• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh free cash flow dan profit abilitas terhadap kebijakan pembayaran dividen studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh free cash flow dan profit abilitas terhadap kebijakan pembayaran dividen studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009 2011"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan tidak pernah mengecewakan umatnya . Dia akan memberikan yang terbaik bagi kita disaat dan indah pada waktunya.

" Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi. Tindakan tanpa visi hanyalah membuang waktu. Visi dengan tindakan akan mengubah dunia! "

(Joel Arthur Barker)

" Jika anda memiliki keberanian untuk memulai, anda juga memiliki

keberanian untuk sukses. " (David Viscoot)

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Bunda Maria

Bapak dan Ibuku tercinta

Kakak dan Adik-adikku

(6)
(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Tuhan Yesus, Engkau tanpa lelah mendampingi dan memberkati setiap

jalan yang ku tempuh.

2. Rektor Universitas Sanata Dharma, Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono

Priyotamtama, S. J. yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar di Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Fr. Ninik Yudianti. M.Acc., QIA selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dr. Herry Maridjo M.Si, selaku dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

5. Drs. YP. Supardiyono, M.Si.,Akt.,QIA selaku Ketua Program Studi

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

(11)

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II : LANDASAN TEORI ... 7

A. Kebijakan Pembayaran Dividen ... 7

B. Kebijakan Dividen ... 8

C. Dividend Signaling Theory ... 10

D. Free Cash Flow ... 18

E. Profitabilitas ... 19

F. Penelitian Terdahulu ... 20

G. Kerangka Pemikiran ... 21

H. Perumusan Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III : METODE PENELITIAN ... 24

A. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Variabel ... 24

B. Populasi Dan Sampel ... 26

C. Teknik Pengumpulan Data ... 27

D. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV : ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Deskripsi Sampel ... 36

B. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 37

C. Analisis Data ... 38

(12)

A. Kesimpulan ... 50

B. Keterbatasan Penelitian ... 51

C. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 37

TABEL 4.2 Uji Normalitas ... 39

TABEL 4.3 Uji Multikolinearitas ... 40

TABEL 4.4 Model Summary Autokorelasi ... 41

TABEL 4.5 Uji Regresi ... 43

TABEL 4.6 Uji Hipotesis ... 44

(14)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

GAMBAR 4.1 Grafik Normal P-P Plot ... 39

(15)

ABSTRAK

PENGARUH

FREE CASH FLOW

DAN PROFITABILITAS TERHADAP

KEBIJAKAN PEMBAYARAN DIVIDEN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

free cash flow

dan

profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen. Latar belakang

dari penelitian ini meneliti bagaimana

free cash flow

dan profitabilitas dapat

mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen.

Jenis penelitian ini adalah studi empiris. Data diperoleh dengan metode

porposive sampling.

Teknik analisa data yang digunakan adalah regresi linier

berganda.

(16)

Abstract

The Influence of Free Cash Flow and Profitability toward the Policy of Dividend Payment

Junita Castanheira 082114147

Sanata Dharma University 2013

This research was aimed to find out whether free cash flow and profitability influenced the policy of dividend payment. The background of this research was to examine how free cash flow and profitability could influence the policy of dividend payment.

The kind of this research was empirical study. The data was obtained using purposive sampling method. Data analysis technique that used was multiple regression analysis.

The result showed that free cash flow and profitability did not influence the policy of dividend payment. It was proved from the determination coefficient value of 2,1% which showed that the variation of the policy of dividend payment could be explained by the variable of free cash flow and profitability amounted to 2,1%, while the rest is explained by other causes out of the model. By using significance standard 5% was obtained a value of t-count for free cash flow was 0,233 and profitability was 0,981. Due to the probability of free cash flow and profitability was more than 0.05 therefore H0 was accepted. Free cash flow and profitability did not influence positively toward the policy of the dividend payment.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu cara untuk mengukur perkembangan ekonomi suatu negara

adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan

industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan

pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa

diperjualbelikan, baik dalam bentuk uang, ekuitas, dan instrumen derivatif

(Dharmarji 2006). Dalam aktivitas pasar modal, para investor akan mendapatkan

dua keuntungan yang diperoleh dari aktivitas yang dilakukannya, yaitu berupa

capital gain dan dividen. Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan

harga beli surat berharga, sedangkan dividen adalah pendapatan bersih perusahaan

setelah pajak dikurangi laba ditahan

Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang

saham dan perusahaan yang membagikan dividen. Bagi perusahaan, semakin

tinggi dividen dibagikan maka semakin kecil laba ditahan, dan akibatnya dapat

menghambat pertumbuhan perusahaan. Sedangkan bagi para pemegang saham

adanya pembagian dividen yang relatif stabil akan meningkatkan kepercayaan

para pemegang saham sehingga mengurangi ketidakpastian pemegang saham

dalam menginvestasikan modalnya ke dalam perusahaan. Hatta (2002)

mengungkapkan bahwa ada dua alasan yang perlu dipertimbangkan oleh

perusahaan dalam pembagian dividen yaitu kelangsungan hidup perusahaan dan

(18)

seluruhnya dibagikan dalam bentuk dividen tetapi perusahaan perlu menyisihkan

sebagian laba yang diperoleh untuk diinvestasikan kembali. Berkaitan dengan

kebijakan dividen terlihat bahwa ada beberapa pihak yang mempunyai

kepentingan yang berbeda, yaitu antara kepentingan pemegang saham, pemegang

obligasi, dan pihak perusahaan itu sendiri.

Menurut Jensen (1986) dalam Rosdini (2009) free cash flow adalah

aliran kas yang dimiliki perusahaan yang tidak digunakan lagi untuk pendanaan

proyek-proyek perusahaan. Hal ini sering memicu timbulnya perbedaan

kepentingan antara manajer dan pemegang saham, ketika free cash flow tersedia,

manajer disinyalir akan menghamburkan free cash flow tersebut sehingga terjadi

inefisiensi dalam perusahaan atau mungkin akan digunakan untuk keperluan

personal, sehingga para pemegang saham menginginkan agar free cash flow

tersebut dibagikan dalam bentuk dividen. Perusahaan dengan free cash flow tinggi

akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena

perusahaan dengan free cash flow tinggi dapat memperoleh keuntungan atas

berbagai kesempatan yang tidak mungkin dapat diperoleh perusahaan yang

mempunyai free cash flow rendah.

