• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN MANUSIA

BERBASIS GENDER

2012

KERJASAMA

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

DENGAN

(3)

Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2012

© 2012 Kement erian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.

ISSN : 2089-3531

Ukuran Buku : ISO B5 (17 x 2 Cm )

Naskah : Badan Pusat St at ist ik

Layout dan Gambar Kulit : Badan Pusat St at ist ik

Dit erbit kan Oleh : Kement erian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

(4)

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

SAMBUTAN

Keberhasilan pencapaian pembangunan nasional, t idak hanya diukur dari pencapaian pembangunan ekonomi semat a, t et api j uga dilihat dari pembangunan sumber daya manusianya. Secara umum pencapaian pembangunan sumber daya manusia di bidang pendidikan, kesehat an dan ekonomi t elah menunj ukkan kemaj uan yang nyat a. Namun, apakah pembangunan kapabilit as manusia di Indonesia ini t elah memberikan manf aat yang adil dan set ara ant ara laki-laki dan perempuan? Apakah masih ada kesenj angan pencapaian pembangunan dasar ant ara laki-laki dan perempuan yang mengarah pada persoalan ket idakset araan dan ket idakadilan gender?

(5)

berada pada posisi yang t ert inggal. Sedangkan IDG merupakan indikat or unt uk melihat peranan perempuan dalam ekonomi, polit ik dan pengambilan keput usan. Secara umum, peranan perempuan dalam pengambilan keput usan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki. Meskipun demikian, peranan perempuan dalam pengambilan keput usan t erus menunj ukkan perkembangan yang dapat dilihat dari pencapaian IDG yang t erus meningkat dari t ahun ke t ahun.

Dat a yang disaj ikan sampai t ingkat kabupat en/ kot a bert uj uan unt uk membandingkan pencapaian pembangunan manusia dari seluruh provinsi dan kabupat en/ kot a di Indonesia. Publikasi ini t ent unya sangat bermanf aat sebagai bahan masukan dalam penyusunan perencanaan kebij akan, program dan kegiat an yang responsif gender di masing-masing wilayah dan t ent unya j uga bagi para pemangku kepent ingan t erkait .

Semoga publikasi ini dapat memberikan kont ribusi posit if dalam upaya peningkat an kualit as sumber daya manusia Indonesia yang adil dan set ara sebagai t uj uan akhir pembangunan nasional. Akhirnya kepada berbagai pihak yang t elah berpart isipasi dalam penyusunan publikasi ini saya ucapkan t erima kasih dan penghargaan yang t inggi.

Jakart a, November 2012 Ment eri Negara

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia

(6)

KATA PENGANTAR

P

ublikasi “ Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2012” merupakan hasil kerj asama ant ara Kement erian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) dengan Badan Pusat St at ist ik (BPS). Publikasi ini berisi ulasan t ent ang perkembangan pencapaian t iga (3) indeks komposit yait u Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG).

IPM merupakan ukuran kualit as hidup berbasis pada kapabilit as dasar penduduk yang diperluas. Sedangkan IPG mengukur hal sama t et api t erfokus pada fakt or ket idakset araan ant ara laki-laki dan perempuan. Sement ara it u Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) mengukur part isipasi akt if perempuan pada kegiat an ekonomi dan polit ik dalam pengambilan keput usan. Prinsipnya, IDG digunakan unt uk melihat sej auh mana kapabilit as yang dicapai perempuan dapat dimanfaat kan di berbagai bidang kehidupan.

Publikasi ini dapat digunakan sebagai alat monitoring hasil pembangunan yang meliput i pencapaian kualit as hidup semua penduduk, perbedaan (gap) pencapaian ant ara laki-laki dan perempuan, sert a kemaj uan part isipasi perempuan dalam pengambilan keput usan. Hasilnya dapat digunakan sebagai bahan eval uasi unt uk perbaikan priorit as program -program pembangunan selanj ut nya.

Disadari publikasi ini masih memiliki banyak kelemahan. Unt uk it u krit ik dan saran demi perbaikan di masa dat ang sangat diharapkan. Ucapan t erima kasih disampaikan kepada semua pihak yang t elah membant u sehingga publikasi ini dapat diselesaikan t epat wakt u.

Jakart a, November 2012 Kepala Badan Pusat St at ist ik

(7)
(8)

iii

2.1. Perbandingan Capaian di Negara ASEAN ...

2.2. Permasalahan Gender di Indonesia ...

Bab III. Pencapaian Pembangunan Gender ...

3.1. Pencapaian Pembangunan Gender ...

3.2. Pencapaian Komponen IPG ...

3.3. Disparit as Pembangunan Manusia (IPM) dan

Pembangunan Gender (IPG) ...

3.4. Disparit as Pencapaian Pembangunan Gender Ant ar

Bab IV. Pencapaian Pemberdayaan Gender ...

4.1. Perkembangan Pemberdayaan Gender ...

4.2. Pencapaian Komponen IDG ...

(9)

Bab V. Hubungan Pembangunan Gender Dengan

Indikator Sosial Ekonomi ... 65

5.1. Hubungan ant ara IPM dengan IPG ... 67

5.2. Hubungan IPM dan IDG ... 74

5.3. Hubungan IPG dan IDG ... 76

5.4. Perbandingan Ant ara IPM, IPG, dan IPG ... 79

Bab VI. Kesimpulan ... 87

Daf t ar Pust aka ... 91

Tim Penulis ... 93

(10)

12

Gambar 2.1. Perbandingan IPM Negara-Negara ASEAN, 1990 – 2011 ...

Gambar 2.2. IPM Negara-Negara ASEAN Menurut Komponennya, 2011 ... ...

Gambar 2.3. Indeks Ket impangan Gender Di Negara ASEAN, 1995 – 2011 ...

Gambar 2.4. Indeks Ket impangan dan Rasio Perempuan dan Laki-Laki di Parlemen Negara ASEAN, 2011 ...

Gambar 2.5. Persent ase Penduduk 10 Tahun Keat as Menurut Ij azah yang Dimiliki, Jenis Kelamin, dan Tempat Tinggal, 2011 ... ...

Gambar 2.6. Rasio Angka Part isipasi Murni (APM) Perempuan Terhadap Laki-Laki , 2007 – 2011 ...

Gambar 2.7. Tingkat Part isipasi Angkat an Kerj a (TPAK) Laki-Laki dan Perempuan, 2007 – 2011 ...

Gambar 2.8. Persent asePenduduk 15 Tahun Keat as yang Bekerj a Menurut St at us Pekerj aan, 2011 ...

Gambar 2.9. Persent ase Jumlah TKI Menurut Jenis Kelamin, 2007 – 2011 ...

Gambar 2.10. Persent ase Jumlah PNS Menurut Jenis Kelamin, 2007-2011 ... ...

Gambar 3.1. Perkembangan IPG Periode 2004-2011 ...

Gambar 3.2. Perkembangan Angka garapan Hidup, 2004-2011

Gambar 3.3. Perkembangan Angka Melek Huruf, 2004-2010 ...

Gambar 3.4. Perkembangan Rat a-rat a Lama sekolah, 2004-2010

Gambar 3.5. Perkembangan Sumbangan Pendapat an, 2004-2011 ...

(11)

Gambar 3.7. Disparit as IPM-IPG Menurut Provinsi, 2011 . 39

Gambar 3.8. IPG Provinsi Menurut Peringkat , 2011 ... 41

Gambar 3.9. IPG Provinsi Menurut Peringkat , 2010 ... 41

Gambar 4.1. Tren IDG Indonesia, 2004-2011 ... 51

Gambar 4.2. Pencapaian Komponen IDG Tahun 2011 .... 53

Gambar 4.3. Perkembangan Persent ase Perempuan

Sebagai Tenaga Profesional, 2004-2011 .... 55

Gambar 4.4. Perkembanga TPAK dan Persent ase

Angkat an Kerj a Perempuan, 2009-2011 .... 56

Gambar 4.5. Persent ase PNS Menurut Jenis Kelamin,

2007-2011 ... ... 57

Gambar 4.6. Persent ase Pej abat St rukt ural PNS Menurut

Jenis Kelamin, 2011 ... 57

Gambar 4.7. IDG Provinsi Menurut Peringkat , 2010 ... 59

Gambar 5.1. Tren IPM dan IPG Indonesia, 2004-2011 .... 68

Gambar 5.2. Tren Selisih IPM dan IPG Indonesia,

2004-2011 ... ... 69

Gambar 5.3. Sebaran Provinsi Menurut Susunan Kuadran

Berdasarkan IPM 2011 dan IPG 2011 ... 70

Gambar 5.4. Hubungan ant ara IPG 2011 pada IPM 2011

Kabupat en ... 71

Gambar 5.5. Sebaran Provinsi Menurut Susunan Kuadran

Berdasarkan IPM 2011 dan IDG 2011 ... 74

Gambar 5.6. Sebaran Provinsi Menurut Susunan Kuadran

Berdasarkan IPG 2011 dan IDG 2011... 77

(12)

21

30

37

42

43

43

44

54

61

61

62

63

73

81

82

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Upah Pekerj a/ Buruh Menurut Jenis Kelamin, 2007-2011 ... ...

Tabel 3.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/ IPM), 2004-2011 ...

Tabel 3.2. Provinsi Dengan Peringkat Tert inggi dan Terendah Berdasarkan Rasio IPG t erhadap IPM, 2011 ...

Tabel 3.3. Provinsi dengan IPG Tert inggi, 2010-2011 ...

Tabel 3.4. Provinsi dengan IPG Terendah, 2010-2011 ...

Tabel 3.5. Kabupat en/ Kot a dengan IPG Tert inggi, 2010-2011 ..

Tabel 3.6. Kabupat en/ Kot a dengan IPG Terendah, 2010-2011 ..

Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah Anggot a DPR RI, 1955-2009 ..

Tabel 4.2. Provinsi dengan IDG Tert inggi, 2010-2011 ...

Tabel 4.3. Provinsi dengan IDG Terendah, 2010-2011 ...

Tabel 4.4. Kabupat en/ Kot a dengan IDG Tert inggi, 2010-2011 ..

