• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Millennium Development Goals (MDG) telah menjadi tujuan milenium

selama 15 tahun. MDG berakhir pada tahun 2015. Selanjutnya, MDG digantikan oleh Sustainable Development Goals (SDG) atau tujuan pembangunan berkelanjutan yang merupakan tujuan pembangunan berkelanjutan 2015-2030. SDG terdiri dari 17 tujuan (goals) terbagi menjadi 169 target dan sekitar 300 indikator. Ukuran atau indikator ini sesuai kebutuhan masing-masing negara dan masih dalam proses pembahasan. Pada tujuan ketiga yakni menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang disegala usia memiliki 13 target pencapaian. Salah satu target dari tujuan ketiga tersebut adalah mengurangi angka kematian ibu secara global menjadi kurang dari 70/ 100.000 kelahiran hidup. (1)

Maternal mortality ratio (MMR) global yang pada tahun 2013 adalah

210 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. MMR di negara berkembang pada tahun 2015 mencapai 239/ 100.000 kelahiran hidup jauh tertinggal oleh negara maju yang hanya 12/ 100.000 kelahiran hidup. (2) Sub-Sahara Afrika memiliki MMR tertinggi 510/ 100.000 kelahiran hidup. Dari sisa negara berkembang, lima negara memiliki MMR rendah yaitu Asia Timur 33/ 100.000 kelahiran hidup, Kaukasus dan Asia Tengah 39/ 100.000 kelahiran hidup, Afrika Utara 69/ 100.000 kelahiran hidup, Asia Barat 74/ 100.000 kelahiran hidup, dan Amerika Latin dan Kepulauan Karibia 85/ 100.000 kelahiran hidup.

(2)

Tiga negara yang memiliki MMR tingkat sedang yaitu Asia Tenggara 140/100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 190/ 100.000 kelahiran hidup dan kepulauan di Samudra Pasifik. (3)

Indonesia termasuk di kawasan Asia Tenggara yang telah berhasil menurunkan AKI. Berdasarkan data dari WHO, UNICEF, UNFPA, The World

Bank, dan the United Nations Population Division, AKI di Indonesia menurun

dari tahun 2010 sebanyak 210/ 100.000 kelahiran hidup menjadi 190/ 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. (3) Menurut WHO tahun 2014, penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 28%, preeklamsi/ eklamsi 24%, infeksi 11%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri 5% dan lain – lain 11%. (4)

Di DIY, AKI lima tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup baik. Pada tahun 2008 AKI pada angka 104/ 100.000 kelahiran hidup menurun menjadi 101/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013.Sedangkan berdasarkan kasus kematian ibu di DIY meningkat pada tahun 2011 menjadi 56 kasus meningkat dibandingkan dengan tahun 2010 sebanyak 43 kasus. Pada tahun 2012, kasus kematian ibu menurun sebanyak 40 kasus namun, meningkat kembali tahun 2013 ada 46 kasus. (5) Pada tahun 2014 kasus kematian maternal DIY menurun enam kasus yaitu 40 kasus kematian ibu. Kasus kematian tertinggi di Kabupaten Bantul yaitu 14 kasus, Kabupaten Sleman sebanyak 12 kasus, Kabupaten Gunung Kidul 7 kasus, Kabupaten Kulon Progo 5 kasus, dan Kota Yogyakarta 2 kasus. Penyebab kematian ibu yang paling umum di

(3)

Yogyakarta tahun 2013 adalah penyebab obstetri langsung yaitu perdarahan 33%, eklamsi 2%, preklampsia berat 28%, sepsis/ infeksi 9%, dan lain-lain 28%.

Preeklampsia masuk ke dalam lima penyebab kematian ibu hamil. Setiap tahunnya, tercatat sepuluh juta wanita mengalami preeklampsia dan 76.000 meninggal akibat preeklampsia dan gangguan hipertensi. Di Amerika Serikat, Kanada dan Eropa Barat, angka kejadian preeklampsia berkisar 2-5%. (6) Di negara berkembang, seorang wanita berpeluang tujuh kali lebih mungkin untuk mengalami preeklampsia dibandingkan wanita di negara maju. Di kawasan Afrika, angka kejadian preeklampsia dan eklampsia mencapai 4-18% dari 10-25% kasus-kasus ini akan mengakibatkan kematian ibu. Berbeda dengan negara lain, kejadian preeklampsia di Amerika Latin adalah penyebab pertama kematian ibu. (7)

Preeklampsia pernah disebut the disease of theories, namun dengan adanya penelitian pada dekade ini menghasilkan hubungan sebab akibat, meningkatkan diagnosis dan bahkan prediksi, serta melakukan pencegahan. (8) Faktor risiko yang berkaitan terjadinya preeklampsia yaitu obesitas, nulipara, kehamilan ganda, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan, dan etnis tertentu. (9)

