• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL ANAK 2011 ISSN : : Badan Pusat Statistik (BPS) : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROFIL ANAK 2011 ISSN : : Badan Pusat Statistik (BPS) : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA)"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROFIL ANAK 2011

ISSN : 2089-3523

Ukuran Buku : 17x24 cm

Naskah : Badan Pusat Statistik (BPS)

Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik (BPS)

Dterbitkan oleh : Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA)

Dicetak oleh : CV. Miftahur Rizky Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya.

(3)

Profil Anak Indonesia 2011

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai generasi penerus, anak harus mendapatkan bimbingan agar dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan mendapatkan perlindungan untuk mendapatkan kebutuhan dan hak-haknya. Bimbingan dan perlindungan terhadap anak menjadi tanggungjawab orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara.

Perhatian pemerintah terhadap anak telah ditunjukkan dengan ditetapkannya berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan terkait anak, antara lain ditetapkannya Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, kebijakan Kota Layak Anak dan ditetapkannya Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli. Meskipun demikian, sampai saat ini data yang menggambarkan tentang posisi dan kondisi anak Indonesia masih sangat terbatas. Padahal untuk mengetahui berbagai permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan dan hak-hak anak, sangat dibutuhkan ketersediaan data tentang posisi dan kondisi anak di berbagai bidang.

Publikasi ini menyajikan data anak di berbagai bidang untuk dapat menggambar-kan pemenuhan kebutuhan dan hak sipil anak, pemenuhan hak pengasuhan anak, pendidikan dan kesehatan anak, serta perlindungan khusus bagi anak. Data yang disajikan dalam publikasi ini sangat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam penyusunan berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang ramah anak. Melalui publikasi ini diharapkan juga akan meningkatkan pemahaman tentang permasalahan dan kebutuhan anak, sehingga dapat dirumuskan kebijakan yang tepat dalam penanganannya.

(4)

Profil Anak Indonesia 2011

iv

Publikasi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kerjasama dan partisipasi berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada semua pihak, terutama kepada Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) beserta jajarannya, atas kerjasamanya, sehingga terwujudnya publikasi ini. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat terus ditingkatkan, terutama dalam upaya peningkatan ketersediaan data anak.

Jakarta, Oktober 2011 Menteri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia

(5)

Profil Anak Indonesia 2011

KATA PENGANTAR

Anak merupakan aset penting bagi sebuah keluarga. Dalam lingkup yang lebih luas yaitu bangsa, anak diharapkan mempunyai andil besar demi kemajuan dan kemakmuran bangsa pada masa yang akan datang. Untuk itu baik keluarga maupun negara diharapkan menjadi pendukung utama bagi terwujudnya anak Indonesia yang sehat dan berkualitas agar kemajuan dan kemakmuran bangsa di masa mendatang dapat tercapai.

Sensus Penduduk 2010 mencatat, jumlah anak berumur 0-17 tahun di Indonesia adalah sekitar 81 juta atau lebih dari sepertiga jumlah penduduk Indonesia. Ini merupakan suatu pekerjaan besar bagi pemerintah dan bangsa Indonesia agar dapat mewujudkan kehidupan anak yang sejahtera, maju dan dapat bersaing secara global.

Publikasi ini merupakan hasil kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Dengan terbitnya publikasi ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang kondisi anak Indonesia dilihat dari berbagai sudut pandang seperti pendidikan, kesehatan, kehidupan sosial, pekerjaan, dan perlindungan hukum.

Kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian publikasi ini, disampaikan penghargaan dan terima kasih. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan publikasi ini di masa mendatang.

Jakarta, November 2011 Kepala Badan Pusat Statistik

(6)

Profil Anak Indonesia 2011

vi

ORGANISASI PENYUSUN BUKU

Penanggung Jawab : Dr. Wendy Hartanto S. Happy Hardjo, M.Ec Ir. Lies Rosdianty, M.Si

Editor : Dwi Retno Wilujeng Wahyu Utami, S.Si, M.Si Gantjang Amanullah, MA

Krismawati, MA Ir. Meity Trisnowati Teguh Pramono, MA Ir. FB. Didiek Santoso

Penulis : Al Huda Yusuf, M.Si

Budi Santoso, M.Si Eva Yugiana, S.ST Ir. Hilmiah

Mariet Tetty Nuryetty, MA Nenny Rianarizkiwati, SH, LL.M Poetrijanti, S.Si

Rida Agustina, S.ST Theresia Parwati, S.ST

Tono Iriantono Wirananggapattie, S.Si Pengolah Data : Al Huda Yusuf, M.Si

Eva Yugiana, S.ST Fera Hermawati, S.ST Ferandya Yoedhiandito, SE Rida Agustina, S.ST

Sapta Hastho Ponco, S.ST

Setting : Al Huda Yusuf, M.Si

Kulit Muka : Al Huda Yusuf, M.Si Fera Hermawati, S. ST

(7)

Profil Anak Indonesia 2011

AKRONIM

ABH Angka Buta Huruf

AKA Angka Kematian Anak

AKABA Angka Kematian Balita

AKB Angka Kematian Bayi

APK Angka Partisipasi Kasar

APM Angka Partisipasi Murni

APS Angka Partisipasi Sekolah

ASEAN Association of South East Asian Nations

ASI Air Susu Ibu

BA Bustanul Athfal

Bappenas Badan Perencana Pembangunan Nasional BBLR Berat Badan Lahir Rendah

BCG Basillus Calmatto Guenin

BKB Bina Keluarga Balita

BKG Balita Kurang Gizi

BPS Badan Pusat Statistik

DI Daerah Istimewa

Dikdas Pendidikan Dasar

DKI Daerah Khusus Ibukota

DPT Difteri Pertusis Tetanus

EFA Education for All

GNPPBA Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Buta Aksara

HAM Hak Asasi Manusia

HDI Human Development Index

Inpres Instruksi Presiden

IUGR Intra Uterine Growth Retardation

KB Kelompok Bermain

KF Keaksaraan Fungsional

KLA Kota Layak Anak

Kemendiknas Kementerian Pendidikan Nasional Kemendagri Kementerian Dalam Negeri Kemenkeu Kementerian Keuangan

Kemenag Kementerian Agama

(8)

Profil Anak Indonesia 2011

viii

MDGs Millenium Development Goals

MI Madrasah Ibtidaiyah

MTs Madrasah Tsanawiyah

MA Madrasah Aliyah

Menkokesra Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat NTB Nusa Tenggara Barat

PAUD Pendidikan Anak Usia Dini

PUS Pendidikan Untuk Semua

PMS Penyakit Menular Seksual

PNBAI Program Nasional Bagi Anak Indonesia Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

PPI Program Pengembangan Imunisasi

PT Perguruan Tinggi

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

Pustu Puskesmas Pembantu

RA Raudatul Athfal

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

RPJM Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sakernas Survei Angkatan Kerja Nasional

SD Sekolah Dasar

SDKI Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia SDLB Sekolah Dasar Luar Biasa

SDM Sumber Daya Manusia

SMP Sekolah Menengah Pertama

SMPLB Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa

SMA Sekolah Menengah Atas

SMK Sekolah Menengah Kejuruan Sisdiknas Sistem Pendidikan Nasional Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional Sukma Surat Keterangan Buta Aksara

TBM Taman Bacaan Masyarakat

TK Taman Kanak-kanak

TPA Taman Penitipan Anak

UU Undang Undang

UUD Undang Undang Dasar

Wajar Wajib Belajar

(9)

Profil Anak Indonesia 2011

DAFTAR ISI

Halaman

SAMBUTAN iii

KATA PENGANTAR v

ORGANISASI PENYUSUN BUKU vi

AKRONIM vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 3 1.3 Sumber Data 3 1.4 Sistematika Penyajian 4

BAB II HAK SIPIL DAN KEBEBASAN 7

2.1 Jumlah dan Komposisi Anak 10

2.2 Tren Penduduk 0-17 Tahun 12

2.3 Rasio Jenis Kelamin (RJK) 14

2.4 Kepemilikan Akte Kelahiran 15

BAB III LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENGASUHAN

ALTERNATIF 19

3.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 19

3.2 Anak dan Keluarga yang Tinggal Bersama 23

3.2.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja 23 3.2.2 Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja 25 3.2.3 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung 26

3.2.4 Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain 28

3.3 Perkawinan Usia Dini 29

BAB IV KESEHATAN DASAR DAN KESEJAHTERAAN 35

4.1 Pelayanan Antenatal 35

4.2 Penolong Persalinan 37

(10)

Profil Anak Indonesia 2011

x

4.3.1 Angka Kematian Anak 39

4.3.2 Angka Kematian Balita 41

4.4 Status Gizi 43

4.4.1 Status Gizi Balita 43

4.4.2 Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 44

4.4.3 Pemberian Vitamin A Pada Balita 44

4.5 ASI 45

4.6 Imunisasi 47

4.7 Keluhan Kesehatan 49

4.8 Akses ke Pelayanan Kesehatan 51

BAB V PENDIDIKAN, PEMANFAATAN WAKTU LUANG DAN

KEGIATAN SENI BUDAYA 55

5.1 Status Sekolah 56

5.2 APS, APM dan APK 59

5.2.1 Putus Sekolah 64

5.3 Alasan Tidak Sekolah 67

5.4 Angka Buta Huruf 69

5.5 Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Seni Budaya 71

BAB VI PERLINDUNGAN KHUSUS 77

6.1 Perlindungan Anak 77

6.2 Anak Bermasalah Hukum 78

6.3 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja 84

6.3.1 Umur Anak yang Bekerja 85

6.3.2 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi 86 6.3.3 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendidikan 89 6.3.4 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Lapangan

Pekerjaan Utama 90

6.3.5 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status

Pekerjaan Utama 91

6.3.6 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Status

Pekerjaan dan Lapangan Pekerjaan Utama 92

6.3.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja di Kegiatan Informal 93 6.3.8 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja

pada Pekerjaan Utama 95

6.3.9 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Pendapatan/

(11)

