustini, MM Tanggal : ………..

Mengetahui

Ketua Program Studi Fakultas Ekonomi

(4)

KEINGINAN NIAT KELUAR KERJ A KARYAWAN

INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR

Yang diajukan

Yoggi Prasetya 0812010133 / FE /EM

Disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Kustini, MM Tanggal: ………..

Mengetahui

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(5)

Disusun oleh:

Yoggi Prasetya 0812010133 / FE /EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 13 Juni 2013

Pembimbing Utama : Tim Penguji

Ketua

Dra. Ec. Kustini, MM Dr .Prasetyo Hadi.MMM

Sekr etaris

Dra. Ec. Kustini, MM Anggota

Dra.Ec.Hj.Nur Mahmudah.MS

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

(6)

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

berkat-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul

“Keinginan Niat Keluar Kerja Karyawan Indofood Fritolay Makmur”.

Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian

Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spirituil

maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar,MM, MS. Selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur.

4. Ibu Dra.Ec.Ksstini.MM selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas

(7)

6. Kepada kedua orangtuaku tercinta yang telah memberikan dukungan baik

moril ataupun material.

7. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi

terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran

dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, Peneliti berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak

yang membutuhkan.

Salam hormat,

Surabaya, Mei 2013

(8)

KATA PENGANTAR ... i 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1. Pengertian Manajemen sumber Daya Manusia ... 10

2.2.2. Komitmen ... 11

2.2.2.1. Pengertian Komitmen ... 11

2.2.3. Kepuasan Kerja... 14

2.2.3.1. Pengertian Kepuasan Kerja... 14

2.2.4. Keinginan Niat Keluar kerja... 18

2.2.4.1. Pengertian Keinginan Niat Keluar kerja ... 18

2.2.4.2. Indikasi Terjadinya Keinginan Niat Keluar kerja. ... 18

(9)

3.1 Definisi Operasional ... 24

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 24

3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 26

3.3 Jenis data ... 27

3.3.1. Sumber data ... 28

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4. Uji Validitas Dan Reliabilitas ... ... 28

3.5. Teknik Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 29

3.5.1. Teknik Analisis ... 29

3.5.1.1. Cara Kerja PLS... 30

3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS ... 31

3.5.1.3. Langkah – Langkah PLS ... 31

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskriptif Hasil Penelitian ... 45

4.1.1. Gambaran Umum perusahaan ... 45

4.2. Analisis Karakteristik Responden ... 46

4.2.1. Deskripsi Variabel ... 48

4.2.1.1. Deskripsi Variabel Komitmen Afektif ... 48

4.2.1.2. Deskripsi Variabel Komitmen Kontinuance .. 49

4.2.1.3. Deskripsi Variabel Komitmen Normatif ... 50

4.2.1.4. Deskripsi Variabel Kepuasan Kerja ... 51

4.2.1.5. Deskripsi Variabel Keinginan Keluar Pindah Pindah Kerja ... 53

4.3. Analisis Data ... 54

4.3.1. Evaluasi Outlier ... 54

(10)

4.3.2.2. Analisis Model PLS ... 61 4.3.2.3. Evaluasi Pengujian Inner Model ... 61 4.4. Pembahasan ... 65

4.4.1. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Keinginan Niat Keluar Kerja ... 65 4.4.2. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Keinginan

Niat Keluar Kerja.. ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 67 5.2. Saran ... 6

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

Tabel 1.3. Data Absensi Karyawan ... 5

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 47

Tabel 4.3. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Komitmen Afektif ... 48

Tabel 4.4. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Komitmen Continuance 49 Tabel 4.5. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Komitmen Normatif 50 Tabel 4.6. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja ... 51

Tabel 4.7. Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Keinginan Keluar Pindah Kerja ... 53

Tabel 4.8 Outlier Data ... 55

Tabel 4.9 Outer Loading... 56

Tabel 4.10. Outer Loading Dengan Second Order ... 57

Tabel 4.11 Average Variance Extracet (AVE ) ... 59

Tabel 4.12. Reliabilitas Data ... 60

Tabel 4.13 R Square ... 62

Tabel 4.14. Outer Weights ... 63

Tabel 4.15. Inner Weight ... 64

(12)

Gambar 3.1. Langkah-Langkah Analisis PLS ... 32 Gambar 3.2. Contoh Diagram Jalur Untuk PLS... 61

(13)

Lampiran 2 : Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3 : Hasil Uji Outlier

Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas Lampiran 5 : Hasil Uji PLS

(14)

INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR

Yoggi Prasetya 0812010133 / FE /EM

Abstraksi

Permasalahan dalam penelitian ini adalah adanya beberapa kontrak kerja yang tidak berlanjut apalagi karyawan di bagian penjualan sebagian dari mereka adalah karyawan outsourcing dimanan jaminan dan kepastian kerjanya juga masih belum jelas, kemudian fasilitas yang masih kurang diberikan kepada karyawan seperti biaya perawatan transportasi, hal-hal inilah yang menyebabkan karyawan kurang berkomitmen pada perusahaan. Dengan adanya pegawai tetap dan kontrak akan ada indikasi persoalan yang terkait dengan kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja menurut Martoyo, (2002: 115), pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,ia akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan. Salah bentuk contoh ketidakpuasan dalam perusahaan adalah pembedaan status antara karyawan tetap dan kontrak yang diberikan pihak perusahaan kepada pegawainya kemudian penetapan taret penjualan yang masih kurang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi bagaimana perilaku pegawai tersebut dalam bekerja

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian penjualan PT.Indofood Fritolay yang berjumlah 112 karyawan. Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Partial least Square.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa 1).Komitmen organisasi yang tinggi akan meningkatkan keinginan niat keluar kerja di PT.Indofood Fritolay Makmur. 2).Kepuasan kerja yang tinggi maka akan meningkatkan keinginan niat keluar kerja di PT.Indofood Fritolay Makmur

(15)

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan atau organisasi selalu berusaha mengurangi tingkat niat

keluar karyawannya, terutama yang keluar sukarela. Tingginya karyawan keluar

suatu perusahaan atau organisasi merupakan pemborosan biaya dibanding

manfaatnya. Keluar sukarela umumnya banyak terjadi pada karyawan berprestasi

sehingga kasus seperti ini sangat merugikan perusahaan.

Sebagian besar karyawan yang meninggalkan organisasi karena alasan

sukarela dapat dikategorikan atas perpindahan kerja sukarela yang dapat dihindari

(avoidable voluntary turnover) dan perpindahan kerja yang tidak dapat dihindari

(unavoidable voluntary turnover). Avoidable voluntary turnover dapat disebabkan

karena alasan-alasan seperti gaji, kondisi kerja, dan atasan. Sedangkan

unavoidable voluntary turnover karena alasan perubahan jalur karir atau faktor

keluarga.Sumarto,(2009).

Dalam kehidupan kerja, sosial, dan keluarganya, seseorang akan dilibatkan

dengan persaaan emosional, baik negatif maupun positif. Sisi emosional positif

yang dirasakan karyawan, oleh para peneliti, telah dikonseptualisasikan ke dalam

berbagai konstruk, yang paling banyak mendapat perhatian adalah kepuasan kerja.