Menurut Litner (1956) dalam Nur Chasanah (2008) profitabilitas

adalah hal terpenting yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam

kebijakan pembayaran dividen. Hal ini dipertimbangkan karena profitabilitas

berhubungan dengan arus kas masuk dan kebijakan pembayaran dividen

berhubungan dengan arus kas keluar. Selain itu profitabilitas dan kebijakan

(19)

investasi dan struktur modal. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan

untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh ini yang nantinya akan dibagikan

kepada para pemegang saham. Profitabilitas perusahaan diukur dengan return on

asset (ROA), semakin besar ROA maka menunjukan kinerja perusahaan semakin

baik, karena tingkat kembalian investasi semakin besar, sehingga meningkatnya

return on asset juga akan meningkatkan pembayaran dividen.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang kebijakan pembayaran dividen. Selanjutnya

penelitian ini diberi judul “ PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN PEMBAYARAN DIVIDEN” (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah free cash

flow dan profitabilitas mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen pada

perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun

(20)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meneliti pengaruh free cash flow terhadap kebijakan pembayaran dividen

pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun

2009-2011

2. Meneliti pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan pembayaran dividen

pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun

2009-2011

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kegunaan dari penelitian ini, antara lain:

1. Bagi Investor

Memberikan masukan kepada investor mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen untuk dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam keputusan investasi.

2. Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam

menetapkan kebijakan dividen.

3. Bagi Penulis

Menambah kemampuan dan pengetahuan penulis dalam menerapkan

(21)

4. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan bacaan ilmiah di

perpustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa

yang meneliti masalah sejenis, khususnya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pendahuluan dibuat untuk memudahkan pemahaman dan

memberikan gambaran kepada pembacanya tentang penelitian ini.

1. BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

2. BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tinjauan pustaka yang menjelaskan tentang landasan teori,

penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis.

3. BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode penelitian yang terdiri dari objek penelitian, metode

penelitian, desain penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik

pengumpulan data, variabel penelitian, dan teknik analisis data.

4. BAB IV. PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis data dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi

(22)

5. BAB V. PENUTUP

(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kebijakan Pembayaran Dividen

Kebijakan pembayaran dividen adalah kebijakan yang ambil oleh

pihak perusahaan untuk membagikan laba yang diperoleh kepada para pemegang

saham. Keputusan pembayaran dividen dilakukan oleh direksi perusahaan setiap

tahun pada saat rapat umum pemegang saham (RUPS). Besarnya dividen yang

akan dibagikan kepada para pemegang saham ditentukan dengan dividend payout

ratio. Menurut Ang (1997) dalam Puspita (2009), ada beberapa pola pembayaran

dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham, yaitu:

1. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share

Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada

peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan

membayar dividen. Manajemen akan menaikan dividen, jika ada

keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan.

Hal ini dilandasi adanya phisikologi pemegang saham, dimana bila dividen

naik maka akan menaikan juga harga saham dan sebalikya.

2. Stable Dividend per-share

Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu

saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila

dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar

(24)

3. Stable Payout

Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan

pada suatu prosentase tetap dari laba. Bila laba berfluktuasi, maka jumlah

dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham pun akan

berfluktuasi.

4. Regular Dividend Plus Extras

Dalam cara ini dividen reguler ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh

manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa

menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila

tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra kepada

pemengang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai

kandungan informasi, sehingga dengan pemberian dividen ekstra dapat

menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan

harga saham.

5. Fluctuating Dividends and Payout Ratio

Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan

dengan perubahan laba. Oleh karena itu besar dividen dan payout ratio

yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti laba dan kebutuhaninvestasi.

B. Kebijakan Dividen

Dividen adalah laba bersih yang dibagikan oleh perusahaan kepada

para pemegang saham. Menurut Gitman (2003) dalam Rosdini (2009) kebijakan

(25)

keputusan dividen dibuat oleh dewan direksi pada saat rapat umum pemegang

saham (RUPS). Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang penting

sehingga perlu dipertimbangkan oleh pihak manajemen karena kebijakan ini

melibatkan kepentingan antara pemegang saham dengan dividennya dan

kepentingan perusahaan dengan laba ditahannya. Pada hakikatnya kebijakan

dividen merupakan penentuan berapa banyak laba yang diperoleh akan dibagikan

kepada pemegang saham sebagai dividen, dan berapa banyak laba yang akan

ditahan untuk reinvestasi (Mulyati 2003). Sedangkan menurut Sartono (2008:281)

kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan

dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan

dalam bentuk laba ditahan yang akan digunakan untuk investasi di masa datang.

Dengan demikian kebijakan dividen adalah suatu kebijakan apakah

pihak manajemen akan membagikan laba perusahaan yang diperoleh dalam

bentuk dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan. Jika perusahaan

memutuskan untuk membagikan laba tersebut dalam bentuk dividen, maka

perusahaan harus menentukan seberapa besar laba yang akan dibagikan kepada

para pemegang saham. Dividen yang akan dibagikan kepada para pemegang

(26)

C. Dividend Signaling Theory

Menurut Ross dan dkk (1985) dalam Ambarwati (2010:82) dividend

signaling theory didasarkan pada asumsi bahwa dividen diperlukan untuk

memberikan informasi positif dari manajer tentang kondisi perusahaan yang

sesungguhnya kepada para investor. Fenomena seperti ini terjadi karena adanya

asymmetric information antara manager dengan investor. Pengumuman dividen

sebagai alat untuk mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar tentang kondisi

perusahaan sekarang dan di masa yang akan datang. Dikatakan Ross (1977) dalam

Mulyati (2003) agar suatu isyarat bemanfaat maka harus mengikuti empat hal.

Pertama, manajemen harus selalu mempunyai dorongan yang tepat untuk

mengirimkan isyarat yang jujur. Kedua, isyarat dari perusahaan yang sukses tidak

mudah diterima oleh pesaingnya yang kurang sukses. Ketiga, isyarat harus

mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan kejadian yang diamati.

Keempat, tidak ada cara menekan biaya yang lebih efektif dari pada pengiriman

isyarat yang sama. Selanjutnya dividend signaling theory dikembangkan oleh

Bhattacharya. Menurut Bhattacharya (1979) dalam Mulyati (2003) dividend

signaling theory merupakan suatu model yang dapat digunakan untuk

menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan menggunakan dividen untuk

memberikan isyarat walaupun menanggung kerugian saat melaksanakannya.

Pembagian dividen kas oleh perusahaan merupakan hal yang mahal, karena

perusahaan harus menghasilkan kas yang cukup untuk mendukung pembagian

dividen secara tetap, dan karena kas dibagikan untuk dividen maka akan

(27)

demikian bagi perusahaan yang prospeknya bagus dapat mengganti pembagian

dividen melalui pengeluaran saham secara bertahap dengan harga yang semakin

meningkat. Tetapi bagi perusahaan yang prospeknya kurang bagus tidak dapat

melakukan hal yang sama. Dengan demikian, memberikan isyarat melalui nilai

dividen memberikan hasil yang positif. Penggunaan dividen sebagai alat untuk

mengirimkan isyarat yang nyata kepada pasar mengenai hasil kerja perusahaan

pada masa mendatang merupakan cara yang tepat, walaupun mahal tetapi berarti.