Profil Anak Indonesia 2011

6.4 Anak Cacat 99

6.4.1 Distribusi Anak Cacat 99

6.4.2 Jenis dan Penyebab Kecacatan 100

6.4.3 Pendidikan Anak Cacat 102

6.4.4 Interaksi Anak Cacat dalam Keluarga 103

(12)

Profil Anak Indonesia 2011

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Jumlah Anak (000) menurut Umur, Tipe Daerah dan Jenis

Kelamin, 2010 11

Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berumur kurang dari 18 Tahun menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2000 dan 2010 13

Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin menurut Umur Tunggal dan Tipe Daerah,

2000 dan 2010 14

Tabel 2.4 Persentase Anak menurut Tipe Daerah dan Status Kepemilikan

Akte Kelahiran, 2010 16

Tabel 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD

menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2010 21 Tabel 3.2 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Tipe Daerah,

Jenis Kelamin dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2010 22 Tabel 4.1 Persentase Balita menurut Kelompok Umur dan

Kategori Berat Badan Lahir, 2010 44

Tabel 4.2 Persentase Anak yang Berobat Jalan ke Fasilitas Kesehatan

menurut Tipe Daerah, 2010 51

Tabel 5.1 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun ke Atas menurut Tipe

Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2010 58 Tabel 5.2 Persentase Penduduk Berumur 5-17 Tahun

menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2010 59 Tabel 5.3 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Anak menurut Tipe Daerah,

Jenis Kelamin dan Kelompok Umur (tahun), 2010 60

Tabel 5.4 Angka Partisipasi Kasar (APK) Anak menurut Tipe Daerah,

Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 62

Tabel 5.5 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tipe Daerah, Jenis

Kelamin dan Jenjang Pendidikan, 2010 63

Tabel 5.6 Angka Putus Sekolah Usia 7-17 Tahun menurut Tipe Daerah,

Jenis Kelamin dan Status Sekolah, 2010 65

Tabel 5.7 Angka Putus Sekolah menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan

Kelompok Umur Sekolah, 2010 66

Tabel 5.8 Angka Putus Sekolah Penduduk 7-17 Tahun menurut Tipe

(13)

Profil Anak Indonesia 2011

Tabel 5.9 Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun yang Tidak/

Belum Pernah Sekolah/Tidak Bersekolah Lagi menurut Alasan Tidak Melanjutkan Sekolah, Tipe Daerah dan

Jenis Kelamin, 2010 68

Tabel 5.10 Angka Buta Huruf Anak Usia 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah,

Jenis Kelamin dan Kelompok Usia Sekolah, 2010 70

Tabel 5.11 Persentase Anak Usia 5-17 Tahun menurut Kegiatan Sosial Budaya yaitu Membaca, Menonton TV, Mendengarkan Radio, Menonton/Melakukan Kesenian, Tipe Daerah dan Jenis

Kelamin, 2009 74

Tabel 6.1 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana menurut Jenis Kelamin,

2007-2009 79

Tabel 6.2 Jumlah Pelaku Tindak Pidana menurut Kepolisian Daerah dan

Kelompok Umur, 2007-2009 80

Tabel 6.3 Jumlah dan Persentase Remaja Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal menurut Jenis Tindak Pidana/Kriminalitas

yang Dilakukan, 2010 82

Tabel 6.4 Jumlah Anak Pelaku Tindak Pidana/Anak Nakal menurut Jenis Tindak Pidana/ Kriminalitas yang Dilakukan dan

Umur Anak, 2010 83

Tabel 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2010 85

Tabel 6.6 Jumlah, Persentase, Rasio Jenis Kelamin dan Proporsi

Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Provinsi, 2010 88 Tabel 6.7 Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jenis Kelamin,

Status Pekerjaan Utama dan Sektor, 2010 92

Tabel 6.8 Rata-Rata Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu pada Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan

Jenis Kelamin, 2010 95

Tabel 6.9 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan

Status Sekolah, 2010 96

Tabel 6.10 Rata-Rata Pendapatan/Upah/Gaji (000 rupiah) pada Pekerjaan Utama Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Umur dan

Jenis Kelamin, 2010 98

Tabel 6.11 Persentase Anak 0-17 tahun menurut Kecacatan dan Tipe

(14)

Profil Anak Indonesia 2011

xiv

Tabel 6.12 Persentase Penduduk 0-17 Tahun Penyandang Cacat menurut

Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 100

Tabel 6.13 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Jenis Kecacatan

dan Jenis Kelamin, 2009 100

Tabel 6.14 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Jenis Kecacatan

dan Tipe Daerah, 2009 101

Tabel 6.15 Persentase Anak Cacat 0-17 tahun menurut Penyebab

Kecacatan dan Tipe Daerah, 2009 102

Tabel 6.16 Persentase Anak (7-17 tahun) Cacat menurut Jenis Kelamin

dan Partisipasi Sekolah, 2009 102

Tabel 6.17 Proporsi Penyandang Cacat 5-17 Tahun menurut Tipe Daerah

(15)

Profil Anak Indonesia 2011

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti

PAUD menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 22

Gambar 3.2 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja

menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 24

Gambar 3.3 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja

menurut Provinsi, 2009 24

Gambar 3.4 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja

menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 25

Gambar 3.5 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja

menurut Provinsi, 2009 26

Gambar 3.6 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu

Kandung menurut Jenis kelamin dan Tipe Daerah, 2009 27 Gambar 3.7 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu

Kandung menurut Provinsi, 2009 27

Gambar 3.8 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain

menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 28

Gambar 3.9 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain

menurut Provinsi, 2009 29

Gambar 3.10 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan

Pernah Kawin menurut Provinsi, 2010 30

Gambar 3.11 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan

Pernah Kawin menurut Status Perkawinan, 2010 31

Gambar 3.12 Persentase Anak Perempuan 10-17 Tahun yang Kawin dan

Pernah Kawin menurut Umur Kawin Pertama, 2010 32

Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 dan K4

menurut Tipe Daerah, 2010 36

Gambar 4.2 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran dan Tipe

Daerah, 2010 37

Gambar 4.3 Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup, 1997-2007 38 Gambar 4.4 Angka Kematian Bayi menurut Provinsi, 2007 39

Gambar 4.5 Angka Kematian Anak, 1997-2007 40

Gambar 4.6 Angka Kematian Anak menurut Provinsi, 2007 40

Gambar 4.7 Angka Kematian Balita, 1997-2007 41

Gambar 4.8 Angka Kematian Balita menurut Provinsi, 2007 42 Gambar 4.9 Persentase Balita menurut Status Gizi dan Jenis Kelamin, 2010 43

(16)

Profil Anak Indonesia 2011

xvi

Gambar 4.10 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima Kapsul Vitamin A Selama Enam Bulan Terakhir menurut Kelompok

Umur, 2010 45

Gambar 4.11 Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI menurut Jenis

Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 46

Gambar 4.12 Rata-rata Lama Pemberian ASI Bagi Balita menurut Tipe

Daerah dan Jenis Kelamin, 2010 46

Gambar 4.13 Rata-rata Lama Pemberian ASI tanpa Makanan Tambahan dan ASI dengan Makanan Tambahan Bagi Balita menurut

Tipe Daerah, 2010 47

Gambar 4.14 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut

Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010 48

Gambar 4.15 Persentase Balita yang Pernah Diberi Imunisasi menurut

Jenis Imunisasi dan Jenis Kelamin, 2010 49

Gambar 4.16 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktivitas Sehari-hari menurut Tipe Daerah dan

Jenis Kelamin, 2010 49

Gambar 4.17 Persentase Anak yang Mempunyai Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Tipe Daerah dan

Jenis Kelamin, 2010 50

Gambar 6.1 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut

Status Sekolah dan Jenis Kelamin, 2010 89

Gambar 6.2 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut

Ijazah Tertinggi dan Jenis Kelamin, 2010 90

Gambar 6.3 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut

Lapangan Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2010 90

Gambar 6.4 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut

Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2010 91

Gambar 6.5 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut

Kegiatan Formal/Informal dan Jenis Kelamin, 2010 94

Gambar 6.6 Persentase Anak 10-17 Tahun yang Bekerja menurut Jam Kerja pada Pekerjaan Utama dalam Seminggu dan

(17)

Profil Anak Indonesia 2011

BAB

1

(18)
(19)

Profil Anak Indonesia 2011

1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989 dan dirati ikasi Indonesia pada tahun 1990, Bab 1 Pasal 1 yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 1 juga menyebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan dari 237.641.326 orang di Indonesia, sekitar 34,26 persen adalah anak-anak usia 0-17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa berinvestasi untuk anak adalah berinvestasi untuk sepertiga lebih penduduk Indonesia. Gambaran kondisi anak saat ini menjadi dasar yang penting bagi pengambilan kebijakan yang tepat bagi anak. Anak-anak merupakan kelompok penduduk usia muda yang mempunyai potensi untuk dikembangkan agar dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan di masa mendatang. Mereka adalah kelompok yang perlu disiapkan untuk kelangsungan bangsa dan negara di masa depan.

Perwujudan anak-anak sebagai generasi muda yang berkualitas, berimplikasi pada perlunya pemberian perlindungan khusus terhadap anak-anak dan hak-hak yang dimilikinya sehingga anak-anak bebas berinteraksi dalam kehidupan di lingkungan masyarakat. Sesuai dengan isi Pasal 4 UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Undang-undang tersebut merupakan bentuk dari hasil rati ikasi Convention on the Rights of the Child (CRC). Konvensi ini merupakan instrumen internasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. CRC terdiri dari 54 pasal yang hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi di bidang Hak Asasi Manusia khususnya bagi anak-anak yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi,

(20)

Profil Anak Indonesia 2011

2

sosial dan budaya. Berbagai kebijakan untuk anak juga telah dibuat oleh pemerintah diantaranya adalah Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) yang didalamnya mencakup empat program besar yaitu bidang kesehatan, pendidikan, perlindungan anak dan penanggulangan HIV/AIDS.