Tabel 4.5. Kabupat en/ Kot a dengan IDG Terendah, 2010-2011 ..

Tabel 5.1. Selisih IPM dan IPG menurut Provinsi, 2010-2011 ....

Tabel 5.2. Pengelompokkan Provinsi Berdasarkan IPM, IPG, dan IDG, 2010 ... ...

(13)
(14)

RINGKASAN EKSEKUTIF

P

embangunan kualit as hidup manusia merupakan upaya t erus-menerus yang dilakukan pemerint ah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembangunan ini dit uj ukan unt uk kepent ingan seluruh penduduk t anpa membedakan j enis kelamin t ert ent u. Namun demikian t idak dapat dipungkiri, pada pelaksanaannya masih t erdapat kelompok penduduk yang t ert inggal dalam pencapaian kualit as hidup. Ket ert inggalan ini disebabkan oleh berbagai persoalan pelik yang seringkali saling berkait an ant ara sat u dengan lainnya. Persoalan paling pent ing yang menghalangi upaya peningkat an kualit as hidup yang set ara adalah pendekat an pembangunan yang mengabaikan isu t ent ang keset araan dan keadilan gender. Belum lagi, persoalan lain sepert i budaya, at au agama yang t erkadang dapat menj adi fakt or penghambat unt uk mencapai keset araan gender.

(15)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran kualit as hidup menunj ukkan perkembangan yang semakin membaik dari wakt u ke wakt u. Pada t ahun 2004, IPM nasional mencapai 68,69 kemudian meningkat menj adi 72,77 pada t ahun 2011. Hanya sayangnya, keberhasilan pembangunan kualit as hidup yang diukur melalui IPM masih belum cukup efekt if memperkecil kesenj angan ant ara laki-laki dan perempuan dalam pencapaian kapabilit as dasar di bidang kesehat an, pendidikan, dan ekonomi. Fenomena kesenj angan ini secara st at ist ik dapat dit unj ukkan oleh pencapaian Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang nilainya lebih kecil dari pencapaian IPM, baik di level nasional, provinsi maupun kabupat en dan kot a. Meski demikian, perkembangan pencapaian IPG dari t ahun ke t ahun t erus meningkat , akan t et api t idak secepat peningkat an IPM.

(16)

1

(17)
(18)

1.1. Latar Belakang

D

ewasa ini, perhat ian dunia t erhadap pembangunan yang berbasiskan gender semakin besar. Telah lama diket ahui bahwa hampir di seluruh negara t elah t erj adi diskriminasi gender. Ket idakadilan gender at au diskriminasi gender merupakan akibat dari adanya sist em (st rukt ur) sosial dimana salah sat u j enis kelamin (laki-laki maupun perempuan) menj adi korban. Hal ini t erj adi karena adanya keyakinan dan pembenaran yang dit anamkan sepanj ang peradaban manusia dalam berbagai bent uk dan cara yang menimpa kedua belah pihak, walaupun dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak dialami oleh perempuan (BKKBN, 2007).

Beragam permasalahan yang dialami perempuan pada masa lalu maupun kini, kian menj adi perhat ian komunit as negara -negara di dunia. Perhat ian ini sebagai wuj ud ungkapan keprihat inan sesama manusia at as t erj adinya ket idakadilan di berbagai hal yang menyangkut perempuan. Dalam berbagai kesempat an kerap perempuan mengalami diskriminasi sepert i dij adikan obj ek eksploit asi, mengalami kekerasan, subordinasi, sert a adanya upaya marginalisasi perempuan. Kemudian permasalahan lain yang kerap dialami perempuan yait u double

burden (beban ganda) dimana peningkat an j umlah perempuan

yang bekerj a di wilayah publik, t et api t idak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domest ik. Akibat nya mereka mengalami beban yang berlipat ganda.

Keprihat inan negara-negara di dunia diwuj udkan dalam berbagai bent uk pert emuan yang menghasilkan serangkaian deklarasi dan konvensi dan t elah t ercat at dalam dokumen sej arah. Dimulai dari dicet uskannya The Universal Declaration of

Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia), oleh

(19)

Maj elis Umum PBB di t ahun 1948 yang kemudian diikut i oleh berbagai deklarasi sert a konvensi lainnya.

Didalam perkembangannya, konvensi yang menj adi landasan hukum t ent ang hak perempuan adalah Konvensi Penghapusan Segala Bent uk Diskriminasi t erhadap Perempuan

(Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination

Against Women) yang diadopsi oleh Maj elis Umum PBB t ahun

1979. Konvensi t ersebut disebut j uga Konvensi Wanit a, at au Konvensi Perempuan at au Konvensi CEDAW (Committee on the

Elimination of Discrimination Against Women). Selanj ut nya, Hak

Asasi Perempuan yang merupakan Hak Asasi Manusia kembali dideklarasikan dalam Konferensi Dunia ke-IV t ent ang Perempuan di Beij ing t ahun 1995. Konferensi t ersebut mengangkat 12 bidang yang menj adi keprihat inan Negara-negara di dunia, mencakup:

1. Perempuan dan Kemiskinan,

2. Pendidikan dan Pelat ihan Bagi Perempuan, 3. Perempuan dan Kesehat an,

4. Kekerasan Terhadap Perempuan, 5. Perempuan dan Konflik Bersenj at a, 6. Perempuan dan Ekonomi,

7. Perempuan dan Kekuasaan sert a Pengambilan Keput usan, 8. Mekanisme Kelembagaan Unt uk Kemaj uan Perempuan, 9. Hak Asasi Perempuan,

10. Perempuan dan Media,

11. Perempuan dan Lingkungan Hidup, sert a 12. Anak Perempuan.

Selanj ut nya pada t ahun 2000, 189 negara anggot a PBB t elah menyepakat i t ent ang Deklarasi Milenium (Millennium

Declaration) unt uk melaksanakan Tuj uan Pembangunan Milenium

(Millennium Development Goals) at au MDG’ s dengan

menet apkan t arget keberhasilannya pada t ahun 2015. Ada delapan komit men kunci yang dit et apkan dan disepakat i dalam MDGs, salah sat unya adalah mendorong t ercapainya keset araan dan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan (Tuj uan 3 MDG’ s).

(20)

pembangunan menuj u keset araan gender. Unt uk it u, pemerint ah berkomit men melaksanakan t uj uan Pembangunan Milenium (MDG’ s) dengan salah sat u t arget nya, menghilangkan ket impangan gender di t ingkat pendidikan dasar dan lanj ut an pada t ahun 2005, dan di semua j enj ang pendidikan t idak lebih dari t ahun 2015.

Berdasarkan dat a st at ist ik, t ampaknya t uj uan MDG’ s dalam bidang gender sudah pada j alurnya (on the track). Dua dari enam indikat or yang t ercant um dalam t arget MDG’ s bahkan sudah melampaui t arget yang dit et apkan. Dua indikat or t ersebut yait u rasio anak perempuan di Sekolah Menengah Pert ama dan rasio anak perempuan di Sekolah Menengah At as dengan capaian pada t ahun 2011 masing-masing sebesar 103,45 persen dan 101,41 persen, dimana t arget dari kedua indikat or t ersebut sebesar 100 persen. Sement ara keempat t arget lainnya capaiannya sudah sangat bagus di at as 97 persen. Apabila capian ini dapat dipert ahankan dan dit ingkat kan, maka harapan unut k mencapai t arget MDG’ s sangat mungkin diwuj udkan.

Dalam publikasinya Human Development Report t ahun 1995, UNDP mengangkat t ema gender. Dalam publikasi ini pert ama kali diperkenalkan suat u indeks unt uk mengukur pembangunan gender suat u wilayah yait u Gender Development

Index/ GDI (Indeks Pembangunan Gender/ IPG) dan indeks unut k

mengukur peranan perempuan dalam bidang ekonomi dan pengambilan keput usan yait u Gender Empowerment Measure/ GEM (Indeks Pemberdayaan Gender/ IDG). Dalam publikasi t ersebut t erdapat kalimat “Development, if not engendered, is

endangered” , kalimat ini sepert inya hendak menunj ukkan bahwa

apabila mengabaikan aspek gender maka akan menghambat suat u wilayah dalam melakukan pembangunan.

UNDP mengelompokkan t ingkat kan pembangunan manusia ke dalam empat kat egori, yait u :

1. Kelompok Tinggi, j ika IPM/ IPG 80,

Kelompok Menengah At as, j ika IPM/ IPG 66 x 80,

Kelompok Menengah Bawah, j ika IPM/ IPG 50 x 66,

(21)

Makin disadarinya art i pent ingnya aspek gender dalam segala bidang pembangunan membawa dampak posit if dalam upaya menuj u pengarusut amaan gender. Menanggapi hal t ersebut , pemerint ah t elah mengeluarkan INPRES No. 9 Tahun 2000 t ent ang Pengarusut amaan Gender yang bert uj uan unt uk menurunkan kesenj angan ant ara perempuan dan laki-laki Indonesia dalam mengakses dan memperoleh manfaat pembangunan sert a meningkat kan part isipasi dalam dan penguasaan t erhadap proses pembangunan. Melalui Inpres ini muncul moment um bagi kemaj uan perempuan dan peningkat an keset araan gender yang akhirnya diperluas hingga perencanaan dan penganggaran yang inklusif gender.

Unt uk mengevaluasi sej auh mana perat uran-perat uran perundangan sudah responsif gender dan mendukung pengarusut amaan gender dapat dilihat dari dat a-dat a t erpilah. Indikat or -indikat or yang menunj ukkan capaian-capaian pembangunan berbasis gender akan memberikan gambaran yang nyat a t ent ang pengarusut amaan gender di Indonesia. Diharapkan publikasi ini dapat digunakan sebagai pembuka wawasan t ent ang pembangunan manusia yang berbasis gender.

1.2. Tujuan Penulisan

Publikasi ini disusun unt uk melihat t ingkat keberhasilan pembangunan manusia sert a pencapaian pembangunan ant ara perempuan dan laki -laki di berbagai bidang yang direpresent asikan dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Selain it u j uga menelusuri hubungan ant ara IPM, IPG, dan IDG.

1.3. Sistematika Penulisan

(22)

IDG.