Hal ini tidak dapat dilakukan oleh semua perusahaan, hanya perusahaan yang

prospeknya baik yang dapat melakukannya. Sedangkan perusahaan-perusahaan

yang tidak sukses sulit untuk meniru cara ini, karena tidak mempunyai arus kas

yang cukup untuk melakukannya. Dengan demikian pasar akan bereaksi terhadap

perubahan dividen yang dibayarkan, karena pasar yakin bahwa pemberi isyarat

adalah perusahaan yang sukses.

1. Bentuk-bentuk Dividen

Ada beberapa bentuk dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada

para pemegang saham, Menurut Kieso dan Weygandt (2002:319) dalam

Santoso (2012) dividen yang dibagikan oleh perusahaan meliputi:

a. Dividen Kas

Dividen yang paling umum digunakan adalah dalam bentuk kas.

Faktor penting yang harus diperhatikan dalam dividen kas adalah

apakah jumlah uang kas yang ada mencukupi untuk pembagian

(28)

b. Dividen Saham

Dividen saham adalah pembagian tambahan saham tanpa pembayaran

kepada para pemegang saham. Dividen saham dibagikan sebanding

dengan proporsi saham yang dimilikinya.

c. Dividen Hutang

Dividen hutang timbul ketika saldo laba yang dibagikan tidak

mencukupi untuk pembagian dividen sehingga perusahaan akan

mengeluarkan scrip dividend yaitu janji tertulis untuk membayar

dividen dalam jumlah tertentu di waktu yang akan datang.

d. Dividen Aset

Dividen aset dapat juga dibagikan dalam bentuk selain kas. Aset yang

dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga, sediaan barang atau aset

lainnya yang dimiliki oleh perusahaan.

e. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian besar merupakan

pengembalian modal. Biasanya modal yang dikembalikan adalah

(29)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Menurut Weston dan Copeland (1992:100) dan Riyanto (2001) dalam

Latiefsari (2011) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan

dividen yaitu:

a. Posisi Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama

dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar,

maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas

perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas

dan mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai

fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar

dividen dalam jumah besar.

b. Stabilitas Laba

Stabilitas laba perusahaan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang

dibayarkan. Bagi perusahaan yang mempunyai laba relatif stabil, maka

perusahaan bisa membagi dividen yang tinggi tanpa khawatir nantinya

harus menurunkan dividen, karena tiba-tiba merosot cukup besar.

Sebaliknya perusahaan yang labanya berfluktuasi atau relatif tidak

stabil cenderung menahan sebagian labanya, karena tidak yakin apakah

labanya karena tidak yakin apakah laba yang diharapkan di

(30)

membayar dividen yang rendah untuk memungkinkan membelanjai

rencana-rencana investasinya dengan dana intern.

c. Peluang ke Pasar Modal

Bagi perusahaan besar yang sudah mapan dan mempunyai catatan

profitabilitas yang baik dan laba yang stabil, maka mempunyai peluang

yang lebih besar untuk masuk ke pasar modal dan bentuk-bentuk

pembiayaan eksternal lainnya dibandingkan dengan perusahaan yang

kecil dan baru, karena perusahaan kecil dan baru membiayai

investasinya.

d. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Bagi perusahaan yang mengalami perkembangan yang cepat akan

membutuhkan banyak dana untuk membiayai ekspansinya, biasanya

kebutuhan dana ini diperoleh dari sumber dana internal yaitu laba.

Untuk keperluan itu maka perusahaan akan menahan labanya dari pada

dibayarkan sebagai dividen. Apabila perusahaan mencari dari sumber

eksternal, maka submer-sumbernya adalah para pemegang saham itu

sendiri, yang telah mengetahui keadaan perusahaan.

e. Keadaan Pemegang Saham

Jika Perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajer

manajer biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang

saham dan dapat bertindak dengan tepat.Jika hampir semua pemegang

saham dalam golongan high tax dan lebih suka memperoleh capital

(31)

rendah. Dengan dividen payout yang rendah perusahaan akan menahan

laba untuk kesempatan investasi yang profitable.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam

melakukan kebijakan dividen menurut Weston dan Copeland (1992:98)

dan Sartono (2008:293) adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang

Di dalam undang-undang ditentukan bahwa dividen harus dibayar dari

laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam

pos laba ditahan (retained earnings) dalam neraca. Selain

undang-undang, ada juga peraturan pemerintah yang mengatur tentang

kebijakan dividen. Peraturan pemerintah menetapkan tiga hal dalam

kebijakan dividen, yaitu peraturan laba bersih, larangan pengurangan

modal (capital impairment rule), dan peraturan kepailitan (insolvency

rule). Peraturan laba bersih menyatakan bahwa dividen dapat dibayar

dari laba tahun ini atau laba ditahan yang diperoleh tahun lalu.

Larangan pengurangan modal ini bertujuan untuk melindungi pemberi

kredit, karena adanya larangan untuk membayar dividen dengan

mengurangi modal (membayar dividen dengan modal akan berarti

membagi modal perusahaan dan bukan membagikan laba). Peraturan

kepailitan menyatakan bahwa perusahaan tidak dapat membayar

(32)

karena kewajiban lebih besar dari aktiva). Apabila perusahaan

membayar dividen pada kondisi seperti ini berarti perusahaan

memberikan dana yang dimiliki pemberi kredit bukan memberikan

laba yang diperoleh perusahaan.

b. Kebutuhan untuk Melunaskan Hutang

Apabila perusahaan memutuskan untuk melunasi hutang-hutangnya

yang telah jatuh tempo, maka sebagian besar laba ditahannya akan

digunakan untuk membayar hutang sehingga dividen yang akan

dibayarkan menjadi kecil.

c. Tingkat Laba

Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan

menentukan pilihan relatif untuk membayar laba dalam bentuk dividen

kepada para pemegang saham (yang akan menggunakan dana tersebut

di tempat lain)

d. Kemampuan Meminjam

Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukan

fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila

perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan

pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi

sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika

perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak

(33)

e. Larangan dalam Perjanjian Hutang

Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering

mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan

ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan

perusahaan tersebut membayar hutangnya. Biasanya pembatasan ini

dinyatakan dalam prosentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila

pembatasan ini dilakukan, maka manajemen dapat menyambut baik

pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan

demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan laba

kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu menaati

pembatasan tersebut.