Kepuasan kerja merupakan salah satu bentuk perilaku karyawan yang

didefinisikan sebagai sesuatu yang menyenangkan atau sisi hasil emosional yang

(16)

bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung kepada discrepancy antara should be

(expectation, needs, atau values) dengan apa yang menurut perasaannya atau

persepsinya telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Dengan demikian,

orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan

persepsinya atas kenyataan, karena batas minimum yang diinginkan telah

terpenuhi. Apabila yang didapat lebih besar daripada yang diinginkan, maka orang

akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat discrepancy, tetapi merupakan

discrepancy yang positip. Sebaliknya makin jauh kenyataan yang dirasakan itu

dibawah standar minimum sehingga menjadi negative discrepancy, maka makin

besar pula faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerjaan.

Menurut Gilmer, (dalam As'ad, 2003: 114) menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah: kesempatan untuk maju, keamanan

kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, faktor intrinsik dari pekerjaan, kondisi

kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi, dan fasilitas. Sementara itu

menurut Heidjrachman dan Husnan mengemukakan beberapa faktor mengenai

kebutuhan dan keinginan pegawai yakni: gaji yang baik, pekerjaan yang aman,

rekan sekerja yang kompak, penghargaan terhadap pekerjaan, pekerjaan yang

berarti, kesempatan untuk maju, pimpinan yang adil dan bijaksana, pengarahan

dan perintah yang wajar, dan organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh

masyarakat (Heidjrachman dan Husnan, 2002: 194).

Brdasarkan uraian teori di atas maka haruslah di dukung dengan sarana

(17)

tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang ada, bahwa di dalam perusahaan masih

terjadi pelanggaran-pelanggaran hal tersebut dapat diketahu pada tabel berikut:

Tabel 1. Data Jumlah Karyawan

Tahun 2009 2010 2011 Karyawan 95 124 112

Sumber: PT.Indofood Fritolay Makmur, 2012.

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa tahun 2009 – 2011 dari

jumlah karyawan di bagian penjualan sebanyak 95 karyawan naik menjadi 124

karyawan kemudian di tahun 2011 turun nejadi 112 karyawan, hal ini

menunjukkan adanya terdapat perputaran karyawan yang meningkat dalam

perusahaan hal ini menunjukkan ada beberapa karyawan yang tidak nyaman, dan

adanya niatan untuk pindah kerja. Berikut dapat kita lihat pada data perpindahan

karyawan di bagian penjualan PT.Indofood Fritolay Makmur:

Tabel 2. Turnover Karyawan Bagian Penjualan

Tahun Jumlah

Sumber: PT.Indofood Fritolay Makmur, 2012

Berdasarkan data turnover kerja diatas dapat kita lihat dari tahun 2009

sampai dengan 2011 tercatat turnover karyawan bagian penjualan dari tahun 2009

karyawan yang masuk sebesar 7 orang kemudian yang keluar 11 orang atau

(18)

sebesar 24,92%, kemudian tahun 2011 sekitar 112 karyawan dengan karyawan

yang keluar sebesar 33 orang dan yang masuk sebesar 12 karyawan. Tingkat

turnover yang tinggi yang terjadi di PT.Indofood Fritolay Makmur menimbulkan

dampak negatif bagi perusahaan, hal ini seperti menciptakan ketidakstabilan dan

ketidakpastian (uncertainity) terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya

sumber daya manusia yakni yang berupa biaya pelatihan yang sudah

diinvestasikan pada karyawan sampai biaya rekrutmen dan pelatihan kembali.

Permasalahan komiten organisasi di PT.Indofood Fritolay Makmur ini

dalah adanya beberapa kontrak kerja yang tidak berlanjut apalagi karyawan di

bagian penjualan sebagian dari mereka adalah karyawan outsourcing dimana

jaminan dan kepastian kerjanya juga masih belum jelas, kemudian fasilitas yang

masih kurang diberikan kepada karyawan seperti biaya perawatan transportasi,

hal-hal inilah yang menyebabkan karyawan kurang berkomitmen pada

perusahaan, padahal menurut Robbins dan Judge (2007:127) mendefinisikan

komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi

serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya

dalam organisasi.

Penelitian yang dilakukan (Joiner dalam Chiu, et al., 2005). menunjukkan

bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh pada niat keluar. Terdapat

beberapa elemen sehingga komitmen organisasi dapat menimbulkan reaksi

tertentu terhadap niat keluar. Karyawan yang mempunyai komitmen tinggi kepada

(19)

Tahun

Absensi

kerja Prosentase 2009 287 - 2010 307 30,6% 2011 443 44.2%

Sumber: PT.Indofood Fritolay Makmur, 2012

Berdasarkan tabel di atas bahwa prosentase absensi kerja mengalami

kenaikan antara tahun 2010-2011 yaitu sebesar 13,6% data tersebut menunjukkan

etos kerja dalam perusahaan masih jauh dari harapan, sebab masih ada beberapa

karyawan yang masih melakukan absent di waktu hari aktif kerja. Salah bentuk

contoh ketidakpuasan dalam perusahaan adalah pembedaan status antara

karyawan tetap dan kontrak yang diberikan pihak perusahaan kepada pegawainya

kemudian penetapan taret penjualan yang masih kurang merupakan salah satu hal

yang mempengaruhi bagaimana perilaku pegawai tersebut dalam bekerja demi

organisasi, sehingga akan mempengaruhi kepuasan kerja dalam mencapai tujuan

yang ditetapkan perusahaan. Dengan adanya pegawai tetap dan kontrak akan ada

indikasi persoalan yang terkait dengan kepuasan kerja pegawai. Kepuasan kerja

menurut Martoyo, (2002: 115), pada dasarnya merupakan salah satu aspek

psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya,ia akan

merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan

harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi

Penelitian yang dilakukan oleh (Lambert et al., 2001). Dalam

(20)

kerja memiliki efek langsung terbesar pada niat keluar.

Cranny dalam Samad (2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah

kontribusi dari teori dan reaksi mengenai persepsi yang berbeda tentang apa yang

diinginkan dibanding dengan yang dia terima. Kepuasan kerja berpengaruh secara

langsung terhadap keinginan berpindah karyawan. Hal ini sama seperti yang

dijelaskan oleh Williams (dalam Chiu et al., 2005) bahwa kepuasan kerja secara

umum mempunyai pengaruh yang kuat pada keinginan untuk pergi.

Balas jasa kerja karyawan ini adalah yang berupa financial maupun yang

non-financial. Bila kepuasan kerja terjadi, maka pada umumnya tercermin pada

perasaan karyawan terhadap pekerjaannya, yang sering diwujudkan dalam sikap

positip karyawan terhadap pekerjaannya di lingkungan kerjanya. Makin puas

mereka bekerja dalam suatu organisasi, makin kecil perputaran. Sebaliknya,

kepuasan kerja yang rendah akan mengakibatkan tingginya turnover intentions.

Martoyo, (2003: 132).

Oleh karena itu untuk dapat membuktikan hal tersebut, maka peneliti

tertarik untuk mengangkat judul “Keinginan Niat Keluar Kerja Karyawan

Bagian Penjualan Di PT.Indofood Fritolay Makmur”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka

masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap keinginan niat keluar

(21)

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap keinginan niat

keluar kerja karyawan bagian penjualan di PT.Indofood Fritolay Makmur

2. Untuk menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap keinginan niat keluar

kerja karyawan bagian penjualan di PT.Indofood Fritolay Makmur

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagi Instansi Terkait

Sebagai bahan masukan mengenai komitmen organisasi dan kepuasan kerja

terhadap keinginan keluar kerja di lingkungan perusahaan

2. Bagi Pihak lain

Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang

berhubungan dengan masalah keinginan pindah kerja.

