• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Febi Nur Ekasari BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Febi Nur Ekasari BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Meningkatnya umur harapan hidup (UHH) adalah salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat. Untuk mencapai indikator tersebut dilakukan upaya kesehatan dengan mengutamakan upaya pencegahan (preventif), peningkatan kesehatan (promotif) tanpa mengabaikan upaya penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan kemitraan antara pemerintah, dan masyarakat termasuk swasta, salah satunya Puskesmas berupa pelayanan kesehatan untuk lansia. (DepKes RI, 2009).

(2)

1990-an. Sementara Negara-negara Belanda, Jerman, dan Perancis sudah lebih dulu menghadapai masalah yang serupa. (Notoatmodjo, 2007).

WHO memperkirakan kenaikan penduduk usia lanjut tahun 2025 dibandingkan tahun 1990 dibeberapa Negara dunia China 22,0%, India 24,2 %, Thailand 33,7%, dan Indonesia 44,0%. (Sudaryanto, 2010)

Angka harapan hidup orang Indonesia meningkat dari 65 tahun pada 1997 menjadi 73 tahun pada 2025. Sehingga pada tahun 1990 sampai 2025 Indonesia akan mempunyai kenaikan jumlah lansia sebesar 44,0% yang merupakan angka paling tinggi di dunia. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34%. (Astuti, 2007)

Beberapa wilayah di Indonesia akan mengalami ledakan penduduk lansia (lanjut usia) pada 2010 hingga 2020. Jumlah lansia diperkirakan naik mencapai 11,34% dari jumlah penduduk di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari jumlah tersebut, 14% di antaranya berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang merupakan daerah paling tinggi jumlah lansianya. Disusul Provinsi Jawa Tengah (11,16%), Jawa Timur (11,14%), dan Bali (11,02%) ( Media Indonesia Nasional, 2009).

(3)

maupun sosial ekonomi. Dari hasil penelitian ternyata didapatkan masih banyak Lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan Posyandu, selama periode tahun 2009 rata-rata Lansia yang aktif pada Posyandu Lansia antara 20 – 25 orang atau sekitar 45%. (Nilasari, 2012).

Pelayanan kesehatan di Posyandu Lanjut Usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional. Hasil pemeriksaan kesehatan fisik dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (DepKes RI, 2008).

(4)

Menurut Friedmen : (1998 : 198) disebutkan ada empat jenis dukungan informasional, dukungan penilaian appraisal dan dukungan emosional. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya (Maryam, 2008).

Faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu tidak bekerja, sikap yang baik, fasilitas yang baik, pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik, peran keluarga yang baik. (Lestari, 2010) Berdasarkan hasil analisis data bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke posyandu lansia. Faktor-faktor tersebut yaitu pengetahuan lansia, jarak rumah dengan lokasi posyandu, sarana dan prasarana yang kurang memadai, kurangnya informasi tentang posyandu lansia, ekonomi dan penghasilan, kurangnya dukungan keluarga, sikap dan perilaku lansia yang tertutup, dan adanya fasilitas lain yang diberikan pemerintah. (Juniardi, 2012)

Keinginan lansia atau motivasi juga berpengaruh dalam faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia untuk ikut serta di posyandu lansia. Selain alasan untuk memeriksakan kondisi kesehatan, lansia datang berkunjung ke posyandu untuk mendapatkan teman baru, silaturahmi dengan teman-teman seusianya maupun dengan petugas kesehatan. (Lestari, 2011)

(5)

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2007). Tingkat pengetahuan seseorang tidak selalu memotivasi perilaku logika, artinya pengetahuan yang baik (lansia yang tahu tentang pengertian Posyandu, tujuan Posyandu, bentuk pelayanan Posyandu, dan sasaran Posyandu) tidak selalu memimpin perilaku yang benar dalam hal ini pengetahuan tentang posyandu yang baik belum tentu mau berkunjung ke posyandu (Fahrun 2009).

Berdasarkan survey pendahuluan di desa Karangdadap, kecamatan Kalibagor, kabupaten Banyumas terdapat Posyandu lansia “ delima mekar 1”, RW 03 yang

mencakup Rt 3, 4, 5, 6, 7, dan Rt 8. Jumlah lansia di desa ini ada 184 orang. Di tahun 2013 ini tercatat lansia yang aktif mengikuti posyandu hanya 22-32 orang atau 40% saja, dari jumlah seluruh lansia di desa kalibagor 184 orang. Dengan demikian, di posyandu delima mekar 1 desa kalibagor menunjukkan keaktifan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia masih sangat kurang.

B.Rumusan Masalah

(6)

masalah diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah “Adakah Hubungan Peran Keluarga, Motivasi diri dan Pengetahuan dengan Keaktifan Lansia di Posyandu Lansia”.