4. Prosedur Pembayaran Dividen

Pada dasarnya dividen dibayarkan setelah mendapatkan persetujuan

dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Menurut Brigham dan Houston (2001:84) prosedur pembayaran dividen

adalah sebagai berikut:

a. Tanggal Pengumuman (declaration date)

Tanggal pengumuman dividen adalah tanggal pada saat direksi

perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian

(34)

b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder-of-record date)

Tanggal pencatatan pemegang saham adalah pada saat perusahaan

mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini,

pemegang saham tersebut berhak menerima dividen.

c. Tanggal ex-dividend (ex-dividend)

Tanggal ex-dividend adalah tanggal pada saat hak atas dividen periode

berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, biasanya jangka

waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan

pemegang saham.

d. Tanggal pembayaran (Payment Date)

Tanggal pembayaran adalah tanggal pada saat perusahaan benar-benar

mengirimkan cek dividen.

D. Free Cash Flow

Menurut Jensen (1986) dalam Yudianti (2005) free cash flow adalah

aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan

net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal

yang relevan. Semakin besar free cash flow semakin besar fleksibilitas yang

dimiliki pihak manajemen sehingga kemungkinan terjadinya konflik kepentingan

atas pemanfaatan free cash flow tersebut juga semakin serius, Selain itu para

pemegang saham juga menginginkan agar sisa kas tersebut dibagikan dalam

bentuk dividen karena investor beranggapan bahwa manajer akan menggunakan

(35)

perusahaan. Sedangkan menurut Ross et al. (2000) dalam Rosdini (2009), free

cash flow merupakan kas perusahaan yang didistribusikan kepada kreditor atau

pemegang saham yang tidak digunakan untuk modal kerja atau investasi pada aset

tetap. Free cash flow menunjukan gambaran bagi investor bahwa dividen yang

dibagikan oleh perusahaan tidak sekedar strategi menyiasati pasar dengan maksud

meningkatkan nilai perusahaan.

E. Profitabilitas (ROA)

Sartono (2008:122) berpendapat profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Chang dan Rhee (1990) dalam Nur

Chasana (2008) profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil

diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Ang (1997) dalam

Puspita (2009) menyatakan bahwa return on asset adalah tingkat keuntungan

bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalakan operasionalnya.

Return on asset diukur dari laba bersih setelah pajak (earning after tax) terhadap

total asetnya yang mencerminkan kemampauan perusahaan dalam penggunaan

investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam menghasilkan

profitabilitas perusahaan. ROA (salah satu ukuran profitabilitas) juga merupakan

ukuran efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan aktiva tetap digunakan untuk operasi. Semakin besar ROA

menunjukan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat kembalian

(36)

F. Penelitian Terdahulu

Nuringsih (2005) meneliti tentang pengaruh kepemilikan manajerial,

kebijakan hutang, ROA, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 1995-1996. Berdasarkan

pengujian hasil regresi diketahui bahwa terdapat pengaruh positif antara

kepemilikan manajerialdengan kebijakan dividen. ROA dan hutang berpengaruh

negatif terhadap kebijakan dividen. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi

cenderung membagikan dividen yang lebih kecil karena perusahaan memiliki

beban bunga yang tinggi sehingga sebagian besar laba akan digunakan untuk

melunasi hutang.

Gustiana (2009) meneliti tentang insider 0wnership, dispersion of

ownership, free cash flow, collaterizable asset dan tingkat pertumbuhan terhadap

dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (2004-2008). Berdasarkan pengujian hasil regresi diketahui bahwa free

cash flow berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Semakin besar

free cash flow maka semakin besar pula dividen yang dibagikan karena semakin

besar free cash flow yang dimiliki perusahaan maka manajemen akan dapat

tekanan yang besar dari para pemegang saham untuk membagikan dividen.

Puspita (2009) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang

tercatat di Bursa Efek Indonesia (2005-2007). Berdasarkan hasil regresi diketahui

bahwa return on asset berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Tanda

(37)

terjadinya peningkatan retunrn on asset akan mengakibatkan peningkatan pula

pada variabel dividend payout ratio.

Dewi (2008) meneliti tentang pengaruh kepemilikan managerial,

Kepemilikan institusional, Kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran

perusahaan terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa

profitabilitas berpengaruh negatif terhadap dividend payout ratio. Tanda negatif

pada regresi variabel profitabilitas menunjukkan bahwa semakin tinggi

profitabilitas maka semakin rendah kebijakan dividen.

Rosdini (2009) meneliti tentang pengaruh free cash terhadap dividend

payout ratio. Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa free cash flow

berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Tanda positif pada regresi

variabel free cash flow menunjukkan bahwa semakin tinggi free cash flow yang

diperoleh perusahaan, maka akan semakin tinggi dividend payout ratio atau

semakin sebaliknya.

G. Kerangka Pemikiran

1. Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Menurut Jensen (1986) dalam Yudianti (2005) free cash flow adalah

aliran kas bebas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang

menghasilkan net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada

tingkat biaya modal yang relevan. Free cash flow inilah yang sering

memicu timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dengan

manajer. Para pemegang saham menginginkan agar kas yang sudah tidak

(38)

dalam bentuk dividen, karena jika tidak dibagikan para pemegang saham

beranggapan bahwa manajer akan menggunakan free cash flow tersebut

untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan. Oleh karena itu

pihak manajemen membagikan free cash flow dalam bentuk dividen.

2. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba.

Return on asset merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan

untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dividen diambil dari laba

perusahaan, salah satunya adalah laba dari penggunaan aktiva tetap

perusahaan. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya (ROA) akan

membayar dividen semakin besar.

Variabel Independen Variabel Dependen

Free cash flow

Profitabilitas

(39)

H. Perumusan Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka

pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran

dividen.

H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran

(40)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan pada objek penelitian yang dalam hal ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011.

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh free cash flow dan profitabilitas

terhadap kebijakan pembayaran dividen.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan

pembayaran dividen. Kebijakan pembayaran dividen merupakan kebijakan

yang diambil oleh pihak perusahaan untuk membayar dividen kepada para

pemegang saham. Kebijakan pembayaran dividen dapat diukur dengan

dividend payout ratio (DPR). Dividen payout ratio merupakan perbandingan

antara dividend per share dengan earning per share . Data dividend payout

ratio dapat diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD).

Dividend payout ratio dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

(Rosdini, 2009).

