• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1.1

Proses Bisnis Pelatihan

Proses pemanggilan peserta untuk mengikuti pelatihan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1 Proses Bisnis Pelatihan

(2)

Gambar proses bisnis pemanggilan peserta di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sebelum pelatihan dimulai, JCLEC akan mengirimkan surat kepada Mabes Polri dan instansi lainnya (KPK, Bea Cukai, Kementrian Keuangan, dan Akademi Kepolisian) untuk memberitahukan mengenai pelaksaaan pelatihan, dan meminta agar semua instansi tersebut mengirimkan personilnya.

2. Mabes Polri melalui divisi Sumber Daya Manusia akan bersurat kepada seluruh Kepolisian Daerah agar melakukan proses seleksi anggota untuk mengikuti pelatihan dimaksud. Setiap Kepolisian Daerah juga diwajibkan untuk menyiapkan cadangan peserta. Setelah proses seleksi di wilayah selesai, maka nama peserta kemudian dikirim oleh Polda ke SDM Polri dan diteruskan ke pihak JCLEC untuk kemudian dilakukan clearing process untuk mengetahui apakah personil yang dikirim sudah pernah mengikuti pelatihan yang sama dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Jika ya, maka JCLEC akan meminta nama personil baru kepada SDM, jika tidak, maka personil tersebut dinyatakan lolos dan berhak mengikuti pelatihan. Proses permintaan nama peserta yang baru tidak bisa sekaligus dikirimkan karena di dalam birokrasi kepolisian, jika seorang personil ditugaskan untuk mengikuti pelatihan, mereka diwajibkan

(3)

untuk memiliki surat perintah dari Kapolri yang dibuat melalui SDM. Jika masih berada dalam posisi cadangan, maka personil yang bersangkutan harus menunggu kepastian mengenai keikutsertaannya dahulu sebelum SDM membuat surat perintah baru, yang menegaskan bahwa peserta cadangan sudah resmi bisa menggantikan posisi peserta sebelumnya.

(4)

1.2

Proses Bisnis Evaluasi

Sistem evaluasi yang dijalankan dalam pelatihan investigasi keuangan dapat dijabarkan sebagai berikut:

(5)

Gambar proses bisnis pelatihan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peserta datang dan mengikuti pelatihan selama 2 minggu

2. Selama mengikuti pelatihan, peserta akan mendapatkan materi pelatihan dalam bentuk hard copy sebagai bahan pelajaran dan diskusi

3. Selama mengikuti pelatihan, peserta akan mendiskusikan satu atau beberapa studi kasus dan pemecahannya, sesuai dengan pengalaman masing-masing.

4. Selama pelatihan, setiap akhir sebuah sesi, peserta akan mengisi lembar evaluasi, yang nantinya akan digunakan oleh JCLEC sebagai bahan evaluasi sebuah pelatihan.

5. Pada akhir pelatihan peserta akan mengisi lembar pre and post test yang akan digunakan JCLEC sebagai parameter keberhasilan sebuah kursus. Dari sebuah pre and post test dapat diketahui sejauh mana pengetahuan dan keterampilan seorang peserta bertambah.

6. 4-6 bulan setelah pelatihan selesai pihak JCLEC akan menghubungi peserta via surat elektronik, untuk menanyakan apakah hasil dari pelatihan sudah pernah diimplementasikan dalam penanganan sebuah kasus. Jika

(6)

ya, peserta akan diminta untuk mengirimkan data mengenai kasus tersebut.

1.3

Analisa Proses Pelatihan Berdasarkan Proses

Spiralisasi Ilmu Pengetahuan

Setelah mengamati dan menjalankan proses penelitian deskriptif kualitatif, didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Sosialiasi (Socialization)

Konsep Sosialisasi menurut Nonaka adalah proses pengubahan tacit knowledge menjadi tacit knowledge yang lain, proses ini dilakukan melalui proses diskusi. Pada proses ini, didapatkan hasil bahwa pada semester pertama tahun 2012, mulai bulan Januari sampai dengan Juni, sudah dilaksanakan 3 kali pelatihan yaitu pada tanggal 16 – 27 Januari 2012, 19 – 30 Maret 2012, dan 30 April – 11 Mei 2012. Setiap pelatihan diikuti oleh 24 peserta dari 16 kepolisian daerah (Polda) yang berbeda, personil KPK, dan Bea Cukai. Setiap periode pelatihan dilaksanakan selama 2 minggu, 5 hari belajar setiap minggunya. Pada hari pertama minggu pertama pelatihan, peserta dibagikan jadwal pelatihan, agar peserta mendapatkan gambaran mengenai kegiatan pelatihan dan materi apa saja yang akan mereka dapatkan selama mengikuti pelatihan.