Salah satu aspek penting untuk melihat kualitas anak adalah dari sisi pendidikan. Hasil Susenas 2010 menunjukkan bahwa anak usia 5-17 tahun yang berstatus sekolah sebesar 82,58 persen dan masih terdapat 8,12 persen yang tidak bersekolah lagi dan yang belum pernah sekolah sebesar 9,30 persen. Meskipun persentase anak usia sekolah yang masih bersekolah cukup tinggi, namun kualitas dari anak tersebut juga harus ditingkatkan demi terciptanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas bagi bangsa dan negara di masa depan. Hal ini dikarenakan masih adanya permasalahan terbatasnya akses pendidikan berkualitas bagi anak, terutama bagi anak keluarga miskin dan di masyarakat terpencil. Dampaknya dapat terlihat dari semakin meningkatnya kasus-kasus kekerasan, jumlah anak yang bermasalah dengan hukum, eksploitasi (termasuk trafϔicking) dan diskriminasi terhadap anak.

Dilihat dari sisi kesehatan, Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 (2004) sebesar 34 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut jauh dari target MDGs (23 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup) yang ingin dicapai pada tahun 2015. Sementara pada tahun yang sama, Angka Kematian Balita adalah sebesar 44 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 32 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup. Indikator lainnya adalah status gizi anak, dimana berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi Balita Kurang Gizi (BKG) pada tahun 2010 adalah sebesar 17,9 persen yang terdiri dari 4,9 persen gizi buruk dan 13 persen gizi kurang.

Secara sosial, masalah anak diantaranya adalah diskriminasi, kekerasan, eksploitasi dan penelantaran anak. Hasil survei Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak (2006) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA) menunjukkan sebesar 3 persen anak-anak mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga dalam berbagai bentuk. Hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga yang seharusnya menjadi tempat aman bagi anak dan memberikan perlindungan bagi anak justru menjadi tempat anak mendapatkan tindak kekerasan. Maraknya kasus kekerasan terhadap anak, baik di lingkungan keluarga atau lingkungan umum menunjukkan masih minimnya perlindungan terhadap anak. Hal ini menunjukkan pula masih jauhnya lingkungan yang ramah dan aman bagi anak.

Di samping itu, perlindungan anak dari berbagai tindak kekerasan, perdagangan anak, eksploitasi dan diskriminasi masih belum optimal. Hal ini terlihat dari

(21)

Profil Anak Indonesia 2011

jumlah anak bekerja yang masih relatif tinggi. Hasil Survei Pekerja Anak (SPA) yang merupakan kerjasama antara BPS dan ILO (International Labour Organization) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 4,1 juta anak usia 5-17 tahun yang bekerja. Sedangkan berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2010, terdapat 3,2 juta anak berumur 10-17 tahun pada 33 provinsi di Indonesia yang bekerja.

Disisi lain, belum terpenuhinya hak sipil anak yaitu kepemilikan akte kelahiran hanya sekitar 54,79 persen (Susenas 2010), namun 14,57 persen di antaranya tidak dapat menunjukkan akte kelahirannya. Hal ini mencerminkan masih lemahnya sistem pendataan atau registrasi kelahiran serta menunjukkan belum terpenuhinya hak anak terhadap identitasnya. Tidak dimilikinya akte kelahiran menyebabkan ketidak jelasan identitas anak, yang akan membawa sejumlah implikasi seperti diskriminasi, tidak memiliki akses terhadap pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan, rawan menjadi korban perdagangan manusia, mudah dijadikan pekerja anak, rawan menjadi korban kejahatan seksual dan lain-lain.

Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka diperlukan adanya data pro il anak sebagai gambaran keadaan anak-anak di Indonesia secara menyeluruh diberbagai bidang. Oleh karena itu KPP&PA bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik melakukan suatu kajian analisis deskriptif mengenai situasi dan kondisi anak-anak di Indonesia. Penyusunan pro il dalam jangka pendek menjadi sangat penting untuk disusun dan dikembangkan sebagai basis data dan masukan dalam upaya pemenuhan hak-hak anak.

1.2 TUJUAN

Publikasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi tentang kondisi anak-anak Indonesia yang diamati dari aspek lingkungan keluarga, pendidikan, kesehatan, dan perlindungan anak baik terhadap masalah sosial, hukum, kekerasan, anak bekerja dan anak cacat.

1.3 SUMBER DATA

Publikasi ini menggunakan berbagai macam sumber data, dari hasil survei dan sensus sebagai berikut:

a. Survei Demogra i dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 b. Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010

c. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2010 d. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2010 e. Sensus Penduduk 2010

(22)

Profil Anak Indonesia 2011

4

1.4 Sistematika Penyajian

Publikasi ini disajikan dalam enam bab. Pemilihan bab dalam penyusunan Pro il Anak disesuaikan dengan lima kluster hak anak pada Konvensi Hak Anak (KHA) yakni: hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya, dan perlindungan khusus. Pengelompokan tentang isi KHA ke dalam lima kluster oleh Komisi Hak Anak PBB dilakukan dengan pertimbangan mempermudah pemahaman publik serta mempermudah dalam penyusunan laporan implementasinya kepada PBB. Dalam setiap kluster telah ditentukan indikator rinci, meskipun demikian karena keterbatasan data, tidak semua indikator tersebut disajikan dalam publikasi ini.

Bab pertama menyajikan pendahuluan yang berisi latar belakang penyusunan publikasi, tujuan, sumber data serta sistematika penyajian. Bab kedua menyajikan tentang Hak Sipil dan Kebebasan. Bab ketiga tentang Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif, bab keempat Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, Bab kelima Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan Seni budaya, sedangkan bab keenam Perlindungan Khusus yang berisi tentang perlindungan anak, anak bermasalah hukum, anak yang bekerja dan anak cacat.

(23)

Profil Anak Indonesia 2011

BAB

2

HAK SIPIL DAN

KEBEBASAN

(24)
(25)

Profil Anak Indonesia 2011

2

HAK SIPIL DAN KEBEBASAN

Salah satu kluster dalam Konvensi Hak Anak adalah Kluster Hak Sipil dan Kebebasan bagi Anak. Berbagai permasalahan anak di Indonesia terjadi karena masih rendahnya penghormatan, pemenuhan, dan perlindungan hak sipil dan kebebasan terhadap anak. Hak sipil dan kebebasan anak terdiri dari beberapa hak yang diatur dalam pasal-pasal terpisah, yakni:

1. Nama dan kewarganegaraan 2. Mempertahankan identitas 3. Kebebasan berpendapat

4. Kebebasan berpikir, berkesadaran (berhati nurani) dan beragama 5. Kebebasan berserikat dan berkumpul secara damai

6. Perlindungan terhadap kehidupan pribadi (privasi) 7. Akses kepada informasi yang layak

8. Perlindungan dari penyiksaan dan perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat.

Hak pertama adalah hak atas nama dan kewarganegaraan. Makna penting dari hak atas nama dan kewarganegaraan merupakan hak mendasar dan pertama yang dimiliki oleh seorang anak. Nama dan kewarganegaraan menunjukkan identitas yang dimiliki setiap orang dan statusnya sebagai warga dari suatu negara yang akan menjamin pemenuhan hak-haknya. Dari sisi negara, hak tersebut merupakan kewajiban bagi negara untuk memenuhinya dan menjadi bukti pengakuan hukum dari negara terhadap warganya.

Hak kedua adalah hak mempertahankan identitas. Seorang anak berhak untuk mempertahankan identitasnya dan negara menghormati hak warganya dalam mempertahankan identitasnya tersebut, termasuk kaitannya dengan hubungan keluarga. Apabila ada pihak-pihak yang hendak melakukan perampasan atau pemalsuan identitas seorang anak, maka negara akan memberi bantuan dan perlindungan yang layak dengan tujuan menetapkan kembali dengan cepat jati dirinya.

(26)

Profil Anak Indonesia 2011

8

Hal ini sebagai langkah awal bagi anak dalam mengembangkan jati dirinya untuk tumbuh kembang secara wajar. Implementasi dari kedua hak tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian akte kelahiran dan pencatatan yang harus dilakukan untuk diregistrasi oleh negara dalam catatan sipil kependudukan seorang anak sebagai salah satu warga negaranya.

Hak ketiga adalah hak anak untuk menyatakan pendapat. Arti penting dari hak tersebut bagi negara dan pemerintah adalah sebagai elemen penting bagi terwujudnya negara dan pemerintahan yang demokratis, dimana setiap warga negara termasuk anak memiliki hak yang sama untuk menyatakan pendapatnya. Pemerintah juga bisa memperoleh gambaran permasalahan, kebutuhan dan aspirasi yang murni dari kelompok anak itu sendiri, yang sebelumnya lebih sering disuarakan oleh orang dewasa. Bagi anak sendiri, arti penting dari hak untuk menyatakan pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

- merupakan perwujudan dari hak anak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut diri mereka

- meningkatkan harga diri dan percaya diri anak - mengembangkan bakat dan keterampilan - memperbesar akses pada berbagai peluang

Hak keempat adalah kebebasan berpikir, berkesadaran berhati nurani, dan beragama. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah memudahkan terwujudnya sebuah negara atau pemerintahan yang maju yang menghargai pluralitas warganya dan tidak diskriminatif. Bagi anak, arti penting dari hak tersebut adalah agar anak dapat mengembangkan kecerdasan jamak (logika matematika, linguistik verbal, body kinestetik, visual spasial, naturalis, interpersonal, intrapersonal, kecerdasan musikal dan kecerdasan spiritual). Bagi masyarakat, arti penting dari hak tersebut bisa menciptakan masyarakat yang kreatif, toleran dan saling menghargai terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki warganya, serta tidak ada dominasi satu kelompok terhadap kelompok lainnya.

