• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

9 Kegiatan pembelajaran merupakan inti proses pendidikan atau merupakan interaksi antar komponen pembelajaran sehingga tercipta interaksi edukatif yaitu antara guru, siswa, materi, media, metode, sumber belajar dan tujuan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa lebih baik. Seperti yang diutarakan paradigma terdahulu Dahlan (1997) bahwa pendidikan IPS sebagai upaya strategis pembangunan manusia seutuhnya untuk menghadapi era globalisasi artinya IPS memiliki peranan penting membentuk atau menyiapkan anak didik dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Peranan ini menuntut pada guru sebagai seorang pendidik memiliki kemampuan yang dapat menciptakan interaksi edukatif tersebut. Seorang pendidik juga harus memahami tujuan dari IPS adalah membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral (Udin. S, 2011), disamping itu menurut Lif Choiru Ahmadi (2011) menyatakan fungsi IPS yaitu membekali anak didik dengan

pengetahuan sosial yang berguna untuk masa depannya, keterampilan sosial dan intelektual dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai SDM yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan Pendidikan Nasional.

Karaktersitik IPS adalah merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, hukum dan budaya (Trianto, 2007). Oleh sebab itu dalam pembelajarannya diharapkan guru memiliki kemampuan dan keterampilan dalam memadukan konsep-konsep ilmu sosial serta dapat memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas berpikir logis pada anak didik. Salah satu model yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPS yang memadukan beberapa konsep ilmu sosial yaitu berbagai cabang ilmu sosial yang ruang lingkupnya interaksi antara lingkungan dan masyarakat maka yang paling sesuai digunakan untuk menyajikan materi adalah model pembelajaran interaktif.

PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

SUMINAH

Dosen KSDP Universitas Negeri Malang E-mail: suminahpp3@yahoo.co.id

Abstrak: Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengembangkan potensi rasa ingin tahu siswa terhadap suatu objek atau peristiwa melalui pertanyaan. Model pembelajaran ini disebut juga pendekatan “pertanyaan siswa”. Dalam kegiatan pembelajaran interaktif guru berperan sebagai motivator, fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing, dan agem pembaharu. Dengan demikian, kedudukan siswa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas memiliki peran aktif, dimana aktivitasnya dapat diukur dari kegiatan memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas baik tugas individu maupun tugas kelompok. Menurut Solikin dan Raharjo (2008) IPS membentu memecahkan permasalahan antara manusia dan lingkungannya sehingga manusia dapat memahami lingkungan.

(2)

Karena model pembelajaran interaktif merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengembangkan potensi rasa ingin tahu siswa terhadap suatu objek atau peristiwa melalui pertanyaan.

Pembelajaran Interaktif

Model pembelajaran ini mengacu pada falsafah pendidikan konstruktivisme bahwa pengetahuan dibentuk oleh siswa bukan ditransfer dari guru. Dalam proses pembentukan pengetahuan tersebut, guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa. Menurut Harlen (1992) model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengembangkan potensi rasa ingin tahu siswa terhadap suatu objek atau peristiwa melalui pertanyaan. Model pembelajaran ini disebut juga pendekatan “pertanyaan siswa”. Dengan kata lain, guru menggali pertanyaan siswa mengenai materi pembelajaran yang sedang dibahas, kemudian siswa mencari jawabannya. Namun pertanyaan yang diajukan guru tidak dapat langsung dijawab oleh siswa, akan tetapi siswa harus melalui proses penggalian informasi terlebih dahulu.

Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh guru agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, yakni aktivitas merumuskan pertanyaan dan menjawabnya. Faktor-faktor tersebut antara lain: yang pertama Faktor minat dan perhatian siswa, merupakan faktor utama penentu derajat keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Uzer (1996) terdapat 22 macam minat salah satu diantaranya adalah anak memiliki minat belajar. Guru memfasilitasi minat siswa tersebut, misalnya dengan cara memilih topik pembelajaran sebagai konsep kunci untuk mendapat perhatian siswa secara penuh.

Faktor kedua Motivasi. Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbbuatan guna mancapai tujuan. Atau keadaan atau kesiapan dalam diri siswa yang mendorong tingkah lakunya untuk

melakukan kegiatan belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan motif adalah daya yang terdapat pada siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi belajar dapat timbul dari dalam diri siswa dan pengaruh dari luar dirinya. Dalam kegiatan pembelajaran, guru sebagai motivator untuk menumbuh kembangkan kedua motivasi tersebut agar siswa mau dan mampu melakukan kegiatan belajar. Motivasi instrinsik telah dimiliki setiap siswa dengan adanya potensi rasa ingin tahu, sedangkan motivasi ekstrinsik dapat timbul dari upaya guru melalui penerapan sistem penghargaan-hukuman yang diorientasikan pada upaya memotivasi siswa untuk belajar.