Dividend payout ratio= Dividend per share Earning per share

Dividens per share= Jumlah dividen dibagikan dengan jumlah saham

Earning per share= Laba bersih setelah pajak dibagikan dengan jumlah

(41)

2. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian adalah free cash

flow dan profitabilitas.

a. Free Cash Flow

Free cash flow atau aliran kas bebas adalah aliran kas perusahaan

yang sudah tidak digunanakan lagi untuk pembiayaan proyek-proyek

perusahaan (Jensen, 1986 dalam Yudianti, 2005). Rumus free cash flow

menggunakan rumus yang digunakan oleh Yudianti (2005). Free cash

flow dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Free Cash Flow= Arus Kas Operasi – Investasi Total Aktiva

Investasi = investasi neto pada modal operasi

Investasi neto pada modal operasi = modal operasit- modal operasi t-1

Modal operasit = modal kerja operasi neto + aktiva tetap neto

Modal kerja aktiva operasi

Modal kerja operasi neto = noninterest bearing CA – noninterest bearing

CL= (kas+piutang usaha+persediaan)-(hutang usaha+hutang jangka

(42)

b. Profitabilitas (ROA)

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh

laba. Profitabilitas dapat diukur dengan return on asset (ROA). Return

on asset (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak

dengan dengan total aktiva. (Sartono 2008:123).

Return On Asset= Net income after tax Total asset

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang

tercatat di Bursa efek Indonesia.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan

tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif dengan kriteria

sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode

2009-2011.

b. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan selama periode

pengamatan yaitu periode 2009-2011.

c. Perusahaan yang membagikan dividen selama periode pengamatan

(43)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara

dokumentasi, yaitu dengan mencatat dan mengumpulkan data sekunder, dari

laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun

2009-2011 dan data dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) tahun

2009-2011. Data yang digunakan berupa pooling data, artinya bahwa menggunakan

banyak perusahaan dengan banyak tahun.

D. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda untuk

pengolahan data. Sebelum melakukan analisis linier berganda, metode ini

mensyaratkan untuk melalukan uji asumsi klasik guna mendapatkan hasil regresi

yang baik (Ghozali 2009:125).

1. Pengujian Asumsi Klasik

Tahap analisis awal untuk menguji model yang digunakan dalam

penelitian ini, agar dari analisis regresi bisa diperoleh model regresi yang

bisa ditanggung jawabkan dan tidak bias maka asumsi-asumsi dasar

berikut harus dipenuhi.

a. Uji Normalitas (Normality test)

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel kebijakan pembayaran dividen dan variabel free cash flow dan

profitabilitas mempunyai distribusi normal atau mendekati normal

(44)

distribusi data normal atau mendekati normal. Pada prinsipnya

normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada

sumbu diagonal pada grafik dengan melihat histogram dan

residualnya. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menguji

normalitas pada model regresi antara lain dengan analisis grafik

(normal P plot) regresi dan uji one sample kolmogorov-smirnov.

1) Metode grafik P-P plot

Uji normalitas dengan metode grafik P-P plot meliputi:

a) Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogtamnya menunjukan pola

distribusi normal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak

mengikuti arah diagonal atau grafik histogram tidak

menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

2) Cara untuk mengetahui apakah regresi memenuhi asumsi

normalitas adalah dengan melihat nilai signifikansi residual. Jika

signifikansi lebih dari 0,05 maka residual terdistribusi secara

normal.

b. Uji multikolinearitas (Multicolinearity Test)

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel free cash flow dan

(45)

berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Suatu model

regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai

tolerance di atas 0.1 dan nilai Variance Inflation Factor di bawah 10

c. Uji autokorelasi

Uji autikorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka

dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama

lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi

(Ghozali 2009:79). Uji D-W hanya digunakan untuk auto korelasi

tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam

model regresi dan tidak ada lag antara variabel bebas. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari uji D-W

berikut ini:

Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4-dU), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak

(46)

2) Bila nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound

(dL), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti

ada auto korelasi positif.

3) Bila DW lebih besar dari pada (4-dL), maka koefisien autokorelasi

lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4) Bila nilai DW terletak antara batas atas (dU) dan batas bawah (dL)

atau DW terletak antara (4-dU) dan (4-dL), maka hasilnya tidak

dapat disimpulkan.

d. Uji heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas ini bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan

ke pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda akan disebut heterskedastisitas. Data yang digunakan untuk

menguji heteroskedastisitas ini adalah data dari variabel free cash flow

dan variabel profitabilitas. Ada dua cara untuk mendeteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas, yaitu metode grafik dan metode uji

statistik.

a. Metode Grafik

Metode ini dilakukan dengan grafik plot antara nilai prediksi

variabel kebijakan pembayaran dividen yaitu ZPRED dengan

residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas

(47)

grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu X

adalah Ŷ (Y yang telah diprediksi ZPRED) dan sumbu Y adalah residual atau SRESID (Ŷ-Y) yang telah distudentized. Dasar analisis yang dilakukan adalah:

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

pola tertentu (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas

dan di bawah angka nol pada sumbu Y secara acak, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas atau model homoskedastisitas.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah

dengan memakai teknik analisis regresi linier berganda untuk memperoleh

gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu

dengan variabel lain. Variabel yang digunakan adalah kebijakan

pembayaran dividen, free cash flow dan profitabilitas. Untuk mengetahui

apakah ada pengaruh yang signifikan antara free cash flow dan

profitabilitas terhadap kebijakan pembayaran dividen, maka digunakan

regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut:

(48)

Dimana:

DPR = Dividend payout ratio α = Konstanta

β1 = Koefisien regresi free cash flow

X1 = Free cash flow

β2 = Koefisien regresi return on asset

X2 = Return on assets

ε = Standar error

3. Pengujian Hipotesis

Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, dilakukan secara

parsial dan pengujian secara simultan serta analisis koefisien deteminasi

(R2). Pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut: a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui sampai

seberapa besar prosentase variasi free cash flow dan profitabilitas pada

model dapat diterangkan oleh kebijakan pembayaran dividen.

Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase yang nilainya berkisar antara 0<R2 <1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel free cash flow dan profitabilitas dalam menjelaskan variasi

kebijakan pembayaran dividen sangat terbatas. Nilai yang mendekati

(49)

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

kebijakan pembayaran dividen (Ghozali 2009:14).

b. Uji Pengaruh Free Cash Flow dan Profitabilitas Secara Simultan

(Uji F)

Pengujian secara simultan menggunakan uji F (pengujian signifikansi

secara simultan). Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian ini

adalah:

1) Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA)

H0 : β1, β2 ≤ 0, Free cash flow dan profitabilitas tidak

berpengaruh positif terhadap kebijakan

pembayaran dividen.