Hak kelima adalah kebebasan berorganisasi atau berserikat dan berkumpul secara damai. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah serta masyarakat adalah terbukanya proses sosial yang demokratis sejak dini bagi reproduksi kepemimpinan bangsa dan masyarakat, karena kebebasan berorganisasi tersebut bisa melahirkan calon-calon pemimpin bangsa yang mempunyai basis pengalaman berorganisasi yang baik dan bukan berdasarkan pada basis keturunan. Bagi anak arti penting dari hak kelima ini adalah untuk mengenal, memahami dan melatih bagaimana cara berorganisasi sejak dini, melatih kepemimpinan anak dan melatih anak dalam bermasyarakat.

(27)

Profil Anak Indonesia 2011

Hak keenam adalah perlindungan terhadap kehidupan pribadi (privasi). Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah negara atau pemerintah akan dipandang mampu melindungi warganya, khususnya kelompok anak dari campur tangan pihak-pihak lain yang bisa merugikan kepentingan anak. Arti penting bagi anak adalah terjaganya kehidupan pribadi atau privasinya sehingga bisa terhindar dari segala bentuk pemaksaan dan diskriminasi yang dalam jangka panjang bisa menumbuhkan kepercayaan diri anak. Sedangkan bagi masyarakat, arti pentingnya adalah adanya instrumen sosial dan hukum yang membuat warganya merasa lebih tenteram dan bebas dari ancaman terhadap kehidupan pribadinya.

Hak ketujuh adalah akses kepada informasi yang layak. Bagi negara atau pemerintah, selain menjadi dasar bagi perlunya disusun instrumen peraturan atau kelembagaan yang bisa menjamin akses informasi kepada warga negara juga memberikan perlindungan khususnya kepada kelompok anak dari informasi-informasi yang berdampak negatif pada anak. Arti penting bagi anak adalah menambah pengetahuan umum, memperluas wawasan dan juga terhindar dari dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari keterbukaan informasi. Sedangkan bagi masyarakat, keterbukaan akses tersebut selain di satu sisi akan mempercepat kemajuan suatu masyarakat tapi disisi lain juga menumbuhkan kekawatiran akan dampak negatif, sehingga mendorong ditumbuhkan dan diperkuatnya kembali norma-norma dan nilai-nilai sosial yang dapat membendung dampak negatif keterbukaan informasi.

Hak kedelapan atau terakhir dari rumpun hak sipil dan kebebasan anak adalah perlindungan dari penyiksaan dan penghukuman lain yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia. Arti penting dari hak tersebut bagi negara atau pemerintah adalah bisa mendorong peningkatan perhatian dan kepekaan pemerintah terhadap hak anak-anak yang berhadapan dengan hukum sejak awal proses penangkapan anak sebagai tersangka pelaku tindak pidana hingga selama anak menjalani proses hukuman. Hal tersebut perlu ditegaskan karena selama ini terdapat pemahaman yang terbatas dari para aparat penegak hukum tentang hak anak serta keterbatasan penyediaan fasilitas rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan membuka peluang terjadinya pelanggaran terhadap hak anak pelaku tindak kriminal. Bagi anak arti pentingnya adalah supaya anak tidak terhambat proses tumbuh kembangnya serta supaya hak-hak dasar lainnya tetap terjamin meskipun anak dalam proses hukum. Bagi masyarakat sendiri, pola-pola penghukuman terhadap anak yang melakukan kesalahan yang terjadi di masyarakat, seperti yang terdapat dalam keluarga atau sekolah bisa diarahkan pada hukuman-hukuman yang sifatnya mendidik dan bukan menyiksa anak.

(28)

Profil Anak Indonesia 2011

10

2.1 JUMLAH DAN KOMPOSISI ANAK

Anak merupakan salah satu modal sumber daya manusia yang jika dipenuhi semua kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kebutuhan sosial ekonomi lainnya akan tumbuh menjadi manusia yang berkualitas. Sebaliknya jika kebutuhan anak tidak terpenuhi, dikhawatirkan akan menurunkan kualitas hidup anak atau sebagian dari mereka akan menjadi beban baik bagi keluarga, masyarakat maupun negara.

Hasil Sensus Penduduk 2010 (SP 2010), seperti yang disajikan pada Tabel 2.1 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,641 juta jiwa, yang terdiri dari 119,631 juta laki-laki dan 118,010 juta perempuan. Dari jumlah tersebut, sekitar 81,4 juta orang atau sekitar 34,26 persen diantaranya anak berumur dibawah 18 tahun.

Berdasarkan tipe daerah, sekitar 39 juta atau 48 persen anak berumur 0-17 tahun berada di perkotaan dan 42 juta atau 52 persen lainnya tinggal di perdesaan. Persebaran jumlah anak hampir seimbang antara daerah perkotaan dan perdesaan. Dari kondisi tersebut, diharapkan tidak ada perbedaan akses pendidikan dan kesehatan, antara anak-anak yang tinggal di daerah perkotaan dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan.

(29)

Profil Anak Indonesia 2011

Tabel 2.1 Jumlah Anak (000) menurut Umur, Tipe Daerah dan

Jenis Kelamin, 2010 —” ‡”‘–ƒƒ ‡”†‡•ƒƒ ‡”‘–ƒƒΪ‡”†‡•ƒƒ ƒ‹ǦŽƒ‹ ‡”‡’—ƒ ƒ‹Ǧƒ‹Ϊ ‡”‡’—ƒ ƒ‹ǦŽƒ‹ ‡”‡’—ƒ ƒ‹Ǧƒ‹Ϊ ‡”‡’—ƒ ƒ‹ǦŽƒ‹ ‡”‡’—ƒ ƒ‹Ǧƒ‹Ϊ ‡”‡’—ƒ ȋͳȌ ȋʹȌ ȋ͵Ȍ ȋͶȌ ȋͷȌ ȋ͸Ȍ ȋ͹Ȍ ȋͺȌ ȋͻȌ ȋͳͲȌ Ͳ ͳǤͳͳͺ ͳǤͲͷͶ ʹǤͳ͹ʹ ͳǤͳͶʹ ͳǤͲͺͶ ʹǤʹʹ͸ ʹǤʹ͸Ͳ ʹǤͳ͵ͺ ͶǤ͵ͻͺ ͳ ͳǤͳ͵Ͷ ͳǤͲ͸ͺ ʹǤʹͲͳ ͳǤͳͷͷ ͳǤͲͻͻ ʹǤʹͷͶ ʹǤʹͺͻ ʹǤͳ͸͸ ͶǤͶͷͷ ʹ ͳǤͳͶͲ ͳǤͲ͹͵ ʹǤʹͳʹ ͳǤʹͲͷ ͳǤͳͶͷ ʹǤ͵ͷͲ ʹǤ͵Ͷͷ ʹǤʹͳ͹ ͶǤͷ͸ʹ ͵ ͳǤͳͷͻ ͳǤͲͻͳ ʹǤʹͷͲ ͳǤʹ͵Ͳ ͳǤͳ͸Ͷ ʹǤ͵ͻͶ ʹǤ͵ͺͻ ʹǤʹͷͷ ͶǤ͸ͶͶ Ͷ ͳǤͳʹͻ ͳǤͲ͸Ͳ ʹǤͳͺͻ ͳǤʹͷͳ ͳǤͳ͹ͻ ʹǤͶ͵Ͳ ʹǤ͵ͺͲ ʹǤʹ͵ͻ ͶǤ͸ͳͻ ͷ ͳǤͳͳͳ ͳǤͲͶ͵ ʹǤͳͷͶ ͳǤʹͲ͹ ͳǤͳ͵͹ ʹǤ͵ͶͶ ʹǤ͵ͳ͹ ʹǤͳͺͲ ͶǤͶͻͺ ͸ ͳǤͳ͵Ͷ ͳǤͲ͸ͻ ʹǤʹͲ͵ ͳǤʹͶ͹ ͳǤͳ͹ͻ ʹǤͶʹ͸ ʹǤ͵ͺͳ ʹǤʹͶͺ ͶǤ͸ʹͻ ͹Ǧͳʹ ͸Ǥ͸͸ͻ ͸Ǥʹͺ͹ ͳʹǤͻͷͷ ͹Ǥ͸͸Ͳ ͹Ǥͳͺͻ ͳͶǤͺͷͲ ͳͶǤ͵ʹͻ ͳ͵ǤͶ͹͸ ʹ͹ǤͺͲͷ ͳ͵Ǧͳͷ ͵ǤʹͶͶ ͵Ǥͳͷ͵ ͸Ǥ͵ͻ͹ ͵Ǥ͸ʹͺ ͵Ǥ͵ͺͶ ͹ǤͲͳͳ ͸Ǥͺ͹ʹ ͸Ǥͷ͵͹ ͳ͵ǤͶͲͻ ͳ͸Ǧͳ͹ ʹǤͳͳ͹ ʹǤͳ͵ͺ ͶǤʹͷ͸ ʹǤͳͷͶ ͳǤͻ͹Ͷ ͶǤͳʹͺ ͶǤʹ͹ʹ ͶǤͳͳʹ ͺǤ͵ͺ͵ Jumlah Anak 19.954 19.036 38.990 21.878 20.534 42.412 41.833 39.569 81.402 Total Penduduk 59.560 58.761 18.320 60.071 59.250 19.321 19.631 118.010 37.641

Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS

Dari sudut pandang pendidikan, menurut kelompok umur sekolah ada 27,8 juta anak berumur 7-12 tahun, 12,9 juta diantaranya tinggal di perkotaan dan 14,9 juta sisanya tinggal di perdesaan. Ada 13,4 juta anak berumur 13-15 tahun terdiri atas 6,4 juta yang tinggal di perkotaan dan 7 juta di perdesaan. Sedangkan 8,4 juta anak berumur 16-17 tahun yang tinggal di daerah perkotaan dan perdesaan masing-masing 4,3 juta dan 4,1 juta orang.