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga, motivasi dan pengetahuan dengan keaktifan lansia di posyandu lansia.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik responden berdasarkan umur, status pekerjaan dan jenis kelamin.

b. Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga, motivasi dan pengetahuan dengan keaktifan di posyandu lansia.

c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia di Posyandu lansia.

d. Untuk mengetahui hubungan motivasi diri dengan keaktifan lansia di Posyandu lansia.

(7)

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi lansia dan keluarga

Sebagai bahan masukan untuk lansia mengikuti kegiatan rutin di posyandu lansia, dan bagi keluarga dalam melaksanakan perannya memberikan dukungan dalam kegiatan di posyandu lansia.

2. Bagi puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya

Sebagai bahan masukan bagi petugas puskesmas dalam meningkatkan kunjungan dan kualitas pelayanan posyandu di desa Karangdadap Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai wacana, media pembelajaran, dapat memberikan pengalaman belajar dan meningkatkan pengetahuan dalam penelitian, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penelitian selanjutnya.

E.Penelitian Terkait

Bety Nilasari (2012) berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga dan Peran

Kader dengan Keikutsertaan Lansia Mengikuti Kegiatan Posyandu Lansia di Posyandu Mawar Desa Tri Rahayu Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran”. Tujuan penelitian adalah diketahui hubungan antara dukungan

(8)

Roworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Tahun 2012. Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional. Populasi seluruh Lansia yang ada di Posyandu Mawar Desa Tri Rahayu Wilayah Kerja Puskesmas Roworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Bulan Januari Tahun 2012 sebanyak 231 orang. Sampel 146 responden. Analisis data yang digunakan yaitu uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan responden mendapatkan dukungan keluarga sebanyak 86 responden, responden dengan peran kader baik sebanyak 99 responden, responden yang ikut serta dalam kegiatan Posyandu Lansia sebanyak 62 responden, Ada hubungan antara dukungan keluarga (p value 0,000), peran kader dengan keikutsertaan lansia dalam kegiatan Posyandu (p value 0,000). Saran bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pembinaan terhadap kader dan keluarga sehingga dapat meningkatkan dukungan dan peran kader dalam memotivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia.

Penelitian Puji Lestari (2011) dengan judul “Beberapa Faktor yang Berperan

Terhadap Keaktifan Kunjungan Lansia ke Posyandu Studi Kasus di Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Propinsi DIY”. Metode

(9)

penelitian 52 kasus dan 52 kontrol. Data kuantitatif diperoleh dengan wawancara, data kualitatif dengan diskusi kelompok terarah. Hasil: Faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu umur 71 tahun (OR:4,6), tidak bekerja (OR:8,1), sikap yang baik (OR:3), fasilitas yang baik (OR:5,4), pelayanan kader dan petugas kesehatan yang baik (OR:6,5), peran keluarga yang baik (OR:3,2). Faktor yang tidak berpengaruh terhadap keaktifan kunjungan lansia ke posyandu yaitu tingkat pendidikan, kondisi sosial ekonomi, pengetahuan, akses, peran sosial lansia.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan, dengan penelitian diatas adalah : 1. Jenis Penelitian : Desain penelitian deskriptif analitik

dengan pendekatan cross sectional 2. Variabel Bebas Yang Diteliti : Dukungan keluarga, motivasi dan

Pengetahuan.

3. Variabel Terikat yang Diteliti : Keaktifan lansia di Posyandu Lansia

4. Populasi : Lansia di posyandu lansia Delima

Referensi

Dokumen terkait

Benefit dari kegiatan ini adalah Informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) bidang pertanian yang telah tersintesis dan terkelola secara tepat dan sistematis akan

1 Dengan menggunakan Blok Aljabar dengan model pembelajaran Course Review Horay saya menjadi lebih memahami materi faktorisasi bentuk aljabar. 2 Saya lebih percaya diri

Sedangkan perencanaan pembuatan unit instalasi pemroses energi biomasa dari kotoran sapi harus memperhatikan empat faktor, yaitu : (a) ketersediaan dan kemudahan

Santosa, “Kesiapan Infrastruktur TIK Dan Sumber Daya Manusia Dalam Penerapan Blueprint E-Government (Studi Kasus: Pemerintah Kota Balikpapan),” Universitas Gadjah Mada,

Jadwal dapat berubah sewaktu-waktu, untuk kemudahan pelayanan mohon membuat perjanjian terlebih dahulu

Tujuan akhir model indeks tunggal adalah sama halnya dengan analisis Markowitz, melacak batas efisien (efficient frontier) dari set portofolio yang dimana investor akanmemilik

(2) Fungsi koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a, merupakan fungsi koordinasi Unsur Pelaksana BPBD Provinsi dilaksanakan melalui koordinasi

Jika uji kadar lemak yang dilakukan pada sampel susu sapi segar kurang dari 3,6% maka dicurigai susu tersebut telah ditambahkan dengan air untuk meningkatkan volume susu