HA : β1, β2 > 0, Free cash flow dan profitabilitas berpengaruh

positif terhadap kebijakan pembayaran dividen.

2) Menentukan tingkat signifikansi.

Tingkat signifikansi menggunakan 0,05

3) Menganalisis hasil pengujian dengan kriteria sebagai berikut:

a) H0 ditolak, jika nilai signifikansi F lebih kecil atau sama

dengan tingkat signifakansi yaitu 0,05 yang berarti free cash

flow dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan

pembayaran dividen.

b) H0 diterima, jika nilai signifikansi F lebih besar dari tingkat

(50)

profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap kebijakan

pembayaran dividen.

c. Uji Pengaruh Free Cash Flow (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh free cash flow dan

profitabilitas secara parsial terhadap kebijakan pembayaran dividen.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian ini adalah:

1) Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA)

H0 : β1 ≤ 0, Free cash flow tidak berpengaruh positif terhadap

kebijakan pembayaran dividen.

HA : β1 > 0, Free cash flow berpengaruh positif terhadap

kebijakan pembayaran dividen.

2) Menentukan tingkat signifikansi.

Tingkat signifikansi menggunakan 0,05.

3) Menganalisis hasil pengujian dengan kriteria sebagai berikut:

a) H0 ditolak, jika nilai signifikan t lebih kecil atau sama dengan

dari tingkat signifikansi yaitu 0,05 yang berarti free cash flow

berpengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran dividen.

b) H0 diterima, jika nilai signifikansi t lebih besar dari tingkat

signifikansi yaitu 0,05 yang berarti free cash flow tidak

(51)

d. Uji Pengaruh Profitabilitas (Uji t)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian ini adalah:

1) Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA)

H0 : β2 ≤0, Profotabilitas tidak berpengaruh positif terhadap

kebijakan pembayaran dividen

HA : β2 > 0, Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan

Pembayaran dividen.

2) Menetapkan tingkat signifikansi.

Tingkat signifikansi menggunkan 0,05

3) Menganalisis hasil pengujian dengan kriteria sebagai berikut:

a) H0 ditolak, jika nilai signifikansi t lebih kecil atau sama dengan

tingkat signifikansi 0,05 yang berarti profitabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan pembayaran

dividen.

b) H0 diterima, jika nilai signifikansi t lebih besar dari tingkat

signifikansi 0,05 yang berarti profitabilitas tidak berpengaruh

(52)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Sampel

Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua

perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode

2009-2011. Berikut ini adalah daftar jenis-jenis perusahaan manufaktur yang akan

digunakan dalam penelitian ini.

N0. Jenis Usaha Jumlah

1 Food and Beverages 19 2 Tobacco Manufacturers 3 3 Textile Mill Products 9 4 Apparel and Other textile Products 11 5 Lumber and Wood Products 3 6 Paper and Allied Products 7 7 Chemical and Allied Products 9

8 Adhesive 4

9 Plastics and Glass Products 5

10 Cement 3

11 Metal and Allied Products 14 12 Fabricated Metal Products 2 13 Stone, Clay, Glass and Concrete Products 6

14 Cables 6

15 Electronic and Office Equipment 5 16 Automotive and Allied Products 17 17 Photographic Equipment 3

18 Pharmaceuticals 9

19 Customer Goods 4

Jumlah 145

Dalam Penelitian ini metode pengambilan sampel dilakukan dengan

(53)

perusahaan yang telah memenuhi kriteria yang di tetapkan, serta kriteria tambahan

sebagai berikut:

1. Membuang data dividend payout ratio yang terlalu besar.

2. Membuang data free cash flow yang terlalu besar.

Berikut ini adalah tabel perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan

sampel dan kriteria tambahan dalam penelitian ini:

No. Jenis Usaha Jumlah

1 Food and Beverages 2 2 Tabacco Manufactures 1 3 Chemical and Allied Product 2 4 Plastics and Glass Products 1

5 Cement 2

6 Cables 1

7 Electronic and office Equipment 2 8 Automotive and Allied Products 3

9 Pharmaceuticals 3

10 Costumer Goods 3

Total 20

B. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan yang

mempermudah dalam menginterprestasikan hasil pengumpulan data dan

pengolahan data serta pembahasannya.

Tabel 4.1 Descriptive Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kebijakan Pembayaran Dividen 40 2.43 66.67 31.2255 15.44943

Free Cash Flow 40 -22.79 50.00 9.1135 15.85734

Profitabilitas 40 .77 41.56 13.0808 7.56465

(54)

Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah data yang digunakan

dalam penelitian ini sebanyak 40 sampel perusahaan. Tabel 4.1 di atas juga

menunjukkan bahwa rata-rata variabel kebijakan pembayaran dividen sebesar

31,2255, dengan nilai minimum 2,43, nilai maksimum 66,67 dan standar deviasi

sebesar 25,44943. Untuk rata-rata variabel free cash flow adalah sebesar 9,1135,

nilai minimum -22,79, nilai maksimum 50,00 dan standar deviasi sebesar

15,85734. Serta rata-rata profitabilitas adalah sebesar 7,56465, nilai minimum

0,77, nilai maksimum 41,56, dan standar deviasi sebesar 13,0808.

C. Analisis Data 1. Uji asumsi klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel-variabel yang digunakan normal atau tidak. Ada dua

cara untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, yaitu

dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan cara

termudah untuk melihat normalitas residual dengan melihat grafik.

Pengujian normalitas data secara analisis statistik dapat dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Secara multivarian

pengujian normalitas data dilakukan terhadap nilai residulanya. Data

yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan signifikansi 0,05

(55)

Gambar 4.1

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitas

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat

disimpulkan bahwa data terdistribusi dengan normal dan model regresi

telah memenuhi asumsi normalitas.

Tabel 4.2

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

  Unstandardized

Residual

N 40

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 15.20738332

Most Extreme Differences Absolute .096

Positive .096

Negative -.077

Kolmogorov-Smirnov Z .608

Asymp. Sig. (2-tailed) .854

(56)

Berdasarkan pada hasil tabel 4.2 di atas data sudah terdistribusi

normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai kolmogorov-smirnov sebesar

0,608 dan signifikansi 0,854 yang lebih besar dari 0,05.

b. Uji Multikolinearitas

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dengan melihat

nilai tolerance dan VIF. Semakin kecil nilai tolerance dan semakin

besar VIF maka semakin mendekati terjadinya masalah

multikolinearitas. Jika tolerance lebih dari 0,1 dan kurang dari 10

maka tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.3 Coefficientsa

Berdasarkan tabel coeffisients di atas dapat diketahui bahwa

nilai tolerance dari variabel free cash flow dan profitabilitas lebih dari

0,1 dan VIF kurang dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam

model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas. b. Calculated from data.