1.4. Sumber Data

(23)
(24)

2

Gambaran Umum

(25)
(26)

2.1. Perbandingan Capaian Pembangunan Manusia di Negara ASEAN

Indeks Pembangunan Manusia dan Komponennya

P

ersoalan pembangunan manusia berbasis gender di wilayah ASEAN sudah mulai mendapat perhat ian yang cukup serius yang dit unj ukkan dengan adanya peningkat an indikat or-indikat or pembangunan yang berkait an dengan gender. Berbagai masalah mengenai pendidikan, kesehat an dan kesej aht eraan mulai t erlihat bergeser. Secara singkat perbandingan ant ar Negara ASEAN bisa dilakukan dengan membandingkan indikat or-indikat or yang menggambarkan variabel-variabel t ersebut sepert i Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Ket impangan Gender.

Indeks Pembangunan Manusia adalah salah sat u indeks yang mengukur t ent ang t ingkat pembangunan manusia yang diukur dari t iga indikat or yait u kesehat an, pendidikan dan kesej aht eraan. Sement ara Indeks ket impangan gender menggambarkan ket impangan gender dalam t iga dimensi yait u kesehat an, reproduksi, dan pemberdayaan perempuan.

Secara umum perbandingan IPM ant ar negara ASEAN menunj ukkan disparit as yang cukup t inggi sej ak t ahun 1990. Peningkat an IPM t idak secara langsung menggambarkan peringkat kualit as pembangunan manusia. Sebagai cont oh, meskipun selama dua dekade IPM Myanmar t elah meningkat secara signifikan, namun Myanmar t et ap menj adi negara dengan IPM t erkecil dikawasan ASEAN. Angka IPM Myanmar merupakan yang t erkecil dibandingkan Negara ASEAN lainnya yait u 0,483 pada t ahun 2011. Peringkat t erendah berikut nya adalah Laos dan Cambodia dengan nilai IPM di t ahun 2011 bert urut -t urut adalah 0,523 dan 0,524. Di sisi lain, Negara-negara dengan nilai IPM t inggi di kawasan ASEAN bert urut -t urut adalah Singapura, Brunei

2

Gambaran Umum Pembangunan

(27)

Darussalam dan Malaysia masing-masing dengan IPM 0,866, 0,838, dan 0,761 unt uk t ahun 2011. Unt uk Negara ASEAN, Indonesia berada pada posisi ke 7, dengan nilai capaian sebesar 0,617. Rat a-rat a IPM dunia t ahun 2011 adalah 0,682. Rincian selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.1.

Bila dit elusuri lebih j auh berdasarkan komponen pembent uknya, maka Negara-negara yang berada pada peringkat t inggi unt uk nilai IPM-nya mempunyai nilai t inggi unt uk dimensi kesehat an, at aupun gabungan dari t iga dimensi pembent uk IPM1. Dimensi kesehat an diukur berdasarkan angka harapan hidup pada saat lahir (e0). Nilai t ert inggi unt uk dimensi kesehat an dicapai

oleh Singapura dengan indeks dimensi kesehat an sebesar 0,965, sement ara nilai t erendah dicapai oleh Myanmar sebesar 0,713. Indonesia berada pada urut an ke enam indeks diemensi kesehat an dengan capaian sebesar 0,779. Negara-negara yang dimensi kesehat annya berada dibawah Indonesia adalah Laos, Myanmar, Philipna, dan Cambodia. Komponen kedua adalah dimensi pendidikan yang diukur berdasarkan harapan lama sekolah (EYS), dan rat a-rat a lamanya sekolah (Mean Years of

Schooling). Negara yang mempunyai nilai dimensi pendidikan

(28)

Viet nam, Cambodia, Myanmar, dan Laos. Komponen ket iga yang nilainya t erbesar unt uk Negara-negara dengan IPM t inggi di ASEAN adalah pendapat an. Komponen pendapat an ini diukur dari pengeluaran per kapit a riil yang disesuaikan (PPP). Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand mempunyai nilai per kapit a riil di at as Indonesia, sement ara Myanmar, Cambodia, Laos, Viet nam dan Philipina mempunyai pendapat an perkapit a riil dibawah Indonesia. Gambaran secara lengkap dapat dilihat pada gambar 2.2.

Indeks Ketimpangan Gender

Indeks ket impangan gender (Gender Inequality Index) mencerminkan ket impangan perempuan yang dilihat dalam t iga dimensi yait u kesehat an reproduksi, pemberdayaan, dan pasar t enaga kerj a. Indeks yang t erbent uk menunj ukkan kehilangan dalam pembangunan manusia yang diakibat kan oleh adanya perbedaan gender. Nilainya berkisar dari 0, yang menunj ukkan bahwa perempuan dan laki-laki kehilangan kesempat an yang sama, dan 1, yang menunj ukkan bahwa perempuan kehilangan lebih banyak dibandingkan laki-laki.

(29)

pemberdayaan j uga didekat i dengan dua indikat or yait u proporsi kursi parlemen dipegang oleh laki-laki at au perempuan, dan capaian t ingkat pendidikan menengah dan t inggi dari t iap gender. Dimensi t enaga kerj a diukur dengan part isipasi perempuan dalam angkat an kerj a. Indeks Ket impangan Gender (IKG) dirancang unt uk mengungkapkan sej auh mana prest asi nasional dalam aspek pembangunan manusia yang hilang akibat adanya perlakuan ket idakset araan gender, dan j uga unt uk menyediakan dat a empiris unt uk analisis kebij akan dan upaya

advokasi.

Berdasarkan dat a yang dikeluarkan oleh HDR (Human Development Report), dalam kurun wakt u 15 t ahun t elah t erj adi penurunan indeks ket impangan gender di kawasan Negara-negara ASEAN. Hal ini berart i t elah t erj adi penurunan ket impangan akibat adanya perbedaan gender. Penurunan yang signifikan t erj adi di Negara Laos dimana pada t ahun 1995 IKD t ercat at sebesar 0,8 menurun menj adi 0,5 pada t ahun 2011. Indonesia j uga mempunyai IKD yang hampir sama dengan Cambodia dan Laos yang t ermasuk pada kat egori t ert inggi di kawasan ASEAN. Unt uk t ahun 2011 negara dengan nilai IKD t erendah adalah Singapura.

(30)

perempuan t erhadap laki-laki di parlemen. Sudah bukan rahasia lagi bila j umlah ket erwakilan perempuan di parlemen hampir di semua Negara sangat sedikit . Hal ini t idak sesuai dengan populasi perempuan di masing-masing Negara. Di beberapa Negara ket erwakilan perempuan pada level pengambil keput usan merupakan posisi yang krit is bagi t erlaksananya demokrasi di suat u Negara (Sun, 2005). Selain masalah persent ase, kualit as perempuan yang duduk dalam parlemen j uga menj adi pent ing karena akan mempengaruhi perat uran-perat uran at au keput usan

t erkait perempuan.

(31)

berint eraksi secara publik (Heines, 1992). Seager (1997) mengat akan kalau laj u dari ket erwakilan perempuan di Parlemen sangat lah lambat sehingga UN memperkirakan bahwa dengan laj u sepert i ini keseimbangan ant ara laki-laki dan perempuan di parlemen baru akan bisa dicapai pada t ahun 2490.

2.2. Permasalahan Gender di Indonesia

Keset araan gender dimaknai sebagai kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan unt uk memperoleh kesempat an sert a hak-haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpart isipasi, melakukan cont rol dan menerima manfaat pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam realit as kehidupan t elah t erj adi perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan yang melahirkan perbedaan st at us sosial di masyarakat , dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan melalui konst ruksi sosial. Perbedaan gender ant ara laki-laki dan perempuan dit ent ukan oleh sej umlah fakt or yang ikut membent uk, yang kemudian disosialisasikan, diperkuat , bahkan dibent uk melalui sosial at au kult ural, dilanggengkan oleh int erpret asi agama dan mit os-mit os.

Perbedaan j enis kelamin sering dipergunakan masyarakat unt uk membent uk pembagian peran (kerj a) laki-laki dan perempuan at as dasar perbedaan t ersebut . Akibat nya t erj adilah pembagian peran gender yait u Peran Domest ik dan Peran Publik. Peran domest ik cenderung t idak menghasilkan uang, kekuasaan, dan pengaruh. Peran ini lebih banyak diserahkan kepada kaum perempuan, sedangkan peran publik yang menghasilkan uang, kekuasaan dan pengaruh diserahkan kepada kaum laki-laki. Akibat pembagian kerj a yang t idak seimbang melahirkan ket impangan peran laki-laki dan perempuan yang berakibat ket idakadilan gender yang merugikan perempuan. Di Indonesia, ket impangan gender t erlihat dari segala aspek ant ara lain dalam lingkungan keluarga, kependudukan, pendidikan, ekonomi, pekerj aan, dan dalam Pemerint ahan.

(32)

demikian, secara umum menunj ukkan bahwa ada dominasi laki-laki dalam kehidupan sehari-hari.

Peran Domestik dalam Keluarga

Meskipun perempuan dit empat kan pada peran domest ik di lingkungan keluarga, namun posisi perempuan Indonesia di lingkungan keluarga selalu dinomor-duakan. Karena berperan sebagai pencari nafkah, posisi kepala rumah t angga pada umumnya akan diserahkan kepada laki-laki/ suami kecuali j ika perempuan t ersebut adalah seorang j anda at au t idak ada laki-laki dalam suat u keluarga. Meskipun peran perempuan sangat banyak dalam suat u keluarga sepert i mengurus rumah t angga dan anak-anak, t et api posisi kepala keluarga t et ap diserahkan kepada laki-laki. Hanya ada sekit ar 13,9 persen rumah t angga yang kepala rumah t angganya perempuan (Susenas 2010).

Sel ama i ni pemahaman masyar akat Indonesi a merekonst ruksi bahwa secara kodrat perempuan lemah dan laki-laki kuat , sehingga unt uk menj adi pemimpin dalam sebuah keluarga t et ap diserahkan kepada laki-laki. Hal ini menunj ukkan dominasi laki-laki pada peran domest ik. Keadaan t ersebut menyebabkan posisi perempuan sarat dengan pekerj aan yang beragam, dalam wakt u yang t idak t erbat as, dan dengan beban yang cukup berat , sepert i memasak, mengurus rumah, mengurus anak, dan sebagainya. Pekerj aan domest ik t ersebut dilakukan bersama-sama dengan fungsi reproduksi, sepert i haid, hamil, melahirkan, dan menyusui. Penempat an perempuan pada t ugas domest ik sepenuhnya mengakibat kan pot ensi perempuan unt uk melakukan hal produkt if menj adi berkurang. Tercat at ada sekit ar 33,5 persen perempuan yang hanya mengurus rumah t angga sehingga t idak dimasukkan sebagai angkat an kerj a (Sakernas Februari 2011). Bagi para perempuan/ ist ri yang bekerj a, maka t ugasnya menj adi berlipat ganda yait u t ugas sebagai pencari nafkah sekaligus t ugas unt uk mengurus keluarga. Hal ini mengakibat kan j am kerj a perempuan j uga menj adi lebih banyak dibandingkan laki-laki.

(33)

sekit arnya, sepert i KDRT dan pemerkosaan. Biasanya kej adian-kaj adian t ersebut t idak t erlaporkan karena merupakan aib bagi keluarga maupun bagi perempuan t ersebut . Namun seiring dengan ket erbukaan informasi dan mengemukakan pendapat maka kej adian-kej adian t ersebut mulai banyak yang t erlaporkan. Hasil survei Komisi Nasional Ant i Kekerasan Terhadap Perempuan menunj ukkan adanya peningkat an j umlah kekerasan t erhadap perempuan. Pada t ahun 2011 t erdapat 119.107 kej adian, meningkat 13,3 persen dibandingkan t ahun 2010 (105.103 kej adian). Sebagian besar kej adian ini adalah KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).

Kesempatan Memperoleh Pendidikan

(34)

Kesenj angan ini disebabkan oleh berbagai hal di ant aranya adalah pert imbangan priorit as bahwa nilai ekonomi anak laki-laki lebih t inggi dibandingkan anak perempuan, karena laki-laki harus mencari nafkah sehingga harus lebih dibekali pendidikan dibandingkan anak perempuan. Hal ini banyak dij umpai pada

keluarga yang kondisi ekonominya t erbat as, dimana harus mempunyai pilihan dalam priorit as pendidikan khususnya bagi anak laki-laki.

Pada era sekarang, pendidikan di Indonesia t elah mencapai kemaj uan dalam meningkat kan keset araan dan keadilan bagi penduduk laki-laki dan perempuan. Hal it u dapat dibukt ikan ant ara lain dengan semakin membaiknya rasio part isipasi pendidikan dan t ingkat melek huruf penduduk perempuan t erhadap penduduk laki-laki. Unt uk mengukur kesenj angan part isipasi pendidikan ant ara perempuan dan laki-laki digunakan rasio Angka Part isipasi Murni (APM) perempuan t erhadap laki-laki. Pada j enj ang pendidikan dasar (SD) rasio APM-nya t elah mencapai angka 100 pada t ahun 2011, bahkan pada t ingkat SLTP diat as 100. Namun demikian pada j enj ang SLTA rasio APM masih 95,9. Hal ini menunj ukkan pada level yang lebih t inggi pencapaian keset araan pendidikan semakin berkurang.

Kesempatan Bekerja dan Berusaha

(35)

ekonomi keluarga semakin meningkat , namun demikian peluang unt uk bekerj a dan berusaha masih lebih kecil dibandingkan laki-laki. Pembagian t ugas dalam keluarga, dimana laki-laki berkewaj iban mencari nafkah menj adikan kesempat an bekerj a unt uk perempuan menj adi lebih kecil. Hal ini dapat dilihat dari Tingkat Part isipasi Angkat an Kerj a (TPAK) laki-laki j auh lebih t inggi dibandingkan dengan TPAK perempuan, yait u 84,9 berbanding 55,1 pada 2011. Hal ini j uga menunj ukkan bahwa penduduk perempuan 15 t ahun keat as yang bukan merupakan angkat an kerj a cukup besar yait u 44,9 persen, dimana 33,5 persen mengurus rumah t angga. Sedangkan laki-laki yang bukan merupakan angkat an kerj a hanya 15,1 persen. Meskipun angka TPAK perempuan kecil, namun rasio TPAK perempuan t erhadap laki-laki cenderung mengalami peningkat an selama 5 t ahun t erakhir yait u dari 0,61 pada t ahun 2007 menj adi 0,65 pada t ahun 2011. Ini menunj ukkan part isipasi perempuan dalam memperoleh pekerj aan mengalami peningkat an set iap t ahun.

(36)

kesempat an bagi perempuan baik menj adi pengusaha at au sebagai buruh/ pegawai masih dibawah laki-laki (Gambar 2.8).

Meskipun set iap t ahun t erj adi peningkat an j umlah perempuan yang bekerj a diluar rumah, namun pekerj aan yang diperoleh masih t et ap berdasarkan konsep gender. Pekerj aan kaum perempuan lebih banyak pada posisi yang bukan sebagai pengambil keput usan. Hanya sebagian kecil perempuan yang mendapat kesempat an unt uk menduduki j abat an manager at au direkt ur. Demikian j uga dengan keset araan dalam memperoleh imbal j asa belum sepenuhnya dit erima para buruh/ karyawan perempuan di Indonesia. Buruh/ karyawan perempuan menerima upah yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, yait u hanya sekit ar 77,8 persen dari upah yang dit erima laki-laki. Pada t ahun

Tabel 2.1

Upah Pekerja/Buruh Menurut Jenis Kelamin, 2007-2011

Tahun Laki-laki Perempuan Rasio Upah

2007 1. 141. 308 854. 052 0, 75

2008 1. 031. 348 773. 979 0, 75

2009 1. 165. 697 873. 103 0, 75

2010 1. 222. 368 953. 927 0, 78

2011 1. 640. 472 1. 275. 653 0, 78

(37)

2011, rat a-rat a upah buruh perempuan selama sebulan sebesar Rp. 1.275.653, j auh lebih kecil dari upah buruh laki-laki yait u sebesar Rp. 1.640.472. Selama 5 t ahun t erakhir proporsi upah

yang dit erima buruh perempuan relat if mengalami sedikit peningkat an (Tabel 1).

(38)

Kesempatan dalam Pemerintahan

Selama ini berkembang sebuah pandangan yang t idak adil bagi perempuan dimana perempuan dianggap memiliki sifat yang melekat ant ara lain irasional, emosional, lemah, bodoh, penakut , inf erior, dan f eminin yang menyebabkan perempuan dit empat kan dalam peran-peran yang dianggap kurang pent ing. Pot ensi perempuan sering dinilai lebih rendah oleh sebagian besar masyarakat sehingga mengakibat kan sulit nya mereka menembus posisi-posisi st rat egis dalam komunit asnya, t erut ama dalam peran pengambil keput usan. Hal ini t erlihat dari j umlah perempuan yang menj adi pemimpin dalam masyarakat dinilai masih sangat j auh dibandingkan dengan laki-laki. Sebagai cont oh dalam pilkada kabupat en/ kot a, hanya sedikit perempuan yang mencalomkan diri, apalagi kemudian t erpilih menj adi bupat i/ walikot a. Pada t ahun 2012 hanya ada 10 perempuan yang menj adi bupat i/ walikot a dibandingkan dengan j umlah seluruh kabupat en/ kot a di Indonesia yang berj umlah 492. Sedangkan pada level provinsi hanya ada gubernur Bant en yang berj enis kelamin perempuan.

(39)

perempuan sebesar 46,5 persen. Persent ase ini semakin berimbang, dimana pada 5 t ahun yang lalu persent ase PNS perempuan hanya 42,4 persen (Gambar 2.10).

Produk Undang-Undang Terkait Gender

(40)

3

Pencapaian

(41)
(42)

K

eset araan gender bukan dimaknai sebagai perbedaan fisik semat a, namun j auh lebih luas pengert iannya, yakni kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan unt uk memperoleh kesempat an sert a hak-haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpart isipasi di segala bidang kehidupan. Sement ara it u, keadilan gender merupakan proses dan perlakuan adil t erhadap perempuan dan laki-laki sehingga dalam menj alankan kehidupan t idak ada pembakuan peran, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan t erhadap perempuan dan laki-laki. Terwuj udnya Keset araan dan Keadilan Gender (KKG) dit andai dengan t idak adanya diskriminasi ant ara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses, kesempat an berpart isipasi, dan kont rol at as pembangunan sert a memperoleh manfaat yang set ara dan adil dari pembangunan. Unt uk menget ahui sej auh mana t ingkat keberhasilan pembangunan yang selama ini dilaksanakan dengan mengakomodasi persoalan gender, maka diperlukan sebuah ukuran yang dapat menj elaskan bahwa pencapaian Keset araan dan Keadilan Gender t elah berj alan sebagaimana mest inya sesuai dengan kebij akan nasional yang dit et apkan melalui Perat uran Presiden Nomor 5 Tahun 2010 t ent ang RPJMN Tahun 2010-2014 dan dipert egas dalam inst ruksi Presiden Nomor 9 t ahun 2000 t ent ang Pengarusut amaan Gender (PUG).

Beberapa ukuran t ent ang keset araan dan keadilan gender t elah digunakan banyak pihak, meski ukuran t ersebut masih bersif at t unggal (single variable). Namun didal am perkembangannya, ukuran yang bersifat komprehensif dan represent at if mut lak dibut uhkan. United Nations Development

Programs (UNDP) melalui Laporan Pembangunan Manusia Tahun

1995 memperkenalkan ukuran pembangunan manusia yang bersifat gabungan (komposit ) dari empat indikat or, yang

(43)

menyorot i t ent ang st at us perempuan khususnya mengukur prest asi dalam kemampuan dasar. Ukuran komposit yang dimaksud adalah Indeks Pembangunan Gender (IPG)1. Melalui IPG perbedaan pencapaian yang menggambarkan kesenj angan pencapaian ant ara laki-laki dan perempuan dapat t erj elaskan. Sement ara it u, pencapaian pembangunan manusia secara umum dapat dilihat dengan menggunakan indeks pembangunan manusia. Hasil pengurangan ant ara IPM dengan IPG mengindikasikan adanya kesenj angan pencapaian kapabilit as ant ara laki-laki dan perempuan. Pada bab ini akan dibahas mengenai pencapaian pembangunan gender di Indonesia yang mencakup perkembangannya hingga t ahun 2011, pencapaian komponen IPG dan disparit as IPG ant ar wilayah.

