• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 2 (2014) Copyright 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 2 (2014) Copyright 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 2 (2014)

http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja © Copyright 2014

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

SAMARINDA NOMOR 66/PDT.G/2007/PN.SMDA MENGENAI

SENGKETA TANAH HAK PAKAI

(HJ. SALMAH SETIA, B.SC MELAWAN TN. AMAT)

Melani Kristina Pasaribu1 (melani.kristina@yahoo.co.id) La Sina2 (lasina@fhunmul.ac.id) Hairan3 (harbrot@yahoo.co.id) Abstrak

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah putusan yang dikeluarkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri yaitu Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 66/Pdt.G/2007/PN.Smda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis yuridis terhadap Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 66/Pdt.G/2007/PN.Smda mengenai sengketa tanah hak pakai serta memberikan preskripsi kepada Hakim dalam memberikan pertimbangan serta memutus perkara ini dan juga untuk menganalisis kedudukan hukum hak atas tanah yang belum terdaftar yang penguasaannya dimiliki oleh Tn. Amat. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Samarinda dengan metode penelitian normatif. Pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan kasus (case approach). Sumber bahan hukum yang akan diambil dalam penelitian ini berupa sumber bahan hukum primer dan sumber bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan melakukan studi dokumentasi (documentation research) dan melakukan studi kepustakaan (bibliography research). Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah bahwa Majelis Hakim dalam memutus perkara tanah hak pakai ini, tidak mempertimbangkan fakta-fakta yang muncul dalam persidangan serta Majelis Hakim tidak tegas mengambil tindakan dalam hal eksekusi tanah yang seharusnya dikembalikan kepada Negara menjadi tanah Negara. Penulis juga menemukan bahwa tanah yang penguasaannya dimiliki oleh Tn. Amat tidak memiliki kedudukan hukum sama sekali, karena Tn. Amat dalam proses mendapatkan tanah tersebut membelinya dari pihak yang bukan pemiliknya, serta telah terbukti bersalah oleh Hakim yang dibuktikan oleh Putusan Pengadilan Hakim Pidana.

Kata Kunci : Putusan Pengadilan, Tanah Hak Pakai, Tanah Negara

1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2

Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3

(2)

Pendahuluan

Perkara tanah hak pakai ini timbul akibat adanya gugatan yang diajukan oleh pemilik tanah Hak Pakai, yakni Hj. Salmah Setia, B.Sc kepada Tn. Amat yang secara melawan hukum telah menduduki dan mengakui tanah hak paka tersebut sebagai miliknya. Atas gugatan yang diajukan ke Pengadilan Negeri Samarinda tersebut telah diputus oleh Pengadilan Negeri Samarinda melalui Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 66/Pdt.G/2007/PM.Smda yang isinya menolak gugatan pihak penggugat. Dan telahdiajukan banding, serta putus pada tanggal 4 September tahun 2008 melalui Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 45/Pdt.G/2008/PT.Smda yang isinya tidak menerima banding pihak Pembanding. Oleh karena tidak adanya upaya hukum lainnya yang dilakukan baik oleh pihak penggugat maupun pihak tergugat, maka Putusan Pengadilan Tinggi Nomor 45/Pdt.G/2008/PT.Smda telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. Dalam putusan tersebut akan dianalisis secara kritis mengenai pertimbangan hukum yang diberikan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Samarinda dalam putusan Nomor 66/Pdt.G/2007/PN.Smda mengenai perkara tanah hak pakai antara Hj. Salmiah melawan Tn. Amat.

Pembahasan

A. Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor: 66/Pdt.G/2007/PN.Smda Mengenai Sengketa Tanah Hak Pakai Antara Hj. Salmah Setia, B.Sc Melawan Tn. Amat

Penegakan hukum ditujukan untuk mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang memuat keadilan dan kebenaran, sehingga pada hakikatnya penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas dari penegak

(3)

hukum saja, akan tetapi menjadi tugas setiap orang. Menurut Soerjono Soekanto terdapat lima faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu :

1. Faktor hukumnya sendiri;

2. Faktor penegak hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang

menerapkan hukum;

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.4

Dari kelima faktor penegakan hukum ini berkaitan dengan Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 66/Pdt.G/2007/PN.Smda menyangkut sengketa tanah hak pakai antara Hj. Salmah Setia, B.Sc melawan Tn. Amat mengenai penegak hukumnya. Penegak hukum yang dimaksud dalam hal ini adalah Hakim, sebagai penegak hukum yang memutus perkara tersebut. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dijelaskan “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.” Melalui pasal ini jelas bahwa hakim dalam memutus suatu perkara yang ia tangani wajib menggali, mengikuti serta memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hal ini ditujukan agar setiap putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.

4Soerjono Soekanto, Loc.Cit

(4)

Menjadi kajian utama/pokok dalam penelitian ini adalah terletak pada pertimbangan hukum dari Hakim yang memutus perkara ini dikarenakan pertimbangan hukum yang diberikan oleh Hakim ini berimplikasi pada amar putusan yang dijatuhkan sanksinya oleh Hakim. Pertimbangan hukum ini sangat penting untuk dijadikan bahan kajian mengingat bahwa pertimbangan hukum dijadikan sebagai pendapat Hakim yang bermuatan filosofi, sosiologis dan yuridis. Hanya saja dalam pertimbangan Hakim atas perkara Hj. Salmah Setia, B.Sc melawan Tn. Amat ini merupakan perbuatan perdata murni. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Samarinda yang memeriksa, mengadili, dan memutus dalam perkara tersebut telah mengeluarkan putusan sebagaimana dibacakan pada tanggal 20 Pebruari 2008 yang menyatakan bahwa gugatan Penggugat (Hj. Salmah Setia, B.Sc) ditolak untuk seluruhnya dengan Verstek.

Sesuai dengan fakta persidangan, pihak Penggugat yakni Hj. Salmah Setia, B.Sc telah mengajukan surat-surat bukti yang menguatkan dalil gugatannya. Diantaranya pihak Penggugat mengajukan alat bukti berupa Sertipikat Hak Pakai Nomor 187 yang terbit pada tanggal 10 Pebruari 1982 atas nama Salmah Setia, B.Sc dari Kantor Agraria Kotamadya Samarinda. Berdasarkan pertimbangan hukum oleh Hakim pada alinea ke 5 halaman 10 Majelis Hakim menyatakan bahwa sesuai surat bukti P1 serta keterangan saksi yang diajukan Penggugat, terbukti benar bahwa Hj. Salmah Setia, B.Sc merupakan pemilik dari tanah terperkara. Akan tetapi dalam pertimbangan hukum oleh Hakim pada alinea ke 1 halaman 12 Majelis Hakim berpendapat Penggugat tidak dapat membuktikan dalil pokok gugatannya tentang

(5)

kepemilikan tanah terperkara tersebut karena telah habis masa berlakunya dan harus dikembalikan kepada Negara. Terhadap perkara antara Hj. Salmah Setia, B.Sc dengan Tn. Amat dimana Hj. Salmah Setia, B.Sc memperoleh tanah tersebut dengan status tanah Hak Pakai. Hak Pakai yang dimiliki oleh Hj. Salmah Setia yang dibukukan dengan sertipikat Hak Pakai Nomor 187 yang diterbitkan pada tanggal 10 Pebruari 1982. Bahwa dengan terbitnya sertipikat Hak Pakai pada tanggal 10 Pebruari 1982 tersebut didasarkan pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Dasar-Dasar Pokok Agraria, tepatnya pada Pasal 41 sampai dengan Pasal 43. Di dalam UUPA tidak diatur mengenai jangka waktu Hak Pakai, karena ketentuan lebih lanjut mengenai Hak Pakai diatur dalam Peraturan Pemerintah pelaksana dari UUPA ini yakni dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tetang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai.