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)    

FreeCashFLow .946 1.057

(57)

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi antar

kesalahan penganggu (resudual) pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang tidak

terdapat masalah autokorelasi.

Berdasarkan tabel 4.4 di atas terlihat bahwa nilai Durbin-Watson

sebesar 1,918. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan

jumlah observasi (n) = 40 dan jumlah variabel independen 2 (k=2)

diperoleh nilai tabel DL = 1,391 dan DU = 1,600. Oleh karena nilai

Durbin-Watson terletak antara DU < DW < 4 - DU. Maka koefisien

korelasi sama dengan nol, berarti tidak terjadi autokeorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots

regresi. Jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas

dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas. Dengan bantuan alat analisis SPSS 17 uji

heteroskedastisitas sebagai berikut:

(58)

Gambar 4.2

Dari Scatterplot di atas dapat diketahui dapat diketahui bahwa

titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka

0 pada sumbu Y, maka disimpulkan pada model regresi tidak terjadi

(59)

2. Hasil analisis Regresi Linier berganda

Dengan menggunakan program SPSS 17 diperoleh hasil sebagai

berikut.

Dengan melihat tabel 4.3 di atas,dapat disusun persamaan regresi linier

berganda sebagai berikut:

Y = 26,521 + 0,038X1 + 0,333X2

Dari hasil persamaan regresi linier berganda di atas dapat dilihat nilai

konstanta sebesar 26,521. Hal ini mengindikasikan bahwa divident payout

ratio mempunyai nilai 26,521 dengan tidak dipengaruhi oleh variabel free

cash flow dan profotabilitas. Persamaan regresi di atas mempunyai maksud

sebagai berikut:

a. Koefisien regresi free cash flow sebesar 0,038 menyatakan bahwa

setiap penambahan 1% free cash flow akan meningkatkan proporsi

dividend payout ratio sebesar 0,038. Tanda positif pada koefisien ini

menunjukkan bahwa setiap peningkatan variabel free cash flow akan

mengakibatkan kenaikan dividend payout ratio. Tabel 4.5

(Constant) 26.521 4.998 5.306 .000

FreeCashFLow .038 .162 .039 .233 .817

Profitabilitas .333 .340 .163 .981 .333

(60)

b. Koefisien regresi return on assets (ROA) sebesar 0,333 menyatakan

bahwa setiap penambahan 1% ROA akan meningkatkan proporsi

dividend payout ratio sebesar 0,333.

3. Pengujian Hipotesis

a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Pada intinya koefisien regresi (R2) mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi veriabel kebijakan

pembayaran dividen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan

satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel free cash flow dan profitabilitas dalam menjelaskan variasi variabel kebijakan

pembayaran dividen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel free cash flow dan profitabilitas memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

kebijakan pembayaran dividen (Ghozali 2009:14). Hasil perhitungan

koefisien determinasi penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:  

Berdasarkan tampilan output SPSS model summary menunjukkan

besarnya adjusted R2 sebesar 0,021, hal ini berarti 2,1% variasi kebijakan pembayaran dividen dapat dijelaskan oleh variasi dari

Tabel 4.6

(61)

varibel free cash flow dan profitabilitas sedangkan sisanya (100% -

1,2% = 98,8%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model.

Standard error of estimate (SEE) sebesar 15,61298, makin kecil nilai

SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi

variabel kebijakan pembayaran dividen.

b. Uji Statistik F

Tabel 4.7

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 289.393 2 144.697 .594 .558a

Residual 9019.316 37 243.765

Total 9308.709 39

a. Predictors: (Constant), Profitabilitas, Free Cash Flow b. Dependent Variable: KebijakanPembayaranDividen

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara

bersama-sama variabel free cash flow dan profitabilitas memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel kebijakan pembayaran dividen. Hal ini

dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 0,594 dengan probabilitas

sebesar 0,558. Karena probabilitas jauh lebih besar dari tingkat

signifikansi yang digunakan yaitu 5%, maka H0 diterima yang berarti

free cash flow dan probitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap

(62)

4. Uji Statistik t

Untuk mengetahui apakah variabel free cash flow berpengaruh

terhadap kebijakan pembayaran dividen maka dapat dilihat uji

signifikansinya pada tabel 4.5. Dalam tabel 4.5, thitung 0,233< ttabel 2,026

dengan tingkat signifikansi 0,817. Oleh karena probabilitas lebih besar

dari 0,05, maka H0 diterima yang berarti free cash flow tidak berpengaruh

positif berhadap kebijakan pembayaran dividen. Sedangkan untuk

mengetahui apakah variabel profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan

pembayaran dividen dapat juga dilihat pada tabel 4.5. Dalam tabel 4.5

thitung 0,946 <ttabel 2.026 dengan tingkat signifikansi 0,333. Oleh karena

probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima yang berarti

profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran

dividen.

5. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada sub bab ini akan dibahas lebih jelas mengenai variabel

independen yang berupa variabel free cash flow dan profitabilitas variabel

kebijakan pembayaran dividen.

a. Analisis Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Pembayaran

Dividen

Variabel free cash flow memiliki koefisien regresi positif, hal ini

menunjukkan bahwa apabila free cash flow meningkat maka akan

diikuti dengan pembayaran dividen yang meningkat pula. Hal ini

(63)

Jensen (1986) dalam Yudianti (2005) free cash flow adalah aliran kas

yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang

menghasilkan net present value positif yang didiskontokan pada

tingkat biaya modal yang relevan. Maka semakin besar free cash flow

yang dimiliki perusahaan semakin besar pula dividen yang dibagikan

kepada para pemegang saham. Ketika perusahaan memiliki dana sisa

yang tidak bisa diinvestasikan lagi, maka perusahaan seharusnya

membagikan dana kepada investor dalam bentuk dividen.

Dalam penelitian ini argumen Jensen diterima karena kemungkinan

dana free cash flow yang dimiliki perusahaan di Indonesia masih relatif

kecil. Dari deskripsi data tampak bahwa nilai teringgi free cash flow

sebesar 50,00 dan nilai terendah sebesar -22,79, sedangkan nilai

rata-rata free cash flow sebesar 9,1135. Kondisi ini kemungkinan yang

menjadi penyebab tidak didukungnya hipotesis ini.