(7)

ini proses sosialisasi berlangsung dengan sangat baik, hal ini disebabkan karena peserta memiliki rasa ketertarikan yang tinggi terhadap proses pelatihan. Selain itu, kebanyakan dari peserta juga merasa tidak sabar untuk saling berbagi pengalaman dengan para pelatih. Hal ini dikarenakan pelatih yang memberikan materi kepada mereka tidak hanya berasal dari instansi yang berbeda, tetapi juga dari negara yang berbeda, sehingga proses diskusi dan berbagi pengalaman menjadi semakin menarik. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di dalam kelas selama hari pertama dan kedua pelatihan, dapat dilihat antusiasme peserta yang begitu besar terhadap pelatihan tersebut, terutama pada pelatihan pertama dan ketiga. Pada pelatihan kedua, peserta terlihat kurang begitu antusias dalam membagikan pengalamannya. Hal ini disebabkan karena peserta pada pelatihan kedua kebanyakan adalah petugas dengan pangkat yang setara, sehingga keanekaragaman pangkat dari peserta tersebut tidak terlalu banyak.

Analisa penulis adalah pada tahap ini, proses masih mudah untuk dilakukan karena belum melibatkan proses menulis tacit knowledge yang dimiliki setiap individu. Maksudnya adalah, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk bisa menuangkan tacit knowledge yang dimiliki kedalam bentuk tulisan, apalagi kebanyakan

(8)

dari peserta adalah orang yang melakukan pekerjaan di lapangan (taktis), sehingga mengawali pelatihan dengan metode diskusi adalah sebuah awalan yang baik untuk memancing peserta untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki untuk dibagikan kepada peserta lainnya.

2. Eksternalisasi (Externalization)

Konsep proses eksternalisasi adalah adalah proses mengubah tacit knowledge yang dimiliki oleh seorang individu, untuk menjadi explicit knowledge.

Pada proses ini, dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, didapatkan hasil bahwa selama pelatihan berlangsung, peserta menuliskan apa yang sudah mereka sampaikan pada proses sebelumnya. Jika pada proses pertama peserta saling berbagi dan bertukar pengalaman serta pengetahuan mereka secara lisan, maka pada proses ini, peserta belajar untuk menuliskan apa yang sudah mereka sebutkan tadi. Setelah proses ini selesai, peserta kembali mendapatkan materi dari para pelatih sebelum dibagi menjadi empat sindikat / kelompok, untuk mendiskusikan pengalaman-pengalaman mereka dengan anggota kelompoknya.

Analisa penulis pada tahap ini, peserta sudah mulai bisa menuliskan ide yang mereka miliki, tidak hanya ide yang sudah mereka miliki, tetapi juga hasil diskusi dari proses

(9)

pertama. Pada tahap ini, peserta juga masih belajar untuk menuangkan ide yang mereka miliki ke dalam bentuk tulisan (dokumen), hal ini bertujuan untuk meng-capture pengetahuan yang mereka miliki agar nanti dapat dikembangkan melalui proses-proses selanjutnya.

3. Kombinasi (Combination)

Konsep proses kombinasi adalah proses memanfaatkan explicit knowledge yang ada untuk diimplementasikan menjadi explicit knowledge lain.

Pada proses ini, peserta pelatihan dibagi menjadi enam kelompok yang masing-masing memiliki empat anggota, kelompok diskusi ini disebut sebagai sindikat. Setiap sindikat akan menempati sebuah ruang diskusi. Di ruang diskusi ini, setiap peserta akan menuliskan satu contoh kasus mengenai kejahatan keuangan yang pernah diselesaikan di daerah penugasan masing-masing beserta dengan langkah apa saja yang sudah diambil dan dilaksanakan dalam penyelesaian kasus tersebut. Setelah selesai menuliskan pengalamannya tersebut, setiap peserta akan mempresentasikan hasil pemecahan kasusnya di depan anggota sindikat yang lain, hal ini bertujuan agar anggota tersebut mendapat kritik, saran, maupun evaluasi dari anggota yang lain. Setelah setiap anggota selesai mempresentasikan kasusnya, setiap anggota akan

(10)

menuliskan, apa saja yang mereka dapatkan dari hasil presentasi dan diskusi tersebut.

Analisa penulis pada tahap ini, peserta belajar untuk menerima saran dan kritik dari peserta yang lain, saran dan kritik akan sangat berguna bagi pengembangan metode penyelesaian kasus yang ditangani oleh peserta yang bersangkutan.

4. Internalisasi (Internalization)

Konsep proses internalisasi adalah proses mengubah explicit knowledge sebagai inspirasi datangnya tacit knowledge.

Pada proses ini, setiap sindikat akan diberikan sebuah studi kasus oleh pelatih yang harus diselesaikan melalui proses diskusi antar anggota sindikat. Studi kasus yang diberikan meliputi kasus kejahatan keuangan. Metode penyelesaian kasus adalah dengan metode diskusi antar anggota sindikat. Setelah kasus tersebut diselesaikan, maka setiap sindikat akan mempresentasikan hasilnya di depan kelas agar dapat diberikan masukan oleh anggota sindikat lain maupun pelatih. Proses ini hampir sama

dengan proses sebelumnya (proses kombinasi/combination). Perbedaannya adalah pada proses ini, peserta menyelesaikan contoh kasus secara bersama-sama, sedangkan pada proses sebelumnya, setiap

(11)

peserta menuliskan contoh kasus yang sudah pernah diselesaikan, kemudian didiskusikan dengan peserta lain dalam satu sindikat yang sama. Tujuan dari kedua proses pun hampir sama, yaitu memunculkan ide maupun pemikiran baru.