3.1. Pencapaian Pembangunan Gender

Persamaan st at us dan kedudukan meruj uk pada t idak adanya perbedaan hak dan kewaj iban ant ara perempuan dan laki -laki yang t idak hanya dij amin oleh perundang-undangan, t et api j uga dalam prakt ek kehidupan sehari-hari. Jaminan persamaan st at us dan kedudukan ini meliput i part isipasi dalam program pembangunan t erut ama dalam peningkat an kualit as hidup melalui program-program peningkat an kapabilit as dasar (BPS, 1998). Program peningkat an kapabilit as dasar yang dimaksud mencakup berbagai pelayanan dasar kesehat an, pendidikan, dan kemudahan akses ekonomi yang diberikan pemerint ah kepada semua penduduk. Namun kenyat aannya, implement asi pada kehidupan sehari-hari khususnya upaya peningkat an kapabilit as dasar penduduk perempuan belum sepenuhnya dapat diwuj udkan karena masih kuat nya pengaruh nilai-nilai sosial budaya yang pat riarki. Nilai-nilai sosial budaya pat riarki ini secara langsung maupun t idak langsung dapat menempat kan laki-laki dan perempuan pada kedudukan dan peran yang berbeda dan t idak set ara. Belum lagi persoalan ket idakt epat an pemahaman aj aran agama yang seringkali menyudut kan kedudukan dan peranan perempuan di dalam keluarga dan masyarakat (Parawansa, 2003). Unt uk it u, diperlukan upaya lebih serius dan berkesinambungan dalam mewuj udkan persamaan st at us dan kedudukan ant ara laki-laki dan perempuan melalui berbagai program pembangunan sepert i peningkat an peran perempuan

IPG mengukur hal yang

(44)

dalam pengambilan keput usan di berbagai proses pembangunan, penguat an peran masyarakat , dan peningkat an kualit as kelembagaan berbagai inst ansi pemerint ah, organisasi perempuan dan lembaga-lembaga lainnya. Melalui upaya ini diharapkan peningkat an kapabilit as dasar perempuan akan dapat segera diwuj udkan.

Secara umum pencapaian pembangunan gender di Indonesi a dar i w akt u ke w akt u memper l i hat kan perkembangan yang semakin membaik. Hal ini dapat diindikasikan dengan adanya peningkat an IPG selama kurun wakt u 2004-2011 (Gambar 3. 1). Pada t ahun 2004 IPG secara nasional t elah mencapai 63, 94, kemudian naik menj adi 65, 81 pada t ahun 2007 dan bergerak naik lagi secara perlahan hingga menj adi 67, 80 pada t ahun 2011.

(45)

Harus diakui, upaya pembangunan manusia dalam rangka meningkat kan kualit as hidup selama beberapa dekade t elah mengalami kemaj uan. Namun, hasil yang dicapai dalam upaya pembangunan kualit as hidup masih t ampak kent ara yang cenderung mengunt ungkan kelompok t ert ent u. Fenomena ini t ercermin dari indikat or komposit yang digunakan unt uk menilai kesenj angan gender, yait u IPG yang menunj ukkan angka lebih rendah dibanding IPM. Pada perkembangannya, selama kurun wakt u 2004-2011 secara nasional IPG selalu menunj ukkan posisi lebih rendah dibandingkan IPM. Besaran rasio yang diperoleh berdasarkan perbandingan ant ara IPG t erhadap IPM pada kisaran 93 persen. Hal ini dapat dimaknai bahwa masih t erj adi kesenj angan gender meski IPG memperlihat kan perkembangan yang selalu meningkat selama periode 2004-2011 (Tabel 3.1). Unt uk it u, diperlukan upaya yang lebih serius dalam meningkat kan kapabilit as dasar penduduk baik bagi penduduk laki-laki maupun perempuan melalui berbagai kebij akan pembangunan di berbagai bidang kehidupan sehingga gap yang t erj adi ant ara kapabilit as dasar laki-laki dan perempuan dapat diperkecil j araknya. Keberhasilan upaya peningkat an kapabilit as dasar penduduk pada gilirannya akan berdampak pada peningkat an angka IPG.

Tabel 3.1

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pem-bangunan Gender (IPG), dan Rasio (IPG/IPM), 2004-2011

(46)

3.2. Pencapaian Komponen Indeks Pembangunan Gender

Peningkat an IPG selama kurun wakt u 2004-2011 t ersebut t ent unya akan dipengaruhi oleh peningkat an beberapa komponen IPG it u sendiri. Hal ini berart i bahwa kapabilit as dasar perempuan yang t erangkum dalam dimensi kesehat an, pendidikan maupun hidup layak selama kurun wakt u 2004-2011 t erus mengalami peningkat an seiring dengan pelaksanaan program-program pembangunan. Pada subbab ini akan dibahas perkembangan masing-masing komponen IPG.

Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup (AHH) adalah rat a-rat a perkiraan banyak t ahun yang dapat dit empuh oleh seseorang selama hidup. Indikat or ini sering digunakan unt uk mengevalusi kinerj a pemerint ah dalam meningkat kan kesej aht eraan penduduk khususnya di bidang kesehat an. Gambar 3.2 memperlihat kan AHH laki-laki dan perempuan selama periode 2004-2011.

Dari gambar t ersebut t erlihat bahwa perkembangan AHH perempuan mengalami peningkat an selama periode 2004-2011. Pada t ahun 2004 AHH perempuan mencapai 69,60 t ahun, kemudian t ahun berikut nya meningkat lagi menj adi 71,69 t ahun pada t ahun 2011. Peningkat an AHH perempuan j uga diikut i dengan peningkat an AHH laki-laki, hanya saj a level yang dicapai masih dibawah perempuan yait u di angka 60-an t ahun. Pada t ahun 2004 AHH laki-laki mencapai 65,70, meningkat menj adi 67,72 t ahun pada t ahun 2011. Lebih j auh, pada gambar t ersebut t erlihat pola peningkat an AHH perempuan yang j uga diikut i oleh peningkat an AHH laki-laki namun peningkat an kedua AHH t ersebut t idak cukup nyat a unt uk mempersempit gap ant ara pencapaian AHH perempuan dan laki-laki. Tet api, dalam j angka panj ang perbedaan t ersebut diperkirakan semakin mengecil sej alan dengan perbaikan pelayanan di bidang kesehat an. Jika dilihat secara umum t erlihat bahwa AHH laki-laki cenderung empat t ahun lebih rendah dibanding AHH perempuan.

(47)

perempuan. Tet api sayangnya, sepert i yang t elah dij elaskan sebelumnya bahwa level AHH yang dicapai penduduk laki-laki masih j auh dibawah level AHH yang dicapai perempuan, yakni di level 60-an t ahun unt uk laki-laki berbanding level 70-an t ahun unt uk perempuan. Banyak fakt or penyebab rendahnya AHH laki-laki dibandingkan AHH perempuan sepert i kesehat an, perilaku, dan kemampuan bert ahan hidup. Hasil kaj ian dari aspek kesehat an, salah sat unya mengungkapkan bahwa banyaknya kej adian kemat ian pada laki-laki umumnya bersifat premat ur yang seharusnya dapat dicegah melalui t indakan promosi kesehat an at au pencegahan yang dapat dilakukan sedini mungkin. Selain it u, beberapa penyakit yang menj adi penyebab ut ama kemat ian pada laki-laki adalah penyakit degenerasi sepert i j ant ung, paru, st roke, hipert ensi, diabet es dan kanker.

Angka Melek Huruf & Rata-rata Lama Sekolah

(48)

sekolah secara berkelanj ut an.

Indikat or pendidikan yang merepresent asikan dimensi penget ahuan baik dalam IPM maupun IPG adalah Angka Melek Huruf (AMH) dan Rat a-rat a lama Sekolah (MYS). AMH menggambarkan persent ase penduduk umur 15 t ahun ke at as yang mampu baca t ulis, sedangkan indikat or rat a-rat a lama sekolah menggambarkan rat a-rat a j umlah t ahun yang dij alani oleh penduduk usia 15 t ahun ke at as unt uk menempuh semua j enis pendidikan formal.

Gambar 3.3 menyaj ikan perkembangan Angka Melek Huruf

(49)

AMH laki-laki mencapai 95,73 persen dan perempuan mencapai 90,55 persen. Hal ini berart i bahwa penduduk perempuan usia 15 t ahun ke at as yang but a huruf mencapai 9,45 persen, sedangkan laki-laki hanya 4,27 persen.

Fakt a t ersebut menunj ukkan bahwa dalam pembangunan pendidikan di Indonesia masih t erj adi ket impangan kemampuan baca t ulis ant ara laki-laki dan perempuan. Salah sat u penyebab ket impangan t ersebut adalah belum merat anya akses pendidikan dasar bagi perempuan t erut ama bagi keluarga dengan kemampuan ekonomi yang sangat t erbat as at au keluarga miskin yang j umlahnya masih cukup besar.

(50)

sekolah ant ara laki-laki dan perempuan hampir t idak mengalami perubahan selama kurun wakt u t ersebut , hanya pada t ahun 2008 pernah mengalami penyempit an gap.

Sumbangan Pendapatan

Gambar 3.5 menyaj ikan perkembangan sumbangan pendapat an dalam pekerj aan di sekt or non pert anian baik laki-laki maupun perempuan secara nasional. Pada t ahun 2011, sumbangan pendapat an perempuan dalam pekerj aan di sekt or non pert anian mengalami peningkat an sebesar 0,66 persen dari t ahun sebelumnya. Tahun 2011 sumbangan pendapat an perempuan mencapai 34,16 persen naik dari t ahun 2010 yang mencapai 33,50 persen. Sumbangan pendapat an ini t erkait dengan dua fakt or yang memengaruhinya, yait u fakt or angkat an kerj a dan upah yang dit erima. Berdasarkan dat a Sakernas, angkat an kerj a perempuan di Indonesia masih sekit ar 38–39 persen dari seluruh angkat an kerj a. Rendahnya proporsi angkat an kerj a perempuan t ersebut t ent unya akan sangat berpengaruh t erhadap sumbangan pendapat annya.

(51)

kebut uhan hidup yang selalu mengalami kenaikan agar kemampuan daya beli masyarakat t et ap t erj aga. Pada penghit ungan IPG, komponen upah menggunakan dat a upah buruh di sekt or non-pert anian. Tahun 2010, rat a-rat a upah perempuan non-pert anian di Indonesia mencapai 1.292.300 rupiah per bulan. Nilai upah ini masih lebih rendah dibanding upah yang dit erima laki-laki mencapai 1.593.600 rupiah per bulan. Hal ini memberikan gambaran bahwa dalam dunia kerj a t ernyat a masih t erdapat perbedaan j umlah upah yang dit erima ant ara laki-laki dan perempuan. Penduduk perempuan menerima upah j auh lebih rendah dibanding laki-laki. Perbedaan upah yang dit erima ant ara laki-laki dan perempuan berpengaruh t erhadap IPG2.

Banyak fakt or yang diduga sebagai penyebab adanya perbedaan upah yang dit erima laki-laki dan perempuan. Salah sat u fakt or yang berpengaruh pada perbedaan t ingkat upah adalah t ingkat pendidikan. Kecenderungan pendidikan perempuan lebih rendah dibanding pendidikan laki-laki j elas berpengaruh pada perbedaan upah yang dit erima ant ara laki-laki dan perempuan. Fakt or lain j uga erat kait annya dengan fakt or lapangan pekerj aan, j enis pekerj aan, dan st at us pekerj aan. Berdasarkan dat a Sakernas sebagian besar pekerj a perempuan bekerj a di sekt or j asa yang umumnya di perdagangan, dan j asa kemasyarakat an, sosial dan perorangan. Sedangkan j enis pekerj aan yang dilakukan perempuan sebagai t enaga usaha perdagangan, dan st at us pekerj aannya sebagai buruh/ karyawan dan pekerj a t idak dibayar. Kat egori pekerj aan sepert i ini pada umumnya mempunyai produkt ivit as yang rendah dan upah yang dibayarkan relat if kecil. Sement ara it u, pekerj a laki-laki lebih banyak bekerj a di sekt or padat modal, sebagai t enaga profesional, t eknisi dan kepemimpinan dengan upah yang dit erima relat if besar. Disini, perbedaan yang mendasar t ersebut menyebabkan gap upah yang dit erima pekerj a laki-laki dan perempuan.

(52)

3.3. Disparitas Pembangunan Manusia (IPM) dan Pembangunan Gender (IPG).

Adanya perbedaan pencapaian kapabilit as dasar ant ara laki -laki dan perempuan (baca: kesenj angan gender) yang t erj adi di t ingkat nasional, t ampaknya j uga t erj adi di t ingkat provinsi. Fenomena ini, dapat dit unj ukkan melalui besaran angka IPG yang lebih rendah dibanding angka IPM di semua provinsi. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa persoalan kesenj angan gender masih t erj adi di semua provinsi. Berdasarkan besaran rasio IPG t erhadap IPM, maka t erdapat lima provinsi masuk dalam kat egori urut an t ert inggi dan t erendah (Tabel 3.2). Lima provinsi yang masuk kat egori urut an t ert inggi bert urut -t urut adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua, DI. Yogyakart a, DKI Jakart a, dan Maluku. Sedangkan provinsi dengan urut an t erendah secara berurut an adalah Kepulauan Riau (Keppri), Papua Barat , Kep. Bangka Belit ung (Babel), Goront alo, dan Kalimant an Timur (Kalt im).

Tabel 3.2

Provinsi Dengan Peringkat Tertinggi dan Terendah Berdasarkan Rasio IPG terhadap IPM, 2011

Kode Provinsi IPM 2011 IPG 2011 Rasio Selisih

T e r t i n g g i

N T T 67, 75 65, 33 96, 43 2, 42

Papua 65, 36 62, 69 95, 93 2, 66

D I Yogyakart a 76, 32 73, 07 95, 75 3, 25

DKI Jakart a 77, 97 74, 01 94, 91 3, 97

Maluku 71, 87 67, 76 94, 28 4, 11

T e r e n d a h

Kepulauan Riau 75, 78 64, 69 85, 37 11, 09

Papua Barat 69, 65 59, 24 85, 05 10, 41

Kep. Babel 73, 37 60, 79 82, 86 12, 58

Goront alo 70, 82 57, 67 81, 43 13, 15

Kalimant an Timur 76, 22 61, 07 80, 12 15, 15

(53)

Provinsi NTT merupakan provinsi yang memiliki gap IPM dan IPG yang paling kecil dibandingkan provinsi lainnya, dengan besaran rasio t ert inggi di sekit ar 96,43 persen dengan selisih 2,42 sat uan pada t ahun 2011. Kecilnya gap pencapaian IPM dan IPG di Provinsi NTT memberikan pet unj uk bahwa pencapaian kapabilit as dasar ant ara laki-laki dan perempuan di NTT pada t ahun 2011 relat if t idak j auh berbeda. Hal ini berart i walaupun t erdapat kesenj angan gender di NTT namun dengan perbedaannya relat if kecil. Jika dikaj i lebih j auh, yang membuat angka IPG NTT mendekat i angka IPM ut amanya disebabkan oleh besaran sumbangan pendapat an penduduk perempuan t erhadap t ot al pendapat an. Sumbangan pendapat an ini dihit ung dari upah buruh yang bekerj a di semua sekt or kecuali sekt or pert anian3. Sement ara it u, pada kasus Provinsi Maluku sedikit berbeda dibandingkan NTT. Provinsi Maluku merupakan provinsi dengan IPM relat if t inggi, yait u sekit ar 71,87 pada 2011. Namun t ingginya IPM di Provinsi Maluku t ernyat a t idak diikut i oleh pencapaian IPG t inggi pula, yait u hanya sekit ar 67,76. Hal ini dapat dimaknai bahwa keberhasilan pembangunan kualit as hidup yang diukur melalui IPM di Provinsi Maluku kemaj uannya hanya didorong oleh keberhasilan peningkat an kapabilit as dasar penduduk laki-laki. Selain it u sumbangan pendapat an perempuan yang diduga

Lihat lampiran pada t at acara penghit ungan sumbangan

pendapat an.

3

(54)

mampu mengungkit peningkat an IPG di Provinsi Maluku, t ernyat a hanya menyumbang rat a-rat a sekit ar 35 persen dari seluruh t ot al pendapat an. Besaran 35 persen sumbangan pendapat an penduduk perempuan, t ernyat a t idak mampu meningkat kan nilai IPG Provinsi Maluku. Sement ara, mengharapkan peningkat an IPG dari sekt or kesehat an dan pendidikan kemungkinannya sangat kecil.

(55)

Berdasarkan skala int ernasional besaran IPM di level 70-an t ermasuk kat egori st at us pembangunan menengah at as (66 £ IPM < 80). Tingginya pencapaian IPM t idak selalu berbanding lurus dengan pencapaian IPG, cont ohnya Kalt im. Disparit as ant ara IPM dan IPJ t ahun 2011 secara lengkap unt uk seluruh provinsi disaj ikan pada Gambar 3.7.

3.4 Disparitas Pencapaian Pembangunan Gender Antar Wilayah

Pembangunan nasi onal seyogi anya mer upakan pembangunan merat a di seluruh wilayah Indonesia, t et api salah sat u masalah pembangunan di Indonesia adalah kesenj angan pembangunan ant ar wilayah. Wilayah bagian barat Indonesia cenderung mengalami pembangunan yang lebih pesat dibandingkan wilayah bagian t imur Indonesia. Akibat nya, kualit as sumber daya di wilayah t imur Indonesia j auh t ert inggal dibandingkan sumber daya manusia di wilayah bagian barat Indonesia. Banyak fakt or yang menyebabkan ket ert inggalan pembangunan di wilayah bagian t imur Indonesia, salah sat unya t erkait dengan kondisi alamnya dan kondisi Infrast rukt ur di bagian pedalaman yang sangat buruk sehingga t ercipt a daerah-daerah kant ong yang t erisolasi (BPS, 2001). Ket ert inggalan pembangunan di wilayah t imur bagian Indonesia menyebabkan t erj adinya kesenj angan ant arwilayah yang t ercermin dari hasil pencapaian pembangunan gender. Pada subbab ini akan mengulas lebih j auh t ent ang kesenj angan pembangunan gender ant arwilayah di Indonesia.

Capaian IPG Provinsi

(56)
(57)

dengan IPM (72,27), maka keberhasilan t ersebut masih menyisakan kesenj angan.

Di t ingkat provinsi pencapaian IPG relat if bervariasi. Pencapaian IPG t ert inggi t ahun 2011 diraih oleh DKI Jakart a dengan nilai 74,01, sedangkan IPG t erendah sebesar 56,70 diraih oleh NTB. Dengan demikian perbedaan pencapaian IPG t ert inggi dengan IPG t erendah sekit ar 17,31 poin. Jarak yang dit imbulkan oleh perbedaan pencapaian IPG t ert inggi dan t erendah t ersebut menurun dibandingkan t ahun 2010. Perbedaan pencapaian IPG t ert inggi dan IPG t erendah sekit ar 17,33 poin (t ert inggi DKI Jakart a dengan IPG sebesar 73,35 dan t erendah NTB dengan IPG sebesar 56,02). Hal ini berart i bahwa disparit as pembangunan gender di t ingkat provinsi pada t ahun 2011 sedikit menurun dibandingkan dengan t ahun sebelumnya.

