• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori

1. Konsep Panahan a. Sejarah Olahraga Panahan

Olahraga panahan merupakan salah satu olahraga tertua di dunia, namun demikian tidak ada seorang pun mengetahui secara pasti kapan busur dan anak panah ditemukan. Sejak zaman prasejarah, kedua alat ini sudah digunakan untuk berburu dan melindungi diri dari. Sejarah membuktikan penggunaan busur dan anak panah dapat dilihat peninggalannya pada zaman prasejarah manusia, diperkirakan sekitar 50.000 tahun yang lalu.

Di Indonesia dikekenal beberapa jenis panahan yang diperlombakan, antara lain: (a) Ronde FITA (Federation Internationale de Tir a I'arc), (b) Ronde Perpani (sekarang dikenal dengan ronde Nasional), dan (c) Ronde Tradisional. Perkembangan panahan di Indonesia di mulai sejak Pekan Olahraga Nasional I tahun 1948, sedangkan wadah cabang olahraga panahan Indonesia baru terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta (berdasarkan Anggaran Dasar Persatuan Panahan Indonesia, Bab I UMUM, Pasal 1.1) atas prakarsa dari Sri Paku Alam VIII. Kejuaraan Nasional Panahan pertama diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1959 di Surabaya. Ketua Umum Perpani yang pertama yaitu Sri Paku Alam VIII dari 1953 s.d 1977. Dengan terbentuknya Induk Organisasi Panahan Indonesia, maka untuk selanjutnya Perpani secara resmi menjadi anggota FITA

(2)

yaitu Organisasi Panahan Internasional pada tahun 1959, pada kongresnya di Olso, Norwegia.

Melihat sejarah prestasi olahraga panahan di Indonesia yang sangat membanggakan, bahkan tidak jarang pemanah-pemanah indonesia berjaya pada event-event Internasional sperti Sea Games dan Asian games bahkan puncak prestasi olahraga panahan adalah ketika Kusuma Wardhani, Lilies Handayani, dan Nurfitriyana Saiman berhasil memperoleh mendali perak dalam ajang Olimpiade Seoul 1988. Kejayaan olahraga panahan tidak lagi sebagus tahun 1988 prestasi yang terus menurun dari tahun ketahun ini dikarenakan kurangnya pembinaan yang seharusnya dilakuakan oleh seluruh Pengurus Pusat (PP), Pengurus Daerah (Pengda) dan Pengurus Cabang (Pengcab). Sehingga nantinya menghasilkan atlet panahan yang dapat berprestasi.

b.Pengertian Olahraga Panahan

Olahraga panahan dikatakan sebagai suatu kegiatan menggunakan busur panah untuk menembakkan anak panah menuju sasaran. Dalam olahraga panahan ketepatan sasaran adalah tujuan akhir dari memanah karena menembak anak panah kepermukaan sasaran (target face) setepat mungkin, untuk mencapai ketepatan yang maksimum maka salah satu faktor dasar yang diperlukan dalam gerakan memanah adalah keajegan (consistency) yang harus dilakukan secara terus menerus selama latihan dan selama berlangsungnya kompetisi. Kemudian, ditinjau dari segi belajar motorik (motor learning) panahan merupakan bagian dari keterampilan tertutup yaitu suatu keterampilan yang stimulusnya tidak dapat berubah.

(3)

Dalam cabang olahraga panahan selain membutuhkan kondisi fisik yang prima seorang pemanah harus menguasai teknik dasar memanah yang baik dan benar agar dapat mencapai prestasi optimal. Seorang pemanah dikatakan memiliki kondisi fisik yang prima, apabila ia memiliki daya tahan serta kekuatan otot yang dipergunakan langsung dalam memanah. Apabila seorang pemanah tidak memenuhi ketentuan tersebut akan mengalami kegagalan dalam memberikan tenaga yang memadahi ke panah akan menghasilkan tembakan yang lemah dan panah tidak dapat melaju sampai jauh menuju sasaran secara tepat. Menurut Seidel, at al (1975:90) panahan adalah suatu aktivitas yang memerlukan tenaga yang memadai untuk ditransfer dari busur ke panah supaya menggerakkan panah ke sasaran yang dituju. Jika busur direntang, maka akan menghasilkan potensi energi. Pada saat pelepasan potensi energi diubah menjadi energy kinetik, maka energy tersebut diberikan ke panah.

Dalam olahraga panahan skill khusus sangat dibutuhkan, baik ketepatan, koordinasi maupun melatih mental dan meningkatkan kondisi jasmani secara prima. Pada olahraga panahan sangat menuntut konsentrasi tinggi dan latihan berulang untuk memperkuat reflek dan teknik memanah. Mempertahankan sikap yang memerlukan kekuatan otot pada waktu menarik, membidik dan melepaskan panah, ditambah dengan perhitungan arah bagi jalannya panah, setepat mungkin sangat diperlukan pada olahraga ini. Berdasarkan sikap seperti itu, maka panahan termasuk dalam bentuk kelompok keterampilan yang memerlukan otot-otot untuk sikap memanah dan mengarahkan panahnya ke sasaran.

(4)

Perlu diketahui bahwa otot-otot lengan yang bekerja dalam olahraga panahan terdiri dari tiga bagian yaitu otot lengan bagian atas, otot lengan bagian bawah dan otot–otot tangan. Sedangkan otot-otot yang bekerja dominan adalah otot lengan seperti otot tricep brachii, deltoids dan otot bicep brachii. Otot-otot yang disebutkan dijelaskan sebagai berikut :

1) Otot lengan bagian atas

a) otot-otot ventralis disebut otot bagian atas (fleksi) b) otot-otot dorsalis atau kedang (ekstensi)

 M. deltoids

 M. bicep brachii

 M. tricep brachii 2) Otot lengan bagian bawah

 Otot-otot ventralis

 Otot-otot radialis

 Otot-otot Dorsalis 3) Otot tangan

a) Otot-otot tenar/ ibu jari/ bagian Lateral

 M. abduktor pollisis bervis

 M. opponeus pollisis

 M. flexor pollisis

 M. abduktor pillisis

b) Otot-otot hipotenar/ kelingking/ bagian medial

 M. palmoris brevis

 M. abductor digiti quinti

 M. flexor digiti quinti

(5)

c) Otot-otot bagaian dalam lengan/ bagian tengah

 M. lumbrikales

 M. interossesi dorsalis

 M. interossesi volaris

(http://orkesnews.blogspot.com/2012/06/cabang-olah-raga-panah.html)

Olahraga panahan yang dikenal di Indonesia terbagi menjadi tiga nomor, berdasarkan jenis busur yang digunakan. Ini merupakan akomodasi dari peraturan yang dikeluarkan oleh FITA terhadap kondisi Indonesia. Ketiganya mewakili jenis busur yang banyak terdapat di Indonesia saat ini, nomor-nomor yang ada di Indonesia saat ini ialah a) nomor tradisional, b) nomor nasional, dan c) nomor internasional,busur terbuat dari bahan sintetis.

Untuk peraturan dan ketentuan yang berlaku pada pertandingan panahan pada dasarnya mengacu pada peraturan Constitutional and Rules FITA (FITA, 2008 : 128). Adapun nomor-nomor yang dipertandingkan diantaranya sebagai berikut :

1) Ronde FITA Recurve dapat dilaksanakan dengan cara ronde tunggal, ronde ganda, ronde versi olympicdan ronde versi Olympicberegu.

2) Ronde FITA Recurvetunggal terdiri dari 36 anak panah yang ditembakkan ke setiap jarak berikut ini secara berurutan untuk Putra: 90m, 70m, 50m, 30m, dan Putri: 70m, 60m, 50m, 30m.

3) Ronde FITA Recurve ganda, terdiri dari dua sesi pertandingan pada jarak 70m.

4) Ronde Nasional dapat dilaksanakan dengan cara ronde tunggal, ronde versi

(6)

5) Ronde Nasional tunggal terdiri dari 36 anak panah yang ditembakkan ke setiap jarak berikut ini secara berurutan untuk putra dan putri: 50m, 40m, dan 30m.

c.Hakikat Olahraga Panahan

Olahraga panahan adalah suatu olahraga individu, dimana tiap pemanah akan berlomba mengumpulkan hasil skor terbanyak. Tujuan masing-masing pemanah ialah memasukkan 36 anak panah ke sasaran tengah, dimana semua pemanah menembak pada jarak 30 meter. Sasaran memanah berbentuk lingkaran dan setiap sasaran memiliki nilai tertinggi 10 hingga nilai terkecil 0. Nilai terbesar pada panahan terdapat pada sasaran tengah dengan nilai 10, sedangkan nilai terkecil terdapat pada sasaran terpinggir. Panahan merupakan olahraga ketepatan sasaran, karena tujuan akhir dari memanah adalah menembak anak panah kepermukaan sasaran (target face) setepat mungkin, sehinggga salah satu faktor dasar yang diperlukan dalam gerakan memanah adalah keajegan (consistency)

yang harus dilakukan secara terus menerus selama latihan dan selama berlangsungnya kompetisi. Cabang olah raga panahan merupakan olahraga yang memiliki teknik dasar keterampilan.

Dalam olahraga panahan selain membutuhkan kondisi fisik yang prima seorang pemanah juga harus menguasai teknik dasar memanah yang baik dan benar agar dapat mencapai prestasi yang optimal. Secara garis besar teknik memanah terbagi menjadi 9 langkah adalah sebagai berikut: (1) Sikap/cara berdiri

(stance/stand), (2) Memasang ekor panah (nocking), (3) Mengangkat lengan

(7)

(anchoring), (6) Menahan sikap memanah (tighten/hodl), (7) Membidik (aiming), (8) Melepas tali/panah (release), (9) Menahan sikap memanah (after hold).

Ke sembilan langkah teknik tersebut dapat disimpelkan kembali menjadi 3 bagian yaitu:

1) Tahap I terdiri dari sikap berdiri, memasang ekor panah dan mengangkat lengan.

2) Tahap II terdiri dari menarik busur, menjangkar, menahan sikap memanah, dan membidik.

3) Tahap III terdiri dari melepas panah dan sikap setelah memanah.

Penjelasan lebih lanjut tentang teknik memanah adalah sebagai berikut: 1. Sikap/Cara Berdiri (Stance/Stand)

Adalah sikap/posisi kaki pada lantai atau tanah. Sikap berdiri yang baik ditandai oleh :

a) Titik berat badan ditumpu oleh kedua kaki/tungkai secara seimbang.

b) Tubuh tegak tidak condong ke depan (belakang), ke samping kanan ataupun kesamping kiri.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam posisi berdiri yang nantinya akan mempengaruhi teknik dasar dalam memanah adalah :

a) Jarak kedua kaki selar bahu.

b) Ujung kedua menentuh garis lurus hayal ke tengah-tengah sasaran (target). c) Kedua lutut lurus dan rileks.

(8)

1. Squere/Sejajar

a) Posisi kaki terbuka selebar bahu dan sejajar dengan garis tembak dan body

centerada ditengah.

b) Untuk pemula disarankan untuk menggunakan cara ini 1 sampai 2 tahun, baru berlatih ke berdiri terbuka.

c) Sebagai peletak dasar cara berdiri bagi pemula, cara berdiri seperti ini mudah dilakukan untuk membuat garis lurus dengan sasaran. Namun dalam hal ini ada yang harus diingat, yaitu pada menarik dan menekan cenderung badan bergerak.

2. Open Stance/Berdiri Terbuka

a) Cara berdiri kedua seperti ini membuat sudut 45 dderajat dengan garis tembak.

b) Stanceini dianjurkan untuk memanah lanjutan karena pada tarikan penuh akan

banyak space room pada bahu.

c) Pada waktu menarik, posisi badan lebih stabil karena tidak mudah bergoyang seperti pada squere stance.

d) Pada posisi ini kepala/leher akan lebih relax dan pandangan kita akan lebih mudah untuk fokus ke epan.

e) Pada jarak jauh, squere stance cendrung badan lebih condong ke belakang. Sedangkan dengan cara open stanceitu dapat diatasi.

f) Cara ini lebih mempermudah pemanah untuk menggunakan backk-tension, oleh karenanya posisi sikut lebih bebas (space room).

3. Close Stance/Berdiri Tertutup

(9)

b) Kaki depan membuka selebar 6 inchi c) Badan berdiri tegak

d) Berat badan harus seimbang

e) Garis target harus memotong jari-jari kaki dari kaki bagian belakang dan setengah kaki bagian depan. (Kathlen M. Haywood and Catherine F.Lewis, 1989:62).

(a) Sejajar (Squere) (b) Terbuka (Open) (c) Tertutup (Close) Gambar 2.1. Posisi Berdiri (Stance)

Sumber: Kathlen M. Haywood and Catherine F.Lewis. Archery Steps to

Succes. (IIlinois: Leisure Press, 1989), p.18.

2. Memasang Ekor Panah (Nocking).

Memasang ekor anak panah (nocking) adalah gerakan menempatkan atau memasukkan ekor panah ke tempat anak panah (nocking point) pada tali dan

(10)

menempatkan gandar (shaft) pada sandaran anak panah (arrow rest). Kemudian diikuti dengan menempatkan jari-jari penarik pada tali dan siap menarik tali. Aspek yang perlu diperhatikan dalam nocking adalah: a) Bulu indeks menjauhi sisi jendela busu, b) Ekor panah harus benar-benar masuk ke tali. Nocking point

harus benar-benarpas dengan nock, jika terlalu longgar atau besar akan mengganggu terbangnya anak panah.

Gambar 2.2. Memasang Ekor Panah (Nocking) Sumber:www.archery.metu.edu.tr 3. Mengangkat lengan (extend).

Mengangkat lengan busur (extend) adalah gerakan mengangkat lengan penahan busur (bow arm) setinggi bahu dan tangan penarik tali siap untuk menarik tali.

Hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu: a) Lengan penahan busur rileks

b) Tali ditarik oleh tiga jari yaitu jari telunjuk, jari tengah dan jari manis.

c) Tali ditempatkan atau lebih tepatnya diletakkan pada ruas-ruas jari pertama, dan tekanan busur terhadap telapak tangan penahan busur ditengah-tengah titik V, yang dibentuk oleh ibu jari dan jari telunjuk (lengan penahan busur).

(11)

Gambar 2.3. Mengangkat Lengan (Extend) Sumber:www.archery.metu.edu.tr 4. Menarik Tali Busur (Drawing).

Menarik tali busur (drawing) adalah gerakan menarik tali sampai menyentuh dagu, bibir dan atau hidung. Kemudian dilanjutkan dengan menjangkarkan tangan penarik tali di dagu.

Gambar 2. 4. Menarik Tali Busur (Drawing)

Sumber: Haywood, M Kathleen and Lewis F.Catherine.Archery Steps to

Succes. (IIlinois: Leisure Press, 1989), p.18.

Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

a) Tarik tali lurus pada lintasan tali sampai dagu dan kepala harus diam. Tali yang mendekati dagu atau kepala bukan kepala atau dagu yang mendekati tali.

(12)

b) Gerakan menarik terdiri dari tiga fase, yaitu pre-draw, primary draw dan secondary draw. Pre-draw adalah gerakan tarikan awal. Pada saat ini sendi bahu, sendi siku dan sendi pergelangan tangan telah dikunci. Primary-draw atau tarikan utama adalah gerakan tarikan dari posisi pre-draw sampai tali menyentuh atau menempel dan sedikit menekan atau mengetat pada bagian dagu, bibir dan hidung dan berakhir pada posisi penjangkaran. Secondary-draw atau tarikan kedua adalah gerakan menahan tarikan pada posisi penjangkaran sampai melepas tali (release).

c) Gunakan otot-oto bahu untuk menarik tali, otot-otot tersebut adalah: M. Deltoideus posterior, M. Teres major, M. Rhomboideus major dan M. Trapezius.

5. Menjangkar Tangan Penarik (Anchoring).

Menjangkarkan lengan penarik (anchoring) adalah gerakan menjangkarkan tangan penarik pada bagian dagu.

Gambar 2. 5. Menjangkar Tangan Penarik (Anchoring). Sumber: www.archery.metu.edu.tr

(13)

Hal yang harus diperhatikan, yaitu:

a) Tempat penjangkaran tangan penarik tali harus tetap sama dan kokoh menempel di bawah dagu.

b) Penjangkaran tangan penarik tali harus memungkinkan terlihatnya bayangan tali pada busur (string alignment).

c) Ada dua jenis penjangkaran antara lain adalah

(1) Pada penjangkaran di tengah, tali menyentuh pada bagian tengah dagu, bibir dan hidung serta tangan penarik menempel di bawah dagu.

(2) Pada penjangkaran di samping, tali menyentuh pada bagian samping dagu, bibir dan hidung, serta tangan penarik menempel di bawah dagu.

6. Menahan Sikap Memanah (Tighten/Hodl).

Menahan sikap panahan (tighten) adalah suatu keadaan menahan sikap panahan beberapa saat, setelah penjangkaran dan sebelum anak panah dilepas. Pada saat ini otot-otot lengan penahan busur dan lengan penarik tali harus berkontraksi agar sikap panahan tidak berubah. Bersamaan dengan itu pemanah melakukan pembidikan.Jadi pada saat membidik, sikap pemanah harus tetap dipertahankan.

(14)
(15)

8. Melepas Tali/Panah (Release).

Melepas tali/panah (release) adalah gerakan melepas tali busur, dengan cara merilekskan jari-jari penarik tali. Setehah tali busur dilepas, maka anak panah akan terlontar ke depan. Release yang baik akan menyebabkan terbangnya anak panah mulus.

