• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - AMIR FACHRUDIN BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - AMIR FACHRUDIN BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum

Paving block merupakan salah satu jenis beton non struktural yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan jalan, pelataran parkir, trotoar, taman, dan keperluan lainnya. Paving block dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block) atau cone block. Paving block (bata beton) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton (SNI 03–0691–1996).

2.2. Sungai Logawa

2.2.1.Umum

Sungai Logawa merupakan salah satu Sungai yang berada di Kabupaten Banyumas, panjang Sungai Logawa berkisar 25 km. Secara keseluruhan Sungai Logawa mengalami degradasi (erosi lebih besar dari sedimentasi), sehingga perlu dilakukan upaya-upaya pengendalian eksploitasi di alur Sungai. (Dinas Pengairan Pertambangan dan Energi Kabupaten Banyumas, 2002).

2.2.2.Administrasi

(2)

2.2.3.Geografis

Secara geografis daerah pengaliran Sungai Logawa mengalir dari utara (puncak Gunung Slamet) menuju ke selatan (bermuara di Sungai Serayu). Wilayah tersebut terletak pada 109o10’0” sampai 109o20’0” Bujur Timur dan 7o10’ sampai 7o25’ Lintang Selatan, meliputi luas wilayah sub DAS seluas 35.719 ha.

2.2.4.Kondisi Pasir

Dari penelitian sebelumnya, yang penulis kerjakan diperoleh hasil gradasi pasir di daerah Hulu (Desa Baseh) dan daerah hilir (Desa Patikraja) seperti yang tertera pada grafik di bawah:

Desa Baseh (Hulu)

(3)

Desa Patikraja

Gambar 2.2. Gradasi Pasir Desa Patikraja (Hilir) (Sumber: Hasil Penelitian: Fachrudin, 2011)

2.3. Material Pembentuk Paving Block

(4)

2.3.1.Semen Portland

Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu kesatuan. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur (CaO), silikat (SiO2),

alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit (MgO), serta oksida lain dalam

jumlah kecil (Lea and Desch, 1940).

Fungsi dari semen portland adalah untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu massa yang kompak dan padat, selain juga untuk mengisi rongga-rongga di antara butiran agregat (Tjokrodimuljo dan Kardiyono, 1988).

Faktor air semen ini berbanding terbalik dengan kuat tekan beton. Makin kecil faktor air-semen, maka kuat tekan pun meningkat pula. Namun kenaikan ini akan mencapai nilai maksimum pada suatu nilai faktor air-semen (faktor air-semen optimal). Kemudian, semakin banyak penurunan faktor air-semen makin kecil kuat tekan dan semakin mempersulit pengerjaan dalam proses pencampuran (Tjokrodimuljo, 1996).

Jenis-Jenis Semen Portland

Sesuai dengan kebutuhan pemakaian semen yang disebabkan oleh kondisi lokasi maupun kondisi tertentu yang dibutuhkan pada pelaksanaan konstuksi. Berdasarkan Peraturan Beton 1989 (SKBI.4.53.1989) semen portland terbagi menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :

(5)

2. Tipe II (hifh – early – strength portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

3. Tipe III (modifid portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi.

4. Tipe IV (low heat portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.

5. Tipe V (Sulfate resisting portland cement), semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.

2.3.2.Agregat Halus

Agregat halus merupakan pengisi (filler) berupa pasir. Ukurannya bervariasi antara ukuran saringan no. 4 sampai no. 200 (saringan standar Amerika). Pasir yang baik harus keras, bersih, tajam, kasar dan tidak mengandung bahan organik. Diameter pasir antara 0,075 – 5,00 mm. Pasir yang baik bisa diperoleh dari sungai, kali dan pasir buatan. Pasir buatan haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Butir-butir pasir harus berukuran antara (0,l5 mm dan 5 mm).

2. Harus keras, berbentuk tajam, dan tidak mudah hancur dengan pengaruh perubahan cuaca atau iklim.

3. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%.

(6)

6. Pasir tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali.

7. Apabila dicuci dengan larutan Natrium Sulfat, bagian yang hancur harus lebih kecil dari 10%.

8. Pasir laut tidak boleh dipakai, bila terpaksa harus melalui riset di laboratorium.

Jenis Pasir :

1. Pasir kali

Pasir kali tersusun dari bahan yang sama seperti batu kali. Perbedaannya terletak pada ukuran butirnya, dimana pasir adalah fragmen-fragmen batuan yang berukuran 0,02 – 2 mm.

2. Pasir kuarsa putih

Pasir ini sehari-hari kita kenal sebagai batu sedimen yang terbentuk dari pelapukan batuan kuarsa dan batuan-batuan lain yang mengandung kristal-kristal kuarsa.

3. Pasir kuarsa hitam

Pasir ini dapat digunakan untuk bahan bangunan, yang sehari-hari dikenal dengan warnanya yang kehitam-hitaman. Pasir ini terdiri dari kristal-kristal SiO2.

Asal mula terbentuknya yaitu dari berbagai macam kotoran yang dapat terdiri dari oksida-oksida logam dan bahan-bahan organik.

Spesifikasi dari Agregat halus

(7)

barulah dapat dikatakan agregat tersebut bermutu baik. Adapun spesifikasi tersebut adalah :

1. Susunan Butiran (Gradasi), Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat halus tersebut.

2. Kadar Lumpur tidak boleh melebihi 5 %.

3. Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organik yang akan merugikan bata beton.

4. Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan bata beton dan mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan di dalam beton dengan semen kadar alkalinya tidak lebih dari 0,60% atau dengan penambahan yang bahannya dapat mencegah pemuaian.

5. Sifat kekal (keawetan) diuji dengan larutan garam sulfat :

 Jika dipakai Natrium – Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.  Jika dipakai Magnesium – Sulfat, bagiam yang hancur maksimum 15 %.

2.3.3.Air

Air di dalam campuran beton berfungsi untuk menghidrasi semen dan sangat menentukan workability dari pekerjaan semen. Kekentalan campuran ditentukan oleh banyaknya air yang terdapat dalam bata beton yang baru diaduk.

(8)

2.4. Jenis-Jenis Paving Block

1. Paving Block Press Manual/ Tangan (K 50-100)

Paving block Press Manual/ Tangan diproduksi menggunakan cetakan paving dengan tenaga press tangan manusia. Mutu beton dari Paving block jenis ini tergolong dalam mutu beton kelas D (K 50-100).

Harga paving block jenis ini relatif lebih murah daripada harga paving jenis yang lainnya. Pada umumnya paving block press manual hanya digunakan untuk pemakaian non struktural, seperti taman, trotoar, halaman rumah dan penggunaan lainnya yang tidak diperlukan untuk menahan beban yang berat di atasnya.

2. Paving Block Press Mesin Vibrasi/ Getar (K 150-250)

Pada umumnya Paving Block Press Mesin Vibrasi tergolong sebagai Paving block dengan mutu beton kelas C-B (K 150-250). Paving block jenis ini diproduksi dengan mesin press sistem getar. Paving Block Press Mesin Vibrasi dapat digunakan sebagai alternatif perkerasan lahan pelataran parkir.

3. Paving Block Press Mesin Hidrolik (K 300-450)

(9)

2.5. Keunggulan dan Kelemahan Paving Block

Keunggulan

a. Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan alat berat serta dapat diproduksi secara masal.

b. Pemeliharaannya mudah dan dapat dipasang kembali setelah dibongkar. c. Tahan terhadap beban statis, dinamik dan kejut.

d. Tahan terhadap tumpahan bahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan.

Kelemahan

a. Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman untuk kendaraan dengan kecepatan tinggi, sehingga perkerasan paving block sangat cocok untuk mengendalikan kecepatan kendaraan di lingkungan permukiman dan perkotaan yang padat.

2.6. Klasifikasi Paving Block

Berdasarkan SK SNI T–04–1990–F, klasifikasi paving block (blok beton) didasarkan atas bentuk, tebal, kekuatan, dan warna.

Klasifikasi tersebut antara lain : 1. Klasifikasi berdasarkan bentuk

Bentuk paving blocksecara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu : a. Paving blockbentuk segi empat

(10)

Gambar 2.3. Bentuk Paving Block

Pola pemasangan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Pola yang umum dipergunakan ialah susun bata (strecher), anyaman tikar (basket weave), dan tulang ikan (herring bone). Untuk perkerasan jalan diutamakan pola tulang ikan karena mempunyai kuncian yang baik.

2. Klasifikasi berdasarkan ketebalan

Ketebalan paving blockada tiga macam, yaitu : a. Paving blockdengan ketebalan 60 mm b. Paving blockdengan ketebalan 80 mm c. Paving blockdengan ketebalan 100 mm 3. Klasifikasi berdasarkan warna

(11)

2.7.Standar Mutu Paving Block

Standar mutu yang harus dipenuhi paving block untuk lantai menurut SNI 03-0691-1996 adalah sebagai berikut :

1. Sifat tampak paving blockuntuk lantai harus mempunyai bentuk yang sempurna, tidak terdapat cacat, tidak mudah direpihkan dengan jari tangan.

2. Paving blockuntuk lantai harus mempunyai kekuatan fisik seperti pada tabel 2.1 berikut :

Menurut British Standard Institution, standar mutu yang harus dipenuhi oleh paving blockadalah sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang maksimal, ketebalan paving block bentuk persegi minimal 6 cm.

2. Untuk paving block yang menggunakan profil tali air pada sisi permukaan atas, tebal tali air maksimal 7 mm dari sisi dalam dan sisiluar paving block. 3. Penyimpangan dimensi paving blockyang diijinkan adalah sebagaiberikut:

Gambar

Gambar 2.1. Gradasi Pasir Desa Baseh (Hulu)
Gambar 2.2. Gradasi Pasir Desa Patikraja (Hilir)
Gambar 2.3. Bentuk Paving Block
Tabel 2.1. Kekuatan Fisik Paving Block

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa dari hasil uji statistik menggunakan koefisien uji Chi-Square nilai p>0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak uji

Akhir-akhir ini banyak perusahaan yang memakai perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) untuk menekan biaya pekerja demi meningkatkan keuntungan perusahaan. Kasus ini terjadi

Dari hasil pengamatan bunga Sagittaria sagittifolia benang sari 6, dengan putik ∞ , kelopak dengan 3 daun kelopak yang bebas, mahkota terdiri dari 3 daun

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat efektivitas pemungutan, laju pertumbuhan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pajak dan retribusi daerah,

Tesis Model pengembangan kompetensi ..... ADLN -

Alternatif Desain Interior Kantor Dinas Pendidikan Di Kabupaten Gresik. Mewujudkan alternatif desain interior Kantor Dinas Pendidikan Kab. Gresik yang nyaman,aman dan

Setiap sekolah melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan saat ini, dengan selalu melakukan pembenahan terhadap strategi pembelajaran, pengelolaan kelas

Penelitian yang dilakukan ini bertujuan menerapkan algoritma Learning Vector Quantization untuk klasifikasi status gizi balita ke dalam gizi buruk, gizi kurang, gizi baik