Analisa penulis pada tahap ini, peserta dilatih untuk mengembangkan konsep yang sudah didapat dari proses sebelumnya. Konsep baru yang dimiliki kemudian diimplematasikan ke dalam sebuah studi kasus yang diberikan oleh pelatih. Hal ini melatih peserta untuk mengkombinasikan pengtahuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk menyelesaikan sebuah studi kasus.

1.4

Hasil Rangkuman Proses Evaluasi Per Sesi

Pada proses ini, semua data kuesioner yang diisi oleh peserta selama mengikuti pelatihan investigasi keuangan diproses oleh staff divisi program. Kuesioner sudah diisi kemudian di-scan ke dalam bentuk pdf file lalu diolah menjadi sebuah data statistik dengan bantuan perangkat lunak yang disebut Optical Mark Recognition (OMR). Perangkat lunak ini mengubah data kuesioner yang diisi oleh peserta yang sudah diubah menjadi dokumen pdf menjadi hasil survey yang disajikan dalam bentuk grafik. Seluruh grafik hasil evaluasi kemudian dirangkum secara terpisah dengan hasil rangkuman pre & post test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persentase evaluasi setiap topik yang

(12)

diberikan kepada peserta, dan rangkuman hasil akhir pelatihan.

Gambar 4.3 Proses Merangkum Hasil Evaluasi Per Sesi

(13)

Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukkan hasil rangkuman proses evaluasi per sesi. Pada proses ini, semua data kuesioner yang diisi oleh peserta selama mengikuti pelatihan investigasi keuangan diproses oleh staff divisi program. Kuesioner sudah diisi kemudian di-scan ke dalam bentuk pdf file lalu diolah menjadi sebuah data statistik dengan bantuan perangkat lunak yang disebut Optical Mark Recognition (OMR). Perangkat lunak ini mengubah data kuesioner yang diisi oleh peserta yang sudah diubah menjadi dokumen pdf menjadi hasil survey yang disajikan dalam bentuk grafik. Seluruh grafik hasil evaluasi kemudian dirangkum secara terpisah dengan hasil rangkuman pre & post test. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persentase evaluasi setiap topik yang diberikan kepada peserta, dan rangkuman hasil akhir pelatihan

(14)

Gambar 4.5 Proses Merangkum Hasil Pre and Post Test

Gambar 4.5 menunjukkan proses merangkum pre & post course test yang dilakukan pada hari terakhir pelatihan berlangsung. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki peserta, sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Lembar evaluasi ini tidak diberikan kepada peserta di awal kursus untuk menghindari peserta yang terlalu tinggi menilai pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Hal ini bisa saja terjadi mengingat peserta datang dari tempat penugasan yang berbeda, dan keberagaman pangkat yang tinggi.

(15)

Gambar 4.6 Rangkuman Hasil Akhir Pelatihan

Gambar 4.6 menunjukkan contoh rangkuman hasil akhir pelatihan yang disajikan dalam bentuk word document yang berisi semua data pelatihan dan hasil akhirnya. Keseluruhan data diselesaikan maksimum setelah 6 bulan pelatihan dan minimum setelah 4 bulan pelatihan. Hal ini dikarenakan pada bagian akhir rangkuman juga harus disertakan hasil survey yang dilakukan melalui survey monkey link. Rangkuman hasil akhir pelatihan inilah yang akan dijadikan materi utama dalam laporan akhir program JCLEC kepada negara donor setiap tahunnya.

Gambar

Gambar 4.1 Proses Bisnis Pelatihan
Gambar 4.2 Proses Bisnis Evaluasi
Gambar proses bisnis pelatihan tersebut dapat dijelaskan  sebagai berikut:
Gambar 4.3 Proses Merangkum Hasil Evaluasi Per Sesi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat- Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Caregiver Self-efficacy dengan

Perbedaan dari ketiga video profile tersebut dengan Perancangan Video Profil sebagai Media Informasi Pada Lorin Solo Hotel adalah dilihat dari konsep video dengan

Allah yang sejati dari allah yang sejati,/ diperanakkan, bukan dibuat, sehakekat dengan sang Bapa,/ yang dengan perantaraan-Nya segala sesuatu dibuat;/

Suawardi Endraswara (2005:5) membuat definisi bahwa, “penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan tidak menyertakan angka-angka, tetapi mengutarakan kedalaman

(20) Diisi nomor urut dari Buku Rekening Barang Kena Cukai Minuman yang Mengandung Etil Alkohol dalam angka.. (21) Diisi kantor yang mengawasi pengusaha pabrik minuman yang

Pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara

Strategi Pengembangan Tari Topeng Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. BAB I

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia