3PENCAPAIAN PEMBANGUNAN GENDER
3.4 Disparitas Pencapaian Pembangunan Gender Antar Wilayah
Pembangunan nasi onal seyogi anya mer upakan pembangunan merat a di seluruh wilayah Indonesia, t et api salah sat u masalah pembangunan di Indonesia adalah kesenj angan pembangunan ant ar wilayah. Wilayah bagian barat Indonesia cenderung mengalami pembangunan yang lebih pesat dibandingkan wilayah bagian t imur Indonesia. Akibat nya, kualit as sumber daya di wilayah t imur Indonesia j auh t ert inggal dibandingkan sumber daya manusia di wilayah bagian barat Indonesia. Banyak fakt or yang menyebabkan ket ert inggalan pembangunan di wilayah bagian t imur Indonesia, salah sat unya t erkait dengan kondisi alamnya dan kondisi Infrast rukt ur di bagian pedalaman yang sangat buruk sehingga t ercipt a daerah-daerah kant ong yang t erisolasi (BPS, 2001). Ket ert inggalan pembangunan di wilayah t imur bagian Indonesia menyebabkan t erj adinya kesenj angan ant arwilayah yang t ercermin dari hasil pencapaian pembangunan gender. Pada subbab ini akan mengulas lebih j auh t ent ang kesenj angan pembangunan gender ant arwilayah di Indonesia.
Capaian IPG Provinsi
Gambaran lebih lengkap mengenai t ingkat pencapaian pembangunan gender sebagai dampak dari kegiat an pembangunan di suat u provinsi dapat dilihat dari angka IPG provinsi. Gambar 3.8 menyaj ikan pencapaian IPG set iap provinsi pada t ahun 2011. Pada gambar t ersebut menunj ukkan bahwa pencapaian IPG delapan provinsi melebihi rat a-rat a IPG nasional. Delapan provinsi t ersebut bert urut -t urut adalah DKI Jakart a, DI.Yogyakart a, Sumat era Ut ara, Kalimant an Tengah, Sumat era Barat , Sulawesi Ut ara, Bengkulu, dan Bali. Meskipun demikian, j ika dilihat dari perkembangannya pencapaian IPG unt uk seluruh
provinsi menunj ukkan peningkat an. Hal ini berart i bahwa pembangunan gender di semua provinsi t elah menunj ukkan kemaj uan, t et api masih perlu upaya lebih kuat lagi unt uk meningkat kan kapabilit as perempuan mengingat kesenj angan gender masih t erj adi di semua provinsi. Secara nasional, pada t ahun 2010 IPG Indonesia mencapai 67,20, set ahun kemudian IPG Indonesia meningkat sebesar 0,60 poin menj adi 67,80. Peningkat an IPG ini menunj ukkan indikasi keberhasilan dalam pembangunan gender. Namun demikian, bila dibandingkan
dengan IPM (72,27), maka keberhasilan t ersebut masih menyisakan kesenj angan.
Di t ingkat provinsi pencapaian IPG relat if bervariasi. Pencapaian IPG t ert inggi t ahun 2011 diraih oleh DKI Jakart a dengan nilai 74,01, sedangkan IPG t erendah sebesar 56,70 diraih oleh NTB. Dengan demikian perbedaan pencapaian IPG t ert inggi dengan IPG t erendah sekit ar 17,31 poin. Jarak yang dit imbulkan oleh perbedaan pencapaian IPG t ert inggi dan t erendah t ersebut menurun dibandingkan t ahun 2010. Perbedaan pencapaian IPG t ert inggi dan IPG t erendah sekit ar 17,33 poin (t ert inggi DKI Jakart a dengan IPG sebesar 73,35 dan t erendah NTB dengan IPG sebesar 56,02). Hal ini berart i bahwa disparit as pembangunan gender di t ingkat provinsi pada t ahun 2011 sedikit menurun dibandingkan dengan t ahun sebelumnya.
Tabel 3.3 menyaj ikan 5 (lima) provinsi yang mencat at kemaj uan pesat selama t ahun 2010-2011. Provinsi yang menempat i urut an lima besar selama dua t ahun t erakhir dit empat i oleh DKI Jakart a, DI Yogyakart a, Sumat era Ut ara, Kalimant an Tengah, dan Sumat era Barat . Pada t ahun 2011, IPG t ert inggi t ercat at di DKI Jakart a yang mencapai angka 74,01 meningkat dibanding t ahun 2010 yang mencat at angka 73,35. Berikut nya disusul oleh DI Yogyakart a (73,07), Sumat era Ut ara (70,34), Kalimant an Tengah (69,80), dan Sumat era Barat (69,55).
Sement ara it u, provinsi dengan pencapaian IPG t erendah pada dua t ahun t erakhir ini diraih oleh lima provinsi yang sama.
Tabel
3.3 Provinsi dengan IPG Tertinggi, 2010-2011
2010 IPG 2011 IPG
DKI Jakart a 73, 35 DKI Jakart a 74, 01 DI Yogyakart a 72, 51 DI Yogyakart a 73, 07 Sumat era Ut ara 69, 63 Sumat era Ut ara 70, 34 Kalimant an Tengah 69, 32 Kalimant an Tengah 69, 80 Sumat era Barat 68, 50 Sumat era Barat 69, 55
Provinsi yang menduduki peringkat IPG lima t erendah adalah Kalimant an Timur, Kep. Bangka Belit ung, Papua Barat , Goront alo dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Nusa Tenggara Barat (NTB) menduduki peringkat t erendah baik pada t ahun 2010 maupun 2011 dengan nilai IPG bert urut -t urut sebesar 56,02 dan 56,70.
Capaian IPG Kabupaten/Kota
Perkembangan pencapaian IPG kabupat en/ kot a selama t ahun 2010-2011 secara umum mengalami peningkat an. Dari 10 (sepuluh) kabupat en/ kot a yang menduduki posisi sepuluh IPG
Tabel
3.4 Provinsi dengan IPG Terendah, 2010-2011
2010 IPG 2011 IPG
KALIMANTAN TIMUR 60, 37 KALIMANTAN TIMUR 61, 07
KEP. BANGKA BELITUNG 60, 36 KEP. BANGKA BELITUNG 60, 79
PAPUA BARAT 58, 87 PAPUA BARAT 59, 24
GORONTALO 56, 98 GORONTALO 57, 67
NUSA TENGGARA BARAT 56, 02 NUSA TENGGARA BARAT 56, 70
Sumber : BPS
Tabel
3.5 Kabupaten/Kota dengan IPG Tertinggi, 2010-2011
2010 IPG 2011 IPG
Kot a Yogyakart a 77, 56 Kot a Yogyakart a 77, 92 Kot a Padang Panj ang 76, 55 Kot a Padang Panj ang 77, 16 Kot a Denpasar 76, 06 Kot a Denpasar 76, 49 Kot a Ambon 76, 01 Kot a Ambon 76, 47 Kot a Surakart a 75, 68 Kot a Surakart a 76, 37 Toba Samosir 74, 78 Toba Samosir 75, 21
Karo 74, 60 Karo 75, 13
Barit o Ut ara 74, 55 Barit o Ut ara 74, 91 Kot a Jakart a Pusat 74, 18 Kot a Salat iga 74, 78 Sleman 74, 17 Tapanuli Ut ara 74, 77
t ert inggi di t ahun 2010 t ernyat a hanya 8 (delapan) kabupat en/ kot a yang mampu bert ahan di posisi 10 besar pada t ahun 2011. Dua kabupat en/ kot a lainnya yang pada t ahun 2010 berada pada posisi 10 besar, yait u Jakart a Pusat dan Kab. Sleman t ernyat a harus digant ikan posisinya oleh kot a Salat iga dan Kabupat en Tapanuli Ut ara. Baik pada t ahun 2010 maupun 2011, sebagian besar kabupat en/ kot a t ersebut berasal dari wilayah bagian barat dan hanya t iga kabupat en/ kot a yang berasal dari wilayah t imur yait u Kot a Denpasar, Kot a Ambon, dan Kab. Barit o Ut ara.
Dilain pihak, t idak ada pergeseran urut an kabupat en/ kot a posisi lima besar. Urut an pert ama sampai kelima masih dit empat i kabupat en/ kot a lima besar di t ahun 2010, yait u Kot a Yogyakart a (77,92), Kot a Padang Panj ang (77,16), Kot a Denpasar (76,49), Kot a Ambon (76,47), dan Kot a Surakart a (76,37). Kot a dengan IPG t ert inggi baik pada t ahun 2010 maupun 2011 diduduki oleh kot a Yogyakart a dengan nilai IPG sebesar 77,56 pada t ahun 2010 dan 77,92 pada t ahun 2011.
Sedangkan unt uk urut an sepuluh kabupat en/ kot a dengan IPG t erendah t erlihat mengalami perubahan posisi yang umumnya disebabkan oleh pembent ukan kabupat en baru (pemekaran). Sebagian besar kabupat en/ kot a t ersebut berasal
Tabel
3.6 Kabupaten/Kota dengan IPG Terendah, 2010-2011
2010 IPG 2011 IPG
Mamberamo Tengah 48, 01 Mamberamo Tengah 48, 21 Nduga 47, 58 Sumbawa Barat 48, 19
Asmat 47, 56 Nduga 48, 11
Sumbawa Barat 47, 37 Asmat 48, 10 Lombok Ut ara 46, 86 Lombok Ut ara 47, 84 Boven Digoel 46, 69 Boven Digoel 47, 54 Int an Jaya 46, 29 Dogiyai 46, 76 Dogiyai 45, 63 Int an Jaya 46, 55
Puncak 45, 17 Puncak 45, 87
Deiyai 42, 70 Deiyai 43, 37
dari wilayah bagian t imur dan memiliki IPG yang rendah. Pada t ahun 2010, posisi sepuluh kabupat en/ kot a dengan IPG t erendah didominasi oleh kabupat en/ kot a dari Provinsi Papua dan sebagian dari Nusa Tenggara Barat . Kabupat en Sumbawa Barat dan Lombok Ut ara merupakan dua kabupat en dari Nusa Tenggara Barat yang menduduki posisi sepuluh t erendah. Delapan kabupat en/ kot a lainnya berasal dari Papua, diant aranya Kabupat en Asmat , Boven Digoel dan enam kabupat en baru/ pemekaran yait u Mamberamo Tengah, Nduga, Int an Jaya, Dogiyai, Puncak, dan Deiyai. Hal ini menunj ukkan adanya disparit as pembangunan dimana pembangunan di wilayah bagian t imur Indonesia masih t ert inggal j auh dibandingkan provinsi at au kabupat en/ kot a di bagian barat Indonesia