Tabel 3.3 menyaj ikan 5 (lima) provinsi yang mencat at kemaj uan pesat selama t ahun 2010-2011. Provinsi yang menempat i urut an lima besar selama dua t ahun t erakhir dit empat i oleh DKI Jakart a, DI Yogyakart a, Sumat era Ut ara, Kalimant an Tengah, dan Sumat era Barat . Pada t ahun 2011, IPG t ert inggi t ercat at di DKI Jakart a yang mencapai angka 74,01 meningkat dibanding t ahun 2010 yang mencat at angka 73,35. Berikut nya disusul oleh DI Yogyakart a (73,07), Sumat era Ut ara (70,34), Kalimant an Tengah (69,80), dan Sumat era Barat (69,55).

Sement ara it u, provinsi dengan pencapaian IPG t erendah pada dua t ahun t erakhir ini diraih oleh lima provinsi yang sama.

Tabel

3.3 Provinsi dengan IPG Tertinggi, 2010-2011

2010 IPG 2011 IPG

DKI Jakart a 73, 35 DKI Jakart a 74, 01

DI Yogyakart a 72, 51 DI Yogyakart a 73, 07

Sumat era Ut ara 69, 63 Sumat era Ut ara 70, 34

Kalimant an Tengah 69, 32 Kalimant an Tengah 69, 80

Sumat era Barat 68, 50 Sumat era Barat 69, 55

(58)

Provinsi yang menduduki peringkat IPG lima t erendah adalah Kalimant an Timur, Kep. Bangka Belit ung, Papua Barat , Goront alo dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Nusa Tenggara Barat (NTB) menduduki peringkat t erendah baik pada t ahun 2010 maupun 2011 dengan nilai IPG bert urut -t urut sebesar 56,02 dan 56,70.

Capaian IPG Kabupaten/Kota

Perkembangan pencapaian IPG kabupat en/ kot a selama t ahun 2010-2011 secara umum mengalami peningkat an. Dari 10 (sepuluh) kabupat en/ kot a yang menduduki posisi sepuluh IPG

Tabel

3.4 Provinsi dengan IPG Terendah, 2010-2011

2010 IPG 2011 IPG

KALIMANTAN TIMUR 60, 37 KALIMANTAN TIMUR 61, 07

KEP. BANGKA BELITUNG 60, 36 KEP. BANGKA BELITUNG 60, 79

PAPUA BARAT 58, 87 PAPUA BARAT 59, 24

GORONTALO 56, 98 GORONTALO 57, 67

NUSA TENGGARA BARAT 56, 02 NUSA TENGGARA BARAT 56, 70

Sumber : BPS

Tabel

3.5 Kabupaten/Kota dengan IPG Tertinggi, 2010-2011

2010 IPG 2011 IPG

Kot a Yogyakart a 77, 56 Kot a Yogyakart a 77, 92

Kot a Padang Panj ang 76, 55 Kot a Padang Panj ang 77, 16

Kot a Denpasar 76, 06 Kot a Denpasar 76, 49

Kot a Ambon 76, 01 Kot a Ambon 76, 47

Kot a Surakart a 75, 68 Kot a Surakart a 76, 37

Toba Samosir 74, 78 Toba Samosir 75, 21

Karo 74, 60 Karo 75, 13

Barit o Ut ara 74, 55 Barit o Ut ara 74, 91

Kot a Jakart a Pusat 74, 18 Kot a Salat iga 74, 78

Sleman 74, 17 Tapanuli Ut ara 74, 77

(59)

t ert inggi di t ahun 2010 t ernyat a hanya 8 (delapan) kabupat en/ kot a yang mampu bert ahan di posisi 10 besar pada t ahun 2011. Dua kabupat en/ kot a lainnya yang pada t ahun 2010 berada pada posisi 10 besar, yait u Jakart a Pusat dan Kab. Sleman t ernyat a harus digant ikan posisinya oleh kot a Salat iga dan Kabupat en Tapanuli Ut ara. Baik pada t ahun 2010 maupun 2011, sebagian besar kabupat en/ kot a t ersebut berasal dari wilayah bagian barat dan hanya t iga kabupat en/ kot a yang berasal dari wilayah t imur yait u Kot a Denpasar, Kot a Ambon, dan Kab. Barit o Ut ara.

Dilain pihak, t idak ada pergeseran urut an kabupat en/ kot a posisi lima besar. Urut an pert ama sampai kelima masih dit empat i kabupat en/ kot a lima besar di t ahun 2010, yait u Kot a Yogyakart a (77,92), Kot a Padang Panj ang (77,16), Kot a Denpasar (76,49), Kot a Ambon (76,47), dan Kot a Surakart a (76,37). Kot a dengan IPG t ert inggi baik pada t ahun 2010 maupun 2011 diduduki oleh kot a Yogyakart a dengan nilai IPG sebesar 77,56 pada t ahun 2010 dan 77,92 pada t ahun 2011.

Sedangkan unt uk urut an sepuluh kabupat en/ kot a dengan IPG t erendah t erlihat mengalami perubahan posisi yang umumnya disebabkan oleh pembent ukan kabupat en baru (pemekaran). Sebagian besar kabupat en/ kot a t ersebut berasal

Tabel

3.6 Kabupaten/Kota dengan IPG Terendah, 2010-2011

2010 IPG 2011 IPG

Mamberamo Tengah 48, 01 Mamberamo Tengah 48, 21

Nduga 47, 58 Sumbawa Barat 48, 19

Asmat 47, 56 Nduga 48, 11

Sumbawa Barat 47, 37 Asmat 48, 10

Lombok Ut ara 46, 86 Lombok Ut ara 47, 84

Boven Digoel 46, 69 Boven Digoel 47, 54

Int an Jaya 46, 29 Dogiyai 46, 76

Dogiyai 45, 63 Int an Jaya 46, 55

Puncak 45, 17 Puncak 45, 87

Deiyai 42, 70 Deiyai 43, 37

(60)
(61)
(62)

4

Pencapaian

(63)
(64)

S

ebagaimana dij elaskan pada bab sebelumnya, Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan ukuran yang mencerminkan t erwuj udnya Keset araan dan Keadilan Gender (KKG) yang dit andai dengan t idak adanya diskriminasi ant ara perempuan dan laki-laki dalam memperoleh akses, kesempat an berpart isipasi, dan kont rol at as pembangunan sert a memperoleh manfaat yang set ara dan adil dari pembangunan. Selain IPG, UNDP j uga mengenalkan ukuran komposit lainnya t erkait dengan gender, yakni Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) yang digunakan unt uk mengukur persamaan peranan ant ara perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keput usan di bidang polit ik maupun di bidang manaj erial. Kedua ukuran ini, diharapkan mampu memberikan penj elasan t ent ang keset araan dan keadilan gender yang dicapai melalui berbagai program-program pembangunan.

Pencapaian pembangunan manusia secara kuant it at if dapat dilihat dari besaran IPM. Besaran angka IPM semat a t idak dapat menj elaskan seberapa besar perbedaan (gap) pencapaian kualit as hidup perempuan dan laki-laki yang diukur melalui gabungan indikat or kesehat an, pendidikan dan daya beli. Melalui IPG (Indeks Pembangunan Gender), perbedaan pencapaian yang menggambarkan kesenj angan pencapaian ant ara laki-laki dan perempuan dapat t erj elaskan, yakni dengan mengurangkan nilai IPM dengan IPG. Sedangkan IDG dapat menggambarkan perbedaan peranan ant ara perempuan dan laki-laki dari pencapaian kapabilit as berdasarkan st at us dan kedudukan perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

St ereot ip perempuan sebagai makhluk yang lemah dan hanya berkut at pada urusan rumah t angga saj a lambat laun semakin memudar. Hal ini didukung oleh semakin t erbukanya peluang perempuan unt uk berpart ispasi di berbagai bidang

(65)

pembangunan. Namun keadaan ini t erlihat lebih menonj ol hanya di daerah perkot aan yang sarat dengan kemaj uan di berbagai bidang. Sebenarnya peranan perempuan unt uk berpart isipasi di berbagai bidang pembangunan t elah diakui dan dihargai. Tidak ada sat u kat apun dalam pasal-pasal UUD 1945 yang bersifat diskriminat if t erhadap perempuan. Undang-undang t elah mengat ur persamaan hak dan kewaj iban bagi set iap warga Negara baik laki-laki maupun perempuan unt uk menj alankan perannya di berbagai bidang kehidupan.

Pada kenyat aannya, perempuan masih mengalami ket ert inggalan dibandingkan dengan laki-laki pada bidang-bidang sepert i pendidikan, ket enagakerj aan, maupun pengambilan keput usan. Namun demikian, pemerint ah t erus berupaya mendorong ket erlibat an perempuan dalam pembagunan melalui peningkat an kapabilit as dasar SDM. Keseriusan pemerint ah dalam mengupayakan peningkat an kapabilit as perempuan unt uk t ercapainya keset araan gender dit andai dengan dibent uknya Kement er ian Negara Pemberdayaan Per empuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA). Tugas pokok KPP dan PA mengurusi t ent ang berbagai hal yang berhubungan dengan pemberdayaan perempuan. Upaya yang t elah dilakukan oleh pemerint ah unt uk mendorong keset araan gender di berbagai bidang kehidupan sudah mulai t ampak hasilnya. Secara kuant it as banyak perempuan t elah menduduki j abat an st rat egis yang memungkinkan perempuan dapat berperan sebagai pengambil keput usan. Namun dari aspek kualit as masih banyak hal yang perlu dit ingkat kan. Unt uk mengkaj i lebih j auh peranan perempuan dalam pengambilan keput usan, maka dapat digunakan indeks pemberdayaan gender (IDG).

(66)

menggambarkan kondisi t erkini (riil) perempuan sehubungan dengan peranannya dalam pengambilan keput usan di berbagai bidang kehidupan.

Pada bab ini pencapaian pemberdayaan gender akan dibagi ke dalam 3 (t iga) pokok bahasan, yait u perkembangan pembangunan gender (IDG), pencapaian komponen IDG, dan disparit as IDG. Ket iga pokok bahasan ini diharapkan mampu memberikan gambaran pencapaian peranan perempuan secara umum dalam pengambilan keput usan, komponen/ indikat or yang berkont ribusi t erhadap capaian peranan perempuan, dan disparit as peranan perempuan ant arwilayah/ daerah.