Mengenai jangka waktu Hak Pakai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai diatur dalam Pasal 45 ayat (1) yang berbunyi “Hak Pakai sebagaimana diatur dalam Pasal 42 diberikan untuk jangka waktu paling lama dua puluh lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu.” Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 45 ayat (1) tersebut jelas bahwa Hak Pakai diterbitkan kepada seseorang dalam jangka waktu paling lama 25 Tahun dan dapat diperpanjang dalam masa untuk yang tidak ditentukan. Terhadap sertipikat Hak Pakai atas nama Salmah Setia, B.Sc yang diterbitkan pada tanggal 10

(6)

Pebruari 1982 yang menetapkan dalam sertipikat hanya selama 10 Tahun. Namun dari apa yang tercatat dalam buku tanah pada sertipikat Hak Pakai itu menyebutkan tepatnya berakhirnya Hak Pakai yakni pada tanggal 1 Pebruari 1988 atau bila dihitung secara rinci tidak sampai 10 tahun atau tepatnya hanya 6 tahun kurang dari 9 hari. Disini telah terjadi ketidaksinkronan antara penyebutan jangka waktu selama 10 tahun dengan menyebutkan tanggal berakhirnya Hak Pakai tersebut.

Mengenai jangka waktu berlakunya Hak Pakai ini, dalam UUPA tidak ada mengatur mengenai jangka waktu berakhirnya Hak Pakai. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang mengatur lebih rinci mengenai jangka waktu berakhirnya Hak Pakai tidak dapat diberlakukan pada sertipikat Hak Pakai ini, karena hukum di Indonesia tidak dapat berlaku surut. Selanjutnya terkait dengan pertimbangan hakim dan amar putusan hakim mengenai alat bukti berupa sertipikat Hak Pakai (P1) yang telah berakhir masa berlakunya dapatlah penulis terima secara logika hukum. Seharusnya Hj. Salmah Setia, B.Sc mengajukan permohonan perpanjangan Hak Pakai paling lambat pada 10 Pebruari 1986 sebagaimana ditentukan berakhirnya Hak Pakai itu dalam sertipikat Hak Pakai yaitu pada tanggal 1 Pebruari 1988. Kenyataannya, Hj. Salmah Setia, B.Sc dalam persidangan perdata itu terbukti baru mengajukan permohonan perpanjangan Hak Pakai pada tahun 2004. Disini Majelis Hakim dengan berdasarkan pada dalil-dalil yang dipergunakan dalam Putusan tersebut dapatlah diterima secara yuridis oleh Penulis.

(7)

Berikutnya yang sangat penting terhadap Putusan Pengadilan Negeri Nomor 66/Pdt.G/2007/PN.Smda adalah dalam pertimbangan Majelis Hakim tidak menjadikan putusan hakim pidana atas objek yang sama. Padahal dalam Putusan Mahkamah Agung (MA) tanggal 27-11-1975 Nomor 199 K/Sip /1973. Putusan Pengadilan berbunyi “Suatu putusan Hakim Pidana mempunyai kekuatan bukti yang sempurna dalam perkara perdata, baik terhadap orang yang dihukum pada putusan Hakim Pidana maupun terhadap pihak ketiga, dengan membolehkan adanya pembuktian perlawanan.” Seharusnya, dalam perkara perdata ini, Hakim menjadikan Putusan Pidana sebagai alat bukti yang sempurna, bukan malah mengesampingkan bahwa tidak mengakui putusan pidana sebagai alat pembuktian dalam persidangan, hanya karena Penggugat tidak dapat membuktikan dalil gugatannya.

B. Kedudukan Hukum Hak Atas Tanah Belum Terdaftar Yang Penguasaannya Oleh Tn. Amat

1. Pembuktian Hukum Terhadap Tanah Tidak Bersertipikat

Hak milik, seperti juga tanah hak lainnya seperti Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai (HP), Hak Sewa dan lain-lain wajib didaftarkan oleh pemiliknya ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota/Kabupaten. Untuk tanah hak milik dan tanah hak lainnya yang didaftarkan demikian, maka wajib oleh Badan Pertanahan Nasional

(BPN) Kota/Kabupaten untuk menerbitkan sertipikat haknya.