Faktor ketiga Latar atau Konteks. Belajar berpasarkan pada realita akan menarik bagi siswa, belajar dimulai dari yang sederhana dapat memotivasi siswa, dan belajar berdasarkan pengalaman siswa dapat mengaktifkan siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu mencari tahu pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki oleh siswa dengan dua tujuan, yaitu agar tidak terjadi pengulangan materi karena hal tersebut dapat menimbulkan kebosanan bagi siswa, dan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki siswa tersebut.

Faktor keempat perbedaan individu. Pada hakikatnya siswa adalah individu yang unik dan memiliki karakteristik berbeda-beda, baik pengetahuan, minat, bakat, sifat, kemampuan, dan latar belakang. Perbedaan tersebut dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Secara umum, siswa memiliki perbadaan secara vertikal dan secara horizontal. Perbedaan secara vertikal berkenaan dengan kecerdasan (IQ), dan perbedaan horizontal berkenaan dengan bakat (talenta) dan minat. Mengingat adanya perbedaan tersebut, guru hrndaknya menyadari dan memaklumi apabila ada siswa yang berhasil dengan baik atau bahkan sebaliknya mengalami kesukaran memahami materi pelajaran. Dalam hal ini guru harus tetap memperhatikan persamaan dan

(3)

perbedaan siswa dengan cara mengoptimalkan pengembangan kemampuan mereka masing-masing.

Faktor kelima sosialisasi. Sosialisasi atau proses hubungan sosial, pada masa anak-anak sedang tumbuh, yang ditandai dengan keinginannya untuk selalu berisaha menjallin hubungan dengan teman-temannya. Tetapi, ada suatu hal yang perlu mendapat perhatian guru ketika sedang berlangsung kegiatan pembelajaran, yaitu mereka merefleksikannya dengan cara mengobrol dengan temannya. Upaya guru untuk menyalurkan kebutuhan anak akan hubungan sosial tersebut dapat dilakukan dengan belajar kelompok sehingga dapat mengembangkan potensi dan melatih anak menciptakan suasana kerja sama, proses pembentukan kepribadian, tumbuhnya kesadaran akan perbedaan diantara temannya yang dapat menumbuhkan solidaritas melalui saling membantu menyelesaikan tugas.

Faktor keenam belajar sambil bermain. Bermain merupakan kebutuhan bagi siswa yang sehat, karena bermain merupakan keaktifan yang menimbulkan kegemaran dan menyenangkan serta dapat mengembangkan potensi dan melatih anak untuk membentuk kepribadian saling membentu sesuai dengan PAKEM.

Faktor ketujuh belajar sambil bekerja (learning by doing) menurut John Dewey (dalam Udin. S, 2011) mengemukakan pentingnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas tersebut meliputi aktivitas jasmaniah dan mental. Aktivitas belajar terdapat lima kategori (1) aktivitas visual (visual activities), (2) aktivitas lisan (oral activities), (3) aktivitas mendengarkan (listening activities), (4) aktivitas gerak (motor activities), (5) aktivitas menulis (writing activities).

Faktor kedelapan inkuiri. Siswa memiliki potensi untuk mencari dan menemukan sendiri (sense of inquiry) baik fakta maupun data informasi. Guru hendaknya memberikan sendiri informasi dalam materi. Dan Faktor kesembilan memecahkan masalah. Setiap

siswa menyukai tantangan dalam belajar sesuai dengan kemampuannya. Tantangan belajar ini mendorong siswa aktif yang diciptakan oleh guru.

Langkah-langkah model pembelajaran interaktif menurut Faire dan cosgrove (dalam Udin, 2011) terdapat 7 langkah yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini. (lihat gambar 1)

Ketujuh langkah kegiatan pembelajaran interaktif tersebut dilaksanakan secara berurutan mulai dari persiapan sampai refleksi yaitu: 1) Persiapan, yaitu yaitu kegiatan yang dirancang sebelum melakukan kegiatan pembelajaran, 2) Pengetahuan awal, yaitu dalam kegiatan ini guru menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan dibahas, 3) kegiatan eksplorasi, pada kegiatan ini guru memberikan uraian singkat tentang materi pembelajaran dengan tujuan siswa memiliki gambaran materi.tidak lupa dalam menyampaikan materi guru juga memberikan motivasi kepada siswa. 4) pertanyaan siswa, tahap ini pertanyaan siswa ini merupakan refleksi rasa ingin tahu tentang materi yang telah disampikan guru. Guru mencatat pertanyaan untuk dipilih dan anak mencari jawabannya secara investigasi. 5) tahap penyelidikan, penyelidikan atau investigasi adalah kegiatan siswa untuk mencari jawaban dari pertanyaaan yang dipilih. 6) tahap pengetahuan akhir, kegiatan ini setiap siswa berkelompok mendiskusikan hasil penyelidikannya, dengan membandingkannya dengan pengetahuan awal. Perbedaan pengetahuan tersebut adalah hasil belajar siswa. 7) tahap refleksi, terdapat dua kegiatan pada tahap ini, yaitu membuat kesimpulan dan pemantapan. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan atas proses dan hasil belajar mereka, kemudian pemantapan dapat diberikan oleh guru dengan cara memberi tugas.

Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang diajarkan di jenjang

(4)

Sd sampai sekolah menengah. Menurut Solikin dan Raharjo (2008) IPS membentu memecahkan permasalahan antara manusia dan lingkungannya sehingga manusia dapat memahami lingkungan. Lebih lanjut UU Sikdiknas pasal 27 (dalam Sapriyo, 2009) bahwa bahan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain sejarah, ilmu bumi, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan,pemahaman dan kemampuan analisis siswa terhadap kondisi sosial masyarakat. Selain itu Depdikbud (2006) dalam KTSP, tujuan IPS yaitu: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis, logis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam bersosial. 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan berkompetisi dalam masyarakat

yang majemuk di tungkat lokal, nasional dan global.

Berdasarkan karakteristik dan tujuan IPS dalam KTSP, maka pembelajarannya harus dapat menggunakan strategi yang memadukan atau mengintegrasikan dari berbagai konsep ilmu-ilmu sosial yang disajikan secara utuh, sehingga guru harus berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan memadukannya dengan pengetahuan baru.

Sesuai dengan karakteristik IPS dan model pembelajaran interaktif, guru dalam menyampaikan materi pelajaran IPS sangat cocok menggunakan model pembelajaran interaktif, karena konsep-konsep IPS dapat dengan mudah dipahami oleh siswa melalui berbagai pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dapat dijawab oleh siswa dengan cara penyelidikan. Materi pembelajaran IPS yang sangat kompleks dan berkaitan dengan

Persiapan Pengetahuan Awal Pertanyaan Siswa Penyelidikan Pengetahuan Akhir Refleksi Perbandingan Pertanyaan Susulan Gambar 1

(5)

lingkungan dan masyarakat yang setiap hari dialami oleh siswa dapat dijadikan sebagai pertanyaan oleh guru, sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya menjadi lebih baik sesuai dengan apa yang dia alami sendiri.

KESIMPULAN

Pengembangan model pembelajaran interaktif dalam IPS dapat dilakukan oleh guru pada semua pokok bahasan, dengan syarat harus memperhatikan sembilan hal yakni: motivasi, pemusatan perhatian, latar belakang siswa dan konteksitas materi pelajaran, perbedaan individual siswa, belajar sambil bermain, belajar sambil bekerja, belajar menemukan dan pemecahan permasalahan serta hubungan sosial. Dalam kegiatan pembelajaran interaktif guru berperan sebagai motivator, fasilitator, mediator, evaluator, pembimbing, dan agem pembaharu. Dengan demikian, kedudukan siswa dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas memiliki peran aktif, dimana aktivitasnya dapat diukur dari kegiatan memperhatikan, mencatat, bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas baik tugas individu maupun tugas kelompok. Dengan situasi belajar yang demikian, siswa akan mendapatkan pengalaman yang berkesan, menyenagkan dan tidak membosankan. Artinya kegiatan pembelajara sesuai dengan filsafat konstruktivisme.

Dalam kegiatan pembelajaran interaktif, guru dapat mengembangkan teknik bertanya efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa, pertanyaan tersebut akan dijawab siswa melalui penyelidikan terlebih dahulu dan dipecahkan melalui tahap diskusi kelompok bersama temannya dikelas. Hingga nanti ditarik kesimpulan bersama guru. Langkah-langkah model pembelajaran interaktif yaitu persiapan, pengetahuan awal, eksplorasi, pertanyaan siswa, penyelidikan, pengetahuan akhir, dan refleksi.

DAFTAR RUJUKAN

Winataputra, Udin S, dkk. 2011. Materi dan Pembelajaran IPS SD.Jakarta: Universitas Terbuka

Satriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publikasi

Riyanto,Yatim. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Group

Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. 2011. Pengembangan Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tujuan yang peneliti lakukan maka : (1) Penelitian ini dapat meningkatkan shooting free throw dalam permainan bola basket pada siswa kelas X akuntansi 2 SMK

Hasil penelitian ini memberikan implikasi kepada pimpinan PTPN VI unit Ophir Sariak agar dalam meningkatkan kinerja karyawannya dapat dilakukan dengan meningkatkan

[r]

Selain itu, praktikan juga berusaha untuk ikut aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak sekolah.Dalam kaitannya dengan persiapan pelaksanaan PPL

Metode yang akan digunakan adalah kajian literatur dengan mengkolaborasikan teori yang sudah ada seperti analytic geometry yang mengkaji garis, lingkaran, parabola, elips dan

Sedangkan sebuah hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) pada tahun yang sama, siswa Indonesia berada pada ranking 36 dari 49 negara dalam

Di halaman depan Alkitab, anda akan melihat daftar dari 66 buku yang dapat anda temukan dalam Alkitab.”.. Hubungan yang paling penting yang dapat anda lakukan dalam hidup ini

Identifikasi kemiripan gambar dilakukan menggunakan 3 data gambar burung lovebird dengan evaluasi RMSE dan metode SSE memberikan informasi yang lebih akurat untuk membedakan