4.1. Perkembangan Pemberdayaan Gender

(67)

sosial, khususnya kont ribusi perempuan dalam pendapat an rumah t angga. Unsur-unsur persamaan peranan t ersebut merupakan komponen yang t ercakup dalam penghit ungan indeks pemberdayaan gender (IDG). Sepert i yang t elah dikemukakan sebelumnya, IDG merupakan ukuran komposit yang dapat digunakan unt uk mengkaj i sej auh mana persamaan peranan perempuan dalam proses pengambilan keput usan sert a kont ribusi dalam aspek ekonomi maupun sosial.

Perkembangan IDG sej ak t ahun 2004 hingga t ahun 2011 t erus menunj ukkan peningkat an. Pada t ahun 2004, IDG Indonesia masih berada pada level 50-an yait u sebesar 59,70. Namun dalam kurun wakt u 7 t ahun, IDG Indonesia t erus meningkat hingga pada t ahun 2011 nilainya hampir mencapai level 70-an, yait u sebesar 69,14. Hal ini bisa diart ikan bahwa peran sert a perempuan dalam pengambilan keput usan dan kegiat an ekonomi semakin menunj ukkan arah yang lebih baik. Dengan demikian pemberdayaan dalam kont eks ini, perempuan diposisikan memiliki peranan yang st rat egis. Unt uk menget ahui lebih j auh peranan perempuan dalam pengambilan keput usan, maka perlu mengkaj i set iap komponen IDG.

4.2. Pencapaian Komponen IDG

(68)

Keterwakilan Perempuan di Parlemen

(69)

Tabel

4.1 Perkembangan Jumlah Anggota DPR RI, 1955-2009

Pemilu Laki-laki Perempuan Jumlah Pesentase

1955 256 16 272 5, 88

1971 429 31 460 6, 74

1977 423 37 460 8, 04

1982 418 42 460 9, 13

1987 441 59 500 11, 80

1992 438 62 500 12, 40

1997 442 58 500 11, 60

1999 456 44 500 8, 80

2004 485 65 550 11, 82

2009 460 100 560 17, 86

Sumber : Statistik Indonesia 2011

Jika dilihat perkembangannya baik dari segi j umlah maupun persent ase, anggot a DPR perempuan sej ak t ahun 1955 relat if menunj ukkan peningkat an. Persent ase t ert inggi t erj adi pada saat pemilu 2009. Meskipun masih cukup j auh dari kuot a yang dit et apkan dalam UU, t et api dari t ren yang menunj ukkan peningkat an maka pemberdayaan perempuan khususnya dalam bidang polit ik mengindikasikan arah yang posit if.

Tenaga Manager, Profesional, Administrasi, dan Teknisi

(70)

fungsi-fungsi reproduksi (Parawansa, 2003). Hanya sayangnya, ket erlibat an perempuan dalam pengambilan keput usan di bidang penyelenggaraan pemerint ahan, swast a, dan organisasi sosial lainnya sangat kecil, mengingat masih t erbat asnya perempuan sebagai t enaga prof esional, kepemimpinan/ managerial, administ rasi, sert a t eknisi.

Tak j auh berbeda dengan komponen sebelumnya, komponen ini j uga masih menunj ukkan bahwa capaian perempuan lebih rendah dari laki-laki. Persent ase perempuan sebagai t enaga profesional pada 2011 mengalami peningkat an set elah t ahun lalu sempat menurun. Capaian t ahun 2011 sebesar 45,75 persen, meningkat sebesar 1,73 persen dari capaian 2010 dan 0,27 persen dari capaian t ahun 2009. Jika melihat pada pola grafik 4.3, meskipun cukup berflukt uasi, capaian perempuan saat ini dalam pengambilan keput usan dan perekonomian menunj ukkan peningkat an yang signifikan, karena capaian pada t ahun 2004 masih sebesar 38,16 persen. Meningkat nya persent ase perempuan sebagai t enaga profesional menandakan bahwa ket erlibat an perempuan dalam mengambil keput usan dan berpart isipasi dalam perekonomian semakin bisa disej aj arkan dengan laki-laki.

(71)

menunj ukkan t ren yang t erus meningkat . Pada t ahun 2009 TPAK Indonesia sebesar 67,23 persen, meningkat menj adi 67,72 persen pada t ahun 2010, dan menj adi 68,34 persen pada t ahun 2011. Peningkat an TPAK menandakan bahwa semakin besarnya persent ase penduduk usia 15 t ahun ke at as yang t ermasuk ke dalam angkat an kerj a. Jika dilihat dari komposisi angkat an kerj a, t ampak bahwa masih didominasi oleh laki-laki. Persent ase angkat an kerj a perempuan masih berkisar pada angka 38 persen, sement ara laki-laki berkisar pada angka 61 persen. Namun meskipun perlahan, persent ase angkat an kerj a perempuan meningkat t iap t ahunnya.

(72)

Persent ase PNS laki-laki dan perempuan yang t idak t erlalu t impang bisa dikat akan sebagai sebuah langkah yang cukup posit if dalam menuj u keadilan dan keset araan gender. Namun masih t erdapat persoalan lain, yait u j ika melihat persent ase pej abat st rukt ural PNS yang dipilah menurut j enis kelamin. Berdasarkan gambar 4.6 t ampak bahwa laki-laki masih mendominasi j abat an st rukt ural dengan persent ase sebesar 75,91 persen. Sement ara persent ase pej abat st rukt ural perempuan hanya sebesar 24,09 persen.

(73)

maj u dalam mencapai kapabilit as yang opt imum sehingga dapat berpeluang menduduki j abat an-j abat an st rat egis.

4.3. Disparitas IDG

Pembangunan nasi onal seyogi anya mer upakan pembangunan merat a di seluruh wilayah Indonesia, t et api salah sat u masalah pembangunan di Indonesia adalah kesenj angan pembangunan ant ar wilayah. Wilayah bagian barat Indonesia cenderung mengalami pembangunan yang lebih pesat dibandingkan wilayah bagian t imur Indonesia. Akibat nya, kualit as sumber daya di wilayah t imur Indonesia j auh t ert inggal dibandingkan sumber daya manusia di wilayah bagian barat Indonesia. Banyak fakt or yang menyebabkan ket ert inggalan pembangunan di wilayah bagian t imur Indonesia, salah sat unya t erkait dengan kondisi alamnya dan kondisi Infrast rukt ur di bagian pedalaman yang sangat buruk sehingga t ercipt a daerah-daerah kant ong yang t erisolasi (BPS, 2001).

Ket ert inggalan pembangunan di wilayah bagian t imur Indonesia menyebabkan t erj adinya kesenj angan capaian pembangunan di berbagai bidang kehidupan ant arwilayah. Kesenj angan pemberdayaan gender ant ar wilayah masih menj adi fenomena yang perlu mendapat perhat ian khusus dari pemerint ah daerah dan pemerint ah pusat . Pada subbab ini akan mengulas lebih j auh t ent ang kesenj angan pemberdayaan gender ant arwilayah di Indonesia.

Capaian IDG Provinsi

Indeks Pemberdayaan Gender secara nasional pada t ahun 2010 sebesar 68,15 dan set ahun kemudian meningkat 0,99 poin menj adi 69,14. Peningkat an nilai indeks t ersebut mencerminkan adanya peningkat an persamaan peranan perempuan dan laki-laki secara nasional dalam pengambilan keput usan di bidang polit ik maupun bidang manaj erial. Namun demikian, peningkat an nilai IDG nasional t ersebut masih menunj ukkan kesenj angan yang relat if besar ant arwilayah di t ingkat provinsi.

(74)

pembangunan di suat u provinsi. Perkembangan pencapaian IDG menurut provinsi t ahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 4.8. Pada gambar t ersebut menunj ukkan bahwa pencapaian IDG enam provinsi melebihi rat a-rat a IDG nasional. Keenam provinsi t ersebut bert urut -t urut adalah Bengkulu, DI Yogyakart a, Sumat era Ut ara, Kalimant an Tengah, Sulawesi Ut ara, Sumat era Barat , Bali, dan Bengkulu.

Sedangkan pencapaian IDG pada t ahun 2011 yang melebihi rat a-rat a IDG nasional hanya t erj adi di lima provinsi, yait u DI Yogyakart a, Maluku, DKI Jakart a, Kalimant an Tengah, dan Bengkulu (Gambar 4.9). Pada periode 2010-2011, provinsi Sulawesi Ut ara mengalami penurunan pencapaian nilai IDG (t urun 2,44 poin) sehingga nilai IDG t ahun 2011 yang dicapai dibawah rat a-rat a IDG nasional.

Gambar

Tabel 2.1 Upah Pekerja/Buruh Menurut Jenis Kelamin, 2007-
Tabel 3.1 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pem-
Gambar 3.3 menyajikan perkembangan Angka Melek Huruf
Gambar 3.5 persen dari seluruh angkatan kerja. Rendahnya proporsi angkatan kerja perempuan tersebut tentunya akan sangat pendapatan dalam pekerjaan di sektor non pertanian baik laki-laki maupun perempuan secara nasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Anggaran ini tersebar di lima kegiatan yang berada langsung di bawah Deputi Bidang Kesetaraan Gender melalui empat Assisten Deputi dan satu Sekretariat Deputi Sasaran

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDM KP) KKP Suseno di Surabaya, Kamis mengemukakan upayanya menjalin kerja sama dengan BPS juga dipicu

S1 Psikologi III/a 1 Subbid Anjak Penanganan Kekerasan Anak pada Bidang Data &amp; Anjak. Penanganan Kekerasan Anak Asdep Penanganan

Selain itu tujuan dari SDGs yang terkait dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak adalah tujuan ke lima yaitu “ Mencapai kesetaraan gender dan

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS SOSIAL,PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK TENTANG RENCANA AKSI PENCAPAIAN KINERJA DINAS SOSIAL, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini diantaranya adalah : monev implementasi pengarusutamaan gender, implementasi PUG dalam penyusunan kebijakan

[r]

Pengelolaan administrasi pelaksanaan program peningkatan kualitas hidup perempuan dan keluarga serta kelembagaan, data dan informasi gender; 3 Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana