ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RMR, SMR, DAN
KESETIMBANGAN BATAS PADA TAMBANG TERBUKA
KABUPATEN BELITUNG TIMUR
ANALYSIS OF SLOPE STABILITY USING RMR, SMR, AND
EQUILIBRIUM METHODS AT OPEN MINE REGENCY EAST
BELITUNG
Teguh Samudera Paramesywara
1,Budhi Setiawan
21Mahasiswa Program Studi Teknik Geologi Universitas Sriwijaya 2Dosen Program Studi Teknik Geologi Universitas Sriwijaya
ABSTRAK Penambangan yang dilakukan dengan metode tambang terbuka memiliki resiko terjadinya longsor apabila lereng tambang yang dibuat tidak stabil. Dalam penentuan lereng tambang yang stabil perlu dilakukannya studi geoteknik dengan metode geomekanik meliputi penentuan nilai Rock Mass Rating (RMR) dan
Slope Mass Rating (SMR) dari data pemboran Serta melakukan analisis kestabilan lereng untuk mendapatkan nilai faktor keamanan lereng karena nilai RMR dan SMR belum bisa menggambarkan nilai keamanan lereng secara pasti.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berlokasi di daerah tambang terbuka milik perusahaan.
Berdasarkan hasil perhitungan data bor didapatkan nilai RMR berkisar antara 12 – 78 dan SMR berkisar antara 22 – 88 pada titik bor BT_01. Nilai RMR berkisar antara 29 – 71 dan SMR berkisar antara 39 – 81 pada titik bor BT_02. Nilai RMR berkisar antara 11 – 58 dan SMR berkisar antara 21 – 68 pada titik bor BT_03. Nilai RMR berkisar antara 32 – 75 dan SMR berkisar antara 42 – 85 pada titik bor BT_04.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk mendapatkan nilai FK > 1,25 yang aman dan stabil (Bowles, 1989, dalam Zakaria, 2009) maka perlu
dilakukannya penambahan dan pengurangan nilai lebar, ketinggian, dan sudut lereng yang dibuat. Tetapi hasil yang didapatkan belum maksimal sehingga perlu dilakukannya pembuatan ramp pada lereng agar dihasilkan suatu desain lereng yang stabil dan optimal untuk ditambang.
Kata kunci : Tambang Terbuka, geomekanika, analisis kestabilan lereng, desain lereng optimal
ABSTRACT Mining by open pit method has a risk of landslide if the mine slopes are unstable. In the determination of stable slope of the mine, geotechnical studies with geomechanical methods involve determining the Rock Mass Rating (RMR) and Slope Mass Rating (SMR) values because the RMR and SMR values can not yet describes the exact value of the slope security.
The Research was conducted in Damar District, East Belitung Regency, Bangka Belitung Islands Province located in the company’s open pit area. Based on the calculation of drill data obtained RMR value ranges between 12 – 78 and SMR ranged from 22 to 88 on drill point BT_01. The RMR value ranges from 29 – 71 and SMR ranged from 39 – 81 on drill point BT_02. The RMR value ranges 11 – 58 and SMR ranged from 21 – 68 on drill point BT_03. The RMR value ranges 32 – 75 and SMR ranges from 42 – 85 on drill point BT_04.
Based on the results of the research, to obtain a safe and stable FK > 1.25 value (Bowles, 1989, in Zakaria, 2009) it is necessary to add and subtact the width, height, and angle of the slopes. But the results obtained are not maximal so it is necessary to make the ramp on the slope to produce a stable slope design and optimal to be mined.
Keywords : Open Mine, geomechanics, slope stability analysis, optimal slope design.