Overweight dan obesitas termasuk dalam lima besar penyebab kematian

global dan menjadi faktor risiko terjadinya preeklampsia. Anjel melaporkan bahwa di Amerika Serikat wanita subur (20-44tahun) menunjukkan 24,5%

(4)

memiliki status gizi overweight dan 23% diantaranya mengalami obesitas. (10) Hubungan antara berat badan ibu hamil dengan risiko terjadinya preeklampsia bersifat progresif. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan kejadian preeklampsia dari 4,3% pada ibu dengan IMT <19,8 kg/m2 menjadi 13,3% pada ibu hamil dengan IMT >35 kg/m2. (9) Frederick, dkk menemukan bahwa peningkatan indeks massa tubuh (IMT) sebelum kehamilan menyebabkan peningkatan risiko preeklampsia sebesar 8%. (11) Penelitian dari Anderson tahun 2012 yang melibatkan 850.000 wanita mendapatkan hasil bahwa obesitas sangat terkait dengan preeklampsia yang terjadi pada usia kehamilan 34 minggu atau pada usia kehamilan sebelumnya. (12) Kegemukan, baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir satu persen setiap tahunnya. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan menunjukkan bahwa prevalensi penduduk dewasa berat badan lebih 13,5% dan obesitas 15,4%. (13) Data dari WHO, IMT para perempuan di Indonesia tahun 2010 adalah 23 kg/m2 (22,3 - 23,7) meningkat menjadi 23,4 kg/m2 sedangkan tahun 2014 (22,4-24,4). (14)

Kasus kematian ibu di DIY tahun 2013 28%-nya dikarenakan preeklampsia berat. Pada tahun 2014, delapan dari 40 kematian ibu di DIY disebabkan oleh preeklampsia dan eklampsia. Kejadian kematian ibu yang disebabkan oleh preeklampsia di DIY yaitu Kabupaten Sleman lima pasien, Kabupaten Bantul dua pasien, dan Kabupaten Gunungkidul satu pasien. Namun, penelitian akan dilaksanakan di RSUD Panembahan Senopati Bantul

(5)

karena di Kabupaten Sleman memiliki 26 rumah sakit diantaranya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) yang merupakan pusat rujukan dari seluruh rumah sakit seluruh DIY dan sekitarnya sehingga kematian karena preeklampsia tidak hanya berasal dari RSUD yang merupakan tempat rujukan dari rumah sakit tipe C atau D di Kabupaten Sleman. Angka kejadian preeklampsia di RSUD Panembahan Senopati pada tahun 2013 ada 55 kasus meningkat pada tahun 2014 menjadi 60 kasus. Berdasarkan fakta kejadian preeklampsia, maka penulis akan meneliti “Hubungan Peningkatan Berat Badan Ibu Hamil dengan Preeklampsia di RSUD Panembahan Senopati Bantul”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka hal yang menjadi fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut “Adakah hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan preeklampsia di RSUD Panembahan Senopati Bantul?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan preeklampsia di RSUD Panembahan Senopati Bantul. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam menekan peningkatan berat badan bagi ibu hamil sebagai tindakan preventif preeklampsia.

b. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya untuk mengembangkan penelitian dengan topik serupa.

(6)

2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti yaitu menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian mengenai hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan preeklampsia.

b. Bagi bidan dan dokter

Penelitian ini dapat dijadikan referensi bidan dan dokter sehingga dapat melakukan pembatasan peningkatan berat badan ibu hamil. c. Bagi ibu hamil

Ibu hamil dapat mengontrol peningkatan berat badan selama hamil untuk mengurangi kejadian preeklampsia.

d. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai hubungan peningkatan berat badan ibu hamil dengan preeklampsia sehingga dapat turut melakukan pencegahan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian sebelumnya serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Mutia Fatriani dengan judul “Pengaruh Pertambahan Berat Badan pada Trimester III Terhadap Kejadian Preeklampsia Berat dan Eklampsia pada Ibu Hamil” tahun 2014. Metode yang digunakan adalah penelitian observasional dengan desain case control. Subjek penelitian yaitu wanita hamil di rumah sakit yang terdaftar dari Desember 2013 sampai April 2014 (84 responden). Hasil penelitian berdasarkan hasil t-test, terdapat perbedaan rata-rata antara

(7)

peningkatan berat badan ibu pada trimester ketiga dari kelompok kasus dan kelompok kontrol adalah 3,571 +-1,051 kg (P = 0,0011). Berdasarkan uji

