4PENCAPAIAN PEMBERDAYAAN GENDER
4.2. Pencapaian Komponen IDG
Berdasarkan gambar 4.2, secara umum capaian komponen IDG pada t ahun 2011 unt uk perempuan masih lebih rendah dari laki-laki. Hal ini t erj adi di semua komponen baik dalam part isipasi polit ik, pengambilan keput usan, maupun dalam perekonomian. Masih relat if rendahnya capaian perempuan j ika dibandingkan laki-laki bisa disebabkan oleh dua hal. Pert ama, bahwa pembangunan yang selama ini dilakukan lebih banyak mengunt ungkan laki-laki; dan yang kedua, pembangunan manusia t elah memberikan kesempat an kepada semua penduduk t idak t erkecuali, t et api kesempat an ini t idak digunakan secara opt imal oleh kelompok lain (dalam hal ini perempuan), sehingga t erkesan bahwa perempuan selalu t ermarginalkan (BPS, 2006). Unt uk melihat sej auh mana perbedaan capaian ant ara laki-laki dan perempuan, akan dibahas dalam uraian berikut ini.
Keterwakilan Perempuan di Parlemen
Upaya pemerint ah dalam meningkat kan kapabilit as penduduknya masih meninggalkan persoalan yait u masih t erj adinya ket impangan aksesibilit as ant ara laki-laki perempuan. Pada uraian sebelumnya t elah dipaparkan bahwa pencapaian perempuan dalam bidang pendidikan dan ket enagakerj aan relat if masih t ert inggal dari pencapaian laki-laki. Ket impangan ini t ernyat a t erj adi pula dalam bidang polit ik. Ket erwakilan perempuan dalam parlemen masih relat if kecil yait u hanya sebesar 17,49 persen. Nilai ini masih dibawah kuot a yang diat ur dalam UU No.12 Tahun 2003, yang menyebut kan bahwa kuot a perempuan unt uk dapat berpart isipasi dalam polit ik sekit ar 30 persen. Apabila kuot a perempuan yang t elah diat ur dalam UU t ersebut mampu dicapai secara opt imal, t ent u akan membawa dampak yang posit if dalam pemberdayaan perempuan mangingat kebij akan-kebij akan yang dibuat akan lebih memperhat ikan isu-isu gender. Meskipun belum mencapai kuot a sesuai UU, t et api j ika dibandingkan dengan hasil pemilu 2004 yang hanya mencapai 65 kursi dari 550 kursi yang ada di DPR at au sekit ar 11, 82 persen, ket erwakilan perempuan di parlemen menunj ukkan peningkat an yang cukup menggembirakan.
Tabel
4.1 Perkembangan Jumlah Anggota DPR RI, 1955-2009
Pemilu Laki-laki Perempuan Jumlah Pesentase
1955 256 16 272 5, 88 1971 429 31 460 6, 74 1977 423 37 460 8, 04 1982 418 42 460 9, 13 1987 441 59 500 11, 80 1992 438 62 500 12, 40 1997 442 58 500 11, 60 1999 456 44 500 8, 80 2004 485 65 550 11, 82 2009 460 100 560 17, 86
Sumber : Statistik Indonesia 2011
Jika dilihat perkembangannya baik dari segi j umlah maupun persent ase, anggot a DPR perempuan sej ak t ahun 1955 relat if menunj ukkan peningkat an. Persent ase t ert inggi t erj adi pada saat pemilu 2009. Meskipun masih cukup j auh dari kuot a yang dit et apkan dalam UU, t et api dari t ren yang menunj ukkan peningkat an maka pemberdayaan perempuan khususnya dalam bidang polit ik mengindikasikan arah yang posit if.
Tenaga Manager, Profesional, Administrasi, dan Teknisi
Indikat or lain yang j uga digunakan dalam mengukur indeks komposit IDG yait u persent ase perempuan sebagai t enaga manager, profesional, kepemimpinan, dan t eknisi. Indikat or ini menunj ukkan peranan perempuan dalam pengambilan keput usan di bidang penyelenggaraan pemerint ahan, kehidupan ekonomi dan sosial. Ket erlibat an perempuan di posisi ini memberikan gambaran kemaj uan t erhadap peranan perempuan, mengingat selama ini perempuan hanya dipandang sebagai makhluk berurusan dengan pekerj aan rumah t angga. Padahal perempuan memiliki pot ensi yang sama baiknya dengan laki-laki, hanya perempuan kurang memiliki kesempat an karena t erbent ur oleh persoalan budaya sert a kodrat yang melekat t erkait dengan
fungsi-fungsi reproduksi (Parawansa, 2003). Hanya sayangnya, ket erlibat an perempuan dalam pengambilan keput usan di bidang penyelenggaraan pemerint ahan, swast a, dan organisasi sosial lainnya sangat kecil, mengingat masih t erbat asnya perempuan sebagai t enaga prof esional, kepemimpinan/ managerial, administ rasi, sert a t eknisi.