(22)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini, oleh:

1. Triyanto dan Santoso, (2009). Dengan judul “Organizational Citizenship

Behavior (OCB) Dan Pengaruhnya Terhadap Keinginan Keluar dan Kepuasan

Kerja Karyawan”. Jurnal Manajemen, Vol.7, No.4, Mei 2009

• Tujuan dari penelitian ini adalah Penelitian ini dimaksudkan untuk

membuktikan pengaruh OCB terhadap kepuasan kerja dan keinginan

keluar karyawan. Untuk dapat membuktikan apakah OCB memiliki

hubungan dan pengaruh terhadap keinginan keluar dan kepuasan kerja

maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

• Hasil penelitian ini menunjukkan Pada penelitian ini responden adalah

anggota kepolisian yang tidak memiliki ancaman dalam melaksanakan

terhadap keinginan keluar sehingga efek dari OCB tidak memiliki dampak

yang begitu berpengaruh bagi anggota kepolisian tersebut. Pada penelitian

selanjutnya perlu dilakukan penelitian pada organisasi yang memiliki

tingkat ancaman dikeluarkan dari pekerjaannya bila tidak melakukan

tugasnya dengan baik, seperti organisasi sektor publik seperti bank. Hal

tersebut agat dapat memperlihatkan dampak OCB terhadap keinginan

(23)

2. Penelitian selanjutnya dilkukan oleh Witasari, (2009) dengan judul penelitian

“Analisis pengaruh kepuasan kerja Dan komitmen organisasional Terhadap

turnover intentions (studi empiris pada novotel Semarang)

• Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah 1.Bagaimana pengaruh

kepuasan kerja terhadap komitmen organisasional? 2. Bagaimana

pengaruh komitmen organisasional terhadap turnover intensions? 3.

Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap turnover intensions?

• Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation

Modelling (SEM) yang dioperasikan melalui program paket software

statistic AMOS

• Kesimpulan, Pertama, semakin tinggi kepuasan kerja, maka semakin

tinggi komitmen organisasional. Seseorang yang telah terpenuhi semua

kebutuhan dan keinginan oleh organisasi (puas), secara otomatis dengan

penuh kesadaran mereka akan meningkatkan tingkat komitmen yang ada

adalam dirinya. Kedua, semakin tinggi kepuasan kerja, maka semakin

rendah tingkat turnover intentions. Individu yang merasa terpuaskan

dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam organisasi. Ketiga,

semakin tinggi komitmen organisasional, maka semakin tinggi pula

tingkat turnover intentions. Hal ini berbanding terbalik dengan hipotesis

sementara peneliti dan tidak sesuai dengan kesimpulan para peneliti

sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi komitmen

(24)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia.

Perkembangan pesat yang dialami oleh manajemen baik sebagai ilmu

maupun sebagai metode kerja telah memaksa orang-orang yang terlibat

didalamnya untuk mulai berpikir tentang produktifitas, efiensi dan berbagai

perangkat teknis lainnya yang akan membawa perusahaan kearah perbaikan. Hal

ini mendasar yang juga terjadi adalah pola pikir manusia yang ada dalam

perusahaan. Dimana sejak beberapa waktu yang lalu tenaga kerja yang ada

diperusahaan tidak lagi dipandang sebagai faktor produksi yang lain, tetapi lebih

“as a human resources”. Pengerian sumber daya manusia ini menurut Nitisemito

(1988:10), bahwa manajemen personalia adalah suatu ilmu seni untuk

melaksanakan antara lain planning, controlling, organizing, sehingga efektifitas

dan efisiensi sumber daya manusia dapat ditingkatkan semaksimal mungkin

dalam mencapai tujuan perusahaan.

Perubahan pandangan ini menunjukan betapa pentingnya sumber daya

manusia pada perusahaan. Manusia merupakan Sumber daya paling penting dalam

usaha organisasi mencapai keberhasilan. Sumber daya manusia ini menunjang

organisasi untuk mencapai keberhasilan.sumber daya manusia ini menunjang

organisasi dengan karya, bakat, kreatifitas dan dorongan. Betapapun sempurnanya

aspek teknologi dan ekonomi, tanpa aspek manusia sulit kiranya tujuan-tujuan

organisasi dapat tercapai. Manajemen sumber daya manusia adalah sebuah istilah

modern untuk menggantikan istilah manajemen personalia atau administrasi

(25)

manajemen personalia lebih sempit daripada manajemen sumber daya manusia.

Seperti yang telah disebutkan oleh Simamora (2001:3) mendefinisikan

manajemen sumber daya manusia adalah pendayagunaan, pemgembangan,

penilaian, pemberian balas jasa dan pengelolaan individu anggota organisasi atau

kelompok pekerja.

Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan

implementasi system perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan

karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, manajemen stress dan hubungan

perburuhan yang mulus. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua

keputusan dan praktik manajemen yang secara langsung mempengaruhi sumber

daya manusia, orang-orang yang bekerja bagi organisasi.

2.2.2. Komitmen

2.2.2.1. Pengertian Komitmen

Keberhasilan pengelolaan organisasi sangatlah ditentukan oleh

keberhasilan dalam mengelola SDM. Tinggi rendahnya komitmen karyawan

terhadap organisasi tempat mereka bekerja, sangatlah menentukan kinerja yang

akan dicapai organisasi. Dalam dunia kerja komitmen karyawan memiliki

pengaruh yang sangat penting, bahkan ada beberapa organisasi yang berani

memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk memegang

jabatan/posisi yang ditawarkan dalam iklan lowongan kerja. Namun demikian,

tidak jarang pengusaha maupun pegawai masih belum memahami arti komitmen

(26)

organisasi agar tercipta kondisi kerja yang kondusif, sehingga organisasi dapat

berjalan secara efektif dan efisien.

Komitmen organisasi merupakan dorongan dalam diri individu untuk

berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan organisasi dengan tujuan dan

lebih mengutamakan kepentingan organisasi Yudi Syarif, (2006). Kalbers dan

Fogarty (1995) dalam Sri Trisnaningsih (2001) menggunakan dua pandangan

tentang komitmen organisasi yaitu affective dan continuence. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa komitmen organisasi yang bersifat affective berhubungan

dengan satu pandangan profesionalisme yaitu pengabdian pada profesi.

Sedangkan komitmen organisasi continuence berhubungan secara positif dengan

pengalaman dan berhubungan negatif dengan pandangan profesionalisme

kewajiban social.

Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan komitmen sebagai suatu

keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan

keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi. komitmen

organisasional sebagai derajad dimana karyawan percaya dan mau menerima

tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan

organisasinya). Mowday yang dikutip Sopiah (2008) menyatakan ada tiga aspek

komitmen orgnisasi, yaitu:

1) Affective commitment, yang berkaitan dengan adanya keinginan untuk terikat

pada organisasi. Individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri.

(27)

2) Continuance commitment, adalah suatu komitmen yang didasarkan akan

kebutuhan rasional. Dengan kata lain, komitmen ini terbentuk atas dasar

untung rugi, dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan

menetap pada suatu organisasi. Kunci dari komitmen ini adalah kebutuhan

untuk bertahan (need to).