Chi-Square mengungkapkan, ada hubungan antara berat badan ibu pada trimester

ketiga dengan kejadian preeklampsia berat dan eklampsia (p <0,001). Kesimpulan penelitian ada pengaruh yang signifikan antara berat badan ibu ditrimester ketiga dengan kejadian preeklampsia berat dan eklampsia di RSUP Sardjito dan RSKIA Sadewa Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada variabel penelitian, metode penelitian, tempat, dan waktu penelitian. (15)

Penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Hermanto Quedarusman, John Wantania, Juneke J. Kaeng dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh Ibu dan Peningkatan Berat Badan saat Kehamilan dengan Preeklampsia” tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain case-control. Jumlah sampel untuk kelompok kasus 38 orang dan untuk kelompok kontrol 38 orang. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok IMT berisiko empat kali lebih besar untuk menderita preeklampsia dibandingkan kelompok IMT normal (OR= 4,32 95% IK= 1,15-16,12), sedangkan kelompok IMT obesitas berisiko lima kali lebih besar untuk menderita preeklampsia dibandingkan kelompok IMT normal (OR= 5,06 95% IK= 1,46-12,67). Kelompok dengan peningkatan berat badan tinggi berisiko hampir tiga kali lebih besar untuk menderita preeklampsia dibandingkan wanita dengan peningkatan berat badan saat hamil normal (OR=2,53 95% IK= 0,99-31,81). Hasil penelitian ini

(8)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara indeks massa tubuh ibu dan peningkatan berat badan saat kehamilan dengan preeklampsia. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada variabel, metode, tempat, dan waktu penelitian. (16)

Penelitian sebelumnya juga hampir mirip dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Sri Minarti, Artathi Eka Suryandari, dan Misrina Retnowati dengan judul “Hubungan Penambahan Berat Badan dengan Kejadian Preeklampsia pada Ibu hamil di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto” tahun 2011. Penelitian ini merupakan penelitian observasional

dengan rancangan retrospektif. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil aterm yang mengalami preeklamsi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2011 sebanyak 90 orang. Metode analisis data menggunakan

Chi-Square. Penambahan berat badan selama hamil pada ibu hamil di RSUD Prof.

Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Tahun 2011 paling banyak dalam kategori normal sebanyak 47 orang (52,2%). Kejadian preeklamsi pada ibu hamil paling banyak pada kategori berat sebanyak 58 orang (64,4%). Ada hubungan antara penambahan berat badan dengan kejadian preeklamsi pada ibu hamil (p = 0,004). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada variabel penelitian, tempat, dan waktu penelitian. (17)

Penelitian sebelumnya serupa dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Achmad Semi Rahayu S dengan judul “Hubungan Obesitas Maternal Pra-kehamilan dengan Kejadian Preeklampsia Di Rumah Sakit Umum Muntilan Kabupaten Magelang” tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian

(9)

yaitu penelitian observasional dengan menggunakan desain studi kasus kontrol dengan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 20 minggu dan postpartum 48 jam yang dirawat dari 1 April 2013 hingga 31 Maret 2014 di Rumah Sakit Muntilan Kabupaten Magelang (90 kasus dan 90 kontrol). Data dikumpulkan berdasarkan catatan medis. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara obesitas sebelum hamil dan kejadian preeklampsia. Perempuan hamil yang memiliki Indeks massa tubuh (BMI) = 25 kg/ m2 memiliki risiko 4,7 kali lebih tinggi (OR: 4,7 95% CI: 2,47-9,08). Kesimpulan dari penelitian ini adalah prakehamilan obesitas dengan BMI = 25 kg/ m2 meningkatkan risiko untuk preeklampsia 4,7 kali. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan terletak pada variabel penelitian, tempat, dan waktu penelitian. (18)

Referensi

Dokumen terkait

Disain platform menggunakan tiga buah motor servo yang berfungsi sebagai penggerak segitiga yang dihubungkan dengan IMU, seperti yang dapat dilihat pada Gambar

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Pengembangan desain dalam dunia seni kerajinan dipandang sangat perlu dan mendesak sekali untuk ditingkatkan, karena dengan pengembangan desain-desain kreatif bisa

Dari pendapat-pendapat para sarjana maupun dari peraturan Merek itu sendiri, secara umum yang diartikan dengan perkataan merek adalah suatu tanda untuk membedakan

Kata bercetak miring yang termasuk kata tidak baku terdapat

Ruang OSIS terletak disebelah barat bersebelahan dengan kelas X. Ruang ini difungsikan untuk kegiatan yang berhubungan dengan OSIS dan untuk penyimpanan

Pengocokan membuat adonan menjadi kental waktu leleh es krim sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim dan pengocokannya, es krim yang baik

Berdasarkan hasil pengujian pada tingkat mudah, dipilih pemain yang mendapatkan kemenangan lebih dari 50%. (menang 3 kali atau lebih dari 5 pengujian