• Tidak ada hasil yang ditemukan

(nilai IPM dan IDG t inggi , t et api nilai IPG rendah) yang hanya t erdiri sat u provinsi, Maluku

Kuadran IV : IPG rendah dan IDG tinggi

Kelompok 7 (nilai IPM dan IDG t inggi , t et api nilai IPG rendah) yang hanya t erdiri sat u provinsi, Maluku

Kelompok 8 (nilai IPM, IPG dan IDG semuanya rendah) t erdiri dari Provinsi Aceh, Lampung, Jawa Barat , Jawa Timur, Bant en, NTB, NTT, Kalimant an Barat , Kalimant an Selat an, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selat an, Sulawesi Tenggara, Goront alo, Sulawesi Barat , Maluku Ut ara, Papua Barat , dan Papua.

Pengelompokan provinsi-provinsi t ersebut t ernyat a t idak j auh berbeda dengan kondisi pada Tahun 2010 (Tabel 5.2). Hanya t erdapat t iga provinsi yang mengalami perubahan kelompok dalam dua t ahun t erakhir. Provinsi Sulawesi Ut ara pada t ahun 2010 berada pada Kelompok 1 (nilai semua indeksnya lebih t inggi dibandingkan dengan nilai nasional), bergeser menj adi Kelompok 2 (IPM dan IPG t inggi t et api IDG rendah) pada t ahun 2011. Provinsi Jawa Barat j uga bergeser dari Kelompok 4 (IPM t inggi, t et api IPG dan IDG rendah) pada t ahun 2010 menj adi Kelompok 8 (semua indeksnya lebih rendah dibandingkan dengan nilai indeks nasional) pada t ahun 2011. Begit u j uga Provinsi Maluku mengalami pergeseran dari Kelompok 5 (IPM rendah, t et api IPG dan IDG t inggi) pada t ahun 2010 menj adi Kelompok 7 (IPM dan IPG rendah , t et api IDG t inggi) pada t ahun 2011.

Keterangan:

1. Klasifikasi berdasarkan nilai IPM, IPG dan IDG

2. Klasifikasi dilakukan dengan membandingkan nilai capaian untuk masing-masing provinsi dengan nilai capaian tingkat nasional.

3. Klasifikasinya adalah sebagai berikut: a. Jika dikategorikan sebagai “Rendah”, dan

b. Jika dikategorikan sebagai “Tinggi”.

Tabel

5.2 Pengelompokan Provinsi Berdasarkan IPM, IPG dan, IDG, 2010

Indikator IDG Tinggi Rendah IPM Tinggi IPG Tinggi Bengkulu DKI Jakart a DI Yogyakart a Kalimant an Tengah Sulawesi Ut ara

Sumat era Ut ara Sumat era Barat Bali

Rendah

Riau Jambi

Sumat era Selat an Kep. Babel Kep. Riau Jawa Barat Jawa Tengah Kalimant an Timur Rendah IPG Tinggi Maluku Rendah Aceh Lampung Jawa Timur Bant en NTB NTT Kalimant an Barat Kalimant an Selat an Sulawesi Tengah Sulawesi Selat an Sulawesi Tenggara Goront alo Sulawesi Barat Maluku Ut ara Papua Barat Papua

Keterangan:

1. Klasifikasi berdasarkan nilai IPM, IPG dan IDG

2. Klasifikasi dilakukan dengan membandingkan nilai capaian untuk masing-masing provinsi dengan nilai capaian tingkat nasional.

3. Klasifikasinya adalah sebagai berikut: a. Jika dikategorikan sebagai “Rendah”, dan

b. Jika dikategorikan sebagai “Tinggi”.

Walaupun dalam pengelompokkan yang t elah dilakukan t erdapat beberapa provinsi yang memiliki IPM, IPG at au IDG rendah, pada dasarnya t idak dapat diart ikan bahwa kegiat an Tabel

5.3 Pengelompokan Provinsi Berdasarkan IPM, IPG dan, IDG, 2011

Indikator IDG Tinggi Rendah IPM Tinggi IPG Tinggi Bengkulu DKI Jakart a DI Yogyakart a Kalt eng

Sumat era Ut ara Sumat era Barat Bali

Sulawesi Ut ara

Rendah

Riau Jambi

Sumat era Selat an Kep. Bangka Beli-t ung Kep. Riau Jawa Tengah Kalimant an Timur Rendah IPG Tinggi Rendah Maluku Aceh Lampung Jawa Barat Jawa Timur Bant en NTB NTT Kalimant an Barat Kalimant an Selat an Sulawesi Tengah Sulawesi Selat an Sulawesi Tenggara Goront alo Sulawesi Barat Maluku Ut ara Papua Barat Papua

pembangunan di provinsi yang bersangkut an kurang at au t idak berhasil. Dari perkembangan masing-masing angka indeks, sebenarnya set iap provinsi t elah berhasil meningkat kan capaian pembangunannya. Persoalannya, masing-masing provinsi memiliki kecepat an yang berbeda dalam meningkat kan capaian pembangunan.