3) Normative Commitment, adalah komitmen yang didasarkan pada norma yang

ada dalam diri karyawan, berisi keyakinan individu akan tanggung jawab

terhadap organisasi. Ia merasa harus bertahan karena loyalitas. Kunci dari

komitmen ini adalah kewajiban untuk bertahan dalam organisasi (ought to)

Menurut Michaels, 1998 (dalam Budiharjo, 2008), ciri-ciri komitmen

organisasi sebagai berikut:

a) Ciri-ciri komitmen pada pekerjaan: menyenangi pekerjaannya, tidak pernah

melihat jam untuk segera bersiap-siap pulang, mampu berkonsentrasi pada

pekerjaannya, tetap memikirkan pekerjaannya walaupun tidak dengan bekerja,

dan sebagainya.

b) Ciri-ciri komitmen dalam kelompok: sangat memperhatikan bagaimana orang

lain bekerja, selalu siap menolong teman kerjanya, selalu berupaya untuk

berinteraksi dengan teman kerjanya, selalu berupaya untuk berinteraksi

dengan teman kerjanya, memperlakukan teman kerjanya sebagi keluarga,

selalu terbuka pada kehadiran teman kerja baru, dan sebagainya.

c) Ciri-ciri komitmen pada organisasi (komitmen pembelajaran organisasi),

antara lain:

(28)

ii. Selalu mencari informasi tentang kondisi organisasi

iii. Selalu mencoba mencari komplementaris antara sasaran organisasi dengan

sasaran pribadinya

iv. Selalu berupaya untuk memaksimumkan kontribusi kerjanya sebagai

bagian dari usaha organisasi keseluruhan

v. Menaruh perhatian pada hubungan kerja antar unit organisasi

vi. Berfikir positif pada kritik dari teman-teman

vii. Menempatkan prioritas organisasi di atas departemennya

viii. Tidak melihat organisasi lain sebagai unit yang lebih menarik

ix. Memiliki keyakinan bahwa organisasinya memiliki harapan untuk

berkembang

x. Berfikir positif pada pimpinan puncak organisasi

2.2.3. Kepuasan Kerja

2.2.3.1. Pengertian Kepuasan Kerja

Salah satu sarana penting pada manjemen sumber daya manusia dalam

sebuah orgaisasi adalah terciptanya kepuasan kerja para pegawai atau karyawan.

Kepuasan kerja menurut Martoyo, (2002: 115), pada dasarnya merupakan salah

satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya,ia akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan,

keterampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi.

Adapun Robbins (2001), mendefinisikan kepuasan kerja adalah suatu

sikap umum seseorang individu terhadap pekerjaannya, selisih antara banyaknya

(29)

seharusnya mereka terima. Penilaian (assesment) seorang karyawan terhadap puas

atau tidak puas akan pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit dari

sejumlah unsur pekerjaaan yang diskrit (terbedakan atau terpisah satu sama lain ).

Kepuasan kerja ditentukan oleh beberapa faktor yakni kerja yang secara mental

menantang, kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, serta

kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan. Persepsi seseorang mungkin bukanlah

merupakan refleksi konkrit yang lengkap tentang pekerjaan, dan masing-masing

individu dalam situasi yang sama dapat memiliki pandangan yang berbeda.

Berdasarkan batasan - batasan mengenai kepuasan kerja tersebut, dapat

disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang

terhadap pekerjaannya. Ini berarti bahwa konsepsi kepuasan kerja melihatnya

sebagai hasil interaksi manusia terhadap lingkungan kerjanya. Di samping itu,

perasaan seseorang terhadap pekerjaan tentulah sekaligus merupakan refleksi dari

sikapnya terhadap pekerjaan. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda

– beda sesuai dengan sistem nilai – nilai yang berlaku dalam dirinya. Ini

disebabkan karena adanya perbedaan pada masing – masing individu. Semakin

banyak aspek – aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu,

maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya.

2.2.2.2. Faktor – Faktor Timbulnya Kepuasan Kerja

Sebagian besar orang berpendapat bahwa gaji atau upah merupakan faktor

utama untuk dapat menimbulkan kepuasan kerja. Sampai taraf tertentu, hal ini

(30)

uang merupakan kebutuhan yang sangat vital untuk bisa memenuhi kebutuhan

pokok sehari – hari. Akan tetapi kalau masyarakat sudah bisa memenuhi

kebutuhan keluarganya secara wajar, maka gaji atau upah ini tidak menjadi faktor

utama. Sesuai dengan tingkatan motivasi manusia yang dikemukakan oleh

Maslow, maka upah atau gaji merupakan kebutuhan dasar.

Kepuasan kerja juga dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan

(turnover intention) tetapi faktor-faktor lain seperti kondisi pasar kerja,

kesempatan kerja alternatif, dan panjangnya masa kerja merupakan kendala yang

penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada (Robbins, 2001). Adapun

menurutnya faktor-faktor yang mendorong kepuasan kerja adalah :

1. Kerja yang secara mental menantang.

2. Kondisi kerja yang mendukung.

3. Rekan sekerja yang mendukung.

4. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.

Individu yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk

bertahan dalam organisasi. Sedangkan individu yang merasa kurang terpuaskan

dengan pekerjaannya akan memilih untuk keluar dan organisasi. Kepuasan kerja

yang dirasakan dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk keluar. Evaluasi

terhadap berbagai alternatif pekerjaan, pada akhirnya akan mewujudkan terjadinya

turnover karena individu yang memilih keluar organisasi akan mengharapkan

hasil yang lebih memuaskan di tempat lain.

Menurut pendapat Moh. As’ad (2002:115), faktor yang mempengaruhi

(31)

a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan

pegawai yang meliputi minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja,

perasaan kerja.

b. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan fisik lingkungan

kerja dan kondisi fisik pegawai, meliputi jenis pekerjaan, pengaturan

waktu kerja, perlengkapan kerja, sirkulasi udara, kesehatan pegawai.

c. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan

serta kesejahteraan pegawai, yang meliputi sistem penggajian, jaminan

sosial, besarnya tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan lain-lain

Adapun instrumen indikatornya adalah sebagai berikut (Tua E.H. (2002:

291-292):

- Gaji adalah jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari

pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil.

- Pekerjaan itu sendiri adalah isi pekerjaan yang dilakukan seseorang apakah

memiliki elemen yang memuaskan.

- Rekan sekerja adalah teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa

berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat merasakan

rekan kerjanya sangat menyenangkan atau tidak menyenangkan.

- Promosi adalah kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui

kenaikan jabatan.

(32)

2.2.4. Keinginan Niat Keluar Kerja

2.2.4.1. Pengertian Keinginan Niat Keluar Kerja

Keinginan keluar adalah refleksi secara subyektif pada seorang karyawan

akan merubah pekerjaannya dalam periode waktu tertentu (Poza & Hennerberger,

2002). Turnover dilukiskan sebagai penghilangan permanent, sukarela maupun

tidak, pada seorang karyawan dari organisasi (Koslowsky et al., 1997; dalam

Khalid & Ali, 2005). Keinginan keluar timbul secara sukarela maupun secara

paksa, hal ini didorong oleh banyak faktor, seperti faktor eksternal dan faktor

internal. Contoh faktor eksrternal, diantaranya suasana kerja, hubungan kerja,

peraturan organisasi sedangkan dari faktor internal, diantaranya komitmen

karyawan, organizational citizenship behavior, kepercayaan organisasi.