Pelaksanaan pendaftaran tanah oleh pemiliknya ditujukan untuk menjamin kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah, status tanah tersebut, serta subjek pemilik hakatas tanah tersebut. Pelaksanaan

(8)

pendaftaran tanah ini diwajibkan untuk dilaksanakan sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Dalam Pasal 19 ayat 1 UUPA dijelaskan “Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.” Mengenai petunjuk teknisnya, pendaftaran tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah. Meskipun telah mendapatkan pengakuan dalam UUPA, sertipikat hak atas tanah belum menjamin kepastian pemilikannya karena dalam perundang-undangan memberi peluang kepada pihak lain yang merasa memiliki tanah dapat menggugat pihak yang namanya tercantum dalam sertipikat secara keperdataan, baik ke peradilan umum atau menggugat Kepala Badan Pertanahan Nasional ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Adanya gugatan ke pengadilan umum atau Pengadilan Tata Usaha Negara dikarenakan sertipikat memiliki dua sisi, yaitu sisi keperdataan dan sisi yang merupakan bentuk keputusan yang bersifat penetapan (beschiking) yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pertanahan sebagai Pejabat Tata Usaha Negara. Ketentuan hukum yang diatur dalam Pasal 23 dan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah menunjukkan adanya konstruksi hukum yang mensyaratkan adanya alat bukti tertentu yang dapat dijadikan alas hak yang dapat dipergunakan bagi seseorang

(9)

atau badan hukum dapat menuntut kepada Negara adanya keberadaan hak atas tanah yang dipegang atau dimiliki. Secara hukum dengan berpegang pada alat bukti ini maka merupakan landasan yuridis guna dapat dipergunakan untuk melegalisasi asetnya untuk dapat diterbitkan sertipikat tanda bukti sekaligus alat bukti kepemilikan hak atas tanah. 2. Alas Hak Untuk Permasalahan Hak Milik Yang Tidak Dimiliki

Oleh Tn. Amat

Tn. Amat yang merupakan tergugat atas perkara tanah hak pakai Nomor Perkara 66/Pdt.G/2007/PN.Smda adalah pihak yang dengan tanpa sepengetahuan dan tanpa seizin Penggugat menguasai, menduduki, serta mengakui tanah di Jalan Grilya Gang Keluarga RT 100 Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kecamatan Samarinda Utara yang merupakan milik Hj. Salmah Setia, B.Sc yang dibuktikan dengan Sertipikat Hak Pakai Nomor 187 tanggal 10 Pebruari 1982 sebagai miliknya secara melawan hukum. Tn. Amat menguasai, menduduki, serta mengakui tanah terperkara ini sebagai miliknya, serta mendirikan sebuah bangunan di atas tanah tersebut. Dasar Tn. Amat menduduki tanah terperkara tersebut adalah karena Tn. Amat merasa telah membeli tanah tersebut dari pihak lain, yakni Ny. Norhamisah Binti Indramansyah dan Tn. Samsudin Bin Krani.

Ny. Norhamsiah Binti Indramansyah dan Tn. Samsudin Bin Krani adalah pihak yang dengan melawan hukum menjual tanah yang bukan merupakan miliknya kepada Tn. Amat. Hal ini dibuktikan dengan

(10)

Putusan Pengadilan Negeri Nomor 196/Pid/B/2007/PN Smd tanggal 23 April 2007 atas nama Terdakwa Samsudin Bin Krani dan Putusan Pengadilan Negeri Nomor 196/Pid/B/2007/PN Smd tanggal 23 April 2007 atas nama Terdakwa Norhamisah Binti Indramansyah dengan vonis masing-masing selama 2 bulan masa kurungan/penjara. Kasus tindak pidana penipuan ini merupakan delik aduan yang diadukan oleh Hj. Salmah Setia, B.Sc yang merasa dirugikan atas tindakan penipuan yang dilakukan oleh Ny. Norhamsiah Binti Indramansyah dan Tn. Samsudin Bin Krani atas tanah hak pakai miliknya. Tn. Amat tidak memiliki alas hak sama sekali atas tanah yang didudukinya dan diakuinya sebagai miliknya tersebut. Hal ini terbukti selama persidangan Tn. Amat tidak pernah hadir sama sekali hingga pada saat pembacaan putusan, sehingga Tn. Amat tidak dapat membuktikan bukti kepemilikan atas tanah terperkara tersebut. Terlebih, Tn. Amat membeli tanah terperkara tersebut dari pihak yang bukan merupakan pemilik atas tanah tersebut. Jadi, Tn. Amat tidak memiliki alas hak sama sekali atas tanah terperkara tersebut yang terletak di Jalan Grilya Gang Keluarga RT 100 Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kecamatan Samarinda Utara.