Tak j auh berbeda dengan komponen sebelumnya, komponen ini j uga masih menunj ukkan bahwa capaian perempuan lebih rendah dari laki-laki. Persent ase perempuan sebagai t enaga profesional pada 2011 mengalami peningkat an set elah t ahun lalu sempat menurun. Capaian t ahun 2011 sebesar 45,75 persen, meningkat sebesar 1,73 persen dari capaian 2010 dan 0,27 persen dari capaian t ahun 2009. Jika melihat pada pola grafik 4.3, meskipun cukup berflukt uasi, capaian perempuan saat ini dalam pengambilan keput usan dan perekonomian menunj ukkan peningkat an yang signifikan, karena capaian pada t ahun 2004 masih sebesar 38,16 persen. Meningkat nya persent ase perempuan sebagai t enaga profesional menandakan bahwa ket erlibat an perempuan dalam mengambil keput usan dan berpart isipasi dalam perekonomian semakin bisa disej aj arkan dengan laki-laki.
Jika dilihat dari st rukt ur penduduk dalam ket enagakerj aan t erlihat bahwa t ingkat part isipasi angkat an kerj a (TPAK)
menunj ukkan t ren yang t erus meningkat . Pada t ahun 2009 TPAK Indonesia sebesar 67,23 persen, meningkat menj adi 67,72 persen pada t ahun 2010, dan menj adi 68,34 persen pada t ahun 2011. Peningkat an TPAK menandakan bahwa semakin besarnya persent ase penduduk usia 15 t ahun ke at as yang t ermasuk ke dalam angkat an kerj a. Jika dilihat dari komposisi angkat an kerj a, t ampak bahwa masih didominasi oleh laki-laki. Persent ase angkat an kerj a perempuan masih berkisar pada angka 38 persen, sement ara laki-laki berkisar pada angka 61 persen. Namun meskipun perlahan, persent ase angkat an kerj a perempuan meningkat t iap t ahunnya.
Semakin meningkat nya persent ase angkat an kerj a perempuan, seharusnya diiringi dengan peningkat an lapangan pekerj aan yang t idak bias gender sehingga mampu menyerap angkat an kerj a t anpa ada diskriminasi gender. Pada formasi pegawai negeri sipil (PNS), t ampak bahwa persent ase PNS perempuan sej ak 2007 hingga 2011 relat if t idak t ert inggal j auh dari laki-laki. Persent ase t erendah t erj adi pada t ahun 2009 sebesar 43,63 persen, sement ara persent ase t ert inggi t erj adi pada t ahun 2011 yang mencapai 47,16 persen. Berdasarkan dat a pada gambar 4.4 bisa diart ikan bahwa penerimaan pegawai negeri sipil relat if t idak t erj adi diskriminasi gender melihat hampir set aranya persent ase PNS laki-laki dan perempuan.
Persent ase PNS laki-laki dan perempuan yang t idak t erlalu t impang bisa dikat akan sebagai sebuah langkah yang cukup posit if dalam menuj u keadilan dan keset araan gender. Namun masih t erdapat persoalan lain, yait u j ika melihat persent ase pej abat st rukt ural PNS yang dipilah menurut j enis kelamin. Berdasarkan gambar 4.6 t ampak bahwa laki-laki masih mendominasi j abat an st rukt ural dengan persent ase sebesar 75,91 persen. Sement ara persent ase pej abat st rukt ural perempuan hanya sebesar 24,09 persen.
Hal ini menunj ukkan bahwa peran perempuan dalam pengambilan keput usan masih relat if kecil. Unt uk it u masih diperlukan upaya lebih serius dari berbagai pihak t erut ama penent u kebij akan dalam rangka mendorong perempuan lebih
maj u dalam mencapai kapabilit as yang opt imum sehingga dapat berpeluang menduduki j abat an-j abat an st rat egis.