Pergantian karyawan atau keluar masuknya karyawan dari organisasi

adalah suatu fenomena penting dalam kehidupan organisasi. Ada kalanya

pergantian karyawan memiliki dampak positif. Namun sebagian besar pergantian

karyawan membawa pengaruh yang kurang baik terhadap organisasi, baik dari

segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk

memanfaatkan peluang.

2.2.4.2. Indikasi Terjadinya Keinginan Niat Keluar Kerja

Menurut Harnoto (2002:2): “Turnover intentions ditandai oleh berbagai

hal yang menyangkut perilaku karyawan, antara lain: absensi yang meningkat,

mulai malas kerja, naiknya keberanian untuk melanggar tata tertib kerja,

keberanian untuk menentang atau protes kepada atasan, maupun keseriusan untuk

(33)

biasanya.” Indikasi-indikasi tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk

memprediksikan turnover intentions karyawan dalam sebuah perusahaan.

1. Absensi yang meningkat

Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, biasanya ditandai

dengan absensi yang semakin meningkat. Tingkat tanggung jawab karyawan

dalam fase ini sangat kurang dibandingkan dengan sebelumnya.

2. Mulai malas bekerja

Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, akan lebih malas

bekerja karena orientasi karyawan ini adalah bekerja di tempat lainnya yang

dipandang lebih mampu mmenuhi semua keinginan karyawan bersangkutan.

3. Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja

Berbagai pelanggaran terhadap tata tertib dalam lingkungan pekerjaan sering

dilakukan karyawan yang akan melakukan turnover. Karyawan lebih sering

meninggalkan tempat kerja ketika jam-jam kerja berlangsung, maupun

berbagai bentuk pelanggaran lainnya.

4. Peningkatan protes terhadap atasan

Karyawan yang berkinginan untuk melakukan pindah kerja, lebih sering

melakukan protes terhadap kebijakan-kebijakan perusahaan kepada atasan.

Materi protes yang ditekankan biasanya berhubungan dengan balas jasa atau

aturan lain yang tidak sependapat dengan keinginan karyawan.

5. Perilaku positif yang sangat berbeda dari biasanya

Biasanya hal ini berlaku untuk karyawan yang karakteristik positif. Karyawan

(34)

dan jika perilaku positif karyawan ini meningkat jauh dan berbeda dari

biasanya justru menunjukkan karyawan ini akan melakukan turnover

Berdasarkan uraian di atas maka indikator dari keinginan pindah kerja

adalah sebagai berikut:

http://digilib.petra.ac.id/jiunkpe/s1/eman/2005/jiunkpe-ns-s1-2005-31400279-2626-andalan_pacific-chapter2.pdf

1. Absensi yang meningkat

2. Mulai malas bekerja

3. Peningkatan terhadap pelanggaran tata tertib kerja

4. Adanya protes terhadap atasan

2.3. Pengaruh Komitmen Terhadap Keinginan Keluar Kerja

Komitmen organisasi merupakan kondisi di mana pegawai sangat tertarik

terhadap tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasinya. Komitmen terhadap

organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal. Karena meliputi sikap

menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang

tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan (Steers dalam

Kuntjoro, 2002).

Penelitian menunjukkan bahwa komitmen organisasi mempunyai

pengaruh pada niat keluar. Terdapat beberapa elemen sehingga komitmen

organisasi dapat menimbulkan reaksi tertentu terhadap niat keluar. Karyawan

yang mempunyai komitmen tinggi kepada organisasi kemungkinan kecil untuk

meninggalkan organisasi daripada karyawan yang relative tidak berkomitmen

(35)

Menurut Meyer & Allen dalam Barlett (2001) secara umum komitmen

organisasi dapat dianggap sebagai tingkat keterkaitan terhadap organisasi dimana

dia bekerja. Karyawan dengan komitmen yang tinggi akan tetap bersama dengan

organisasi pada saat susah dan senang. Mereka cenderung rutin bekerja, kerja

secara penuh, melindungi aset perusahaan dan membagi tujuan organisasi.

Jadi perusahaan yang mengerti apa yang dibutuhkan karyawan akan lebih

mempunyai kesempatan untuk meningkatkan komitmen organisasi karyawan

sesuai dengan yang direncanakan oleh perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa komitmen organisasi mempengaruhi niat keluar secara internal dan

eksternal (Chiu et al., 2005)

2.3.1. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Keinginan Niat Keluar Kerja

Salah satu sasaran penting dalam rangka manajemen sumber daya manusia

dalam suatu organisasi adalah terciptanya kepuasan kerja para anggota organisasi

yang lebih lanjut akan meningkatkan prestasi kerja. Dengan kepuasan kerja

tersebut diharapkan pencapaian tujuan organisasi akan lebih baik dan akurat.

Kepuasan kerja “adalah keadaan emosional karyawan di mana terjadi ataupun

tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan

perusahaan/organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan

oleh karyawan yang bersangkutan” (Martoyo, 2003: 132). Balas jasa kerja

karyawan ini adalah yang berupa financial maupun yang non-financial. Bila

kepuasan kerja terjadi, maka pada umumnya tercermin pada perasaan karyawan

terhadap pekerjaannya, yang sering diwujudkan dalam sikap positip karyawan

(36)

suatu organisasi, makin kecil perputaran. Sebaliknya, kepuasan kerja yang rendah

akan mengakibatkan tingginya turnover intentions.

Kepuasan kerja mempunyai peranan saling mempengaruhi dengan

komitmen organisasi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen

organisasi yang berdampak pada tinggi rendahnya tingkat niat keluar. Hubungan

antara kepuasan kerja dan komitmen organisasi sangat kuat. Penelitian terdahulu

menyimpulkan bahwa kepuasan kerja sebagai pendahulu dari komitmen

organisasi (Williams & Hazer dalam Barlett, 2001). Tidak dapat dipungkiri dalam

setiap hubungan kepuasan dan komitmen senantiasa berjalan berdampingan.

Karyawan yang lebih terlibat dengan pekerjaan akan merasa lebih puas dengan

pekerjaan dapat diharapkan akan lebih komitmen pada organisasi mereka

(O'Driscoll & Randall dalam Boon et al., 2005).

Kepuasan kerja adalah evaluasi penilaian dari sebuah pekerjaan (Judge

dalam Diefendorff et al., 2006). Individu dengan tingkat kepuasan kerja yang

tinggi menyukai pekerjaan mereka dan menemukan bahwa kebutuhan dan

keinginan mereka terpenuhi. Sedangkan individu dengan tingkat kepuasan kerja

yang rendah tidak menyukai pekerjaan mereka. Orang dengan kepuasan kerja

tinggi cenderung memiliki motivasi lebih tinggi terikaitkan dengan aksi spontan

dan motivasi diri dalam pekerjaan (Gagne & Deci dalam Diefendorff et al., 2006).

Keinginan mengakhiri tugas atau meninggalkan organisasi berhubungan negatif

dengan kepuasan kerja (Mobley dalam Rivai, 2001). Jadi kepuasan kerja

(37)

pekerjaan itu sendiri, ganjaran yang diterima ataupun perasaan yang berhubungan

dengan dirinya.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja

berpengaruh langsung secara positif pada komitmen awal sebelum memasuki

perusahaan dan akan berpengaruh pada komitmen berikutnya. Ini berarti semakin

tinggi kepuasan kerja karyawan akan semakin meningkatkan komitmen

organisasi. Karyawan yang terpenuhi kepuasan kerjanya dapat diartikan bahwa

komitmen organisasinya sangat tinggi dan cenderung untuk bertahan dalam

organisasi. Sementara karyawan yang tidak puas akan memilih ke luar dan

mencari alternatif pekerjaan lain yang lebih memuaskan.