(11)

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian Penulis, Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan perkara perdata tersebut tidak mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang muncul dalam persidangan seperti pihak tergugat, yakni Tn. Amat yang tidak pernah hadir dalam semua agenda persidangan walaupun telah dipanggil secara patut, sehingga gugatan oleh penggugat diperiksa dan diputus secara

verstek, Majelis Hakim dalam pertimbangannya tidak mempertimbangkan alat bukti P5 dan P6 yang merupakan Putusan Pengadilan Hakim Pidana, yang dalam Putusan Mahkamah Agung (MA) tanggal 27-11-1975 Nomor 199 K/Sip /1973 menyebutkan bahwa Putusan Hakim Pidana memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna dalam perkara di pengadilan perdata. Seharusnya, Majelis Hakim mempertimbangkan Putusan Hakim Pidana mengenai objek yang sama, yakni tanah hak pakai di Jalan Grilya Gang Keluarga RT 100 Kelurahan Sungai Pinang Dalam Kecamatan Samarinda Utara, bukannya malah tidak mempertimbangkan bukti P5 dan P6 tersebut hanya karena Penggugat tidak dapat membuktikan dalil pokok gugatannya, karena P1 yang merupakan sertipikat Hak Pakai telah habis masa berlakunya. Dalam Putusan ini juga Majelis Hakim tidak memasukkan perintah eksekusi atas tanah terperkara ini, dan hingga saat ini masih berada di bawah penguasaan oleh pihak Tergugat, yakni Tn. Amat, padahal dalam pertimbangan putusannya Majelis Hakim menegaskan bahwa tanah terperkara harus dikembalikan kepada Negara dan menjadi tanah Negara. Seharusnya dalam putusan ini Majelis Hakim harus menerangkan secara tegas mengenai status tanah terperkara tersebut serta cara eksekusi tanah tersebut untuk menjadi tanah

(12)

Negara. Sehingga tanah terperkara tersebut tidak lagi berada dibawah penguasaan Tergugat walaupun putusan telah dijatuhkan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis, Tn. Amat dalam menduduki tanah terperkara tersebut tidak memiliki alas hak sama sekali. Tn. Amat membeli tanah tersebut dari pihak yang bukan pemiliknya dan sudah dijatuhi hukuman pidana oleh Pengadilan Negeri. Dengan demikian, maka Tn. Amat tidak memiliki alas hak sama sekali, karena selain membeli tanah dari pihak yang telah dipidana, Tn. Amat tidak memiliki alas hak sama sekali atas tanah terperkara tersebut. Sehingga hak atas tanah yang diduduki oleh Tn. Amat tidak memiliki kedudukan hukum sama sekali. Berarti asal-usul kepemilikan tidak dapat dibuktikan secara hak, walaupun Tn. Amat sudah menempati tanah tersebut melebihi jangka waktu yang ditentukan perundang-undangan untuk menjadi hak milik. Karena pihak penjual terbukti bersalah menjual tanah yang bukan miliknya.

Adapun saran yang dapat penulis berikan berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab IV adalah Majelis Hakim Pengadilan Negeri Samarinda dalam memutus perkara perdata harus benar-benar memperhatikan fakta-fakta hukum yang muncul dalam persidangan, dan tidak mengesampingkan bahkan tidak mengakui alat-alat bukti yang diajukan dalam proses pembuktian dalam persidangan, meskipun ada yurisprudensi yang telah mengaturnya, sehingga kedepannya dalam memutus suatu perkara perdata dapat mencapai suatu putusan yang adil, memiliki kepastian hukum, serta kemanfaatan hukum. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Samarinda dalam memutus perkara perdata harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta

(13)

yurisprudensi yang ada dengan seksama, sehingga kedepannya putusan yang dikeluarkan oleh Majelis Hakim dapat mencapai suatu putusan yang adil, memiliki kepastian hukum, serta kemanfaatan hukum. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Samarinda dalam memutus perkara perdata seharusnya juga mencantumkan perintah eksekusi atas objek yang diperkarakan sehingga melalui putusan yang dikeluarkannya memiliki kepastian hukum terhadap objek yang diperkarakan.