Dari sudut pandang kesehatan, ada sekurang-kurangnya 4,4 juta bayi di Indonesia yang membutuhkan layanan kesehatan yang baik, sehingga mereka bisa melewati tahun-tahun kritis diawal kehidupannya. Bayi sangat rentan terhadap berbagai jenis penyakit. Usaha pemerintah meningkatkan kesehatan anak melalui layanan imunisasi berperan penting dalam menurunkan kematian bayi, terutama di daerah-daerah terpencil.

(30)

Profil Anak Indonesia 2011

12

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk berumur 0-17 tahun yang berjenis kelamin laki-laki tercatat sebesar 51 persen, sedangkan sisanya penduduk perempuan. Dari sudut pandang kesetaraan gender, baik anak laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang setara untuk memperoleh pendidikan yang baik dan layanan kesehatan yang baik pula. Selisih antara jumlah anak laki-laki dan perempuan berumur 0-17 tahun baik di perkotaan dan perdesaan tidak terlalu berbeda seperti terdapat pada Tabel 2.1.

2.2 TREN PENDUDUK 0-17 TAHUN

Dengan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa berdasarkan hasil SP 2010, Indonesia merupakan negara terbesar keempat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada Tabel 2.2 proporsi penduduk berusia 0-17 tahun telah mengalami penurunan. Komposisinya terhadap total penduduk mengalami perubahan sekitar 2,5 persen lebih rendah dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Perubahan tersebut adalah dari 36,76 persen pada tahun 2000 menjadi 34,25 persen pada 2010.

Sekitar satu diantara tiga penduduk Indonesia adalah anak berusia 0-17 tahun. Ini terlihat dari proporsinya terhadap total penduduk Indonesia yaitu sekitar 34 persen. Yang menarik untuk diamati adalah adanya peningkatan proporsi penduduk berumur 0 tahun dari 4,72 persen pada tahun 2000 menjadi 5,4 persen pada tahun 2010. Meningkatnya proporsi bayi merupakan suatu kondisi yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah.

Komposisi penduduk berumur 0-2 tahun (batita) seperti terlihat pada Tabel 2.2, menunjukkan bahwa proporsi batita terhadap total anak berumur 0-17 tahun pada tahun 2010 lebih besar daripada proporsi batita pada tahun 2000. Pada tahun 2010 proporsinya adalah 16,48 persen atau naik sekitar 1,05 persen dari tahun 2000 (15,43 persen)

(31)

Profil Anak Indonesia 2011

Tabel 2.2 Persentase Penduduk Berumur kurang dari 18 Tahun menurut Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin, 2000 dan 2010 —” ʹͲͲͲ ʹͲͳͲ ƒ‹ǦŽƒ‹ ‡”‡’—ƒ ƒ‹Ǧƒ‹Ϊ ‡”‡’—ƒ ƒ‹ǦŽƒ‹ ‡”‡’—ƒ ƒ‹Ǧƒ‹Ϊ ‡”‡’—ƒ ȋͳȌ ȋʹȌ ȋ͵Ȍ ȋͶȌ ȋͷȌ ȋ͸Ȍ ȋ͹Ȍ Ͳ Ͷǡ͹ͺ Ͷǡ͸͸ Ͷǡ͹ʹ ͷǡͶͲ ͷǡͶͲ ͷǡͶͲ ͳ ͷǡͳͶ ͷǡʹ͵ ͷǡͳͺ ͷǡͶ͹ ͷǡͶ͹ ͷǡͶ͹ ʹ ͷǡͶͺ ͷǡͷͺ ͷǡͷ͵ ͷǡ͸Ͳ ͷǡ͸Ͳ ͷǡ͸Ͳ ͵ ͷǡ͸ͺ ͷǡ͹͹ ͷǡ͹ʹ ͷǡ͹ͳ ͷǡ͹Ͳ ͷǡ͹Ͳ Ͷ ͸ǡʹ͹ ͸ǡ͵ͳ ͸ǡʹͻ ͷǡ͸ͻ ͷǡ͸͸ ͷǡ͸͹ ͷ ͷǡ͹ͷ ͷǡ͹Ͷ ͷǡ͹ͷ ͷǡͷͶ ͷǡͷͳ ͷǡͷʹ ͸ ͷǡ͵ͻ ͷǡ͵ͻ ͷǡ͵ͻ ͷǡ͸ͻ ͷǡ͸ͺ ͷǡ͸ͻ ͹Ǧͳʹ ͵͵ǡ͸͵ ͵͵ǡ͵ʹ ͵͵ǡͶͺ ͵Ͷǡʹͷ ͵ͶǡͲ͸ ͵Ͷǡͳ͸ ͳ͵Ǧͳͷ ͳ͸ǡͷͻ ͳ͸ǡͷͷ ͳ͸ǡͷ͹ ͳ͸ǡͶ͵ ͳ͸ǡͷͶ ͳ͸ǡͶͺ ͳ͸Ǧͳ͹ ͳͳǡʹͻ ͳͳǡͶ͸ ͳͳǡ͵͹ ͳͲǡʹͳ ͳͲǡ͵ͻ ͳͲǡ͵Ͳ Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Proporsi 0-17 Tahun terhadap Total Penduduk 37,30 36,22 36,76 34,96 33,53 34,25 Total Anak (000) 37.651 36.335 73.986 41.821 39.569 81.390

Sumber : Sensus Penduduk 2000 & 2010, BPS

Jika diamati menurut jenis kelamin, pada tahun 2000 proporsi penduduk laki-laki berumur 0-17 tahun terhadap total penduduk laki-laki adalah 37,3 persen sedangkan proporsi penduduk perempuan berumur 0-17 tahun terhadap total penduduk perempuan adalah 36,22 persen. Pada tahun 2010, untuk kelompok umur yang sama, sekitar 34,96 persen merupakan penduduk laki-laki dan 33,53 persen merupakan penduduk perempuan.

Tabel 2.2 juga memperlihatkan bahwa pada tahun 2010, tidak ada perbedaan berarti antara proporsi penduduk berumur 0-2 tahun menurut jenis kelamin terhadap total penduduk berusia 0-17 tahun. Proporsi penduduk laki-laki berumur 0-17 tahun terhadap penduduk laki-laki tercatat lebih rendah daripada proporsi penduduk perempuan pada kelompok umur yang sama masing-masing yaitu 33,53 dan 34,96 persen.

(32)

Profil Anak Indonesia 2011

14

2.3 RASIO JENIS KELAMIN (RJK)

Dari Tabel 2.3, secara umum dapat dikatakan bahwa penduduk berumur 0-17 lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Pada tahun 2010, pada setiap umur, penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan, RJK berkisar antara 103,9 dan 106,7.

Jika diamati menurut tipe daerah, ada kondisi yang menarik. Pada tahun 2010, RJK pada umur 16-17 tahun di perkotaan menunjukan laki-laki lebih sedikit yaitu 98,9 dan 99,2, sedangkan di perdesaan RJK-nya adalah 109,3 dan 109,1. Disini seolah-olah ada substitusi dari kelompok umur sebelumnya (0-15 tahun). Dimana pada kelompok umur 0-15 tahun RJK menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Diduga ini karena adanya migrasi perempuan pada kelompok umur 16-17 yang umumnya lulusan SMP ke daerah perkotaan untuk mencari kerja. Perempuan di daerah perkotaan lebih dibutuhkan oleh pasar tenaga kerja, yaitu sebagai pekerja domestik dalam rumah tangga.

Tabel 2.3 Rasio Jenis Kelamin menurut Umur Tunggal dan Tipe Daerah, 2000 dan 2010 —” ʹͲͲͲ ʹͲͳͲ ‡”‘–ƒƒ ‡”†‡•ƒƒ ‡”‘–ƒƒΪ‡”†‡•ƒƒ ‡”‘–ƒƒ ‡”†‡•ƒƒ ‡”‘–ƒƒΪ‡”†‡•ƒƒ ȋͳȌ ȋʹȌ ȋ͵Ȍ ȋͶȌ ȋͷȌ ȋ͸Ȍ ȋ͹Ȍ Ͳ ͳͲ͸ǡͻ ͳͲͷǡͺ ͳͲ͸ǡ͵ ͳͲ͸ǡͳ ͳͲͷǡ͵ ͳͲͷǡ͹ ͳ ͳͲʹǡ͸ ͳͲͳǡͷ ͳͲͳǡͻ ͳͲ͸ǡʹ ͳͲͷǡͳ ͳͲͷǡ͹ ʹ ͳͲʹǡͷ ͳͲͳǡʹ ͳͲͳǡ͹ ͳͲ͸ǡ͵ ͳͲͷǡ͵ ͳͲͷǡ͹ ͵ ͳͲʹǡͳ ͳͲͳǡͻ ͳͲʹǡͲ ͳͲ͸ǡ͵ ͳͲͷǡ͹ ͳͲ͸ǡͲ Ͷ ͳͲʹǡͷ ͳͲ͵ǡʹ ͳͲ͵ǡͲ ͳͲ͸ǡͷ ͳͲ͸ǡͳ ͳͲ͸ǡ͵ ͷ ͳͲʹǡͺ ͳͲͶǡͷ ͳͲ͵ǡͺ ͳͲ͸ǡͷ ͳͲ͸ǡͳ ͳͲ͸ǡ͵ ͸ ͳͲʹǡͺ ͳͲͶǡʹ ͳͲ͵ǡ͹ ͳͲ͸ǡͳ ͳͲͷǡ͹ ͳͲͷǡͻ ͹ ͳͲʹǡͺ ͳͲͶǡ͵ ͳͲ͵ǡ͹ ͳͲ͸ǡͷ ͳͲ͸ǡ͵ ͳͲ͸ǡͶ ͺ ͳͲʹǡͺ ͳͲͶǡ͸ ͳͲ͵ǡͻ ͳͲ͸ǡʹ ͳͲ͸ǡͲ ͳͲ͸ǡͳ ͻ ͳͲʹǡ͵ ͳͲͶǡʹ ͳͲ͵ǡͷ ͳͲ͸ǡͲ ͳͲ͸ǡʹ ͳͲ͸ǡͳ ͳͲ ͳͲͶǡͲ ͳͲ͸ǡͻ ͳͲͷǡͺ ͳͲ͸ǡʹ ͳͲ͸ǡͺ ͳͲ͸ǡͷ ͳͳ ͳͲ͵ǡ͸ ͳͲ͸ǡ͵ ͳͲͷǡ͵ ͳͲ͸ǡʹ ͳͲ͹ǡͲ ͳͲ͸ǡ͹ ͳʹ ͳͲʹǡͺ ͳͲ͸ǡͻ ͳͲͷǡͶ ͳͲͷǡʹ ͳͲ͸ǡͺ ͳͲ͸ǡͲ ͳ͵ ͳͲͳǡͳ ͳͲͷǡͺ ͳͲ͵ǡͻ ͳͲͶǡͲ ͳͲ͸ǡʹ ͳͲͷǡʹ ͳͶ ͻͻǡʹ ͳͲͷǡ͸ ͳͲʹǡͻ ͳͲ͵ǡͲ ͳͲ͸ǡͶ ͳͲͶǡ͹ ͳͷ ͻͺǡͷ ͳͲͻǡʹ ͳͲͶǡ͹ ͳͲͳǡͷ ͳͲͺǡ͹ ͳͲͷǡͳ ͳ͸ ͻͷǡ͹ ͳͲ͹ǡͲ ͳͲͳǡͺ ͻͺǡͻ ͳͲͻǡ͵ ͳͲ͵ǡͻ ͳ͹ ͻͷǡͺ ͳͲͺǡͳ ͳͲʹǡ͵ ͻͻǡʹ ͳͲͻǡͳ ͳͲ͵ǡͻ Jumlah ͳͲͳǡͷ ͳͲͷǡͲ ͳͲ͵ǡ͸ ͳͲͶǤͺ ͳͲ͸Ǥͷ ͳͲͷǡ͹

(33)

Profil Anak Indonesia 2011

Tabel 2.3 juga menunjukkan bahwa pada tahun 2000, RJK berubah drastis dari anak berumur 0 tahun ke anak berumur 1 tahun. Pada tahun 2000, RJK penduduk 0 tahun adalah 106,3 dan RJK penduduk berumur satu tahun adalah 101,9. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan pada tahun yang sama. Diduga ini berkaitan dengan angka harapan hidup waktu lahir. Jumlah bayi laki- laki yang dilahirkan memang lebih banyak, namun kematian bayi laki-laki diduga lebih tinggi daripada bayi perempuan. Hal ini sudah diteliti oleh banyak ilmuwan.

Berbeda pada tahun 2000, sepuluh tahun berikutnya, yaitu tahun 2010, RJK untuk anak berumur 0 dan 1 tahun sama, sekitar 105,7. Bahkan seperti pada Tabel 2.3 jika dilihat menurut tipe daerah, baik di perdesaan maupun perkotaan RJK anak 0 dan 1 tahun tidak terlalu berbeda. Di perkotaan, RJK anak 0 tahun dan 1 tahun adalah 106,1. Sedangkan di perdesaan masing-masing adalah 105,3 dan 105,1.

2.4 KEPEMILIKAN AKTE KELAHIRAN

Kepemilikan akte kelahiran juga merupakan salah satu bukti telah terpenuhinya hak memiliki identitas sebagai anak. Jumlah anak yang memiliki akte kelahiran sekitar 54,79 persen, dari jumlah tersebut ternyata 14,57 persen diantaranya tidak dapat menunjukkan akte kelahirannya. Persentase jumlah anak yang tidak memiliki akte kelahiran terlihat masih cukup banyak yaitu sekitar 44,09 persen. Secara persentase anak yang tidak memiliki akte kelahiran di daerah perkotaan lebih banyak dibandingkan daerah perdesaan. Persentase anak yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki akte kelahiran cukup banyak yaitu sekitar 48,50 persen. Hal ini dikarenakan setiap anak di perkotaan yang akan masuk sekolah diharuskan melampirkan akte kelahiran sebagai data murid.

(34)

Profil Anak Indonesia 2011

16

Tabel 2.4 Persentase Anak menurut Tipe Daerah dan

Status Kepemilikan Akte Kelahiran, 2010

‹’‡ƒ‡”ƒŠ ‡’—›ƒ‹–‡‡ŽƒŠ‹”ƒ†ƒ”‹ƒ–‘”ƒ–ƒ–ƒ‹’‹Ž —ŽƒŠ ƒǡƒ’ƒ– ‹–—Œ—ƒ ƒǡ‹†ƒƒ’ƒ– ‹–—Œ—ƒ ‹†ƒ—›ƒ ‹†ƒƒŠ— ȋͳȌ ȋʹȌ ȋ͵Ȍ ȋͶȌ ȋͷȌ ȋ͸Ȍ ‡”‘–ƒƒ ͶͺǡͷͲ ͳͺǡͶͲ ͵ʹǡ͵ͳ ͲǡͺͲ ͳͲͲǡͲͲ ‡”†‡•ƒƒ ͵ʹǡͲ͸ ͳͲǡ͹ͺ ͷͷǡ͹ʹ ͳǡͶͶ ͳͲͲǡͲͲ ‡”‘–ƒƒΪ‡”†‡•ƒƒ ͶͲǡʹʹ ͳͶǡǡͷ͹ ͶͶǡͲͻ ͳǡͳʹ ͳͲͲǡͲͲ Sumber : Susenas 2010, BPS

(35)

Profil Anak Indonesia 2011

BAB

3

LINGKUNGAN

KELUARGA DAN

PENGASUHAN

ALTERNATIF

(36)
(37)

Profil Anak Indonesia 2011

3

LINGKUNGAN KELUARGA DAN

PENGASUHAN ALTERNATIF

Anak merupakan tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak juga memiliki peran strategis dan mempunyai ciri serta sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik

isik, mental maupun sosial dan berakhlak mulia.

Proses tumbuh dan berkembang anak memerlukan perhatian khusus, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Proses tersebut tidak terlepas dari pembelajaran yang diperoleh anak dari lingkungannya. Adapun lingkungan terdekat yang paling memberikan pengaruh pada tumbuh kembang anak adalah lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatifnya.

3.1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD)

Usia dini terutama balita merupakan masa emas perkembangan anak (golden age). Pada masa ini, perkembangan isik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat. Oleh karenanya pada usia emas tersebut, selayaknya anak mendapat pendidikan yang berkualitas untuk membentuk kepribadian sedini mungkin. PAUD merupakan jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan. PAUD ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. PAUD diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.

PAUD di Indonesia mulai diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh pemerintah sejak tahun 2002. Kemudian dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang

(38)

Profil Anak Indonesia 2011

20

Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 28 ayat (1) dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada pasal 28 ayat (2) dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudatul athfal (RA) atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan seperti Bina Keluarga Balita (BKB).

Tujuan utama PAUD adalah untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. Sedangkan tujuan tambahannya adalah untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.

Didalam RPJM Nasional 2010-2014 disebutkan bahwa sasaran pembangunan pendidikan adalah meningkatnya mutu pendidikan termasuk PAUD yang antara lain ditandai dengan meningkatnya proporsi anak yang terlayani PAUD. Untuk keperluan menganalisis partisipasi anak dalam PAUD digunakan data Susenas tahun 2010. Pada tahun 2010, Susenas mengumpulkan data partisipasi PAUD di seluruh Indonesia. Tabel 3.1 menyajikan persentase anak usia 0-6 tahun yang sedang mengikuti PAUD menurut tipe daerah, jenis kelamin dan kelompok umur. Persentase yang sedang mengikuti PAUD dihitung terhadap masing-masing kelompok umur. Dari semua kelompok umur, partisipasi tertinggi dalam kegiatan PAUD adalah anak usia 5-6 tahun yaitu sebanyak 27,18 persen, artinya dari semua anak usia 5-6 tahun 27,18 persen di antaranya sedang mengikuti PAUD. Kemudian pada urutan kedua adalah kelompok umur 3-6 tahun dengan angka pastisipasi 23,22 persen.

(39)

Profil Anak Indonesia 2011

Tabel 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD

menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2010

Tipe Daerah ‡Ž‘’‘—”ȋƒŠ—Ȍ ‡‹•‡Žƒ‹ ͲǦʹ ͵ǦͶ ͷǦ͸ ͵Ǧ͸ ͲǦ͸ ȋͳȌ ȋʹȌ ȋ͵Ȍ ȋͶȌ ȋͷȌ ȋ͸Ȍ Perkotaan : Laki-laki ͳǡͳͷ ʹʹǡʹ͹ ͵ͳǡ͹ͺ ʹ͸ǡͺͲ ͳͷǡͺͳ Perempuan ͳǡʹͲ ʹͶǡͻͻ ͵ʹǡ͹ͻ ʹͺǡ͹͹ ͳ͸ǡͻʹ Laki-Laki+Perempuan ͳǡͳ͹ ʹ͵ǡͷͺ ͵ʹǡʹͺ ʹ͹ǡ͹͸ ͳ͸ǡ͵ͷ Perdesaan : Laki-laki Ͳǡ͹ʹ ͳͶǡʹ͹ ʹ͵ǡͲ͵ ͳͺǡ͸ͷ ͳͳǡʹͷ Perempuan Ͳǡͺͷ ͳ͸ǡͷʹ ʹʹǡͲ͸ ͳͻǡʹ͹ ͳͳǡ͸Ͳ Laki-Laki+Perempuan Ͳǡ͹ͺ ͳͷǡ͵ͷ ʹʹǡͷ͹ ͳͺǡͻͷ ͳͳǡͶͳ Perkotaan+Perdesaan Laki-laki Ͳǡͻ͵ ͳͺǡʹͲ ʹ͹ǡͳ͵ ʹʹǡͷ͹ ͳ͵ǡͶ͹ Perempuan ͳǡͲ͵ ʹͲǡ͹ͳ ʹ͹ǡʹͶ ʹ͵ǡͻʹ ͳͶǡʹ͵ Laki-Laki+Perempuan Ͳǡͻͺ ͳͻǡͶͳ ʹ͹ǡͳͺ ʹ͵ǡʹʹ ͳ͵ǡͺͶ Sumber : Susenas 2010, BPS

Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa partisipasi anak usia dini dalam kegiatan PAUD di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah perdesaan. Disamping itu juga tampak bahwa partisipasi PAUD anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Secara nasional, angka partisipasi PAUD untuk anak perempuan sebesar 14,23 persen sedangkan anak laki-laki sebesar 13,47 persen. Di daerah perkotaan, partisipasi PAUD untuk anak perempuan sebesar 16,92 persen, lebih tinggi daripada angka partisipasi PAUD anak laki-laki yang sebesar 15,81 persen. Sedangkan di daerah perdesaan, partisipasi PAUD anak perempuan dan anak laki-laki hampir sama yaitu 11,60 persen berbanding 11,25 persen.

Tiga provinsi tertinggi angka partisipasi PAUD adalah D.I Yogyakarta sebesar 36,09 persen, Jawa Timur sebesar 22,77 persen dan Gorontalo sebesar 19,51 persen. Sedangkan dua provinsi dengan angka partisipasi PAUD terkecil adalah Kalimantan Barat yaitu sebesar 6,31 persen dan Papua sebesar 5,07 persen seperti terlihat pada Lampiran 1.

(40)

Profil Anak Indonesia 2011

22

Profil Anak Indonesia 2011

22

Gambar 3.1 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun yang Sedang Mengikuti PAUD menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010

15,81

11,25 13,47

16,92

11,60

14,23

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki Perempuan

Sumber : Susenas 2010, BPS

Ada beberapa macam jenis PAUD diantaranya TK/RA/BA, kelompok bermain, taman penitipan anak, pos PAUD, PAUD terintegrasi BKB, Posyandu, dan satuan PAUD sejenis lainnya, seperti PAUD-TAAM, PAUD-PAK, PAUD-BIA, TKQ dan PAUD lembaga lainnya. Dari berbagai jenis pendidikan tersebut, yang paling banyak diikuti oleh anak usia 0-6 tahun adalah TK/RA/BA yaitu sebanyak 71,16 persen. Kemudian Pos PAUD/ PAUD terintegrasi BKB/Posyandu diikuti sebanyak 15,51 persen. Taman penitipan anak merupakan jenis PAUD yang paling sedikit diikuti, hanya 1,47 persen.

Tabel 3.2 Persentase Anak Usia 0-6 Tahun menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Pendidikan Pra Sekolah, 2010 Tipe daerah ‡‹•‡Žƒ‹ ‡‹•‡†‹†‹ƒ”ƒ‡‘ŽƒŠ ‘–ƒŽ ȀȀ ‡Ž‘’‘‡”ƒ‹ ƒƒ ‡‹–‹’ƒ ƒ ‘•Ȁ –‡”‹–‡‰”ƒ•‹ Ȁ‘•›ƒ†— ƒ–—ƒ •‡Œ‡‹• Žƒ‹›ƒ ȋͳȌ ȋʹȌ ȋ͵Ȍ ȋͶȌ ȋͷȌ ȋ͸Ȍ ȋͺȌ Perkotaan : Laki-laki ͹ʹǡʹͻ ͷǡͻͲ ͳǡͺͳ ͳ͵ǡʹͻ ͸ǡ͹ʹ ͳͲͲǡͲͲ Perempuan ͹ͲǡͲʹ ͷǡ͵ͺ ͳǡ͸͵ ͳͷǡ͵͸ ͹ǡ͸ͳ ͳͲͲǡͲͲ Laki-Laki+Perempuan ͹ͳǡͳͷ ͷǡ͸Ͷ ͳǡ͹ʹ ͳͶǡ͵͵ ͹ǡͳ͹ ͳͲͲǡͲͲ Perdesaan : Laki-laki ͹͵ǡͳͳ ʹǡͺͷ Ͳǡͻͳ ͳ͸ǡͲͲ ͹ǡͳ͵ ͳͲͲǡͲͲ Perempuan ͸ͻǡͳͶ ͵ǡ͵͸ ͳǡ͵͸ ͳͺǡ͵͸ ͹ǡ͹ͺ ͳͲͲǡͲͲ Laki-Laki+Perempuan ͹ͳǡͳͺ ͵ǡͳͲ ͳǡͳ͵ ͳ͹ǡͳͷ ͹ǡͶͷ ͳͲͲǡͲͲ Perkotaan+Perdesaan: Laki-laki ͹ʹǡ͸Ͷ Ͷǡͷͻ ͳǡͶʹ ͳͶǡͶͷ ͸ǡͻͲ ͳͲͲǡͲͲ Perempuan ͸ͻǡ͸͸ Ͷǡͷͷ ͳǡͷʹ ͳ͸ǡ͸Ͳ ͹ǡ͸ͺ ͳͲͲǡͲͲ Laki-Laki+Perempuan ͹ͳǡͳ͸ Ͷǡͷ͹ ͳǡͶ͹ ͳͷǡͷͳ ͹ǡʹͻ ͳͲͲǡͲͲ Sumber : Susenas 2010, BPS

22

(41)

Profil Anak Indonesia 2011

3.2 ANAK DAN KELUARGA YANG TINGGAL BERSAMA

Lingkungan yang paling berpengaruh dalam perkembangan anak adalah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga harus memberikan pendidikan yang baik untuk tumbuh kembang anak. Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

Peran keluarga memberikan andil sangat besar dalam tumbuh kembang anak terutama peran orang tua. Sebelum menempuh jalur pendidikan sekolah maupun pra sekolah, anak pastinya mendapatkan pendidikan dari orang tuanya. Oleh karena itu, keberadaan kedua orang tua dalam hal ini bapak dan ibu kandung sangatlah penting. Sub bab ini akan mengulas mengenai anak yang tinggal dengan bapak kandung saja, anak yang tinggal dengan ibu kandung saja, anak yang tinggal dengan bapak/ibu kandung dan anak yang tinggal dengan keluarga lain.

3.2.1 Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja

Peran bapak dan ibu kandung sangatlah penting dalam tumbuh kembang anak. Akan tetapi tidak semua anak dapat tumbuh dan berkembang dalam asuhan kedua orang tuanya. Seringkali seorang anak hanya tinggal dengan bapak kandung saja atau dengan ibu kandung saja.

Secara nasional, anak yang tinggal dengan bapak kandung saja sebanyak 2,17 persen. Menurut jenis kelamin, persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja hampir sama antara anak laki-laki dan anak perempuan baik di perkotaan maupun perdesaan. Secara nasional, persentase anak laki-laki yang tinggal dengan bapak kandung saja sebesar 2,24 persen sedangkan untuk anak perempuan sebesar 2,09 persen.

(42)

Profil Anak Indonesia 2011

24

Profil Anak Indonesia 2011

24

Gambar 3.2 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009

2,11 1,93 2,36 2,23 2,24 2,09

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki Perempuan

Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS

Provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 3,93 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja terendah adalah Provinsi Riau yaitu sebesar 0,88 persen.

Gambar 3.3 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja menurut Provinsi, 2009 , 2,17, 0,881,11 1 1 1,1111,22 1,421,48 1,491,58 1 6 1,600 1,61,650 1,74 1,741,77 1,84 1,841,93 1 9 1,9551,96 1,97 1,982,05 2,082,10 2,162,27 2,312,32 2,402,67 2,812,84 3,93 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 INDONESIA Riau

Kalimantan BaratJambJambii Sumatera Barat Kalimantan TimurDI Yogyakarta Sumatera UtaraDKI Jakarta SSumattera S lSel tatan Bali

Kalimantan TengahSulawesi Selatan

Sulawesi BaratGorontalo

Kep. Bangka Belitung Sulawesi TenggaraBengkulu Kali Kalimantmantan San Selatelatanan Nusa Tenggara TimurLampung Sulawesi Utara Maluku UtaraMaluku

Aceh Sulawesi TengahJawa Timur Banten Kep. RiauPapua Jawa TengahPapua Barat Jawa Barat Nusa Tenggara Barat

Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS

(43)

Profil Anak Indonesia 2011

Profil Anak Indonesia 2011

3.2.2 Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja

Jika sebelumnya telah diulas mengenai anak yang tinggal dengan bapak kandung saja, dalam sub bab ini akan diulas mengenai anak yang tinggal dengan ibu kandung saja. Secara nasional, persentase anak yang tinggal dengan ibu kandung saja sebesar 5,61 persen. Angka ini dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak kandung saja. Fenomena ini tentunya berkaitan dengan peran bapak dan ibu dalam rumah tangga. Peran bapak sebagai kepala rumah tangga mewajibkannya untuk mencari na kah untuk keluarga. Seringkali seorang bapak harus mencari na kah di tempat lain sehingga anak hanya tinggal dengan ibu kandungnya saja.

Jika diamati menurut jenis kelamin, persentase anak yang tinggal dengan ibu kandung saja antara laki-laki dan perempuan hampir sama. Secara nasional, persentase anak laki-laki dan anak perempuan yang tinggal dengan ibu kandung saja masing-masing sebesar 5,63 persen dan 5,58 persen. Sementara itu, persentase di daerah perdesaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan banyak orang tua, dalam hal ini bapak-bapak di perdesaan yang bekerja di perkotaan. Sehingga anak-anak di daerah perdesaan lebih banyak yang tinggal dengan ibu kandung saja jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan.