2.4. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.5. Hipotesis

1. Bahwa komitmen berpengaruh negatif terhadap keinginan niat keluar kerja

karyawan bagian penjualan yang berstatus karyawan outsourcing di

PT.Indofood Fritolay Makmur

2. Bahwa kepuasan kerja berpengaruh negatif terhadap keinginan niat keluar

kerja karyawan bagian penjualan yang berstatus karyawan outsourcing di

PT.Indofood Fritolay Makmur.

Komitmen Organisasi (X1)

Kepuasan Kerja (X2)

(38)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

3.1.1. Definisi Operasional Variabel

Untuk kemudahan dalam memahami penelitian ini serta menghindari

kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi opersional variabel yang diteliti.

Variabel-variabel tersebut adalah:

1. Komitmen Organisasional (X1) adalah sikap dalam diri karyawan yang

merefleksikan loyalitas karyawan kepada perusahaan dan merupakan suatu

proses berkelanjutan dimana merekai mengungkapkan perhatian terhadap

perusahaan, terhadap keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan

perusahaan tersebut.

Adapun dimensi dan indikatornya adalah: Sulistyawati,(2008)

a. Komitmen Afektif merupakaan adanya keinginan untuk terikat pada

perusahaan.

- Tingkat absensi kehadiran di PT.Indofood Fritolay

- Keterlibatan karyawan dalam PT.Indofood Fritolay

- senang menjadi bagian dari perusahaan PT.Indofood Fritolay

b. Komitmen continuance merupakan komitmen yang didasarkan akan

kebutuhan rasional.

(39)

- akhir-akhir ini sulit mendapatkan pekerjaan baru

- Menolak tawaran pekerjaan baru tetap berada di PT.Indofood Fritolay

c. Komitmen normatif merupakan komitmen yang didasarkan pada norma

yang ada dalam diri karyawan, berisi keyakinan individu akan tanggung

jawab terhadap organisasi.

- Kewajiban pada PT.Indofood Fritolay seperti : tanggung jawab pada

pekerjaan

- Kepatuhan terhadap aturan PT.Indofood Fritolay

2. Kepuasan Kerja (X2) adalah perasaan emosional karyawan senang atau tidak

senang dengan pekerjaan yang dilakukannya dalam persahaan. Kepuasan kerja

karyawan ini merupakan faktor yang penting, karena apabila seorang

karyawan merasa puas dalam melaksanakan pekerjaannya, maka ia dapat

menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

Adapun instrumen indikatornya adalah sebagai berikut: (Ratnawati dan

Manurung, 2012):

a. Kepuasan dengan Gaji (X21) adalah bayaran yang diterima seseorang

sebagai akibat dari pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan

dirasakan adil.

b. Kepuasan dengan Pekerjaan itu sendiri (X22) adalah isi pekerjaan yang

dilakukan seseorang apakah memiliki elemen yang memuaskan.

c. Kepuasan dengan rekan sekerja (X23) adalah teman-teman kepada siapa

(40)

d. Kepuasan dengan promosi (X24) adalah kemungkinan karyawan

PT.Indofood Fritolay dapat berkembang melalui kenaikan jabatan dalam

perusahaan.

e. Kepuasan dengan penyelia (X25) adalah keharmonisan dengan penyelia

dengan karyawan PT.Indofood Fritolay.

3. Keinginan Keluar Pindah kerja (Y). merupakan keinginan individu untuk

meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan lain dikarenakan

ada tawaran pekerjaan baru yang lebih menarik

Adapun indikatornya: Novliadi,(2007) dalam Fieraningsih,(2009)

a. Ingin pindah kerja jika memungkinkan

b. Berencana keluar dari pekerjaan

c. Aktif mencari pekerjaan lain

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

interval dengan menggunakan teknik skala likert (likert scale) yaitu skala sikap

yang digunakan untuk mengukur pendapat, persepsi seseorang terhadap fenomena

sosial dalam penelitian. Sugiyono,(2011). Sebagai berikut:

pDigunakan jenjang 7 dalam penelitian ini mengikuti pola sebagai berikut,

misalnya :

1 7

(41)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian penjualan

PT.Indofood Fritolay yang berjumlah 112 karyawan outsourcing.

b. Sampel

Teknik Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple

random yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap anggota populasi

mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Untuk mendapatkan

sampel yang dapat menggambarkan populasi, maka dalam penentuan sampel

penelitian ini digunakan rumus Slovin (dalam Umar,2004:108)

N

n = ukuran sampel (orang)

N = ukuran populasi

e = % kesalahan yang diinginkan atau ditolerir (digunakan sebesar 5%)

Dari hasil tersebut jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 87

(42)

3.3. J enis Data

Untuk menganalisa data yang baik maka diperlukan data yang valid, supaya

mengandung suatu kebenaran. Ada dua macam data yang dikumpulkan dari

penelitian, yaitu:

a. Data Primer

Data yang dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian, dengan

menyebarkan kuesioner kepada karyawan bagian penjualan yang berstatus

karyawan outsourcing di PT.Indofood Fritolay.

b. Data Sekunder

Data yang dikumpulkan dari pihak PT.Indofood Fritolay berupa sejarah

perusahaan.

3.3.1. Sumber Data

Sumber data diperoleh dari PT.Indofood Fritolay yang dijadikan sebagai

karyawan bagian penjualan yang berstatus karyawan outsourcing di PT.Indofood

Fritolay.

3.3.2. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Digunakan untuk mendapatkan bukti–bukti yang lebih mendalam, wawancara

ini dilakukan kepada karyawan bagian penjualan yang berstatus karyawan

outsourcing di PT.Indofood Fritolay.

b. Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data, menggali data dokumen atau arsip-arsip

(43)

c. Kuesioner

Yaitu dengan menyebarkan angket daftar pertanyaan kepada karyawan bagian

penjualan yang berstatus karyawan outsourcing di PT.Indofood Fritolay.

3.4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam

daftar pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini

dijelaskan sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan disini adalah validitas konstruk (construct validity)

yang merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya

yang kita ukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach. Jika nilai

alpha cukup tinggi (berkisar > 0,70) dapat ditafsirkan suatu hasil pengukuran

relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih, dengan kata

lain instrumen tersebut dapat diandalkan (Augusty, 2002 : 193).

3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.5.1. Teknik Analisis

Partial Least Square (PLS) merupakan sebuah metode untuk

mengkonstruksi model-model yang dapat diramalkan ketika faktor-faktor terlalu

banyak. PLS dikembangkan pertama kali oleh Wold sebagai metode umum untuk

mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan mutiple

(44)

powerful karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala

tertentu, jumlah sampel kecil. Awalnya Partial least Square berasal dari ilmu

sosial (khususnya ekonomi, Herman Wold, 1996).

Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar

teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi

model pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori

juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan

terorinya atau untuk pengujian proposisi.

PLS adalah dalam penggunaan model persamaan struktural untuk menguji

teori atau pengembangan teori untuk tujuan prediksi oleh Ghozali (2008: 5). Pada

situasi dimana penelitian mempunyai dasar teori yang kuat dan pengujian teori

atau pengembangan teori sebagai tujuan utama riset, maka metode dengan

covariance based (Generalized Least Squares) lebih sesuai. Namun demikian

adanya indeterminacy dari estimasi factor score maka akan kehilangan ketepatan

prediksi dari pengujian teori tersebut. Untuk tujuan prediksi, pendekatan PLS

lebih cocok. Karena pendekatan untuk mengestimasi variabel laten dianggap

sebagai kombinasi linier dari indikator maka menghindarkan masalah

indeterminacy dan memberikan definisi yang pasti dari komponen skor.