Hasil temuan ini mendukung hasil temuan dari Endang dan Minaya

(2003) dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa free cash flow

tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen.

b. Analisis Pengaruh Profitabilitas terhadap Kebijakan Pembayaran

Dividen

Variabel profitabilitas memiliki koefisien regresi positif, hal ini

menunjukkan bahwa apabila profitabilitas (ROA) meningkat maka

dividend payout ratio pun akan meningkat. Hasil penelitian ini

(64)

dividen payout ratio. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat profitabilitas

perusahaan tidak berdampak pada peningkatan pembayaran dividen

yang dilakukan oleh perusahaan. Tanda positif dalam penelitian ini

sesuai dengan dividend signaling theory (Ross, 1977) yang

menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu isyarat kepada

para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang

baik di masa yang akan datang. Berdasarkan pada teori di atas

menunjukkan bahwa return yang tinggi melalui aset yang dimiliki

yang tercermin dari ROA menunjukkan pengaruh positif terhadap

kebijakan pembayaran dividen yang tercermin dari dividend payout

ratio.

Dalam penelitian ini argumen Ross tidak diterima karena

kemungkinan return yang diterima perusahaan melalui aset tetap

perusahaan masih relatif kecil. Dari tabel 4.1 tampak bahwa nilai

tertinggi profitabilitas adalah sebesar 41,56 dan nilai terendah sebesar

0,77, sedangkan nilai rata-rata profitabilitas sebesar 13,0808. Kondisi

ini kemungkinan menyebabkan tidak didukungnya hipotesis ini.

Hasil temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Nuringsing (2005) dan Dewi (2008) menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh yang signifikan antara profitabilitas dengan kebijakan

dividen, namun tidak mendukung hasil temuan dari Nugraheni (2008)

(65)

ROA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout

(66)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah free cash flow dan

profitabilitas mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Hasil pengujian hipotesis

dengan menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa:

1. Free cash flow tidak berpengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran

dividen. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya probabilitas free cash flow

sebesar 0,233 lebih besar dari 0,05. Hal ini dimungkinkan karena free

cash flow yang dimiliki perusahaan masih relatif kecil sehingga

perusahaan tidak dapat malakukan pembayaran dividen.

2. Profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap kebijakan pembayaran

dividen. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya probabilitas profitabilitas

sebesar 0,333 lebih besar dari 0,05. Hal ini dimungkinkan karena return

yang diperoleh perusahaan melalui aktiva tetap kecil, sehingga perusahaan

menggunakan return tersebut untuk kelangsungan hidup perusahaan dan

(67)

B. Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian ini penulis mengharapkan banyak Sampel , namun data

yang diperlukan tidak tersedia sehingga penulis yang menggunakan 40

tahun perusahaan.

2. Penelitian ini menggunakan dua Variabel yaitu free cash flow dan

profitabilitas, dampaknya kedua variabel ini hanya mampu menjelaskan

sebagian kecil variasi kebijakan pembayaran dividen.

C. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bisa menggunakan banyak sampel

dengan data yang sudah tersedia.

2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan lebih dari dua variabel

agar mampu menjelaskan variasi kebijakan pembayaran dividen lebih

menyeluruh.

3. Bagi para investor hendaknya dalam melakukan pengambilan keputusan

investasi harus mempertimbangkan besar-kecilnya dividen yang

dibagikan.

4. Bagi perusahaan yang ingin membagikan dividen harus

mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan sehingga dana tidak

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Brigham, Eugene F. Dan Houston Joel F. Manajemen Keuangan. Edisi kedelapan. Erlangga. Jakarta.

Darmadji, Tjiptono. Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab. Edisi Kedua. Salemba Empat. Jakarta.

Dwi Santoso, Habib.2012.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen”. Skripsi. Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/35816/1/SANTOSO.pdf. Diakses tanggal 11 Maret 2012

Ghozali, Imam M. Ekonometrik: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan spss 17. Edisi pertama. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gustiana, Nana.2009. “Analisis Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizalble Asset dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Dividend payout Ratio”. Skripsi. Dipublikasi. Universitas

Sulavesi Utara. Medan. http://repository.usu.ac.id/xmlui/bitstrem/handle/123456789/11371/09E0

2924.pdf?segurance=1. Diakses 24 Februari 2012

Hakim, Lukmanul 2011. “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen”. Skripsi Dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang. http://eprints.undip.ac.id/26842/1/Skripsi..1%28%24pdf. Diakes 3 april2012

Hatta, Atika Jauhari.2002. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen : Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol 6. (Desember).

Latief, Hadi N. 2011.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen”. Skripsi dipublikasikan.Universitas Diponegoro,Semarang. http://eprints.undip.ac.id/28755/1/Skripsi03.pdf. Diakses 3 Maret 2013.

Mulyati,Sri.2003.” Reaksi Harga Saham Terhadap Perubahan Dividen Tunai dan Dividend Yield di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan

Keuangan. Vol 2 Desember.

http://journal.uii.ac.id/indeks.php/JBS/article/viewFILE/10/6/948. Diakses 12 Maret 2012

(69)

Puspita, Fira. 2009. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio”. Tesis dipublikasikan. Universitas Diponegoro, Semarang.http://eprints.undip.ac.id/17411/1/FIRA_PUSPITA.pdf. Diakses tanggal 23 Februari 2012.

Rosdini, Dini. 2009. “Pengaruh free cash flow terhadap dividend payout rasio”.

Jurnal Ekonomi dan Keungan. http://ppa.fe.unpad.ac.id/uploads/files/wp-acc18.pdf. Diakses tanggal 11

Januari 2012.

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi keempat. BPFE, Yogyarta.

Weston J.Fred dan Copeland Thomas E. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta

(70)

Gambar

TABEL 4.1
GAMBAR 4.1
grafik histogram
gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel satu
+7

Referensi

Dokumen terkait

dari Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir dan

Purwokerto, terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa nilai koefisien reaktivitas temperatur moderator (KRTM) reaktor AP1000 sangat dipengaruhi oleh konsentrasi boron, semakin tinggi konsentrasi boron

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kecerdasan emosional para siswi remaja asrama putri Santa Yulia Surabaya tahun ajaran 2009/2010 dan

Kompetensi pedagogik meliputi: (1) Me- nguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) Menguasai teori belajar

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Program Hibah Kompetisi Peningkatan Pendidikan Dokter (PHK-PKPD) Universitas ..., yang selanjutnya dalam Surat Perjanjian

Pengenalan koperasi di Indonesia sudah dimulai sejak kemerdekaan, dimana pendiri bangsa menginginkan ekonomi Indonesia mendorong terwujudnya masyarakat Indonesia yang makmur

Perancahan Rakan Sebaya : Aktiviti antara ahli-ahli kumpulan dalam mengutip data, menyemak, memantau, membimbing, memberi tunjuk ajar, serta menyumbang idea dan maklumbalas