Gambar 3.4 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009

5,39 5,83 5,63 5,33 5,81 5,58

Peerkotoaan Perdedesaan Peerkotoaan+Peerddesaan

Laki-laki Perempuan

Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS

Sama halnya dengan anak yang tinggal dengan bapak kandung saja, provinsi dengan persentase terbesar anak yang tinggal dengan ibu kandung saja juga terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 13,48 persen. Sedangkan persentase terkecil terdapat di Provinsi Bali yaitu sebesar 2,81 persen.

(44)

Profil Anak Indonesia 2011

26

Profil Anak Indonesia 2011

26

Gambar 3.5 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja menurut Provinsi, 2009 5,61, 2,813,11 3,37 3,383,51 3,614,18 4,274,30 4,314,71 4,834,86 4,905,13 5,16 5,175,23 5,625,63 5,986,28 6,29 6,306,37 6,396,51 6,596,82 7,027,15 8,93 13,48 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 INDONESIA Bali Kalimantan TimurLampungTiTi Kalimantan Tengah

L Kalimantan BaratRiau

Papua Barat Ri Bengkulu

B t

B Sumatera SelatanS lPapua

Sulawesi UtaraBanten Sulawesi Tengah

B Jawa BaratGorontalo Maluku UtaraJambi Sumatera UtaraDKI Jakarta Kep. Bangka Belitung DKI J k t D Kep. Riau B li B Maluku Sulawesi Barat Sumatera BaratJawa Tengaht B t Jawa Timur Sulawesi SelatanAceh DI Yogyakarta A h Nusa Tenggara Timur

DI YY k t

Kalimantan SelatanSulawesi Tenggara

K li t S l tl

Nusa Tenggara Barat

S l i Ti

Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS

3.2.3 Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung

Yang dimaksud dengan anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung adalah anak yang tinggal dengan kedua orang tua kandungnya, baik bapak maupun ibu. Anak yang tinggal dengan kedua orang tuanya tentunya akan mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang lengkap. Secara nasional, persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung sebesar 87,15 persen. Hal ini berarti sebagian besar anak di Indonesia masih mendapatkan pengasuhan dari kedua orang tuanya. Sementara itu jika dilihat dari tipe daerahnya, anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandungnya lebih banyak di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan seperti terlihat pada Gambar 3.6. Banyaknya orang tua di daerah perdesaan merantau ke kota untuk bekerja, membuat banyak anak di perdesaan yang hanya tinggal dengan bapak atau ibu kandung saja atau bahkan dengan keluarga lain.

(45)

Profil Anak Indonesia 2011

Profil Anak Indonesia 2011

Gambar 3.6 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung

menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 88,29

86,89 87,54

87,70

85,90 86,74

Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan

Laki-laki Perempuan

Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS

Jika dilihat dari sebaran provinsinya, provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung tertinggi terdapat di Provinsi Bali yaitu 92,36 persen. Persentase terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu 73,46 persen. Secara garis besar, persentase anak yang tinggal dengan bapak dan ibu kandung di semua provinsi sudah cukup tinggi.

Gambar 3.7 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak dan Ibu Kandung menurut Provinsi, 2009

87,15, 73,4681,66 83 83,3983,8639 83 39 83,91 83 86 84,46 83 91 85,0286,07 8 02 86,10 86 0 86,86,53,14 86 14 87,16 86 3 87,35 87,40 8 3 87,57 8 40 87,73 8 88,4988,61 88 49 88 88,6363 88 61 88,87 88,87 88 8 88,99 88 8 89,3989,74 89 39 89,77 89 4 90,17 90,26 90 1 90,42 90 26 91,83 90 42 91,93 91,99 91 93 92,34 91 99 92,36 0 70,00 80,00 90,00 100,00 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 INDONESIA Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur

N T B t

Sul

Sulaweawesisi TenTenggaggarara

T TiTi

Sulawesi SelatanMaluku Jawa Timur Sulawesi BaratMaluku Utara Jawa Tengah M l k Utt

Gorontalo

Kalimantan SelatanDI Yogyakartat S l tS Sulawesi Tengah DI Y k t

Jawa Barat Sulawesi UtaraPapl ua i UtBarat

DKI Jakarta Sumatera BaratKepKep Rt . RiauBiaut Aceh Banten Kep. Bangka Belitung B t

P Papua

lit SumateLampungra UtaUtUtra

Bengkulu L Sumatera SelatanJambi Kalimantan Timur Kalimantan Tengah

K li t Ti

Kalimantan BaratRiau Bali

(46)

Profil Anak Indonesia 2011

28

Profil Anak Indonesia 2011

28

3.2.4 Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain

Yang dimaksud dengan anak yang tinggal dengan keluarga lain adalah anak yang tidak tinggal dengan kedua orang tua baik bapak maupun ibu kandungnya, baik orang tuanya masih hidup maupun meninggal dunia. Hal ini perlu diperhatikan, karena anak yang tidak tinggal dengan orang tua kandungnya akan mendapatkan pendidikan dari keluarga lain bukan dari orang tua kandungnya, dimana keluarga akan sangat memengaruhi tumbuh kembang anak.

Jika diamati menurut jenis kelamin, persentase anak laki-laki yang tinggal dengan keluarga lain lebih rendah daripada anak perempuan. Secara nasional, persentase anak laki-laki yang tinggal dengan keluarga lain sebesar 10,07 persen, lebih rendah dari persentase anak perempuan yang sebesar 10,45 persen. Jika dilihat dari tipe daerahnya, persentase anak yang tinggal dengan keluarga lain di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di daerah perkotaan.

Gambar 3.8 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009

Perkotaan 9,48 Perde Laki-laki saan Perkota Perempuan aan + Perdesaan

Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS

Dari Gambar 3.9 dapat dilihat bahwa persentase anak yang tinggal dengan keluarga lain di Indonesia sebesar 10,25 persen. Selaras dengan anak yang tinggal dengan bapak atau ibu kandung saja, provinsi dengan persentase anak yang tinggal dengan keluarga lain terbesar adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 22,13 persen. Sedangkan provinsi dengan persentase terkecil adalah Provinsi Bali yaitu sebesar 5,78 persen.

(47)

Profil Anak Indonesia 2011

Profil Anak Indonesia 2011

Gambar 3.9 Persentase Anak yang Tinggal dengan Keluarga Lain

menurut Provinsi, 2009 10,25, 5,78 5,786,32 6,386,57 7,55 7,567,61 7,837,99 8,478,58 8,668,80 8,898,97 9,349,72 10,02 10,0210,08 10,8710,93 11,0111,50 11,5312,50 12,8213,73 13,7614,19 16,19 22,13 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 INDONESIA Bali Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Barat Riau Papua Bengkulu Sumatera Selatan Lampung Jambi Banten Kep. Bangka Belitung Sumatera Utara Aceh Papua Barat Kep. Riau Jawa Barat DKI Jakarta Sulawesi Tengah Sumatera Barat Sulawesi Utara Kalimantan Selatan Jawa Tengah DI Yogyakarta Maluku Utara Gorontalo Jawa Timur Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Maluku Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat

Sumber : Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2009, BPS

3.3 PERKAWINAN USIA DINI

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan bahwa perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Sangat jelas tertulis dalam Undang-Undang perkawinan tersebut bahwa umur menjadi salah satu syarat mutlak untuk melaksanakan perkawinan. Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak perkawinan yang dilakukan sebelum mencapai batas umur yang ditentukan tersebut atau yang lebih sering dikenal dengan istilah perkawinan usia dini.

Perkawinan usia dini akan sangat mempengaruhi perkembangan anak, baik isik maupun psikologi. Ibu yang menikah di usia muda, organ reproduksinya belum berfungsi secara optimal. Selain itu, secara psikologi ibu yang menikah di usia muda pada umumnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti kemampuan mengasuh anak serta dalam pengendalian emosi dan tindakannya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa dan mental anaknya. Sehingga dengan perkawinan usia

Gambar

Gambar 3.3 Persentase Anak yang Tinggal dengan Bapak Kandung Saja  menurut Provinsi, 2009 , 2,17,0,881,111 11,1111,221,421,481,491,581 61,6001,61,6501,741,741,771,841,841,931 91,9551,961,971,982,052,082,102,16 2,27 2,31 2,32 2,40 2,67 2,81 2,84 3,93 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00INDONESIARiauKalimantan BaratJambJambiiSumatera BaratKalimantan TimurDI Yogyakarta
Gambar 3.5 Persentase Anak yang Tinggal dengan Ibu Kandung Saja  menurut Provinsi, 2009 5,61,2,813,113,373,383,513,614,184,274,304,314,714,834,864,905,135,165,175,235,62 5,63 5,98 6,286,296,30 6,376,39 6,51 6,59 6,82 7,02 7,15 8,93 13,48 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00INDONESIABaliKalimantan TimurLampungTiTiKalimantan Tengah
Tabel  4.1  Persentase Balita menurut Kelompok Umur dan  Kategori Berat Badan Lahir, 2010
Gambar 4.11  Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI  menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Mercu Buana dalam Program Studi Arsitektur memiliki program Praktik Profesi bagi mahasiswanya untuk melibatkan mahasiswa memiliki pengalaman secara langsung pada

Tujuan: untuk mengetahui tentang manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi Hemiplegi Post Stroke Akut Non Haemoregik dengan modalitas terapi latihan berupa Sweap

Akhir kata, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dari lubuk hati terdalam kepada mereka yang telah memberikan bantuan dan kerjasama

Ketahanan pangan tersebut selama kurun waktu adanya program industrialisasi (yang didahului dengan program minapolitan) dapat dilihat pada tingkat produksi perikanan tangkap

Segenap staf karyawan perpustakaan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah membantu dan memberikan fasilitas dalam peminjaman literature yang

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis mampu untuk

TABEL 20 Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat di Cegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten Batang Tahun 2015.. TABEL 21