PENDAHULUAN
Penambangan dengan sistem tambang terbuka
(surface mining) tentunya memerlukan perencanaan lereng yang optimal untuk ditambang, salah satunya dengan menggunakan metode geomekanik dan analisis kestabilan lereng. Analisis geomekanika terdiri dari data RMR dan SMR yang didapatkan dari perhitungan data bor serta uji laboratorium untuk mengetahui sifat fisik batuan (Sjoberg, 1997, dalam Swana, 2012). Lain halnya dengan analisis kestabilan lereng yang memerlukan model design lereng yang meliputi lebar, tinggi, kemiringan lereng, air tanah, strike dip, struktur geologi (baik itu berupa kekar, sesar, maupun lipatan) untuk mendapatkan suatu nilai keamanan lereng yang dinyatakan dengan FK. Data pemboran geoteknik dan uji laboratorium diberikan dari perusahaan yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam menghitung RMR dan SMR. Data RMR diperlukan untuk mengetahui kelas massa batuan yang didapatkan dari menjumlahkan bobot nilai dari masing – masing parameter RMR seperti Unconfined Compressive Strength (UCS), Rock Quality Designation (RQD), spacing of discontinuities, condition of discontinuities, groundwater condition, orientation of discontinuities
(Bieniawski, 1989). Nilai SMR didapatkan dari hasil pembobotan nilai RMR yang kemudian dijadikan acuan dalam pembobotan SMR sesuai parameter – parameter SMR (Romana, 1993). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model design lereng optimal yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penambangan berdasarkan nilai SMR. Untuk mencapai hal tersebut, dengan cara mengklasifikasikan massa
batuan sesuai kelasnya (RMR) dan untuk mengetahui sudut yang dibentuk dari massa batuan (SMR), kemudian dilakukan analisis kestabilan lereng dengan menggunakan metode kesetimbangan batas yang dibantu dengan
software Slide V.6.0 untuk mendapatkan nilai faktor keamanan lereng yang aman dan stabil pada kondisi nonstaurated, saturated, dan
saturated dengan seismic load dengan menggunakan 3 metode perhitungan yaitu bishop yang disederhanakan, janbu yang disederhanakan, dan spencer.
LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tambang terbuka yang terdapat di Daerah Batubesi Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Lokasi penelitian terletak pada Formasi Diorit Kuarsa Batubesi dengan litologi diorit yang berumur Kapur, Formasi Granodiorit Burungmandi dengan litologi granit yang berumur Kapur dan Formasi Kelapakampit dengan litologi batupasir dengan sisipan batulempung yang berumur Permo – Karbon (Baharuddin dan Sidarto, 1995) yang disajikan pada Gambar 1.
Pemilihan lokasi penelitian ditentukan oleh perusahaan sesuai daerah tambang yang memerlukan kajian geoteknik. Kajian geoteknik ini memperhatikan beberapa faktor – faktor kemantapan lereng seperti geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan (Karyono, 2004).
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ialah pengamatan lapangan untuk mengetahui kondisi daerah penelitian secara langsung dan pengumpulan data geomekanik dengan cara mengklasifikan data pemboran, yaitu :
1. Menurut Bieniawski (1989) mengatakan bahwa pembobotan nilai RMR berdasarkan parameter UCS, RQD, jarak diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, dan kondisi air tanah. Kemudian dilakukan penjumlahan dari keseluruhan parameter untuk mendapatkan nilai RMR dasar.
2. Nilai RMR terkoreksi diperlukan dalam penentuan kelas massa suatu batuan dengan cara menjumlahkan nilai bobot dari langkah pertama dan kedua.
3. Nilai SMR diperlukan untuk mengetahui seberapa besar sudut yang dapat dibuka dalam design lereng dengan cara mengambil parameter terkait yaitu orientasi diskontinuitas (strike dan dip serta slope).
4. Menurut Romana (1993) mengatakan bahwa nilai rata – rata SMR dan nilai SMR terkecil diasumsikan sudah mewakili dari semua nilai RMR yang ada sehingga dapat digunakan dalam pembuatan geometri lereng keseluruhan
(overall slope).
5. Analisis kestabilan lereng dengan menggunakan metode kesetimbangan batas yang dibantu dengan software Slide V.6.0. untuk mendapatkan nilai faktor keamanan lereng pada kondisi
nonsaturated, saturated tanpa pengaruh gempa, saturated dengan pengaruh koefisien gempa. Berdasarkan data kegempaan regional Belitung Timur yang memiliki nilai seismic load
horizontal sebesar 0,1 dan vertikal 0,05 (Puskim, 2014).