Daftar Pustaka A. Literatur

A.P. Parlindungan. 1993. Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria.

Bandung: Mandar Maju.

Bachsan Mustofa. 1988. Hukum Agraria Dalam Perspektif. Bandung: Remadja Karya.

Bambang Sunggono. 2010. Metodologi Penelitian Hukum.Jakarta :PT

RajaGrafindo Persada.

Boedi Harsono. 2003.Hukum Agraria Indonesia.Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,Jilid 1 Hukum Tanah.

Jakarta: Djambatan.

Effendi Perangin.1990.Praktek Pengurusan Sertifikat Hak Atas Tanah, Edisi Pertama, Cetakan Kedua.Jakarta : Rajawali.

Hans Kelsen. 2011.Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Cetakan Ketujuh.

Nusa Media : Bandung.

Herman Hermit. 2009.Cara Memperoleh Sertifikat Tanah. Tanah Hak Milik, Tanah Negara Tanah Pemda, dan Balik Nama, Teori dan Praktek Pendaftaran Tanah di Indonesia, Cetakan Kedua.Bandung: CV. Mandar Maju.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua.Jakarta: Balai Pustaka. M. Yahya Harahap. 2009. Hukum Acara Perdata. Jakarta :Sinar Grafika.

Peter Mahmud Marzuki.2010. Penelitian Hukum, Edisi Pertama, Cetakan

Keenam.Jakarta : Kencana.

Ridwan, HR. 2003.Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta : UII Press.

Soerjono Soekanto. 1993.Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta

: Rajawali Pers.

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. 2010.Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: PT RajaGrafindo.

Soedikno Mertokusumo. 1988.Hukum dan Politik Agraria. Jakarta : Karunika. .1993.Hukum Acara Perdata Indonesia.Yogyakarta :

(14)

Supriadi. 2012. Hukum Agraria, Edisi Pertama, Cetakan Kelima.Jakarta: Sinar Grafika.

Titik Triwulan Tutik. 2010.Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia,

Cetakan Pertama.Jakarta :Prestasi Pustaka Raya.

Urip Santoso.2010. Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Edisi Pertama, Cetakan Keenam.Jakarta : Kencana.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945.

Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (Herziene Inlandsch Reglement).

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 104, tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2043).

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah (Lembaran Negara RI Tahun 1996 Nomor 58, tambahan Lembaran Negara Nomor 3643).

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 59, tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3696).

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966 Tentang Pendaftaran Hak Pakai dan Hak Pengelolaan.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

C. Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 66/Pdt.G/2007/PN.Smda. Putusan Pengadilan Tinggi Samarinda Nomor 45/PDT/2008/PT.Smda.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4 Hasil analisis SEM terhadap sampel gerabah dari situs Gua Delubang Pengujian SEM dan XRF, hasil memberi gambaran mengenai bahan material pada gerabah yang akan dianalisis

Rancangan 7 (Sambungan wall tank secara horizontal dengan reinforcement ‘U’ bending dipasang dengan posisi horizontal) merupakan rancangan dengan tingkat keputusan paling

dengan menyuntikkan sel darah merah berlabel dan, setelah terjadi pencampuran, mengukur sel darah merah yang berlabel, Label yang sering digunakan adalah “Cr”, suatu isotop

* Jika kadar K+ serum > 2,4 mEq/L dan tidak ada kelainan EKG, K+ bisa diberikan dengan kecepatan 0 sampai 20 mEq/jam dengan pemberian maksimum 200 mEq per hari. Dosis tidak

Data yang digunakan pada contoh ini merupakan data lamanya akses internet siswa- siswi kelas 2 dan 3 MAN Unggul Tenggarong menurut jurusan kelas, prestasi

Begitu juga dengan penerapan segmentasi pasar, para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) belum memetahkan pasar berdasarkan geografi, kebanyakan para pelaku

Dari hasil implementasi dan pengujian sistem pemasaran berbasis web pada developer properti Tridjaya Kartika Property, yang meliputi user guest, registered guest,

Model eksponen dalam rumus (2.12) sering pula disebut model pertumbuhan karena sering banyak digunakan dalam menganalisis data sebagai hasil pengamatan mengenai fenomena yang