Perbedaan dalam kecepat an t ersebut pada gilirannya memang akan memiliki implikasi t erhadap kebij akan pembangunan yang akan diambil, t erut ama dalam penent uan t arget yang akan dicapai unt uk masing-masing indeks. Misalnya suat u provinsi dengan IPM ‘ rendah’ t elah menet apkan t arget unt uk menj adi ‘ t inggi’ . Sekurang-kurangnya t erdapat dua hal yang harus dipert imbangkan. Pert ama, IPM yang dicapai harus melampaui nilai IPM nasional. Kedua, mungkin t idaknya nilai-nilai dari semua indikat or komponen penyusun IPM unt uk dit ingkat kan.

Pada kenyat aannya, upaya unt uk meningkat kan capaian pembangunan yang kemudian diukur melalui berbagai angka indeks bukanlah merupakan upaya yang mudah. Kompleksit as dari suat u upaya unt uk meningkat kan capaian angka indeks dapat diuraikan secara ringkas sebagai berikut .

Untuk Meningkatkan Capaian IPM

Indikat or yang digunakan unt uk menghit ung IPM t erdiri dari angka harapan hidup saat lahir (dimensi kesehat an), Angka Melek Huruf (AMH) dan Rat a-rat a Lama Sekolah (dimensi pendidikan), dan pengeluaran per kapit a per t ahun disesuaikan (dimensi ekonomi).Masing-masing indikat or ini t ernyat a memiliki perilaku yang berbeda.

Angka harapan hidup saat lahir t idak mungkin dit ingkat kan dalam j angka pendek.Diperlukan usaha yang berkesinambungan di bidang kesehat an secara umum dan kesehat an saat mengandung secara khusus unt uk memperbaiki indikat or ini.

Angka melek huruf mungkin dapat dit ingkat kan dalam j angka pendek (sat u at au dua t ahun) melalui berbagai program pemberant asan but a huruf at au but a aksara.Hanya saj a hampir semua daerah agaknya angka melek hurufnya sudah sangat

t inggi, lebih dari 95 persen, sehingga hampir t idak mungkin unt uk dit ingkat kan lagi.

Rat a-rat a lama sekolah j uga t idak mungkin dit ingkat kan dalam j angka pendek. Berbagai fakt or sepert i kesiapan infrast rukt ur dan t enaga pengaj ar memiliki pengaruh yang cukup besar t erhadap capaian indikat or ini.Akan t et api pengaruh lingkungan sepert i kondisi budaya dan ekonomi j uga perlu dipert imbangkan dalam mendorong penduduk unt uk bert ahan di bangku sekolah.

Pendapat an yang dit erima penduduk yang diproksi melalui pengeluaran per kapit a disesuaikan mungkin masih dapat dit ingkat kan dalam j angka pedek at au menengah. St rat egi yang dapat dit empuh ant ara lain adalah dengan meningkat kan produkt ivit as t enaga kerj a dan memperluas pasar. Produkt ivit as t enaga kerj a dapat dit ingkat kan melalui berbagai program peningkat an ket rampilan t enaga kerj a.Sedangkan perluasan pasar bagi produk barang dan j asa yang dilakukan di suat u wilayah dapat dilakukan dengan membangun fasilit as dan sarana pemasaran.

Untuk Meningkatkan Capaian IPG

Indikat or yang digunakan unt uk menghit ung IPG pada dasarnya sama dengan yang digunakan dalam menghit ung IPM, hanya saj a unt uk set iap indikat or dipisahkan menurut j enis kelamin. Dengan demikian st rat egi unt uk meningkat kan IPG akan sama dengan st rat egi peningkat an IPM, t et api dengan memberikan perhat ian yang lebih t erhadap komposisi j enis kelaminnya.

Untuk Meningkatkan IDG

Indikat or yang digunakan dalam menghit ung IDG t erdiri dari part isipasi perempuan dalam parlemen, proporsi t enaga prof esional perempuan, dan kont ribusi perempuan dalam perekonomian.

Masing-masing indikat or pembent uk IDG agaknya t idak dapat dit ingkat kan dalam j angka pendek. Selain f akt or kapabilit as perempuan, f akt or lain yang diduga j uga memiliki peran pent ing adalah persepsi dan budaya masyarakat

t erhadap ket erlibat an perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. Berbagai program sosialisasi, advokasi dan f asilit asi unt uk mendorong peningkat an peran perempuan dalam berbagai kegiat an pembangunan mungkin dapat dij adikan sebagai pilihan. Alt ernat if lain yang mungkin j uga dapat dit empuh adal ah dengan memberikan affirmative

action t ert ent u kepada perempuan unt uk menduduki prof esi

t ert ent u at au t erlibat dalam polit ik dan pengambilan keput usan.

6

D

ari pembahasan pada bab t erdahulu maka dapat di t arik beberapa kesimpulan, yait u sebagai berikut :

1. Pada t ahun 2011 lebih dari 90 persen kabupat en/ kot a t elah mencapai level pembangunan manusia (IPM) kat egori menengah at as. Tent u hal ini merupakan kabar yang menggembirakan. Namun yang perlu dicermat i adalah capaian t ersebut bila dipilah ant ara capaian laki-laki dan perempuan.

2. Secara umum, ket impangan capaian pembangunan gender (IPG) relat if sama sej ak t ahun 2004-2011. Namun dilihat menurut provinsi, t ampak adanya peni ngkat an ket impangan di beberapa provinsi. Selain it u, gambaran set iap provinsi menunj ukkan adanya disparit as t ingkat capaian pembangunan manusia menurut gender.

3. Perbedaan pencapaian IPG t ert inggi dengan IPG t erendah pada t ahun 2011 sekit ar 17,31 poin, t urun sebesar 0,02 poin dari t ahun 2010. Hal ini berart i disparit as pembangunan gender di t ingkat provinsi menunj ukkan t ren yang menurun.

4. Hasil plot t ing IPM 2011 t erhadap IPG 2011 berdasarkan 497 kabupat en/ kot a di Indonesia t erdapat kait an yang searah. Hal ini berart i pembangunan manusia di Indonesia sudh t erj adi di semua kelompok at au t idak didominasi oleh kelompok/ j enis kelamin t ert ent u.

5. DKI Jakart a dan Sulawesi Ut ara merupakan dua provinsi yang paling baik dilihat dari segi capaian pembangunan manusia yang t ercermin pada t ingginya nilai IPM yang diikut i oleh t ingginya capaian pembangunan gender yang t ercermin pada nilai IPG.

6

KESIMPULAN

6. Semakin besar j arak (gap) upah yang dit erima ant ara laki-laki dan perempuan menyebabkan angka IPG makin kecil.

7. Daerah yang memiliki gap ant ara IPM dan IPG paling besar selama 2 t ahun t erakhir adalah Provinsi Kalimant an Timur. Salah sat u penyebab dari kesenj angan gender yang t erj adi di Kalimant an Timur adalah t erj adinya kesenj angan dalam sumbangan pendapat an laki-laki dan perempuan.

8. Gap ant ara IPG dan IPM pada t ahun 2011 yang paling rendah t erj adi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun demikian, hal ini bukan berart i capaian pembangunan manusia (laki-laki dan perempuan) di NTT sudah cukup bagus karena kesenj angan (gap) t idak memperlihat kan level pembangunan yang dicapai.

9. Indeks pemberdayaan gender (IDG) meningkat dibanding t ahun 2010, menggambarkan peran perempuan dalam pengambilan keput usan dan ket enagakerj aan meningkat .

10. Pemberdayaan perempuan di DI Yogyakart a t et ap merupakan yang t erbaik dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Sement ara pemberdayaan perempuan di Provinsi Aceh merupakan yang t erendah.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2007. Program Pembinaan Jarak Jauh Pengarusut amaan Gender, Modul 2 : Konsep dan Teori Gender. Jakart a : Pusat Pelat ihan Gender dan Peningkat an Kualit as Perempuan, BKKBN.

Elizabet h, R. 2007. Woman Empowerment t o Support Gender Mainst reaming in Rural Agricult ural Development

Policies. Forum Penelit ian Agro Ekonomi, Volume 25 No. 2 : 126-135.

Haines, J. 1992. Suffrage t o Sufferance : 100 Years of Women in Polit ics. Sydney : Allen & Unwin Pt y. Lt d.

Kement erian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA). 2011. Kert as Kebij akan 1 : Pengarusut amaan Gender. Jakart a : KPPPA.

Parawansa, K.I. 1998. Pemberdayaan Perempuan dalam

Pembangunan Berkelanj ut an. Kebij akan Bank Mengenai Gender dan Pembangunan. World Bank.

Seager, J. 1997. The St at e of Women in t he World At las. London : Penguin Books Limit ed.

Sun, Tsai-Wei. 2005. Gender Represent at ion In Polit ics and Public Administ rat ion : Taiwan and Asian Count ries. Singapore : Nat ional Universit y of Singapore.

Unit ed Nat ions Development Programme (UNDP). 2005. Human Development Report 2005, Int ernat ional Cooperat ion at a Crossroads : Aid, Trade, and Securit y in an Equal World. New York : Hoechst et t er Print ing Co.

Unit ed Nat ions Development Programme (UNDP). 2006. Human Development Report 2006, Beyond Scarcit y : Power, Povert y and t he Global Wat er Crisis. New York : Palgrave Macmillan.

Unit ed Nat ions Development Programme (UNDP). 2007. Human Development Report 2007/ 2008, Fight ing Climat e Change : Human Solidarit y in a Divided World. New York : Palgrave Macmillan.