Ada dua cara melepaskan anak panah, yaitu:

a) Dead release. Pada dead release setelah tali lepas, tangan penarik tali tetap

menempel pada dagu seperti sebelum tali lepas.

b) Active Release. Pada cara ini, setelah tali lepas tangan penarik tali bergerak ke

belakang menelusuri dagu dan leher pemanah.

Pelepasan anak panah yang baik diperlukan untuk memberikan kekuatan penuh dari tali terhadap panah dalam setiap melepaskan panah yang diinginkan dan untuk mencegah getaran tali yang tidak diperlukan, yang akan menyebabkan panah berputar. Kesalahan sedikit apapun pada saat melepaskan anak panah, mengakibatkan dampak yang sangat besar terhadap sasaran.

Gambar 2.8. Melepaskan Tali Panah Sumber: www.archery.metu.edu.tr

(16)

9. Menahan Sikap Memanah (After Hold).

Menahan sikap panahan (after hold) adalah suatu tindakan untuk mempertahankan sikap panahan sesaat (beberapa detik) setelah anak panah meninggalkan busur. Tindakan ini dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan gerak panahan yang dilakukan. After hold adalah Tangan busur tetap terentang pada posisi semula lurus kearah sasaran dan tetap ditahan hingga dua detik setelah panah menyentuh permukaan sasaran.

Gambar 2.9. Menahan Sikap Panahan

Sumber: Haywood, M Kathleen and Lewis F. Catherine.Archery Steps to Succes.

(IIlinois: Leisure Press, 1989), p.23

Perlu diketahui bahwa otot-otot lengan yang bekerja dalam olahraga panahan terdiri dari tiga bagian yaitu otot lengan bagian atas, otot lengan bagian bawah dan otot–otot tangan. Sedangkan otot-otot yang bekerja dominan adalah otot lengan seperti otot tricep brachii,deltoids dan otot bicep brachii. Menurut Furqon dan Doewes (2000) mengutip pendapat dari Consumer Guide mengemukakan bahwa otot-otot utama yang perlu dikembangkan dalam olahraga

(17)

panahan adalah otot-otot leher, bahu, bicep, triceps, lengan bawah, pergelangan tangan, perut dan otot-otot togok. (Jurnal Iptek Olahraga, Vol.7, No.3, September 2005: 203-220)

Untuk meningkatkan kinerja dari bagian-bagian tubuh tersebut diperlukan latihan yang tepat dan maksimal. Menurut Pate. R.R., Mc. Clenaghan, B., & Rottela (1993 : 318) melalui latihan kemampuan seseorang dapat meningkatkan sebagian besar system fisiologi dapat menyesuaikan diri pada tuntutan fungsi yang terlebihi dari apa yang bisa dijumpai dari biasanya. Terjadinya peningkatan kinerja dan kemampuan tubuh tersebut adalah wujud dari adaptasi tubuh terhadap beban atau perlakuan yang diberikan secara berulang-ulang. Hal ini bisa kita lihat dari penjelasan Lamb, D.R., (1984 :2) menyatakan bahwa: “Latihan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan dengan tujuan untuk meningkatkan respon fisiologi terhadap intesitas, durasi dan frekwensi latihan, keadaan lingkungan dan status fisiologi individu”. Selanjutnya dikatakan bahwa latihan adalah proses persiapan secara sistematis dalam persiapan atlet menuju ke arah tingkat keterampilan yang paling tinggi. (Harre, D. 1982 : 11).

Tingkat keterampilan dalam aktivitas memanah dapat dinyatakan sebagai daya produksi, dan kemantapan dalam penampilan. Menurut Singer (1980:30), keterampilan sebagai suatu yang ditampilkan sebagai aktivitas gerak yang dibatasi waktu atau kecepatan, ketepatan, bentuk yang menunjukkan aktivitas gerak yang efisien dan efektif dan kemampuan beradaptasi dalam mengahadapi masalah yang baru dalam situasi yang baru dengan tepat.

(18)

Semua faktor-faktor diatas sangat berperan penting terhadap pelepasan anak panah yang baik diperlukan untuk memberikan kekuatan penuh dari tali terhadap panah dalam setiap melepaskan panah yang diinginkan dan untuk mencegah getaran tali yang tidak diperlukan, yang akan menyebabkan panah berputar. Kesalahan sedikit apapun pada saat melepaskan anak panah akan mengakibatkan dampak yang sangat besar terhadap sasaran.

Olahraga panahan adalah suatu olahraga individu, dimana tiap pemanah akan berlomba mengumpulkan hasil skor yang terbanyak. Tujuan masing-masing pemanah ialah memasukan 36 anak panah kesasaran tengah pada setiap rondenya. Sasaran membentuk lingkangkaran dengan garis tengah 30cm. Setiap sasaran memiliki nilai tertinggi 10 hingga nilai terkecil 0. Nilai terbesar terdapat pada sasaran tengah dengan nilai 10, sedangkan nilai terkecil terdapat pada sasaran pinggir. Cabang olahraga panahan merupakan olahraga yang memiliki teknik dasar keterampilan.

Ronde Nasional merupakan salah satu nomor yang diperlombakan dalam olahraga panahan. Dalam ronde nasional tunggal terdiri dari 36 anak panah yang ditembakkan ke setiap jarak berikut ini secara berurutan yaitu: 50 meter, 40 meter, dan 30 meter. (FITA, 2008 : 128)

2. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran merupakan bagian dari strategi yang merupakan langkaah-langkah taktis bagi pengajar dalam pelakasanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Pada pembelajaran dengan metode bagian, siswa diharuskan mempelajari unsur-unsur atau teknik-teknik terlebih dahulu sehingga

(19)

semua unsur dan teknik dapat dikuasai dengan betul, apabila semua unsur dan teknik sudah dikuasai maka baru melaksanakan gerakan yang sesungguhnya secara keseluruhan. Pada metode bagian anak belum melakukan gerakan yang sesungguhnya sebelum gerakan bagian dapat dikuasai dengan baik.

Pendekatan (approach) dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2008:127). Selanjutnya dijelaskan istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru

(teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa

(student-centered approach). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan

strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan startegi pembelajaran discovery dan inkuiriserta strategi pembelajaran induktif.

Efektivitas pengajaran sangat ditentukan oleh pendekatan pengajaran yang dipilih guru atas dasar pengetahuan guru terhadap sifat keterampilan atau tugas gerak yang akan dipelajari oleh siswa. Berdasarkan sifat tugas gerak yang ada, pendekatan mengajar bisa dibedakan menjadi dua pendekatan yaitu pendekatan pengajaran langsung dan tak langsung (Samsudin, 2008:30).

(20)

a. Pendekatan Pembelajaran Taktis

Pendekatan pembelajaran metode taktis merupakan suatu metode yang dipergunakan dalam pembelajaran penjas yang mengkombinasikan proses pembelajaran keterampilan teknik dengan keterampilan bermain (Griffin, L.L, Mitchell, S.A. and Oslin, J.L. 1997:8). Keterampilan teknik suatu cabang olahraga dan sekaligus mengajarkan bagaimana menghdapi situasi didalam pertandingan, maka metode pembelajaran taktis sangat tepat digunakan.

Dalam metode pembelajaran taktis siswa diharapkan mampu memecahkan masalah aktik dalam suatu pertandingan. Tujuan pembelajaran dengan metode pendekatan taktis adalah: (1) penguasaan kemampuan bertanding melalui keterkaiatan antara taktik dengan situasi saat pertandingan, (2) memberikan kesenangan dengan melalui beraneka ragam aktivitas, (3) pemecahan masalah dan membuat keputusan yang cepat dan tepat dalam pertandingan. Jadi tujuan pendekatan pembelajaran taktis didalam pengajaran cabang olahraga panahan adalah sebagai meningkatkan pemahaman mahasiswa pada konsep olahraga panahan. Dengan pendekatan pembelajaran taktis mahasiswa dikondisikan bagaimana taktik memecahkan masalah dalam pertandingan panahan.

Permainan adalah suatu cara untuk mengajak mahasiswa berkompetisi untuk mendapatkan kemenangan dengan perturan yang telah disepakati bersama terlebih dahulu. Dengan sikap kompetitif ini mahasiswa merasa mendapatkan tantangan untuk mendapatkan kemajuan dan berusaha bagaimana cara untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi dalam suatu pertandingan.

(21)

Peraturan-peraturan yang disepakati akan menumbuhkan sikap disiplin, bertanggung jawab, dan sportivitas dalam menaati peraturan yang berlaku.

Dari uraian tersebut yang dimaksud dengan metode taktis adalah suatu metode pendekatan pembelajaran yang diberikan dalam bentuk permainan dengan peraturan yang telah dimodifikasi atau dengan peraturan sebenarnya sehingga mahasiswa melakukan dengan aktif. Dalam pembelajaran penjas metode taktis merupakan salah satu metode pendekatan pembelajaran yang memberikan situasi dan kondisi yang kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan gerak, serta dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa secara menyeluruh. Menurut Amung Ma’mun dan Toto Subroto, (2001:8-12), beberapa dasar pertimbangan metode pembelajaran taktis dalam pemainan adalah sebagai berikut:

1. Minat dan Kegembiraan

Pendekatan metode pembelajaran taktis dapat memberikan alternatif mahasiswa dapat mempelajari teknik dalam situasi bermaian. Penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa melalui metode ini mahasiswa lebih termotivasi belajar secara lebih baik. Keunggulan lain dari metode pembelajaran taktis adalah tahap atau urutan pembelajaran dapat disesuaikan dengan perkembangan dan pertumbuuhan mahasiswa.

2. Merangsang untuk berfikir

Dengan metode pembelajaran taktis mahasiswa dirangsang untuk berfikir secara cepat dan tepat dalam situasi saat bertanding. Kelalaian sering terjadi pada pemula karena mereka kurang dalam memahami situasi dan kondisi dalam pertandingan. Hal ini sangatlah penting untuk merangsang dan meningkatkan

(22)

kemampuan berfikir mahasiswa yang nantinya dihadapkan dengan situasi yang lebih nyata dan disitulah mahasiswa dituntut cepat dan tepat dalam kemampuan memecahkan masalah.

3. Transfer Pemahaman

Transfer dalam belajar adalah merupakan keanggupan seseorang untuk menggunakan kecakapan, keterampilan, pengetahuan, dan lainya yang diperoleh dari pengalaman dan latihan sebelumnya terhadap belajar suatu keterampilan dalam situasi yang baru.

Metode pendekatan pembelajaran taktis banyak mengandung kelebihan, tetapi juga memiliki kelemahan. Kelebihan metode pendektan pembelajaran ini antara lain aturan pelaksanaan diberikan secara sederhana dan memberikan situasi yang gembira, memberikan peluang selalu aktif bergerak kepada mahasiswa, memberikan pengalaman pada situasi yang sesungguhnya. Kelemahan metode pendekatan pembelajaran taktis ini antara lain saat pelaksanaan sering terjadi penyimpanaan gerakan dari tujuan yang telah ditetapkan, penguasaan teknik dasar yang salah cenderung sukar diperbaiki.

Melalui pembelajaran taktis yang mirip pada pertandingan sebenarnya akan meningkatkan minat dan kegembiraan seluruh mahasiswa. Pembelajaran ini sangat penting bagi mahasiswa untuk menjaga konsentrasi keberhasilan pelaksanaan keterampilan teknik yang sudah dimiliki. Hal ini merupakan langkah pertama yang sangat baik bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilannya. Dengan menggunakan metode pendekatan pembelajaran taktis mahasiswa dapat memperdalam pemahaman dan meningkatkan kemampuan mentransfer

(23)

pemahaman secara efektif dari suatu pertandingan ke pertandingan lainnya. Kemampuan mentransfer ini dapat meningkatkan peluang mahasiswa untuk meningkatkan kemampuannya, yaitu dengan bertambah pengetahuan dalam beradaptasi dengan aktivitas dan situasi yang baru.

b. Pendekatan Pembelajaran Drill

Metode pendekatan pembelajaran drill pada dasarnya merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasai pada pengajar. Metode drill relatif lebih mudah pelaksanaanya, di dalam mtode driil pengajar menciptkan situasi tertentu untuk memacu anak berpikir dan berbuat sesuai dengan yang diinstruksikan oleh pengajar. Gurulah yang menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan anak untuk mencapai tujuan. Mahasiswa melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan pengajar, dan melakukannya berulang-ulang. Misalnya dalam pertandingan panahan pengajar menetapkan tujuan pengajarannya yaitu mahasiswa mampu memanah tepat sasaran. Sesuai dengan tujuan tersebut maka anak diinstruksikan untuk memanah tepat pada sasaran. Metode drill pada dasarnya merupakan metode pembelajaran yang berorientasi pada pengajar dan sangat sesuai untuk digunakan apabila tujuan belajarnya tercapai agar mahasiswa menguasai keterampilan geak tertentu yang sudah pasti atau yang sudah baku (Sugiyanto, 2000:12.24).

Metode drill adalah kreativitas pembinaan panahan dalam pemberdayaan berbagai elemen pembelajaran yang tersedia akan sangat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran yang dilakukan.

(24)

ketepatan menentukan metode yang dipakai. Metode drill merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran dari sekian banyak bentuk metode pembelajaran yang ada, yang akan membantu seorang pengajar untuk menjalankan proses pembelajaran panahan. Metode ini banyak dan sering digunkan oleh pengajar-pengajar pendidikan jasmani karena disamping relatif mudah dalam pelaksanaannya juga memberikan manfaat yang sangat besar bagi mahasiswa dalam proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan gerak cabang olahraga.

Syaiful sagala (2003:217) mengatakan bahwa metode driil merupakan suatu cara megajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan tertentu, sarana untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan. Metode

drill adalah suatu metode mengajar, di mana mahasiswa diajak ke tempat latihan

keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Dari uraian tersebut apabila seorang pengajar pendidikan jasmani menggunakan metode driil

pada proses pembelajaran keterampilan memanah pada cabang olahraga panahan, maka pengajar harus menciptakan situasi tertentu untuk memacu mahasiswa berpikir dan berbuat sesuai dengan yang diinstruksikan oleh pengajar, karena dalam pelaksanaan metode drill pengajar yang menetapkan tujuan pembelajaran dan apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa untuk menciptakan tujuan tersebut. Siswa melakukan gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh mahasiswa, dan melakukannya secara berulang-ulang.

Pembelajaran dengan metode drilladalah pembelajaran untuk memahirkan teknik gerakan yang sesuai cabang olahraga yang ditekuni oleh atlet. Harsono

(25)

(1988:100) menjelaskan bahwa latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan guna membentuk dan memperkembangkan kebiasaan-kebiasaan motorik atau perkembangan neuromusculair.

Menurut Sugiyanto (2000:12.25-12.26) apabila seorang guru pendidikan jasmani menggunakan metode drill, ada beberapa saran yang diperlukan yaitu:

1) Drill digunakan sampai gerakan yang benar bisa dilakukan secara otomatis

serta menekankan keadaan tertentu di mana gerakan tersebut harus dilakukan. 2) Siswa diarahkan agarberkonsentrasi pada kebenaran pelaksanaan gerak serta

ketepatan penggunaannya, dan apabila pelajar tidak meningkat penguasaan geraknya, situasi perlu dianalisis untuk menemukan penyebabnya.

3) Selama pelaksanaan drill, perlu selalu dikoreksi agar perhatian tetap tertuju pada kebenaran gerak. Koreksi secara umum pada tahap awal kepada semua akan memberikan rangsangan dan bisa efektif, sejlan dengan koreksi siperlukan komentar umum tentang gerakan yang benar, dan siswa harus disadarkan akan tujuan yang ingin dicapai melalui drill.

4) Pelaksanaan drill disesuaikan dengan bagian-bagian dari situasi permainan olahraga yang sebenarnya, hal ini dapat menimbulkan daya tarik dalam latihan.

5) Perlu latihan peralihan dari situasi drillkesituasi permainan yang sebenarnya. 6) Suasana kompetitif perlu diciptakan dalam pelaksanaan drill.

Pembelajaran drill banyak mengandung kelebihan, tetapi juga memiliki kelemahan. Kelebihan pendektan pembelajaran ini antara lain mudah pelaksanaan

(26)

dengan mempergunakan pendekatan drill akan menambah keepatan dan ketepatan dalam pelaksanaan latihan keterampilan tertentu, pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya, pemebntukan kebiasaaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks, rumit dapat dilaksanakan secara otomatis. Kelemahan pendekatan pembelajaran drill ini antara lain metode ini dapat menghambat potensi dan inisaiatif mahasiswa, karena dari tujuan sampai pada pelaksanaan proes pembelajaran ditentukan oleh guru (teacher

oriented); mudah membosankan karena latihan yang dilakukan secara monoton;

membentuk kebiasaan yang kaku karena mahasiswa lebih banyak ditujukan untuk mendapat kecapakan memberikan respon secara otomatis, tanpa menggunakan intelegensi; keterampilan yang diperoleh sulit diterapkan pada siuasi yang sebenarnya karena saat latihan drill situasi dikontrol sedemikian rupa yang penekanannya pada penguasaan keterampilan semata; kurang memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada siswa untuk bergerak karena sementara siswa yang satu latihan, sedangkan mahasiswa yang lain harus menunggu giliran; membutuhkan fasilitas dan alat-alat yang memadai (banyak); tidak bersifat kompetitif. Kelebihan dan kelemahan pendekatan pembelajaran ini mempunyai penerapan dalam pembelajaran.

(27)

Tabel 2.1.

Perbedaan pendekatan pembelajaran metode taktis dan pendekatan pembelajaran metode drill.

Metode Taktis MetodeDrill

Dilakukan dalam bentuk dan situasi permainan.

Dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan apa yang dicontohkan.

Bersifat kompetitif. Tidak bersifat kompetitif. Dilaksanakan dengan aturan sederhana

yang telah disepakati.

Pelaksanaan dibuat oleh pengajar tanpa harus ada kesepakatan antara

mahasiswa.

Seluruh mahasiswa aktif bergerak. Mahasiswa yang aktif hanya yang mendapat giliran dan yang tidak

mendapat giliran hanya memperhatikan teman yang sedang mendapat giliran. Mahasiswa dilatih untuk terbiasa

menghadapi situasi sebenarnya.

Mahasiswa tidak bisa menhadapi situasi sebenarnya, tetapi lebi pada penguasaan teknik.

Dapat melatih sekaligus unsur-unsur kesegaran jasmani.

Pembelajaran hanya berpusat pada latihan keterampilan teknik semata.

3. Motivasi Berprestasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan dapat juga dipandang sebagai daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan.

Motivasi juga dapat untuk menunjukkan suatu keadaan dalam diri seseorang akibat dari suatu kebutuhan. Ini berarti seseorang akan tergerak untuk

(28)

dalam dirinya. Apabila kebutuhan tersebut belum terpenuhi atau tercapai seseorang akan tidak merasa puas.

Dari paparan diatas dapat dinyatakan bahwa komponen utama motivasi ada tiga, yaitu (1) kebutuhan, (2) dorongan, dan (3) tujuan. Kebutuhan timbul apabila terjadi tidak seimbangnya antara yang dimiliki dengan yang diharapkan. Dorongan merupakan kekuatan moral (yang berupa keinginan, perhatian, kemauan, dan cita-cita) yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan dalam hal ini sebagai pemberi arah pada perilaku manusia, termasuk di dalamnya perilaku aktivitas yang sedang dilakukan. Tanpa adanya motivasi, aktivitas yang sedang dilakukan tidak akan berlangsung secara optimal.

b. Jenis Motivasi

Jenis-jenis motivasi yang terjadi atas dasar pembentukannya menurut Sardiman terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu:

a) Motivasi bawaaan, yaitu motivasi yang dilatarbelakangi oleh fisio kemis di dalam tubuh seseorang yang telah dibawah sejak lahir dan terjadinya tanpa dipelajari.

b) Motivasi yang dipelajari, yaitu motivasi yang terjadi karena adanya komunikasi dan isyarat sosial serta secara sengaja dipelajari oleh manusia (Sardiman. 1992. 86).

Motivasi bawaan atau disebut juga dengan motivasi primer terjadi dengan sendirinya tanpa melalui proses belajar, sedangkan motivasi yang dipelajari atau

(29)

motivasi sekunder muncul melalui proses pembelajaran sesuai dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman seseorang.

c. Pengertian Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi merupakan ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan kegagalan. motivasi berprestasi mempunyai kecenderungan di dalam seseorang mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh mahasiswa untuk menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Mahasiswa yang menginginkan prestasi yang baik akan menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku seseorang(Oemar Hamalik, 2001:175). Fungsi motivasi adalah sebagai pendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan, sebagai pengarah pencapaian tujuan yang diinginkan, dan penggerak yang menggerakkan kemampuan mahasiswa untuk meraih tujuan yang diinginkan. Dalam proses pembelajaran pengajar merupakan ujung tombak dari sukses atau tidaknya keberhasilan pembelajaran. Jadi pengajar harus mampu mempersiapkan rencana pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan-kemampuan dari mahasiswa dan tingkatan motivasi berprestasinya.

Dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berbuat sebaik-baiknya agar memperoleh hasil yang terbaik, dapat juga dikatakan sebagai pendorong bagi mahasiswa untuk berbuat sebaik-baiknya dengan tujuan untuk mencapai hasil belajar yang setinggi-tingginya. Beberapa indikator motivasi

(30)

berprestasi mahasiswa sebagai berikut: 1) Keinginan untuk mencapai hasi yang maksimal, yaitu: a) dorongan dalam menekuni pembelajaran penjas untuk kemajuan, b) dorongan untuk selalu mendapatkan nilai yang terbaik, c) dorongan untuk menyelesaikan tugas, d) kesungguhan dalam merespon pembelajaran penjas. 2) Keinginan dalam meningkatkan pengetahuan, yaitu: a) dorongan untuk membaca dan mengerjakan tugas-tugas penjas, b) dorongan untuk bertanya pada yang kurang jelas atau belum jelas, c) dorongan untuk membaca buku-buku olahraga. 3) Rasa percayaa diri dan kepuasan, yaitu: a) suatu dorongan untuk menguasai materi pembelajaran secara mandiri, b) memiliki kepuasan dalam mengikuti proses pembelajaran, c) adanya keinginan umpan balik dalam pembelajaran.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang ada hubungannya dengan proposal penelitian ini adalah; hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Amin (2010) yang meneliti tentang perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak terhadap hasil belajar shootingbola basket.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Surtiyo Utomo (2006: 132) yang meneliti tentang perbedaan pengaruh metode pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap keterampilan dasar lempar cakram. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa: ada perbedaan pengaruh antara metode pembelajaran terhadap keterampilan dasar lempar cakram. Adanya perbedaan preatasi antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap keterampilan dasar

(31)

lempar cakram. Adanya interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap keterampilan dasar lempar cakram.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran menggunakan metode taktis dan drill terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar memanah.

Untuk meningkatkan peningkatan keterampilan teknik dasar memanah harus memperhitungkan dengan cermat metode pendekatan pembelajaran yang akan diberikan. Dalam mengamati perbedaan metode pendekatan pembelajaran taktis dan drill terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar memanah, dapat dilihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode pendekatan pembelajarannya.

Pembelajaran keterampilan memanah dengan metode pendekatan pembelajaran taktis, tersusun sesederhana mungkin dengan kegiatan yang bersifat bebas namun terarah, mahasiswa tidak merasa tertekan dalam latihan, merupakan suatu latihan dengan permaianan yang tersusun atas beberapa macam bentuk dan variasi latihan dengan bentuk modifikasinya yang telah dikenal mahasiswa. Pembelajaran taktis hampir sama dalam pelepasan anak panah, namun yang membedakannya selain diatas ialah pada latihan taktis targetnya yang diubah yaitu dalam satu target diisi tiga lingkaran dan mereka menembakkan anak panah kemasing-masing lingkaran.

(32)

Pembelajaran yang menggunakan metode pendekatan pembelajaran drill

kurang menyenangkan bagi mahasiswa atau yang melakukannya karena pergerakan yang dilakuakan mahasiswa pada proses pembelajaran atau latihan kurang bervariasi. Dalam proses pembelajaran atau latihan mahasiswa menunggu intruksi dari pengajarnya dan penekanan tujuan dari pembelajaran ini pada penguasaan teknik yang diberikan sehingga kurang memberi kesempatan mahasiswa untuk melakuakan kreativitas gerakan sesuai dengan style masing-masing mahasiswa. Hal yang menyebabkan mahasiswa atau si pelaku kurang termotivasi dalam melakuakan dan mengikuti pembelajaran atau latihan.

Metode pendekatan pembelajaran taktis dan drill memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode pendekatan pembelajaran taktis berbentuk permainan dari latihan yang telah dimodifikasi menjadi permainan yang disesuaikan dengan kemampuan yang telah dimiliki, intensitas gerak yang banyak membuat mahasiswa terus terpacu untuk berkompetisi. Pendekatan pembelajaran ini mempunyai kelemahan dalam penguasaan teknik karena teknik masuk keseluruhan ke permainan. Kelebihan dari metode pendekatan pembelajaran drill

adalah dalam penguasaan teknik ini dikarenakan dalam pembelajaran atau latihan gerakan dilakukan secara bergantian dan berrulang-ulang secara terus menerus. Kelemahannya adalah banyak waktu terbuang dan mahasiswa banyak diam menunggu intruksi dari pengajarnya.

Dari pemaparan dan penjelasan di atas dapat diduga bahwa metode pendekatan pembelajaran taktis dalam peningkatan keterampilan teknik dasar

(33)

memanah mahasiswa akan memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan metode pendekatan pembelajaran drill.

2. Perbedaan peningkatan keterampilan teknik dasar memanah antara mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, sedang, dan rendah.

Motivasi merupakan suatu kekuatan yang dapat mendorong seseorang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan dapat juga dipandang sebagai daya pendorong yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan. Jadi motivasi berprestasi merupakan dorongan atau pendorong bagi mahasiswa untuk berbuat sebaik-baiknya yang bertujuan mencapai hasil belajar atau latihan yang setinggi-tingginya. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa perbedaan motivasi berprestasi yang tinggi dan rendah akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar memanah.

3. Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar memanah

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam peningkatkan keterampilan teknik dasar memanah seseorang, salah satu diantaranya dengan menggunakan metode pendekatan pembelajaran yang tepat, sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal. Metode pendekatan pembelajaran untuk peningkatan keterampilan teknik dasar memanah diantaranya adalah metode pendekatan pembelajaran taktis dan drill.

Motivasi berprestasi dalam pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat pencapaian hasil belajarnya. Metode pendekatan pembelajaran taktis dan drill

(34)

bagi mahasiswa yang memiliki tingakat motivasi berprestasi tinggi dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini dapat diduga tingkat keterampilan teknik dasar memanah akan meningkat. Ini disebabkan karena mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi akan lebih terdorong melakukan latihan untuk berbuat sebaik-baiknya agar memperoleh hasil yang terbaik sesuai tujuan dari mahasiswa tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diduga bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat motivasi berprestasi tinggilah akan memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki motivasi sedang maupun rendah dalam hal peningkatan keterampilan teknik dasar memanah mahasiswa.

D. Hipotesis

Dari pemaparan kajian teori serta kerangka berpikir yang sistematis, maka calon peneliti memberikan hipotesis penelitian sebagai berikut;

1. Ada perbedaan pengaruh antara pendekatan pembelajaran menggunakan metode taktis dan drill terhadap peningkatan keterampilan teknik dasar memanah.

2. Ada perbedaan peningkatan keterampilan teknik dasar memanah antara mahasiswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, sedang, dan rendah. 3. Ada pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran dan motivasi

Gambar

Gambar 2.2. Memasang Ekor Panah (Nocking) Sumber: www.archery.metu.edu.tr
Gambar 2.3. Mengangkat Lengan (Extend) Sumber: www.archery.metu.edu.tr
Gambar 2. 5. Menjangkar Tangan Penarik (Anchoring). Sumber:  www.archery.metu.edu.tr
Gambar 2.8. Melepaskan Tali Panah Sumber:  www.archery.metu.edu.tr
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil yang diperoleh tersebut maka tingkat efektivitas pajak restoran adalah lebih besar dari 100 persen, yang berarti pemungutan pajak restoran Kota Palembang adalah

TIM penyusun mengambil tema Intensitas Berwirausaha, Kemandirian, Tanggung Jawab, dan Kedisiplinan dengan tujuan siswa SMK mampu mengembangkan potensi diri melalui

Our present fi ndings demonstrated that GTN024 had in vitro anti-MM effects against MM cell lines and clinical samples obtained from MM patients including those with

11, Steve Saputra Darurat Banjir Di Tenggara Jateng Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah menyatakan, lebih dari 1.103 rumah dan

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan perilaku tokoh, nilai-nilai pendidikan karakter dan pengembangan sebagai bahan ajar sastra di SMA dengan sumber data

Gambar 1 Grafik Nilai Konduktivitas Papercrete , Hebel dan Batako Merapi. Hasil perbandingan nilai

Fikrah yang dijadikan landasan bagi Hizbut Tahrir telahmerasuk dalam diri pengikutnya, yang selalu diusahakan agar menjadi bagian dari umat serta yang dijadikan perkara utama

Penelitian ini bersifat kausal (sebab-akibat) yaitu penelitian dengan memfokuskan pada beberapa variabel yang berhubungan (paradigma penelitian), merupakan pola pikir yang