6. Dalam melakukan analisis perlu adanya suatu perbandingan nilai FK, sehingga dalam metode perhitungan kestabilan lereng pada lokasi penelitian menggunakan 3 metode perhitungan yaitu bishop yang disederhanakan, janbu yang disederhanakan dan spencer. 7. Model design lereng optimal dibuat
berdasarkan acuan dari nilai SMR dan modifikasi geometri lereng (lebar, tinggi, slope, inter-ramp, single slope, dan overall slope) agar di dapatkan Gambar 1. Peta geologi regional lokasi penelitian (Baharuddin dan Sidarto, 1995)
lereng yang aman dan stabil untuk ditambang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Klasifikasi RMR
Klasifikasi RMR (Rock Mass Rating)
merupakan suatu klasifikasi geomekanik dengan metode empiris dalam menentukan pembobotan dari massa batuan, yang digunakan untuk mengevaluasi ketahanan massa batuan sebagai salah satu cara untuk menentukan kemiringan lereng maksimum dengan memperhatikan 6 parameter yaitu Unconfined Compressive Strength (UCS), Rock Quality Designation(RQD), spacing of discontinuities, condition of discontinuities, groundwater condition, orientation of discontinuities
(Bieniawski, 1989, dalam Swana, 2012). Klasifikasi SMR
Untuk mendapatkan suatu gambaran geometri lereng dapat dihitung menggunakan rumus matematis dengan metode Slope Mass Rating
(Romana, 1993, dalam Swana, 2012) : SMR = RMR – (F1 X F2 X F3) + F4 Keterangan :
F1 = rata – rata strike dari joint dikurangi slope strike
F2 = rata – rata dip dari joint
F3 = rata – rata dip dari joint dikurangi sudut slope
F4 = ditentukan berdasarkan metode ekskavasi yang digunakan
Sifat Fisik dan Mekanik
Dalam membuat suatu design lereng dipengaruhi oleh sifat fisik batuan yang terdiri dari berat isi batuan ( ), kadar air dalam batuanϒ (w), kohesi batuan (c), dan sudut geser dalam (o)
(Swana, 2012). Sifat fisik batuan dapat diketahui dengan melakukan analisa laboratorium terhadap sampel batuan menggunakan uji sifat fisik (physical properties test) dan uji geser langsung (direct shear test).
Faktor Keamanan
Faktor keamanan dapat dinyatakan dengan FK yang memberikan gambaran nilai suatu lereng
dikategorikan kedalam 3 jenis seperti pada Tabel 1 (Bowles, 1989, dalam Zakaria, 2009) yaitu : Tabel 1. Hubungan nilai faktor kemanan lereng dan intensitas longsor (Bowles, 1989)
Nilai Faktor
keamanan Kejadian / Intensitas longsor
FK < 1,07 Longsor terjadi sering (lerenglabil) 1,07 < FK < 1,25 Longsor pernah terjadi (lerengKritis)
FK > 1,25 Longsor jarang terjadi (lerengrelatif stabil) Tabel 2. Hubungan antara nilai faktor kemanan dengan pergerakan tanah (Lubis, 2012,dalam Wijayanti,2015)
F Keterangan
<
1,2 Kerentanan tinggi, kemungkinan tinggi untukpergerakan tanah 1,2
-1,7
Kerentanan sedang, gerakan tanah bisa terjadi
1,7
- 2 Kerentanan rendah,gerakan tanah bisa terjadi > 2 Kerentanan rendah, gerakan tanah jarangatau gerakan tanah hampir tidak pernah
terjadi
Pada Tabel 2. Menjelaskan mengenai hubungan pergerkan tanah berdasarkan nilai FK yang sesuai dengan kondisi daerah penelitian yang berada pada tambang timah di perusahaan PT.Timah Tbk.
Sehingga untuk mendapatkan nilai FK yang aman dan stabil berdasarkan kedua tabel tersebut dengan membuat FK lebih dari 1,25. Untuk mengatasi gerakan tanah yang bisa terjadi kapanpun bisa menggunakan penguatan lereng berdasarkan klasifikasi SMR (Romana, 1985). Metode Kesetimbangan Batas dalam Software Slide V.6.0
Metode kesetimbangan batas (Limit equilibrium method) adalah suatu metode dalam kestabilan lereng yang dihitung menggunakan kesetimbangan gaya atau kesetimbangan momen, atau keduanya yang menghasilkan
output berupa nilai faktor keamanan yang dirumuskan (Eberhardt, 2005, dalam Swana, 2012) sebagai berikut :
Keterangan :
Resisting Force : Gaya Penahan Driving Force : Gaya Penggerak
Dalam penentuan faktor keamanan dengan metode ini, terdapat beberapa persamaan statis yang digunakan meliputi :
1. Penjumlahan gaya pada arah vertikal untuk setiap irisan yang digunakan dalam menghitung gaya normal pada bagian dasar irisan.
2. Penjumlahan gaya pada arah horizontal untuk setiap irisan yang digunakan dalam menghitung gaya normal irisan. 3. Penjumlahan momen untuk keseluruhan
irisan yang bertumpu pada satu titik. 4. Penjumlahan gaya pada arah horizontal
untuk seluruh irisan.
Salah satu software rockscience yang dapat digunakan dalam perhitungan dan pemodelan geoteknik adalah Slide V.6.0. yang sering digunakan para ahli geoteknik untuk memodelkan suatu lereng batuan pada kegiatan penambangan.
Geologi Teknik
Hasil uji geser langsung (direct shear test) pada sample batuan pada daerah penelitian diperoleh sifat fisik dan mekanik batuan seperti pada Tabel 2. Penulis membagi menjadi 4 bagian bahasan berdasarkan posisi titik bornya yaitu BT_01, BT_02, BT_03 dan BT_04. Posisi titik bor ini seperti yang digambarkan pada Gambar 2.
Tabel 2. Sifat mekanik batuan pada daerah penelitian
Lubang Bor LITOLOGI (kN/m3)ϒdry (kN/m3)ϒsat C (Kpa) ϕ
GT_01 Unconsolidated Material 19,32 21,77 54,00 21,15 Top Soil 19,52 21,97 74,00 22,31 Oxide Clay 20,00 22,36 75,00 22,32 Skarn 22,26 24,03 1003,33 36,92 GT_02 Greisen 18,53 21,28 34,75 18,78 Weathered Granite 18,63 21,28 45,00 19,97 Fresh Granite 22,46 25,60 4650,00 36,27 GT_03 Oxide Clay 19,91 22,06 86,80 20,53 Skarn 22,65 24,32 4230,00 38,93 GT_04 Greisen 18,83 21,48 55,00 19,98 Weathered Granite 23,63 26,67 - -Fresh Granite 22,95 26,09 4180,00 38,98
Geomekanik Batuan
BT_01
Nilai RMR yang diperoleh dari hasil pembobotan berkisar 12 – 78 yang termasuk ke dalam kelas massa batuan II dan V sebagai nilai RMR terkecil seperti yang digambarkan pada Gambar 3.
Nilai SMR berkisar antara 22 – 88 yang digambarkan pada Gambar 3 dan untuk model design lereng digunakan nilai rata – rata dan nilai SMR terkecil.
Semakin besar nilai lereng keseluruhan (overall slope) maka akan semakin kecil nilai Fk yang didapatkan (Swana, 2012) seperti pada Tabel 4. Berdasarkan hasil model design lereng pada section SE akan stabil jika menggunakan nilai
overall slope sebesar 31o yang digambarkan
pada Gambar 4.
Nilai overall slope didapatkan dari nilai rata – rata SMR. Akan tetapi, nilai FK nya kritis pada kondisi saturated + seismic load sehingga perlu dilakukannya penambahan dan pengurangan pada geometri lereng seperti pada Tabel 3.
BT_02
Gambar 4. Model design optimalization lereng dengan menggunakan metode bishop simplified, janbu simplified and spencer.
Tabel 4. Hasil analisis kestabilan lereng pada titik bor BT_01
Section NW Overall
Slope Bishop Simplified Faktor Keamanan (FK)Janbu Simplified Spencer
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load Rata - rata
SMR 56,45 1,366 1,301 1,123 1,36 1,297 1,099 1,361 1,295 1,138
SMR Terkecil 23 1,4 1,38 1,2 1,41 1,383 1,19 1,43 1,34 1,24
Optimalization 31 1,805 1,735 1,404 1,7 1,636 1,307 1,801 1,726 1,397
Tabel 3. Geometri lereng pada titik bor BT_01
Section SE Overall
Slope JumlahUndak an
Lebar Berm (m)
Single
Slope HeightBench (m)
Rata - rata SMR 57 13 2,175 81 5,213
SMR Terkecil 23 13 5 39 6,5
Nilai RMR pada BT_02 diperoleh dari hasil pembobotan berkisar antara 29 – 71 yang termasuk kedalam kelas massa batuan II dan IV sebagai nilai RMR terkecil yang digambarkan pada Gambar 5.
Nilai SMR berkisar antara 39 – 88 yang digambarkan pada Gambar 5 dan untuk model design lereng digunakan nilai rata – rata dan nilai SMR terkecil. Berdasarkan hasil model design lereng pada section NE akan stabil jika menggunakan nilai sudut overall slope sebesar 44o yang digambarkan pada Gambar 6.
Nilai overall slope ini tidak menggunakan nilai rata – rata SMR dikarenakan pada kondisi
saturated + seismic load FK nya berada pada zona kritis sehingga perlu dilakukannya penambahan dan pengurangan terhadap geometri lereng yang digunakan seperti pada Tabel 5.
Tabel 5 dan 6 memberikan gambaran bahwa semakin besar nilai sudut overall slope yang dibentuk maka semakin kecil nilai FK yang akan didapatkan (Swana, 2012).
Tabel 5. Geometri lereng pada titik bor BT_02
Section NW OverallSlope JumlahUndak an Lebar Berm (m) Single Slope Bench Height (m) Rata - rata SMR 58 8 2,917 84 5,155 SMR Terkecil 40 8 4,811 70 5,282 Optimalization 44 12 5,735 72 8,29
Gambar 5. Rekapitulasi data RMR dan SMR pada Section NE terhadap kedalaman Gambar 6. Model design optimalization lereng dengan menggunakan metode bishop
simplified, janbu simplified and spencer. Tabel 6. Hasil analisis kestabilan lereng pada titik bor BT_02
Section NW OverallSlope
Faktor Keamanan (FK)
Bishop Simplified Janbu Simplified Spencer
Non-saturated Saturated Saturated + Seismic Load Non-saturated Saturated Saturated + Seismic Load Non-saturated Saturated Saturated + Seismic Load Rata - rata SMR 58 0,889 0,852 0,735 0,879 0,843 0,716 0,893 0,856 0,753 SMR Terkecil 40 1,27 1,218 1,01 1,206 1,156 0,957 1,271 1,214 1,008 Optimalization 44 1,901 1,799 1,505 1,735 1,652 1,369 1,969 1,867 1,581
BT_03
Nilai RMR pada BT_03 diperoleh dari hasil pembobotan berkisar antara 11 – 58 yang termasuk kedalam kelas massa batuan III dan V sebagai nilai RMR terkecil yang digambarkan pada Gambar 7.
Nilai SMR berkisar antara 21 – 68 yang digambarkan pada Gambar 7 dan untuk model design lereng pada section SW akan stabil jika
menggunakan nilai sudut overall slope sebesar 19 o yang digambarkan pada Gambar 8.
Nilai overall slope ini tidak menggunakan nilai rata – rata sama halnya dengan BT_01 dan BT_02.
Tabel 7 dan 8 memberikan gambaran bahwa semakin besar nilai sudut overall slope yang dibentuk maka semakin kecil nilai FK yang akan didapatkan (Swana, 2012).
Gambar 8. Model design optimalization lereng dengan menggunakan metode bishop simplified, janbu simplified and spencer.
Tabel 7. Geometri lereng pada titik bor BT_03
Section NW Overall Slope Jumlah Undak an Lebar Berm (m) Single Slope Bench Height (m) Rata - rata SMR 58 18 2,732 83 5,102 SMR Terkecil 22 18 5,37 38 6,352 Optimalization 19 14 5,846 45 8,975 Tabel 8. Hasil analisis kestabilan lereng pada titik bor BT_03
Section NW Overall
Slope Bishop Simplified Faktor Keamanan (FK)Janbu Simplified Spencer
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load
Rata - rata
SMR 58 0,788 0,753 0,659 0,781 0,748 0,637 0,788 0,748 0,669 SMR Terkecil 22 1,914 1,848 1,424 1,778 1,727 1,324 1,908 1,844 1,423 Optimalization 19 2,374 2,283 1,714 2,236 2,154 1,609 2,37 2,279 1,713
BT_04
Nilai RMR pada BT_04 diperoleh dari pembobotan berkisar antara 32 – 75 yang termasuk kedalam kelas massa batuan II dan IV sebagai nilai RMR terkecil yang digambarkan pada Gambar 9.
Nilai SMR berkisar antara 42 – 85 yang digambarkan pada Gambar 9 dan untuk model design lereng pada section NW akan stabil jika
menggunakan nilai sudut overall slope sebesar 22o yang digambarkan pada Gambar 10.
Nilai overall slope tidak menggunakan nilai rata – rata SMR dikarenakan hasil perhitungan nilai FK nya tidak mencapai 1,25 sehingga dilakukan perubahan geometri lereng seperti pada Tabel 9 dan 10.
Tabel 9. Geometri lereng pada titik bor BT_04
Section NW OverallSlope JumlahUndak an Lebar Berm (m) Single Slope Bench Height (m) Rata - rata SMR 65 13 2,038 85 4,954 SMR Terkecil 41 13 4,895 75 4,714 Optimalization 22 13 11,683 43 15,917
Gambar 9. Rekapitulasi data RMR dan SMR pada Section NW terhadap kedalaman
Gambar 10. Model design optimalization lereng dengan menggunakan metode bishop
Tabel 10. Hasil analisis kestabilan lereng pada titik bor BT_04
Section NW Overa
ll Slope
Faktor Keamanan (FK)
Bishop Simplified Janbu Simplified Spencer
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load
Non-saturated Saturated Saturated+ Seismic Load
Rata - rata SMR 65 0,688 0,652 0,576 0,733 0,697 0,586 0,734 0,695 0,588 SMR Terkecil 41 0,702 0,678 0,551 0,719 0,693 0,547 0,719 0,696 0,548 Optimalization 22 1,93 1,795 1,359 1,879 1,75 1,323 1,98 1,795 1,43
KESIMPULAN
(CONCLUSION)Dari analisis stabilitas kemiringan dengan mengggunakan Slide V.6.0 dapat disimpulkan bahwa nilai SMR terkecil tidak memberikan kepastian bahwa lerengnya akan stabil. Pada lereng NW – SE pada titik bor BT_01 dan pada lereng dengan bagian SW – NE pada BT_03 umumnya stabil dengan nilai SMR. Tapi tidak seperti lereng di NW – SE pada BT_04 dan SW – NE pada BT_02 kemiringannya tidak stabil dengan menggunakan nilai SMR. Untuk mengatasinya hal tersebut, maka perlu untuk dilakukannya optimalisasi lereng dengan mengubah lebar, tinggi, dan sudut kemiringan sehingga akan mendapatkan nilai FK yang stabil pada kondisi unsaturated, saturated dan saturated + seismic load.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penelitian ini khususnya kepada PT. Timah TBK, yang telah memberikan memberikan izin untuk melakukan penelitian tugas akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin dan Sidarto, 1995. Laporan Geologi Lembar Belitung, Sumatera, Skala 1 : 250000.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Bieniawski, Z. T., 1989. Enginering Rock Mass Classifications. John Wiley & Sons, New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore: s.n. Bowles, J. E. 1989. Sifat – sifat fisik dan Geoteknis Tanah, Jakarta : Erlangga.
Eberhardt, E. 2005. Geotechnical Engineering Practice & Design : Lecture : Limit Equilibrium, EOSC.
Karyono. 2004. Diktat Perencanaan Tambang Terbuka, Bandung : Universitas Islam Bandung. Puskim. 2014. Peta Zonasi Gempa. Retrieved from PUSAT LITBANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Badan penelitian dan pengembangan Kementrian pekerjaan umum dan perumahan rakyat : http://puskim.pu.go.id/peta-zonasi-gempa/
Romana, M. R., 1993. A Geomechanical Classification for Slopes : Slope Mass Rating.
Spain : Universidad Politecnica Valencia.
Swana, G. W., Muslim, D and Sophian, I. 2012.
Desain Lereng Final dengan Metode RMR, SMR, dan Analisis Kestabilan Lereng : Pada Tambang Batubara Terbuka, di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Buletin Sumber Daya Geologi, vol. 7, no.2., pp. 92 – 108.
Sjoberg. 1997. Estimating Rock Mass Strength Using the Hoek – Brown Failure Criterion and Rock Mass Classification. Sweden : Lulea University of Technology Division of Rock Mechanics.
Wijayanti, Kemala., dkk. 2015. The analysis of the slope stability design on pemali, North Bangka, Bangka Belitung islands, indonesia. Asian Regional Conference of IAEG. Pp. 1 - 4. Zakaria, Z. 2009. Diktat kuliah Analisis Kestabilan Lereng Tanah, Bandung : Universitas Padjajaran.