PLS merupakan pendekatan yang lebih tepat untuk tujuan prediksi, hal ini

terutama pada kondisi dimana indikator bersifat formatif. Dengan variabel laten

berupa kombinasi linier dari indikatornya, maka prediksi nilai dari variabel laten

dapat dengan mudah diperoleh, sehingga prediksi terhadap variabel laten yang

(45)

3.5.1.1. Cara Kerja PLS

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi

tiga. Kategori pertama yaitu weight estimate yang digunakan untuk menciptakan

skor atau nilai variabel laten. Kedua mencerminkan estimasi jalur (path estimate)

yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya

(loading), ketiga berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta

regresi) untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini,

PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan

estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua

menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, tahap ketiga

menghasilkan estimasi means dan lokasi(konstanta).

Selama iterasi berlangsung inner model estimate digunakan untuk

mendapatkan outside approximation weigth, sementara itu outer model estimate

digunakan untuk mendapatkan inside approximation weight. Prosedur iterasi ini

akan berhenti ketika persentase perubahan setiap outside approximation weight

relatif terhadap proses iterasi sebelumnya kurang dari 0,01.

3.5.1.2. Model Spesifikasi PLS

PLS terdiri atas hubungan eksternal ( outer model atau model pengukuran)

dan hubungan internal (inner model atau model struktural). Hubungan tersebut

didefinisikan sebagai dua persamaan linier, yaitu model pengukuran yang

menyatakan hubungan antara peubah laten dengan sekelompok peubah penjelas

(46)

Model analisis jalur semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set

hubungan; (1) inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten

(structural model), (2) outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel

laten dengan indikator atau variabel manifestasinya (measurement model), dan (3)

weight relation dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi.

3.5.1.3. Langkah-Langkah PLS

Langkah-langkah pemodelan persamaan struktural PLS dengan software

adalah seperti dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 2 Langkah-langkah Analisis PLS

Merancang Model Struktural

(47)

(1). Langkah Pertama: Merancang Model Str uktural (inner model)

Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten pada PLS

didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis penelitian.

(a) Teori, kalau sudah ada

(b) Hasil penelitian empiris

(c) Analogi, hubungan antar variabel pada bidang ilmu yang lain

(d) Normatif, misal peraturan pemerintah, undang-undang, dan lain

sebagainya

(e) Rasional.

Oleh karena itu, pada PLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan

antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model struktural bisa

berupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu

perancangan model berbasis teori, shingga pemodelan didasarkan pada hubungan

antar variabel laten yang ada di dalam hipotesis.

(2). Langkah Kedua: Merancang Model Pengukuran (outer model)

Pada PLS perancangan model pengukuran (outer model) menjadi sangat

penting, yaitu terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif.

Merancang model pengukuran yang dimaksud di dalam PLS adalah menentukan

sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif.

Kesalahan dalam menentukan model pengukuran ini akan bersifat fatal, yaitu

memberikan hasil analisis yang salah.

Dasar yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk menentukan sifat

(48)

sebelumnya, atau kalau belum ada adalah rasional. Pada tahap awal penerapan

PLS, tampaknya rujukan berupa teori atau penelitian empiris sebelumnya masih

jarang, atau bahkan belum ada. Oleh karena itu, dengan merujuk pada definisi

konseptual dan definisi operasional variabel,

(3). Langkah Ketiga: Mengkonstruksi diagr am J alur

Bilamana langkah satu dan dua sudah dilakukan, maka agar hasilnya lebih

mudah dipahami, hasil perancangan inner model dan outer model tersebut,

selanjutnya dinyatakan dalam bentuk diagram jalur. Sebagai berikut:

(4). Langkah Keempat: Konversi diagr am J alur ke dalam Sistem Per samaan

a) Outer model, yaitu spesifikasi hubungan antara variabel laten dengan

indikatornya, disebut juga dengan outer relation atau measurement model,

mendefinisikan karakteristik variabel laten dengan indikatornya. Model

indikator refleksif dapat ditulis persamaannya sebagai berikut:

(49)

x = Λxξ + εx

y = Λyη + εy

Di mana X dan Y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan

endogen (η). Sedangkan Λx dan Λy merupakan matriks loading yang

menggambarkan seperti koefisien regresi sederhana yang menghubungkan

variabel laten dengan indikatornya. Residual yang diukur dengan εx danεy

dapat diinterpretasikan sebagai kesalahan pengukuran atau noise.

Model indikator formatif persamaannya dapat ditulis sebagai berikut: ξ = ΠξXi + δx

η = ΠηYi + δy

Dimana ξ, η, X, dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Πx dan Πy

adalah seperti koefisen regresi berganda dari variabel laten terhadap

indikator, sedangkan δx dan δy adalah residual dari regresi.

Pada model PLS Gambar 3 terdapat outer model sebagai berikut:

Untuk variabel latent eksogen 1 (reflektif)

x1 = λx1ξ1 + δ1

x2 = λx2ξ1 + δ2

x3 = λx3ξ1 + δ3

Untuk variabel latent eksogen 2 (formatif) ξ2 = λx4 X4 + λx5 X5 + λx6 X6 + δ4

Untuk variabel latent endogen 1 (reflektif)

(50)

y2 = λy2η1 + ε2

Untuk variabel latent endogen 2 (reflektif)

y3 = λy3η2 + ε3

y4 = λy4η2 + ε4

b) Inner model, yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten (structural

model), disebut juga dengan inner relation, menggambarkan hubungan

antar variabel laten berdasarkan teori substansif penelitian. Tanpa

kehilangan sifat umumnya, diasumsikan bahwa variabel laten dan

indikator atau variabel manifest diskala zero means dan unit varian sama

dengan satu, sehingga parameter lokasi (parameter konstanta) dapat

dihilangkan dari model.

Model persamaannya dapat ditulis seperti di bawah ini: η = βη + Γξ + ζ

Dimana η menggambarkan vektor vaariabel endogen (dependen), ξ adalah

vektor variabel laten eksogen dan ζ adalah vektor residual (unexplained

variance). Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, maka

hubungan antar variabel laten, berlaku bahwa setiap variabel laten

dependen η, atau sering disebut causal chain system dari variabel laten

dapat dispesifikasikan sebagai berikut: ηj = Σi βji ηi + Σi γjbξb + ζj

Dimana γjb (dalam bentuk matriks dilambangkan dengan Γ) adalah

koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η) dengan

(51)

β) adalah koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen (η)

dengan endogen (η); untuk range indeks i dan b. Parameter ζj adalah

variabel inner residual.

Pada model PLS Gambar 3 inner model dinyatakan dalam sistem

persamaan sebagai berikut: η1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + ζ1

η2 = β1η1 + γ3ξ1 + γ4ξ2 + ζ2

c) Weight relation, estimasi nilai variabel latent. Inner dan outer model

memberikan spesifikasi yang diikuti dengan estimasi weight relation

dalam algoritma PLS: ξb = Σkb wkb xkb

ηi = Σki wki xki

Dimana wkb dan wki adalah k weight yang digunakan untuk membentuk

estimasi variabel laten ξb dan ηi. Estimasi data variabel laten adalah linear

agregat dari indikator yang nilai weight-nya didapat dengan prosedur

estimasi PLS.

(5). Langkah Kelima: Estimasi

Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode

kuadrat terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan

cara iterasi, dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.

Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi 3 hal, yaitu :

(52)

2) Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten dan

estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya.

3) Means dan parameter lokasi (nilai konstanta regresi, intersep) untuk

indikator dan variabel laten.

Sebagai langkah awal iterasi, algoritmanya adalah menghitung

aproksimasi outside dari variabel latent dengan cara menjumlahkan indikator

dalam setiap kelompok indikator dengan bobot yang sama (equal weight). Bobot

untuk setiap iterasi diskalakan untuk mendapatkan unit varian dari skor variabel

laten untuk N kasus dalam sampel. Dengan menggunakan skor untuk setiap

variabel latent yang telah diestimasi, kemudian digunakan untuk pendugaan

aproksimasi inside variabel laten.

Ada tiga skema bobot aproksimasi inside yang telah dikembangkan untuk

mengkombinasikan variabel laten tetangga (neighboring LV) untuk mendapatkan

estimasi variabel laten tertentu yaitu: centroid, factor dan path weighting. Skema

weighting dengan centroid merupakan prosedur asli yang digunakan oleh Wold.

Metode ini hanya mempertimbangkan tanda korelasi antara variabel laten dan

variabel laten tetangganya (neigboring LV). Nilai kekuatan korelasi dan arah

model struktural tidak diperhitungkan. Skema weighting dengan faktor

menggunakan koefisien korelasi antara variabel laten dengan variabel laten

tetangga sebagai pembobot (weight). Variabel laten menjadi principal component

(komponen utama) dari variabel laten tetangganya. Skema weighting dengan

faktor memaksimumkan varian dari komponen utama variabel laten ketika jumlah

(53)

membobot variabel laten tetangga dengan cara berbeda tergantung apakah

variabel laten tetangga merupakan anteseden atau konsekuen dari variabel laten

yang ingin kita estimasi.

Dengan hasil estimasi variabel laten dari aproksimasi inside, maka

didapatkan satu set pembobot baru dari aproksimasi outside. Jika skor

aproksimasi inside dibuat tetap (fixed), maka dapat dilakukan regresi sederhana

atau regresi berganda bergantung apakah indikator dari variabel laten bersifat

refleksif ataukah model berbentuk formatif. Oleh karena

inside

outside

(54)

(6). Langkah Keenam: Goodness of Fit

outer model

convergent discriminant validity composite

realibility outer model

substantive content

relative weight

weight

inner model

Stone-Geisser Q Square test

(55)

try out

Convergent validity

loading

Discriminant validity

cross loading

cross loading

cross loading

square root of average variance extracted

square root of average

variance extracted

discriminant validity

i

i i i

λ

λ ε

=

+

(56)

composite reliability

i i

i c

i

λ ρ

λ ε

=

+

b). Inner model

Goodness of Fit Model

Q-Square predictive

relevance

predictive relevance

predictive relevance

m

(57)

outer model

inner model

inner model

distribution free

t-test p-value

outter model

(58)

case per sample

3. Asumsi PLS

inner model

4. Sample Size

resampling Bootestrapping

structural paths inner model.

(59)

4.1. Deskr iptif Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Per usahaan

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di republik Indonesia

padatanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT pangan jaya Intikusuma,

berdasarkan aktanotaris Benni kristianto, SH. No 228. Akta pendirian ini disahkan

oleh mentrikehakiman dalam suran keputusan no C2 – 2915.HT.0101,tahun

1991,tanggal 12 Juli1991 dan diumumkan dalam berita Negara republic Indonesia

no 12 tambahan no 61tanggal 11 Februari 1992.

Kegiatan usaha Indofood dibagi menjadi empat kelompok usaha strategis

yaitu : produk konsumen bermerek Bogasari, minyak goring dan lemak nabati,

serta distribusi kelompok produk konsumen bermerek terdiri dari divisi mie

instan, divisi makanan ringan, divisi nutrisi dan makanan khusus, divisi bumbu

penyedap makanan, serta divisi kemasan, adapun kelompok minyak goreng dan

lemak nabati terdiri dari divisi perkebunan, divisi minyak goreng dan margarine

serta divisi komuditi. Kantor pusat perusahaan berlokasi di gedung Indofood

tower lantai 27 jalan jendral Sudirman kapling 70 sampai 76,Jakarta Selatan,

Indonesia. Sedangkan pabriknya berlokasi diberbagai tempat dipulau jawa,

Sumatra, Kalimantan, Sulawesi. Perusahaan mulai beroperasi secara komersil

pada tahun 1990, tahun 1994 perusahaan mengganti nama dari PT Pangan Jaya

Intikusuma Tbk menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk dengan langsung

(60)

penawaran umum 21,0 juta saham baru kepada masyarakaty dengan harga

penawaran sebesar Rp 6.200 per saham.

Tahun 1995 perusahaan mngakuisisi perusahaan Bogasari, kemudian

tahun 1996 pemegang saham menyetujui pemecahan nilai nominal saham

perusahaan (stock split) dari Rp 1.000 per saham menjadi Rp 500 per saham,

sehubungan dengan hal itu, jumlah modal dasar perusahaan meningkat dari 1,0

milliar saham menjadi 2.0 milliar saham, sedangkan jumlah saham yang

diterbitkan meningkat dari 763,0 juta menjadi 1526,0 juta saham pada tanggal 31

Desember 1996.

4.2. Analisis Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

a. Jenis Kelamin

Dari 87 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan dapat

diketahui jenis kelamin dari responden yakin pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 62 71.3%

2 Wanita 25 28.7%

87 100%

Sumber: Data kuesioner diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa responden yang bekerja di

PT.Indofood Frit olay M akmur yang mengisi kuisioner dibagikan sebanyak 87

kuisioner, 62 berjenis kelamin laki-laki dan berjenis kelamin perempuan sebanyak

25 responden, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas yang menjadi karyawan pada

Gambar

Tabel 2. Turnover Karyawan Bagian Penjualan
Tabel 3. Data Absensi Kerja
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Gambar 2  Langkah-langkah Analisis PLS
+7

Referensi

Dokumen terkait

disebut BNPP, adalah Badan Nasional Pengelola Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan sebagaimana dimaksud Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kepadatan populasi keong bakau di Kawasan Hutan Mangrove Maligi Kabupaten Pasaman Barat tergolong tinggi

Hampir semua kegiatan perkuliahan Universitas 17 Agustus 1945 menggunakan ruang AULA lantai 8 Universitas 17 Agustus 1945, Penelitian ini melakukan perencanaan

Puji dan Syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya dan bimbingan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir (skripsi)

Dengan meningktanya persentase reduksi pada proses wire drawing akan memperbesar peningkatan nilai kekuatan tarik dan memperbesar penurunan nilai regangan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berpikir pseudo dalam memecahkan masalah matematika di SMP Negeri 2 Banyumas pada materi Lingkaran. Metode yang digunakan

Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung, menetapkan dan menerapkan proses komunikasi internal, untuk: mengkomunikasikan kebijakan dan sasaran mutu organisasi, peraturan

Namun dalam prakteknya, menurut pengalaman peneliti pada praktek pengalaman lapangan (PPL), meskipun kriteria ketuntasan minimal atau KKM tersebut termasuk tinggi,